Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH

“VIGORITAS”

Oleh :

Nama : Anis Nur Afifah


NIM : 175040207111128
Kelompok : M/M2

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengujian benih sangatlah penting untuk dilakukan, pengujian vigor benih
merupakan salah satu cara untuk menentukan kualitas dan mutu benih. Vigor
benih sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal
pada kondisi lingkungan sub optimal. Uji vigor merupakan parameter viabilitas
yang tolak ukurnya bermacam-macam. Tolak ukur mengindikasikan benih yang
cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang yang sub optimal dan yang
digunakan adalah persentase kecambah normal.

Uji pengecambahan benih dilakukan pada kondisi optimum/ideal sehingga


dapat menunjukkan potensi maksimum benih untuk berkecambah. Kondisi ideal
untuk berkecambah dapat berbeda tergantung pada macam substrat/media yang
digunakan, suhu, danwaktu. Media yang digunakan dapat berupa pasir, kertas,
atau bahan organik. Uji daya kecambah meliputi uji vigor yang menggunakan
substrat pasir. Gagalnya uji pengecambahan memprediksi perbedaan munculnya
kecambah di lapangan terutama pada kondisi lingkungan tumbuh yang tidak
optimum, menunjukkan adanya aspek fisiologis mutu benih yang disebut sebagai
vigor benih.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu adanya praktikum yang membahas


tentang uji daya kecambah dan mempraktikan tata cara pengujian dengan
beberapa metode yang sering digunakan. Pengujian daya kecambah ini sangat
penting dalam menentukan mutu benih.

1.2 Tujuan

Tujuan dari dilakukannya praktikum uji vigor ini yaitu agar dapat
melaksanakan pengujian daya kecambah pada benih jagung pada media pasir.
Selain itu juga untuk mengetahui kecambah normal dan tidak normal, serta
mengetahui persentase daya kecambah pada benih jagung.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Uji Vigor Benih


Pengujian vigor benih dapat dilakukan dengan menggunakan media kertas,
pasir, tanah, dan batu bata. Beberapa metode yang biasa digunakan dengan
menggunakan media tersebt antara lain: uji kertas digulung plastic, uji antarkertas,
ppaper piercing, dan brick gravel test, sedangkan media pair adalah cara
perkecambahan yang banyak digunakan karena prosedur kerjanya cukup
sederhana. Pengujian benih dilakukan menggunakan uji kertas digulung plastic
dan uji antar kertas dilakukan dilaboratorium dengan menggunkaan room
germinator, sedangkan paper piercing test, brick gravel test, dan media pasir
dilakukan di rumah kaca (Rahmawati dan Syamsudin, 2014).
Paper piercing test adalah metode pengujian vigor benih yang dapat
digunakan untuk menguji vigor benih yang terserang penyakit. Pengujian
dilakukan dengan mengecambahkan benih di antara pasir dan kertas filter,
sedangkan brick gravel test menggunakan pecahan bata merah sebagai media
perkecambahan. Prinsip paper piercing test adalah sama dengan brick gravel test.
Benih yang bervigor tinggi akan menghasilkan kecambah yang kuat sehingga
dapat menembus kertas sedangkan pada lot benih yang bervigor rendah tidak
mampu menembus kertas. Berdasarkan hal tersebut disimpulkan bahwa
kecambah yang mampu menembus kertas mempunyai vigor yang lebih tinggi
disbanding benih yang tidak mampu tumbuh melewati kertas. Tidak berbeda
dengan paper pierching test, brick gravel test mempunyai prinsip bahwa kecambah
yang lemah tidak mempunyai energi yang cukup untuk menembus kerikil batu
bata, sehingga metode ini dapat digunakan untuk membedakan tingkatan vigor
pada benih-benih serealia (Alizada, 2013).

2.2 Penilaian Hasil Uji Vigor dan Gambar Kriteria Komoditas Uji
Adapun benih yang vigor mempunyai ciri-ciri: 1) mempunyai kecepatan
berkecambah yang tinggi, 2) mempunyai keseragaman perkecambahan,
pertumbuhan, dan perkembangan yang baik pada lingkungan yang berbeda, 3)
mempunyai kemampuan untuk muncul pada tanah yang crusted, 4) Mempunyai
kemampuan berkecambah dan muncul pada lingkungan suhu dingin, basah,
berpenyakit dan tidak sesuai (understress condition), 5) Kecambah mampu
berkembang normal, 6) Parameter penampilan dan hasil tanaman, dan 7)
Storability yang baik pada keadaan yang tidak optimal (Subantoro dan Prabowo,
2013).
Kriteria pada uji vigor antara lain benih vigor, less vigor, abnormal, dan benih
mati. Kriteria kecambah/bibit normal adalah kecambah yang memperlihatkan
kemampuan berkembang terus hingga menjadi tanaman normal jika ditumbuhkan
dalam kondisi yang optimum; perakaran berkembang baik dan diikuti
perkembangan hipokotil, plumula (daun), epikotil, dan kotiledon yang tumbuh
sehat; atau ada kerusakan sedikit pada struktur tumbuhnya tetapi secara umum
masih menunjukkan pertumbuhan yang kuat dan seimbang antara pertumbuhan
struktur satu dengan yang lainnya (Wulandari, 2008). Kecambah less vigor apabila
tumbuhnya kurang kuat, sedangkan kecambah yang abnormal (non vigor) apabila
kecambah tumbuh tidak sempurna.

Gambar 1. Kriteria Hasil Uji Vigor

1. Kecambah Normal
a. Akar : kecambah mempunyai akar primer atau satu set akar-akar
sekunder yang
cukup kuat untuk menambatkan kecambah bila di tumbuhkan
pada tanah
atau pasir.
b. Hipokotil : panjang atau pendek, tetapi tumbuh baik tanpa ada luka yang
mungkin
mengakibatkan jaringan pengangkut menjadi rusak.
c. Epikotil : paling kurang ada satu daun primer dan satu tunas ujung yang
sempurna.
d. Biji terinfeksi : infeksi pada epikotil sebagian atau seluruhnya, sedangkan
hipokotil dan akar tumbuh baik. Epikotil bibit seperti ini
biasanya tidak membusuk kalau tumbuh dalam keadaan
atmosfir kering, bila kotiledon membuka secara alami.
Akan tetapi apabila banyak kecambah yang terkena
infeksi, maka pengujian ulang harus dilaksanakan sebaik
mungkin pada substrat tanah atau pasir.
2. Kecambah Abnormal
a. Akar : tidak ada akar primer atau akar-akar sekunder yang
tumbuh baik.
b. Hipokotil : pecah atau luka yang terbuka, merusak jaringan
pengangkut, cacat,
berkeriput, dan membengkak atau memendek.
c. Kotiledon : kedua kotiledon hilang dan kecambah lemah sehingga
tidak vigorous.
d. Epikotil : tidak ada daun primer atau tunas ujung, ada satu atau ada
daun primer, tetapi tidak ada tunas ujung, epikotil
membusuk, yang menyebabkan pembusukan menyebar
dari kotiledon dan bibit lemah.
3. Benih Tidak Berkecambah
a. Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang hingga akhir periode
pengujian tidak berkecambah. Benih yang tidak berkecambah meliputi:
b. Benih Keras : benih yang hingga akhir periode pengujian tetap keras,
sebab benih–benih tersebut tidak menyerap air.
c. Benih Segar : Benih yang tidak keras dan juga tidak berkecambah hingga
akhir pengujian tetapi tetap bersih, mantap, dan tampaknya
masih hidup.
d. Benih Mati : Benih yang pada akhir pengujian tidak berkecambah tetapi
bukan sebagai benih keras maupun benih segar. Biasanya
benih mati lunak, warnanya memudar, dan seringkali
bercendawan.
Berikut merupakan kriteria komoditas uji vigoritas yaitu :
NO. GAMBAR KETERANGAN KARAKTERISTIK

Terdapat radikula, plumula ,


1. Vigor
tumbuh kuat

terdapat radikula dan mulai


2. Less vigor pembentukan plumula namun
tumbuh kurang kuat

Benih dapat berkecambah


3. Non vigor namun perkembangannya
sangat lambat (abnormal)

Benih tidak dapat melakukan


4. Mati imbibisi sehingga benih
membusuk.
2.3 Rumus Indeks Vigor
Menurut Syafruddin dan Miranda (2015), untuk menguji indeks vigor
benih jagung dan benih kedelai, berikut adalah langkah kerjanya : benih
jagung diambil sebanyak 100 benih sebanyak 4 ulangan dari masing-masing
umur simpan lalu benih tersebut dikecambahkan dalam cawan petridis yang
telah diberi alas kapas dan kertas filter, kemudian siram dengan air sampai
basah. Benih dikecambahkan selama 7 hari, kemudian setiap hari diamati dan
dihitung benih yang berkecambah secara normal. Kriteria benih dianggap
telah berkecambah adalah akar keluar sepanjang 1 cm, lalu indeks vigor
benihnya dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
𝐴1 𝐴2 𝐴3 𝐴𝑛
𝐼𝑉 (𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑉𝑖𝑔𝑜𝑟) = + + + ⋯+
𝑇1 𝑇2 𝑇3 𝑇𝑛
Keterangan dari rumus diatas :
A = Jumlah benih yang kecambah pada hari ke-n
T = Waktu yang berkorespondensi dengan jumlah A hari ke-n
Pengujian yang kedua adalah pengujian indeks vigor hipotetik pada
benih jagung dan benih kedelai. Benih sebanyak 50 butir diambil dengan 4
ulangan dari masing-masing umur simpan. Bak perkecambahan berisi pasir
disiapkan dan disusun 50 benih kemudian ditutup dengan pasir setebal 1-2
cm, lalu disiram air dan media pasir harus dijaga selalu lembab. Benih
dikecambahkan selama 14 hari. Pada hari ke-14, 5 sampel bibit diambil
secara acak lalu diukur dan dihitung jumlah daun, luas daun, tinggi tanaman,
diameter batang dan bobot kering bibit kemudian nilai indeks vigor
hipotetiknya dihitung dengan rumus :

log 𝑁 + log 𝐴 + log 𝐻 + log 𝑅 + log 𝐺


𝐼𝑉𝐻(𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑉𝑖𝑔𝑜𝑟 𝐻𝑖𝑝𝑜𝑡𝑒𝑡𝑖𝑘) =
log 𝑇
Keterangan dari rumus diatas :
N = jumlah daun (helai) R = bobot kering bibit (g)
A= luas daun (cm2) G = diameter batang (cm)
H = tinggi tnaman (cm) T = umur bibit buah (hari)
3. BAHAN DAN METODE

3.1 Alat dan Bahan Beserta fungsi


No. Nama Alat Fungsi
1. Nampan Sebagai tempat untuk uji vigor
2. Penggaris Untuk mengukur tinggi tanaman
3. Kamera Untuk mendokumentasikan kegiatan
4. Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
Untuk menyemprotkan air ke media
5. Sprayer
perkecambahan
No. Nama Bahan Fungsi
1. Benih Jagung Sebagai bahan pengamatan
2. Air Untuk menyiram media
3. Pasir Sebagai media perkecambahan

3.2 Cara Kerja

Menyiapkan alat dan bahan

Mengisi nampan dengan pasir

Membagi beberapa grid untuk perlakuan berbeda

Menanam biji jagung kedalam lubang sesuai perlakuan kedalaman (2, 4, 6, dan
8 cm)

Menutup lubang

Mendokumentasikan

Mengamati daya tumbuh


4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Data Pengamatan

No. Variabel Kedalaman Kedalaman Kedalaman Kedalaman


Pengamatan 2 cm 4 cm 6 cm 8 cm

Panjang
1. 21,5 25,45 20,44 28
kecambah

2. Panjang akar 16,25 20 14,33 19,67

Panjang
3. 5,25 7,04 6,1 8,34
Tunas

4. %Tumbuh 40% 50% 30% 30%

SVI (Seed
5. 8,6 13,52 6,13 8,4
Vigor Index)

4.2 Tabel Data Jumlah Kecambah Per Kriteria

No. Kedalaman Vigor Less Vigor Non Vigor Dead

1. 2 cm - 4 - 6

2. 4 cm 5 - - 5

3. 6 cm - 3 - 7

4. 8 cm - 3 - 7

4.3 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan data bahwa secara
keseluruhan, benih yang memiliki daya vigor paling tinggi yaitu benih yang ditanam
pada media tanam dengan kedalaman 4 cm. Tabel 4.1 menunjukkan bahwa
persentase tumbuh kecambah berbeda pada masing-masing pengujian, terdapat
perbedaan pada kedalaman 2 cm yang mencapai 40%, kedalaman 6 cm adalah
30%, dan kedalaman 8 cm yaitu sebesar 30%. Selanjutnya jika ditinjau dari data
tabel 4.2 yang menunjukkan bahwa benih pada kedalaman 4 cm yang paling
bagus kondisi kecambahnya, yaitu 5 buah tergolong vigor dan 5 tergolong dead.
Secara keseluruhan, data yang didapatkan berbeda pada setiap variabel
pengamatan dan perlakuan yang digunakan. Faktor yang menyebabkan
perbedaan hasil uji adalah adanya perbedaan perlakuan yang digunakan yaitu
perbedaan kedalaman penanaman benih yaitu 2, 4, dan 6 cm. Selain itu, pada uji
vigor ini diatur pada kondisi yang sub optimum yaitu menggunakan media pasir.
Hal ini juga mempengaruhi vigor benih. Media pasir umumnya tidak mampu
menyimpan air dengan baik sehinga air yang berada di dalam media cepat hilang
karena diserap oleh tanaman atau dapat disebabkan karena penguapan.
Selain itu, menurut Wafiroh (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi vigor
benih adalah kondisi lingkungan selama perkembangan benih, kondisi genetik
benih, dan lingkungan penyimpanan. Faktor genetik meliputi tingkat kekerasan
benih, vigor tanaman induk, daya tahan terhadap kerusakan mekanik, dan
komposisi kimia benih. Faktor lingkungan perkembangan benih meliputi
kelembaban dan kesuburan tanah, dan pemanenan benih. Faktor penyimpanan
benih meliputi waktu penyimpanan, lingkungan penyimpanan (suhu, kelembaban,
dan persediaan oksigen), dan jenis benih yang disimpan.
Perbedaan perlakuan ini mengakibatkan perbedaan penyediaan syarat
perbenihan. Perbedaan penyediaan syarat tumbuh ini akan berdampak pada
pertumbuhan kecambah benih jagung tersebut. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Mudiana (2007) yang menyatakan bahwa ada dua faktor yang
mempengaruhi perkecambahan benih yaitu kondisi benih yang meliputi
kemasakan biji/benih, kerusakan mekanik dan fisik, serta kadar air biji dan faktor
luar benih, yang meliputi suhu, cahaya, oksigen, kelembaban nisbi serta komposisi
udara di sekitar biji. Sehingga dapat dikatakan bahwa dengan perbedaan
perlakuan penanaman biji pada kedalaman yang berbeda-beda tersebut juga
dapat mempengaruhi pertumbuhan perkecambahan, dan hasilnya biji pada
tanaman dengan kedalaman 4 cm memiliki nilai vigor yang lebih tinggi karena
pertumbuhan perkecambahan lebih dapat optimal karena tidak ada hambatan dan
leluasa untuk tumbuh.
5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan disimpulkan bahwa Vigor
benih merupakan kemampuan benih menghasilkan tanaman normal pada
lingkungan yang kurang memadai optimum. Pada praktikum yang telah
dilakukan bahwa vigoritas pada tanaman jagung rendah. Hal ini dapat dilihat
bahwa kecambah yang tumbuh dengan baik hanya pada kedalaman 4 cm.
Hal ini dipengaruhi beberapa factor salah satunya penggunaan bibit yang
mengalami penurunan mutu. Uji vigor juga dipengaruhi oleh kedalaman tanah,
dimana di kedalaman tanah tertentu memiliki kandungan unsur yang
dibutuhkan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Alizada, Mohammad Safar. 2013. Seed Quality Tests. Diakses pada tanggal 06
Maret 2019.
Mudiana, D. 2007. Perkecambahan Syzygium cumini (L.) Skeels. J. Biodiversitas,
8(1): 39-42.
Rahmawati dan Syamsudin. 2014. Mutu Benih Jagung Lamuru pada Umur Simpan
Berbeda dengan Beberapa Metode Pengujian. Jurnal Agros 16(1) : 53-60.
Subantoro, R. dan R. Prabowo. 2013.Pengaruh Berbagai Metode Pengujian Vigor
terhadap Pertumbuhan Benih Kedelai. J. Mediagro, 9(1): 48-60.
Syafruddin dan T. Miranda. 2015. Vigor Benih Beberapa Varietas Jagung pada
Media Tanam Tercemar Hidrokarbon. J. Floratek, 10: 18-25.
Wafiroh, S. 2010. Pengujian Vigor Benih Menggunakan Metode Pengusangan
Cepat Terkontrol dan Korelasinya terhadap Daya Tumbuh dan Vigor Bibit
Wijen (Sesamum indicum L.). Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Wulandari, A. 2008. Penentuan Kriteria Kecambah Normal yang Berkorelasi
dengan Vigor Bibit Jarak Pagar(Jatropha curcas Linn.). Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN

1. Data Pengamatan :

1. Kedalaman 2 cm

Panjang Akar Panjang Tunas


NO Kriteria
(cm) (cm)

1 10 4 Less vigor

2 13 5 Less vigor

3 19 5,5 Less vigor

4 23 6,5 Less vigor

5 0 0 Dead

0 0 Dead
6
0 0 Dead
7
0 0 Dead
8
0 0 Dead
9
0 0 Dead
10
Rata-
6,5 2,1
rata

2. Kedalaman 4 cm

Panjang Akar Panjang Tunas


NO Kriteria
(cm) (cm)

1 12 6 Vigor

17 5,7 Vigor
2
21 7 Vigor
3
24 9 Vigor
4
26 7,3 Vigor
5
0 0 Dead
6
0 0 Dead
7
0 0 Dead
8
0 0 Dead
9
0 0 Dead
10
Rata- 10 3,5
rata

3. Kedalaman 6 cm

Panjang Akar Panjang Tunas


NO Kriteria
(cm) (cm)

1 11 7,2 Less vigor

2 15 6,1 Less vigor

3 17 5 Less vigor

0 Dead
4 0

5 0 0 Dead

6 0 0 Dead

0 Dead
7 0

8 0 0 Dead

9 0 0 Dead

10 0 0 Dead

Rata- 4,3 1,83


rata

4. Kedalaman 8 cm

Panjang Akar Panjang Tunas


NO Kriteria
(cm) (cm)

1 15 6 Less vigor

2 21 9 Less vigor

3 23 10 Less vigor

0 Dead
4 0

5 0 0 Dead
6 0 0 Dead

7 0 0 Dead

0 Dead
8 0

9 0 0 Dead

10 0 0 Dead

Rata- 5,9 2,5


rata

2. Dokumentasi

Proses Pemberian sekat pada Benih yang akan


penanaman nampan digunakan (jagung hibrida)

Pengukuran Panjang akar Pengukuran Panjang akar Pengukuran


Panjang akar
3. Perhitungan

a. Kedalaman 2 cm
∑ 𝐵𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ
% Daya tumbuh vigor = ∑ 𝐵𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
× 100 %
4
= 10 × 100 %

= 40 %

b. Kedalaman 4 cm
∑ 𝐵𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ
% Daya tumbuh vigor = ∑ 𝐵𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
× 100 %

5
= 10 × 100 %

= 50 %

c. Kedalaman 6 cm
∑ 𝐵𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ
% Daya tumbuh vigor = ∑ 𝐵𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
× 100 %

3
= 10 × 100 %

= 30 %

d. Kedalaman 8 cm
∑ 𝐵𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑡𝑢𝑚𝑏𝑢ℎ
% Daya tumbuh vigor = ∑ 𝐵𝑒𝑛𝑖ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
× 100 %

3
= 10 × 100 %

= 30 %

Anda mungkin juga menyukai