Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM PERAKITAN

VARIETAS TANAMAN

ACARA VII

PENDUGAAN KOMPONEN RAGAM

DAN HERETABLITAS

Disusun Oleh :

Nama : Batsyeba Panggabean


NPM : E1J017060
Shift : Selasa, 08.00 – 10.00
Co.Ass : Herlina
Dosen : Dr.Ir. Catur Herison M,Sc.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Salah satu upaya mengatasi penurunan hasil karena serangan penyakit yaitu dengan
pemuliaan tanaman cabai dengan mengembangkan varietas-varietas yang memiliki daya hasil
tinggi dan resisten. Untuk memperoleh informasi tentang berbagai genotipe tomat perlu
dilakukan seleksi terhadap genotipe genotipe tiap generasi yang akan digunakan pada proses
pemuliaan selanjutnya (Kusandriani dan Permadi, 1996). Parameter genetik yang digunakan
dalam proses pemuliaan tersebut antara lain nilai duga heritabilitas, variabilitas genetik dan
kemajuan genetik yang sangat penting artinya, terlebih lagi bagi galur-galur harapan yang
pada gilirannya akan dilepas sebagai kultivar unggul.

Kegiatan pemuliaan untuk merakit varietas unggul umumnya dilakukan melalui


proses seleksi. Poehlman dan Sleeper (1995), menyatakan bahwa keragaman genetik sangat
mempengaruhi keberhasilan suatu proses seleksi dalam program pemuliaan tanaman. Selain
itu, nilai heritabilitas karakter-karakter yang akan dijadikan target seleksi juga perlu
diketahui, karena menurut Rostini et al. (2006), seleksi akan berlangsung efektif pada
karakter yang memiliki nilai heritabilitas tinggi. Adapun informasi lain yang perlu diketahui
adalah korelasi dan sidik lintas antara berbagai karakter terhadap hasil (Ganefianti, 2006).

Cara perhitungan heritabilitas adalah pendugaan heritabilitas berdasarkan komponen


ragam. Pada umumnya dilakukan terhadap populasi awal yang baru terbentuk. Metode
pendugaan heritabilitas yang lain adalah melalui regresi. Dalam pemuliaan tanaman, metode
ini dikenal dengan regresi parent-off spring (regresi PO). Pendugaan heritabilitasnya
didasarkan pada hubungan kekerabatan, yaitu saudara tiri (halfshib) dan saudara kandung
(fullshib). Dengan demikian dengan diadakannya acara praktikum pendugaan komponen
ragam dan heretabilitas ini, mahasiswa mampu menghitung besar heretabilitas suatu ragam
tanaman dan mengetahui pengertian heretabilitas baik dalam arti luas dan sempit.

1.2. Tujuan Praktikum

Mempelajari cara penafsiran besarnya keragaman genetik dan heretabilitas ati luas
dan arti sempit dari karakter- karakter tanaman.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Nilai heritabilitas merupakan pernyataan kuantitatif peran faktor genetik dibanding


faktor lingkungan dalam memberikan keragaan akhir atau fenotipe suatu karakter (Allard,
1960). Seleksi terhadap populasi yang memiliki 2 heritabilitas tinggi akan lebih efektif
dibandingkan dengan populasi dengan heritabilitas rendah. Hal ini disebabkan pengaruh
genetiknya lebih besar daripada pengaruh lingkungan yang berperan dalam ekspresi karakter
tersebut. Ada dua macam heritabilitas, yaitu heritabilitas arti luas dan heritabilitas arti sempit.
Heritabilitas arti luas mempertimbangkan keragaman total genetik dalam kaitannya dengan
keragaman fenotipiknya, sedangkan heritabilitas arti sempit melihat lebih spesifik pada
pengaruh ragam aditif terhadap keragaman fenotipiknya (Nasir, 2001).

Untuk menduga nilai heritabilitas diperlukan beberapa populasi yaitu populasi


homogen dan populasi heterogen (populasi bersegregasi). Populasi homogen dapat berupa
populasi tetuanya atau populasi tanaman hibrida dan populasi heterogen dapat berupa
populasi tanaman bersegregasi. Bila ragam genetik untuk setiap generasinya semakin besar
maka nilai heritabilitas akan meningkat dan dikatakan bahwa karakter tersebut sebagian besar
disebabkan oleh faktor genetik. Heritabilitas dapat digunakan sebagai strategi untuk
menyeleksi genotipe-genotipe dalam populasi (Yunianti, 2009).

Karakter yang mempunyai keragaman genetik yang luas juga terlihat dari rentangnya.
Umur berbunga, umur panen, jumlah buah per tanaman, dan bobot buah per tanaman
mempunyai rentang yang tinggi. Keragaman ini merupakan perwujudan dari faktor genetik
ryang menjadi ciri bawaan dari tanaman tersebut (genotipe) dan faktor lingkungan yang
menjadi tempat tumbuhnya. Secara sederhana hubungan tersebut dapat dilambangkan sebagai
berikut :

P= G + E

Dimana P= Phenotipe adalah keragaman yang dapat diamati, G = Genetik adalah ciri genetis
tanaman (genotipe) dan E = Enviromental adalah lingkungan.

Terdapat dua pengertian haritabilitas, yaitu heritabilitas dalam arti luas dan dalam arti
sempit, akan tetapi yang digunakan secara unu adalah dalam arti sempit. Heritabilitas dalam
arti luas adalah total atau penjumlahan antara ragam genetik, dominantt dan epistasis dibagi
dengan total atau penjumlahan antara ragam genetik, dominant, epistasis, dan lingkungan.
Sedangkan heritabilitas dalam arti sempit yaitu : Ragam genetik per total atau penjumlahan
antara ragam genetik, dominant, epistasis, dan lingkungan (Rostini, 2006).

Heritabilitas adalah proporsi besaran ragam genetic terhadap besaran total ragam
genetic ditambah dengan ragam lingkungan. Heritabilitas dalam arti luas yaitu
memperhatikan keragaman genetic total dalam kaitannya dengan keragaman fenotip.
Heritabilaitas dalam arti sempit yaitu merupakan yang menjadi focus perhatian adalah
keragaman yang diakibatkan oleh peran gen aditif yang merupakan bagian dari keragaman
genetic total.nilai heritabilitas tergantung kepada unit referensi yang digunakan. Biasanya
dalam pemuliaan tanaman unit referensi yang digunakan dapat berupa individu tanaman, satu
petakan tunggal, petak berulang dalam lingkungan tunggal.

Nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa pengaruh faktor genetik lebih
besar terhadap penampilan fenotipe, dibandingkan pengaruh lingkungan. Nilai heritabilitas
yang tinggi berperan dalam meningkatkan efektivitas seleksi (Syukur et al., 2009). Nilai
heritabilitas berkisar antara 0 dan 1. Heritabilitas dengan nilai 0 berarti bahwa keragaman
fenotipe terutama disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan keragaman dengan nilai 1
berarti keragaman fenotipe terutama disebabkan oleh genotipe. Makin mendekati 1
dinyatakan heritabilitasnya makin tinggi, sebaliknya makin mendekati 0 heritabilitasnya
makin rendah (Amalia, 1994).

Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya pengukuran heritabilitas antara lain


karakteristik populasi, sampel genotip yang diteliti, metode perhitungan, seberapa luasnya
evaluasi genotip, adanya ketidakseimbangan pautan yang terjadi, dan tingkat ketelitian
selama penelitian. Nilai duga heritabilitas dibutuhkan untuk mengetahui proporsi penampilan
yang diakibatkan oleh pengaruh genetik yang diwariskan kepada keturunannya. Karakter
yang memiliki nilai heritabilitas arti luas yang tinggi adalah umur berbunga, diameter buah,
bobot per buah, dan bobot buah per tanaman. Sementara itu, karakter yang memiliki
heritabilitas rendah adalah tinggi tanaman, tinggi dikotomus, diameter batang, dan panjang
buah.
BAB III

METODOLOGI

3.1. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah data sekunder dan kertas. Alat yang digunakan adalah
kalkulator dan laptop.

3.2. Cara Kerja

1. Setiap kelompokmendapatkan data sekunder masing- masing variabel pengamatan.


2. Melakukan analisis komponen ragam (ragam genetik, ragam lingkungan, dan ragam
fenotipe) dari data sekunder yang ada.
3. Menyusun semua data yang ada dalam bentuk tabel lengkap dengan keterangannya.
4. Menginterpretasikan tabel yang sudah disusun dalam paragraf.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Hasil

Sumber DB JK KT HKT
keragaman
Blok 2 20,65
Genotipe 19 41,55 2,18
Galat 38 2,93 0,07
Total 59 65,14
Nilai rata-rata diameter buah tomat = 41,08mm

1. 𝜎 2𝑔
2. 𝜎 2𝑒
3. 𝜎 2𝑃
4. 𝐻2
5. Kesimpulan apakah keragaman genetik sempit atau luas?

Perhitungan
𝑲𝑻𝒈−𝑲𝑻𝒆 𝟐,𝟏𝟖−𝟎,𝟎𝟕
1. 𝝈𝟐 𝒈 = = = 𝟎, 𝟕𝟎
𝒏 𝟑

2. 𝝈𝟐 𝒆 = 𝑲𝑻𝒆 = 𝟎, 𝟎𝟕
3. 𝝈𝟐 𝑷 = 𝝈𝟐 𝒈 + 𝝈𝟐 𝒆 = 𝟎, 𝟕𝟎 + 𝟎, 𝟎𝟕 = 𝟎, 𝟕𝟕
𝟎,𝟕𝟎
4. 𝑯𝟐 = 𝟎,𝟕𝟕 𝒙 𝟏𝟎𝟎% = 𝟗𝟎, 𝟗𝟎%

𝟐 𝑲𝑻𝟐𝒈 𝑲𝑻𝟐
5. 𝝈𝟐𝝈 = √[𝒏𝟐 ] [( 𝒅𝒃 + 𝟐) + 𝒅𝒃𝒆 + 𝟐]
𝒈 𝒆

𝟐 𝟐,𝟏𝟖𝟐 𝟎,𝟎𝟕𝟐
= √[𝟑𝟐 ] [( + 𝟐) + + 𝟐] = 𝟎, 𝟗𝟑
𝟏𝟗 𝟑𝟖

Kesimpulan: keragaman genetik dalam arti sempit.


4.2. Pembahasan

Heritabilitas merupakan salah satu tongkat pengukur yang banyak dipakai dalam
pemuliaan tanaman. Secara sederhana, heritabilitas dari sesuatu karakter dapat didefinisikan
sebagai suatu perbandingan antara besaran ragam genotipe terhadap besaran total ragam
fenotip dari suatu karakter. Nilai perbandingan tersebut diberi simbol H2, dan besarnya adalah
: dimana σG2 merupakan total ragam genotipe, dan σE2 adalah total ragam lingkungan.
Keragaman yang teramati pada sesuatu sifat harus dapat dibedakan apakah disebabkan oleh
faktor keturunan atau faktor-faktor lingkungan. Sehingga diperlukan suatu pernyataan yang
bersifat kuantitatif antara peranan faktor keturunan relatif terhadap faktor-faktor lingkungan
dalam memberikan penampilan akhir atau fenotipe yang kita amati.

Pada praktikum acara pendugaan ragam genetik dan heretabilitas ini dilakukan
pengamatan pada diameter buah tomat. Besar 𝝈𝟐 𝒈 yang diperoleh adalah 0,70 dan besar
keragaman lingkungannya (𝝈𝟐 𝒆) yang diperoleh adalah 0,07. Dari keragaman genetik dan
keragaman lingkungan yang diperoleh ini, maka keragaman fenotipe (𝝈𝟐 𝑷) yang dapat
diamati adalah sebesar 0,77. Dari hasil pengamatan ini didapatkan keragaman lingkungan
yang diberikan memang kecil hanya 0,07. Namun, dengan keragaman lingkungan yang
bernilai kecil, tetapi pengaruhnya pada tanaman masih berpengaruh besar. Yang artinya
dalam pembudidayaan tanaman sangat susah mendapatkan lingkungan yang homogen
(Prajapati, 2015).

Nilai heretabilitas (H2) dari pemuliaan tanaman tomat yang diperoleh adalah 90,90%.
Nilai sudah hampir mendekati nilai 1. Dari pengamatan ini menunjukkan keragaman fenotipe
hampir atau mendekati secara keselurahan timbul karena adanya adanya perbedaan genotipe.
Menurut Geleta et al., 2006, nilai heritabilitas yang tinggi untuk karakter tersebut
menunjukkan bahwa pengaruh faktor genetik lebih besar dibandingkan faktor lingkungan dan
memiliki peluang yang besar untuk dapat terwariskan kepada zuriatnya .
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pengertian heritabilitas dibagi menjadi 2 pengertian, yaitu heritabilitas dalam arti luas
adalah total atau penjumlahan antara ragam genetik, dominan dan epistasis dibagi dengan
total atau penjumlahan antara ragam genetik, dominan, epistasis dan lingkungan. Sedangkan
heritabilitas dalam arti sempit yaitu : Ragam genetik per total atau penjumlahan antara ragam
genetik, dominan, epistasis dan lingkungan

Nilai heritabilitas dapat dihitung dengan cara membandingkan atau mengukur


hubungan atau kesamaan antara produksi individu-individu yang mempunyai hubungan
kekerabatan. Pada pengamatan tomat besar keragaman lingkungan sebesar 0,07 dan nilai
heretabiliasnya adalah 90,90%.

5.2.Saran

Saran untuk praktikum perakitas vaerietas ini, sebaiknya acara praktikum lebih
terarah lagi dan disesuaikan dengan tujuan yang ada di panduan. Dan diharapkan praktikan
lebih kondusif lagi agar acara praktikum dapat berjalan dengan baik dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, L., R. Setiamihardja, M.H. Karmana, dan A.H. Permadi. 1994. Pewarisan
Heritabilitas dan Kemajuan Genetik Ketahanan Tanaman Cabai Merah Terhadap
Penyakit Antraknosa. Zuriat 5 (1) : 68-74

Ganefianti, D.W., Yulian., A.N. Suprapti. 2006. Korelasi dan sidik lintas antara
pertumbuhan, komponen hasil dan hasil dengan gugur buah pada tanaman cabai.
Jurnal Akta Agrosia 9(1):1 -6

Geleta, F.L., T.M. Labuschagne. 2006. Combining ability and heritability for vitamin C and
total soluble solids in pepper (Capsicum annuum L.). J. Sci. Food Agric. 86(9):
1317-1320.

Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Depatemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Prajapati, S., A. Tiwari, S. Kadwey, T. Jamkar. 2015. Genetic variability, heritability and
genetic advance in tomato (Solanum Lycopersicon Mill.). Intl. J. Agric. Env.
Biotech. 8(2): 245- 251.

Poehlman, J.M., D.A. Sleeper. 1995. Breeding Field Crops. Iowa State University Press.
USA.

Rostini N., E. Yuliani dan N. Hermiati, 2006. Heritabilitas, Kemampuan Genetik dan
Korelasi Karakter Daun dengan Buah Muda, Heritabilitas pada 21 Genotipe Nenas
.Zuriat,17(2): 114–121.
Syukur, M., S. Sujiprihati, R. Yunianti. 2009. Teknik Pemuliaan Tanaman. Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 300 hal.

Anda mungkin juga menyukai