B. Tinjauan Pustaka
Stek adalah reproduksi vegetative suatu tumbuhan dari potongan
batang, daun, daham, atau ranting, yang kemudian ditanam. Penyetekan adalah
suatu perlakuan atau pemotongan beberapa bagian dari tanaman seperti akar,
batang, daun, dan tunas dengan maksud agar organ-organ tersebut membentuk
akar yang selanjutnya menjadi tanaman baru yang sempurna dalam waktu yang
relative cepat dan sifat-sifatnya serupa dengan induknya. Pembiakan dengan
cara stek ini pada umumnya dipergunakan mengekalkan klon tanaman unggul
dan juga untuk memudahkan serta mempercepat perbanyakan tanaman
(Abdullah 2007).
Hampir semua bagian tanaman dapat dipakai sebagai stek, tetapi yang
sering dipakai adalah batang muda yang subur. Mudahnya stek batang dan
berakar tergantung kepada spesiesnya. Ada yang mudah sekali berakar cukup
dengan medium air saja. Tetapi banyak pula yang sukar berakar, bahkan tidak
berakar walaupun dengan perlakuan khusus. Kesuburan dan banyaknya akar
yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh asal bahan steknya yaitu bagian
tanaman yang dipergunakan, keadaan tanaman yang diambil steknya, dan
keadaan luar waktu pengambilan (Hasanah 2007).
Keuntungan penggunaan teknik pembibitan secara vegetatif antara
lain keturunan yang didapat mempunyai sifat genetik yang sama dengan
induknya, tidak memerlukan peralataan khusus, alat dan teknik yang tinggi
kecuali untuk produksi bibit dalam skala besar, produksi bibit tidak tergantung
pada ketersediaan benih/musim buah, bisa dibuat secara kontinyu dengan
mudah sehingga dapat diperoleh bibit dalam jumlah yang cukup banyak,
meskipun akar yang dihasilkan dengan cara vegetatif pada umumnya relative
dangkal, kurang beraturan dan melebar, namun lama kelamaan akan
berkembang dengan baik seperti tanaman dari biji, umumnya tanaman akan
lebih cepat bereproduksi dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji
(Pudjiono dalam Adinugrah 2007).
Bagi dahan atau batang tanaman yang mata tunasnya sedang istirahat,
yaitu tidak tampak pada permukaan batang jangan dibuat potongan yang sama.
Karena kita dapat menjumpai kesulitan saat setek mau ditanam. Kita akan
kesulitan menentukan mana pangkal dan ujungnya. Untuk mengatasi itu maka
sebaiknya membuat perbedaan pada pemotongan pangkal dan ujung setek. Bila
sama-sama miring, kita bisa membuat potongan bawah atau pangkal dengan
sudut kemiringan kurang lebih 45 derajat, sedang pada bagian ujungnya agak
datar dengan sudut kemiringan lebih dari 45 derajat (Crockett 2008).
Perbanyakan secara setek akan diperoleh tanaman baru yang sifat
seperti induknya. Setek dengan kekuatan sendiri akan menumbuhkan akar dan
daun sampai dapat menjadi tanaman yang sempurna dan menghasilkan bunga
dan buah. Banyak tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara ini yaitu
beberapa tumbuhan yang berbentuk pohon, semak, tanaman pemanjat,
perennial (tanaman tahunan) dan tanaman dataran tinggi dan beberapa tanaman
pohon yang biasa diperbanyak dengan setek akar adalah scemara, jambu biji,
jeruk keprok, kesemek, sukun (Wudianto 2002).
Bahan tanaman dapat berasal dari stek cabang atau batang, maupun
benih. Jika menggunakan stek dipilih cabang atau batang yang telah cukup tua
yaitu diambil dari buah yang telah masak biasanya berwarna hitam. Stek
cabang yang cukup baik pertumbuhannya adalah stek yang berdiameter 2 cm,
berkayu, berwarna hijau keabu-abuan, sedangkan untuk panjang stek yang
menjadi pertimbangan adalah efisiensi pemakaiannya. Stek yang lebih panjang
memerlukan pemakaian cabang lebih banyak dibandingkan stek pendek,
sedang yang terlalu pendek sulit untuk tumbuh. Panjang stek 25 cm sudah
cukup memadai (Charloq 2008).
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum pembiakan vegetatif tanaman melalui stek batang
dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Oktober 2014 pukul 08.00 WIB - selesai
bertempat di Green House C Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Alat tulis
2. Pisau Okulasi
3. Pollybag
4. Cetok
5. Gembor
b. Bahan
1. Tanah
2. Pupuk Kompos
3. Bonggol Tanaman Pisang
3. Cara Kerja
1. Menyiapkan media yang merupakan campuran dari pasir: kompos : tanah
= 1: 1: 2.
2. Membasahi atau siram sekedar basah.
3. Memotong-motong bonggol tanaman pisang yang telah disediakan
menjadi empat bagian.
4. Menanam pada media yang telah disediakan dalam polybag, melakukan
perawatan seperlunya
Minggu
ke 6
12 cm,
jumlah
akar 5
2. Pembahasan
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan
dengan menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk
ditumbuhkan menjadi tanaman baru. Setek merupakan suatu perlakuan
pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman (akar, batang, daun
dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar sehingga
dari perbanyakan dengan cara stek ini juga diperoleh tanaman baru yang
mempunyai sifat seperti induknya. Stek dengan kekuatannya sendiri mampu
menumbuhkan akar dan daun sampai menjadi tanaman sempurna sehingga
mampu menghasilkan bunga dan buah. Dalam praktikum ini perbanyakan
tanaman cara stek dilakukan dengan stek daun, stek batang, dan stek umbi.
Selain itu juga menyetek bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang
sempurna dengan akar, batang dan daun dalam waktu relative singkat serta
memiliki sifat yang serupa dengan induknya, serta dipergunakan untuk
mengekalkan klon tanaman unggul dan juga untuk memudahkan serta
mempercepat perbanyakan tanaman. Setiap jenis tanaman mempunyai
kemampuan yang berbeda-beda dalam pembentukan akar meskipun setek
dalam kondisi yang sama.
Pisang merupakan tumbuhan monokotil yang termasuk dalam
familia Musaceae. Pohonnya memiliki tinggi dua hingga sembilan meter,
akar rizoma berada dalam tanah dan pelepahnya terdiri dari lembaran daun
dan mahkota terminal daun tempat munculnya bakal buah. Pisang
merupakan buah klimaterik yang artinya memiliki fase perkembangan,
dengan meningkatnya ukuran buah dan meningkatnya kadar karbohidrat
yang terakumulasi dalam bentuk pati. Pertumbuhan terhenti saat buah telah
benar-benar ranum dan fase pematangan buah terhambat. Selama fase
pematangan, kekerasan buah menurun, pati berubah menjadi gula, warna
kulit berubah dari hijau menjadi kuning dan kekelatan pada buah hilang,
berkembang menjadi flavor dengan karakteristik yang khas.
Tanaman pohon pisang yang bagus dipilih untuk tanaman indukan
adalah tanaman yang memiliki umur dewasa yang sudah berbuah dan
menghasilkan anakan/tunas, dan yang paling utama yaitu tanaman pisang
harus sehat dan bebas dari serangan hama maupun penyakit. Bonggol pisang
yang dipilih adalah yang diambil dari pohon yang sehat dan bebas dari
serangan hama maupun penyakit, yang jika dibelah bonggol pisang tersebut
akan kelihatan warnanya putih, tidak berbau busuk, dan tidak ada bekas luka
pada bonggol.
Bonggol pisang yang digunakan dalam praktikum pembiakan
tanaman vegetative dengan stek batang pisang diambil dengan cara
menggali pohon indukan sampai semua bonggolnya kelihatan, kemudian
mengambil atau memotong bonggol trsebut. Bonggol tersebut kemudian
dipotong-potong atau dibelah menjadi 4 bagian yang sama besarnya.
Bonggol pisang yang diambil yaitu bervariasai dari ukuran besar, sedang,
dan kecil. Sesuai dengan perlakuan yang berbeda-beda yaitu dengan
ditanam langsung pada media tanam, dibersihkan dengan menggunakan
tisu, dan didiamkan selama 1 jam.
Perlakuan grup I yaitu perlakuan langsung menanam bonggol
pisang pada media tanam, yaitu kurang efektif karena setelah diambil dari
pohon induk bonggol tidak dibersihkan terlebih dahulu sehingga masih ada
kambium yang nantinya akan menghalangi dan mengganggu proses tunas
baru untuk tumbuh, selain itu jika kondisi bonggol yang masih lembab
walaupun hanya sedikit akan menyebabkan tumbuh jamur dan busuk,
akhirnya bonggol tersebut akan mati. Perlakuan grup II yaitu dengan
perlakuan bonggol dibersihkan dengan tisu, pada perlakuan ini tunas baru
akan cepat tumbuh, karena getah dan lapisan kambium telah dibersihkan
sehingga tidak menghalangi mata tunas untuk tumbuh dan mata tunas akan
tumbuh lebih cepat. Sedangkan pada perlakuan grup III, yaitu dengan
perlakuan bonggol didiamkan selama 1 jam. Tujuan didiamkannya bonggol
pisang selama 1 jam ini adalah mengeringkan getah dan kambium agar tidak
menghalangi tumbuhnya tunas ketika bonggol ditanam, sehingga tunas akan
lebih cepat tumbuh. Perlakuan ini cukup baik dan efektif untuk
pertumbuhan tunas baru.
Dari data yang diperoleh dari stek bonggol pisang pada kelompok
12 atau pada grup III yaitu perlakuan bonggol pisang besar dan didimkan
selama 1 jam telah berhasil dan hidup normal sama seperti pada tanaman
pada umumnya. Dan ternyata tanaman pisang pada bagian pangkalnya
tumbuh akar sepanjang 5 cm, dan pada bagian atas batangnya ditumbuhi
tunas sepanjang 12 cm. Akar dan tunas ini tumbuh setelah 6 minggu.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, perlakuan bonggol
pisang yang bagus dan cepat tumbuh adalah perlakuan grup III. Yaitu
peralakuan yang didiamkan selama 1 jam. Perlakuan ini bertujuan untuk
mengeringkan getah dan kambium agar tidak menghalangi tumbuhnya tunas
ketika ditanam, sehingga saat ditanam di dalam tanah akan cepat tumbuh
tunas mata baru pada bonggol pisang tersebut yang akan siap tumbuh
menjadi tunas baru dan selanjutnya akan menjadi anakan baru.
Kegagalan dalam melakukan stek kemungkinan disebabkan karena
batang stek yang masih muda, temperatur yang terlalu tinggi, kurangnya
ketersediaan air bagi batang yang telah distek, gunting stek tidak tajam
sehingga batang yang akan distek memar. Pada dasarnya cara perbanyakam
stek akan kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman
yang sukar berakar, akar yang baru terbentuk tidak tahan stress lingkungan.
Selain itu penyebab kegagalan stek yaitu tanaman yang di stek tidak sehat
terdapat bercak merah pada tanaman utama saat kulitnya di buka setelah di
sayat/dipotong, tanaman yang di stek bagian yang telah dibelah/disayat
terkena/kemasukan sesuatu, terlalu lama dalam memasang tetapi tidak di
ulang, entres yang di pakai terlalu tua.
Keberhasilan perbanyakan dengan cara setek ditandai oleh
terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan setek sehingga menjadi
tanaman baru yang true to name dan true to type. Regenerasi akar dan
pucuk dipengaruhi oleh faktor intern yaitu tanaman itu sendiri dan faktor
ekstern atau lingkungan. Salah satu faktor intern yang mempengaruhi
regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat
pengatur tumbuh. Faktor intern yang paling penting dalam mempengaruhi
regenerasi akar dan pucuk pada setek adalah faktor genetik. Jenis tanaman
yang berbeda mempunyai kemampuan regenerasi akar dan pucuk yang
berbeda pula. Untuk menunjang keberhasilan perbanyakan tanaman dengan
cara setek, tanaman sumber seharusnya mempunyai sifat-sifat unggul serta
tidak terserang hama dan atau penyakit. Selain itu, manipulasi terhadap
kondisi lingkungan dan status fisiologi tanaman sumber juga penting
dilakukan agar tingkat keberhasilan setek tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan stek meliputi
faktor lingkungan dan faktor dari dalam tanaman. Faktor Lingkungan yang
mempengaruhi keberhasilan pertumbuhan stek yaitu: media perakaran,
suhu, kelembaban, dan cahaya. Media perakaran berfungsi sebagai
pendukung stek selama pembentukan akar, memberi kelembaban pada stek,
dan memudahkan penetrasi udara pada pangkal stek. Media perakaran yang
baik adalah yang dapat memberikan aerasi dan kelembaban yang cukup,
berdrainase baik, serta bebas dari patogen yang dapat merusak stek. Media
perakaran stek yang biasa dipergunakan adalah tanah, pasir, campuran
gambut dan pasir, perlite dan Vermikulit. Suhu perakaran optimal untuk
perakaran stek berkisar antara 21oC sampai 27oC pada pagi dan siang hari
dan 15oC pada malam hari. Suhu yang terlampau tinggi dapat mendorong
perkembangan
tunas
melampaui
perkembangan
perakaran
dan
tingkat
keseragaman
yang
tinggi
dibandingkan
dengan
2. Saran
Saran dari praktikum pembiakan vegetative melaui stek batang
adalah, praktikan diharapkan lebih teratur dalam penyiraman dan perawatan
tanaman, praktikan selalu mengamati setiap perkembangan tanaman,
perawatan secara maksimal pada masa petumbuhan tanaman perlu
diperlukan secara intensif agar diperoleh hasil yang maksimal, untuk
menghasilkan tanaman dengan perbanyakan stek yang baik sebaiknya
dilakukan dengan tahap per tahap dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M, dkk. 2007.Ipa Terpadu SMP dan MTs Jilid 3a. Jakarta:esis
Charloq. 2008. Pengembangan Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas L).
Sebagai Sumber Bahan Bakar Alternatif. Jurnal Penelitian
Rekayasa Volume 1. Palembang : Universitas Sumatra Utara.
Crockett JU dkk 2008. Foliage House Plants. Time-life Books: Alexandria,
Virginia.
Hamdam Adma Adinugraha; Sugeng Pujiono dan Toni Herawan 2007 . Teknik
Perbanyakan Vegetatif Jenis Tanaman Acacia mangium. Balai Besar
Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Info Teknis
Vol. 5
Hasanah, F. N 2007. Pembentukan Akar pada Stek Batang Nilam (Pogostemon
cablin Benth.) setelah direndam Iba (Indol Butyric Acid) pada
Konsentrasi Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol 15 (2) : 1-5.
Wudianto, R. 2001. Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Cet. XV. Penebar
Swadaya. Jakarta.