Anda di halaman 1dari 11

ACARA V

HERITABILITAS DAN KEMAJUAN GENETIK


A. Hasil Pengamatan
1. Heritabilitas
2
Varian genotipe ( G )
2

= 2,41127

Varian sesatan ( E )

= 2,95205

2
Varian fenotipe ( P )

2
2
= varian Genotipe ( G ) + varian sesatan ( E )

Varian fenotipe
2
Heritabilitas ( H

Heritabilitas ( H

= 5,36332
2G
) = 2
P

) = 2,41127/5,36332 = 0,5

Kesimpulan: Nilai heritabilitas diatas menunjukkan bahwa keragaman fenotipe


berkaitan dengan keragaman genetik.
2. Hasil Seleksi
Perhitungan diferensial seleksi dan intensitas seleksi dengan p=0,03
S = s - o = 26,7-17,3 = 9,4
i = S/p = 9,4/4 = 2,4
Perhitungan diferensial seleksi dan intensitas seleksi dengan p=0,05
S = s - o = 25,7-17,3 = 8,4
i = S/p = 8,4/4 = 2,1
Perhitungan diferensial seleksi dan intensitas seleksi dengan p=0,10
S = s - o = 24,4-17,3 = 7,1
i = S/p = 7,1/4 = 1,8

0,03
0,05
0,1

26,7
25,7
24,4

17,3
9,4
17,3
8,4
17,3
7,1
Tabel 1. Nilai Hasil Seleksi

4
4
4

2,4
2,1
1,8

Diagram Distribusi Normal Tinggi Seratus Tanaman

Diagram Diferensial Seleksi dengan p=0,03

Diagram Diferensial Seleksi dengan p=0,05

Diagram Diferensial Seleksi dengan p=0,10

3. Perhitungan Perhitungan Harapan Kemajuan Genetik

Harapan Kemajuan Genetik dengan p=0,03


R = i . p .

= 2,3 . 4 . 0,2 = 1,84

Harapan Kemajuan Genetik dengan p=0,05


Harapan Kemajuan Genetik dengan p=0,10

H2

0,03
2,3
4
0,2
1,8
0,05
2,1
4
0,2
1,7
0,1
1,8
4
0,2
1,4
Tabel 2. Perhitungan Nilai Harapan Kemajuan Genetik

Diagram Harapan Kemajuan Genetik dengan p=0,03

Diagram Harapan Kemajuan Genetik dengan p=0,05

Diagram Harapan Kemajuan Genetik dengan p=0,10

B. Pembahasan
Dalam praktikum dasar dasar pemuliaan tanaman acara Heritabilitas yang dilakukan
di Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Genetika pada tanggal 14 Maret 2016 bertujuan
untuk mempelajari konsep heritabilitas dan kemajuan genetik melalui simulasi seleksi.
Dalam suatu mahluk hidup memiliki keragaman yang membedakan satu mahluk hidup
dengan yang lainnya. Salah satunya keragaman dalam tanaman, keragaman yang dapat
diamati pada suatu individu tanaman merupakan perwujudan dari faktor genetis yang menjadi
ciri bawaan dari tanaman tersebut (genotipe) dan faktor lingkungan yang menjadi tempat
tumbuhnya. Secara sederhana hubungan tersebut dapat dilambangkan sebagai P = G + E.
Keragaman adalah perbedaan yang ditimbulkan dari suatu penampilan populasi tanaman.
Keragaman genetik merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pemuliaan tanaman. Adanya keragaman genetik dalam suatu populasi berarti
terdapat variasi nilai genotipe antar individu dalam populasi tersebut. Heritabilitas merupakan
nilai relative yang menunjukan besarnya sumbangan keragaman genotipe (Tim Penyusun,
2015).
Keragaman dan heritabilitas merupakan bagian terpenting dalam mempelajari mandiri
ilmu pemuliaan tanaman. Dalam pemuliaan tanaman mempelajari tentang susunan genetik
suatu tanaman untuk tujuan tertentu. Sehingga keragaman (variabilitas) merupakan faktor
utama dalam menentukan jenis tanaman yang akan dipilih untuk diteliti. Sedangkan ilmu
heritabilitas berkaitan dengan tujuan tertentu yang akan dicapai dalam memuliakan tanaman.
Sesuai dengan komponen varian genetiknya, kemudian dibedakan adanya heritabilitas
dalam arti luas (broad sense heritability) dan heritabilitas dalam arti sempit (narrow sense
heritability). Heritabilitas dalam arti luas merupakan perbandingan antara varian genetik total
dan varian fenotipe. Heritabilitas dalam arti sempit merupakan perbandingan anara varian
aditif dan varian fenotipe.
Umumnya heritabilitas dalam arti sempit banyak mendapat perhatian karena pengaruh
aditif dari tiap alelenya diwariskan oleh orang tuanya kepada keturunannya dan kontribusi
penampilan tidak tergantung pada adanya interaksi antar-alele. Dalam pemuliaan tanaman
dengan sifat-sifat yang dikendalikan oleh gen aditif dapat diharapkan kemajuan seleksi yang
besar dan cepat (Mangoendidjojo, 2003). Nilai heritabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa
sebagian besar keragaman fenotipe disebabkan oleh keragaman genetik, sehingga seleksi
akan memperoleh kemajuan genetik (Barmawi dkk, 2013). Sehingga dapat juga disebut
bahwa kemajuan genetik merupakan hasil dari seleksi yang berasal dari nilai heritabilitas
yang tinggi.

Agar suatu galur dapat dilepas sebagai varietas unggul baru, maka salah satu syarat yang
harus dipenuhi oleh galur yang bersangkutan adalah populasinya dalam galur seragam. Bila
tidak seragam maka perlu dilakukan seleksi kembali. Agar kegiatan seleksi dapat berjalan
efektif maka terhadap genotipe yang beragam tersebut perlu penilaian terhadap keragaman
genetik, fenotipik maupun heritabilitasnya serta besarnya kemajuan genetik harapan yang
ingin dicapai (Aryana, 2007).
Perhitungan nilai diferensial seleksi dan intenstas seleksi dengan p=0.03, p=0.05 dan
p=0.10 semuanya menunjukkan kecenderungan bahwa semakin sedikit rerata populasi yang
diambil maka nilai diferensial populasinya pun semakin besar. Sama dengan hasil intensitas
seleksi bahwa semakin sedikit rerata populasi yang diambil nilai intensitas seleksinya pun
makin besar. Nilai S saat p=0.03> nilai S saat p=0.0.5 > nilai S saat p=0.1. begitu pula
dengan nilai I saat p= 0.03> nilai I saat p=0.0.5 > nilai I saat p=0.
Tidak seluruhnya perbedaan performans diturunkan ke generasi selanjutnya, proporsi dari
diferensial seleksi yang dapat diwariskan kepada generasi berikutnya adalah hanya yang
bersifat genetik saja, yaitu sebesar angka pewarisannya (heritabilitas). Dengan demikian
besarnya diferensial seleksi yang diwariskan yang merupakan tanggapan seleksi yang akan
muncul pada generasi berikutnya adalah sebesar (Hardjosubroto, 1994):
R = h2 . S
di mana :
R = tanggapan seleksi atau tanggapan
seleksi per generasi
h2 = heritabilitas sifat yang diseleksi
S = diferensial seleksi
Rumus di atas hanya dapat digunakan untuk menghitung tanggapan seleksi sebagai akibat
dari seleksi yang telah atau sedang dilakukan sekarang dan tidak dapat digunakan untuk
keperluan perencanaan, karena sukar untuk menghitung nilai S. Untuk suatu perencanaan
maka tanggapan seleksi dapat dihitung dengan rumus (Hardjosubroto, 1994) :
R = i.h2.p
di mana :
i = intensitas seleksi = S/p
p = simpangan baku dari fenotipe

Untuk menghitung tanggapan seleksi per tahun maka rumus di atas harus dibagi dengan
interval generasinya (=l). Interval generasi adalah rataan umur tetua pada saat anak dilahirkan
(Falconer and Mackay, 1996).
i.h2.p
R=
l
Dari persamaan di atas maka dapat diketahui bahwa tanggapan seleksi atau kemajuan
genetik akibat seleksi dipengaruhi oleh (1) akurasi/kecermatan seleksi; (2) intensitas seleksi;
(3) variasi genetik; dan (4) interval generasi (Bourdon, 1997). Kecermatan seleksi sangat
berkaitan langsung dengan nilai heritabilitas.
Pada bagian hasil, bagan nilai diferensial seleksi atau S ditunjukan dengan area yang
berwarna biru (menunjukkan jumlah tanaman yang terseleksi). Dengan demikian semakin
sedikit populasi yang diambil maka semakin banyak jumlah tanaman yang terseleksi. Artinya
semakin mudah untuk melakukan seleksi jika jumlah populasi yang diambil semakin sedikit.

Kesimpulan
1. Pada percobaan ini didapat nilai heritabilitas 0.5 atau 50% dan termasuk dalam nilai
heritabilitas yang tinggi.
2. Heritabilitas merupakan nilai relative yang menunjukan besarnya sumbangan keragaman
genotipe
3. Kemajuan genetik merupakan hasil dari seleksi yang berasal dari nilai heritabilitas yang
tinggi.

Daftar Pustaka
Tim Penyusun. 2015. Penuntun Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu :
Bengkulu.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan tanaman. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Aryana, IGP M. 2007. Uji keseragaman, heritabilitas dan kemajuan genetik galur padi beras merah
hasil seleksi silang balik di lingkungan gogo. Jurnal Ilmu Pertanian Vol. XXV No. 6.
Barmawi, M., Nyimas, S., dan Elida, Y. 2013. Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter
Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F2 Persilangan Wilis Dan Mlg2521.
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung : Lampung.
Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia. Jakarta.
Falconer, D. S. and T. F. C. Mackay. 1996. Introduction to Quantitative Genetics. Fourth Edition.
Longman Group Ltd. England.
Bourdon, R. M. 1997. Understanding Animal Breeding. Prentice-Hall, Inc. New Jersey.

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai