Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMULIAAN TANAMAN

ACARA VI
DESKRIPSI VARIETAS

Semester:
Genap 2019

Oleh :
Muhammad Hiban Abimanyu
A1D017006/1
PJ Acara : Nisrina Nur A. & Dinar Dityas R.

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan manusia akan produksi pertanian, khususnya pada komoditas

pangan sangat tinggi. Salah satu faktor yang dapat mendukung tingginya hasil

produksi pada tanaman budidaya, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan

adalah penggunaan varietas yang unggul. Varietas unggul bisa didapat dengan

menyeleksi sifat kedua tetua sesuai dengan karakteristik yang dituju, untuk

mengetahui bagaimana sifat dan karakter dari tetua yang akan digunakan, maka

akan lebih baik jika telah diketahui deskripsi varietas tanaman tersebut.

Deskripsi varietas tanaman merupakan suatu panduan yang menyajikan

tentang sejarah, asal usul, sifat morfologi, reaksi ketahanan terhadap hama dan

penyakit serta anjuran tanam yang tepat. Deskripsi varietas digunakan sebagai

penciri varietas yang memungkinkan identifikasi dan pengenalan varietas yang

dimaksud, sebagai pegangan dalam proses sertifikasi dan pemurnian varietas.

Penyusunan suatu deskripsi dapat disesuaikan dengan jenis tanamannya.

Deskripsi tanaman membantu petani menggunakan varietas unggul untuk

meningkatkan produksi tanaman merupakan usaha yang paling mudah diserap oleh

petani. Penggunaan varietas unggul harus disertai tersedianya benih yang bermutu

tinggi. Semakin banyak varietas yang beredar di kalangan petani, diharapkan

peningkatan produksi tanaman dapat terjamin. Penyebaran masing-masing varietas

unggul bervariasi tergantung keunggulannya, daya adaptasi dan selera konsumen

terhadap sifat-sifat yang dimiliki oleh setiap varietas, oleh karena itu, sangat
diperlukan adanya pemahaman yang baik mengenai sifat-sifat morfologi yang

disajikan dalam deskripsi tanaman.

Penggunaan varietas unggul untuk meningkatkan produksi tanaman usaha

adalah yang paling mudah diserap petani dewasa ini. Penggunaan varietas unggul

harus disertai dengan tersedianya benih bermutu tinggi yang dinilai secara genetis

melalui sifat morfologi yang tampak. Maka dari itu deskripsi variasi yang berisi

sifat-sifat morfologis dapat membantu untuk menilai kemurnian benih. Oleh karena

itu sangat diperlukan adanya pemahaman yang baik mengenai sifat morfologi yang

disajikan dalam deskripsi tanaman. Sifat-sifat morfolgis tanaman tersebut seperti

tipe tumbuh, warna hipokotil, warna bunga, warna bulu, umur berbunga, dan sifat

kuantitatif perlu dipelajari untuk mepertahankan kemurnian. Identifikasi varietas

unggul adalah suatu teknik untuk menentukan kebenaran suatu varietas unggul

seperti yang dimaksudkan.

Praktikum acara enam ini akan dilakukan kegiatan deskripsi varietas terhadap

beberapa sampel padi. Sehingga diharapkan dengan mengetahui deskripsi varietas

pada suatu tanaman secara lengkap, maka akan memudahkan dalam melakukan

pemilihan tanaman yang tepat yang kemudian akan digunakan untuk keperluan

pemuliaan tanaman dan hal lain yang bermaksud untuk mendapatkan keturunan

yang unggul.

B. Tujuan

Praktikum pemuliaan tanaman acara enam bertujuan untuk mengetahui

deskripsi tiap-tiap tanaman secara keseluruhan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan berupa

keaneka ragaman plasma nutfah yang banyak tetapi potensi tersebut belum

dikembangkan secara optimal. Pengembangan potensi plasma nutfah sangat

diperlukan guna membangkitkan pembangan dalam berbagai bidang industri

ksusnya bidang pertanian. Pengembangan plasma nutfah untuk kemaslahan petani

tetap harus dilakukan. Salah satu upaya realistis yang dapat dilakukan aalh dengan

cara menekan biaya input misalnya mengahasklkan benih lokal unggul dengan

harga relatif murah, sehingga keuntungan yang diperoleh petani lebih besar.

Pengembangan plasma nutfah juga bertujuan untuk melestarikan padi varietas lokal

sebagai gen ban untk kepetingan pemuliaan tanaman (Subantoro et al., 2008).

Pemuliaan tanaman menurut Nuraida (2012), dapat diartikan sebagai ilmu dan

seni yang mempelajari adanya pertukaran dan perbaikan karakter tanaman yang

diwariskan pada suatu populasi baru dengan sifat genetik yang baru. Pemuliaan

tanaman umumnya mencakup tindakan penangkaran, persilangan, dan seleksi.

Pemuliaan tanaman ini penting adanya agar didapatkan varietas unggul baru dari

suatu tanaman.

Deskripsi adalah menggambarkan secara langsung mengenai morfologi

tanaman, yaitu warna daun, warna batang, warna biji, bentuk batang, bentuk daun,

dan masih banyak lagi sifat morfologi yang lainnya. Sifat-sifat morfologis yang

disajikan dalam deskripsi sebagian besar merupakan sifat yang diatur secara

kualitatif sehingga penampilannya dapat menimbulkan variasi fisik. Deskripsi juga


memuat sejumlah keterangan mengenai sifat kuantitatif seperti tinggi, bobot dan

sebagainya (Atman, 2007).

Pengetahuan tentang deskripsi suatu varietas berperan untuk menguji

kemurnian suatu benih. Kemurnian suatu benih dinilai berdasarkan sifat-sifat

morfologi yang tampak. Deskripsi varietas ini merupakan langkah awal di dalam

penyediaan benih bermutu yang bertujuan mendapatkan varietas unggul, tahan

terhadap hama dan penyakit dan mampu beradaptasi terhadap lingkungan tumbuh

(Syukur et al., 2009).

Menurut Badan Litbang Pertanian (2012), telah melapas lebih dari 200

varietas padi sejak tahun 1930an. Varietas padi yang dilepas mempunyai

karakteristik beragam, baik yang mempunyai umur genjah, produktivitas tinggi,

tahan terhadap hama dan penyakit tertentu dan karakter unggul lainnya. Lebih dari

90% areal persawahan di Indonesia telah ditanami VUB yang dihasilkan oleh

Badan Litbang Pertanian. beberapa VUB yang tidak asing bagi masyarakat seperti

: IR-64, Ciherang, Cibogo, Cigeulis dan Ciliwung merupakan yang paling banyak

ditanam di Indonesia. Perkembangan VUB terus berlanjut kerena kegiatan

pemuliaan (menghasilkan varietas) selalu dilakukan. Kegiatan pemuliaan padi tidak

akan kehabisan materi untk melakukan perbaikan ataupun meningkatkan potensi

varietas yang ada. Terbukti pada tahun 2011, VUB yang dilepas mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya terutama dari jenis padi sawah irigasi dan padi

hibrida. Setiap varietas yang dilepas mempunyai keunggulan dan karakteristik yang

beragam.
Setiap individu memiliki gen-gen yang berbeda sehingga fenotipenya berbeda

walaupun penampilannya relatif seragam. Selain itu, karena jenis tanaman ini

terbentuk dalam kurun waktu yang lama, maka terjadi persilangan antara tanaman

dalam populasi maupun antarpopulasi sehingga terjadi percampuran genotipe.

Pencampuran genotipe selain akibat persilangan, juga akibat tercampur dengan biji-

biji gulma maupun jenis yang lain sehingga berpenampilan berbeda dengan aslinya.

Menurut Iswanto, et al. (2015), varietas lokal telah terbentuk dalam kurun waktu

yang lama sehingga gen-gen yang dikandungnya mengarah ke homosigositas.

Intercrossing yang terjadi antara tanaman dalam populasi atau antarpopulasi akan

menghasilkan keturunan yang sangat bervariasi.

Varietas unggul padi merupakan inovasi teknologi yang berperan penting

dalam peningkatan produktivitas padi. Manfaat dari keunggulan suatu varietas akan

dapat dirasakan oleh produsen padi maupun konsumen beras bila tersedia benih

bermutu dalam jumlah yang mencukupi untuk ditanam oleh petani dalam skala luas.

Agar fungsi benih sebagai pembawa inovasi teknologi (delivery mechanism)

tercapai, maka benih yang sampai ke tangan petani harus bermutu. Mutu benih

tersebut mencakup kemampuan tumbuh (mutu fisiologis), bersih dan sehat (mutu

fisik) dan murni (mutu genetik) (Mulsanti, 2014).

Varietas tanaman didasarkan atas perbedaan sifat maupun karakteristik

dengan varietas tamanan lain. Sifat-sifat suatu tanaman dapat dipelajari melalui

deskripsi dari suatu tanaman tersebut. Deskripsi adalah menggambarkan secara

langsung mengenai morfologi tanaman, yaitu warna daun, warna batang, warna biji,

bentuk batang, bentuk daun, dan masih banyak lagi sifat morfologi yang lainnya.
Deskripsi dapat membantu dalam menguji kemurnian suatu benih. Kemurnian

suatu benih dinilai berdasarkan sifat-sifat morfologi yang tampak, ini langkah awal

di dalam penyediaan benih bermutu yang bertujuan mendapatkan varietas unggul

tahan terhadap hama dan penyakit dan adaptif terhadap lingkungan tumbuh.

Varietas yang dipilih sebaiknya yang paling menguntungkan dan sesuai lokasi

penanaman karena setiap varietas adalah spesifik dimana dapat menghasilkan

produksi optimal jika ditanam di daerah geografis yang sesuai (Syukur, 2009).

Varietas yang dipilih oleh petani sebaiknya yang paling menguntungkan.

Petani juga harus jeli dalam penentuan lokasi penanaman karena setiap varietas

adalah spesifik dimana dapat menghasilkan produksi optimal jika ditanam di daerah

geografis yang sesuai. Hal ini karena suatu varietas tanaman yang ditanam pada

kondisi lingkungan yang berbeda akan memberikan respons fenotipe yang berbeda

pula. Karakter fenotipe adalah suatu karakteristik (baik struktural, biokimiawi,

fisiologis, dan perilaku) yang dapat diamati dari suatu organisme yang diatur oleh

genotipe dan lingkungan serta interaksi keduanya. Adanya perbedaan respons

genotipe tanaman terhadap lingkungan akan menyebabkan timbul perbedaan

fenotipe pada setiap tanaman. Dari penampilan fenotipe tanaman dapat dihitung

suatu nilai yang menentukan apakah perbedaan penampilan suatu karakter

disebabkan oleh faktor genetik atau lingkungan, sehingga dapat memudahkan

pemulia untuk melakukan proses seleksi setiap fenotipe untuk mengetahui genotipe

yang lebih baik pada suatu daerah (Nilahayati, 2015).


III. METODE PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Praktikum pemuliaan tanaman acara enam tentang deskripsi varietas

bertempat di Ruang Rapat Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas

Jenderal Soedirman, Purwokerto. Praktikum ini dilaksanakan pada Selasa, 14 Mei

2019. Praktikum ini dilakukan pada pukul 09.15-11.15 WIB.

B. Bahan dan Alat

Praktikum pemuliaan tanaman acara enam menggunakan beberapa bahan dan

alat dalam pelaksanaannya. Bahan digunakan yaitu tanaman padi dari varietas yang

akan dicandra. Alat yang digunakan yaitu alat ukur yang terdiri dari penggaris dan

busur derajat.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja praktikum pemuliaan tanaman acara enam yaitu:

1. Bahan dan alat yang akan digunakan dalam praktikum acara enam disiapkan.

2. Penampilan tanaman yang akan dideskripsi diamati.

3. Data tanaman dideskripsi diambil.

4. Candra tanaman dibuat berdasarkan data yang sudah diperoleh.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 6.1. Pengamatan Padi Varietas Inpago Unsoed 1


No Variabel Pengamatan Observasi Literatur
Poso/mentik wangi (Litbang,
1. Asal -
2011).
2. Golongan Cere Cere (Litbang, 2011).
3. Umur tanaman - ± 110 hari (Litbang, 2011).
4. Bentuk tanaman Tegak (40º) Tegak (Litbang, 2011).
5. Tinggi tanaman 90 cm 107 cm (Litbang, 2011).
6. Anakan produktif Banyak (18) ±16 batang (Litbang, 2011).
7. Warna kaki Hijau tua Hijau (Litbang, 2011).
8. Warna batang Hijau muda Hijau (Litbang, 2011).
9. Posisi daun Intermedia (40º) Tegak (Litbang, 2011).
10. Posisi daun bendera Miring (40º) Tegak (Litbang, 2011).
11. Bentuk gabah Sedang (ratio 1:2-3) Sedang (Litbang, 2011).
12. Warna gabah Hijau tua Kuning bersih (Litbang, 2011).
13. Tekstur nasi - Pulen (Litbang, 2011).
14. Bobot 1000 butir - ±27,7 gram (Litbang, 2011).
15. Kadar amilosa - ±23% (Litbang, 2011).
Agak tahan hama wereng coklat
biotipe 1, rentan terhadap
Ketahanan terhadap
16. - wereng batang coklat biotipe 2
hama dan penyakit
dan 3, tahan terhadap penyakit
blas ras 133 (Litbang, 2011).
Tabel 6.2. Pengamatan Padi Varietas Inpari 31
Variabel
No Observasi Literatur
Pengamatan
Pepe/ BP342B-MR-1-2-KN-1-
1. Asal - 2-3-6-MR-3-BT-1
(Balitbang,2019)
Ujung gabah kadang berbulu
2. Golongan Cere
pendek (Balitbang,2019)
3. Umur tanaman - ± 119 hari (Balitbang,2019)
4. Bentuk tanaman Tegak (11°) Tegak (Balitbang,2019)
5. Tinggi tanaman 85 cm ±104 cm (Balitbang,2019)
6. Anakan produktif Sedang (14) 17 anakan (Jamil et al., 2016)
7. Warna kaki Hijau kekuningan Hijau (Jamil et al., 2016)
8. Warna batang Hijau Hijau (Jamil et al., 2016)
9. Posisi daun Miring (34°) Tegak (Jamil et al., 2016)
10. Posisi daun bendera Miring (35°) Tegak (Jamil et al., 2016)
11. Bentuk gabah Ramping (1:5) Ramping (Jamil et al., 2016)
Kuning bersih
12. Warna gabah
Hijau kekuningan (Balitbang,2019)
13. Tekstur nasi - Pulen (Balitbang,2019)
14. Bobot 1000 biji - 24,5 gr (Balitbang,2019)
15. Kadar amilosa - 21% (Balitbang,2019)
Agak tahan terhadap hama
wereng batang cokelat biotipe 1
dan agak rentan terhadap
biotipe 2 dan 3. Pada fase
generatif agak tahan terhadap
hawar daun bakteri patotipe III,
Ketahanan terhadap
16. - rentan strain IV, dan agak rentan
hama penyakit
strain VIII, tahan terhadap
penyakit blas daun ras 0,73,
agak tahan terhadap ras 133 dan
173 dan rentan terhadap virus
tungro varian 033 dan 073
(Jamil et al., 2016).
Tabel 6.3. Pengamatan Padi Varietas Basmati Pakistan
No Variabel Pengamatan Observasi Literatur
Hamolicad dan Angke
1. Asal -
(Litbang, 2015)
Gundil (Singh and Khush,
2. Golongan Bulu
2004)
± 118 hari (Singh and Khush,
3. Umur tanaman -
2004)
Tegak (20°) (Singh and Khush,
4. Bentuk tanaman Tegak (30°)
2004)
5. Tinggi tanaman 107 cm 140-160 cm (Litbang, 2015)
Sedikit (8) (Singh and Khush,
6. Anakan produktif Banyak (17)
2004)
Hijau Hijau Kekuningan (Singh and
7. Warna kaki
kecoklatan Khush, 2004)
Hijau Muda (Singh and Khush,
8. Warna batang Hijau
2004)
Tegak (10°) (Siddiqui et al.,
9. Posisi daun Tegak(30°)
2007)
Tegak (3°) ( Siddiqui et al.,
10. Posisi daun bendera Tegak (28°)
2007)
Sedang/lonjong (1:2,35
11. Bentuk gabah Ramping (1:3)
(Purwani dan Wardana,2018)

12. Warna gabah Hijau Kuning (Siddiqui et al., 2007)


kekuningan
Pulen (Suhartini dan Wardana,
13. Tekstur nasi -
2011)
19,1-22 gram ( Suhartini dan
14. Bobot 1000 biji -
Wardana, 2012)
23% (Suhartini dan Wardana,
15. Kadar amilosa -
2011)
Tahan serangan hama
Ketahanan terhadap penggerek batang dan wereng
16. -
hama penyakit cokelat (Singh and Khush,
2004)
Tabel 6.4. Pengamatan Padi Varietas IR-64
No Variabel Pengamatan Observasi Literatur
IR 5657/IR2061 (Suprihatno et
1. Asal -
al., 2009)
2. Golongan Bulu Cere (Suprihatno et al., 2009)
115-125 hari (Suprihatno et al.,
3. Umur tanaman -
2009)
4. Bentuk tanaman Tegak (25°) Tegak (Suprihatno et al., 2009)
115-126 cm (Suprihatno et al.,
5. Tinggi tanaman 154 cm
2009)
20-35(banyak) (Suprihatno et
6. Anakan produktif 15 (sedang)
al., 2009)
7. Warna kaki Coklat Hijau (Suprihatno et al., 2009)
8. Warna batang Hijau Hijau (Suprihatno et al., 2009)
9. Posisidaun Tegak (29°) Tegak (Suprihatno et al., 2009)
10. Posisi daun bendera Tegak (20°) Tegak (Suprihatno et al., 2009)
11. Bentuk gabah Ramping (1:3) Ramping panjang
Kuning bersih (Suprihatno et
12. Warna gabah Hijau muda
al., 2009)
13. Tekstur nasi - Pera (Suprihatno et al., 2009)
25 gram (Suprihatno et al.,
14. Bobot 1000 biji -
2009)
15. Kadar amilosa - 27% (Suprihatno et al., 2009)
Tahan wereng cokelat biotipe 2
Ketahanan terhadap
16. - dan 3 dan agak tahan hawar
hama penyakit
daun bakteri strain IV

B. Pembahasan

Deskripsi varietas mempunyai manfaat bagi petani yaitu untuk membantu dan

mempermudah para petani untuk mengetahui varietas tanaman mana saja yang

cocok dibudidayakan di lahannya dan dapat berproduksi secara optimum. Manfaat

bagi pemulia adalah membantu dan mempermudah pemulia untuk merakit suatu

varietas yang baru sesuai dengan karakter dari varietas lain yang akan disilangkan

dengan varietas yang lainnya pula. Manfaat mendeskripsikan varietas bagi petani
adalah dapat ditentukannya varietas yang tepat untuk ditanam pada lahan

pertanaman agar dapat berproduksi tinggi (Sunarto, 1997). Sementara itu, manfaat

bagi pemulia adalah dapat ditentukannya varietas baru yang ingin dirakit dengan

sumber genetik dari varietas yang telah lebih dahulu dilepas (Syukur et al., 2009).

Deskripsi varietas ini dapat membantu para petani untuk membedakan suatu

varietas yang akan ditanamnya. Adanya banyak varietas juga memungkinkan

untuk terbentuknya pola seleksi. Seleksi yang dimaksud adalah seleksi untuk

penanaman yang baik, padi yang dapat menghasilkan sesuai yang diinginkan dan

sampai bentuk maupun tekstur nasi nanti yang dipilih. Deskripsi dapat membantu

dalam menguji kemurnian suatu benih. Kemurnian suatu benih dinilai berdasarkan

sifat-sifat morfologi yang tampak, ini langkah awal di dalam penyediaan benih

bermutu yang bertujuan mendapatkan varietas unggul tahan terhadap hama dan

penyakit dan adaptif terhadap lingkungan tumbuh (Ardianto, 2004).

Deskripsi menurut Mahmud (2014), sebagian besar menyajikan data sifat-

sifat tanaman yang diatur secara kualitatif sehingga penampilannya menimbulkan

variasi fisik. Variasi antar varietas dapat dilihat dari morfologi maupun

genetikanya. Keragaman ciri dan sifat tiap varietas dapat di deskripsikan sebagai

hal yang obyektif mengenai sifat kuantitatif seperti tinggi, bobot, bentuk tanaman,

dan sebagainya. Manfaat deskripsi varietas bagi petani yaitu dengan adanya

deskripsi varietas petani dapat memilih benih yang akan digunakan dalam usaha

tani, hal ini sesuai dengan pendapat Pinem, et al (2013) deskripsi varietas

khususnya bobot 100 biji, tinggi tanaman, bentuk daun akan mempengaruhi

kebutuhan benih dan jarak tanam. Bagi pemulia deskripsi varietas ini sangat
berguna dalam merakit varietas baru, sehingga pemulia dengan mudah

mendapatkan informasi untuk tiap spesiesnya. Masyarakat dapat mengetahui asal

usul dari spesies tanaman tertentu.

Hal-hal utama yang harus tercantum dalam penulisan deskripsi varietas padi

menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Padi (2008) yaitu:

1. Nomer seleksi, merupakan nomor urut persilangan yang pernah dilakukan dan

silsilah turunan bagaimana tanaman materi pemuliaan diseleksi sampai

menjadi galur harapan varietas unggul (VUB).

2. Asal persilangan, merupakan penjelasan tentang asal-usul materi genetik dan

atau cara persilangan yang telah dilakukan dalam perakitan varietas yang

bersangkutan.

3. Golongan, merupakan kondisi bulu yang terdapat pada ujung gabah, dibedakan

dalam tiga kategori yaitu :

a. Cere : Ujung gabah tidak berbulu atau kadang-kadang berbulu kecil

terutama gabah yang terletak di ujung malai, agak mudah rontok.

b. Gundil : Ujung gabah pendek dank eras, tahan rontok.

c. Bulu : Ujung gabah berbulu panjang, tahan rontok.

4. Umur tanaman, merupakan umur varietas sejak sebar sampai matang fisiologis

(±75% biji dalam semua malai matang).

5. Bentuk tanaman, merupakan penampakan tegakan rumpun tanaman didasarkan

atas besar sudut yang dibentuk antara batang-batang anakan dengan garis

imaginer yang berada ditengah-tengah rumpun dan tegak lurus dengan bidang

permukaan tanah. Terbagi dalam lima kategori yaitu:


a. Tegak : Jika sudut yang dibentuk rumpun kurang dari 30° dari garis tegak

lurus dengan bidang permukaan tanah.

b. Agak tegak : Batang membentuk sudut 45°.

c. Terbuka : Batang membentuk sudut 60°.

d. Berserak : Jika rumpun dengan garis tegak lurus dengan bidang permukaan

tanah membentuk sudut 90° tetapi batang tidak menyentuh tanah.

e. Menjalar (tidak teratur): Batang dari rumpun tanaman mendekati atau

berada permukaan tanah.

6. Tinggi tanaman, merupakan tinggi dari permukaan tanah sampai ujung malai

atau daun paling panjang.

7. Anakan produktif, merupakan rata-rata jumlah anakan yang mampu

menghasilkan malai, dari rumpun yang berada pada luasan 1m.

8. Warna kaki, merupakan warna dasar bagian luar pelepah daun rumpun tanaman

yang diamati pada saat awal sampai akhir fase vegetatif.

9. Warna batang, merupakan warna dasar ruas batang padi yang terletak antara

dua buku batang yang diamati pada akhir fase vegetatif.

10. Telinga daun (auricule), merupakan organ tanaman padi yang bentuknya

menyerupai daun telinga, terletak di pangkal daun bagian luar.

11. Warna daun telinga, merupakan warna yang terdapat pada telinga daun

tanaman padi yang diamati.

12. Lidah daun (ligula), merupakan organ tanaman padi yang bentuknya

menyerupai lidah, terletak di ketiak daun.


13. Warna lidah daun, dibedakan menjadi tiga kelas yaitu unggu, garis ungu dan

putih.

14. Warna daun, merupakan warna helaian daun pertama setelah daun bendera

dikelompokan menjadi hijau pucat, hijau, hijau tua, ungu pada bagian ujung,

ungu pada bagian garis tepi daun, campuran antara ungu dan hijau, ungu

seluruhnya. Pengamatan dilakukan pada akhir fase vegetatif.

15. Permukaan daun, merupakan kekasaran dan kehalusan permukaan helaian

daun yang didasarkan pada hasil perabaan daun secara cermat menggunakan

ibu jari dan telunjuk. Permukaan daun dapat dibedakan atas: (a) halus termasuk

bagian tepi daun; (b) sedang dan (c) berbulu.

16. Posisi daun, merupakan sudut yang tebentuk pada titik pelekatan helaian daun

pertama setelah daun bendera dengan batang, dikelompokan menjadi tiga

yaitu: (a) tegak (sudut <45°); (b) sudut daun mendekati 90° dan (c) terkulai

(sudut daun >90°).

17. Daun bendera, merupakan daun yang terakhir keluar dari batang, membungkus

malai atau bunga padi pada fase pengisian gabah.

18. Sudut daun bendera, merupakan sudut daun yang diukur dari perlekatan daun

bendera terhadap tangkai malai. Sudut daun bendera dibedakan atas :

a. Tegak, sudut yang terbentuk <30°.

b. Agak tegak/sedang, sudut yang terbentuk antara 31°-60°.

c. Mendatar, sudut yang terbentuk antara 61°-90°.

d. Terkula (descending), sudut yang terbentuk lebih dari 90°.


19. Bentuk gabah, merupakan hasil pengamatan terhadap panjang dan lebar gabah,

bentuk gabah dikelompokan berdasarkan raio antara panjang dan lebar gabah,

dapat dikelompokan menjadi : (a) bulat; ratio p/l = 1; (b) agak bulat, rationya

antara 1,1-2,0; (c) sedang, rationya antara 2,1-3,0; (c) ramping atau panjang,

ratio lebih dari 3,0.

20. Warna gabah, merupakan warna palea dan lemma pada saat biji masak. Warna

gabah diklasifikasikan ke 11 kelas yaitu; kuning jerami, keemasan atau bergaris

keemasan dengan latar belakang warna jerami, kuning jerami bercak coklat,

kuninh jerami dengan garis-garis coklat, coklat kekuningan, kemerahan sampai

ungu muda, bercak-bercak ungu, bergaris ungu, ungu, hitam, putih.

21. Kerontokan, merupakan ukuran mudah tidaknya gabah rontok ketika malai

digenggam dengan tangan.

22. Kerebahan, diukur pada fase masak biji untuk melihat posisi ketegakan

tanaman pada seluruh plot. Kerebahan diklasifikasikan berdasarkan skor yaitu:

a. Tahan, tidak ada yang rebah.

b. Agak tahan, sebagian tanaman cendorong tegak tinggi lagi.

c. Agak rentan, sebagian besar tanaman agak rebah.

e. Lemah, sebagian besar tanaman rebah hamper rata dengan tanah.

f. Sangat lemah, seluruh tanaman rebah, rata dengan tanah.

23. Tekstur nasi, umumnya dinyatakan dalam bentuk pernyataan pulen atau pera.

24. Rasa nasi, sifat ini ditentukan secara subjektif dengan uji organoleptic dengan

menyajikan nasi pada 10-12 orang panelis terlatih.


25. Bobot 1000 butir, merupakan bobot 1000 butir gabah bemas pada kandungan

air gabah 14%.

26. Rata-rata hasil, merupakan hasil rata-rata dari berbagai lokasi pengujian yang

pernah dilaksanakan.

27. Potensi hasil, merupakan hasil tertinggi yang pernah dicapai pada suatu daerah

tertentu.

28. Gabah kering giling, merupakan kondisi gabah saat proses penggilingan.

29. Ketahanan terhadap hama penyakit utama, merupakan respon tanaman

terhadpa serangan hama dan penyakit yang saat ini diklasifikasikan sebagai

hama dan penyakit yang paling destriktif merusak tanaman padi.

Penyajian suatu deskripsi varietas padi menurut Syukur et al., (2012)

umumnya akan memuat golongan, umur tanaman, tinggi tanaman, anakan

produktif, bentuk tanaman, kerebahan, kerontokan, bentuk gabah, warna gabah,

jumlah gabah per malai, rata-rata hasil, potensi hasil, berat 1000 buti, tekstur nasi,

kadar amilosa, ketahanan terhadapa OPT (organisme pengganggu tanaman), dan

nama pemulia.

Setiap varietas padi memiliki persamaan berbagai sifat, tetapi juga memiliki

perbedaan karakter yang bersifat unik. Adanya persamaan dan perbedaan tersebut

sering digunakan untuk mengetahui jauh dekatnya hubungan kekerabatan genetik

antara varietas padi. Semakin banyak persamaan karakter tanaman padi semakin

dekat hubungan kekerabatan genetiknya. Sebaliknya, semakin banyak perbedaan

karakter tanaman semakin jauh hubungan kekerabatannya. Pengelompokan


berdasarkan karakter yang sama merupakan dasar dalam pengklasifikasian varietas

(Irawan et al., 2008).

Pengelompokan ciri yang sama merupakan dasar untuk pengklasifikasian.

Karakterisasi materi genetik yang dilakukan berdasarkan penanda morfologi,

membutuhkan observasi yang intensif dan sangat sulit membedakan individu-

individu dengan hubungan kekerabatan yang dekat karena adanya pengaruh faktor

lingkungan (Hartati et al., 2010). Suatu varietas tanaman yang ditanam pada kondisi

lingkungan yang berbeda akan memberikan respon fenotip yang berbeda pula.

Karakter fenotip adalah suatu karakter (baik struktural, biokimiwi, fisiologis, dan

perilaku) yang dapat diamati dari suatu organisme yang diatur oleh genotip dan

lingkungan serta interaksi keduanya. Perbedaan respon genotip tanaman terhadap

lingkungan akan menyebabkan perbedaan fenotip pada setiap tanaman. Penampilan

fenotip tanaman dapat dihitung suatu nilai yang menentukan apakah perbedaan

penampilan suatu karakter disebabkan oleh faktor genetik atau lingkungan,

sehingga dapat memudahkan pemulia untuk melakukan proses seleksi setiap

fenotip untuk mengetahui genotip yang lebih baik pada suatu daerah (Nilahayati

dan Putri, 2015).

Perbedaan yang terlihat pada varietas-varietas tersebut dapat dideskripsikan

agar lebih mudah dalam membedakan varietas. Sifat-sifat morfologis yang

disajikan dalam deskripsi varietas sebagian besar merupakan sifat yang diatur

secara kuantitatif sehingga penampilannya dapat menimbulkan variasi fisik. Variasi

tersebut dapat terjadi pada semua varietas terutama jika ditanam pada lokasi dan

musim tanam yang berbeda (Sunarto, 1997). Deskripsi varietas tanaman tertentu
dapat berbeda-beda dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang mempengaruhi

beberapa sifat morfologi akan menimbulkan variasi pada struktur tanaman. Variasi

yang timbul tersebut menyulitkan penilaian karena dapat berbeda dengan deskripsi

sesugguhnya. Sehingga harus diperlukan untuk mendeskripsikan varietas tanaman

tertentu (Zhao, 2007).

Varietas padi yang digunakan saat praktikum adalah varietas Inpago Unsoed

1 yang mana padi varietas tersebut berasal dari persilangan antara padi varietas Polo

dan padi varietas Mentik wangi (Litbang, 2011). Padi varietas Inpago Unsoed 1

yang digunakan pada saat praktikum termasuk ke golongan cere (ujung gabah tidak

berbulu atau kadang- kadang berbulu terutama gabah yang terletak di ujung malai,

agak mudah rontok) yang mana hal tersebut sesuai dengan literatur Litbang (2011)

yang menyatakan bahwa varietas Inpago Unsoed 1 termasuk varietas padi dengan

golongan cere. Bentuk tanaman dari varietas tersrbut termasuk tegak dengan sudut

30° yang mana sesuai dengan literatur Litbang (2019) yang menyatakan bahwa padi

varietas tersebut termasuk ke bentuk tanaman yang tegak. Tinggi tanaman dari

varietas yang di praktikumkan adalah setinggi 90 cm yang mana tidak sesuai dengan

literatur Litbang (2011) yang menyatakan bahwa tinggi tanaman dari varietas

tersebut ± 107 cm, hal tersebut dikarenakan padi yang digunakan pada saat

praktikum masih dapat tumbuh dan belum masak secara fisiologis. Anakan

produktif dari padi varietas pada saat praktikum sebanyak 18 anakan, hal tersebut

sesuai dengan literatur Litbang (2019) yang menyatakan bahwa anakan produktif

dari varietas tersebut sebanyak ± 16 anakan. Warna kaki dan warna batang dari

varietas padi pada praktikum berwarna hijau tua yang mana hal tersebut sesuai
dengan literatur Litbang (2011) yang menyatakan bahwa warna kaki dan warna

batang varietas padi tersebut berwarna hijau. Posisi daun pada varietas yang

dipraktikumkan termasuk kedalam intermediet dengan sudut 40°, hal tersebut tidak

sesuai dengan literatur Litbang (2011) yang menyatakan bahwa posisi daun dari

varietas tersebut termasuk ke golongan tegak. Posisi daun bendera varietas padi

pada saat praktikum termasuk ke golongan miring dengan sudut 40°, hal tersebut

tidak sesuai dengan literatur Litbang (2011) yang menyatakan bahwa posisi daun

bendera dari varietas padi tersebut termasuk ke golongan tegak. Bentuk gabah dari

varietas padi pada saat praktikum termasuk ke golongan sedang dengan ratio 1:3,

hal tersebut sesuai dengan literatur Litbang (2011) yang menyatakan bahwa bentuk

gabah dari varietas tersebut termasuk ke golongan sedang. Warna gabah dari

varietas padi pada saat praktikum berwarna hijau tua, sedangkan di dalam literatur

Litbang (2011) menyatakan bahwa warna gabah dari varietas padi tersebut

berwarna kuning bersih.

Varietas padi lain yang digunakan saat praktikum adalah inpari 31 yang mana

berasal dari pepe/ BP342B-MR-1-3-KN-1-2-3-6-MR-3-BT-1 (Balitbang, 2019).

Menurut observasi varietas padi tersebut memiliki golongan cere atau ujung gabah

tidak berbulu atau kadang- kadang berbulu terutama gabah yang terletak di ujung

malai, agak mudah rontok. Hal tersebut sesuai dengan literatur Balitbang (2019)

yang menyatakan bahwa padi varietas Inpari 31 termasuk golongan cere yang

mempunyai ujung gabah yang kadang berbulu pendek. Varietas padi Inpari 31

menurut Balitbang (2019) berumur ± 119 hari setelah sebar. Menurut observasi

bentuk tanaman pada padi varietas Inpari 31 adalah tegak dengan sudut 11°. Hal
tersebut sesuai dengan literatur BB padi (2018) yang menyatakan bahwa padi

varietas Inpari 31 memiliki bentuk tanaman yang tegak. Menurut observasi pada

tinggi tanaman padi varietas Inpari 31, memiliki tinggi 85 cm yang mana di dalam

literatur Balitbang (2019) menjelaskan bahwa padi varietas Inpari 31 memiliki

tinggi ± 104 cm. Varietas padi Inpari 31 yang digunakan pada praktikum memiliki

jumlah anakan produktif sebanyak 14 anakan yang mana hal tersebut tidak sesuai

dengan literatur Jamil, et al (2016) yang menyatakan bahwa jumlah anakan

produktif pada padi varietas Inpari 31 sebanyak ± 17 malai. Warna kaki dan warna

batang dari varietas padi tersebut berwarna hijau kekuningan, hal ini sesuai dengan

literatur Jamil, et al (2016) yang menyatakan bahwa warna kaki dan warna batang

dari varietas tersebut berwarna hijau. Posisi daun dan posisi daun bendera dari

varietas padi yang di praktikumkan tergolong pada kriteria miring dengan sudut

posisi daun yaitu 34° dan posisi daun bendera yaitu 35, yang mana hal tersebut tidak

sesuai dengan pernyataan Jamil, et al (2016) yang menyatakan bahwa posisi daun

dan posisi daun bendera dari varietas tersebut tergolong tegak. Bentuk gabah yang

terdapat pada varietas yang dipraktikumkan tergolong ramping karena mempunyai

lebar 2 ml, panjang 1 cm, dan rationya 1:5, hal tersebut sesuai dengan pernyataan

Jamil, et al (2016) yang menyatakan bahwa bentuk gabah dari varietas padi Inpari

31 termasuk ramping. Warna dari gabah varietas padi yang digunakan pada saat

praktikum adalah hijau kekuningan yang mana hal tersebut tidak sesuai dengan

pernyataan Balitbang (2019) yang menyatakan bahwa warna gabah dari varietas

padi tersebut berwarna kuning bersih, hal ini dapat terjadi karena tanaman padi yang

digunakan pada saat praktikum belum masak secara fisiologis.


Varietas selanjutnya adalah varietas delta/basmati yang berasal dari Hamlicad

dan Angke (Litbang, 2015). Padi varietas tersebut menurut pengamatan termasuk

golongan bulu. Hal ini tidak sesuai menurut Sing dan Kush (2004), yang

menyatakan bahwa varietas delta termasuk ke golongan gundil atau ujung gabah

pendek dan keras, tahan rontok. Bentuk tanaman dari padi varietas tersebut pada

saat praktikum termasuk tegak dengan sudut 30o, hal tersebut tidak sesuai dengan

literatur Sing dan Kush (2004) yang menyatakan bahwa bentuk tanaman dari padi

tersebut termasuk tegak. Tinggi tanaman pada padi varietas tersebut pada saat

praktikum setinggi 107 cm sedangkan dalam literatur Litbang (2015), padi varietas

tersebut memiliki tinggi tanaman setinggi 140-160 cm. Anakan produktif dari padi

varietas pada saat praktikum sebanyak 17 anakan, sedangkan dalam literatur Sing

dan Kush (2004) menyatakan bahwa anakan produktif dari padi varietas tersebut

memiliki sebanyak 8 anakan. Warna kaki pada pada padi varietas pada saat

praktikum berwarna hijau kecoklatan, warna batang pada padi varietas tersebut

berwarna hijau, sedangkan dalam literatur Sing dan Kush (2004) menyatakan

bahwa warna kaki dari padi varietas tersebut berwarna hijau kekuningan dan warna

batang yaitu hijau muda. Posisi daun dan posisi daun bendera dari padi varietas

pada saat praktikum termasuk kategori tegak, hal tersebut sesuai dengan literatur

Shiddiqui, et al (2007) yang menyatakan bahwa posisi daun dan posisi daun

bendera dari padi varietas tersebut termasuk ke kategori tegak. Bentuk gabah dari

padi varietas pada saat praktikum termasuk ke kategori ramping dengan rasio 1:3,

hal tersebut tidak sesuai dengan literatur Purwani dan Wardana (2018) yang

menyatakan bahwa bentuk gabah dari padi varietas tersebut termasuk ke kategori
sedang/lonjong. Warna gabah pada saat praktikum yaitu hijau kekuningan, hal

tersebut tidak sesuai menurut Shiddiqui, et al (2007) yang menyatakan bahwa

warna gabah yaitu kuning.

Varietas selanjutnya adalah varietas IR-64 yang berasal dari persilangan

antara IR5657 dengan IR2061 (Suprihatno et al., 2010). Padi varietas IR-64

termasuk ke dalam golongan bulu yang mana hal tersebut tidak sesuai dengan

pernyataan Suprihatno et al. (2010) yang menyatakan bahwa varietas padi tersebut

termasuk ke dalam golongan cere. Bentuk tanaman dari padi varietas tersebut pada

saat praktikum termasuk tegak dengan sudut 25°, hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Suprihatno et al.(2010) yang menyatakan bahwa bentuk tanaman dari

varietas tersebut termasuk tegak. Tinggi tanaman dari varietas padi pada saat

praktikum setinggi 154 cm, hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Suprihatno

et al (2010) yang menyatakan bahwa tinggi tanaman dari padi varietas IR-64

setinggi 115-126 cm. Jumlah anakan produktif pada padi varietas tersebut pada saat

praktikum sebanyak 15 anakan, hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan

Suprihatno et al.(2010) yang menyatakan bahwa jumlah anakan dari padi varietas

terebut sebanyak 20-35 anakan. Warna kaki dari padi varietas pada saat praktikum

berwarna coklat dan warna batang yaitu hijau yang mana hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Suprihatno et al.(2010) yang menyatakan bahwa warna kaki dan warna

batang dari padi varietas tersebut berwarna hijau. Posisi daun dan posisi daun

bendera dari padi varietas tersebut termasuk tegak dengan sudut 29° untuk posisi

daun dan sudut 20° untuk posisi daun bendera, hal tersebut sesuai dengan

pernyataan Suprihatno et al (2010) yang menyatakan bahwa posisi daun dan posisi
daun bendera dari padi varietas tersebut termasuk tegak. Bentuk gabah dari padi

varietas pada saat praktikum termasuk ke kategori ramping dengan rationya 1:3, hal

tersebut sesuai dengan pernyataan Suprihatno et al (2010) yang menyatakan bahwa

bentuk gabah dari padi varietas tersebut termasuk ke kategori ramping, panjang.

Warna gabah dari padi varietas pada saat praktikum berwarna hijau muda, hal

tersebut tidak sesuai dengan pernyataan Suprihatno et al (2010) yang menyatakan

bahwa warna gabah dari padi varietas tersebut berwarna kuning bersih.
V. SIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa deskripsi varietas

merupakan informasi karakter tentang morfologi suatu tanaman, anjuran tanam dan

kemampuan tanaman dalam bertahan dari serangan OPT (organisme pengganggu

tanaman), yang meliputi asal, golongan, umur tanaman, bentuk tanaman, tinggi

tanaman, anakan produktif, warna kaki, warna batang, posisi daun, posisi daun

bendera, bentuk gabah, warna gabah, tekstur nasi, bobot 1000 butir, kadar amilosa

dan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Deskripsi varietas tanaman padi

varietas Inpari 31 adalah golongan cere, bentuk tanaman yang tegak, tinggi tanaman

yaitu 85 cm, jumlah anakan produktif sebanyak 14 anakan, warna kaki berwarna

hijau kekuningan, warna batang berwarna hijau, posisi daun dan posisi daun

bendera adalah miring, bentuk gabah yaitu ramping, serta warna gabah yaitu hijau

kekuningan.
DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, T. Taufiq dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani
Kedelai Kacang Hijau Kacang Panjang. Absolut, Yogyakarta.

Atman. 2007. Varietas unggul baru padi sawah batang lembang : deskripsi dan
teknologi budidaya. Jurnal Ilmiah Tambua. 6(2): 153-162.

Badan Litbang Pertanian. 2011. Varietas Inpago Unsoed 1. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Jakarta.

Badan Litbang Pertanian. 2012. Varietas Padi Unggulan Badan Litbang Pertanian.
Agroinovasi Edisi 25-31 No. 3441 Tahun XI_II.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Pedoman Umum


Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah Irigasi.

Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2019. Varietas Inpari 31. Online.
Diakses www.litbangpertanian.go.id/varietas/1023/ pada 14 Mei 2019.

Pinem, A. H., A. Barus, dan C. Hanum. 2013. Efektifitas jarak tanam dan jumlah
benih per lubang tanam terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo.
Jurnal Online Agroekoteknologi. 1(4): 23-31.

Hartati, S., Subandriyo, Hartatik T. 2010. Keragaman morfologi dan diferensiasi


genetik sapi peranakan Ongole di peternakan rakyat. JITV. 15(1):72-80.

Irawan, B. dan K. Purbayanti. 2008. Karakterisasi Dan Kekerabatan Kultivar Padi


Lokal di Desa Rancakalong, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang.
Semiar Nasional PTTI. Universitas Padjajaran, Bandung.

Iswanto, E. H., U. Susanto, dan A. Jamil. 2015. Perkembangan dan tantangan


perakitan varietas tahan dalam pengendalian wereng coklat di Indonesia.
Jurnal Litbang Pertanian. 34(4): 189.

Jamil, A., M. J. Mejaya, R. H. Praptana, N. A. Subekti, M. Aqil, A. Musaddad dan


F. Putri. 2016. Deskripsi Varietas Unggul Padi Sawah Irigasi. Kementerian
Pertanian.

Mahmud, Y. 2014. Keragaman agronomis beberapa varietas unggul baru tanaman


padi (Oryza sativa L.) pada model pengelolaan terpadu. Jurnal Ilmiah Solusi.
1(1): 1-10.

Mulsanti, I. W. 2014. Hasil padi dari empat kelas benih yang berbeda. Jurnal
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 33(3): 18-26.
Nilahayati dan Putri, L. A. P. 2015. Evaluasi keragaman karakter fenotipe beberapa
varietas kedelai (Glycine max L.) di daerah Aceh Utara. Jurnal Floratek.
10(3): 36-45.

Nuraida, D. 2012. Pemuliaan tanaman cepat dan tepat melalui pendekatan marka
molekuler. Jurnal El-Hayah. 2(2): 97-103.

Purwani, E. Y. dan I. P. Wardana. 2018. Karakteristik fisika-kimia beras khusus


untuk pangan inovatif. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 2(1):
165-172.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2015. Perakitan Varietas


Padi Unggul. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Shiddiqui, S. U. T., Kumomun dan H. Salih. 2007. Paksitan rice genetic resources-
I grain morphological diversity and it’s distribution. Journal Botani. 29(3):
841-848.

Sing, R. K. Dan G. S. Khush. 2004. Aromatic Rices. Oxford dan IBH Publishing,
New Delhi.

Subantoro, R., S. Wahyuni dan R. Prabowo. 2008. Pemuliaan tanaman padi (Oryza
sativa L.) varietas lokal menjadi varietas lokal yang unggul. Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian.4(2): 62-74.

Suhartini dan I. P. Wardana. 2011. Mutu beras padi aromatik dan pertanaman di
lokasi ketinggian berbeda. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 30(2):
101-106.

Sunarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang.

Suprihatno, B., A. Daradjat, Satoto, Baehaki, Widiarta, A. Setyono, S. D. Indrasari,


U. S. Lesmana, H. Sembiring. 2009. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi, Subang.

Syukur, M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik Pemuliaan Tanaman.


Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman Departemen Agronomi dan
Hotikultura IPB. Bogor.

Syukur.M., S. Sujiprihati., dan R. Yunianti. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Zhao, H. 2007. Correlation analysis of rice seed setting rate and weight of 1 000-
grain and agro-meteorology over the middle and lower reaches of the Yangtze
River, China. Agricultural Sciences in China, 6(4): 430-436.
LAMPIRAN

Lampiran 6.1. Dokumentasi Kegiatan Praktikum

Gambar 1. Pengamatan sifat-sifat padi varietas Inpari 31

Gambar 2. Pengukuran Panjang Malai


Lampiran 6.2. ACC Praktikum Acara 6
Lampiran 6.3. Abstrak Jurnal sebagai Pustaka
1

Anda mungkin juga menyukai