Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM PEMULIAAN TANAMAN

HERITABILITAS DAN SELEKSI PADA TANAMAN

Disusun oleh :
Nama : Irvan Mahmudi
NIM : 195040201113012
Kelas : Agroekoteknologi A (PSDKU KEDIRI)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3
1.2 Tujuan..........................................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................................5
2.1 Definisi Heritabilitas..........................................................................................................................5
2.2 Macam-Macam Heritabilitas.............................................................................................................5
2.3 Definisi Seleksi..................................................................................................................................5
2.3 Macam-Macam Seleksi.....................................................................................................................6
BAB III HASIL..........................................................................................................................................7
3.1 Hasil Perhitungan Heritabilitas..........................................................................................................7
3.2 Hasil Perhitungan Seleksi..................................................................................................................7
a. Tanpa Seleksi...................................................................................................................................7
b. Seleksi Tak Lengkap........................................................................................................................7
c. Seleksi Lengkap...............................................................................................................................7
BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................................................................8
4.1 Heritabilitas...................................................................................................................................8
4.2 Perbandingan 3 Seleksi..................................................................................................................8
BAB V. PENUTUP....................................................................................................................................9
5.1 Kesimpulan........................................................................................................................................9
5.2 Saran..................................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................10

2
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan tentang besarnya keragaman genotipe dalam suatu populasi merupakan
modal penting dalam program pemuliaan tanaman, karena keragaman genotipe
mencerminkan besarnya potensi dan kecepatan dan populasi tersebut untuk menerima
perbaikan. Populasi dengan keragaman genotipe rendah mencirikan halwa anggota populasi
tersebut secara genetis relatif homogen sehingga seleksi untuk mendapatkan tanaman unggul
akan sulit dilakukan. Untuk dapat menentukan besarnya keragaman genotipe suatu populasi
perlu diketahui komponen-komponen yang menyusun keragaman individu tanaman
penyusun populasi Persilangan akan mengakibatkan timbulnya populasi keturunan yang
bersegregasi. Adanya segregasi ini berarti ada perbedaan genetik pada populasi, sehingga
merupakan bahan seleksi, guna meningkatkan sifat. Generasi keturunan yang beregnet dapat
berbeda karena perbedaan macam persilangan.
Heritabilitas merupakan tolak ukur untuk mengetahui kemampuan tetas dalam
menurunkan kesamaan sifat kepada keturunannya. Oleh karena itu heritabilitas perlu
diketahui karena dapat membantu para pemulia untuk menghilan tanaman dengan sifat yang
điinginkan. Pengetahuan tentang besarnya keragaman genotipe dalam suatu populasi
merupakan modal penting dalam program pemula tanaman, karena keragaman genotipe
mencerminkan besarnya potensi dan kecepatan dari populasi tersebut untuk menerima
perbaikan.
Seleksi terhadap sifat yang mempunyai nilai heritabilitas tinggi dapat dilakukan pada
generasi awal, sedangkan bila nilai heritabilitasnya rendah seleksi dapat dilaksanakan pada
generasi akhir. Dalam hubungannya dengan seleksi adalah jika heritabilitasnya rendah maka
metode seleksi yang cocok diterapkan adalah metode pedigri, metode penurunan satu biji
(singlet seed descent), uji kekerabatan (sib test) atau uji keturunan (progeny test), bila nilai
heritabilitas tinggi maka metode seleksi masa atau galur murni. Lebih lanjut, heritabilitas
menentukan kemajuan seleksi, makin besar nilai heritabilitas makin besar kemajuan seleksi
yang diraihnya dan makin cepat.
Salah satu parameter yang dapat diukur dari kegiatan seleksi adalah respon seleksi atau
kemajuan genetik dari suatu kegiatan seleksi. Semakin besar kemajuan genetik, maka

3
peluang untuk mendapat hasil yang lebih baik akan semakin besar dan semakin cepat.
Kemajuan genetik (KGH) dapat diketahui dengan menghitung selisih antara rerata tanaman
dari biji hasil seleksi dengan rerata tanaman populasi awal.
Respon seleksi akan menurun dari generasi seleksi satu ke generasi seleksi berikutnya.
Pada generasi seleksi yang sudah sangat lanjut, nilai respon seleksi akan menjadi sangat kecil
sehingga kegiatan seleksi tidak menguntungkan lagi untuk dilanjutkan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah agar praktikan mengetahui komposisi genetik
dari populasi tanaman allogam dan segregasi keturunannya dan juga mengetahui pengaruh
seleksi terhadap perubahan komposisi genetik suatu populasi tanaman allogam dari satu
generasi ke generasi berikutnya.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Heritabilitas


Firman, (2011) menyimpulkan bahwa terdapat dua pengertian haritabilitas, yaitu
heritabilitas dalam arti luas dan dalam arti sempit, akan tetapi yang digunakan secara unu
adalah dalam arti sempit. Heritabilitas dalam arti luas adalah total atau penjumlahan antara
ragam genetik, dominantt dan epistasis dibagi dengan total atau penjumlahan antara ragam
genetik, dominant, epistasis, dan lingkungan. Sedangkan heritabilitas dalam arti sempit yaitu :
Ragam genetik per total atau penjumlahan antara ragam genetik, dominant, epistasis, dan
lingkungan.

2.2 Macam-Macam Heritabilitas


Menurut Kuswanto,(2016) terdapat dua macam heritabilitas, yaitu yang pertama
heritabilitas arti luas (broad-sense heritability) adalah rasio dari varian genetik total terhadap
varian penotip total. Heritabilitas arti luas ini dipakai apabila bekerja dengan klone atau
galur homosigot atau hibrida F1, karena pengaruh aditifnya tidak akan berubah-ubah.
Sedangkan yang kedua, yaitu Heritabilitas arti sempit (narrow-sense heritability) adalah
rasio dari varian genetik aditif terhadap varian penotip total. Heritabilitas arti sempit dipakai
apabila bekerja dengan populasi segregasi awal dan populasi heterogen (cross pollinated).
Pada populasi demikian yang berubah-ubah adalah genetik aditifnya.

2.3 Definisi Seleksi


Pratanto, (2002) menyatakan bahwa seleksi merupakan suatu proses untuk
mempertahankan frekuensi gen-gen yang diinginkan dari suatu populasi yang beragam.
Seleksi merupakan suatu kegiatan memillih atau menyeleksi suatu tanaman yang diinginkan
dalam suatu populasi.Banyak metode seleksi yang dapat diterapkan, penggunaan masing-
masing ditentukan oleh berbagai hal, seperti moda reproduksi (klonal, berpenyerbukan
sendiri, atau silang), heritabilitas sifat yang menjadi target pemuliaan, serta ketersediaan biaya
dan fasilitas, serta jenis kultivar yang akan dibuat. Pada dasarnya, seleksi adalah hal yang
penting untuk membentuk suatu populasi yang memiliki fenotipe yang baik berdasarkan
genotipe dan pengaruh lingkungan yang baik pula.

5
2.3 Macam-Macam Seleksi
Pratanto, (2002) berpendapat bahwa macam-macam seleksi disini dibagi menjadi dua,
yaitu yang pertama ada seleksi massa merupakan metode seleksi tertua. Metode ini tetap
digunakan sampai saat ini dalam usaha meningkatkan sifat yang ada atau untuk memperoleh
varietas baru. Walaupun ini disebut seleksi massa namun. Pemilihan tetap dilakukan
terhadap individu tanaman pada sifat yang diinginkan untuk generasi berikutnya. Seleksi ini
dapat dilakukan satu generasi atau dilakukan pada generasi berurutan, sehingga diperoleh
suatu populasi yang sifatnya sesuai dengan tingkat yang diinginkan. Seleksi tanaman
didasarkan atas fenotipnya. Agar seleksi efektif dibutuhkan pengalaman atau kemampuan
pendugaan hingga dapat menilai fenotipe yang tidak menyimpang jauh dari nilai genotype.
Metode ini juga digunakan untuk memurnikan varietas dengan menghilangkan tipe-tipe
yang menyimpang. Dan yang kedua, yaitu seleksi galur murni ialah menyeleksi tanaman
yang tumbuh bercampur untuk memperoleh tanaman murni yang lebih bakni yakni lebih
baik daripada rata-rata populasi campuran tadi.

6
BAB III HASIL
3.1 Hasil Perhitungan Heritabilitas

Mean
Populasi 113 200 tanaman F2
awal
Mean 5% Tanaman
142
Terseleksi Tertinggi

Mean Terseleksi - Mean Populasi


Diferensial 29
awal
STDV (Standart
13,8821036 Dari 200 Tanaman
Deviasi)
Intensitas 2,10815672 Diferensial / Nilai STDV F2
KGH 24,01731744 Intensitas x STDV x Heratabilitas

Var P 192,7128004
Var E 34,56
Var G 158,1528004
   
Heritabilitas 0,820665779

7
  Differensial Intensitas KGH Hasil
3% 34 2,450792112 27,92081422 agak rendah
5% 32,58415 2,347205506 26,74069683 agak rendah
10% 29,26565 2,10815672 24,01731744 agak rendah

Mc Whirter (1979) membagi nilai duga heritabilitas ke dalam tiga kategori :


Rendah : H2 < 0,20
Sedang : 0,20 ≤ H2 ≤ 0,50
Tinggi : H2 > 0,50  

Nillai Persentase kemajuan genetik harapan (PKGH)  


Hasil % 469,7562509    
Kisaran nilai PKGH menurut karmana et al.(1990) adalah sebagai berikut:
PKGH <3.3% = Rendah
PKGH <6.6% =Agak rendah
PKGH < 10% = Cukup tinggi
PKGH>10% + Tinggi

3.2 Hasil Perhitungan Seleksi


a. Tanpa Seleksi

GENERAS
             
I
      I II III IV V
FREKUENS 0,5 0,4 0,4
  A 0,45 0,45
I 3 8 8
0,4 0,5 0,5
    a 0,58 0,58
8 1 1

Grafik
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
1 2 3 4 5

8
b. Seleksi Tak Lengkap

GENERAS
             
I
      I II III IV V
FREKUENS 0,5 0,4 0,4 0,3
  A 0,53
I 6 5 5 9
0,2 0,3 0,2 0,3
    a 0,28
5 3 8 3

Grafik
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
1 2 3 4 5

c. Seleksi Lengkap

GENERA
           
SI
    I II III IV V
FREKUEN 0,7 0,7 0,8
A 0,75 0,75
SI 5 8 2
0,2 0,2 0,2
  a 0,25 0,25
5 4 0

Grafik
0.8
0.6
0.4
0.2
0
1 2 3 4 5

9
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Heritabilitas
Heritabilitas atau biasa disebut dengan daya waris besaran bagi pengaruh keragaman genetic
terhadap fenotip dalam suatu populasi secara biologis. Heritabilitas dalam arti luas yaitu berupa
nisbah varian secara genetic aditif terhadap varian fenotipik. Dalam arti luas heritabilitas adalah
istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu bagian dari keragaman total atau yang
diukur dengan ragam dari suatu sifat yang diakibatkan dalam dua konteks.
Dalam perolehan nilai PKGH dapat beberapa faktor yang mempengaruhinya diantaranya
ialah jumlah tanaman dalam populasi dan karakter tanaman. Dilihat dari segi rumus dalam
perolehan nilai PKGH maka yang mempengaruhinya ialah nilai R atau KGH yang sebelumnya
diperoleh dari data rerata pupulasi awal dengan rerata populasi terseleksi. Hal ini sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa nilai duga kemajuan genetik harapan dari karakter yang
diamati memiliki nilai duga heritabilitas rendah, memiliki nilai persentase kemajuan genetik
harapan yang rendah juga.(Muliarta, 2010)
Setelah nilai PKGH diketahui maka dilakukan pemantapan seleksi karena PKGH merupakan
salah satu peranan dalam proses seleksi dimana dengan diketahuinya presentase kemajuan
genetik harapan menjadi suatu indikator efektifitas seleksi. Hal ini dapat dibandingkan pula
dengan literatur yang menyatakan bahwa pendugaan kemajuan genetik suatu karakter sangat
berperan dalam proses seleksi terhadap populasi yakni menduga berapa besar pertambahan nilai
sifat tertentu pada populasi tersebut. Semakin tinggi kemajuan genetiknya maka akan semakin
efektif seleksi yang dilakukan. Selain itu juga Kemajuan genetik harapan merupakan tolak ukur
dalam persen dari pergeseran nilai tengah populasi dari kondisi populasi sampai kondisi setelah
dilakukan seleksi, dengan asumsi besaran differensial. Menurut Warwick, et.al (1995) apabila
ditemukan adanya nilai heritabilitas negatif dapat disebabkan adanya perbedaan lingkungan
untuk keluarga kelompok yang berbeda.
4.2 Perbandingan 3 Seleksi
Berdasarkan hasil chi-kuadrat yang diperoleh maka dapat diperoleh hasil bahwa pada
perbandingan (p=0,5 dan q=0,5) maupun perbandingan (p=0,75 dan q=0,25) rasio genotipe yang
diperoleh dari hasil praktikum berbeda nyata dengan rasio hukum keseimbangan Hardy-
Weinberg.
Asas Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotipe dalam suatu
populasi akan tetap konstan, yakni berada dalam kesetimbangan dari satu generasi ke generasi
lainnya kecuali apabila terdapat pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan
tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut meliputi perkawinan tak acak, mutasi, seleksi, ukuran
populasi terbatas, hanyutan genetik, dan aliran gen. Adalah penting untuk dimengerti bahwa di
luar laboratorium, satu atau lebih pengaruh ini akan selalu ada. Oleh karena itu, kesetimbangan
Hardy-Weinberg sangatlah tidak mungkin terjadi di alam. Kesetimbangan genetik adalah suatu
keadaan ideal yang dapat dijadikan sebagai garis dasar untuk mengukur perubahan genetik.
Seperti pada praktikum kali ini dimana diperoleh ketidak cocokan antara hukum Hardy-
Weinberg dengan hasil praktikan.

10
11
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pengertian heritabilitas dibagi menjadi 2 pengertian, yaitu heritabilitas dalam arti luas adalah
total atau penjumlahan antara ragam genetik, dominan dan epistasis dibagi dengan total atau
penjumlahan antara ragam genetik, dominan, epistasis dan lingkungan. Sedangkan heritabilitas
dalam arti sempit yaitu : Ragam genetik per total atau penjumlahan antara ragam genetik,
dominan, epistasis dan lingkungan. Nilai heritabilitas dapat dihitung dengan cara
membandingkan atau mengukur hubungan atau kesamaan antara produksi individu-individu
yang mempunyai hubungan kekerabatan. Untuk nilai herabillitas tanaman kavang hijau semua
tanaman heretabilitas sedang dikarenakan dipengaruhi oleh factor genetic dan lingkungan
tanaman itu sendiri.
5.2 Saran
Praktikum heritabilitas seharusnya lebih diorganisir dengan terencana dengan semaksimal
mungkin

12
DAFTAR PUSTAKA

E.J, Warwick.1995.Pemuliaan Tanaman.Jogyakarta:Gajah Mada University Press.


Firman. 2011. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. IPB. Bogor.
Hary, P., E., Kuswanto, N. Basuki and N. Sugiharto. 2013. Path analysis of some leaf characters
related to downy mildew resistance in maize. Agrivita 35 (2): 167–173.
Kuswanto.2012.Heritabilitas/lecture.Malang:Universitas Brawijaya.
Muliarta, N. Kantun, Sanisah dan N. Soemenaboedhy. 2010. Upaya mendapatkan padi beras
merah tahan kekeringan melalui metode seleksi “Back Cross”. Penelitian Hibah Bersaing XI/3.
Pratanto. 2002. Pemuliaan dan Genetika 2. Yogyakarta : Kanesius.
Poelman dan Sleeper.1995.Breeding field crops.Edition 4.Lowa State University Press/Ames.

13

Anda mungkin juga menyukai