Disusun Oleh:
Kelompok 4/Tingkat IIIB
Dwi Aninda K.W
1003000057
Hestina Indriana
1003000065
1003000069
1003000086
Rr. Aisyah
1003000094
Sofyan Wahyu
1003000101
Yuriz Dian
1003000108
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Seto agung (2001), masalah keamanan pangan (food safety) masih merupakan
topik hangat didunia yang selalu dibicarakan pada setiap pertemuan pangan internasional.
Laporan dari berbagai negara menunjukan bahwa kasus keracunan dan penyakit melalui
makanan masih selalu terjadi di berbagai Negara. WHO (1993) melaporkan bahwa sekitar 70 %
dari penyakit diare yang terjadi di negara-negara yang sedang berkembang disebabkan oleh
konsumsi makanan yang tercemar.
Secara umum terdapat 4 masalah utama keamanan pangan di Indonesia yaitu masih banyak
ditemukan pangan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan, banyak ditemukan kasus
penyakit dan keracunan pangan yang belum dilaporkan, Masih rendahnya tanggung jawab dan
kesadaran
produsen
serta
distributor
tentang
keamanan
pangan
yang
informasi yang jelas tentang isi produk sebenarnya, pembuatan, penanganan dan cara
menggunakan produk yang benar. Keinginan tim marketing untuk menyampaikan pesan
komersial seharusnya diimbangi dengan oleh tim pengembang produk dalam kaitannya untuk
memberikan informasi tentang keuntungan yang bakal diperoleh konsumen.
Komponen label yang tidak lengkap juga merupakan masalah yang sangat umum. Makanan
yang diproduksi industri kecil sampai menengah umumnya hanya mencantumkan nama
perusahaan dan kotanya saja, tanpa alamat yang jelas. Lebih parah lagi jika produsen tidak
menuliskan komposisi atau bahan-bahan penyusun produk tersebut. Sedapat mungkin hindari
membeli hindari membeli produk seperti itu.
Makanan dan minuman yang tidak dikelola dengan baik akan menjadi media yang sangat
efektif dalam penularan penyakit bawaan makanan (Food Borne Diseases). Terjadinya peristiwa
keracunan dan penularan penyakit akut yang sering membawa kematian banyak bersumber dari
makanan yang berasal dari tempat pengolahan makanan (TPM) khususnya jasaboga, rumah
makan dan makanan jajanan yang pengelolaannya tidak memenuhi syarat kesehatan atau sanitasi
lingkungan.
Faktor lain adalah harga zat pewarna untuk tekstil yang jauh lebih murah dibanding harga zat
pewarna makanan.
Harga zat pewarna makanan memang relatif lebih tinggi karena bea
masuknya jauh lebih tinggi dari pada bea masuk zat pewarna nonpangan (Pikiran Rakyat, 2004).
Data Badan POM tahun 2010 menunjukkan adanya jajanan yang tidak memenuhi syarat dengan
ditemukannya dari 2.984 sampel yang diuji, 45% diantaranya tidak memenuhi syarat karena
mengandung BTP yang dilarang seperti boraks, formalin, rhodamin B, methanil yellow atau BTP
yang diperbolehkan seperti benzoat, sakarin, dan siklamat namun penggunaannya melebihi batas,
serta ada yang tidak memenuhi uji cemaran mikroba karena mengandung Escherichia col.
Melihat kenyataan tersebut, perlu adanya analisis tentang label, mutu organoleptik dan mutu
mikrobiologis beberapa produk yang umum digunakan masyarakat. Baik produk bernilai
ekonomis rendah maupun tinggi. Sehingga konsumen tidak dirugikan.
Dalam praktikum ini akan dibandingkan antara 2 merk dalam 1 produk yang memiliki
perbedaan tentang harga dan merek dagang. Dalam masyarakat ada dua sisi yang menunjukkan
bahwa sebagian memilih merek dagang yang sudah terkenal namun belum tentu terjamin
kualitasnya termasuk rasanya. Disamping itu masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi yang
kurang, akan memilih merk dagang yang memiliki harga murah karena ingin mencukupi tingkat
konsumsi protein dan juga ingin meningkatkan disversifikasi konsumsi protein. Sehingga bagian
masyarakat tersebut akan memilih merek dagang yang harganya murah.
1.2 Tujuan
a. Umum
Menganalisis keamanan pangan, mutu organoleptik dan mutu mikrobiologi pada produk
olahan daging dan makanan kaleng komersil
b. Khusus
Mengetahui kebenaran penggunaan label
Mengetahui mutu organoleptik pada kedua jenis produk
Mengetahui mutu mikrobiologis pada kedua jenis produk
1.3 Manfaat
Untuk mengetahui kebenaran label suatu produk
BAB II
BAHAN dan METODE PRAKTIKUM
2.1 Analisis Labeling
2.1.1 Bahan
2.1.2 Metode
1. Lihat label pada kemasan, dan lakukan penilaian label sesuai dengan format tabel yang
tersedia.
2. Minimal persyaratan permenkes RI No. 79 tentang UU Pelabelan suatu produk harus
mencantumkan minimal 5 point pelabelan meliputi :
Nama makanan / merk dagang
Komposisi
Isi neto
Nama dan alamt pabrik / importir
Nomor pendaftaran
Kode produksi
Tanggal kadaluarsa
Petunjuk dan cara penyimpanan
Petunjuk dan cara penggunaamn
Nilai gizi
Tulisan / pernyataan khusus
Namun ada pula produk tertentu yang wajib mencantumkan lebih dari
Point diatas, misalnya kode produksi wajib dimiliki oleh produk :
Susu pasteurisasi
Susu steril
Susu fermentasi
Susu bubuk
Makanan / minuman yang mengandung susu
Makanan bayi
Makanan kalengan yang steril komersial
Daging dan hasil olahannya
3. Analisislah tiap point pelabelan pada produk yang tersedia di hadapan anda dan
bandingkan dengan SNI masing masing produk !! LAKUKAN DOKUMENTASI.
4. Analisis pula cara produsen mempromosikan produk (iklan/gambar) pada kemasan
produk.
5. Catatlah hasil
2.2 Uji Mutu Mikrobiologis
1. Bahan
a.
b.
c.
Alkohol 70%
2. Alat
Sendok 1 buah
Penangas spirtus
Korek
Penjapit 1 buah
Inkubator 370C
Lab
Tisu
Label
A. Cara kerja
1.
Alir Kerja
Menghaluskan masing-masing sampel sebanyak 5 gram
Memasukkan ke dalam 45 ml aquades steril
Mengambil 1 ml larutan sampel dengan menggunakan pipet steril (10-1)
Tutup plastik pada petrifilm, tekan menggunakan alat penekan petrifilm, tekan hingga sampel
merata
Inkubasi dalam inkubator selama 24 - 48 jam
Dari pengenceran 10-4 ambil 0,1ml (2-3 tetes), teteskan pada petrifilm
Tutup plastik pada petrifilm, tekan menggunakan alat penekan petrifilm, tekan hingga sampel
merata
Inkubasi dalam inkubator selama 24 - 48 jam
Gambar 5. Diagram Alir Pemupukan Sampel
C. Uji Mutu Kimia
1. Identifikasi Pewarna Tekstil
a. Bahan
b. Alat
c.
Mortar 1 buah
Cara kerja
Timbang 1 gram sampel
Masukkan kue agar kedalam tabung reaksi / gelas trasparan
Tambahkan 5 tetes larutan reagent pengestrak I (amonia pekat)
Tambahkan 3 ml larutan reagent pengestrak II (petrolium), tutup tabung reaksi dengan jari, dan
kocok kuat-kuat dengan jari selama 5 menit
Diamkan 5 menit, sampai terjadi pemisahan cairan
Tuangkan cairan lapisan atas pada tabung rekasi / gelas trasparan yang lain
Tambahkan 5 ml reagent penimbul warna (CMR), kocok selama 3-5 menit
Diamkan dan amati
Awati endapan pada dasar tabung reaksi, jika terjadi perubahan warna pada dasar sampel yang
diuji maka sampel positif mengandung pewarna tekstil
Gambar 2. Diagram Alir Penentuan Zat Pewarna pada olahan ikan
2. Uji Formalin
a. Bahan
b.
Reagent FMR
Alat
Mortar 1 buah
Cawan petri
Tabung reaksi 2 buah
c. Cara kerja
Ambil sampel, haluskan
Masukkan 2-3 garm bahan yang telah dihaluskan ke dalam tabung reaksi
Tambahkan reagent FMR 5 ml (hingga sebagian besar bahan tenggelam)
tutup mulut tabung reaksi, kocok cepat selama 5 menit. Biarkan selama 3-5 menit
amati perubahan yang terjadi, jika terjadi perubahan warna merah muda kebiru-biruan maka
positif mengandung formalin
Gambar 3. Diagram Alir Penentuan Kandungan Boraks pada olahan ikan
BAB III
HASIL dan PEMBAHASAN
3.1 Analisa Kesesuaian Persyaratan Label pada Produk Olahan Daging dan Makanan
Kalengan
Tabel 1. Persyaratan label pada produk olahan daging dan kalengan
Ayam
ABC
Brand
Mackerel
penyimpanan
Petunjuk dan cara
penggunaan
Nilai gizi
Tulisan atau pernyataan
LABEL
Bernardi
So Good
Nama produk
Komposisi
Isi netto
Nama dan alamat
pabrik/ importir
Nomor pendaftaran
Kode produksi
Tanggal kadaluarsa
Petunjuk dan cara
khusus
Tabel 1. Menunjukkan bahwa sebagian besar produk olahan daging dan makanan kaleng
memenuhi sebelas persyaratan label. Sebagian besar produk diatas tidak memiliki klaim tertentu.
Petunjuk ini sangat penting karena memberi informasi pada konsumen untuk berhati-hati jika
kondisi kemasan maupun isi tidak layak untuk dikonsumsi.
Tabel 2. Nama dan Alamat Importir pada Produk ikan dan olahan
Produk ikan dan
olahan
Ayam Brand
Mackerel in
tomato sauce
ABC Mackerel
dalam saus tomat
Informasi
Nama dan Alamat Importir
Mafipro SDN BHD
34600 Taiping Malaysia
Di import oleh PT FARETINA
Jakarta 13440 Indonesia
PT Blambangan Foodpackers Indonesia, Banyuwangi
68472, Indonesia
Untuk PT. Heinz ABC Indonesia Jakarta, 11710 Indonesia
Informasi
Nama dan Alamat Importir
PO BOX 4608/JKT -10001ELODA MITRA
Sidoarjo, 61252, Indonesia
PT So Good Manufacturing, Tangerang 15710
Indonesia
Bakso Ikan So
Good
Tabel 2. menunjukkan tentang nama dan alamat importir produk ikan dan olahannya.
Semua produk sudah mencantumkan alamat importir, tetapi masih belum lengkap dan jelas
alamat yang tertera di bungkus produk. Untuk melihat kredibelitas produsen, lihatlah identitas
yang dicantumkan label. Identitas yang jelas meliputi nama perusahaan dan alamat kontak.
Perusahaan yang bonafid kadang melengkapinya dengan nomor telepon layanan konsumen yang
kadang bebas pulsa, situs internet dan alamat kontak email.
saus tomat
Bakso Ikan Bernardi
220
340
saus tomat
Bakso Ikan Bernardi
Untuk makanan padat, semi padat atau cair lihat angka yang dicantumkan pada netto,
berat bersih, net weight, atau isi bersih. Angka yang ditulis setelah label tersebut
BPOM
RI ML 517101008115
in tomato sauce
ABC Mackerel dalam
RI MD 517113061057
saus tomat
Bakso Ikan Bernardi
Bakso Ikan So Good
RI MD : 243213001820
RI MD : 217910051414
Tabel 5 menunjukkan bahwa bakso ikan dan sarden memiliki no. Pendaftaran. No. Tersebut
dikeluarkan oleh BPOM dan Kementerian Kesehatan. BPOM memberikan izin edar terhadap
makanan yang diproduksi oleh industri besar. Sedangkan KEMENKES menangani izin edar
makanan yang diproduksi oleh usaha kecil menengah (UKM).
Keterangan kode dalam no. Pendaftaran adalah :
MD = untuk makanana dalam negeri
ML = untuk makanan luar negeri/ import
Kode produksi
MFG 2011-10-29 MFP 12
MKT 16:09
J38F
B.02
125.12
Tanggal Kadaluarsa
MFG 2011-10-29 MFP 12
Ayam Brand Mackerel
MKT 16:09
in tomato sauce
ABC Mackerel dalam
saus tomat
Bakso Ikan Bernardi
Bakso Ikan So Good
04-06-2014
06-06-2013
04.05.2013
Tabel 7 menunjukkan tanggal kadaluarsa produk/ masa simpan dan penggunaan produk
makanan. Produk yang ditangani atau disimpan sesuai petunjuk label, misalnya simpan ditempat
yang sejuk dan kering, dapat digunakan sampai batas waktu yang ditunjukan pada tanggal
kadaluarsanya. Dipasaran terdapat beberapa variasi penulisan masa kadaluarsa. Diantaranya
adalah ditulis setelah kata atau frase : Exp, Exp. Date, Best Before, atau kadaluarsa. Versi lain
yang digunakan untuk makanan import adalah Use by dan ada juga Display until. Menurut
peraturan pemerintah RI No. 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan, penulisan tanggal
kadaluarsa yang benar adalah setelah kata baik digunakan sebelum.
Untuk Ayam Brand Mackerel in tomato sauce yang merupakan makanan import memiliki
penulisan tanggal kadaluarsa yang sedikit berbeda. Untuk mengenali bahwa suatu produk
merupakan makanan import atau bukan lihat keterangan dalam label. Makanan import dapat
dikenali dengan adanya identitas importer pada label. Label makanan importir ditulis dalam
bahasa dimana makanan tersebut berasal. Jangan membeli makanan import yang tidak ada
identitas importirnya, karena bila terjadi penyimpangan mutu akan sangat sulit untuk
mengajukan klaim. Masa kadaluwarsa pada makanan import ditulis dengan cara yang sedikit
berbeda, antara lain dengan use, by, best before, dan display until
Informasi
dan Olahannya
Ayam Brand
Mackerel in
Tidak ada
tomato sauce
ABC Mackerel
dalam saus
Tidak ada
tomat
Bakso Ikan
Bernardi
Bakso Ikan So
Good
Tabel 8 menunjukkan petunjuk cara penyimpanan produk ikan dan olahannya. Tidak
semua produk mencantumkan petunjuk cara penyimpannya dalam kemasan. Diantaranya produk
Ayam Brand Mackerel in tomato sauce dan ABC Mackerel dalam saus tomat. Petunjuk cara
penyimpanan penting untuk dicantumkan di label karena memberikan petunjuk kepada
konsumen agar menyimpan produk
Informasi
Olahannya
Ayam Brand
Mackerel in
Tidak ada
tomato sauce
ABC Mackerel
Bakso Ikan
Bernardi
Bakso Ikan So
Good
Tabel 9 menunjukkan petunjuk cara penggunaan pada beberapa produk ikan dan
olahannya. Tidak Semua produk ikan dan olahannya mencantumkan cara penggunaan. Salah
satunya Ayam Brand Mackerel in tomato sauce. Petunjuk cara penggunaan penting agar
konsumen tidak salah mengolah. Apabila konsumen salah dalam mengolah dikhawatirkan
kandungan gizi dalam produk tidak sesuai dengan label/ diharapkan.
Klaim Gizi
Ayam Brand
Mackerel in
tomato sauce
Mengandung
ABC Mackerel -omega 3 (700 mg/saji)
dalam saus
tomat
Bakso Ikan
Bernardi
Bakso Ikan So
Good
Tabel 10 menunjukkan hanya 1 produk ikan dan olahannya yang memiliki klaim produk.
Klaim tersebut memang sesuai karena kandungan bahan dalam produk tersebut adalah ikan tuna.
Ikan tuna kaya akan omega 3 dan 6.
Syarat mutu bakso ikan (SNI 01-3819-1995)
No. Kriteria Uji Satuan Persyaratan
Keadaan
o Bau - Normal, khas ikan
o Rasa - Gurih
o Warna - Normal
o Tekstur - Kenyal
Air %b/b Maks 80,0
Abu %b/b Maks 3,0
Protein %b/b Min 9,0
Lemak - Maks 1,0
Boraks - Tidak boleh ada
Sumber : BSN (1995a)
Berdasarkan SNI, Bakso Ikan Bernardi dan Bakso Ikan So Good belum memenuhi
standart. Bakso ikan Bernardi tidak mencantumkan kandungan gizi sehingga tidak diketahui
apakah produk tersebut aman dikonsumsi. Sedangkan untuk bakso ikan so good, mencantumkan
kandungan gizi namun ada yang tidak sesuai seperti kandungan lemak. SNI mensyaratkan untuk
kandungan lemak bakso ikan maks 1 % namun bakso so good mengandung 8% lemak.
Kandungan protein so good telah sesuai SNI yaitu min 9 % ( 23%)
Berdasarkan codex, produk olahan ikan dalam kemasan kaleng masih belum memenuhi
standart. Seperti penulisan produk/ label yaitu codex menyatakan nama produk pada label harus
"tuna" atau "bonito", dan bisa didahului atau diikuti dengan nama umum atau biasa dari spesies,
baik sesuai dengan hukum dan kebiasaan negara di mana produk yang dijual, dan dengan cara
yang tidak menyesatkan konsumen.
Nama produk dapat memenuhi syarat atau disertai dengan deskriptif jangka warna
produk, asalkan istilah "putih" harus digunakan hanya untuk Thunnus alalunga dan istilah
"cahaya" "gelap" dan "campuran "harus digunakan hanya sesuai dengan aturan dari negara di
mana produk tersebut dijual.
3.2
Mutu Organoleptik
Berikut ini adalah mutu organoleptik terhadap kedua jenis produk yaitu sarden dan bakso.
Tabel 11. Mutu organoleptik produk bakso dan sarden
Nama Produk
Bakso ikan Bernardi
Warna
Putih pucat
Aroma
Khas ikan
Rasa
Ikan
Tekstur
Kenyal
Putih keabuan
Merah
Khas ikan
Khas ikan
Ikan
Kenyal
Asam, gurih Lembut
Merah
Khas ikan
Produk bakso :
Dari hasil uji organoleptik, tidak ada perbedaan antara produk bakso yaitu Bakso ikan
Bernardi dan Bakso ikan So Good. Hanya saja dari segi warna antara kedua produk
menunjukan perbedaan. Pada bakso ikan Bernardi mempunyai warna putih pucat, hal ini
disebabkan karena komposisi bahan dari bakso ikan Bernardi dengan bakso ikan So Good.
Produk Sarden :
Dari hasil uji organoleptik, tidak ada perbedaan antara sarden ikan ABC dengan sarden
ikan Ayam Brand.
: 220 gram
: 205 gram
: 341,7 gram
: 120,3 gram
2. UJI BORAK
a. Ayam Brand
:b. Sarden Mackerel : 3. UJI PEWARNA (CMR)
a. Ayam Brand
:b. Sarden Mackerel : 4. UJI FORMALIN
a. Ayam Brand
: ++
b. Sarden Mackerel : +++
5. UJI LAB
Tabel 12. Mutu mikrobiologis produk sarden ABC mackerel
No
Nama
Bahan
1.
Sarden
Pengenceran
10
-2
Jumlah
Hasil
Perhitungan
koloni
perhitungan
berdasarkan
TBUD
SPC
5,64 x105
13
Keterangan
Hasil
2.
Mackerel
Sarden
10-2
perbandingan
TBUD
3.
Mackerel
Sarden
10-3
272
4.
Mackerel
Sarden
10-3
154
5.
Mackerel
Sarden
10-4
63
6.
Mackerel
Sarden
10-4
120
2,13 x 10
pengenceran
9,15 x105
Mackerel
Berdasarkan hasil perhitungan, menunjukkan bahwa jumlah koloni dalam Sarden
Mackerel sebesar 2,13 x 105
cemaran mikroba dalam pangan produk makanan berupa ikan dan produk perikanan awet
meliputi ikan dan produk perikanan yang dikalengkan atau difermentasi termasuk moluska,
krustase dan ekinodermata mensyaratkan :
Tabel 13. Tabel SNI 7388-2009 tentang cemaran mikroba
ALT aerob termofilik (300C, 72 jam )
ALT anaerob ( 300C, 72 jam)
Clostridium sp
Sehingga apabila hasil uji mikrobiologi sarden mackerel 2,13 x 105 telah melebihi batas ambang
aman mikroba dalam makanan sesuai yang distandartkan SNI.
Tabel 14. Mutu mikrobiologis produk sarden Ayam Brand
No
Nama
Bahan
Pengenceran
-2
10
Jumlah
Hasil
Perhitungan
koloni
perhitungan
berdasarkan
1.
Ayam
2.
Brand
Ayam
10
34
3.
Brand
Ayam
10-3
212
4.
Brand
Ayam
10-3
TBUD
SPC
1,1 X 106
Keterangan
Pengenceran yg
pertama
-2
(10-1)
tidak memenuhi
TBUD
standart jumlah
koloni 30-300
5.
Brand
Ayam
10-4
129
6.
Brand
Ayam
10-4
108
1,1 X 106
Brand
Berdasarkan hasil perhitungan, menunjukkan bahwa jumlah koloni dalam Sarden
Mackerel sebesar 1,1 x 106
cemaran mikroba dalam pangan produk makanan berupa ikan dan produk perikanan awet
meliputi ikan dan produk perikanan yang dikalengkan atau difermentasi termasuk moluska,
krustase dan ekinodermata mensyaratkan :
Tabel 15. Tabel SNI 7388-2009 tentang cemaran mikroba
ALT aerob termofilik (300C, 72 jam )
ALT anaerob ( 300C, 72 jam)
Clostridium sp
Sehingga apabila hasil uji mikrobiologi sarden mackerel 1,1 x 10 6 telah melebihi batas
ambang aman mikroba dalam makanan sesuai yang distandartkan SNI. Antara ayam brand dan
sarden mackerel total bakterinya berbeda karena berdasarkan uji formalin, sarden mackerel lebih
banyak mengandung formalin (+++) dibanding ayam brand (++).Penggunaan formalin
dimaksudkan untuk memperpanjang umur simpan, karena formalin adalah senyawa antimikroba
yang efektif dalam membunuh bakteri, bahkan virus sekalipun. Selain itu, interaksi antara
formaldehid (senyawa kimia dalam formalin) dengan protein dalam pangan menghasilkan tekstur
yang tidak rapuh yang untuk beberapa produk pangan seperti tahu, mie basah, ikan segar, ikan
asin dan produk olahan ikan kaleng memang dikehendaki oleh konsumen. Menurut WHO
(2002), formaldehid terdapat dalam produk makanan karena kegunaannya sebagai zat
bakteriostatik yaitu dapat menghambat pertumbuhan mikroba dalam produk pangan sehingga
umur simpan produk tersebut meningkat.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uji analisis yang dilakukan diatas didapatkan hasil sebagai berikut:
a.
Produk Olahan ikan berupa sarden untuk produk ABC mackerel dan Ayam
Brand berdasarkan persyaratan labeling telah memenuhi standart labeling. Perbedaan
antara 2 produk tersebut hanya pencatuman klaim. ABC mencantumkan klaim
Mengandung 700 mg omega 3 dan 100 mg omega 6 per sajian. ABC mackerel lebih
mahal dibanding Ayam Brand , dengan berat bersih Ayam brand lebih besar dibanding
dengan ABC mackerel.
b.
Dari hasil uji organoleptik, tidak ada perbedaan antara produk bakso yaitu Bakso
ikan Bernardi dan Bakso ikan So Good dan tidak ada perbedaan antara sarden ikan
ABC dengan sarden ikan Ayam Brand.
c.
Mutu mikrobiologis pada produk olahan ikan berupa ikan sarden ABC
mackerel dan Ayam Brand adalah 2,13 x105 dan 1,1 X 106
dari Standart Nasional Indonesia, yaitu <1 x 101 koloni / gram menunjukkan bahwa kedua
jenis produk olahan ikan tersebut telah melebihi batas ambang aman mikroba yang telah
ditentukan.
d.
Analisa zat pewarna pada ikan sarden ABC mackerel dan Ayam Brand
didapatkan negatif mengandung zat pewarna.
e.
Analisa formalin dalam ikan sarden ABC mackerel dan Ayam Brand
menunjukkan positif mengandung formalin
f.
Analisa boraks dalam ikan sarden ABC mackerel dan Ayam Brand
menunjukkan negatif mengandung boraks
B. Saran
1. Perlu pengamatan mikroorganisme secara kualitatif untuk menunjukkan jenis
mikroorganisme pada setiap produk olahan ikan (sarden).
DAFTAR PUSTAKA
Makanan Jajanan. (Online): Diakses (17 Desember 2012)
http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid1097726693,98302
Kristianto, yohanes. 2010. Panduan Memilih dan Belanja Makanan Sehat. Yogyakarta: Nailil
Printika.
LAMPIRAN 1
Persajian
7g
4g
40 mg
7g
2g
1g
0
220 mg
AKG
147 kal
12 %
22 %
14 %
12 %
1%
6%
9%
11 g
6g
58 mg
11 g
2g
2g
0
310 mg
Kandungan Gizi
Lemak total
Lemak jenuh
Lemak trans
Kolesterol
Protein
Karbohidrat total
Gula
Natrium
Kalium
Berat
7g
2,5 g
0g
15 mg
14 g
0
0
270 mg
-
% AKG
11 %
13 %
5%
24 %
12 %
10 %
: 120 g
:1
ENERGI
: 160 Kal
E dari lemak
: 40 kal
Takaran Saji
120 g
%AKG
11 g
23 %
4g
8%
KH
19 g
6%
LAMPIRAN 2