Oleh:
1
UCAPAN TERIMAKASIH
1. Allah SWT atas karunia dan kesehatan yang diberikan selama ini sehingga
baik.
Sumberdaya Perairan.
4. Ibu Rahmi Nurdiani, S.Pi, M.App.Sc, PhD selaku Ketua Program Studi
5. Ibu Dr. Ir. Dwi Setijawati, MKes. selaku Dosen Pengampu mata kuliah
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOTOKSIKOLOGI HASIL PERIKANAN
Oleh:
Menyetujui, Menyetujui,
Asisten 2 Asisten 1
Menyetujui, Menyetujui,
Asisten 4 Asisten 3
ii
Menyetujui, Menyetujui,
Asisten 6 Asisten 5
Menyetujui,
Koordinator Asisten
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat, karunia
Biotoksikologi Hasil Perikanan sebagai salah satu persyaratan kelulusan pada Mata
Universitas Brawijaya.
penyusun pada saat praktikum serta semua pihak yang telah membantu
menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, Penyusun mengharapkan saran dan komentar yang dapat dijadikan
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.......................................................................................................vii
DAFTAR GRAFIK....................................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................x
1. PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................4
2.3 Detergen......................................................................................................6
2.4 Formalin.......................................................................................................7
2.5 Klorin............................................................................................................ 7
2.6.1 Suhu....................................................................................................8
v
2.6.2 pH......................................................................................................... 9
3. METODOLOGI..................................................................................................11
4. PEMBAHASAN...................................................................................................13
Ikan Lele...........................................................................................................76
vi
4.4.3 Analisa Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Toksikan terhadap Kematian
4.4.5 Perbandingan Kondisi Usus Dan Insang Control Dengan Ikan Terpapar
Toksikan............................................................................................................ 83
Toksikan………….............................................................................................87
5 PENUTUP.........................................................................................................93
5.1 Kesimpulan................................................................................................93
5.2 Saran.........................................................................................................94
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................95
LAMPIRAN...............................................................................................................98
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
viii
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
10. Grafik Ikan Nila dengan Toksikan Klorin pada Jam Ke-24....................................32
11. Grafik Ikan Nila dengan Toksikan Klorin pada Jam Ke-48....................................33
12. Grafik Ikan Nila dengan Toksikan Klorin pada Jam Ke-72....................................34
13. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Deterjen pada Jam Ke-0.................................36
14. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Deterjen pada Jam Ke-24...............................37
15. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Deterjen pada Jam Ke-48...............................39
16. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Deterjen Pada Jam Ke-72...............................40
17. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Formalin pada Jam Ke-0.................................41
18. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Formalin pada Jam Ke-24...............................43
19. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Formalin pada Jam Ke-48...............................44
20. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Formalin pada Jam Ke-72...............................45
ix
21. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Klorin pada Jam Ke-0......................................47
22. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Klorin pada Jam Ke-24....................................48
23. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Klorin pada Jam Ke-48....................................49
24. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Klorin pada Jam Ke-72....................................51
25. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Deterjen pada Jam Ke-0.................................52
26. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Deterjen pada Jam Ke-24...............................54
27. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Deterjen pada Jam Ke-48...............................55
28. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Deterjen pada Jam Ke-72...............................56
29. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Formalin pada Jam Ke-0.................................58
30. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Formalin pada Jam Ke-24...............................60
31. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Formalin pada Jam Ke-48...............................61
32. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Formalin pada Jam Ke-72...............................62
33. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Klorin pada Jam Ke-0......................................64
34. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Klorin pada Jam Ke-24....................................65
35. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Klorin pada Jam Ke-48....................................67
36. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Klorin pada Jam Ke-72....................................69
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xi
MATERI
UJI TOKSISITAS TERHADAP IKAN
Oleh:
xii
1. PENDAHULUAN
jenis dan jumlah limbah yang dihasilkan melebihi daya dukung lingkungan. Limbah
(surfaktan), yaitu anionik, kationik, dan nonionik (Pratiwi, et al. 2012). Formalin
adalah nama dagang larutan Formaldehid dalam air dengan kadar 30-40 % dan
biasanya digunakan sebagai bahan baku industri lem, playwood dan resin,
disinfektan untuk pembersih pada (lantai, kapal, gudang dan pakaian), germisida
dan fungisida pada tanaman sayuran, serta pembasmi hewan seperti lalat dan
serangga lainnya (Aprilianti, et al. 2007). Klorin (Cl2) termasuk senyawa klor
merupakan unsur yang sering dijumpai dalam bentuk terikat dengan unsur atau
buruk bagi kesehatan. Sebagai desinfektan, sisa klor dalam penyediaan air sengaja
dipelihara, tetapi dalam konsentrasi yang berlebih klor ini dapat terikat pada
dikenal sebagai senyawa karsinogenik, yang mana juga beberapa benda seperti
peralatan rumah tangga, alat-alat kesehatan, kertas, obat dan produk farmasi,
1
pendingin, semprotan pembersih, pelarut, dan berbagai produk lainnya yang kita
konsentrasi tinggi dapat membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang
mengkonsumsi biota tersebut. Untuk mengetahui efek zat pencemar terhadap biota
dalam suatu perairan, perlu dilakukan suatu uji toksisitas zat pencemar terhadap
biota yang ada. Salah satu biota yang dapat digunakan untuk uji toksisitas adalah
ikan, dengan syarat harus mempunyai kepekaan tinggi; memenuhi syarat umur,
berat dan panjang, serta sesuai dengan ikan yang hidup diperairan yang tercemar.
toksikan dan durasi pemaparan yang dapat menimbulkan efek toksik pada jaringan
biologis yang dimiliki oleh organisme yang terjangkit. Uji toksisitas dilakukan dalam
bentuk Lethal Concentration (LC50). LC50 merupakan suatu nilai yang menunjukkan
50% dari total organisme yang diuji cobakan, dimana nilai kematian 50% per hari
(LC50 dalam unit waktu) ditentukan dengan menggunakan persamaan regresi antara
log konsentrasi dan mortalitas (%) (Atmoko dan Ma’ruf, 2009). Sehingga pada
praktikum kali ini dilakukan uji toksisitas beberapa jenis limbah terhadap beberapa
jenis ikan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui toksisitas dari limbah
detergen, formalin dan klorin terhadap ikan lele ikan mas dan ikan nila.
2
1.3 Waktu dan Tempat
dilaksanakan pada hari Senin – Sabtu tanggal 22 - 27 April 2019 pukul 07.30 –
pada hari Senin – Sabtu tanggal 22 - 27 April 2019 pukul 07.30 – 16.15 WIB di
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
merugikan atas sistem biologi. Ruang lingkup toksikologi dibagi menjadi 3 yaitu, 1)
disengaja dan tak disengaja. Peristiwa pemejanan zat kimia dalam sistem biologi
melalui tiga proses yaitu absorbsi, distribusi, dan eliminasi (Sulistyowati, 2008).
Toksisitas suatu bahan toksik ditentukan oleh dosis atau konsentrasi, lama pejanan,
sifat senyawa, umur, jenis kelamin, dan faktor-faktor lingkungan. Dalam lingkungan
perairan, pengambilan pestisida oleh biota air melalui penelanan makan yang
dan penyerapan langsung dari sedimen. Uji toksisitas bertujuan untuk mengukur
derajat efek toksik suatu senyawa dalam waktu tertentu setelah pemberian dosis
tertentu pada makhluk hidup. Uji toksikologi dibagi menjadi 3 katagori berdasarkan
efek lamanya pejanan, yaitu uji toksisitas akut, uji toksisitas jangka pendek (sub
akut/sub kronis), dan uji toksisitas jangka panjang (kronis). Akut merupakan efek
yang muncul dari suatu toksikan dalam waktu yang cepat dan muncul secara
mendadak, atau langsung setelah terpejan. Kronis merupakan efek toksikan yang
bersifat menahun dan berlangsung dalam jangka waktu lama. Uji toksisitas akut
4
adalah suatu cara yang digunakan untuk menentukan dosis letal median (LD 50 dan
LD50 (Lethal Dose-50), didefinisikan sebagai dosis tunggal suatu bahan yang
secara statistik diharapkan akan membunuh 50% hewan uji dalam jangka waktu 24
jam (Dinatha 2010). Penentuan LD50 dilakukan dengan memberikan zat kimia yang
sedang diuji sebanyak satu kali dalam jangka waktu 24 jam (Budijanto et al., 2008).
kimia dalam air yang dapat membunuh hewan percobaan sebanyak 50% dalam
waktu tertentu. Semakin kecil nilai LC 50, maka semakin besar sifat toksik yang
berdasarkan LD50.
2.3 Detergen
lingkungan. Salah satu komponennya yang dapat berdampak buruk bagi lingkungan
berasal dari deterjen karena manusia pasti menggunakan deterjen hampir di setiap
5
harinya sebagai bahan pembersih di rumah tangga. Deterjen mengandung bahan
Detergen merupakan garam natrium dari asam sulfonat (Megawati et al., 2015).
Deterjen pada umumnya tersusun atas tiga komponen utama yaitu buliders, bahan
aditif dan surfaktan. Komponen terbesar dari deterjen yaitu builders, berkisar 70-
80%, bahan aditif relatif sedikit yaitu sekitar 2-8% dan surfaktan yang berkisar 20-
Zat yang bersifat toksikan bagi biota perairan yang ada di dalam deterjen
adalah surfaktan. Surfaktan diabsorpsi oleh ikan melalui organ pernafasan dan
pencernaannya. Surfaktan yang larut dalam air masuk ke dalam mulut ikan, lalu
oleh insang dan kemudian dialirkan keseluruh tubuh melalui sistem transportasi
tubuh ikan, begitu pula pada sistem pencernaannya. Surfaktan mendenaturasi lipid
yang ada pada membran sel pada sel-sel darah ikan sehingga sel-sel darahnya
rusak. Khususnya pada sel darah merah yang berfungsi mengangkut oksigen dan
2.4 Formalin
rumus kimia CH2O, dan merupakan larutan fomaldehida yang tersaturasi dalam air
dengan kadar sebesar 37%. Dalam bentuk padat formaldehida dikenal dengan
6
pembakaran bahan yang mengandung karbon, maupun oksidasi dari methanol,
sedangkan proses penciptaan dalam skala industri, formalin dibuat dari oksidasi
berat molekul sekitar 30 g/mol, berat jenis 1,05-1,12 g/mL dan memiliki daya
kelarutan dalam air 100 g/100mL pada suhu 20oC. Hasil penguapan dari formalin
bersifat toksik untuk kesehatan. Formalin dalam rentang dosis tertentu berfungsi
dengan baik utamanya sebagai desinfektan dan biosida, namun pada dosis yang
melebihi batas normal formalin dapat menimbulkan efek toksik di dalam tubuh
2.5 Klorin
pembuatan produk dalam industri atau sebagai desinfektan pada produksi air bersih.
Klorin adalah salah satu unsur yang ada di bumi dan jarang dijumpai dalam
bentuk bebas, memiliki rumus kimia Cl 2. Pada umumnya klorin dijumpai dalam
bentuk terikat dengan unsur atau senyawa lain membentuk garam natrium klorida
(NaCl) atau dalam bentuk ion klorida di air laut. Klorin memiliki ciri dalam suhu
kamar berbentuk gas, termasuk golongan halogen (Golongan VII), sangat reaktif dan
merupakan oksidator kuat yang mudah bereaksi dengan berbagai unsur lain,
berbentuk cair pada suhu -34oC dan berbentuk padatan kristal kekuningan pada
7
Dua jenis reaksi yang terjadi jika klorin dibubuhkan kedalam air menurut
Fuadi (2012), yaitu hidrolisi dan ionisasi. Reaksi hidrolisi yang terjadi adalah:
HOCl OCL- + H+
dua faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam umumnya adalah faktor
yang sukar dikontrol seperti sifat genetik, umur, dan jenis kelamin, sedangkan faktor
2.6.1 Suhu
ikan dan dapat mempengaruhi aktivitas penting pada ikan seperti pernafasan,
pertumbuhan, reproduksi, dan selera makan. Suhu optimal untuk ikan air tawar
berkisar antara 25 - 30 °C. Suhu air akan mempengaruhi kehidupan ikan, suhu
mematikan (lethal) berkisar antara 10 - 11ºC selama beberapa hari. Suhu dibawah
16 - 17ºC akan menurunkan nafsu makan ikan, serta suhu dibawah 21ºC akan
memudahkan terjadinya serangan penyakit. Suhu yang optimal untuk budidaya ikan
8
2.6.2 pH
pertumbuhan ikan melambat. Menurut Fazil (2013) , pH yang sesuai untuk hidup dan
tumbuh dengan baik pada ikan budidaya adalah kisran 7 - 8. Nilai pH mempunyai
dipakai sebagai salah satu komponen untuk menyatakan baik buruknya sesuatu
perairan.
Budidaya ikan dengan pemberian makanan dalam jumlah yang cukup dan
keadaan ini berkaitan langsung dengan jumlah atau dosis makanan yang diberikan
pada ikan, agar dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal dengan dosis
pakan yang optimal. Pemberian pakan yang berlebihan dan tidak dimanfaatkan oleh
ikan pasti akan menghasilkan sisa–sisa pakan yang tidak dimakan oleh ikan dan
dapat berpengaruh terhadap metabolisme ikan, karena sisa–sisa pakan yang tidak
dimanfaatkan dapat menjadi sumber polusi media pemeliharan ikan Toksikan yang
mencemari perairan dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan pada ikan. Hal ini
dikarenakan insang pada ikan mulai tertutupi lendir yang disebabkan oleh bahan
9
merubah tingkah laku ikan yang semula tenang diperairan menjadi stress dan
Perubahan tingkah laku dapat dilihat mulai awal pendedehan. Ketika media
air mulai diberi limbah cair, ikan-ikan bergerak menghindari limbah cair. Gejala
seperti ini merupakan reaksi menghindar ikan terhadap kualitas air yang memburuk
Kematian ikan pada selang waktu 24 jam rata-rata terjadi secara mendadak,
kemudian ikan tergeletak di dasar akuarium. Hal ini merupakan akibat ketidak
perubahan kondisi fisik air akibat pendedahan bahan toksik dapat mengganggu
yang tidak teratur juga menunjukkan bahwa pusat kontrol keseimbangan mulai
terganggu, sehingga pada selang waktu 48 jam– 76 jam kematian ikan rata-rata
ikan mati yaitu ikan bergerak tidak teratur dengan posisi tubuh yang tidak seimbang,
3. METODOLOGI
10
3.1 Alat dan Fungsi
kelainnya
11
3.2 Bahan dan Fungsi
Persiapkan ikan lele, ikan mas dan ikan nila pada tiap perlakuan dalam aquarium
12
Pengamatan (insang dan usus) menggunakan mikroskop dan warna tiap jam
pengamatan
Hasil
13
4. PEMBAHASAN
Hasil Perikanan:
14
35 100 5 5 5 5
36 10 3 4 4 5
Tabel 2. Tabel data pengamatan ikan terpapar toksikan
15
sudah tidak ada,
operculum melambat, ikan
sering ngambang
(vertikal) agressif
8 7.2 7.9 27 27 Ikan aktif, nafsu makan
tinggi, mulai ada
perubahan pada sirip
9 7.9 11.6 27 28 Pergerakan ikan cepat
tidak lama kemudian
menghindar ke atas, nafsu
makan buruk, dan lemas
kemudian mati
10 7.9 9.4 28 28 Kepala ikan mengarah
keatas, gerak hiperaktif,
loncat-loncat lalu mati
tenggelam ke bawah
11 7.9 8.5 28 28 Ikan masih aktif, sering
keatas untuk mengambil
oksigen, tidak cepat
dalam membuka tutup
operculum, masih loncat-
loncat
12 8.1 7.3 27 27 Ikan masih aktif, nafsu
makan masih ada,
beberapa masih loncat
menghampiri gelombang
udara
13 7.8 10.3 27 27 Operculum bergerak
cepat, mulut terbuka,
berenang tidak seimbang,
mengambang, keluar
banyak lendir, mendekati
aerator, tidak mau makan
14 7.8 9.8 27 27 Kecepatan berenang
menurun, berenang
miring, meloncat loncat
keatas, berdiam didasar,
tergelempar, nafsu makan
menurun, berenang tisak
beraturan dan lebih
banyak diam
15 7.8 8.2 26 28 Berenang aktif/normal,
pergerakan dibawah
perairan, sering buka
tutup mulut dan
operculum,
bermetabolisme, nafsu
makan ada
16
16 7.1 7.9 25 27 Berenang aktif,
pergerakan operculum
cepat, peegerakannya
aktif, tidak ada nafsu
makan
17 7.2 8.1 25 25 Berenang secara cepat
kemudaian kehilangan
kesadaran, operculum
bergerak lmbat, nafsu
makan menurun
18 7.3 8 25 26 Berenang secara cepat
kemudian kehilangan
keseimbangan, operculum
semula cepat menjadi
stabil, nafsu makan tidak
ada, pergerakan aktif
(loncat)
19 7.3 8.3 27 26 Tidak nafsu makan,
cenderung berada
dibawah aquarium,
bergerak pasif,
mengeluarkan feses terus,
operculum bergerak
lamba
20 7.6 8.1 27 28 Ikan berasa didasar,
pergerakan normak
bukaan operculum stabil,
nafsu makan normal,
feses banyak
21 7.1 12.1 27 27 Operculum terbuka
dengan cepat bergerak
dengan aktif,
keseimbangan terganggu
berada pada dasar air,
ikannya vertikal bergerak
keatas mencari oksigen
mau loncat
22 7.4 9.6 26 26 Bukaan operculum
lambat, pergerakan ikan
tidak seimbang, banyak
yang loncat-loncat,
banyak bergerak ke
permukaan berenang
vertikal, perut menghadap
keatas, tidak ada nafsu
makan
23 7.3 8.4 26 27 Pergerakan ikan agresif,
lompat ke atas
17
permukaan, tidsk nafsu
makan, sempat lemat lalu
bergerak lagi berkumpul di
aerator, pergerakan tidak
seimbang, bukaan
operculum terlalu sering
sampai lemas
24 7.5 8.1 26 27 Pergerakan ikan lambat,
tidak agresif, kecepatan
berenang lambat, bukaan
operculum tidak terlalu
cepat, pergerakan
cenderung mengikuti
terlalu cepat, pergerakan
cenderung mengikuti
aeratoe, tidak ada nafsu
makan
25 7.1 8.1 25⁰C 26⁰C Bukaan operculum cepat,
nafsu makan ikan sangat
rendah, mengeluarkan
banyak lendir, pergerakan
tidak seimbang, 1 ikan
masih aktif
7.2 9.9 24⁰C 25.5⁰C Operculum lambat,
26 berenang bergerak
menghindari toksik di
dasar, memgeluarkan
darah melalui mulut, gerak
aktif, tidak nafsu makan,
mengeluarkan fases
27 7.2 7.6 25⁰C 26⁰C Bukaan operculum cepat,
berenang lambat, sisik
berwarna kemerahan,
lebih banyak dia,,, nafsu
makan berkurang
28 7 7.2 26⁰C 26⁰C Gerakikan beberapa aktif,
1 ikan diam, gerakan
mulut cepa, sedikit
kehilangan
keseimbangan, tidak ada
nafsu makan
29 7.1 7.2 26⁰C 27⁰C Gerak agresif, beberapa
ikan loncat,
keseimbangan bereang
terganggu, gerak mencari
O₂, operculum lambat
18
30 7 7.1 25⁰C 26⁰C Pergerakan masih normal,
nafsu makan normal,
setelah 1 jam melambat,
nafsu makan menurun,
berlendir, ada darah, sisik
ada yang rusak
31 7.4 8 25⁰C 27⁰C Pergeran normal, nafsu
makan ada yang mau
adayang tidak, menajuhi
aerator, ikan bergerak
lambat
32 7.3 8.1 25⁰C 25.5⁰C Ikan aktif bergerak, makan
pakan yang diberikan,
kulit memerah
33 7.2 12 25⁰C 27⁰C Ikan bergerak cepat, tidak
teratur, agresif,berenang
ke permukaan, tidak mkan
pakan, insang berdarah,
mengeluarkan lendir
34 7.6 9.6 25⁰C 26⁰C Ikan langsung melompat
setelah dimasukkan air,
nafsu makan menurun,
bergerak vepat,
mendekati aerator,
membuang kotoran
35 7.2 8.3 25⁰C 26⁰C Kaki bergerak vepat
setelah dimasukkan ke
dalam air, sedikit agresif,
nafsu mkan menurun,
pakan tidak dimakan,
kehilangan
keseimbangan,
mengeluarkan lendir,
operculum cepat
36 7.2 8 25⁰C 26⁰C Ikan bergerak aktif, pada
menit aktif sesaat setelah
dimasukkan air, nafsu
makan ikan masih normal,
setelah 10 menit awal
nafsu makan menurun &
pergerakannnya pasif,
ikan berada di dekat
aeratot
Tabel 3. Tabel data pengamatan tingkah laku ikan dan kualitas air
19
Ikan Nila dengan Toksikan Deterjen Pada Jam Ke-0
6
% Probit
5
% Probit
4 Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 1. Grafik Ikan Nila dengan Toksikan Deterjen pada Jam Ke-0
Konsentrasi :
10 =0 → 0/5 x 100% =0
Perhitungan nilai y :
y = bx + a
y = 3.236x - 4.045
5 = 3.236x - 4.045
5 + 4.045 = 3.236x
x = 9.045/3.236
20
x = 2.795
Dari perhitungan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa zat toksik
deterjen dengan konsentrasi 623.735 ppm pada jam ke-0 mampu membunuh
6
% Probit
% Probit
5
Linear (% Probit)
4 Linear (% Probit)
Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 2. Grafik Ikan Nila dengan Toksikan Deterjen pada Jam Ke-24
Konsentrasi :
10 =0 → 0/5 x 100% = 0%
Perhitungan nilai y :
21
y = bx + a
y = 2.652x - 1.125
5 = 2.652x - 1.125
5 + 1.125 = 2.652x
x = 6,125 / 2.652
x = 2.309
Dari perhitungan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa zat toksik
deterjen dengan konsentrasi 203.704 ppm pada jam ke-24 mampu membunuh
6
% Probit
5 % Probit
4 Linear (% Probit)
Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 3. Grafik Ikan Nila dengan Toksikan Deterjen pada Jam ke-48
Konsentrasi :
22
10 =0 → 0/5 x 100% =0
Perhitungan nilai y :
y = bx + a
y = 2.427x
5 = 2.427x
x = 2.060
Dari perhitungan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa zat toksik
deterjen dengan konsentrasi 114.815 ppm pada jam ke-48 mampu membunuh
8
f(x) = − 0 x + 8.09
7 R² = 0
6
% Probit
5
% Probit
4 Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 4. Grafik Ikan Nila dengan Toksikan Deterjen pada Jam Ke-72
23
2 8.09
3 8.09
4 8.09
Konsentrasi :
x y x2 xy
1 8.09 1 8.09
2 8.09 4 16.18
3 8.09 9 24.27
4 8.09 16 32.36
∑ 10 32.3 30 80.9
6
1
∑ xy − (∑ x−∑ y)
n
b=
1
∑ x2− (∑ x )2
n
1
80.9− (10−32.36)
5
b=
1
30− 100
5
80.9+4.472
b=
10
24
16.18
b=
10
b=8.537
1
a= (∑ y−b ∑ x )
n
1
a= (32.36−8.537 . 10)
5
1
a= (−53.01)
5
a=−10.602
Perhitungan nilai y :
y = bx + a
5 = 8.537x + (-10.602)
5 +10.602 = 8.537x
x = 15.602/8.37
x = 1864
Dari perhitungan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa zat toksik
deterjen dengan konsentrasi 73.113 ppm pada jam ke-72 mampu membunuh
25
Ikan Nila dengan Toksikan Formalin Jam Ke-0
9
8
7 f(x) = 2.84 x − 4.05
R² = 0.89
6
5
%Probit
%probit
4 Linear (%probit)
3
2
1
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 5. Grafik Ikan Nila dengan Toksikan Formalin pada Jam Ke-0
10 =0 → 0/5 x 100% =0
Perhitungan nilai y :
y = 2.843x - 4.045
5 = 2.843x - 4.045
5 + 4.045 = 2.843x
x = 9.045/2.843
x = 3.181
26
Anti log 3.181 = 1,517.051 ppm
Dari perhitungan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa zat toksik
formalin dengan konsentrasi 1,517.051 ppm pada jam ke-0 mampu membunuh
%probit
4 Linear (%probit)
3
2
1
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 6. Grafik Ikan Nila dengan Toksikan Formalin pada Jam Ke-24
Konsentrasi :
10 =0 → 0/5 x 100% =0
27
Perhitungan nilai y :
y = bx + a
y = 2.202x
5 = 2.202x
x = 5/2.202x
x = 2.270
Dari perhitungan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa zat toksik
formalin dengan konsentrasi 186.208 ppm pada jam ke-24 mampu membunuh
%Probit
4 Linear (%Probit)
3
2
1
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsetrasi
Grafik 7. Grafik Ikan Nila dengan Toksikan Formalin pada Jam Ke-48
28
Konsentrasi :
10 =0 → 0/5 x 100% =0
Perhitungan nilai y :
y = bx + a
y = 2.427x
5 = 2.427x
x = 5/2.427
x = 2.060
Dari perhitungan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa zat toksik
formalin dengan konsentrasi 114.815 ppm pada jam ke-48 mampu membunuh
29
Ikan Nila dengan Toksikan Formalin Jam Ke-72
9
8
f(x) = − 0 x + 8.09
7 R² = 0
5
% probit
% Probit
4 Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 8. Grafik Ikan Nila dengan Toksikan Formalin pada Jam Ke-72
Konsentrasi :
x y x2 xy
1 8.09 1 8.09
2 8.09 4 16.18
3 8.09 9 24.27
4 8.09 16 32.36
∑ 10 32.3 30 80.9
6
30
1
80.9− (10. 32.36)
5
b=
1
30− 100
5
80.9−64.72
b=
10
16.18
b=
10
b=1.618
1
a= (∑ y−b ∑ x )
n
1
a= (32.36−1.618 .10)
5
1
a= (16.18)
5
a=3.236
Perhitungan nilai y :
y = bx + a
5 = 1.618x + 3.236
5 - 3.236 = 1.618x
x = 1.764/1.618
x = 1.090
Dari perhitungan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa zat toksik
formalin dengan konsentrasi 12.303 ppm pada jam ke-72 mampu membunuh
31
Ikan Nila dengan Toksikan Klorin pada Jam ke-0
9
5
% Probit
% Probit
4 Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log konsentrasi
Grafik 9. Grafik Ikan Nila dengan Toksikan Klorin pada Jam Ke-0
Konsentrasi :
Perhitungan Nilai Y
Y = bx + a
y = 0.852x + 5.25
5 = 0.852x + 5.25
5 – 5.25 = 0.852x
32
x = -0.25/0.852
x = -0.293
Dari perhitungan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa zat toksik klorin
dengan konsentrasi 0.509 ppm pada jam ke-0 mampu membunuh 50% ikan nila dari
6
% probit
5
% Probit
4 Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 10. Grafik Ikan Nila dengan Toksikan Klorin pada Jam Ke-24
Konsentrasi :
33
Perhitungan Nilai Y
Y = bx + a
5 = 0.675x + 5.84
5 – 5.84 = 0.675x
x = -0.84/0.675
x = -1.244
Dari perhitungan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa zat toksik klorin
engan konsentrasi 0.057 ppm pada jam ke-24 mampu membunuh 50% ikan nila dari
6
% probit
5
% Probit
4 Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 11. Grafik Ikan Nila dengan Toksikan Klorin pada Jam Ke-48
Konsentrasi :
34
100 =5 → 5/5 x 100% = 100%
Perhitungan Nilai Y
Y = bx + a
5 = 0.675x + 5.84
5 – 5.84 = 0.675x
x = -0.84/0.675
x = -1.244
Dari perhitungan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa zat toksik
klorin dengan konsentrasi 0.057 ppm pada jam ke-48 mampu membunuh 50%
8
f(x) = − 0 x + 8.09
7 R² = 0
6
% probit
5
% Probit
4 Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 12. Grafik Ikan Nila dengan Toksikan Klorin pada Jam Ke-72
35
3 8.09
4 8.09
Konsentrasi :
x y x2 xy
1 8.09 1 8.09
2 8.09 4 16.18
3 8.09 9 24.27
4 8.09 16 32.36
∑ 10 32.3 30 80.9
6
1
∑ xy − ( ∑ x . ∑ y)
n
b=
1
∑ x 2− (∑ x )2
n
1
80.9− (10. 32.36)
5
b=
1
30− 100
5
80.9−64.72
b=
10
16.18
b=
10
b=1.618
36
1
a= (∑ y−b ∑ x )
n
1
a= (32.36−1.618 .10)
5
1
a= (16.18)
5
a=3.236
Perhitungan nilai y :
y = bx + a
5 = 1.618x + 3.236
5 - 3.236 = 1.618x
x = 1.764/1.618
x = 1.090
Dari perhitungan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa zat toksik
klorin dengan konsentrasi 12.303 ppm pada jam ke-72 mampu membunuh 50%
37
Ikan Lele Dengan Toksikan Detergen Jam Ke-0
9
f(x) = 3.24 x − 4.05
8 R² = 0.8
7
5 % probit
%Probit
Linear (% probit)
4
Linear (% probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 13. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Deterjen pada Jam Ke-0
10 =0 → 0/5 x 100% = 0
Perhitungan nilai y:
y = bx + a
5 = 2.5506x - 1.8652
5 + 1.8652 = 2.5506x
x = 2.6916
38
Dari perhitungan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa zat toksik
deterjen dengan konsentrasi 491.5865 ppm pada jam ke-0 mampu membunuh 50%
5 %probit
% Probit
Linear (%probit)
4
Linear (%probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 14. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Deterjen pada Jam Ke-24
Konsentrasi
Perhitungan nilai y
y = bx + a
39
y = 7.3318x – 9.5456
5 = 7.3318x – 9.5456
5 + 9.5456 = 7.3318x
X = 1.9839
Dari perhitungan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa zat toksik
deterjen dengan konsentrasi 96.3607 ppm pada jam ke-24 mampu membunuh 50%
5 %probit
% Probit
Linear (%probit)
4
Linear (%probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 15. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Deterjen pada Jam Ke-48
Konsentrasi :
40
10 =3 → 3/5 x 100% = 60%
Perhitungan nilai y :
y = bx + a
5 = 7.332x – 9.546
5 +9.546 = 7.332x
x = 14.564/7.332
x = 1.986
Dari perhitungan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa zat toksik
deterjen dengan konsentrasi 96.823 ppm pada jam ke-48 mampu membunuh
8
f(x) = − 0 x + 8.09
7 R² = 0
5
%probit
%probit
4 Linear (%probit)
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
41
Grafik 16. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Deterjen Pada Jam Ke-72
Konsentrasi :
Perhitungan nilai y :
y = bx + a
5 = 8.537x – 10.602
5 + 10.602 = 8.537x
x = 15.602/8.537
x = 1.828
Dari perhitungan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa zat toksik
deterjen dengan konsentrasi 67.298 ppm pada jam ke-72 mampu membunuh
42
Ikan Lele dengan Toksikan Formalin Jam Ke-0
9
f(x) = 3.24 x − 4.05
8 R² = 0.8
6
% Probit
5
% Probit
4 Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 17. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Formalin pada Jam Ke-0
Konsentrasi :
Perhitungan Nilai y :
y = bx + a
y = 3.236x – 4.045
5 = 3.236x – 4.045
5 + 4.045 = 3.236x
9.045 = 3.236x
x = 9.045/3.236
43
x = 2.795
dengan konsentrasi 623.735 ppm pada jam ke-0 mampu membunuh 50% ikan lele
6
% probit
5
% Probit
4 Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 18. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Formalin pada Jam Ke-24
Konsentrasi :
Perhitungan Nilai y :
44
y = bx + a
y = 2.82x – 1.965
5 = 2.82x – 1.965
5 + 1.965 = 2.82x
6.965 = 2.82x
x = 6.965/2.82
x = 2.469
dengan konsentrasi 294.442 ppm pada jam ke-24 mampu membunuh 50% ikan lele
6
% probit
5
% Probit
4 Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 19. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Formalin pada Jam Ke-48
Konsentrasi :
45
10 =1 → 1/5 x 100% = 20%
Perhitungan Nilai y :
y =bx + a
5 =1,572 x + 2,195
5-2,19 =1,572 x
x =2,805/1,572
x =1,784
Dari perhitungan data diatas dapat disimpulkan bahwa zat toksik formalin
dengan konsentrasi 60,813 ppm pada jam ke- 48 mampu membunuh 50% ikan lele
8
f(x) = − 0 x + 8.09
7 R² = 0
6
% Probit
5
% Probit
4 Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 20. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Formalin pada Jam Ke-72
46
1 8.09
2 8.09
3 8.09
4 8.09
Konsentrasi :
x y x2 xy
1 8.09 1 8.09
2 8.09 4 16.1
8
3 8.09 9 24.2
7
4 8.09 16 32.3
6
∑ 10 32.3 30 80.9
6
(∑x)2 100
1
∑ xy − ( ∑ x . ∑ y)
n
b=
1
∑ x 2− (∑ x )2
n
1
80.9− (10. 32.36)
5
b=
1
30− 100
5
47
80.9−64.72
b=
10
16.18
b=
10
b=1.618
1
a= (∑ y−b ∑ x )
n
1
a= (32.36−1.618 .10)
5
1
a= (16.18)
5
a=3.236
Perhitungan nilai y :
y = bx + a
5 = 1.618x + 3.236
5 - 3.236 = 1.618x
x = 1.764/1.618
x = 1.090
Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa zat toksik formalin dengan
konsentrasi 12,303 ppm pada jam ke- 72 mampu membunuh 50% ikan lele dari 5
48
Ikan Lele dengan Toksikan Klorin Jam Ke-0
9
f(x) = 2.43 x + 0
8 R² = 0.6
6
% Probit 5
% Probit
4 Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 21. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Klorin pada Jam Ke-0
Konsentrasi :
10 =0 → 0/5 x 100% =0
y = 2.427x
5 = 2.427x
x = 5/2.427
x = 2.060
49
Dari perhitungan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa zat toksik
klorin dengan konsentrasi 114.815 ppm pada jam ke-0 mampu membunuh 50%
6
% poibit
5
% Probit
4 Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 22. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Klorin pada Jam Ke-24
Konsentrasi :
10 =0 → 0/5 x 100% =0
Perhitungan nilai y:
y = 2.427x
5 = 2.427x
50
x = 5/2.427
x = 2.060
Dari perhitungan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa zat toksik
klorin dengan konsentrasi 114.815 ppm pada jam ke-24 mampu membunuh 50%
6
% Probit
5
% Probit
4 Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 23. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Klorin pada Jam Ke-48
Konsentrasi :
10 =0 → 0/5 x 100% =0
51
Perhitungan nilai y:
y = 2.427x
5 = 2.427x
x = 5/2.427
x = 2.060
Dari perhitungan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa zat toksik
klorin dengan konsentrasi 114.815 ppm pada jam ke-24 mampu membunuh 50%
8
f(x) = − 0 x + 8.09
7 R² = 0
6
% Probit
5
% Probit
4 Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 24. Grafik Ikan Lele dengan Toksikan Klorin pada Jam Ke-72
Konsentrasi :
52
100 =5 → 5/5 x 100% = 100%
x y x2 xy
1 8.09 1 8.09
2 8.09 4 16.18
3 8.09 9 24.27
4 8.09 16 32.36
∑ 10 32.3 30 80.9
6
1
∑ xy − ( ∑ x . ∑ y)
n
b=
1
∑ x 2− (∑ x )2
n
1
80.9− (10. 32.36)
5
b=
1
30− 100
5
80.9−64.72
b=
10
16.18
b=
10
b=1.618
1
a= (∑ y−b ∑ x )
n
1
a= (32.36−1.618 .10)
5
1
a= (16.18)
5
53
a=3.236
Perhitungan nilai y :
y = bx + a
5 = 1.618x + 3.236
5 - 3.236 = 1.618x
x = 1.764/1.618
x = 1.090
konsentrasi 12.303 ppm pada jam ke-72 mampu membunuh 50% ikan lele dari 5
6
% probit
5
4 Linear (%
probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Grafik 25. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Deterjen pada Jam Ke-0
54
2 0
3 8,09
4 8,09
Konsentrasi :
Perhitungan Nilai y:
y = bx + a
y = 3,236x – 4,045
5 = 3,236x – 4,045
5 + 4,045 = 3,236x
9,045 = 3,236x
x = 9,045/3,236
x = 2,795
detergen dengan konsentrasi 623,735 ppm pada jam ke-0 mampu membunuh 50%
55
Ikan Mas dengan Toksikan Detergen Jam ke-24
9
f(x) = 2.76 x − 1.67
8 R² = 0.87
7
6
5
4 % probit
Linear (% probit)
3
2
1
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Grafik 26. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Deterjen pada Jam Ke-24
Perhitungan nilai y :
y = bx + a
y = 2,761x – 1,67
5 = 2,761x – 1,67
5 + 1,67 = 2,761x
6,67 = 2,761x
x = 6,67/2,761
56
x = 2,416
detergen dengan konsentrasi 260,615 ppm pada jam ke-24 mampu membunuh 50%
9
f(x) = 2.43 x + 0
8 R² = 0.6
7
6
%probit
5
4 Linear (%probit)
3
2
1
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Grafik 27. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Deterjen pada Jam Ke-48
%probi
log konsentrasi t
1 0
2 8,09
3 8,09
4 8,09
Konsentrasi :
57
Perhitungan Nilai y :
y = bx + a
y = 2,427x
5 = 2,427x
x = 5/2,427
x = 2,060
detergen dengan konsentrasi 114,815 ppm pada jam ke-48 mampu membunuh 50%
8
f(x) = − 0 x + 8.09
7 R² = 0
6
% Probit
5
% Probit
4 Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 28. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Deterjen pada Jam Ke-72
58
Konsentrasi :
x y x2 xy
1 8,09 1 8,09
2 8,09 4 16,18
3 8,09 9 24,27
4 8,09 16 32,36
∑ 10 32,36 30 80,9
(∑x)2 100
1
∑ xy − ( ∑ x . ∑ y)
n
b=
1
∑ x 2− (∑ x )2
n
1
80,9− (10. 32,36)
5
b=
1
30− (100)
5
80,9−64,72
b=
10
16.18
b=
10
59
b=1.618
1
a= ( ∑ y−b ∑ x )
n
1
a= (32,36−1,618 .10)
5
1
a= (16,18)
5
a=3,236
Perhitungan Nilai y :
y = bx + a
5 = 1,618x + 3,236
5 – 3,236 = 1,618x
x = 1,764/1,618
x = 1,090
detergen dengan konsentrasi 12,303 ppm pada jam ke-72 mampu membunuh 50%
60
Ikan Mas dengan Toksikan Formalin Jam Ke-0
9
f(x) = 3.24 x − 4.05
8 R² = 0.8
7
% Probit 6
5
% Probit
4 Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log konsentrasi
Grafik 29. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Formalin pada Jam Ke-0
0/5 x 100% =0
Perhitungan nilai y :
y = bx + a
y = 3.236x - 4.045
5 = 3.236x - 4.045
5 + 4.045 = 3.236x
x = 9.045/3.236
x = 2.795
61
Dari perhitungan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa zat toksik
formalin dengan konsentrasi 623.735 ppm pada jam ke-0 mampu membunuh
6
% Probit
5 % Probit
4 Linear (% Probit)
Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log konsentrasi
Grafik 30. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Formalin pada Jam Ke-24
Konsentrasi :
10 =0 → 0/5 x 100% =0
Perhitungan nilai y :
y = bx + a
62
y = 2.711x - 1.42
5 = 2.711x - 1.42
5 + 1.42 = 2.711x
x = 6.42/2.711
x = 2.368
Dari perhitungan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa zat toksik
formalin dengan konsentrasi 260.615 ppm pada jam ke-24 mampu membunuh
6
% Probit
5 % Probit
4 Linear (% Probit)
Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log konsentrasi
Grafik 31. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Formalin pada Jam Ke-48
Konsentrasi :
10 =0 → 0/5 x 100% =0
63
100 =3 → 3/5 x 100% = 60%
Perhitungan nilai y :
y = bx + a
y = 2.711x - 1.42
5 = 2.711x - 1.42
5 + 1.42 = 2.711x
x = 6.42/2.711
x = 2.368
Dari perhitungan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa zat toksik
formalin dengan konsentrasi 260.615 ppm pada jam ke-48 mampu membunuh
8
f(x) = − 0 x + 8.09
R² = 0
7
6
% Probit
5 % Probit
4 Linear (% Probit)
Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log konsentrasi
64
Grafik 32. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Formalin pada Jam Ke-72
Konsentrasi :
x y x2 xy
1 8.09 1 8.09
2 8.09 4 16.1
8
3 8.09 9 24.2
7
4 8.09 16 32.3
6
∑ 10 32.3 30 80.9
6
(∑x)2 100
1
∑ xy − ( ∑ x . ∑ y)
n
b=
1
∑ x 2− (∑ x )2
n
65
1
80.9− (10. 32.36)
5
b=
1
30− 100
5
80.9−64.72
b=
10
16.18
b=
10
b=1.618
1
a= (∑ y−b ∑ x )
n
1
a= (32.36−1.618 .10)
5
1
a= (16.18)
5
a=3.236
Perhitungan nilai y :
y = bx + a
5 = 1.618x + 3.236
5 - 3.236 = 1.618x
x = 1.764/1.618
x = 1.090
Dari perhitungan data diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa zat toksik
klorin dengan konsentrasi 12.303 ppm pada jam ke-72 mampu membunuh 50%
66
Ikan Mas dengan Toksikan Klorin Jam Ke-0
9
f(x) = x + 4.75
8 R² = 0.6
7
6
% Probit
5
% Probit
4 Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 33. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Klorin pada Jam Ke-0
Konsentrasi :
Perhitungan Nilai y :
y = bx + a
y = 1.002x + 4.75
5 = 1.002x + 4.76
5 – 4.76 = 1.002x
0.024 = 1.002x
x = 0.024/1.002
67
x = 0.024
dengan konsentrasi 1.056 ppm pada jam ke-0 mampu membunuh 50% ikan mas
8
f(x) = − 0 x + 8.09
7 R² = 0
6
% Probit
5
% Probit
4 Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 34. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Klorin pada Jam Ke-24
Konsentrasi :
68
x y x2 xy
1 8.09 1 8.09
2 8.09 4 16.1
8
3 8.09 9 24.2
7
4 8.09 16 32.3
6
∑ 10 32.3 30 80.9
6
(∑x)2 100
1
∑ xy − ( ∑ x . ∑ y)
n
b=
1
∑ x 2− (∑ x )2
n
1
80.9− (10. 32.36)
5
b=
1
30− 100
5
80.9−64.72
b=
10
16.18
b=
10
b=1.618
1
a= (∑ y−b ∑ x )
n
1
a= (32.36−1.618 .10)
5
1
a= (16.18)
5
a=3.236
69
Perhitungan nilai y :
y = bx + a
5 = 1.618x + 3.236
5 - 3.236 = 1.618x
x = 1.764/1.618
x = 1.090
dengan konsentrasi 12.303 ppm pada jam ke-24 mampu membunuh 50% ikan mas
8
f(x) = − 0 x + 8.09
7 R² = 0
6
% Probit
5
% Probit
4 Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 35. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Klorin pada Jam Ke-48
Konsentrasi :
70
10 =5 → 5/5 x 100% = 100%
x y x2 xy
1 8.09 1 8.09
2 8.09 4 16.1
8
3 8.09 9 24.2
7
4 8.09 16 32.3
6
∑ 10 32.3 30 80.9
6
(∑x)2 100
1
∑ xy − ( ∑ x . ∑ y)
n
b=
1
∑ x 2− (∑ x )2
n
1
80.9− (10. 32.36)
5
b=
1
30− 100
5
80.9−64.72
b=
10
16.18
b=
10
b=1.618
1
a= (∑ y−b ∑ x )
n
71
1
a= (32.36−1.618 .10)
5
1
a= (16.18)
5
a=3.236
Perhitungan nilai y :
y = bx + a
5 = 1.618x + 3.236
5 - 3.236 = 1.618x
x = 1.764/1.618
x = 1.090
dengan konsentrasi 12.303 ppm pada jam ke-48 mampu membunuh 50% ikan mas
8
f(x) = − 0 x + 8.09
7 R² = 0
6
% Probit
5
% Probit
4 Linear (% Probit)
3
0
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
Log Konsentrasi
Grafik 36. Grafik Ikan Mas dengan Toksikan Klorin pada Jam Ke-72
72
Log Konsentrasi % Probit
1 8.09
2 8.09
3 8.09
4 8.09
Konsentrasi :
x y x2 xy
1 8.09 1 8.09
2 8.09 4 16.1
8
3 8.09 9 24.2
7
4 8.09 16 32.3
6
∑ 10 32.3 30 80.9
6
(∑x)2 100
1
∑ xy − ( ∑ x . ∑ y)
n
b=
1
∑ x 2− (∑ x )2
n
1
80.9− (10. 32.36)
5
b=
1
30− 100
5
73
80.9−64.72
b=
10
16.18
b=
10
b=1.618
1
a= (∑ y−b ∑ x )
n
1
a= (32.36−1.618 .10)
5
1
a= (16.18)
5
a=3.236
Perhitungan nilai y :
y = bx + a
5 = 1.618x + 3.236
5 - 3.236 = 1.618x
x = 1.764/1.618
x = 1.090
dengan konsentrasi 12.303 ppm pada jam ke-72 mampu membunuh 50% ikan mas
pertama adalah menyiapkan alat dan bahan. Sampel ikan yang digunakan yaitu ikan
nila, ikan mas, dan ikan lele dan bahan toksikan yang digunakan adalah detergen,
74
formalin dan klorin. Penggunaan sampel dan bahan toksikan yang berbeda
bertujuan untuk mengetahui efek toksik suatu senyawa dalam waktu tertentu, karena
setiap zat kimia mempunyai efek toksik yang berbeda dan setiap spesies
dengan ketelitian 10-2, yaitu pertama pada bahan toksikan detergen degan kadar 10
ppm sebanyak 0,05 gram, kadar 100 ppm sebanyak 0,5 gram, kadar 1000 ppm
sebanyak 5 gram dan kadar 10000 ppm sebanyak 50 gram; kedua pada bahan
toksikan formalin dengan kadar 10 ppm sebanyak 0,05 ml, kadar 100 ppm
sebanyak 0,5 ml, kadar 1000 ppm sebanyak 5 ml dan kadar 1000 ppm sebanyak 50
ml; ketiga pada bahan toksikan klorin dengan kadar 10 ppm sebanyak 0,05 gram,
kadar 100 ppm sebanyak 0,5 gram, kadar 1000 ppm sebanyak 5 gram dan kadar
10000 ppm sebanyak 50 gram. Setelah itu melakukan pengenceran larutan toksikan
dalam aquarium yang berisi 5 liter air dan menyiapkan ikan dengan jumlah masing-
masing aquarium 5 ekor ikan dengan spesies yang sama. Jenis ikan tersebut
adalah Ikan Nila (Oreochromis niloticus), Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Lele
(Clarias sp.). Kemudian ikan dimasukkan ke dalam aquarium yang sudah dicampur
bahan toksikan, lalu ditutup agar ikan tidak melompat. Selanjutnya melakukan
pengamatan ikan yang mati pada tiap perlakuan pada jam ke 0, jam k e 24, jam ke
48 dan jam ke 72. Apabila ikan sudah ada yang mati, lalu diambil untuk dilakukan
pengamatan pada usus dan insangnya. Ikan dibedah menggunakan cutter, diambil
usus dan insang menggunakan pinset. Kemudian usus ikan diamati perubahan
75
y = bx + a
1
∑ xy − (∑ x−∑ y)
n
b=
1
∑ x2− (∑ x )2
n
1
a= ( ∑ y−b ∑ x )
n
Pada pengujian ini langkah utama yang harus dilakukan adalah dengan
menyiapkan materi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hewan uji dan
bahan uji. Sedangkan untuk perlengkapannya dibutuhkan media uji dan wadah
pengujian. Untuk membuat larutan stok ditimbang LAS sebanyak 10.000 mg,
kemudian dilarutkan ke dalam 1 liter air. Larutan stok dengan konsentrasi 10.000
basis angka 10 yaitu 0,01 mg/l; 0,1 mg/l; 1 mg/l; 10 mg/l; 100 mg/l. Pengamatan
kematian dilakukan pada menit ke–5, 15’, 30’dan jam ke-4, 8, 16, 24, dan 48.
uji sebanyak 50% mati selama waktu dedah 96 jam (LC50–96 jam) (Suparjo, 2010).
konsentrasi yaitu 10 ppm,100 ppm,1000 ppm dan 10.000 ppm. Sedangkan ikan
yang di gunakan sebagai sampel uji coba adalah ikan nila (Oreochromis
76
niloticus),ikan lele (Clarias sp) dan ikan mas (Cyprinus carpio). Dengan di
Ikan Nila
nila dengan toksikan deterjen,formalin dan klorin. Toksikan deterjen dengan dosis
10 ppm di dapatkan ikan nila yang mati sebesar 5 ekor pada jam ke-72. Pada dosis
100 ppm di dapatkan ikan nila yang mati sebesar 4 ekor pada jam ke-24, 5 ekor
pada jam ke-48 dan 5 ekor pada jam ke-72. Pada dosis 1000 ppm di dapatkan ikan
nila yang mati sebesar 5 ekor pada jam ke-0, 5 ekor pada jam ke-24, 5 ekor pada
jam ke-48 dan 5 ekor pada jam ke-72. Pada dosis 10.000 ppm di dapatkan ikan nila
yang mati sebesar 5 ekor pada pada jam ke-0, 5 ekor pada jam ke-24, 5 ekor pada
Pada toksikan formalin dengan dosis 10 ppm di dapatkan ikan nila yang mati
sebesar 0 ekor pada jam ke-0, jam ke-24, jam ke-48 dan pada jam ke-72 ikan nila
yang mati adalah 5 ekor. Pada dosis 100 ppm di dapatkan ikan nila yang mati pada
jam ke-0 sebesar 0 ekor, ikan nila mati 5 ekor pada jam ke-24, 5 ekor pada jam ke-
48 dan 5 ekor pada jam ke 72. Pada dosis 1000 ppm di dapatkan ikan nila yang mati
sebesar 1 ekor pada jam ke-0, 4 ekor pada jam ke-24, 5 ekor pada jam ke-48 dan 5
ekor pada jam ke-72. Pada dosis 10.000 ppm di dapatkan ikan nila yang mati
sebesar 5 ekor pada pada jam ke-0, 5 ekor pada jam ke-24, 5 ekor pada jam ke-48
77
Pada toksikan klorin dengan dosis 10 ppm didapatkan ikan nila yang mati
sebesar 3 ekor pada jam ke-0, 4 ekor pada jam ke-24, 5 ekor pada jam ke-48 dan 5
ekor pada jam ke-72. Pada dosis 100 ppm didapatkan ikan nila yang mati sebesar 5
ekor pada pada jam ke-0, 5 ekor pada jam ke-24, 5 ekor pada jam ke-48 dan 5 ekor
pada jam ke-72. Pada dosis 1000 ppm didapatkan ikan nila yang mati sebesar 5
ekor pada pada jam ke-0, 5 ekor pada jam ke-24, 5 ekor pada jam ke-48 dan 5 ekor
pada jam ke-72. Pada dosis 10.000 ppm didapatkan ikan nila yang mati sebesar 5
ekor pada pada jam ke-0, 5 ekor pada jam ke-24, 5 ekor pada jam ke-48 dan 5 ekor
paling berbahaya untuk ikan nila adalah klorin karena pada kadar 100 ppm mampu
membenuh seluruh ikan nila uji pada jam ke 0, 24,48 dan 72. Sedangkan untuk
deterjen mampu membunuh seluruh ikan nila pada jam ke 0, 24, 48 dan 72 pada
kadar 1000 ppm dan formalin mampu membunuh seluruh ikan nila pada jam ke 0,
24, 48 dan 72 pada kadar 10000 ppm . Kemampuan zat kimia dalam memberikan
efek toksik pada suatu makhluk hidup ditentukan oleh dosis dan konsentrasi yang
digunakan. Tidak hanya itu lama pejanan, sifat senyawa, umur ikan, jenis kelamin
hewan uji.
mengakibatkan laju konsumsi pakan menurun dan pemanfaatan energi yang berasal
dari makanan lebih banyak digunakan untuk mempertahankan diri dari tekanan
lingkungan serta mengganti bagian sel yang rusak akibat bahan asing sehingga
78
kelebihan energi dari penggunaan sangat sedikit yang dimanfaat untuk menambah
makaakan terjadi reaksi antara formalin dan protein, formalin masuk kedalam selsel
ikan mengikat protein dengan mendenaturasi protein dan asam nukleat melalui
proses alkalis antara gugus –NH2 dan –OH dari protein dan asam nukleat, dengan
gugus hidroksemetil dari formaldehid hal inilah yang menyebabkan ikan menjadi
menyengat. Klorin sangat beracun pada ikan. Apabila bereaksi dengan air, klorin
akan membentuk asam kuat yaitu asam hidroklorik (HCl) dan asam lemah yaitu
asam hipoklorus (HOCl) yang dapat merusak sel-sel protein dan system enzimatik
pada ikan. Penetasan terjadi karena kerja mekanik dan kerja enzimatik. Kerja
ruang dalam cangkangnya atau karena embrio telah lebih panjang dari lingkungan
Ikan Lele
lele dengan kadar toksikan detergen, formalin dan klorin yang bebeda-beda. Pada
detergen dengan kadar toksikan 10 ppm didapatkan jumlah ikan lele yang mati pada
jam ke-0 sebanyak 0, pada jam ke-24 sebanyak 3 ekor, pada jam ke-48 sebanyak 3
dan pada jam ke-72 sebanyak 5 ekor. Pada deterjen dengan kadar toksikan 100
ppm diperoleh jumlah ikan lele yang mati pada jam ke-0 sebanyak 0, pada jam ke-24
79
sebanyak 1 ekor, pada jam ke-48 sebanyak 1 ekor dan pada jam ke-72 sebanyak 5
ekor. Pada deterjen dengan kadar toksikan 1000 ppm didapatkan jumlah ikan lele
yang mati pada jam ke-0 sebanyak 5 ekor, pada jam ke-24 sebanyak 5 ekor, pada
jam ke-48 sebanyak 5 ekor dan pada jam ke-72 sebanyak 5 ekor. Pada deterjen
dengan kadar toksikan 10000 ppm diperoleh jumlah ikan lele yang mati pada jam ke-
0 sebanyak 5 ekor, pada jam ke-24 sebanyak 5 ekor, pada jam ke-48 sebanyak 5
Pada formalin dengan kadar toksikan 10 ppm diperoleh jumlah ikan lele yang
mati pada jam ke-0 sebanyak 0, pada jam ke-24 sebanyak 0, pada jam ke-48
sebanyak 1 ekor dan pada jam ke-72 sebanyak 5 ekor. Pada formalin dengan kadar
toksikan 100 ppm diperoleh jumlah ikan lele yang mati pada jam ke-0 sebanyak 0,
pada jam ke-24 sebanyak 1 ekor, pada jam ke-48 sebanyak 1 ekor dan pada jam ke-
72 sebanyak 5 ekor. Pada formalin dengan kadar toksikan 1000 ppm diperoleh
jumlah ikan lele yang mati pada jam ke-0 sebanyak 5 ekor, pada jam ke-24
sebanyak 5 ekor, pada jam ke-48 sebanyak 5 ekor dan pada jam ke-72 sebanyak 5
ekor. Pada formalin dengan kadar toksikan 10000 ppm diperoleh jumlah ikan lele
yang mati pada jam ke-0 sebanyak 5 ekor, pada jam ke-24 sebanyak 5 ekor, pada
jam ke-48 sebanyak 5 ekor dan pada jam ke-72 sebanyak 5 ekor.
Pada toksikan klorin dengan kadar 10 ppm diperoleh jumlah ikan lele yang
mati pada jam ke-0 sebanyak 0, pada jam ke-24 sebanyak 0, pada jam ke-48
sebanyak 0 ekor dan pada jam ke-72 sebanyak 5 ekor. Pada kadar 100 ppm
diperoleh jumlah ikan lele yang mati pada jam ke-0 sebanyak 5, pada jam ke-24
sebanyak 5 ekor, pada jam ke-48 sebanyak 5 ekor dan pada jam ke-72 sebanyak 5
ekor. Pada kadar 1000 ppm diperoleh jumlah ikan lele yang mati pada jam ke-0
sebanyak 5 ekor, pada jam ke-24 sebanyak 5 ekor, pada jam ke-48 sebanyak 5 ekor
80
dan pada jam ke-72 sebanyak 5 ekor. Pada kadar 10000 ppm diperoleh jumlah ikan
lele yang mati pada jam ke-0 sebanyak 5 ekor, pada jam ke-24 sebanyak 5 ekor,
pada jam ke-48 sebanyak 5 ekor dan pada jam ke-72 sebanyak 5 ekor.
paling berbahaya untuk ikan lele adalah klorin karena pada kadar 100 ppm mampu
membenuh seluruh ikan lele uji pada jam ke 0, 24,48 dan 72. Sedangkan untuk
deterjen dan formalin mampu membunuh seluruh ikan lele uji pada kadar 1000 ppm.
Kemampuan zat kimia dalam memberikan efek toksik pada suatu makhluk hidup
ditentukan oleh dosis dan konsentrasi yang digunakan. Tidak hanya itu lama
pejanan, sifat senyawa, umur ikan, jenis kelamin dan faktor lingkungan juga
Deterjen dalam berbagai konsentrasi berpotensi sebagai bahan toksik. Hal ini
dapat dilihat pada setiap dosis mampu menyebabkan kematian pada ikan Platy Sp.
Setelah diberi perlakuan ikan Platy Sp. mengalami kematian, hal ini disebabkan oleh
kandungan aktif yang ada dalam detergen salah satunya yaitu surfaktan. Kerja
surfaktan pada konsentrasi hanya 0.05 ppm ketika sampai pada sistem pernafasan
ephithelium insang dan konsentrasi 0.5 ppm menyebabkan lamina pada sistem
Pada paparan ikan berformalin yang diberikan secara peroral selama 62 hari
dengan dosis 0.2 ppm, yang menyatakan bahwa sifat formalin akan langsung
mengikat struktur DNA dan protein pada hepar selama 18.3-26.3 jam melalui
pengukuran secara invitro. Struktur DNA dan protein yang terikat oleh formalin akan
81
mitrokondria sehingga akan memicu keluarnya protein sitokrom yang dapat
kematian sel secara ototmatis yang disebut dengan proses apoptosis (Peanasari,
2015).
cara memecah ikatan kimia pada molekulnya seperti merubah struktur ikatan enzim,
bahkan merusak struktur kimia enzim. Ketika enzim pada mikroorganisme terpapar
dengan klorin, satu atau lebih dari atom hidrogen akan diganti oleh ion klor. Hal ini
dapat menyebabkan berubahnya ikatan kimia pada enzim tersebut atau bahkan
memutus ikatan kimia enzim, sehingga enzim pada mikroorganisme tidak dapat
berfungsi dengan baik dan sel atau bakteri akan mengalami kematian (Silitonga,
2012).
Ikan Mas
mas dengan toksikan deterjen,formalin dan klorin. Toksikan deterjen dengan dosis
10 ppm di dapatkan ikan mas yang mati sebesar 5 ekor pada jam ke-72. Pada dosis
100 ppm di dapatkan ikan mas yang mati sebesar 2 ekor pada jam ke-24, 5 ekor
pada jam ke-48 dan 5 ekor pada jam ke-72. Pada dosis 1000 ppm di dapatkan ikan
mas yang mati sebesar 5 ekor pada jam ke-0, 5 ekor pada jam ke-24, 5 ekor pada
jam ke-48 dan 5 ekor pada jam ke-72. Pada dosis 10.000 ppm di dapatkan ikan mas
yang mati sebesar 5 ekor pada pada jam ke-0, 5 ekor pada jam ke-24, 5 ekor pada
82
Pada toksikan formalin dengan dosis 10 ppm di dapatkan ikan mas yang
mati sebesar 0 ekor pada jam ke-0, jam ke-24, jam ke-48 dan pada jam ke-72 ikan
mas yang mati adalah 5 ekor. Pada dosis 100 ppm di dapatkan ikan mas yang mati
pada jam ke-0 sebesar 0 ekor, ikan mas mati 3 ekor pada jam ke-24, 3 ekor pada
jam ke-48 dan 5 ekor pada jam ke 72. Pada dosis 1000 ppm di dapatkan ikan mas
yang mati sebesar 5 ekor pada jam ke-0, 5 ekor pada jam ke-24, 5 ekor pada jam
ke-48 dan 5 ekor pada jam ke-72. Pada dosis 10.000 ppm di dapatkan ikan mas
yang mati sebesar 5 ekor pada pada jam ke-0, 5 ekor pada jam ke-24, 5 ekor pada
Pada toksikan klorin dengan dosis 10 ppm didapatkan ikan mas yang mati
sebesar 2 ekor pada jam ke-0, 5 ekor pada jam ke-24, 5 ekor pada jam ke-48 dan 5
ekor pada jam ke-72. Pada dosis 100 ppm didapatkan ikan mas yang mati sebesar 5
ekor pada pada jam ke-0, 5 ekor pada jam ke-24, 5 ekor pada jam ke-48 dan 5 ekor
pada jam ke-72. Pada dosis 1000 ppm didapatkan ikan lkan mas yang mati sebesar
5 ekor pada pada jam ke-0, 5 ekor pada jam ke-24, 5 ekor pada jam ke-48 dan 5
ekor pada jam ke-72. Pada dosis 10.000 ppm didapatkan ikan mas yang mati
sebesar 5 ekor pada pada jam ke-0, 5 ekor pada jam ke-24, 5 ekor pada jam ke-48
berbahaya/beracun untuk ikan mas adalah klorin karena pada dosis 100 ppm sudah
dapat membunuh seluruh ikan mas uji.Sedangkan yang paling rendah adalah
formalin karena baru dapat mematikan seluruh ikan pada konsentrasi 10.000 ppm.
Toksisitas dari bahan biasanya di dasarkan oleh dosis dan lama pemaparan
toksikan sehingga semakin tinggi dosis yang di berikan maka akan semakin beracun
senyawa tersebut dan semakin lama pemaparan maka semakin banyak zat toksik
83
yang akan terakumulasi di dalam tubuh sehingga dapat menjadikan lebih mematikan
lagi.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi deterjen bubuk yang
dipaparkan akan menurunkan kelangsungan hidup ikan mas karena ikan tidak
oksigen terlarut dalam air. Hal ini akan mengganggu proses respirasi dan berlanjut
pada kematian ikan, yang dibuktikan dengan kematian-kematian ikan dengan posisi
tutup insang (operkulum) yang terbuka bahkan sampai mengeluarkan darah pada
Konsentrasi formalin yang berlebih pada ikan Mas dapat bersifat toksik.
Pada budidaya dan pembenihan ikan mas (Cyprinus carpio) formalin dengan
pada calon induk. Formalin dengan konsentrasi yang lebih pekat akan menimbulkan
senyawa kimia yang berasal dari golongan organoklorin yang digunakan sebagai
meningkatnya kadar hematocrit dan hemoglobin dalam darah ikan mas sejalan
yang menyebabkan stress pada ikan mas. Selain itu histologis insang juga
sebanyak 1,21 µg/l warna insang berubah menjadi kehitaman. Kerusakan dicirikan
84
dengan hyperplasia lamella epithelium, vakuolasi, degenerasi sel epithelium,
pendarahan, degenerasi lamella insang sekunder, ploriferasi sel tulang rawan dan
nekrosis.
yaitu ikan lele, mas dan ikan nila. Perbedaan jenis ikan yang dipakai bertujuan untuk
mengetahui perbandingan jenis ikan terhadap jenis toksikan. Ikan nila dan mas
mewakili ikan yang bersisik, sedangkan ikan lele mewakili ikan yang tidak bersisik.
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa ikan lele ketika terkena toksikan,
mengalami kematian yang lama dengan jumlah ikan yang mati sedikit pada hari
pertama dan kedua, sedangkan untuk ikan nila dan mas ketika terkena toksikan
mengalami kematian yang cepat dengan banyaknya ikan yang mati pada hari
pertama dan kedua. Hal ini diduga karena ikan yang telah diuji mengalami
Jenis ikan juga mempengaruhi terhadap paparan toksik dalam hal ini dapat
disimpulkan bahwa ikan lele merupakan ikan yang resisten terhadap paparan toksik,
karena masih mampu bertahan hidup untuk beberapa hari. Sedangkan ikan mas dan
nila merupakan ikan yang rentan terhadap paparan toksik, sehingga tidak dapat
bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama selama ikan lele.
setiap ikan memiliki respon masing-masing terhadap adanya toksikan yang masuk
ke dalam lingkungannya. Jenis ikan yang rentan terhadap adanya toksikan dalam
lingkungan adalah ikan mas dan ikan nila, karena jumlah kematiannya cukup tinggi.
Hal ini disebabkan oleh kondisi ikan yang terlalu stress sehingga ketika dimasukkan
85
kedalam lingkungan yang tercemar ikan akan semakin stress dan mengalami
kematian. Sedangkan ikan yang paling resisten terhadap adanya toksik dalam
perairan adalah ikan lele, karena jumlah kematiannya cukup rendah. Hal ini
disebabkan oleh tingginya kemampuan ikan lele dalam mentoleransi adanya toksik.
diketahui nilai ambang bawah (LC0-48 jam) adalah 1 mg/L, yaitu konsentrasi
tertinggi insektisida endosulfan yang tidak mematikan ikan mas dalam waktu 48 jam.
Sedangkan nilai ambang atas (LC100-24 jam) adalah 10 mg/L, yaitu konsentrasi
terendah insektisida endosulfan yang dapat mematikan 100% ikan mas dalam waktu
terendah pada perlakuan konsentrasi 9 %, (66,67 %) dengan nilai Fhitung 19,93 >
Ftabel (0,01) 7,59. Hasil uji lanjut BNJ diperoleh bahwa perlakuan C dan D berbeda
dengan perlakuan A dan B. Insang merupakan organ respirasi utama yang bekerja
Ikan lele jika terkena racun akan bergerak hiperaktif dan lebih sering berada
dipermukaan. Ikan lele akan lebih sering muncul ke permukaan air untuk
mendapatkan udara, karena adanya racun masuk kedalam tubuh. Racun yang
masuk kedalam ikan lele dapat melalui insang maupun saluran cerna. Lalu ikan lele
bergerak lambat, lumpuh dan akhirnya mati. Namun pada konsentrasi tinggi saja
86
ikan lele akan mati karena ikan lele memiliki daya tahan terhadap toksik pada
4.4.5 Perbandingan Kondisi Usus Dan Insang Control Dengan Ikan Terpapar
Toksikan
kondisi usus dan insang terkontrol. Ikan yang digunakan adalah ikan nila, ikan lele,
dan ikan mas. Ikan terkontrol memiliki kenampakan insang berwarna merah cerah,
tidak adanya bintik hitam, dan tidak berlendir. Sedangkan untuk usus berwarna
kemerahan. Sedangkan untuk ikan yang terpapar toksikan, ikan uji yang telah mati
setelah diberi perlakuan, perut ikan dibelah lalu diambil dan diamati insang dan
ususnya. Pada insang ikan terlihat berwarna merah tua dan kehitaman serta
terdapat lendir. Pada pengamatan insang ikan dibawah mikroskop terlihat warna
insang menjadi kehitaman dan lamela insang sedikit menggumpal. Hal ini dapat
pada ikan. Pada usus ikan terlihat berwarna kekuningan atau kehitaman. Hal ini
dapat dikarenakan usus ikan telah terpapar toksikan sehingga menyebabkan usus
mengalami iritasi.
pada insang terjadi hipertropi sel mukosa dan hiperplasia sel epitel sehingga
87
Kerusakan insang dapat berupa pembengkakan sel, hiperplasia, epitel lepas dari
insang. Kemudian lapisan epitel yang tipis dapat berhubungan langsung dengan
konsentrasi 9 dan 12 g/L selain tampak di bagian epitel, vakuolisasi juga tampak di
bagian tunika serosa dengan jumlah yang cukup banyak. Edema dijumpai
(Rahayu et al.,2013).
Kualitas air seperti kandungan bahan organik dan senyawa kimia yang
88
metabolisme. Pencemaran air karena zat kimia juga bisa menjadi penyebab
masuknya deterjen kedalam tubuh ikan adalah sebagai berikut: surfaktan diabsorbsi
oleh ikan melalui organ pernapasan dan pencernaan. Surfaktan diabsorpsi secara
bersamaan dengan oksigen oleh insang kemudian dialirkan keseluruh tubuh melalui
lipid yang ada pada membrane sel pada sel-sel darah ikan sehingga sel darahnya
rusak.
Semua zat atau materi dapat berpotensi toksik bagi makhluk hidup, dalam
hal ini zat yang terkandung di dalam detergen adalah surfaktan. Surfaktan diabsorpsi
oleh ikan melalui pernafasan dan pencernaannya. Surfaktan yang larut dalam air
masuk kedalam mulut ikan, lalu pada sistem pernafasan. Surfaktan diabsopsi secara
bersamaan dengan oksigen oleh insang dan kemudian dialirkan keseluruh tubuh
melalui sistem transportasi tubuh ikan. Begitu pula pada sistem pencernaannya.
surfaktan mendenaturasi lipid yang ada pada membran sel pada sel-sel darah ikan
sehingga sel-sel darahnya rusak. Khususnya pada sel darah merah yang berfungsi
mengangkut oksigen dan nutrisi keseluruh bagian tubuh tidak dapat melangsungkan
fungsinya yang disebabkan oleh hal tersebut (Solikhah dan Widyaningrum, 2015).
masuk kedalam air. Kemudian formalin akan berikatan langsung dengan protein
membentuk jembatan metil yang menyebabkan struktur ikan menjadi kaku. Makin
lama terpapar formalin, daging ikan akan mengalami koagulasi dan sebagian
89
Formalin bersifat mudah larut dalam air sehingga memudahkannya untuk
formalin dapat masuk ke jaringan ikan dan udang. Formalin akan mengeluarkan isi
sel sehingga tercipta sel baru yang memiliki struktur kuat (Wicaksono, 2011).
Mekanisme masuknya klorin ke dalam tubuh ikan melalui jalur air. Ketika
klorin masuk kedalam air akan homogen dan klorin akan masuk melalui insang
dimana terjadi penyerapan pada permukaan tubuh yang diikuti difusi melalui
sampai akhirnya menembus sel epitel endotelial kapiler darah sehingga masuk
kedalam peredaran darah dan terakumulasi dalam proses metabolisme tubuh ikan.
Karena telah menembus dinding sel dan aliran darah, akan mengakibatkan iritasi
Akan tetapi lendir ynag dihasilkan dapat menghambat permukaan lamela insang,
sehingga tidak lagi terjadi pertukaran oksigen yang akan masuk kedalam tubuh ikan
Masuknya zat toksik (sabun dan klorin) melalui 2 cara yaitu lewat air dan
tanaman (bahan makanan). Jika melalui air maka zat toksik akan melalui insang,
dimana terjadi penyerapan pada permukaan tubuh yang diikuti dengan difusi melalui
permukaan epitelium insang. Setelah melewati insang, zat toksik tersebut akan ikut
kedalam sistem pernafasan sampai akhirnya menembus sel epitel endothelial kapiler
90
darah untuk masuk kedalam darah dan akhirnya ikut dalam proses metabolisme
(Yusana, 2011).
kelompok 1 suhu awal 28℃ dan sesudah 28℃ , kelompok 2 suhu awal 28℃ dan
sesudah 28℃ . Kelompok 3 suhu awal 27℃ dan sesudah 27℃ . Kelompok 4 suhu
awal 27℃ dan sesudah 28℃ . Pada kelompok 5 suhu awal 28℃ dan sesudah 30
℃ . Pada kelompok 6 suhu awal 26℃ dan sesudah 27℃ . Pada kelompok 7 suhu
awal 28℃ dan sesudah 28℃ . Pada kelompok 8 suhu awal 27℃ dan sesudah 27℃
. Pada kelompok 9 pH awal 27℃ dan sesudah 28℃ . Pada kelompok 10 suhu awal
28℃ dan sesudah 28℃ . Pada kelompok 11 suhu awal 28℃ dan sesudah 28℃ .
Pada kelompok 12 suhu awal 27℃ dan sesudah 27℃ . Pada kelompok 13 suhu
awal 27℃ dan sesudah 27℃ . Pada kelompok 14 suhu awal 27℃ dan sesudah 27
℃ . Pada kelompok 15 suhu awal 26℃ dan sesudah 28℃ . Pada kelompok 16 suhu
awal 25℃ dan sesudah 27℃ . Pada kelompok 17 suhu awal 25℃ dan sesudah 25
℃ . Pada kelompok 18 suhu awal 25℃ dan sesudah 26℃ . Pada kelompok19 suhu
awal 27℃ dan sesudah 26℃ . Pada kelompok 20 suhu awal 27℃ dan sesudah 28
℃ . Pada kelompok 21 suhu awal 27℃ dan sesudah 27℃ . Pada kelompok 22 suhu
awal 26℃ dan sesudah 26℃ . Pada kelompok 23 suhu awal 26℃ dan sesudah 27
℃ . Pada kelompok 24 suhu awal 26℃ dan sesudah 27℃ . Pada kelompok 25 suhu
awal 25℃ dan sesudah 26℃ . Pada kelompok 26 suhu awal 24℃ dan sesudah
25,5℃ . Pada kelompok 27 suhu awal 25℃ dan sesudah 26℃ . Pada kelompok 28
suhu awal 26℃ dan sesudah 26℃ . Pada kelompok 29 suhu awal 26℃ dan
91
sesudah 27℃ . Pada kelompok 30 suhu awal 25℃ dan sesudah 26℃ . Pada
kelompok 31 suhu awal 25℃ dan sesudah 27℃ . Pada kelompok 32 suhu awal 25
℃ dan sesudah 25,5℃ . Pada kelompok 33 suhu awal 25℃ dan sesudah 27℃ .
Pada kelompok 34 suhu awal 25℃ dan sesudah 26℃ . Pada kelompok 35 suhu
awal 25℃ dan sesudah 26℃ . Pada kelompok 36 suhu awal 25℃ dan sesudah 26
konsentrasi toksik yang digunakan berbeda serta bahan toksik yang digunakan juga
berbeda, adapun perubahan suhu disebabkan oleh faktor diluar media seperti suhu
perubahan suhu media yang besar. Kisaran suhu yang terjadi selama pengujian
adalah 25,4-26,9ºC dan rentang suhu media tersebut masih dalam batas toleransi
ikan nila. Kisaran suhu optimum habitat ikan nila adalah 22-29ºC. Perubahan suhu
yang terjadi pada media kontrol lebih tinggi dibandingkan perlakuan karena aktivitas
ikan (kontrol) yang lebih agresif. Perubahan posisi yang sangat cepat
dibandingkan suhu media perlakuan. Kisaran suhu yang terjadi selama pengujian
masih lebih kecil yaitu 25,40-27,38ºC. Hal ini mengindikasikan bahwa perlakuan
pemberian konsentrasi toksikan lebih efektif menurunkan aktivitas tingkah laku ikan
nila selama selama transportasi. Peningkatan suhu tidak selalu berakibat pada
92
4.4.8 Analisa pH Sebelum (Kontrol) dan Sesudah Penambahan Toksikan
kelompok 1 didapat pH awal 7,6 dan sesudah 10,4, kelompok 2 pH awal 7,6 dan
sesudah 9,5. Kelompok 3 pH awal 7,7 dan sesudah 8,1. Kelompok 4 pH awal 7,5
dan sesudah 7,6. Pada kelompok 5 pH awal 7,6 dan sesudah 7,9. Pada kelompok 6
pH awal 7,6 dan sesudah 7,9. Pada kelompok 7 pH awal 7,6 dan sesudah 8. Pada
kelompok 8 pH awal 7,2 dan sesudah 7,9. Pada kelompok 9 pH awal 7,9 dan
sesudah 11,6. Pada kelompok 10 pH awal 7,9 dan sesudah 9,4. Pada kelompok 11
pH awal 7,9 dan sesudah 8,5. Pada kelompok 12 pH awal 8,1 dan sesudah 7,3.
Pada kelompok 13 pH awal 7,8 dan sesudah 10,3. Pada kelompok 14 pH awal 7,8
dan sesudah 9,8. Pada kelompok 15 pH awal 7,8 dan sesudah 8,2. Pada kelompok
16 pH awal 7,1 dan sesudah 7,9. Pada kelompok 16 pH awal 7,1 dan sesudah 7,9.
Pada kelompok 17 pH awal 7,2 dan sesudah 8,1. Pada kelompok 18 pH awal 7,3
dan sesudah 8. Pada kelompok 19 pH awal 7,3 dan sesudah 8,3. Pada kelompok 20
pH awal 7,6 dan sesudah 8,1. Pada kelompok 21 pH awal 7,1 dan sesudah 12,1.
Pada kelompok 22 pH awal 7,4 dan sesudah 9,6. Pada kelompok 23 pH awal 7,3
dan sesudah 8,4. Pada kelompok 24 pH awal 7,5 dan sesudah 8,1. Pada kelompok
25 pH awal 7,1 dan sesudah 8,1. Pada kelompok 26 pH awal 7,2 dan sesudah 7,6.
Pada kelompok 27 pH awal 7,2 dan sesudah 7,6. Pada kelompok 28 pH awal 7 dan
sesudah 7,2. Pada kelompok 29 pH awal 7,1 dan sesudah 7,2. Pada kelompok 30
pH awal 7 dan sesudah 7,1. Pada kelompok 31 pH awal 7,4 dan sesudah 8. Pada
kelompok 32 pH awal 7,3 dan sesudah 8,1. Pada kelompok 33 pH awal 7,2 dan
sesudah 12. Pada kelompok 34 pH awal 7,6 dan sesudah 9,6. Pada kelompok 35
pH awal 7,2 dan sesudah 8,3. Pada kelompok 36 pH awal 7,2 dan sesudah 8.
Perbedaan dan peningkatan pH yang terjadi pada setiap kelompok disebabkan oleh
93
faktor penggunaan toksikan yang berbeda, kadar toksikan yang digunakan, dan
lamanya toksikan dalam air. Toksikan yang digunakan pada praktikum ini bersifat
Telah diketahui bahwa derajat keasaman (pH) air memiliki pengaruh besar
terhadap bentuk fisika dan kimia logam dan senyawa logam di lingkungan perairan
keasaman larutan meningkatkan konsentrasi ion logam bebas dalam larutan. Hal ini
akibat dari kompetisi antara H+ dan ion logam dalam berikatan dengan ligan organik
lele menggunakan toksikan deterjen dengan kadar 10 – 10000 ppm ikan lele
menjadi tidak napsu makan, toksikan formalin dengan kadar 10 – 10000 ppm ikan
lele menjadi tidak napsu makan kecuali kadar 10 ppm napsu makan ikan tinggi,
toksikan klorin dengan kadar 10 – 10000 ppm ikan lele menjadi tidak napsu makan
kecuali kadar 10 ppm nafsu makan masih ada. Untuk ikan mas menggunakan
toksikan deterjen dengan kadar 10 – 10000 ppm ikan mas menjadi tidak napsu
makan kecuali kadar 100 ppm napsu makan normal, toksikan formalin dengan kadar
10 – 10000 ppm ikan mas menjadi tidak napsu makan kecuali kadar 10 ppm napsu
makan normal, toksikan klorin dengan kadar 10 – 10000 ppm ikan mas menjadi tidak
napsu makan. Untuk ikan nila menggunakan toksikan deterjen dengan kadar 10 –
10000 ppm ikan nila menjadi tidak napsu makan, toksikan formalin dengan kadar 10
– 10000 ppm ikan nila menjadi tidak napsu makan, toksikan klorin dengan kadar 10
94
Hasil pengamatan yang dilaksanakan selama penelitian uji toksisitas akut
yaitu 48 jam menunjukkan bahwa tingkah laku ikan agresif ditandai dengan
oksigen permukaan . Pada kadar deterjen cair 100 mg/l baru pada menit ke 10
ikan sudah mulai setress dan selama menit ke 15, berhasil membuat semua
ikan udah mati hanya dalam waktu 2 jam, hal tersebut diakibatkan benih ikan
Sedangkan pada kadar deterjen cair dengan konsentrasi 0,1,1,0 dan 10,0,
semua ikan masih dalam keadaan hidup sampai pada akhir percobaan selama
Pemberian pakan yang berlebihan dan tidak dimanfaatkan oleh ikan pasti
akan menghasilkan sisa–sisa pakan yang tidak dimakan oleh ikan dan dapat
dimanfaatkan dapat menjadi sumber polusi media pemeliharan ikan. Toksikan yang
mencemari perairan dapat menyebabkan hilangnya nafsu makan pada ikan. Hal ini
dikarenakan insang pada ikan mulai tertutupi lendir yang disebabkan oleh bahan
merubah tingkah laku ikan yang semula tenang diperairan menjadi stress dan
menurunnya kadar oksigen terlarut pada perairan. Konsentrasi fosfat yang tinggi
pada ikan. Sisa metabolisme dan sisa pakan yang mengendap didasar kolam dapat
95
Semakin keruhnya suatu perairan kolam dapat mengurangi cahaya matahari untuk
Jika hal ini terjadi dapat menurunkan produktivitas perairan dan terjadi penurunan
96
5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada sampel ikan nila yang paling banyak mati adalah dengan menggunakan
toksikan klorin pada 3 konsentrasi (100 ppm, 1000 ppm dan 10000 ppm) jam ke
0-72, sedangkan yang paling sedikit mati adalah dengan toksikan formalin.
Pada sampel ikan mas yang paling banyak mati adalah dengan menggunakan
toksikan klorin pada 3 konsentrasi (100 ppm, 1000 ppm dan 10000 ppm) jam ke
0-72, sedangkan yang paling sedikit mati adalah dengan toksikan formalin.
Pada sampel ikan lele yang paling banyak mati adalah dengan menggunakan
toksikan klorin pada 3 konsentrasi (100 ppm, 1000 ppm dan 10000 ppm) jam ke
0-72, sedangkan yang paling sedikit mati adalah dengan dua toksikan yaitu
formalin dan detergen yang memiliki kesamaan dalam jumlah kematian ikan.
Dari data di atas ikan mas paling mudah mati terhadap toksikan dibandingkan
dengan ikan lele dan nila dapat dilihat dari banyaknya ikan mas yang mati.
Sedangkan ikan yang paling tahan terhadap toksikan adalah ikan lele. Hal ini
Toksikan yang paling cepat mematikan ikan adalah klorin, sedangkan yang
Toksikan masuk ke dalam tubuh ikan melalui insang, kulit maupun makanan.
97
Terjadi perbedaan pada insang dan usus antara ikan kontrol dengan ikan yang
sehingga terjadi perubahan warna yang semula berwarna merah darah atau
5.2 Saran
sebelumnnya untuk menambah variasi data yang diperoleh tiap tahunnya. Ikan yang
perhitungan LC50 lebih mudah. Selain itu perlu diadakannya keserasian berat antara
organisme satu dengan lainnya agar data yang diperoleh lebih akurat.
98
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M.Y. 2016. Pertumbuhan dan survival rate ikan nila (Oreochromis sp.) strain
merah dan strain hitam yang dipelihara pada media bersalinitas. Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. 16 (1): 159-166.
Asma. 2018. Uji kualitatif kandungan formalin pada ikan segar yang dijual di pasar
tradisional Kota Kendari. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Analis Kesehatan.
Atmoko, T. dan A. Ma'ruf. 2009. Uji toksisitas dan skrining fitokimia ekstrak
tumbuhan sumber pakan orangutan terhadap larva Artemia salina L. Jurnal
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 6(1): 37-45.
Cita, D. W. dan R. Adriyani. 2013. Kualitas air dan keluhan kesehatan pengguna
kolam renang di sidoarjo. J. Kesehatan Lingkungan. 7(1): 26-31.
Dewi, N.K. (2004). Penurunan derajat toksisitas kadmium terhadap ikan bandeng
(Chanos chanos Forskal) menggunakan eceng gondok (Eichhornia
crassipes Mart.) dan fenomena transpornya. Tesis. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi pengelolaan sumber daya dan lingkungan
perairan. Kanisius: Yogyakarta.
Fazil, M. A., S. Adhar, R. Ezraneti. 2017. Efektivitas penggunaan ijuk, jerami padi
dan ampas tebu sebagai filter air pada pemeliharaan ikan mas koki
(Carassius auratus) . Acta Aquatica. 4 (1): 37-43.
99
Hasan, A. 2006. Dampak penggunaan klorin. J. Tek. Ling. 7(1): 90-96
Kamiswari, R., M.T. Hidayat dan Y.S. Rahayu. 2013. Pengaruh pemberian deterjen
terhadap mortalitas ikan Platy sp. Lentera Bio. 2 (1): 139-142.
.
Magfirah., S. Adhar dan R. Ezraneti. 2015. Efek surfaktan terhadap pertumbuhan,
kelangsungan hidup dan struktur jaringan insang benih ikan nila
(Oreochromis niloticus). Acta Aquatica. 2(2): 90-96.
Mudlofar F., Erlinda Y., dan Agus S. 2013. Analisis usaha pembesaran ikan mas
(Cyprinus Carpio) pada keramba jaring apung di kelurahan parit mayor
kecamatan pontianak timur. Jurnal EKSOS. 9(3).
Musman, M., S. Karina dan K. Melanie. 2012. Uji selektivitas ekstrak etil asetat
(EtOAc) biji putat air (Barringtonia racemosa) terhadap keong mas (Pomacea
canaliculata) dan ikan lele local (Clarias batrachus). Depik. 1(1): 27-31.
Nuha, A. U., F. P. Martin, I. Mubarok. 2016. Toksisitas letal akut limbah cair tenun
troso terhadap ikan mas (Cyprinus carpio L.). Life Science. 5 (1): 1-8.
Pratiwi, Y., S. Sunarsih dan W.F. Windi. 2012. Uji toksisitas limbah cair laundry
sebelum dan sesudah diolah dengan tawas dan karbonaktif terhadap
bioindikator (Cyprinus carpio L.). Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains
dan Teknologi III:A300.
Peanasari, A.R.I., S.L. Djamil dan A. Rohmani. 2015. Pengaruh formalin peroral
terhadap kadar sgot dan sgpt tikus wistar. Jurnal Kedokteran
Muhammadiyah. 2 (1): 34-38.
Rifa’i, M. 2013. Kajian adsorpsi Linear Alkyl Benzene Sulphonate (LAS) dengan
bentonit alam. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.
100
Rumampuk, N. D., S. Tilaar dan S. Wullur. 2010. Median lethal concentration (LD50)
insektisida diklorometan pada nener bandeng (Chanos chanos fork). J.
Perikanan dan kelautan 6(2): 87-91.
Silitonga, Y.W., I. Jamilah dan D. Suryanto. 2012. Pengendalian sel biofilm bakteri
patogen oportunistik dengan panas dan klorin. Saintia Biologi. 1 (1): 46-51.
Sumarmin, R dan Radi. 2016. Uji embriotoksik endosulfan terhadap daya tetas telur
ikan nila (Oreochromis niloticus). EKSAKTA. 1: 67-74.
Wicaksono, C. S. 2011. Analisis formalin dalam ikan dan udang segar dengan
pereaksi ichyver yang dimodifikasi. FMIPA. Universitas Indonesia. Jakarta.
Yusana, W. W. 2011. Struktur Mikro Anatomi Insang dan Hati Ikan Komet di Balai
Benih Ikan Siwarak Akibat Objek Wisata Kolam Renang. Skripsi. Jurusan
Biologi FMIPA. Universitas Negeri Semarang.
101
LAMPIRAN
Mengencerkan toksikan
(klorin) dengan kadar 10 ppm, Mengukur nilai pH air sebelum
100 ppm, 1000 ppm, 10.000 di beri toksikan
ppm dalam 5 liter air
102
Mengamati jumlah ikan yang Mengamati tingkah laku ikan
mati pada 0, 24, 48 dan 72 dan nafsu makan ikan setelah
jam diiberi pakan
103
Lampiran 2. Pengukuran Suhu dan pH
Suhu
pH
104
Lampiran 3. Hasil Pengamatan Insang dan Usus
1 10000
2 1000
3 100
105
4 10
Formalin
5 10000
6 1000
106
7 100
8 10
Klorin
9 10000
107
10 1000
11 100
12 10
108
Ikan
Mas
Deterjen
13 10000
14 1000
15 100
109
16 10
Formalin
17 10000
18 1000
110
19 100
20 10
21 10000
Klorin
111
22 1000
23 100
24 10
112
25 10000
Ikan
26 1000
Nila
Detergen
27 100
113
28 10
Formalin
29 10000
30 1000
31 100
114
32 10
Klorin
33 10000
34 1000
115
35 100
36 10
% 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 - 2.67 2.95 3.12 3.25 3.36 3.45 3.52 3.59 3.66
10 3.72 3.77 3.82 3.87 3.92 3.96 4.01 4.05 4.08 4.12
20 4.16 4.19 4.23 4.26 4.29 4.33 4.36 4.39 4.42 4.45
30 4.48 4.50 4.53 4.56 4.59 4.61 4.64 4.67 4.69 4.72
40 4.75 4.77 4.80 4.82 4.85 4.87 4.90 4.92 4.95 4.97
50 5.00 5.03 5.05 5.08 5.10 5.13 5.15 5.18 5.20 5.23
116
60 5.25 5.28 5.31 5.33 5.36 5.39 5.41 5.44 5.47 5.50
70 5.52 5.55 5.58 5.61 5.64 5.67 5.71 5.74 5.77 5.81
80 5.84 5.88 5.92 5.95 5.99 6.04 6.08 6.13 6.18 6.23
90 6.28 6.34 6.41 6.48 6.55 6.64 6.75 6.88 7.05 7.33
- 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
99 7.33 7.37 7.41 7.46 7.51 7.58 7.65 7.75 7.88 8.09
117
Uji toksisitas ditentukan berdasarkan analisa probit melalui tabel probit dan dibuat
regresi linier:
y = ax + b
y = angka probit (5 karena 50% kematian)
x = log konsentrasi (jadi untuk menentukan LC50 diperoleh dari anti logaritma nilai x)
118
NAMA-NAMA ASISTEN
119