Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Aquabis ISSN :2301-5705

Universitas Muhammadiyah Gorontalo

SANITASI DAN HYGIENE PADA PROSES PEMBUATAN RAMBAK


IKAN BUNTAL PISANG (Tetraodon lunaris) DI UKM JAYA UTAMA
KECAMATAN MAYANGAN KOTA PROBOLINGGO JAWA TIMUR

Rahyuni Syamsudin Domili

Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Ilmu- Ilmu Pertanian,


Universitas Muhammadiyah Gorontalo
Email : youneerahyuni@gmail.com

Abstract
Sanitasi and hygiene condition of a food business determine the safety of the product. Sanitation is defined as
disease prevention efforts by eliminating the environmental factors associated with disease transfer chain. While
Hiygiene is the effort to control food-borne illnesses. The purpose of this study was to investigate the application
of sanitary and hiygiene on banana puffer fish rambak (Tetraodon lunaris) in UKM Jaya Utama Mayangan
Village Probolinggo, East Java. The method used in this research is a survey and deskriptif method, the
technique of primary data collection is done through observation, documentation, interviews using
questionnaires on sanitation and hygiene practices. The main raw material is the skin of banana puffer fish.
Aspects of sanitation and hygiene was observed include sanitation and hygiene of raw materials, sanitation and
hygiene of auxiliary materials, sanitation and hygiene water, sanitation and hygiene of workers, sanitation and
hygiene of processing and environmental rooms as well as sanitation and hygiene of end products.

Keywords: Sanitasi, Hygiene, banana puffer fish rambak

Abstrak
Kondisi sanitasi higiene suatu usaha pangan menentukan keamanan produk. Sanitasi diartikan sebagai usaha
pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan faktor- faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai
perpindahan penyakit. Sedangkan hygiene adalah usaha pengendalian penyakit yang ditularkan melalui
makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan praktek sanitasi dan hygiene pada usaha
pengolahan Rambak Ikan Buntal Pisang (tetraodon lunaris) di UKM Jaya Utama Kec. Mayangan Kota
Probolinggo Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Data diperoleh
melalui observasi, dokumtasi dan wawancara menggunakan daftar pertanyaan terhadap praktek sanitasi dan
hygiene. Bahan baku utama yang digunakan sebagai rambak adalah kulit ikan buntal pisang. Aspek sanitasi dan
hygiene yang diamati antara lain sanitasi dan hygiene bahan baku, sanitasi dan hygiene bahan tambahan, sanitasi
dan hygiene air, sanitasi dan hygiene pekerja, sanitasi dan hygiene ruang pengolahan dan lingkungan serta
sanitasi dan hygiene produk akhir.

Kata kunci: Sanitasi, hygiene, rambak ikan buntal

PENDAHULUAN Sukabumi, dan Tuban yang diolah menjadi


ikan asin (Rukiyah et al., 2010).
Di Indonesia, ikan buntal pisang
Salah satu produk olahan yang dapat
(Tetraodon lunaris) belum dioptimalkan secara
menggunakan bahan baku ikan buntal,
maksimal karena ikan ini dianggap sebagai
terutama kulitnya yaitu rambak. Rambak
ikan beracun yang mematikan, padahal di
berasal dari kulit yang dapat digunakan
perairan Indonesia ikan jenis ini cukup
sebagai bahan dalam pembuatan kerupuk kulit
berlimpah. Racun ikan buntal adalah
ikan harus dalam kondisi yang memenuhi
tetradotoksin yang terdapat di gonad, usus,
syarat baik dari segi kesegarannya,
hati, empedu, dan di bawah kulit. Dengan
ketebalannya, dan keuletannya. Adapun kulit
pengolahan yang tepat, daging ikan buntal
ikan mentah tersebut dapat diperoleh dalam
menjadi sangat komersial. Tiap tahun, Jepang
keadaan basah maupun kering (Indraswari,
mengonsumsi ikan buntal jenis Fugu sebanyak
2003).
20.000 ton. Di Indonesia, ikan buntal
dikonsumsi di daerah Pelabuhan Ratu,

Vuleme 7 Nomor 2 Desember 2017 1


Jurnal Aquabis ISSN :2301-5705
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

UKM Jaya Utama yang terletak di Kota pisang dari bahan baku kulit ikan buntal
Probolinggo merupakan salah satu UKM yang pisang. Metode yang digunakan dalam
mengolah berbagai macam produk olahan penelitian ini adalah metode deskriptif. Data
perikanan. Salah satunya rambak ikan buntal primer diperoleh dari pengamatan langsung di
ini. Selain rambak ikan buntal UKM ini juga lokasi penelitian, dan wawancara dari
memproduksi keripik tulang ikan, otak- otak, karyawan maupun pemilik perusahaan. Data
nugget ikan dan lain- lain. sekunder dapat diperoleh dari dokumentasi,
Salah satu faktor penting yang pustaka dan arsip dari unit usaha perikanan
mendukung terciptanya keamanan pangan yaitu pembuatan rambak ikan buntal pisang
adalah kondisi sanitasi dan higiene pengolahan tersebut. Analisis data pada penelitian ini
pangan. Praktek sanitasi higiene pengolahan dilakukan secara kualitatif dan bersifat
pangan yang kurang baik dapat menimbulkan deskripstif.
hal-hal yang merugikan konsumen, seperti
keracunan makanan maupun penyakit yang
ditularkan melalui makanan. Kasus keracunan HASIL DAN PEMBAHASAN
pangan yang dilaporkan selama tahun 2004
Proses Pembuatan Rambak Ikan Buntal
berjumlah 7.347 kasus di 25 propinsi dan 45
Pisang
orang di antaranya meninggal (BPOM-RI,
2005). Ditinjau dari sumber pangannya, maka Proses pembuatan rambak ikan buntal
penyebab keracunan pangan dari masakan merupakan serangkaian kegiatan penanganan
rumah tangga sebanyak 47,1%, industri jasa yang dilakukan manusia dari bahan baku
boga 22,2%, dan makanan jajanan sebanyak sampai menjadi suatu produk akhir yang siap
14,4%. Hal ini mengindikasikan bahwa dikonsumsi oleh manusia. Dalam pengolahan
kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan tahap kegiatannya dapat berupa penanganan
higiene pengolahan pangan skala rumah tangga awal, pengulitan, pencucian, penyimpanan
masih rendah. dalam freezer box, perendaman dalam larutan
Penerapan sanitasi higiene pada usaha bumbu, penjemuran, penghalusan duri dan
pangan skala kecil atau rumah tangga di pemotongan, penggorengan dan pengemasan.
Indonesia umumnya masih jauh dari standar Diagram pembuatan rambak dapat dilihat pada
yang ditetapkan. Sanitation Standard Gambar 1.
Operating Procedures (SSOP) merupakan
suatu prosedur untuk memelihara konsisi Sanitasi Dan Hygiene
sanitasi yang umumnya berhubungan dengan Sanitasi dan higiene merupakan salah
seluruh fasilitas produksi atau area perusahaan satu cara atau prosedur dalam suatu unit
dan tidak terbatas pada tahapan tertentu. pengolah ikan yang dapat menghasilkan
Sanitasi merupakan cara pencegahan penyakit produk yang aman dikonsumsi, karena
dengan mengatur atau menghilangkan faktor- sanitasi higiene merupakan standar
faktor lingkungan yang saling terkait dalam kebersihan dan kesehatan yang harus dipenuhi
rantai perpindahan penyakit tersebut. Oleh agar dapat mencegah terjadinya kerusakan
sebab itu peneliti ingin mengetahui penerapan pada ikan tersebut dan akan menghasilkan
aspek sanitasi dan hygiene di rambak ikan mutu yang di inginkan (Lobura, 2010).
buntal di UKM Jaya Utama.
Hasil kajian diharapkan sebagai bahan Sanitasi dan Hygiene Bahan Baku
sosialisasi dan pembinaan tentang cara
pengolahan pangan yang baik dan benar untuk Bahan baku yang digunakan dalam
produsen/pekerja pengolahan ikan khuhusnya proses pembuatan rambak ikan buntal pisang
rambak ikan buntal dalam upaya meningkatkan yaitu ikan buntal pisang, secara umum belum
kualitas produk olahan ikan. ditangani dengan baik sesuai dengan standar
sanitasi dan hygiene. Terbukti dari informasi
METODE PENELITIAN diketahui ikan buntal pisang yang diangkut
dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dibawa
Penelitian ini dilaksanakan di UKM menggunakan mobil pick up dengan
Utama Jaya Utama Kecamatan Mayangan menggunakan bak terbuka. Penggunaan bak
Kota Probolinggo Jawa Timur pada bulan terbuka tanpa tutup ini bisa menyebabkan debu
Maret hingga April 2012. Obyek penelitian ini dan kotoran mengkontaminasi bahan baku.
berupa industri rumah tangga rambak buntal

2 Vuleme 7 Nomor 2 Desember 2017


Jurnal Aquabis ISSN :2301-5705
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

*Catatan : Angka- angka dihitung berdasarkan konversi dari 1 ekor ikan.

Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan rambak ikan buntal pisang

Ditinjau dari sanitasi dan hygiene bahan Bahan-bahan tersebut hanya diletakkan pada
yaitu ikan buntal cukup baik. Ikan yang wadah-wadah plastik dalam keadaan tertutup.
diambil dari TPI masih dalam keadaan segar. Sehingga mengurangi terjadinya kontaminasi
Ikan yang segar menghasilkan kulit ikan buntal dengan komponen lain dari luar.
yang berkualitas baik. Menurut Lobura (2010),
bahan baku merupakan faktor penting dalam Sanitasi dan Hygiene Air
menentukan produk akhir kerena mutu produk Air yang digunakan di UKM Jaya
akhir ditentukan pula oleh mutu bahan baku Utama sudah cukup bagus dan sesuai standar.
yang digunakan. Bahan baku yang masuk Hal tersebut dikarenakan air yang berasal dari
kebagian produksi diteliti mutunya. pompa cukup memenuhi standart air untuk
Pengawasan mutu yang dilakukan melalui minum atau juga pengolahan bahan pangan.
pengawasan organoleptik, meliputi warna, Purnawijayanti (2001) berpendapat bahwa
insang berwarna merah cerah, kulit masih syarat air yang digunakan dalam pengolahan
elastis dan bau masih segar. Dalam proses makanan antara lain: bebas dari bakteri
penyiangan dan pengolahan bahan baku mulai berbahaya serta bebas dari ketidakmurnian
insang, isi perut dan lendir yang menjadi kimiawi, bersih dan jernih, tidak berwarna dan
sumber kontaminan dalam proses penyiangan tidak berbau, dan tidak mengandung bahan
semua itu dihilangkan dan diletakkan ke dalam tersuspensi.
keranjang plastik kemudian dicuci bersih.
Namun penentuan kualitas bahan baku yang Sanitasi dan Hygiene Pekerja
akan diolah tidak ada standar secara pasti. Pada unit usaha pengolahan rambak
Semua ikan buntal pisang segar yang didapat ikan buntal pisang ini dikerjakan oleh 7 orang
langsung dilakukan proses pengulitan. tenaga kerja. Ditinjau dari sanitasi dan
hygiene pekerja nampaknya masih kurang
Sanitasi dan Hygiene Bahan Tambahan memperhatikan kebersihan terhadap produk
Ditinjau dari segi sanitasinya, bahan- yang ditangani. Menurut Budiyono et al.,
bahan tambahan dalam produk rambak ikan (2009), tingkat pengetahuan sanitasi higiene
buntal pisang tersebut sudah cukup baik. pengolah pangan skala kecil di Indonesia

Vuleme 7 Nomor 2 Desember 2017 3


Jurnal Aquabis ISSN :2301-5705
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

adalah rendah, ditambahkan oleh Djarismawati (2004), kondisi udara di daerah persiapan
et al., (2004), kondisi sanitasi higiene yang makanan tergantung banyak faktor yaitu
buruk tidak selalu berhubungan dengan tingkat adanya debu, tetesan air dan pergerakan udara
pengetahuan sanitasi higiene pengolah pangan yang terbawa oleh gerak angin dari ventilasi
yang kurang memadai. atau manusia yang bergerak. Tetesan air dari
Dari pengamatan tidak ada pekerja yang orang yang berbicara, batuk dan bersin dapat
menggunakan baju khusus atau celemek untuk member mikroba dalam udara.
bekerja saat mengolah rambak ikan buntal. Hal Sementara sanitasi bangunan dan lantai
ini disebabkan pengolahan rambak ikan buntal ruang produksi serta efektivitas bangunan
ini dilakukan secara sederhana dan tradisional sudah cukup baik. Dinding bangunan sudah
sehingga mereka menganggap lebih praktis terbuat dari tembok. Lantainya sudah
menggunakan baju yang dipakai sehari- hari. dikeramik, yang dikontruksi mudah
Para pekerja belum menggunakan penutup dibersihkan.
kepala saat mengolah, beberapa pekerja laki- Berdasarkan pengamatan Letak lokasi
laki menggunakan topi sedangkan pekerja UKM Jaya Utama berada dekat dari
perempuan menggunakan jilbab. perkampungan penduduk, lingkungan kurang
Mencuci tangan dengan sabun sebelum bersih, dan berada pada daerah yang dekat dari
melakukan kontak langsung dengan bahan pencemaran seperti yang berasal dari sumber
baku sangat penting, sebagian pekerja ada sampah, rawa, pemukiman padat dan sistem
yang mencuci tangan sebelum menyentuh saluran air yang tidak baik.
bahan baku dan sebagian pekerja tidak
mencuci tangan. Menurut Shojaei et al., Sanitasi dan Hygiene Produk Akhir
(2006), mencuci tangan dengan sabun terbukti Pada produk akhir pengolahan rambak
dapat mengurangi frekuensi kontaminasi ikan buntal pisang, sanitasi dan hygienitas
mikroba pada tangan pengolah pangan di Iran produk dirasa cukup. Hal tersebut dibuktikan
dari 109 (72,8%) menjadi 48 orang (32%). dengan adanya perlakuan akhir produksi dan
Dari hasil wawancara ada sebagian pekerja pengemasan yang terencana. Setelah rambak
yang sudah mengetahui pentingnya mencuci ikan buntal pisang digoreng, dilakukan proses
tangan sedangkan sebagian lagi kurang pendinginan. Setelah dingin baru langsung
memperhatikan pentingnya mencuci tangan dikemas. Hal tersebut bertujuan agar uap
sebelum bekerja karena beranggapan tangan panasnya hilang sehingga kadar air produk
mereka tidak terkontaminasi atau sudah benar-benar turun serta jika produk dikemas
mencuci tangan sebelum berangkat dari rumah agar tidak berkeringat dan menimbulkan
mereka. menurunnya daya simpan. Kemasan yang
Kondisi tempat yang sempit dan suasana digunakan cukup aseptis yaitu menggunakan
yang panas menyebabkan pekerja banyak plastik PP yang diseal dengan mesin.
mengeluarkan keringat sehingga kemungkinan
besar produk terkontaminasi oleh kotoran yang
berasal dari pekerja. Dari pengamatan ada KESIMPULAN
pekerja yang menggunakan sarung tangan kain
Berdasarkan hasil penelitian aspek
akan tetapi sarung tangan tersebut terlihat
sanitasi dan hygiene yang dilaksanakan di
kotor dan sering dipakai berulang, sehingga
Mayangan Kota Probolinggo, tentang proses
menyebabkan kontaminasi silang pada proses
pembuatan rambak ikan buntal pisang
pengolahan rambak ikan buntal.
diperoleh; 1) bahan baku utama yang
digunakan sebagai rambak adalah kulit ikan
Sanitasi dan Hygiene Ruang Pengolahan
buntal pisang. 2) tahapan pada proses
dan Lingkungan
pembuatan rambak ikan buntal pisang adalah
Sanitasi udara pada ruang produksi
penanganan awal, pengulitan, pencucian,
pembuatan rambak ikan buntal pisang UKM
penyimpanan dalam freezer box, perendaman
Jaya Utama cukup memenuhi syarat Ditinjau
dalam larutan bumbu, penjemuran,
dari sirkulasi udara di dalam ruang produksi
penghalusan duri dan pemotongan,
sudah lancar. Hal ini dikarenakan ventilasi di
penggorengan dan pengemasan. Sacara umum,
dalam ruang produksi sudah berfungsi dengan
sanitasi dan hygiene diusaha pembuatan
baik, sehingga udara didalam dapat cepat
rambak buntal pisang ini belum memenuhi
berganti namun terhindar dari debu dan
syarat, terutama untuk peralatan dan
kotoran dari luar ruangan. Menurut Sari

4 Vuleme 7 Nomor 2 Desember 2017


Jurnal Aquabis ISSN :2301-5705
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

lingkungan. Sebelum digunakan dalam proses Nurjanah, R. Nitibaskara, dan E Madiah. 2005.
produksi, peralatan terlebih dahulu dicuci Pengaruh Penambahan Bahan Pengikat
bersih. Saran yang dapat saya berikan pada Terhadap Karakteristik Fisik Otak-Otak
UKM Jaya Utama yakni; 1) perlu ditingkatan Ikan Sapu-Sapu (Liposarcus pardalis).
lagi aspek kualitas dari produk sehingga Buletin Teknologi Hasil Perikanan. Vol
produk yang dihasilkan lebih enak dan VIII Nomor 1 Tahun 2005. Halaman 1-
berkualitas. 2) alur produksi diperbaiki dan 10. Peranginangin, R., S. T, S., dan T.
fasilitas-fasilitas produksi yang tidak dapat M. 1995. Pengaruh Jenis dan
dipakai sebaiknya dilakukan perbaikan agar Konsentrasi Daging Ikan Terhadap
proses produksi dapat berjalan lebih lancar. 3) Pengembangan Volumetrik, Kerenyahan
sebaiknya sanitasi pekerja harus diperhatikan dan rasa Kerupuk. Jurnal Penelitian
mulai dari kesehatan, kebersihan dan lain Fakultas Perikanan. Universitas
sebagainya. Brawijaya. Malang.12 halaman.

Purnawijayanti, H. A. 2000. Sanitasi Hygiene


DAFTAR PUSTAKA dan Keselamatan Kerja dalam
Pengolahan Makanan. Kanisius.
Budiyono, Junaedi H, Isnawati, Wahyuningsih
Yogyakarta. 105 halaman.
T. 2009. Tingkat pengetahuan dan
praktik penjamah makanan tentang
Rukiyah I, Steven, Vini O, Wulan D, Dan
hygiene dan sanitasi makanan pada
Zahidah. 2010. Karakteristik Morfologi
warung makan di Tembalang Kota
Tingkat Kemunduran Mutu Dan Analisis
Semarang tahun 2008. Jurnal Promosi
Kadar Protein Ikan Buntal Pisang
Kesehatan Indonesia 4(1): 50-60.
(Tetraodon Lunaris). Artikel.
Departemen Teknologi Hasil Perairan
Djarismawati B, Sukana, Sugiharti. 2004.
Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan,
Pengetahuan dan perilaku penjamah
Institut Pertanian Bogor. 2 halaman.
tentang sanitasi pengolahan makanan
pada instalasi gizi rumah sakit di
Sari, P. 2004. Sanitasi dan Hygiene Dalam
Jakarta. Media Litbang Kesehatan
Industri Pangan. Fakultas Teknologi
14(3): 31-37.
Pertanian. Universitas Jember. Jember.
Hal 1, 35 dan 108.
Indraswari, C. S.E. 2003. Teknologi
Pengolahan Pangan: Rambak Kulit Ikan.
Shojaei H, Shooshtaripoor J, Amiri M. 2006.
Kanisius. Yogyakarta. 97 halaman.
Efficacy of simple hand-washing in
reduction of microbial hand
Lobura, P. 2010. Pengawasan Mutu Pada
contamination of Iranian food handlers.
Proses Pembekuan Fillet Tuna (Thunnus
Food Research International 39: 525-52
Sp) Bentuk Saku di PT. Tridaya
Eramina Bahari Jakarta Utara. Karya
Suryani, D. A. 2007. Kualitas Kerupuk
Ilmiah. Karya ilmiah praktek akhir.
Rambak Kulit Kambing Peranakan
Jurusan teknologi halsil perikanan.
Etawah (Pe) Dan Peranakan Boer (Pb)
Kementrian Kelautan Dan Perikanan
Ditinjau Dari Kadar Air, Daya
Badan Pengembangan Sdm Kelautan
Kembang, Rasa Dan Kerenyahan.
Dan Perikanan Akademi Perikanan
Laporan Skipsi. Program Studi
Sidoarjo. 79 halaman.
Teknologi Hasil Ternak, Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya,
Malang. 75 halaman.

Vuleme 7 Nomor 2 Desember 2017 5

Anda mungkin juga menyukai