Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH SANITASI HOTEL

Posted: f22,10 by milyandra in Uncategorized


0

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri pariwisata seperti hotel dan restoran serta usaha boga lainnya, akhir-akhir ini
semakin berkembang yang menuntut adanya suatu penciptaan suasana yang nyaman dari
berbagai aspek untuk diberikan atau ditawarkan sebagai suatu produk kepada calon
pelanggannya. Secara umum, produk yang dijual oleh pihak manajemen hotel terdiri dari
dua produk utama yaitu produk nyata (Tangible Product) seperti kamar hotel, restoran,
spa, dan berbagai fasilitas hotel lainnya dan produk tidak nyata (Intangible Product)
seperti kenyamanan, layanan, suasana dan lain sebagainya

Sebuah Hotel hendaknya memiliki standar tersendiri. yang ditekankan kepada setiap
karyawan dalam memberikan layanan kepada pelanggan khususnya aspek instangible
produk sebagai salah satu jasa yang siap dinikmati, utamanya pada bagian dapur
(kitchen) restoran hotel perihal kesehatan dan kebersihan (sanitasi, hygiene) dalam
pengelolaan makanan.

Sanitasi menurut WHO (World Health Organisation) adalah “suatu usaha untuk
mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia, terutama
pada hal-hal yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik, kesehatan, dan
kelangsungan hidup. Sedang hygiene adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
kesehatan. Hygiene erat hubungannya dengan perorangan, makanan dan minuman karena
merupakan syarat untuk mencapai derajat kesehatan.
Menurut SK Dirjen Pariwisata, sanitasi hygiene adalah meliputi perorangan, makanan
dan minuman serta lingkungan, dan tujuan diadakannya usaha sanitasi dan hygiene
adalah untuk mencegah timbulnya penyakit dan keracunan serta gangguan kesehatan lain
sebagai akibat dari adanya interaksi faktor-faktor lingkungan hidup manusia.

1.2 Tujuan Umum

- Mengetahui penerapan sanitasi hygiene pengelolaan makanan hotel

- Mengetahui hal-hal yang mendukung dan menghambat aspek sanitasi dan hygiene
dalam pengelolaan makanan hotel

- Untuk memperoleh dan mengetahui informasi tentang gambaran sanitasi


lingkungan pada hotel
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hotel Sebagai Suatu Usaha Jasa

Hotel merupakan suatu industri atau usaha jasa yang dikelola secara komersial. Artinya
dalam menyediakan jasa yang biasa juga dsebut sebagai “product” kepada calon
konsumen dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. Produk
jasa yang disediakan hotel umumnya terdiri dari dua bentuk yaitu

- Produk nyata (Tangible Product) yang meliputi fasilitas hotel seperti kamar tidur,
restoran, bar, swimming poll, coffee shop, binatu/loundry dan lain sebagainya

- Produk tidak nyata (Intangible Product) yang meliputi pelayanan jasa seperti
layanan makanan dan minuman, layanan kebersihan kamar, layanan kantor depan dan
lain sebagainya. Tangible product lebih menekankan kepada penyediaan sarana dan
prasarana pendukung (fasilitas fisik hotel), sedang Intangible product lebih menekankan
pada penyelenggaraan layanan jasa yang dilakukan oleh petugas-petugas atau pegawai
hotel kepada tamu.
Terkait hal tersebut di atas, Soekadijo (1995:92) mengemukakan bahwa :

o untuk melaksanakan pemberian jasa yang demikian itu hotel menyediakan fasilitas-
fasilitas dan pelayanan-pelayanan yang pokok-pokoknya berupa :

§ Tempat untuk beristirahat dan kamar tidur,

§ Tempat dan ruangan untuk makan dan minum; restoran, bar dan coffee shop.

§ Toilet dan kamar mandi

§ pelayanan umum untuk memenuhi segala macam kebutuhan lain dari para tamu

Hotel sebagai suatu usaha jasa merupakan sarana pendukung kegiatan pariwisata, dimana
pengelolaannya dilakukan secara profesional dan didukung oleh tenaga-tenaga yang
memiliki kompetensi/keterampilan baik dalam bidang perhotelan. Dengan keterlibatan
hotel sebagai sarana pendukung pariwisata ini diharapkan dapat membuka dan
memperluas lapangan kerja bagi masyarakat.
Sejalan dengan uraian tersebut, Spillane (1994:135) mengemukakan bahwa :

Pembinaan produk wisata merupakan usaha terus menerus untuk meningkatkan mutu
maupun pelayanan dari berbagai unsur produk wisata itu, misalnya jasa penginapan, jasa
angkutan wisata, jasa hiburan, makanan, jasa tur dan sebagainya. Pembinaan tersebut
dapat berupa berbagai kombinasi usaha-usaha seperti pendidikan dan latihan,
pengaturan/pengarahan pemerintah, pemberian rangsangan, ataupun terciptanya kondisi
iklim persaingan yang sehat yang mendorong peningkatan mutu produk dan layanan

Berdasarkan uraian di atas, maka keberadaan tenaga-tenaga yang memiliki kompetensi


yang baik dalam bidang perhotelan khususnya di hotel akan memberikan atau membawa
keuntungan bagi pihak hotel dimana dengan demikian akan dapat memberikan pelayanan
yang memuaskan bagi konsumen itu sendiri, dalam hal ini adalah pelayanan makanan
dan minuman yang diselenggarakan hotel.

2.2 Pengertian, Fungsi dan Peranan Dapur Hotel

Makanan yang diolah di dapur hotel sangat banyak jenis dan jumlahnya. Pada hotel atau
restoran yang lebih besar tentunya akan mengolah makanan yang lebih banyak pula jenis
dan jumlahnya, sehingga lebih banyak pula karyawan atau juru masak yang diperlukan.
Juru masak tersebut perlu dikelompokkan menjadi beberapa bagian dengan tugas dan
tanggung jawab yang jelas, dan hal ini dapat dilihat pada struktur organisasi dapur.
Namun demikian, struktur organisasi setiap hotel berbeda-beda disesuaikan dengan besar
kecilnya suatu hotel dan tergantung pada

- Jenis makanan atau menu yang diolah

- jumlah produksi makanan

- keadaan bahan makanan yang dapat dibeli di pasar.

Menurut Syamsul Rijal (2000:14) dapur adalah suatu ruangan khusus yang diperuntukkan
sebagai tempat untuk memasak makanan. Dapur dapat ditemui baik di dalam rumah,
warung, rumah makan, restoran maupun hotel. Sedang Bagus Putu Sudiara (1996:1-4)
menyebutkan pengertian dan kedudukan dapur dalam sebuah hotel sebagai berikut :
kitchen is a room or other space (as a wall area or special building) with facilities for
cooking. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa sebuah dapur adalah suatu ruangan atau
tempat khusus yang memiliki perlengkapan dan peralatan untuk mengolah makanan.

Ciri-ciri dapur yaitu :


- terpisah dari ruang yang lain dan tidak berhubungan dengan alam bebas

- lantai dapur dibuat dari bahan yang kedap air dan tidak licin

- tembok dapur dilapisi dengan bahan yang kedap air

- plafon dapur dibuat dengan warna yang cerah

- penerangan dapur harus baik. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga dan
memperhatikan kebersihan dan keamanan penyajian makanan kepada tamu.

Selanjutnya, dapur berfungsi sebagai :

- tempat mengolah makanan

- ciri khas suatu hotel dalam artian kemampuan petugas pengolah makanan (koki)
yang dapat dilihat dari aspek kreativitas menciptakan jenis dan variasi makanan yang
akan dijual di restoran

- sarana promosi untuk memperkenalkan budaya bangsa melalui seni kuliner khas
daerah. Dengan fungsi ini, dapur sangat berperan dalam mempromosikan dan
meningkatkan reputasi hotel melalui seni kuliner

2.3 Pengelolaan Bahan Makanan

Makanan merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan sehari-hari manusia. Setiap


orang membutuhkan makanannya berbeda-beda bergantung kepada umur, jenis kelamin,
jenis pekerjaan dan lain-lain. Untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat-zat makanan
kita harus mengetahui jumlah dan macam makanan yang diperlukan.
Makanan sebagaimana yang dijelaskan Hanifa dan Luthfeni (1994:7) mempunyai fungsi:

- memberi tanaga dan panas badan

- memperbaiki sel-sel yang rusak dan Memelihara Kesehatan Juga memberikan rasa
kepuasan dan Kenyan.

Sedang makanan yang dimakan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan dan
kehidupan kita antara lain :

1. Timbulnya bermacam-macam penyakit sebagai akibat dari :

- Makanan kurang memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh.

- Makanan yang dimakan kurang memadai jumlahnya.


- Makanan yang dimakan seringkali mengandung racun atau bibit penyakit.

1. Pertumbuhan badan kurang normal, badan kecil, kurus, beratnya kurang


sebagaimana mestinya bila dibandingkan dengan umurnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa makanan sangat penting
artinya bagi kehidupan manusia untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan
fisiknya.

Maksud penerapan sanitasi hygiene pengelolaan makanan dalam hal ini adalah
penanganan dan perlakukan petugas pengolah terhadap bahan makanan yang akan diolah
dengan menerapkan berbagai metode/teknik pengolahan. Metode/teknik dalam mengolah
bahan makanan menjadi makanan siap saji dapat dilakukan dengan cara digoreng,
rebus,bakar, panggang dan lain sebagainya. Tujuan dalam memproses bahan mentah
menjadi makanan siap saji antara lain memudahkan pencernaan, bebas dari bibit
penyakit, menambahkan rasa, meningkatkan wujud dari makanan yang akan dimasak,
dan meningkatkan penampilan makanan tersebut.

2.4 Sanitasi dan Hygiene

1. Hygene

Pada hakikatnya “Hygiene” dan “Sanitasi” mempunyai pengertian dan tujuan yang
hampir sama yaitu mencapai kesehatan yang prima.

Putu Sudira (1996:17) berdasarkan buku Theory of Catering dimana dikemukakan bahwa
: Hygiene adalah ilmu kesehatan dan pencegahan timbulnya penyakit. Hygiene lebih
banyak membicarakan masalah bakteri sebagai penyebab timbulnya penyakit. Seorang
juru masak disamping harus mampu mengolah makanan yang enak rasanya, menarik
penampilannya, juga harus layak dimakan. Untuk itu makanan harus bebas dari bakteri
atau kuman penyakit yang membahayakan kesehatan manusia, sedang Sanitasi lebih
memperhatikan masalah kebersihan untuk mencapai kesehatan.

Menurut Shadily (1989:289) “Hygiene adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari
kesehatan. Hygiene erat hubungannya dengan perorangan, makanan dan minuman karena
merupakan syarat untuk mencapai derajat kesehatan. Sedang sanitasi menurut WHO
adalah suatu usaha untuk mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang berpengaruh
kepada manusia, terutama terhadap hal-hal yang mempunyai efek merusak
perkembangan fisik, kesehatan, dan kelangsungan hidup.

Perbedaan dari sanitasi dan hygiene adalah hygiene lebih mengarahkan aktivitasnya pada
manusia, sedangkan senitasi lebih menitik beratkan pada faktor-faktor lingkungan hidup
manusia. Tujuan diadakannya usaha senitasi dan hygiene adalah untuk mencegah
timbulnya penyakit dan keracunan serta gangguan kesehatan lain sebagai akibat dari
adanya interaksi faktor-faktor lingkungan hidup manusia.
Hygiene sebagaimana yang dijelaskan Soekresno (2000:3) dapat dikelompokkan sebagai
berikut ;

1.
1. Ruang lingkup sanitasi dan hygiene di tempat kerja meliputi :

- Hygiene perorangan

Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan makanan
adalah hygiene perorangan dalam hal ini petugas atau karyawan yang berhubungan
langsung dengan bahan-bahan makanan, baik sebelum, sedang dan sesudah bahan
makanan diolah, sehingga makanan yang dihasilkanpun adalah makanan yang aman,
bebas dari pencemaran dan bakteri atau lainnya yang mungkin bisa timbul dari rangkaian
kegiatan tersebut.

Hygiene perorangan mencakup semua segi kebersihan dari pribadi karyawan (penjamah
makanan) tersebut. Menjaga hygiene perorangan berarti menjaga kebiasaan hidup bersih
dan menjaga kebersihan seluruh anggota tubuh yang meliputi :

o Mandi dengan teratur, bersih dan sehat sebelum memasuki ruangan dapur

o mencucI tangan sebelum dan sesudah menjamah makanan

o kuku dipotong pendek dan tidak di cat(kutex),

o rambut pendek dan bersih (selalu memakai karpus (topi khusus juru masak atau
penutup kepala lainnya.

o wajah; tidak menggunakan kosmetik secara berlebihan

o hidung; tidak meraba-raba hidung sambil bekerja dan tidak menyeka wajah dengan
menggunakan tangan tetapi menggunakan sapu tangan,

o mulut; menjaga kebersihan mulut dan gigi, tidak merokok saat mengolah makanan,
jangan batuk menghadap makanan, tidak mencicipi makanan langsung dari alat memasak

o kaki; mempergunakan sepatu dengan ukuran yang sesuai, kaos kaki diganti setiap
hari, kuku jari harus dipotong pendek..

- hygiene makanan

Bahan makanan yang dipergunakan dalam pengelolaan makanan sebagian besar berupa
bahan makanan nabati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti sayur, buah. Sedang
bahan hewani berasal dari binatang seperti daging, unggas, ikan dan lain-lain. Bahan
makanan hewani lebih mudah busuk/rusak jika dibandingkan dengan bahan makanan
nabati. Namun demikian, dengan kemajuan teknologi saat ini, banyak ditemukan teknik
pengawetan bahan makanan sehingga dapat mempertahankan dan memperpannjang masa
penyimpanan bahan makanan tersebut. Penyimpanan bahan makanan dikelompokkan
berdasarkan ;

o Bahan tahan lama (Groceries)

§ Bahan tahan lama; beras, gula, bumbu kering, minyak goreng, dan makanan dalam
kaleng atau botol

o Bahan mudah rusak (Perishables)

§ Bahan ini sebagian besar terdiri dari bahan makanan segar dan mudah rusak
seperti : sayuran dan buah segar, telur , susu segar, daging dan unggas, ikan dan hasil laut
lainnya.

- sanitasi dan hygiene tempat kerja

Pakaian kerja harus dalam kondisi bersih dan rapi. Tidak menggunakan aksesoris secara
berlebihan dan menggunakan pengharum badan yang baunya tidak terlalu tajam dan
menyengat…saat akan menyajikan makanan, makanan terlebih dahulu kami periksa,
untuk menghindari adanya kotoran seperti debu atau rambut pada makanan.

- sanitasi dan hygiene barang dan peralatan

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa jika hygiene menitik beratkan pada kesehatan
dan kebersihan perorangan dan makanan, sedang sanitasi menitik beratkan pada peralatan
dan lingkungan kerja.

Setiap pelaksanaan suatu kegiatan pasti masih terdapat kekurangan. Hal ini juga ditemui
pada pengelolaan makanan di dapur hotel Yasmin Makassar ditinjau dari aspek sanitasi
dan hygiene, namun bukan sebagai hal yang sangat mempengaruhi kesehatan dan
keamanan makanan yang diolah.utamanya dari aspek hygiene karyawan. Biasa masih ada
karyawan yang tidak melengkapi pakaian kerjanya atau masih tidak sesuai dengan
kondisi lingkungan dapur, dan ini biasanya terjadi pada siswa-siswa praktek/magang.
Sepatu yang seharusnya digunakan adalah sepatu karet, tapi mereka umumnya
menggunakan sepatu kulit. Tapi selalu saya tegur supaya terhindar dari kecelakaan kerja
akibat lantai dapur yang licin

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penyajian data pada bab terdahulu, maka dapat simpulkan bahwa :

- Penerapan sanitasi hygiene pengelolaan makanan di hotel Yasmin Makassar pada


prinsipnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang tertuang dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang sanitasi hygiene pengelolaan makanan yang
diselenggarakan pada suatu institusi yang meliputi sanitasi lingkungan kerja dan hygiene
perorangan atau karyawan.

- Faktor pendukung terlaksananya penerapan sanitasi hygiene pengelolaan makanan


di hotel Yasmin Makassar dapat ditinjau dari lima komponen utama yaitu :

o Aspek prosedur pengadaan, penerimaan dan penyimpanan bahan makanan

o proses pengelolaan makanan,

o penyajian makanan

o perilaku petugas pengolah makanan

pembersihan dan penyimpanan peralatan, dan dilakukan secara baik. Sedangkan faktor
penghambat dalam penerapan sanitasi hygiene hotel Yasmin tidak terlalu berarti karena
hanya sebatas kebiasaan-kebiasaan yang tidak disenagaja yang dilakukan petugas
pengelola makanan, seperti karyawan melakukan hal-hal seperti menggaruk-garuk kepala
dan sebagainya, tepai hal ini bukanlah hal yang cukup menonjol dalam kegiatan
pengelolaan makanan di Hotel Yasmin Makassar, karena jika terjadi karyawan yang
bersangkutan akan diberikan teguran secara langsung.

3.2 Saran – saran

Hal yang perlu penulis ajukan sebagai saran pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

- Manajemen hotel lebih mengoptimalkan penerapan sanitasi dan hygiene tidak


hanya lingkup dapur hotel, tetapi pada unit-unir kerja lainnya sehingga derajat kesehatan
dan keamanan pengguna jasa produk hotel tercapai sebaik mungkin.

- Dapur dalam hal ini Cheff sebagai pimpinan unit kerja melakukan pengawasan dan
memberikan sanksi atau teguran kepada karyawan yang melakukan pelanggaran.
DAFTAR PUSTAKA

1. Astuti, Lilis Suryati. 2007. Prosedur Sanitasi dan Hygiene di Tempat kerja. Modul
Belajar. Jakarta: Dinas Pendidikan Menengah dan Tinggi DKI.
(www.gooole.com/depdiknas.id.com)
2. Bagus Putu Sudira. 1996. Tata Boga. Jakarta: Departememn Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan. Proyek Pendidikan Non Teknik II.
3. Syamsu Rijal. 2000. Peningkatan Sumber Daya Manusia Usaha Akomodasi dan
Restoran. Kerjasama Akademi Pariwisata Makassar dan Dinas Pariwisata
Kabupaten Selayar.
4. Spillane, J. James. 1994. Ekonomi Pariwisata. Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai