Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI DAN SERTIFIKASI BENIH

TENTANG PENGARUH BESAR KECILNYA BENIH (KACANG HIJAU)


PADA KECEPATAN BERKECAMBAH, PEMUNCULAN,
DAN PERTUMBUHAN BIBIT

Disusun oleh :
BARTH MAKAL (18031101030)

PROGRAM STUDI AGRONOMI

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benih kini merupakan komoditi perdagangan yang memiliki peranan penting dalam
produksi pertanian. Benih merupakan faktor awal yang menentukan berhasil tidaknya
budidaya pertanian yang dilakukan. Benih yang memiliki kualitas baik akan mendatangkan
hasil yang baik bagi budidaya pertanian yang di kembangkan. Namun sebaliknya benih
dengan kualitas yang buruk mampu mengakibatkan kegagalan hasil pada budidaya pertanian
yang diusahakan. Maka, benih harus selalu dijaga kualitasnya sejak dari proses produksi oleh
produsen benih, hingga kemudian disertifikasi dan dipasarkan sampai di tangan petani untuk
proses penanaman.
Seorang ahli fisiologi tanaman yang berasal dari Inggris V.H Blackman (1919),
menyatakan bahwa biji- biji yang besar akan menghasilkan tanaman yang lebih besar
dibandingkan dengan yang berasal dari biji-biji yang kecil. Disini ditekankan bahwa ukuran
besar bibit benih akan bergantung pada ukuran besar benih yang ditanam. Namun sepertinya
hanya berlaku pada pertumbuhan awal suatu tanaman. Benih-benih yang besar akan memiliki
kekuatan pemunculan ke permukaan tanah yang lebih besar dibanding dengan benih yang
kecil.
Beberapa peneliti melaporkan bahwa kekuatan tumbuh suatu benih beserta hasilnya akan
lebih besar, apabila benih-benih kecil dibuang pada saat pemrosesan benih, sehingga yang
akan digunakan adalah benih besar untuk pertanaman. Kemudian ada juga peneliti-peniliti
lain yang mengatakan bahwa mekipun ada perbedaan kekuatan tumbuh benih dan hasil
tanaman antara penggunaan benih yang besar dan kecil, tetapi dengan membuang benih-
benih yang kecil merupakan tindakan yang tidak efisien. Sedangkan ada juga sekelompok
peneliti lain yang melakukan penelitian dan melaporkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara penanaman dengan menggunakan benih yang besar atau pun benih yang
kecil.
Penelitian-penelitian tentang pengaruh besar benih terhadap kekuatan tumbuh selalu
memberikan hasil yang berbeda-beda dan selalu memberikan kesimpulan yang tidak sama,
bahkan bertentangan dengan apa yang diharapkan. Berdasarkan hasil-hasil yang tidak
memiliki kepastian yang jelas maka dibutuhkan penelitian yang lebih lanjut dengan
melakukan pengujian (praktikum) secara langsung
Maka dari itu setelah melakukan praktikum dengan menggunakan benih kacang hijau
sebagai bahan praktikum, penulis telah menyusunnya ke dalam bentuk sebuah laporan yang
berjudul “LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI DAN SERTIFIKASI BENIH
TENTANG PENGARUH BESAR KECILNYA BENIH (KACANG HIJAU) PADA
KECEPATAN BERKECAMBAH, PEMUNCULAN, DAN PERTUMBUHAN BIBIT”.

1.2 Tujuan
Mengetahui dan memahami kemampuan suatu benih untuk berkecambah, muncul dan
tumbuh di lapangan pada benih yang memiliki perbedaan ukurannya (besar dan kecil).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kacang Hijau
Kacang hijau merupakan salah satu tanaman semusim yang berumur pendek(kurang lebih
60 hari). Tanaman ini disebut juga mungbean, green gram atau golden gram. Dalam dunia
tumbuh-tumbuhan, tanaman ini diklasifikasikan seperti berikut ini:
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Famili : Papilionaceae
Genus : Vigna
Spesies : Vigna radiata atau Phaseolus radiates.
Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan ketinggian sangat bervariasi, antara 30-60
cm, tergantung varietasnya. Cabangnya menyamping pada bagian utama, berbentuk bulat dan
berbulu. Warna batang dan cabangnya ada yang hijau dan ada yang ungu. Daunnya trifoliate
(terdiri dari tiga helaian) dan letaknya berseling. Tangkai daunnya cukup panjang, lebih
panjang dari daunnya. Warna daunnya hijau muda sampai hiaju tua.Bunga kacang hijau
berwarna kuning, tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang, dan dapat
menyerbuk sendiri.Polong kacang hijau berebntuk silindris dengan panjang antara 6-15 cm
dan biasanya berbulu pendek. Sewaktu muda polong berwarna hijau dan dan setelah tua
berwarna hitam atau coklat. Setiap polong berisi 10-15 biji. Biji kacang hijau lebih kecil
dibanding biji kacang-kacangan lain. Warna bijinya kebanyakan hijau kusam atau hijau
mengilap, beberapa ada yang berwarna kuning, cokelat dan hitam. Tanaman kacang hijau
berakar tunggang dengan akar cabang pada permukaan.

2.2 Benih
Benih merupakan bagian dari sistem yang memungkinkan penyebaran hidupnya pada
suatu spesies tanaman. Benih memerlukan lingkungan tumbuh yang cocok untuk dapat
berkecambah normal. Benih yang tidak berkecambah walaupun dapat ditumbuhkan pada
lingkungan yang cocok merupakan benih yang mengalami dormansi. Benih yang baik untuk
ditanam ialah benih yang memiliki daya kecambah tinggi. Daya berkecambah suatu benih
dapat diartikan sebagai mekar dan berkembangnya bagian–bagian penting dari suatu embrio
suatu benih yang menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada
lingkungan yang sesuai. Dengan demikian pengujian daya kecambah benih ialah pengujian
akan sejumlah benih, berupa persentase dari jumlah benih tersebut yang dapat atau mampu
berkecambah pada jangka waktu yang telah ditentukan.
Ciri utama benih ialah kalau benih itu dapat dibedakan dari biji karena mempunyai daya
hidup yang disebut viabilitas. Namun, semua insane benih, apapun fungsi yang
disandangnya, senantiasa mendambakan benih vigor, tidak sekedar benih yang hidup
(viable). Sekedar benih yang mempunyai potensi hidup normal pun tidak cukup. Mengenai
benih yang hidup, kalau dibatasi secara negatif menjadi gampang. Indikasi bahwa benih itu
mati. Kalaupun benih itu menunjukkan gejala hidup saja, misalnya yang ditunjukkan oleh
tingkat pernapasannya, bahkan oleh sel-sel embrio yang tidak mati. Benih dapat
dikategorikan mempunyai daya hidup sekalipun benih itu tidak menunjukkan pertumbuhan.
Kalau benih itu menumbuhkan akar embrionalnya, benih itu hidup.
Mutu benih mencakup tiga aspek, yaitu :
 Mutu genetik, yaitu aspek mutu benih yang ditentukan berdasarkan identitas genetik
yang telah ditetapkan oleh pemulia dan tingkat kemurnian dari varietas yang
dihasilkan, identitas benih yang dimaksud tidak hanya ditentukan oleh tampilan
benih, tetapi juga fenotipe tanaman.
 Mutu fisiologi, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukkan oleh viabilitas benih
meliputi daya berkecambah/daya tumbuh dan vigor benih.
 Mutu fisik, yaitu aspek mutu benih yang ditunjukkan oleh tingkat kebersihan,
keseragaman biji dari segi ukuran maupun bobot, kontaminasi dari benih lain atau
gulma, dan kadar air.
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya,
hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut.
Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embrio. Biji yang telah masak dan siap
untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk
dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment,
skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi
digunakan untuk mengatasi dormansi embrio.

2.3 Pengaruh Ukuran Benih


Untuk dapat berkecambah dan tumbuh menjadi tanaman yang normal maka benih
memerlukan faktor-faktor yang dapat mendukung dalam perkecambahannya. Faktor yang
berasal dari dalam benih antara lain : ukuran benih, yang pada umumnya berkolerasi atau
berhubungan dengan kecepatan berkecambah, pemunculan dan pertumbuhan bibit, sehingga
berpengaruh terhadap berat semai. Ukuran biji pada umumnya akan mempunyai korelasi
yang besar dengan berat semai benih. Hal tersebut dapat dilihat dari biji yang terberat dalam
sebidang lahan, maka benih tersebut akan tumbuh dan menghasilkan semaian yang paling
kuat.
Di dalam jaringan penyimpanannya benih memiliki karbohidrat, protein, lemak dan
mineral. Dimana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dean energi bagi embrio
pada saat perkecambahan. Diduga bahwa benih yang berukuran besar dan berat mengandung
cadangan makanan lebih banyak dibandingkan dengan benih berukuran kecil, mungkin pula
embrionya lebih besar.
Ukuran benih menunjukkan korelasi positif terhadap kandungan protein pada benih
sorgum (Sorghum vulgare), makin besar/berat ukuran benih maka kandungan proteinnya
makin meningkat pula. Berat benih berpengaruh pula terhadap kecepatan pertumbuhan dan
produksi, karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat
tanaman pada saat dipanen.
Kuswanto (2003) menemukan bahwa laju pertumbuhan kecambah meningkat dengan
meningkatnya besaran benih, dan benih berbentuk bulat lebih tinggi laju pertumbuhannya
daripada yang berbentuk pipih.
2.4 Vigor
Vigor adalah sejumlah sifat-sifat benih yang mengidikasikan pertumbuhan dan
perkembangan kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan kondisi lapang yang luas.
Cakupan vigor benih meliputi aspek-aspek fisiologis selama proses perkecambahan dan
perkembangan kecambah. Vigor benih bukan merupakan pengukuran sifat tunggal, tetapi
merupakan sejumlah sifat yang menggambarkan beberapa karakteristik yang berhubugan
dengan penampilan suatu lot benih yang antara lain :
 Kecepatan dan keserempakan daya berkecambah dan pertumbuhan kecambah.
 Kemampuan munculnya titik tumbuh kecambah pada kondisi lingkungan yang tidak
sesuai untuk pertumbuhan.
 Kemapuan benih untuk berkecambah setelah mengalami penyimpanan.
Secara ideal semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila
ditanam pada kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta
berproduksi tinggi dengan kualitas yang baik. Vigor tumbuh dapat dikatakan sebagai
“kekuatan tumbuh” untuk menjadi tanaman yang normal meskipun keadaan biofisik
lapangan kurang menguntungkan (suboptimal). Vigor dapat dibedakan atas:
 Vigor benih.
 Vigor kecambah.
 Vigor bibit.
 Vigor tanaman.
Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih
bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi
dicirikan:
 Tahan disimpan lama.
 Tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
 Cepat dan pertumbuhannya merata.
 Mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam
lingkungan tumbuh yang sub optimal.
Vigor merupakan derajat kehidupan benih dan diukur berupa; benih yang berkecamabah,
kecepatan perkecambahan, jumlah kecambah normal, pada berbagai lingkungan yang
memadai. Selain itu juga harus diperhatikan semua atribut perkecambahan secara morfologi
dan fisiologis yang mempengaruhi kecepatan. Keseragaman pertumbuhan benih pada
berbagai lingkungan, ini merupakan tolak ukur ketahanan benih (fisiologis) atau
kesehatannya.
Vigor benih adalah kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal pada kondisi
suboptimum di lapang sesudah disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan
ditanam dalam kondisi lapang yang optimum. Tanaman dengan tingkat vigor yang tinggi
mungkin dapat dilihat dari fenotipe kecambah atau bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat
berfungsi sebagai landasan pokok untuk ketahananya terhadap berbagai kondisi  yang
menimpanya.
Vigor kekuatan tumbuh benih merupakan derajat kehidupan benih dan diukur berupa ;
benih yang berkecambah, jumlah kecambah normal, kecepatan perkecambahan (speed of
germination), laju pertumbuhan kecambah (seedling growth rate) pada berbagai lingkungan
yang memadai, selain itu juga harus diperhatikan semua atribut perkecambahan secara
morfologi dan fisiologis yang mempengaruhi kecepatan, keseragaman pertumbuhan benih
pada berbagai lingkungan, ini merupakan tolak ukur ketahanan benih (fisiologis) atau
kesehatannya. Benih yang memiliki vigor rendah menurut Copeland (1980) akan berakibat
terjadinya:
 Kemunduran benih.
 Makin sempitnya keadaan lingkungan dimana benih dapat tumbuh.
 Kecepatan berkecambah menurun.
 Kepekaan akan serangan hama.
 Meningkatnya jumlah kecambah abnormal.
 Rendahnya produksi tanaman.
Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih
yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi
dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan
merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi
baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal. Pada umumnya uji vigor benih
hanya sampai pada tahapan bibit. Karena terlalu sulit dan mahal untuk mengamati seluruh
lingkaran hidup tanaman. Oleh karena itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan
mengukur kecepatan berkecambah sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi
antara kecepatan berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman. Rendahnya vigor
pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor genetis, fisiologis,
morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia.

2.5 Viabilitas dan Vigor Benih


Kualitas benih dapat dilihat dari viabilitas dan vigor benih. Sebagian besar ahli teknologi
benih dan kalangan perdagangan mengartikan viabilitas sebagai kemampuan benih untuk
berkecambah dan menghasilkan kecambah secara normal (Copeland dan Mc Donald, 1995).
Sadjad (1999) menyatakan bahwa viabilitas benih adalah gejala hidup benih yang dapat
ditunjukkan melalui metabolisme benih dengan gejala pertumbuhan. Menurut Sadjad (1993),
tujuan analisis viabilitas benih adalah untuk memperoleh informasi mutu fisiologi benih.
Klasifikasi metode analisis viabilitas 5 benih meliputi metode langsung dan tidak langsung.
Metode langsung apabila apabila menilai dari gejala pertumbuhannya. Metode tidak
langsung dilakukan dalam pengujian viabilitas benih apabila deteksi viabilitas didasarkan
pada aktivitas pernafasan pada sejumlah benih atau aktivitas suatu enzim yang ada kaitannya
dengan pertumbuhan.
Gejala metabolisme dapat ditunjukkan dari analisis biokimia, sedangkan gejala
pertumbuhan diketahui lewat indikasi fisiologis yang mencakup potensi tumbuh maksimum,
bobot kering kecambah normal, dan daya berkecambah. Daya berkecambah dilihat dari
perbandingan jumlah benih yang berkecambah normal dalam kondisi dan periode
perkecambahan tertentu (Dermawan, 2007).
Benih dengan viabilitas tinggi akan menghasilkan bibit yang kuat dengan perkembangan
akar yang cepat sehingga menghasilkan pertanaman yang sehat dan mantap. Vigor adalah
sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan tingkat potensi aktivitas dan kinerja
atau lot benih selama perkecambahan dan munculnya kecambah. Vigor adalah suatu
indikator yang dapat menunjukan bagaimana benih tumbuh pada kondisi lapang yang
bervariasi. Vigor merupakan gabungan antara umur benih, ketahanan, kekuatan, dan
kesehatan benih yang diukur melalui kondisi fisiologinya, yaitu pengujian stress atau
memalui analisis biokimia (ISTA, 2007).
Vigor benih sewaktu disimpan merupakan faktor peting yang mempengaruhi umur
simpannya. Proses kemunduran benih berlangsung terus dengan semakin lamanya benih
disimpan sampai akhirnya semua benih mati. Lot benih yang baru dan vigor mempunyai
daya simpan yang lebih lama dibanding dengan lot benih yang lebih tua yang mungkin
sedang mengalami proses kemunduran sangat cepat ( Justice dan Bass, 2002).
Benih yang ditanam memberikan dua kemungkinan hasil. Pertama, benih tersebut
menghasilkan tanaman normal sekiranya kondisi alam tempat tumbuhnya optimum. Kedua,
tanaman yang tumbuh abnormal atau mati. Benih mempunyai daya hidup potensial atau
Viabilitas Potensial (Vp), karena hanya akan tumbuh menjadi tanaman normal apabila
kondisi alamnya optimum. Benih yang masih mampu menumbuhkan tanaman normal, meski
kondisi alam tidak optimum atau suboptimum disebut benih yang memiliki Vigor (Vg).
Benih yang vigor akan menghasilkan produk di atas normal kalau ditumbuhkan pada kondisi
optimum (Sadjad , et. al., 1999).
Benih vigor yang mampu menumbuhkan tanaman normal pada kondisi alam suboptimum
dikatakan memiliki kekuatan tumbuh. Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT) mengindikasikan
vigor benih menghadapi lahan pertanian yang kondisinya dapat suboptimum. Bila benih yang
memiliki VKT tinggi ditanam di lahan produksi, akan menumbuhkan tanaman yang tegar,
tanaman yang pada akhirnya akan membuahkan produksi yang normal walaupun kondisi
alamnya tidak optimum.

2.6 Produksi dan Sertifikasi Benih


Dalam menghasilkan benih bermutu, minimal melibatkan 2 aspek penting, yakni prinsip
genetik dan prinsip agronomik. Prinsip genetik adalah pengendalian mutu benih internal yang
dilaksanakan produsen benih agar kemunduran genetik tidak terjadi dan benih yang
dihasilkan memiliki kemurnian genetik yang tinggi. Adapun prinsip agronomik adalah
tindakan budidaya produksi agar benih yang dihasilkan dapat maksimum, baik dalam
kuantitas maupun kualitas (terutama mutu fisik dan mutu fisiologis benih). Sertifikasi Benih
adalah suatu proses pemberian sertifikasi atas cara perbanyakan, produksi dan penyaluran
benih sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh Departemen Pertanian untuk dapat
diedarkan serta standard sertifikasi benih, baik standar lapangan maupun laboratorium yang
ketat dalam mempertahankan kemurnian varietas tersebut.
Sertifikasi Benih dimaksudkan sebagai pelayanan terhadap produsen/penangkar serta
pedagang benih. Kegiatan sertifikasi ini bertujuan untuk memelihara kemurnian dan mutu
dari varietas unggul melalui perbanyakan benih bersertifikat dengan cara menilai kemurnian
pertanaman dilapangan (Mutu Genetik) maupun kemurnian di laboratorium (Mutu Fisik dan
Fisiologis) serta menyediakan secara kontiniu kepada petani.
Berikut fungsi dari sertifikasi benih :
 Membantu para pemulia tanaman (Breeder) dalam memelihara kebenaran varietas
hasil karya mereka.
 Membantu para produsen benih dalam usaha mencapai tingkat mutu benih yang
sebaik-baiknya.
 Membantu para konsumen benih dalam usaha untuk mendapatkan benih yang sejauh
mungkin dapat dijamin baik kebenaran varietas maupun mutunya sesuai dengan
tingkat mutu dan varietas yang diinginkan.
Berikut tugas dari sertifikasi benih :
 Mengadakan pemeriksaan lapang.
 Mengadakan pengawasan panen dan pengolahan benih.
 Mengadakan pemeriksaan alat panen dan alat pengolahan benih .
 Mengadakan pengambilan contoh benih untuk diuji di laboratorium.
 Menetapkan lulus atau tidak lulus suatu benih dalam rangka sertifikasi.
 Mengadakan pengawasan pemasangan label dan segel sertifikasi.
 Mengadakan pengumpulan dan penilaian data pelaksanaan sertifikasi untuk
penyempurnaan penerapan sistem sertifikasi benih.
 Melaksanakan pencatatan dan penyimpanan data yang berhubungan dengan kegiatan
sertifikasi.
Berikut kelas-kelas benih bersertifikat :
 Benih Penjenis (BS) adalah benih yang dihasilkan oleh atau dibawah pengawasan
pemulia tanaman atau instansinya dan merupakan sumber untuk perbanyakan Benih
Dasar.
 Benih Dasar (BD atau FS) adalah benih bersertifikat yang merupakan keturunan
pertama dari Benih Penjenis (BP) yang dihasilkan oleh BPTP, BBI atau
Badan/Instansi lain yang ditunjuk dan merupan sumber untuk perbanyakan Benih
Pokok.
 Benih Pokok (BP atau SS) adalah benih bersertifikat yang merupakan turunan kedua
dari Benih Penjenis (BS) atau keturunan pertama dari Benih Dasar (BD) yang
dihasilkan oleh BBI, BBU atau Badan Usaha lainnya yang memenuhi syarat dan
merupakan sumber untuk perbanyakan Benih Sebar (BR).
 Benih Sebar (BR atau ES) adalah benih bersertifkat yang merupakan keturunan dari
Benih Penjenis, Benih Dasar, Benih Pokok yang dihasilkan oleh BBU, Penangkar
Benih dan merupakan benih yang dianjurkan untuk dipergunakan oleh para petani
konsumen benih.
Pada dasarnya cara-cara menghasilkan benih bersertifikat sama saja dengan cara
menghasilkan untuk konsumsi yaitu melalui sistem 10 program teknologi ditambah dengan
beberapa perlakuan serta persyaratan tertentu. Adapun tahapan-tahapan untuk menghasilkan
benih bersertifikat adalah sebagai berikut :
1. Adanya ketersediaan lahan/areal penangkaran yang terjamin, suatu areal sertifikasi
dapat terdiri dari satu hamparan yang terdiri dari beberapa petak/areal yang terpisah-
pisah tetapi jarak antara satu dan lainnya tidak lebih dari 10 meter dan tidak
dipisahkan oleh varietas lain/tanaman lain.Satu unit lahan sertifikasi hanya boleh
ditanami dengan satu kelas benih dan satu varietas. Lahan yang akan digunakan harus
diketahui sejarah penggunaan sebelumnya, batas lahan atau batas waktu.
2. Adanya ketersediaan Benih Sumber yang diinginkan untuk diperbanyak, sesuai
dengan kelas benih yang diinginkan (misalnya : ingin menghasilkan Benih Sebar
(BR) maka Benih Sumbernya harus Kelas Benih Pokok (BP).
3. Mengajukan permohonan sertifikasi benih. Permohonan diajukan ke Instansi
Penyelenggara Sertifikasi Benih paling lambat 10 hari sebelum tabur/tanam.
4. Mengajukan permohonan sertifikasi benih. Permohonan diajukan ke Instansi
Penyelenggara Sertifikasi Benih paling lambat 10 hari sebelum tabur atau tanam.
5. Melaksanakan pengolahan tanah dengan baik secara teratur dan intensif.
6. Menabur dan memelihara persemaian.
7. Menanam bibit/benih.
8. Pemupukan dan pengairan.
9. Melaksanakan seleksi atau Roguing sesuai dengan tahapan atau fase dari masing-
masing komoditi yang diperbanyak/ditangkarkan.
10. Membersihkan areal penangkaran dari gulma dan rerumputan.
11. Melaksanakan panen.
12. Pengolahan Benih.
13. Pemakingan dan pemasangan label.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
 Waktu : Tanggal 25 September 2020 – 9 Oktober 2020.
 Tempat : Pekarangan Rumah di Jalan Bethesda 5. Kelurahan Ranotana, Manado.

3.2 Alat dan Bahan


Alat :
 2 Polybag.
 Sekop
Bahan :
 Benih kacang hijau (50 benih besar dan 50 benih kecil)
 Media tanah.
 Air (disiram sesuai kebutuhan).

3.3 Prosedur Kerja


1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Memilih terlebih dahulu 50 benih besar dan 50 benih kecil kacang hijau.
3. Mengisi tanah ke dalam 2 polybag yang telah disiapkan.
4. Kemudian, membuat masing-masing 50 lubang tanam pada setiap polybag yang berisikan
tanah untuk 50 benih besar dan 50 benih kecil.
5. Setelah itu, meletakkan 50 benih besar dan 50 benih kecil ke dalam setiap lubang tanam
pada polybag yang pertama (untuk benih besar) dan polybag yang kedua (untuk benih
kecil).
6. Selanjutnya, menutup setiap lubang tanam dengan tanah di sekitarnya.
7. Setelah selesai ditanam, jangan lupa untuk menyiram dengan kadar air secukupnya pada
tanaman secara rutin.
8. Mengamati dan mencatat perkecambahan benih setiap hari dengan rentang waktu satu
minggu setelah tanam. Kemudian, mengukur tinggi tanaman pada setiap polybag 2
minggu setelah tanam.
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Perkecambahan Polybag 1 (Benih Besar) Polybag 2 (Benih Kecil)

Hari pertama (setelah tanam) 0 0

Hari kedua 2 4

Hari ketiga 36 (2 abnormal) 24 (2 abnormal)

Hari keempat 12 (1 abnormal) 22 (3 abnormal)

Total 50 (3 abnormal) 50 (5 abnormal)

N1 N2 Nn
Rumus Indeks Vigor : + + ......
T1 T2 Tn
N = Jumlah benih yang berkecambah normal.
T = Waktu sesuai dengan pengamatan.

2 36−2 12−1 34 11
Perhitungan Indeks Vigor (Benih Besar) : + + =1+ + = 15,08
2 3 4 3 4
4 24−2 22−3 22 19
Perhitungan Indeks Vigor (Benih Besar) : + + =2+ + = 14,08
2 3 4 3 4

( 50 ) ( A 1+ A 2+… An)
Rumus koefisien vigor : A 1 T 1+ A 2 T 2+… AnTn
¿
¿
A : Jumlah benih yang berkecambah pada hari tertentu
T : Waktu yang berkesesuaian dengan A
N : Jumlah hari pada penilaian/perhitungan terakhir

( 50 ) (2+34+11) 2350
Perhitungan Koefisien Vigor (Benih Besar) : 2+102+44 = = 15,87
¿ 148
¿
( 50 ) (4 +22+19) 2250
Perhitungan Koefisien Vigor (Benih Kecil) : 8+66+76 = = 15
¿ 150
¿

50−3 47
Presentase Daya Kecambah (Benih Besar) : x 100% = x 100% = 94%
50 50
50−5 45
Presentase Daya Kecambah (Benih Kecil) : x 100% = x 100% = 90%
50 50
Rata-rata Tinggi Tanaman (Benih Besar) : 29,3 cm.
Rata-rata Tinggi Tanaman (Benih Kecil ) : 31,3 cm.

BENIH KECIL BENIH BESAR


4.2 Pembahasan
Pada tanggal 25 September 2020, praktikan telah melakukan praktikum tentang
pengujian vigor pada benih dan bertujuan untuk melihat apakah penggunaan benih besar dan
benih kecil menghasilkan pengaruh yang berbeda ditinjau dari kecepatan berkecambah,
pemunculan kecambah di atas tanah, dan pertumbuhannya. Praktikan menggunakan benih
kacang hijau sebagai indikator percobaan untuk menunjang keberhasilan praktikum ini.
Praktikum ini dilaksanakan di pekarangan rumah praktikan sendiri yang berlokasikan di jalan
Bethesda 5, kelurahan ranotana, kota manado. Pengamatan dari praktikum ini berlangsung
mulai dari tanggal 25 September 2020 – 9 Oktober 2020. Praktikan menggunakan 50 benih
besar kacang hijau dan 50 benih kecil kacang hijau yang penanamannya dibagi ke dalam 2
polybag, jadi masing-masing polybag memuat 50 benih kacang hijau. Pada polybag pertama
ditanamkan 50 benih besar kacang hijau dan polybag kedua ditanamkan 50 benih kecil
kacang hijau dengan pembuatan lubang tanam dengan jarak tidak terlalu rapat. Kemudian
dilakukan penyiraman dengan kadar air secukupnya secara rutin untuk menjaga kelembaban
tanah sehingga memicu perkecambahan benih yang lebih cepat.
Pada hari pertama pengamatan setelah penanaman, mulai menunjukkan tanda-tanda
perkecambahan dari benih kacang hijau tersebut (baik benih besar maupun benih kecil),
namun belum sempurna untuk dikatakan bahwa benih tersebut mulai berkecambah. Seperti
yang diketahui bahwa benih kacang hijau perkecambahannya paling cepat dibandingkan
dengan benih-benih lainnya. Hal tersebut dibuktikkan dengan pengamatan hari pertama yang
mulai menunjukkan tanda-tanda perkecambahan namun belum terhitung sebagai benih yang
telah berkecambah dikarenakan belum muncul sepenuhnya di atas permukaan tanah.
Kemudian pada pengamatan hari ke-2, praktikan sudah dapat memastikan bahwa sudah
ada 2 benih kacang hijau yang telah berkecambah pada polybag pertama (benih besar).
Ditandai dengan ciri-ciri yang telah terlihat seperti kecambah sudah muncul di permukaan
tanah, terbentuknya kotiledon, kecambahnya tidak terbelah, kemudian terdapatnya radikula
dan plumula pada benih kacang hijau yang telah diamati. Selanjutnya pada polybag kedua
(benih kecil), terdapat 4 benih kacang hijau yang telah berkecambah. 4 benih tersebut
semuanya berkecambah secara normal sama halnya pada benih besar.
Pada pengamatan hari ketiga, pada polybag pertama (benih besar) menunjukkan adanya
tambahan 36 benih kacang hijau yang telah berkecambah. Tetapi dari 36 benih yang
berkecambah, terdapat 2 benih yang berkecambah secara abnormal. Kemudian pada polybag
kedua (benih kecil) sudah tertambah 24 benih kacang hijau yang telah berkecambah. Tetapi
dari 24 benih yang berkecambah, terdapat 2 benih yang perkecambahannya abnormal. Tinggi
dari kecambah benih yang perkecambahannya abnormal awalnya mirip dengan benih-benih
yang perkecambahannya normal, dan ketika diamati lebih detail lagi, benih tersebut tidak
memiliki plumula. Awalnya, praktikan mengira bahwa mungkin belum saatnya terbentuk,
tetapi setelah satu minggu pengamatan tinggi kecambahnya sudah tertinggal (pendek) jika
dibandingkan dengan tinggi kecambah lainnya dan tetap saja tidak terdapat plumula.
Selanjutnya pada pengamatan hari keempat, pada polybag pertama (benih besar) sisanya
telah berkecambah yaitu 12 benih. Tetapi dari 12 benih yang berkecambah terdapat 1 benih
yang berkecambah secara abnormal. Kemudian pada polybag kedua (benih kecil) sisannya
telah berkecambah yaitu 22 benih. Tetapi dari 22 benih yang berkecambah terdapat 3 benih
yang berkecambah secara abnormal. Sama seperti yang telah dijelaskan pada paragraph
sebelumnya bahwa ciri-ciri dari kecambah yang tidak abnormal yaitu tidak terdapatnya
plumula, dan tinggi tanamannya setelah diamati berulang-ulang kali selama satu minggu
tidak memiliki pertumbuhan yang sama seperti benih-benih lainnya yang berkecambah
secara normal. Dengan demikian dapat dilihat bahwa benih kacang hijau milik praktikan
memerlukan 4 hari untuk mengecambahkan 50 benih besar kacang hijau dan 50 benih kecil
kacang hijau.
Kemudian melalui perhitungan indeks vigor, pada polybag pertama (benih besar)
menghasilkan indeks vigor benih sebesar 15,08 dan pada polybag kedua (benih kecil)
menghasilkan indeks vigor benih sebesar 14,08. Dari hasil yang didapat perbedaan hasilnya
tidak terlalu signifikan, namun terbukti bahwa kekuatan tumbuh dari benih besar lebih baik
dan laju pertumbuhan kecambahnya lebih cepat dibandingkan benih kecil. Begitu juga
dengan hasil yang didapat melalui perhitungan koefisien vigor (yang sebenarnya tidak
berbeda nyata), dimana koefisien vigor dari benih besar sebesar 15,87 dan koefisien vigor
dari benih kecil sebesar 15. Hal ini menjelaskan bahwa cadangan makanan pada benih besar
lebih banyak dibandingkan benih kecil sehingga berkolerasi atau berhubungan dengan
kecepatan berkecambah, pemunculan dan pertumbuhan bibitnya. Vigor benih kecil lebih
rendah dari pada benih besar ditandai dengan jumlah kecambah abnormal yang lebih banyak
dari benih besar. Hal ini selaras dengan apa yang telah dijelaskan di tinjauan pustaka
mengenai benih yang memiliki vigor rendah. Benih yang memiliki vigor rendah menurut
Copeland (1980) akan berakibat terjadinya: kemunduran benih, makin sempitnya keadaan
lingkungan dimana benih dapat tumbuh, kecepatan berkecambah menurun, kepekaan akan
serangan hama, meningkatnya jumlah kecambah abnormal dan rendahnya produksi tanaman.
Selanjutnya apabila ditinjau dari daya kecambahnya, pada hasil perhitungan daya
kecambah benih besar adalah 94%, sedangkan pada hasil perhitungan daya kecambah benih
kecil adalah 90%. Perbedaan hasil tersebut dikarenakan jumlah kecambah abnormal dari
benih besar lebih sedikit dari benih kecil, sehingga dapat dipastikan daya kecambah dari
benih besar lebih besar dari pada benih kecil. Hasil ini dapat dijelaskan karena pengaruh
banyak sedikitnya kandungan endosperm pada benih, dimana kandungan endosperm pada
benih yang berukuran besar tentu lebih banyak daripada benih berukuran kecil. Kandungan
endosperm merupakan faktor internal benih yang berpengaruh terhadap keberhasilan
perkecambahan benih, karena hal ini berhubungan dengan kemampuan biji melakukan
imbibisi dan ketersediaan sumber energi kimiawi potensial bagi benih. Terutama pada awal
fase perkecambahan dimana benih membutuhkan air untuk perkecambahan, hal ini dicukupi
dengan menyerap air secara imbibisi dari lingkungan sekitar biji, setelah biji menyerap air
maka kulit biji akan melunak dan terjadilah hidrasi protoplasma, kemudian enzim-enzim
mulai aktif, terutama enzim yang berfungsi mengubah lemak menjadi energi melalui proses
respirasi.
Kemudian ditinjau dari tinggi tanaman, setelah praktikan mengukur tinggi tanaman pada
polybag pertama (benih besar) dan polybag kedua (benih kecil) menghasilkan rata-rata tinggi
tanaman pada benih besar 29,3 cm dan benih kecil 31,3 cm. Dapat dilihat bahwa rata-rata
tinggi tanaman benih kecil lebih tinggi dari pada tinggi tanaman benih besar. Hal ini dapat
disebabkan karena adanya perbedaan paparan cahaya matahari pada kedua polybag. Dimana
pada polybag kedua (benih kecil) diletakkan pada tempat yang paparan cahayanya lebih
banyak dibandingkan pada polybag pertama (benih besar), sehingga dalam hal penyerapan
cahaya dan proses mengkonversikannya menjadi energi lebih baik pada benih kecil. Akibat
penyerapan cahaya yang lebih tinggi sehingga energi yang dibutuhkan untuk menunjang
pertumbuhan tanaman lebih baik pula. Dapat dilihat juga pada gambar di atas, batang
tanaman benih kecil lebih kokoh dan daunnya masih lebih lebar dan panjang dibandingkan
dengan tanaman benih besar. Kemungkinan lainnya adalah dikarenakan dalam satu polybag
ditanam 50 benih sehingga dapat terjadi kompetisi dalam hal penyerapan unsur hara beserta
air.
Berdasarkan literatur yang didapat berikut akan dijelaskan bagaimana cara memproduksi
benih kacang hijau ditinjau dari faktor agronomi :
 Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan bertujuan untuk menyiapkan media tanam yang baik supaya benih dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik sehingga menghasilkan benih yang memiliki
kualitas unggul. Lahan yang digunakan harus subur, aman dari sisa tanaman, cukup air
dan aman dari hama penyakit.
 Penyemaian benih
Dilakukan pada saat lahan telah siap dan sudah diolah. Sebelum melakukan kegiatan
penyemaian, benih sebaiknya di rendam beberapa hari pada air yang telah dicampur
dengan bahan kimia seperti Urea, SP, Kcl, yang bertujuan untuk meningkatkan daya
tahan dan adaptasi benih terhadap kondisi lapang.
 Penanaman
Benih yang akan ditanam juga membutuhkan perawatan benih dengan memberikan
pestisida terhadap benih. Jarak tanam, dan beberapa factor lingkungan perlu diperhatikan.
Faktor lingkungan perlu diperhatikan pada saat fase awal adalah ketersediaan air yang
cukup supaya unsur hara lahan tercukupi dan proses pertumbuhan dapat berlangsung
dengan baik. Selain itu benih kacang hijau membutuhkan cahaya matahari yang banyak.
Pada suatu penelitian dijelaskan bahwa rata-rata tinggi tanaman pada naungan dan
lapangan berbeda. Pada 2 minggu pertama, tinggi tanaman pada naungan lebih tinggi
dibanding dengan tanaman yang tumbuh di lapangan. Sedangkan pada minngu ketiga dan
keempat, rata-rata tinggi tanaman pada naungan dan lapangan kurang lebih sama. Tetapi,
pada minggu kelima hingga terakhir, tinggi tanaman pada lapangan lebih tinggi daripada
tanaman yang terdapat pada naungan. Hal ini dapat terjadi mungkin karena factor iklim
yang berbeda antara naungan dan lapangan. Dari data yang didapat ternyata temperature
udara dan temperature tanah naungan pada lebih rendah dari pada di lapangan, sebaliknya
kelembaban lebih tinggi pada naungan daripada di lapangan. Suhu yang lebih rendah dan
kelembaban lebih tinggi pada naungan disebabkan oleh sedikitnya cahaya matahari yang
masuk, sehingga temperature menjadi lebih rendah. Sedikitnya cahaya yang masuk,
merangsang bekerjanya hormone auksi, sehingga tumbuhan pada naungan dapat tumbuh
lebih tinggi daripada tumbuhan pada lapangan. Tetapi, mulai minggu ketiga hingga
terakhir, tinggi tanaman pada lapangan lebih tinggi. Hal ini disebabkan sering
matinyanya tanaman pada naungan, sehingga harus diganti dengan yang baru. Kematian
ini diakibat  banyaknya dan kuatnya curah hujan yang didapat, sehingga menyebabkan
tanaman tersebut patah ataupun busuk karena sering tergenang air. Maka, tanaman sering
diganti dengan sulaman yang tingginya kurang lebih sama. Karena seringnya mati dan
disulam, maka juga mempengaruhi tinggi tanaman yang diukur. Dari hasil tersebut, dapat
dilihat bahwa pertumbuhan suatu tanaman dipengaruhi oleh factor iklim pada daerah
tumbuh tanaman tersebut. Factor iklim tersebut juga mempengaruhi factor eksternal pada
tumbuhan, seperti hormone pertumbuhan, sehingg dapat mempengaruhi  pertumbuhan
suatu tanaman. Maka, tidak semua tumbuhan dapat hidup  pada iklim yang berbeda-beda
pada semua tempat.
 Pemeliharaan
Pemeliharaan pada tanaman mencakup kegiatan pemupukan, pengairan, pengendalian
hama dan penyakit beserta gulma, pemangkasan.
Berdasarkan literatur yang didapat berikut akan dijelaskan bagaimana cara memproduksi
benih kacang hijau ditinjau dari beberapa faktor genetik :
 Sejarah Lahan
Kondisi lingkungan tumbuh sangat menentukan mutu benih yang dihasilkan. Benih yang
mempunyai mutu genetik dan mutu fisiologis yang tinggi hanya dapat dihasilkan dari
pertanaman di lingkungan yang tepat. Oleh karena itu, lahan yang akan digunakan
hendaknya beririgasi teknis dengan pengairan yang terkontrol. Selain itu, perlu
diperhatikan bahwa lahan tersebut bukan bekas pertanaman varietas lain atau kelas benih
yang lain. Sebaiknya digunakan lahan yang sebelumnya ditanami komoditas lain atau
bera. Di samping itu, perlu pula dipertimbangkan kemudahan akses transportasi menuju
lokasi, karena proses produksi memerlukan pengelolaan dan pengawasan intensif,
termasuk oleh pihak BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi benih).
 Sumber Benih
Asal-usul benih yang akan ditanam sangat penting diperhatikan agar dapat menjamin
keaslian genetik dari benih yang akan dihasilkan. Benih sumber yang ditanam harus satu
kelas lebih tinggi dari kelas benih yang akan diproduksi. Sebagai contoh, untuk
memproduksi benih kelas BD (Benih Dasar), maka yang harus ditanam adalah benih
kelas BS (Benih Penjenis); untuk memproduksi benih kelas BP (Benih Pokok) harus
berasal dari benih kelas BD. Pemeriksaan benih sumber harus dilakukan sebelum benih
ditanam, yang mencakup sertifikat/label yang berisi informasi: asal benih, nama
produsen, varietas, tanggal selesai uji dan tanggal kadaluwarsa, dan mutu benih (daya
kecambah, kadar air, dan kemurnian fisik).
 Roguing
Benih bermutu baik mutu fisik maupun genetic memiliki peran penting dalam produksi
tanaman. Pemeliharaan mutu genetic benih kacang hijau dilakukan sejak sebelum tanam
(sumber benih dan lahan yang akan digunakan), selama di pertanaman, dan saat
prosesing. Pemeliharaan mutu genetic di pertanaman kacang hijau dilakukan dengan
kegiatan roguing (membuang tipe simpang). Pada pertanaman kacang hijau untuk benih,
minimal dilakukan tiga kali roguing, yaitu : pada awal pertumbuhan, pada saat berbunga
50%, dan pada saat masak fisiologis.
 Awal Pertumbuhan
Roguing pada fase awal pertumbuhan ini dilakukan pada umur 7-10 hari setelah
tanam, yang didasarkan pada warna hipokotil. Kacang hijau hanya memiliki warna
hipokotil hijau dan ungu. Tanaman dengan warna hipokotil menyimpang dibuang.

 Fase Berbunga
Pada fase ini roguing didasarkan pada warna bunga, umur berbunga, dan tinggi
tanaman. Kacang hijau yang hipokotilnya berwarna hijau akan memiliki warna
mahkota bunga kuning. Sedangkan yang memiliki warna hipokotil ungu akan
memiliki warna mahkota bunga kuning keunguan. Warna ini terlihat jelas pada saat
bunga menjelang mekar. Tanaman dengan warna bunga menyimpang, umur
berbunga tidak bersamaan, dan tinggi tanaman yang berbeda dibuang.

 Fase Masak Fisiologi


Roguing pada fase ini didasarkan pada :
 Warna polong masak, terdapat dua warna polong masak kacang hijau yang
mencolok yaitu hitam dan coklat jerami. Tanaman dengan warna polong masak
menyimpang dibuang.
 Ukuran polong, polong kacang hijau ada yang besar dan ada yang kecil, serta
ada yang panjang dan ada yang pendek. Tanaman dengan ukuran polong
menyimpang dibuang.
 Bentuk polong, polong kacang hijau ada yang bulat dan ada yang agak pipih,
serta berpinggang dan tidak berpinggang. Tanaman dengan bentuk polong
menyiimpang dibuang,
 Umur polong masak dan tinggi tanaman, tanaman dengan umur masak polong
dan tinggi tanaman yang menyimpang dibuang.
 Tipe tumbuh tanaman, yaitu determinate (pembungaan berhenti setelah
terbentuk polong), dan indeterminate (pembungaan masih berlangsung setelah
terbentuk polong). Tanaman dengan tipe tumbuh menyimpang dibuang.
 Panen
 Panen dilakukan bila sekitar 95% polong telah masak, yaitu berwarna coklat jerami
atau hitam.
 Panen dilakukan dengan cara mengambil polong yang sudah masak.
 Polong hasil panen langsung dikeringkan (dihamparkan) di bawah sinar matahari
dengan ketebalan sekitar 25 cm selama 1-2 hari (tergantung cuaca) menggunakan
alas terpal, plastik, tikar, atau anyaman bambu, hingga kadar air biji sekitar 14%.
 Mengingat sulitnya pengeringan polong pada musim hujan (karena kurangnya sinar
matahari), maka polong perlu diangin-anginkan dalam kondisi dihampar (tidak
ditumpuk).
 Perontokan
 Polong kacang hijau yang telah kering secepatnya dirontokkan. Perontokan dapat
dilakukan secara manual (geblok).
 Secara umum, perontokan benih perlu dilakukan secara hari-hati untuk menghindari
banyaknya benih pecah atau retak, karena hal tersebut akan mempercepat penurunan
daya tumbuh maupun vigor benih kacang hijau.
 Pembersihan dan Rotasi
 Benih hasil perontokan dibersihkan dari kotoran antara lain benih-benih rusak akibat
serangan hama, kulit polong. Pembersihan dapat dilakukan secara manual dengan
menggunakan tampi, atau secara mekanis menggunakan kipas.
 Sortasi juga dilakukan berdasarkan warna biji, yakni biji yang tidak memiliki warna
seperti yang tercantum dalam deskripsi varietas. Warna biji yang menyimpang
dibuang.
 Pengeringan
 Benih yang sudah bersih selanjutnya segera dikeringkan lagi hingga mencapai kadar
air 9-10%. Untuk menghindari timbulnya kerusakan mutu fisiologis benih akibat
lamanya proses sortasi, disarankan setelah perontokan benih segera dikeringkan
hingga kadar air sekitar 10% baru dilakukan sortasi.
 Pengeringan dilakukan dibawah sinar matahari, menggunakan alas terpal, plastic
atau tikar, dengan ketebalan benih sekitar 2-3 lapis benih.
 Lakukan pembalikan setiap 2-3 jam agar benih kering secara merata. Akhiri
pengerringan pada sekitar pukul 12.00 siang untuk menghindari sengatan sinar
matahari yang terlalu panas. Untuk mencapai kadar air 9-10% diperlukan waktu
pengeringan sekitar 4 jam sehari (mulai pukul 8.00 – 12.00 siang) selama 2-3 hari
berturut-turut.
 Setelah dikeringkan, benih perlu diangin-anginkan sekitar 0,5 jam ditempat teduh
(tidak terkena sinar matahari) untuk menyeimbangkan suhu benih dengan suhu
sekitarnya. Setelah itu baru dimasukkan ke dalam kemasan benih.

 Pengemasan
 Benih dikemas menggunakan bahan kedap udara untuk menghambat masuknya uap
air dari luar.
 Kantong plastik kapasitas 2 atau 5 kg dengan ketebalan 0,08 mm satu lapis atau 0,05
mm dua lapis cukup untuk digunakan.
 Kemasan ditutup rapat dengan cara diikat atau dilaminating.
 Penggunaan kaleng/blek bertutup rapat dengan kapasitas 10-15 kg dapat juga
digunakan.
 Penyimpanan
 Benih dalam kemasan dapat disimpan di dalam ruangan beralas kayu atau pada rak-
rak kayu agar kemasan tidak bersinggungan langsung dengan lantai.
 Benih dalam penyimpanan harus terhindar dari serangan tikus ataupun hewan
pengganggu lain yang mungkin dapat merusak kemasan maupun benih.
 Usahakan menyimpan benih pada ruangan tersendiri (jangan menyimpan benih
dalam ruangan bersama pupuk ataupun bahan-bahan lain yang dapat menyebabkan
ruangan menjadi lembab).

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Melalui praktikum ini, maka dapa disimpulkan bahwa besar kecilnya suatu benih
mempengaruhi kekuatan tumbuh (vigor) dan daya kecambah (viabilitas). Walaupun hasil
yang diperoleh tidak terlalu berbeda nyata tetapi hasil yang paling tinggi mulai dari indeks
vigor, koefisien vigor dan daya kecambah dimiliki oleh benih besar. Maka dari itu ditinjau
dari penelitian-penelitian sebelumnya terbukti bahwa benih besar lebih baik dari pada benih
kecil dalam hal cadangan makanannya dalam hal ini benih besar memiliki persediaan
cadangan makanan yang lebih banyak sehingga menunjang nantinya proses perkecambahan
dari benih tersebut, namun semuanya dapat berubah karena masih ada faktor lain yang dapat
mempengaruhi dari hasil suatu tanaman. Kemudian berbicara tentang pertumbuhan, sewaktu-
waktu dapat berubah tergantung dari faktor eksternal yaitu seperti iklim, cahaya, unsur hara,
air dan sebagainya. Apabila faktor-faktor tersebut memenuhi syarat tumbuh suatu benih
maka akan menghasilkan hasil yang maksimal dan bisa jadi faktor-faktor tersebut dapat
menjadi kendala pada kondisi tertentu.
Berbicara tentang produksi benih kacang hijau yang baik sampai pada sertifikasinya
maka harus melalui tahap-tahap yang harus dilakukan seperti penyiapan lahan (harus
dilakukan sesuai dengan budidaya yang telah dijelaskan pada pembahasan), sejarah lahan
(apakah lahan tersebut cocok untuk ditanami benih kacang hijau), sumber benih yang akan
digunakan (harus diketahui terlebih dahulu), penyemaian benih (sebelum ditanam harus
diberi perlakuan terlebih dahulu agar benih siap ditanam dengan keadaan benih yang
memenuhi syarat), penanaman (harus diperhatikan cara penanamannya, jarak tanam, beserta
faktor eksternal yang mengkhendaki pertumbuhan tanaman kacang hijau yang baik),
pemeliharaan (meliputi pemupukan, pengairan, pengendalian hama penyakit gulma,
pemangkasan), pemeliharaan mutu genetic dalam hal ini roguing, penanganan panen dan
pasca panen, pengolahan benih, pengemasan dan penyimpanan benih. Barulah dapat menjadi
standar untuk benih yang nantinya akan disertifikasi.
DAFTAR PUSTAKA :

Anonymous. (2018). CARA MENGHASILKAN BENIH BERSERTIFIKAT. Retrieved 2020, from


bpsbtph.acehprov.go.id: https://bpsbtph.acehprov.go.id/pdf/peugot_pdf.php?post=52

Huda, I. N. (2012). laporan acara5. Retrieved 2020, from www.scribd.com:


https://www.scribd.com/document/93312494/laporan-acara5

Isrania, D. (2015). Laporan Praktikum Teknologi Benih "Indeks Vigor dan Vigor Hipotetik Benih".
Retrieved 2020, from www.academia.edu:
https://www.academia.edu/24608721/Laporan_Praktikum_Teknologi_Benih_Indeks_Vigor_dan
_Vigor_Hipotetik_Benih_

Iswanto, R. (2013). Petunjuk Teknis Produksi Benih Kacang Hijau. Retrieved 2020, from
sidolitkaji.litbang.pertanian.go.id:
http://sidolitkaji.litbang.pertanian.go.id/i/files/TeknologiProduksiBenihKacangHijau.pdf

Julian, D. (2016). LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BENIH UJi VIGOR. Retrieved 2020, from
www.academia.edu:
https://www.academia.edu/31844583/LAPORAN_PRAKTIKUM_TEKNOLOGI_BENIH_UJi_VIGOR

malatifah, s. (2017). Laporan Praktikum Teknologi Benih Acara 5 Besar Benih, Pengaruhnya pada
Kecepatan Berkecambah, Pemunculan dan Pertumbuhan Bibit. Retrieved 2020, from
sofisalmalatifah.blogspot.com: http://sofisalmalatifah.blogspot.com/2017/04/laporan-
praktikum-teknologi-benih-acara_84.html

mr.and. (2016). Daya Kecambah Dan Indeks Vigor. Retrieved 2020, from www.scribd.com:
https://www.scribd.com/doc/310149042/Daya-Kecambah-Dan-Indeks-Vigor

Shofi, E. (2015). Isi laporan teknologi benih. Retrieved 2020, from www.academia.edu:
https://www.academia.edu/13060153/Isi_laporan_teknologi_benih
Sudarbi, M. (2014). Makalah Perkecambahan Kacang Hijau. Retrieved 2020, from www.academia.edu:
https://www.academia.edu/10473237/MAKALAH_PERKECAMBAHAN_KACANG_HIJAU

Yulia. (2016). Pengaruh Faktor Iklim Terhadap Pertumbuhan Tanaman. Retrieved 2020, from
baixardoc.com: https://baixardoc.com/download/pengaruh-faktor-iklim-terhadap-
pertumbuhan-tanaman-5c79965d2f720?hash=79c5a02c18979aefa49068d241b52849

Anda mungkin juga menyukai