D5
i
ANALISIS PROKSIMAT DAN ENERGI BRUTO ROTI GILING
D5
ii
ANALISIS PROKSIMAT DAN ENERGI BRUTO ROTI GILING
Oleh:
D5
Menyetujui:
Soni Santoso
Asisten I
Ivanna Griselda S.
Asisten II
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmanirrahim
Puji syukur Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Nutrisi Ternak yaitu
Ucapan terima kasih kepada Bapak Ir. Tidi Dhalika, MS., selaku dosen mata
laporan ini dengan maksimal akan tetapi pasti ada kekurangan. Jadi kami
harapkan kritik dan saran, sehingga dengan saran dan kritiknya kami dapat
Penyusun,
iv
ANALISIS PROKSIMAT DAN ENERGI BRUTO ROTI GILING
D5
ABSTRAK
membahas tentang bagaimana isi kadar kandungan pada roti giling dengan
yang meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak kasar, kadar serat kasar, kadar
protein kasar, kadar energi bruto dan kadar BETN (Bahan Ekstrak Tanpa
Nitrogen). Roti giling yang dianalisis jenis roti tawar dengan bahan baku utama
tepung terigu. Hasil analisis proksimat pada roti giling ini menghasilkan nilai
kadar air sebesar 69,75%, abu sebesar 14,89%, serat kasar sebesar 22,61%, lemak
kasar sebesar 10,56%, protein kasar sebesar 16,36%, energi bruto sebesar 3094
kal/gram dan BETN sebesar 34,17%
Kata kunci: analisis proksimat, kadar air, kadar abu, lemak kasar, serat kasar,
protein kasar, energi bruto, BETN, roti giling
v
DAFTAR ISI
Bab Halaman
I. PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah .......................................................... 2
1.3 Tujuan Praktikum............................................................... 2
1.4 Kegunaan Praktikum .......................................................... 3
1.5 Waktu dan Tempat ............................................................. 3
II. KAJIAN KEPUSTAKAAN ................................................... 4
vi
2.6.2 Metode Analisis Sera Kasar .................................. 16
2.6.3 Kandungan Serat Kasar Bahan .............................. 17
2.7 Analisis Protein Kasar..................................................... 18
2.7.1 Protein Kasar ......................................................... 18
2.7.2 Metode Analisis Protein Kasar .............................. 19
2.7.3 Kandungan Lemak Kasar Bahan .......................... 20
2.8 Analisis Energi Bruto ...................................................... 21
2.8.1 Energi Bruto .......................................................... 21
2.8.2 Metode Analisis Energi Bruto ............................... 21
2.8.3 Kandungan Energi Bruto Bahan ............................ 22
2.9 Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) ......................... 22
2.9.1 BETN ..................................................................... 22
2.9.2 Metode Analisis BETN ......................................... 23
2.9.3 Kandungan BETN Bahan ...................................... 23
vii
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 35
4.1 Analisis Air ..................................................................... 35
4.1.1 Hasil ....................................................................... 35
4.1.2 Pembahasan ........................................................... 35
4.2 Analisis Abu.................................................................... 36
4.2.1 Hasil ....................................................................... 36
4.2.2 Pembahasan ........................................................... 36
4.3 Analisis Lemak Kasar ..................................................... 37
4.3.1 Hasil ....................................................................... 37
4.3.2 Pembahasan ........................................................... 37
4.4 Analisis Serat Kasar ........................................................ 37
4.4.1 Hasil ....................................................................... 37
4.4.2 Pembahasan ........................................................... 38
4.5 Analisis Protein Kasar..................................................... 38
4.5.1 Hasil ....................................................................... 38
4.5.2 Pembahasan ........................................................... 39
4.6 Analisis Energi Bruto ...................................................... 39
4.6.1 Hasil ....................................................................... 39
4.6.2 Pembahasan ........................................................... 39
4.7 Analisis BETN ................................................................ 40
4.7.1 Hasil .................................................................... 40
4.7.2 Pembahasan......................................................... 40
V. PENUTUP ............................................................................. 42
5.1 Kesimpulan .................................................................... 42
5.2 Saran ............................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA .................................................................. xii
LAMPIRAN ................................................................................. xiii
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
xi
I
PENDAHULUAN
besar bahan pakan terdiri dari unsur - unsur pokok yaitu air, mineral, karbohidrat,
lemak dan protein. Kelima unsur ini dibutuhkan oleh hewan ternak dan manusia
untuk pertumbuhan, produksi, reproduksi dan hidup pokok. Makanan ternak berisi
zat nutrisi dengan kandungan yang berbeda-beda karena itu perlu dilakukan
analisis untuk mengetahui kualitas dan kuantitas zat gizi yang dibutuhkan oleh
ternak. Kualitas bahan pakan dan komponennya ini dapat dinilai melalui tiga
tahapan penilaian, yaitu secara fisik, kimia, dan biologis. Salah satu tahapan dari
mengidentifikasikan kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan.
jumlah yang sangat kecil, yang seharusnya tidak masuk ke dalam fraksi yang
Analisis proksimat berupa analisa kadar air, kadar abu, bahan kering,
analisa protein kasar, lemak kasar dan analisa serat kasar. Pada setiap analisis
pakan atau pangan yang belum diketahui sebelumnya yang selanjutnya disebut
sampel. Selain dari itu, analisis prokimat merupakan dasar dari analisis-analisis
bahan pakan atau pangan dengan membandingkan nilai standar zat makanan atau
zat pakan dengan hasil analisisnya. Dengan demikian analisis proksimat ini dapat
bermanfaat bagi dunia peternakan, terutama dalam pemberian nutrisi yang dapat
memenuhi kebutuhan ternak. Maka dari itu Berdasarkan uraian di atas, praktikum
pengetahuan tentang cara untuk mengetahui kadar nutrisi dalam suatu pakan.
2
(6) Mengetahui kadar BETN dalam roti giling.
makanan dari suatu bahan (pakan/pangan), menguji kualitas bahan yang telah
ransum yang telah dibuat, serta dapat mengetahui persentase disetiap kandungan
bahan pakan.
Padjadjaran.
3
II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
feementasi dengan ragi roti atau bahan pengembang lainnya yang diolah dengan
cara dipanggang. Roti termasuk dalam salah satu produk bioteknologi konvesional
(Mudjajanto dan Yulianti, 2007). Hampir semua jenis roti dibuat dengan proses
penurunan suhu (cooling), dan terkadang pengirisan (slicing) (Zhou dan Hui,
2004).
Klasifikasi Gandum
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Triticum L.
dengan panjang 6–8 mm dan diameter 2–3 mm. Seperti jenis serealia lainnya,
gandum memiliki tekstur yang keras. Biji gandum terdiri dari tiga bagian yaitu
(kernel), warna kulit biji (bran), dan musim tanam. Berdasarkan tekstur kernel,
berdasarkan warna bran, gandum diklasifikasikan menjadi red (merah) dan white
(putih). Untuk musim tanam, gandum dibagi menjadi winter (musim dingin) dan
Tepung merupakan bahan baku utama roti. Tepung yang biasa digunakan
untuk roti adalah tepung gandum, jagung, havermouth, dsb. Tepung terigu
merupakan hasil penepungan dari biji gandum sehingga sering disebut tepung
gandum, yang berasal dari proses penggilingan biji gandum (Jones dan Amos,
1967).
sedang yang ketiga yaitu gandum jenis durum digunakan untuk membuat produk-
produk macaroni (Charley, 1970). Zat gizi yang terdapat didalam roti yaitu tiamin
(vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin, serta sejumlah mineral berupa zat
besi, iodium, kalsium dan sebagainya. Roti juga di perkaya dengan asam amino
5
Tepung terigu yang mempunyai kadar protein tinggi akan memerlukan air
lebih banyak agar gluten yang terbentuk dapat menyimpan gas sebanyak-
tinggi untuk mendapatkan volume yang besar, tetapi ada kemungkinan roti
menjadi alot. Oleh karena itu, dalam pembuatan roti perlu penambahan bahan-
bahan lain yang berfungsi untuk mengempukkan roti seperti gula, margarin atau
mentega, dan kuning telur dengan komposisi tertentu. Pencampuran tepung terigu
protein tinggi dengan tepung terigu protein sedang juga dapat dilakukan,
tujuannya agar kadar protein terigu turun sehingga roti yang dihasilkan sesuai
dengan keinginan, seperti tekstur lebih lembut (Mudjajanto & Yuliati, 2004).
panganlain.
Unsur Nutrisi Kandungan/100gram
Kalori (cal) 259
Protein (g) 9,13
Lemak (g) 4,11
Karbohidrat (g) 47,14
Sodium (mg) 530
Kalium (mg) 204
Sumber: DEPKES RI, Direktorat Gizi (1992).
2.3.1 Air
Air merupakan satu zat gizi yang tidak dapat kita tinggalkan, tetapi seiring
yang lebih besar, baik dalam pangan maupun dalam tubuh manusia dibandingkan
dengan zat gizi lainnya. Didasarkan pada seluruh bobot tubuh, hampir 60 hingga
6
70% tubuh manusia terdiri dari air, jumlah yang tepat tergantung dari faktor
seperti usia, kelamin, keadaan kesehatan dan kegiatan fisik (Suhardjo dkk, 1977).
Air berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh, pelarut pada proses pencernaan dan
Selain dalam tubuh, air juga terdapat dalam pakan yang di berikan kepada
ternak. Kadar air dalam bahan pakan terdapat dalam bentuk air bebas, air terikat
lemah dan air terikat kuat. Besar kadar air ini bisa bisa dipengaruhi oleh proses
pengeringaan dalam oven atau saat dikering udarakan. Pada dedak padi (Oryza
1998). Besarnya kadar air atau bahan kering dedak padi adalah 8% - 14% atau
Pakan ternak dapat dievaluasi dengan beberapa cara, salah satunya adalah
metode analisis kimia. Metode kimia yang biasa digunakan untuk determinasi zat
untuk mengetahui kandungan air, lemak, protein, serat kasar, bahan ekstrak tanpa
dalam sampel bahan pakan. Metode yang paling umum digunakan adalah
penetapan air dengan metode oven. Metode ini digunakan untuk hampir seluruh
7
1000C. Prinsip penetapan air dengan metode oven adalah pengeringan sampel
pada oven dengan temperatur 100 – 1020C sampai diperoleh data yang tetap
mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105-1100C selama 3 jam atau sampai
untuk menentukan kadar bahan kering dari bahan tersebut (Kamal, 1998). Sampel
makanan ditimbang dan diletakkan dalam cawan khusus dan dipanaskan dalam
oven dengan suhu 1050 C. Pemanasan berjalan hingga sampel tidak turun lagi
beratnya. Setelah pemanasan tersebut sampel bahan pakan disebut sebagai sampel
bahan kering dan penggunaanya dengan sampel disebut kadar air (Tillman dkk,
1998). Bahan kering dihitung sebagai selisih antara 100% dengan persentase
kadar air suatu bahan pakan yang dipanaskan hingga ukurannya tetap (Anggorodi,
2005).
Metode ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu: (1) Bahan lain disamping
air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air misalnya alkohol,
asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain; (2) Dapat terjadi reaksi selama
pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap (Soedarmadji 2003).
oksidasi; (3) Bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya
meskipun sudah dipanaskan. Pada proses pengeringan, air yang terkandung dalam
bahan tidak dapat seluruhnya diuapkan meskipun demikian hasil yang diperoleh
stimultan udara panas yang dibawa oleh media pengering akan digunakan untuk
8
menguapakan air yang terdapat didalam bahan. Uap air yang berasal dari bahan
akan dilepaskan dari permukaan bahan keudara kering (Pramono, 1993). Dasar
kandungan uap air antara udara dengan bahan yang dikeringkan. Laju penguapan
air bahan dalam pengeringan sangat ditentukan oleh kenaikan suhu. Semakin
besar perbedaan antara suhu media pemanas dengan bahan yang dikeringkan,
semakin besar pula kecepatan pindah panas ke dalam bahan pangan sehingga
penguapan air dari bahan akan lebih banyak dan cepat (Taib dkk, 1988).
dalam oven adalah kadar air, pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air
bahan berpengaruh terhadap banyaknya air yang diuapkan dan lamanya proses
pencuci yang baik bagi bahan makanan tersebut atau alat-alat yang akan
banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam satuan
persen (%). Kadar air juga merupakan karakteristik yang sangat penting dalam
bahan pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta ikut
menentukan kesegaran dan daya awet bahan tersebut. kadar air yang tinggi
9
berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pakan (Haryanto,
1992).
Kadar air pada roti tergantung dengan lamanya waktu saat ferementasi dari
dihasilkan akan semakin banyak. Hal ini disebabkan karena pada proses
(H2O) sehingga akan meningkatkan kadar air pada bahan kering (Fardiaz,1992).
Kadar air dalam bahan pakan terdapat dalam bentuk air bebas, air terikat
lemah dan air terikat kuat. Besar kadar air ini bisa bisa dipengaruhi oleh proses
pengeringaan dalam oven atau saat dikering udarakan. Pada dedak padi (Oryza
1998). Besarnya kadar air atau bahan kering dedak padi adalah 8% - 14% atau
2.4.1 Abu
Abu adalah sisa pembakaran sempurna dari suatu bahan. Suatu bahan
apabila dibakar sempurna pada suhu 500-600ºC ke dalam tanur listrik selama
beberapa waktu maka semua senyawa organiknya akan terbakar menjadi CO2,
H2O dan gas lain yang menguap, sedang sisanya yang tidak menguap inilah yang
disebut abu atau campuran dari berbagai oksida mineral sesuai dengan macam
Mineral yang terdapat pada abu dapat juga berasal dari senyawa organik
misalnya fosfor yang berasal dari protein dan sebagainya. Disamping itu adapula
10
(Klor), F (Fosfor), dan S (Belerang), oleh karena itu abu tidak dapat untuk
menunjukan adanya zat anorganik didalam pakan secara tepat baik secara
Namun, pada proses pembakaran suatu sampel dalam proses analisis kadar
abu ini terdapat beberapa kelemahan yaitu tidak seluruhnya unsur utama
pembentuk senyawa organik dapat terbakar dan berubah menjadi gas, oksigen ada
yang masih tinggal dalam abu sebagai oksida (mis : CaO) dan karbon sebagai
karbonat (CO3), dan sebagian mineral tertentu menguap menjadi gas ( mis : sulfur
sebagai H2S). Maka, di dalam abu hasil pembakaran ini akan terdapat beberapa
komponen yang termasuk ke dalam fraksi abu diantaranya, mineral (Ca, P, Fe,
nitrogen. Disamping itu, kadar abu dari pakan yang berasal dari hewan dan ikan
dapat digunakan sebagai indek untuk kadar Ca (Kalsium) dan P (Fofsor), juga
pengabuan kering (dry ashing) atau pengabuan langsung dan pengabuan basah
(wet digestion). Pemilihan cara tersebut tergantung pada sifat zat organik dalam
bahan, sifat zat anorganik yang ada di dalam bahan, mineral yang akan dianalis
(1) Pengabuan cara Langsung (Cara Kering) Prinsip dari pengabuan cara
11
yaitu sekitar 500 – 600˚C dan kemudian melakukan penimbangan zat yang
(2) Pengabuan cara Tidak Langsung (Cara Basah) Prinsip dari pengabuan cara
dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal
sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat menunjukan total
mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam proses
Jumlah dan komposisi abu dalam mineral tergantung pada jenis bahan
pangan serta metode analisis yang digunakan. Abu dan mineral dalam bahan
pangan umumnya berasal dari bahan pangan itu sendiri (indigenous). Tetapi ada
12
maupun tidak disengaja. Abu dalam bahan pangan dibedakan menjadi abu total,
komponen anorganiknya tidak, karena itulah disebut kadar abu. Yang termasuk
Sedangkan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat,
oksida-oksida dari K, P, Na, Mg, Ca, Fe, Mn, dan Cu, disamping itu terdapat
dalam kadar yang sangat kecil seperti Al, Ba, Sr, Pb, Li, Ag, Ti, As, dan lain-lain.
(susi, 2013)
Lemak merupakan senyawa organik yang tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam zat pelarut organik non polar, seperti aseton, alkohol, eter,
panjang berantai lurus, bercabang, atau membentuk struktur siklis. Lemak esensial
juga berperan sebagai penyusun membran yang sangat penting untuk berbagai
tugas metabolisme, lemak juga dapat melarutkan berbagai vitamin, yaitu vitamin
Secara umum lemak (Fat) dan minyak (oil) merupakan golongan lipida
yaitu senyawa. Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang
termasuk golongan lipid. Satu sifat yang khas mencirikan golongan lipid
13
(termasuk minyak dan lemak) adalah daya larutnya dalam pelarut organik) atau
cadangan yang ada yang ada dalam tubuh dapat melindungi berbagai organ yang
penting, seperti ginjal, hati dan sebagainya, tidak saja sebagai isolator, tetapi juga
kerusakan fisik yang mungkin terjadi pada waktu kecelakaan. Lipid terdiri atas
lemak dan minyak yang banyak dihasilkan hewan dan tanaman. Lipid umumnya
berupa trigliserida yang merupakan ester asam lemak dan gliserol maupun gugus
dengan pelarut lemak yaitu petroleum ether. Pelarut yang digunakan untuk
mengekstraksi lemak harus memiliki derajat polaritas yang sama dengan lemak
yang akan dianalisis. Ekstraksi ini dapat dilakukan secara terputus-putus. Thimble
Air untuk pendingin dijalankan dan alat ekstraksi lemak mulai dipanaskan.
Pelarut yang memiliki titih didih lebih rendah akan diuapkan dan dikondensasi
saat melewati kondensor lalu pelarut akan jatuh membasahi bahan dan lemak
bahan akan terekstraksi sekitar 4-6 jam, ditunggu hingga pelarut turun kembali
dansisa/residu lemak akan dioven untuk menguapkan sisa pelarut lalu ditimbang
lemaknya yaitu nisbah berat lemak terhadap berat sampel dikali 100%.
14
Ekstraksi dengan Soxhlet memberikan hasil ekstrak yang lebih
Soxhletmemberikan hasil ekstrak yang lebih tinggi. Makin polar pelarut, bahan
(Whitaker1915).
Lemak kasar tercampur beberapa senyawa yang tidak larut dalam air tetapi
larut dalam pelarut lemak (ether, petroleum benzene, karbon tetra klhorida dsb).
mengekstraksikan bahan pakan dalam pelarut organik. Zat lemak terdiri dari
karbon, oksigen dan hidrogen. Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini
bukan lemak murni akan tetapi campuran dari berbagai zat yang terdiri dari
pelarut. Fungsi dari N-heksan adalah untuk mengekstraksi lemak atau untuk
(Mahmudi, 1997). Lemak di dalam roti memberikan nilai yang lebih besar,
semakin tinggi kadar lemak pada pangan maka rasanya semakin gurih dan enak.
Kandungan lemak pada roti adalah 11,60% (Gaman dan Sherington, 1992).
15
2.6 Analisis Serat Kasar
Serat kasar adalah bagian yang masuk kedalam karbohidrat dan telah
dipisahkan dengan bahan estrak tanpa nitrogen (BETN) terutama yang terdiri dari
pati, dengan cara analisis kimia sederhana (Tillman dkk., 1989). Serat kasar terdiri
sumber energi bagi mikroorganisme dalam rumen dan sebagai bahan pengisi
yang tidak dapat dicerna. Setiap pertambahan 1% serat kasar dalam tanaman
Serat kasar adalah bahan organic yang tahan terhadap hidrolisis asam dan
basa lemah (Utomo dkk., 2008). Serat kasar menurut analisis proksimat adalah
semua senyawa organic yang tidak larut dalam perebusan dengan larutan H2SO4
1,25% dan perebusan dengan larutan NaOH 1.25% selama 30 menit secara
berurutan. Perebusan akan melarutkan senyawa organic keculai serat kasar dengan
zat yang tak larut dalam asam encer maupun basa encer dengan kondisi tertentu
Ada beberapa metode analisis serat, antara lain metode crude fiber, metode
kekurangan. Data serat kasar yang ditentukan secara kimia tidak menunjukan sifat
16
serat secara fisiologis, rentang kesalahan apabila menggunakan nilai serat kasar
sebagai total serat makanan adalah antara 10-50%, kesalahan terbesar terjadi pada
analisis serealia dan terkecil pada kotiledon tanaman. Metode analisis dengan
menggunakan deterjen (Acid Deterjen Fiber, ADF atau Neutral Deterjen Fiber,
NDF) merupakan metode gravimetri yang hanya dapat mengukur komponen serat
makanan yang tidak larut. Adapun untuk mengukur komponen serat yang larut
seperti pectin dan gum, harus menggunakan metode yang lain, selama analisis
tersebut komponen serat larut mengalami kehilangan akibat rusak oleh adanya
pankreatik (Asp, dkk., 1984). Metode ini dapat mengukur kadar serat makanan
total, serat makanan larut dan serat makanan tidak larut secara terpisah. Langkah
pertama metode pada pengukuran atau penetapan kadar serat kasar adalah dengan
menghilangkan semua bahan yang terlarut dalam asam dengan pendidihan dengan
asam sulfat bahan yang larut dalam alkali dihilangkan dengan pendidihan dalam
larutan sodium alkali. Residu yang tidak larut adalah serat kasar (Soejono,1990).
Serat kasar ialah sisa bahan makanan yang telah mengalami proses
pemanasan dengan asam kuat dan basa kuat selama 30 menit yang dilakukan di
laboratorium. Dengan proses seperti ini dapat merusak beberapa macam serat
yang tidak dapat dicerna oleh manusia dan tidak dapat diketahui komposisi kimia
tiap-tiap bahan yang membentuk dinding sel. Oleh karena itu serat kasar
17
50-90 % untuk lignin dan 20-50% untuk sellulosa (Piliang dan Djojosoebagjo,
2002).
dimakan dari tanaman atau karbohidrat analog yang resisten terhadap perncernaan
dan absorpsi pada usus halus dengan fermentasi lengkap atau partial pada usus
ologosakarida, lignin, dan bagian tanaman lainnya. Kandungan serat kasar pada
roti sebesar 3,42%. Serat kasar juga dapat mempertebal kerapatan atau ketebalan
campuran makanan dalam slauran pencernaan. Hal ini akan membuat laju
makanan pada pencernaan akan lambat dan juga akan menhambat pergerakan
ikatan peptide (Utomo dkk.,2008). Protein merupakan salah satu zat makanan
yang berperan pada produktivita ternak. Jumlah protein dalam pakan ditentukan
dengan kandungan nitrogen bahan pakan melalui metode kjehdal yang kemudian
dikali faktor protein 6,25 (Suparjo, 2010). Protein merupakan kumpulan asam
18
amino yang saling diikatkan dengan ikatan-ikatan peptida. Energi protein sebesar
5,50 kcal/g, apabila digunakan sebagai sumber energi 1,25 kcal/g keluar sebagai
urea, setiap unit protein tinggal 4,25 kcal/g. karena digesti protein yang tidak
(Utomo,2012).
Protein kasar tidak hanya mengandung true protein saja tetapi juga
kuantitatif dan kualitatif. Kadar protein yang ditentukan berdasarkan cara Kjehdal
disebut sebagai kadar protein kasar karena terikutnya senyawa nitrogen bukan
protein. Prinsip kerja dari metode Kjeldahl adalah protein dan komponen organic
dalam sampel didestruksikan dengan menggunakan asam sulfat dan katalis. Hasil
Destilat ditampung dalam larutan asam borat. Selanjutnya ion-ion borat yang
dua yaitu: 1) metode pengukuran langsung pada panjang gelombang 205 nm dan
terlebih dahulu distandarisasi dengan protein standar. Metode ini dapat dengan
19
mudah diaplikasikan dan sederhana, cocok untuk larutan protein yang telah
triptopan, tirosin dan ikatan disulfide sitein yang menyerap kuat pada Panjang
mengandung nitrogen (Tillman, dkk, 1991). Protein adalah zat organic yang
1994). Kadar protein pada roti sebesar 5,1% (Agus,dkk., 2005). Protein
Kandungan protein dalam roti cukup baik, karena protein dalam roti dapat
terdegradasi dalam rumen yang akan mengahsilkan ammonia, CO2 dan fatty acid
rantai pendek (Prawirokusumo,1944). Ammonia selanjutnya digunakan untuk
yaitu pati atau gula (Kamal,1998). Limbah roti mengandung energi yang tinggi
perombakan ammonia menjadi urea lebih cepat, maka kadar ammonia di dalam
darah menjadi naik dan mengakibatkan keracunan pada ternak yang akhirnya
20
2.8 Analisis Energi Bruto
kalorimeter. Prinsip dari pengukuran EB pakan ini adalah konversi energi dalam
pakan (karbohidrat, lemak, protein) menjadi energi panas dengan cara oksidasi zat
mengukur energi bruto dari pakan secara utuh (whole food) atau dari bagian-
bagian pakan (misalnya glukosa, pati, selulosa), jaringan ternak dan ekskreta
(feses, urin). Nilai energi bruto dari suatu bahan pakan tergantung dari proporsi
karbohidrat, lemak dan protein yang dikandung bahan pakan tersebut. Air dan
mineral tidak menyumbang energi pakan tersebut. Nilai energi bruto tidak
menunjukan apakah energi tersebut tersedia untuk ternak atau tidak tersedia,
pembakar nikel krom, Isi bomb kalorimeter dengan oksigen, pada tekanan 30
air, selanjutnya masukkan vessel ke dalam water jacket, Jalankan aliran listrik
pemanas dan alat pendingin, atur skala dari ”initial balance” sampai lampu dan
amperemeter dari pemanas berjalan secara otomatis (suhu vessel dan jacket sama)
( Patabang, 2012).
21
2.8.3 Kandungan Energi Bruto Bahan
tergantung pada komposisi dari karbohidrat, protein dan lemak yang terdapat
dalam bahan makanan tersebut. Nilai energi bruto dari berbagai bahan makanan
bermacam- macam dan tidak menentu, akan tetapi secara umum telah ditetapkan
nilai energi bruto untuk KH = 4,15 kkal/kg, protein = 5,65 kkal/kg, dan lemak =
2.9.1 BETN
22
2.9.2 Metode Analisis BETN
lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Jika jumlah abu,
protein kasar, esktrak eter dan serat kasar dikurangi dari 100, perbedaan itu
yang mudah larut dengan perebusan menggunakan asam sulfat 1,25% atau 0,255
N dan perebusan dengan menggunakan larutan NaOH 1,25% atau 0,313 N yang
23
III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat
(2) Timbangan Analitik, berfungsi untuk mengukur massa suatu benda atau
sampel.
(4) Eksikator, berfungsi untuk mendinginkan sampel (terbebas dari uap hasil
pemanasan).
(1) Cawan Porselen 30 ml, berfungsi sebagai wadah bahan kimia yang lebih
(6) Timbangan Analitik, untuk menimbang berat suatu bahan atau alat
(1) Satu set alat Soxhlet, seperangkat alat untuk mengekstraksi lemak di
selongsong.
(2) Kertas Saring bebas lemak, berfungsi untuk menyaring sampel pada proses
pemanasan.
(1) Gelas Piala khusus 600 ml, berfungsi sebagai wadah dari sisa ekstraksi
lemak.
(3) Corong Buchner diameter 4.5cm, berfungsi untuk penyaringan dan dengan
(4) Satu set alat pompa vakum yang terdiri dari corong buchner, filtering
penimbangan.
(6) Kertas saring bebas abu (Whatman No.41), berfungsi untuk menyaring
larutan.
(10) Timbangan Analitik, berfungsi untuk menimbang berat alat dan bahan.
25
3.1.5 Analisis Protein Kasar
(1) Labu Kjeldahl 300 ml, berfungsi untuk dekstruksi bahan makanan.
(2) Satu set alat destilasi, berfungsi untuk pemisahan suatu zat.
larutan sampel.
(4) Buret 50 cc skala 0,1 ml, berfungsi untuk mengambil larutan yang
(5) Thermometer skala kecil, berfungsi untuk membaca dan mengetahui suhu
(6) Tabung gas oksigen yang dilengkapi regulator dan selang inlet, berfungsi
sebagai tempat menyimpan gas oksigen dan selang yang berfungsi untuk
(7) Statif / standar untuk tutup jaket dan atau tutup bejana bomb.
(8) Catu daya 23 volt, berfungsi sebagai sumber tegangan listrik untuk
pembakaran sampel
26
3.1 Bahan
(3) HCl (yang sudah diketahui normalitasnya), digunakan pada tahap titrasi
27
(5) Katalis campurab (yang dibuat dari CuSO4.5H2O, dan K2SO4 dengan
destruksi
(2) Oksigen dan kawat sumbu pembakar, berfungsi untuk proses pembakaran
28
menset zero balans, yaitu setelah berat alumunium diketahui
gram.
(1) Cawan porselen dikeringkan ke dalam oven selama 1 jam pada suhu
100o– 105oC.
(4) Dipanaskan dengan hot plate atau pembakar bunsen l sampai tidak berasap
lagi.
biarkan beberapa lama sampai bahan berubah menjadi abu putih betul.
29
Lama pembakaran sekitar 3 – 6 jam.
(6) Didinginkan dalam eksikator kurang lebih 30 menit dan ditimbang dengan
(1) Disiapkan kertas saring yang telah kering oven (gunakan kertas
30
dan mencatatnya sebagai A gram.
(3) Dimasukkan residu atau sisa ekstraksi lemak ke dalam gelas piala
kondensor (reflux).
yang telah dipasang kertas saring (kertas saring ini tidak perlu
diketahui beratnya).
100 ml.
100 ml; asam sulfat panas 0.3 N (1,25%) 50 ml; Air panas 100 ml
; Aceton 50 ml.
31
porselen dengan menggunakan pinset.
jam.
sampai habis).
Destruksi
sebagai A gram).
(4) Dipanaskan dalam nyala api kecil di lemari asam. Bila sudah tidak
(5) Destruksi sudah dianggap selesai bila larutan sudah berwarna hijau
32
Destilasi
pendingin tegak.
Titrasi
33
3.3.6 Analisis Energi Bruto
pada statif/standar).
pengunci.
(4) Diisi bejana bomb dengan oksigen sebebsar 30 atm melalui katup selang
(6) Dimasukkan bejana bomb ke bajana air yang telah diisi aquades.
(7) Dimasukkan bejana air berisi bejana bomb kedalam wadah jacket, lalu
(9) Dijalankan motor listrik yang akan menjalankan pengaduk air yang
(10) Ditekan tombol catu daya, sebagai pemicu pembakaran di dalam bomb.
(11) Diamati perubahan suhu sampai suhu tidak menaik lagi (konstan) dan catat
34
(16) Dikeluarkan gas pembakaran dalam bejana bomb melalui katup outket
valve.
35
IV
4.1.1 Hasil
4.1.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan diatas, didapat kadar air pada roti giling sebesar
69,75 % dari berat sampel sebanyak 2,007 gram. Sedangkan menurut syarat mutu
Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3840-1995, kadar air roti tawar gandum
maksimal 40%. Dengan demikian, kadar air roti tawar kaya serat memenuhi
syarat SNI. Jika dibandingkan, kadar air yang ditemukan dari hasil percobaan
memiliki presentase yang lebih besar, hal itu dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya bentuk sampel yang digunakan saat percobaan dengan bentuk
sampel yang digunakan pada pernyataan yang berbeda, bentuk sampel yang besar
akan mengandung air lebih banyak dibandingkan dengan sampel yang berbentuk
mash.
sampel yang digunakan pada percobaan dengan sampel yang digunakan, umur
sampel yang lebih muda mengandung air yang lebih banyak dibandingakan umur
yang lebih tua. Selain itu faktor yang mempengaruhi dapat disebabkan oleh
adanya air yang dalam keadaan terikat kuat yang membentuk hidrat. Ikatannya
bersifat ionik sehingga relatif sukar diuapkan. Ikatan ion pada sampel ini terjadi
karena roti giling mengandung Mg yang dapat berikatan ion dengan O dan air.
4.2.1 Hasil
4.2.2 Pembahasan
Hasil dari analisis kadar abu pada roti giling didapat kadar abu sebesar
14,98 % dalam berat sampel 2,014 gram, sedangkan menurut standar SNI 01-
2973-1992 tentang syarat mutu roti tawar yaitu kadar abu maksimal 1,5 %. Kadar
abu pada hasil pengamatan memiliki persentase lebih besar, hal ini dapat
kandungan roti giling, dan tempat dari roti giling itu sendiri.
37
4.3 Analisis Lemak Kasar
4.3.1 Hasil
4.3.2 Pembahasan
(1992) tidak terlalu jauh berbeda dengan hasil yang kami dapatkan hal ini
membuktikan juga bahwa kadar standar lemak kasar kurang lebih sekitar 10%
yang merupakan kadar gizi seimbang dalam kandungan roti giling yang cocok
untuk dicerna oleh ternak, yang bila kekurangan atau berlebih akan menggangu
4.4.1 Hasil
38
4.4.2 Pembahasan
Dari hasil perhitungan dengan rumus tersebut didapatkan hasil kadar serat
kasar sebesar % yang didalamnya terdapat komponen fraksi serat kasar yaitu
selulosa, hemiselulosa dan lignin yang berguna untuk pencernaan dan kebutuhan
gizi ternak. Sedangkan menurut Utomo dan Antarlina (1997), bahwa kadar serat
pada roti sebesar 5,96% dengan bahan baku terdiri dari tepung terigu 0,25%. Hal
ini terdapat perbedaan bahan baku dalam pembuatan roti. Karena, setiap bahan
baku dalam pembuatan roti memiliki perbedaan serat kasar. Menurut Damayanti,
(2010) roti dengan bahan berdasarkan tepung yang terbuat dari bengkuang akan
mneghasilkan potensi gizi yang lebih baik dan besar dibandingkan gizi yang
Hal ini sesuai dengan pernyataan Rasyaf (1993) yang mengatakan bahwa
bahan makanan yang memiliki serat kasarnya tinggi tidak dapat dicerna secara
sempurna sehingga zat-zat gizi yang penting dalam makanan sedikit diserap
sehingga akan berpengaruh pada bobot badan ternak. Menurut pendapat Wahyu
(1992), bahwa serat kasar yang tinggi dapat membawa nutrisi yang dapat dicerna
dari bahan pakan yang keluar bersama feses sebelum sempat diserap oleh usus.
4.5.1 Hasil
39
4.5.2 Pembahasan
16,36%. Sedangkan menurut Direktorat Gizi Depkes (1992) kadar protein roti
sebesar 9,7%. Hal ini menunjukan bahwa kandungan protein pada roti tawar salah
satunya dipengaruhi oleh jenis tepung yang digunakan. Tepung yang digunakan
pada pembuatan roti tawar adalah tepung terigu berprotein tinggi, sehingga
protein pada roti tawar kaya serat memiliki nilai yang mendekati kadar protein roti
tawa gandum. Sehingga produk roti tawa yang disubstitusi tepung ampas kelapa
4.6.1 Hasil
4.6.2 Pembahasan
Hasil perhitungan yang kami dapatkan kadar energi bruto pada roti tawar
sebesar 3094,12 cal/gram. Sedangkan, menurut Church (1979) yang kadar energi
bruto pada roti sebesar 3155 cal/gram. Hasil tersebut berbeda dengan hasil
faktor, diantaranya kualitas dari sampel yang digunakan, kualitas fisik, kualitas
40
biologis, dan waktu penanaman bahan baku yang digunakan. Karena setiap bahan
maka tepung limbah roti dapat digunakan sebagian bahan pakan alternatif sumber
performans pencernaan hewan ternak. Hal ini juga didukung oleh pernyataan
Tillman, dkk, (1991) yang menyatakan bahwa sifat khusus unggas adalah
4.7 BETN
4.7.1 Hasil
Dari hasil perhitungan diatas maka didapati:
Table 8. Hasil Analisis Kandungan BETN Roti Giling
Sampel %Air %Abu %LK %SK %PK Energi %BETN
Roti 69,75 14,98 5,23 7,57 1,16 3094 1,31
Giling
Untuk mencari kadar BETN dapat menggunakan rumu 100 – (kadar air+ kadar
abu+ kadar protein kasar+ kadar lemka kasar+ kadar serat kasar), maka diperoleh
4.7.2 Pembahasan
Ternak Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro tahun 2008, roti sisa pasar
41
(afkir) mengandung PK 12,63%, SK 0,13%, LK 4,63%, Abu 4,19% dan BETN
78,42%. Hal ini tentu BETN yang dihasilkan jauh berbeda dikarenakan bahan
macam jenis makanan roti kering dan basah yang sudah kadaluwarsa atau basi,
ternyata saat ini menjadi barang berharga sebagai pakan unggulan ternak.
Menurut, Wiryawan, (2012) dalam fraksi yang ada di dalam BETN ini termasuk
karbohidrat yang umunya mudah tercerna antara lain pati dan gula.
42
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dan hasil perhitungan diperoleh hasil sebagai
berikut:
(1) Kadar air pada roti yaitu 69,75%
Hasil diatas tidak sesuai dengan teori yang ada, hal tersebut dapat
disebabkan oleh beberapa faktor seperti perbedannya bahan baku yang digunakan
untuk membuat roti, dikarenakn setiap bahan baku dasar yang digunakan
memeiliki kandungan- kandungan yang ikut berbeda. Misalnya dengan roti yang
berdasarkan tepung terigu akan memiliki kandungan yang lebih besar dengan roti
yang berdasarkan tepung dari ampas kelapa maupun tepung yang terbuat dari
bengkuang. Roti yang digunakan untuk parktikum analisis proksimat ini lebih
cenderung ke by product atau lebih dikenal dengan lmbah roti. Hal tersebut juga
5.2 Saran
hanya dengan demonstrasi saja, serta tingkatkan kerja sama yang baik antar
anggota kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Astawan M. 2004. Sehat bersana aneka sehat pangan alami. Tiga serangkai.
Solo.
Charley, H. 1970. Food Science. John Willey and Sons Inc. New York
Gaman, P.M. dan KB Sherrington. 1994. Ilmu Pangan Pengantar Ilmu Pangan
Nutrisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta: UGM Press.
xii
Hartadi, H., S. Reksohadiprojo, A. D. Tilman. 1997. Tabel Komposisi
Pakan Untuk Indonesia.Cetakan Keempat. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta.
Jones DWK, Amos AJ. 1967. Composition of Wheat and Products of Milling in
Modern Cereal Chemistry. London: Food Trade Press Ltd.
xiii
Silalahi, J. (1994). Kadar Protein yang Terdapat dalam Beberapa Bahan
Makanan. Laporan Penelitian. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan, Universitas Sumatera Utara.
Sudarmadji,S. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. PAU Pangan dan
Gizi UGM, Yogyakarta.
Sudarmadji. S., Haryono, B., Suhardi. 1996. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta
Suhardjo dkk, 1977. Pangan, Gizi dan Pertanian. Universitas Indonesia: Jakarta.
Suparjo. 2010. Analisis Bahan pakan secara Kimiawi: Analisis Proksimat dan
Analisis Serat. Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi
Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2973-1992. 1992. Syarat Mutu Roti Tawar.
Dewan Standar Nasional, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3840-1995. 1995. Syarat Mutu Roti Tawar.
Dewan Standar Nasional, Jakarta.
Taib, G., Said, G., dan Wiraatmadja, S. 1988. Operasi Pengeringan Pada
Pengolahan Hasil Pertanian. PT Mediyatama Sarana Perkasa: Jakarta.
Tarmidi. 2011. Nilai Nutrisi Batang Pisang dari Produk Bioproses (Ensilage)
sebagai Ransum Lengkap. Jurnal Ilmu Ternak. 11(1):17-23
Tillman, A. D., S. Reksohadi Projo, S., Prawirokusumo, dan Lebdo Soekojo.
1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta
xiv
Whitaker, J.R. 1996. Enzymes. Di dalam O.R. Fennema (ed). Food Chemistry.
Third edition. Marcell Dekker, Inc., New York and Basel
Astawan M. 2004. Sehat bersana aneka sehat pangan alami. Tiga serangkai.
Solo.
Winarno F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
Zhou, Y. C., Hui H., Jun W., Ben Z., dan Yong Q. S. 2002. Vaccination of
The Grouper, Epinephelus awoara, againts Vibriosis using The
Ultrasonic Technique. Aquaculture. 203: 229-238.
xv
LAMPIRAN
Analisis Air
xvi
Analisis Abu
xvii
Analisis Lemak Kasar
xviii
Analisis Serat Kasar
xix
Gambar 5. Eksikator Gambar 6. Kertas Saring Bebas Abu
xx
Analisis Protein Kasar
xxi
Analisis Energi
xxii
Lampiran 2. Daftar Distribusi Tugas
No Nama NPM Uraian Tugas
1 Mustika Ari Rohmah 20011018023 - Tinjauan Pustaka analisis
serat kasar
- Tinjauan pustakan
analisisprotein kasar.
- Tinjauan Pustaka Deskripsi
Bahan
- Pembahasan BETN
- Pembahasan Energi
- Pembahasan Analisis Serat
Kasar
- Kesimpulan
- Prosedur kerja
- Lampiran perhitungan
- Lampiran Asfeed dan Bk
- Editor
- Penyusun
2 Kardena Laksana M 200110180102 - Tinjauan pustaka analisis abu
dan lemak kasar
- Alat semua analisis
- Pembahasan analisis serat
kasar dan lemak kasar
- Lampiran dokumentasi
- Editor
3 Khairul Fahmi S 200110180154 - Pendahuluan
- Tinjauan pustaka energi bruto
dan BETN
- Bahan semua analisi
- Pembahasan analisis air dan
abu
- Lampiran perhitungan
4 Lucky Gumilar 200110180263 - Pendahuluan
- Tinjauan pustaka deskripsi
bahan dan analisis air
- Prosedur kerja
- Pembahasan analisis protein
kasar dan energi
xxiii
Lampiran 3. Perhitungan Data
Analisis Air
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 + 𝑐𝑎𝑤𝑎𝑛 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖 𝑜𝑣𝑒𝑛 𝑋 100%
Air (%) =
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖 𝑜𝑣𝑒𝑛
(2,007 + 4,211) − 4,818 𝑋 100%
=
2,007
= 69,75%
Analisis Abu
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢
Abu (%) = 𝑋 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(26,286 − 25,986)
= 𝑋 100%
2,014
= 14,89 %
LK (%)
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑙𝑜𝑛𝑔𝑠𝑜𝑛𝑔 + 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 + 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠 + ℎ𝑒𝑘𝑡𝑒𝑟 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑙𝑜𝑛𝑔𝑠𝑜𝑛𝑔 + 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 + 𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠 + ℎ𝑒𝑘𝑡𝑒𝑟
= 𝑋 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
2,917 − 2,808
(%) = 𝑋 100%
2,081
= 10,56 %
xxiv
= 16,36%
Analisis BETN
xxv
Lampiran 4. Konversi Asfeed
AIR (69,75%) BK
(30,25%)
ABU BO
(14,98%) (15,27%)
PK BOTN
(1,16%) (14,11%)
LK (5,23%) KH
(8,88%)
SK BETN (1,31%)
(7,57%)
xxvi
xxvii
Konversi BK
AIR (0%) BK
(100%)
ABU (49.5%) BO
(50,5%)
PK BOTN
(3.83%) (46.67%)
LK (17,28%) KH
(29,39%)
SK BETN (4,37%)
(25,02%)
xvi