Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH TEKNOLOGI BAHAN MAKANAN

Pengemas dan Pengemas Aseptik

Disusun oleh:

Yana Risma Aulia 1714004


Fanny Rahmadani 1714012

Dosen Pembimbing:
Ibu Faidliyah Nilna Minah, ST, MT

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang sudah menganugerahkan
seluruh limpahan rahmat dan karunia beserta inayahnya-Nya, karena dengan itu kami
dapat meyelesaikan makalah mata kuliah Teknologi Bahan Makanan dalam bab
“Pengemas Aseptik” dengan baik.
Adapun tujuan dan maksud kami membuat makalah ini yakni tak lain sebagai
salah satu pemenuhan tugas mata kuliah Teknologi Bahan Makanan. Sekaligus pula
kami sampaikan rasa terima kasih sebanyak-banyaknya Ibu Faidliyah Nilna Minah, ST,
MT sebagai dosen pembimbing pada pembuatan makalah ini, sekaligus juga kepada
segenap pihak yang sudah memberikan bantuan dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan yang terdapat pada
makalah ini. Dengan demikian, kami sungguh-sungguh mengharapkan kritik dan saran
bagi segenap pihak buat kami jadikan sebagai bahan evaluasi demi meningkatkan
kualitas dalam penulisan dan penyusunan untuk selanjutnya.

Penyusun

Malang, 16 Mei 2019


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dari sisi “makanan” kemasan makan bukan sekedar bungkus tetapi juga sebagai
pelindung agar makanan aman dikonsumsi. Kemasan pada makanan juga mempunyai
fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi dan informasi.
Namun tidak semua kemasan makanan aman bagi makanan yang dikemas.
Pengemasan makanan merupakan hal penting untuk melindungi bahan makanan
dari kerusakan. Kemasan makanan di masa modern sudah berkembang dengan pesat
menuju kemasan praktis yang memudahkan konsumen. Berbagai kemasan yang banyak
dijumpai di pasaran antara lain karton, aluminium, kaca (botol), dan plastik. Belakangan
ini, hampir semua bahan pengemas makanan terbuat dari plastik. Hal ini disebabkan
karena plastik memiliki berbagai keunggulan seperti fleksibel, mudah dibentuk,
transparan, tidak mudah pecah dan harganya yang relatif murah. Namun penggunaan
plastik sebagai bahan pengemas menghadapi berbagai persoalan lingkungan yaitu
sifatnya yang tidak dapat dihancurkan secara alami (nonbiodegradable), sehingga
menyebabkan penumpukan sampah yang mencemari lingkungan. Selain masalah
lingkungan, aspek keamanan polimer sintesis mulai dipertanyakan, karena dalam
keadaan panas terjadi kontaminasi monomer ke dalam makanan. Selain itu plastik
terbuat dari minyak bumi yang persediaannya semakin menipis dan tidak bisa
diperbaharui. Keprihatinan atas pencemaran lingkungan dari bahan kemasan plastik
telah menyebabkan penelitian ke dalam film yang dapat dimakan atau biodegradable
untuk kemasan bahan pangan.
Banyak kemasan dari banyak produk minuman dan makanan khususnya dalam
format cair seperti teh, susu, aneka jus, puding, dan santan menggunakan kemasan
kertas. Kemasan jenis ini disebut dengan kemasan aseptik atau biasanya juga dikenal
dengan “Tetra Pak” yang diambil dari nama salah satu pionir perusahaan produsen
kemasan aseptik. .
Kemasan aseptik ini merupakan hasil inovasi teknologi. Kemasan ini terdiri dari
beberapa lapisan yang terdiri dari polietilen, kertas, juga aluminium. Kemasan aseptik
tidak hanya anti bocor, namun juga bisa melindungi isinya dari ancaman bakteri.
Karena kelebihannya ini, banyak produk yang kemudian dikemas dengan menggunakan
kemasan aseptik. Alhasil, jumlah total kemasan aseptik yang digunakan di seluruh dunia
setiap tahunnya.
Terdapat berbagai proses dalam pembuatan kemasan aseptik, dengan disusunnya
makalah ini diharapkan dapat menginformasikan bagaimana proses pembuatan kemasan
aseptik tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
- Bagaimana pengertian pengemasan?
- Bagaimana fungsi pengemas?
- Bagaimana faktor-faktor pengemasan?
- Bagaimana sifat pengemas?
- Bagaimana syarat pengemas?
- Bagaimana pengemas tradisional dan modern?
- Bagaimana klasifikasi pengemasan?
- Bagaimana bahan kemasan pangan?
- Bagaimana jenis-jenis pengemasan?
- Bagaimana labelling pada kemasan?
- Bagaimana pengaruh mutu makanan akibat pengemasan?
- Bagaimana pengertian pengemasan aseptik?
- Bagaimana proses pengemas aseptik?
- Bagaimana struktur bahan pengemas?
- Bagaimana sistem pengisian dari kemasan aseptik ?
- Bagaimana pengujian kemasan aseptik?
- Bagaimana aplikasi pengemas aseptik?
- Bagaimana keuntungan dan kelemahan?
- Bagaimana kelebihan dibanding dengan pembotolan dan pengalengan ?
1.3. Tujuan
- Untuk mengetahui pengertian pengemasan
- Untuk mengetahui fungsi pengemas
- Untuk mengetahui faktor-faktor pengemasan
- Untuk mengetahui sifat pengemas
- Untuk mengetahui syarat pengemas
- Untuk mengetahui pengemas tradisional dan modern
- Untuk mengetahui klasifikasi pengemasan
- Untuk mengetahui bahan kemasan pangan
- Untuk mengetahui jenis-jenis pengemasan
- Untuk mengetahui labelling pada kemasan
- Untuk mengetahui pengaruh mutu makanan akibat pengemasan
- Untuk mengetahui pengertian pengemasan aseptik
- Untuk mengetahui proses pengemas aseptik
- Untuk mengetahui struktur bahan pengemas
- Untuk mengetahui sistem pengisian
- Untuk mengetahui pengujian kemasan aseptik
- Untuk mengetahui aplikasi dari pengemas aseptik
- Untuk mengetahui keuntungan dan kelemahan
- Untuk mengetahui kelebihan dibanding dengan pembotolan dan pengalengan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pengemasan


Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna,
citra, tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat
dipasarkan. Kemasan digunakan untuk membungkus, melindungi, mengirim,
mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi dan membedakan sebuah produk di pasar.
Pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus
sebagai sebuah produk. Pengemasan adalah aktivitas merancang dan memproduksi
kemasan atau pembungkus untuk produk. Biasanya fungsi utama dari kemasan adalah
untuk menjaga produk. Namun, sekarang kemasan menjadi faktor yang cukup penting
sebagai alat pemasaran
2.2. Fungsi Pengemas
Kegunaan kemasan yang penting adalah sebagai berikut :
1. Sebagai wadah bagi produknya,
2. Untuk memudahkan penyimpanan produknya digudang,
3. Untuk memudahkan pengiriman dan pendistribusian,
4. Sebagai pelindung bagi prduk di dalamnya,
5. Sebagai sarana informasi dan promosi.
Kegunaan kemasan yang paling utama, yaitu sebagai pelindung bagi produk di
dalamnya. Sampai batas tertentu memang kemasan dapat melindungi produk di
dalamnya dari unsur perusak dari luar. Sebagaimana telah diketahui secara umum, pada
umumnya produk olahan, setelah selesai dimasak, bila dibiarkan diudara terbuka akan
cepat turun mutunya karena terangsang oleh unsur perusak dari luar. Produk-produk
lainpun akan rusak bila disimpan di gudang atau ditransportasikan tanpa pelindungan
(kemasan) yang sesuai.
Kemasan, sampai batas tertentu memang dapat mengurangi pengaruh buruk dari
unsur perusak dari luar tersebut. Dengan demikian produk didalamnya akan dapat lebih
lama bertahan dalam kondisi yang baik. Kemasan tidak dapat mengawetkan produk,
yang dapat mengawetkan produk adalah proses pembuatannya yang leibh baik dan/atau
karena digunakannya bahan-bahannya yang lebih baik. Kemasan hanya dapat
menghambat atau mengurangi derajat daya perusak dari unsur perusak. Bahkan, bila
unsur perusaknya telah berada di dalam produk tersebut, misalnya karena produknya
telah tercemar oleh mikroba-mikroba perusak, atau adanya proses kimia atau biokimia
yang masih dapat berlanjut maka kemasan tidak dapat berbuat banyak. Kemasan (saja)
tidak dapat melindungi keruskaan produk yang memerlukan penyimpanan dingin, untuk
itu harus ada alat/sarana penyimpanan dingin, yang bukan kemasan.
Manfaat penyimpanan bahan pangan meliputi 3 hal utama, yaitu:
1. Mempertahankan atau mengurangi susut (kehilangan) kuantitatif atau susut bobot
(volume)
2. Mempertahankan susut kualitatif atau mempertahankan mutu agar bahan pangan
memenuhi standar mutu yang ada, mempunyai nilai nutrisi yang baik, aman untuk
dikonsumsi dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan baik yang akut maupun
yang menahun.
3. Mempertahankan nilai ekonomi dari produk pangan yang disimpan
2.3. Faktor-Faktor Pengemasan
Jika kemasan akan digunakan semaksimal mungkin dalam pemasaran, fungsi
kemasan harus menampilkan sejumlah faktor penting sebagai berikut
1. Faktor Pengamanan.
Melindungi produk terhadap berbagai kemungkinan yang dapat menjadi penyebab
timbulnya kerusakan barang. Misal : cuaca, sinar, jatuh,tumpukan, kuman.
2. Faktor Ekonomi.
Perhitungan biaya produksi yang efektif termasuk pemilihan bahan, sehingga biaya
tidak melebihi proporsi manfaat.
3. Faktor Pendistribusian
Mudah didistribusi dari pabrik kedistributor atau pengecer sampai ke tangan
konsumen. Ditingkat distributor atau pengecer, kemudahan penyimpanan dan
pemajangan perlu dipertimbangkan.
4. Faktor Komunikasi
Sebagai media komunikasi yang menerangkan atau mencerminkan produk, citra
merek, dan juga sebagai bagian dari promosi, dengan pertimbangan mudah dilihat,
dipahami, dan diingat.
5. Faktor Ergonomi
Berbagai pertimbangan agar kemasan mudah dibawa, dipegang, dibuka, dan mudah
disimpan.
6. Faktor Estetika.
Keindahan merupakan daya tarik visual yang mencakup pertimbangan penggunaan
warna, bentuk,merek/ logo, ilustrasi, huruf dan tata letak untuk mencapai mutu daya
tarik visual secara optimal.
7. Faktor Identitas
Secara keseluruhan, kemasan harus berbeda dengan kemasan yang lain, yakni
memiliki identitas produk agar mudah dikenali, dan membedakannya dengan
produk-produk lain.
2.4. Sifat Pengemas
Beberapa sifat yang penting yang perlu dimiliki oleh kemasan makanan adalah:
- Dapat menyimpan dan mempertahankan bau dan aroma makanan.
- Tidak dikemas secara berlebihan sehingga para konsumen tidak dirugikan dan
mendapat barang sesuai dengan nilai uang yang telah dibayar,
- dapat dengan mudah ditutup atau direseal kembali, dapat dengan mudah
disimpan.dapat dengan mudah dibuka.
- Telah diberi segel untuk mencegah pemalsuan dari isi kemasan,
- Tidak menimbulkan atau sedikit sekali menimbulkan masalah lingkungan.
2.5. Syarat Pengemas
Dalam memilih bentuk dan bahan kemasan yang akan digunakan, maka
diperlukan beberapa pertimbangan agar dapat berfungsi dengan baik. Pertimbangan
tersebut antara lain:
1. Tidak beracun
Bahan kemasan tidak menggangu kesehatan manusia baik secara langsung maupun
tidak langsung, seperti kandungan Pb (timbal) yang bersifat racun bagi manusia.
2. Harus cocok dengan bahan yang dikemas
Kemasan yang dipilih harus cocok dengan produk yang dikemas, jika salah memilih
bahan kemasan maka akan merugikan. Misalnya produk yang seharusnya dikemas
dengan kemasan transparan, namun dikemas dengan bahan kemas yang tidak
transparan. Maka bila konsumen ingin mengetahui isinya harus merusak segel dan
hal tersebut merugikan produsen.
3. Sanitasi dan syarat-syarat kesehatan terjamin
Di samping bahan kemasan tidak beracun dan produk yang dikemas tidak
menunjukkan kerusakan karena adanya mikroba, bahan kemasan juga tidak boleh
digunakan bila dianggap tidak dapat menjamin sanitasi atau syarat-syarat kesehatan.
4. Dapat mencegah pemalsuan
Kemasan juga berfungsi sebagai pengaman dengan cara membuat kemasan yang
khusus sehingga sulit untuk dipalsukan dan bila terjadi pemalsuan akan mudah
dikenali.
5. Kemudahan membuka dan menutup
Pada umumnya konsumen akan memilih produk dengan kemasan yang mudah
dibuka dan ditutup.
6. Kemudahan dan keamanan dalam mengeluarkan isi produk
Kemudahan dan keamanan dalam mengeluarkan isi perlu dipertimbangkan, sehingga
isi kemasan dapat diambil dengan mudah dan aman, atau dengan kata lain tidak
banyak tercecer, terbuang atau tersisa di dalamnya.
7. Kemudahan pembuangan kemasan bekas
Pada umumya kemasan bekas adalah sampah dan merupakan suatu masalah yang
memerlukan biaya yang cukup besar untuk penanganannya, misalnya kemasan-
kemasan bekas dari bahan plastik. Bahan kemasan plastik tidak mudah hancur oleh
mikroba dan bila dibakar akan menyebabkan polusi udara. Bahan kemasan yang
terbuat dari logam, keramik dan bahan nabati tidak begitu menjadi masalah. Bahan
logam dan kertas sebagian besar dapat diproses kembali. Bahan nabati seperti kayu
dapat dipakai sebagai bahan bakar.
8. Ukuran, bentuk dan berat
Ukuran kemasan berhubungan sangat erat dengan penanganan selanjutnya, baik
dalam penyimpanan, transportasi, maupun sebagai alat untuk menarik perhatian
konsumen. Biasanya kemasan disesuaikan dengan sarana yang ada, misalnya media
transportasinya adalah pesawat terbang, maka tinggi dan lebarnya kemasan suatu
produk tidak boleh melebihi ukuran pintu kargo pesawat terbang yang akan
mengangkutnya. Bentuk kemasan sangat mempengaruhi efisiensi penggunaan ruang
penyimpanan, cara penyimpanan, daya tarik konsumen dan cara pembuatan serta
bahan kemasan yang digunakan. Banyak konsumen yang membeli produk hanya
karena tertarik pada bentuk kemasannya yang unik, misalnya bentuk oval/patung
atau bentuk yang unik lainnya. Pada umumnya produsen selalu berusaha mengurangi
berat kemasan yang digunakan. Semakin kecil berat kemasan, energi yang
dibutuhkan untuk transportasi akan berkurang, sehingga akan menurunkan harga jual
dari produk.
9. Penampilan dan pencetakan
Kemasan harus memiliki penampilan yang menarik, baik dari segi bahan, estetika
maupun dekorasi. Karena selera masyarakat berbeda-beda, maka produsen harus tahu
dengan tepat ke lokasi mana produk akan dipasarkan.
10. Syarat khusus
Selain syarat-syarat yang telah disampaikan, masih ada syarat-syarat khusus yang
perlu diperhatikan, misalnya untuk bahan B2, B3, iklim daerah pemasaran yaitu
tropis, subtropis, kelembabannya, dan lain sebagainya.
2.6. Pengemas Tradisional dan Modern
Kemasan makanan tradisional jenis kemasan yang memanfaatkan bahan botanis
(daun-daunan, misalnya) berfungsi bukan saja sebagai pelindung isinya dari debu atau
agar tahan lama, tapi juga merupakan upaya untuk mengatur,merapikan makanan itu
agar mudah dan praktis, dan dipegang, Selain itu, bahan kemasan tersebut juga
memberikan aroma tertentu pada makanannya. Ragam pengemasan panganyang sering
dijumpai seperti kemasan dengan menggunakan daun pisang, kelobot jagung (pelepah
daun jagung), daun kelapa/enau (aren), daun jambu air dan daun jati.

Kemasan mengambil alih tugas penjualan pada saat transaksi terjadi. Kaidah
kemasan, tidak terbatas pada pembungkus dean pelindung produk saja, tapi sudah
disertai dengan keindahan kemasannya. kemasan bukan lagi sebagai pelindung atau
wadah tetapi harus dapat menjual produkyang dikemasnya.Perkembangan peran
kemasan tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Sekarang ini kemasan sudah berperan
sebagai media komunikasi. Dengan melihat peran kemasan yang sangat penting, maka
konsep peran pengemasan harus mencakup seluruh prosespemasaran dari konsepsi
produk sampai ke pemakai akhir.

2.7. Klasifikasi Pengemasan


Berdasarkan struktur isi, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Kemasan Primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan pangan (kaleng
susu, botol minuman, dll). 
2. Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok
kemasan lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak kayu
untuk wadah buah-buahan yang dibungkus dan sebagainya.
3. Kemasan Tersier dan Kuarter, yaitu kemasan yang diperlukan untuk
menyimpan, pengiriman atau identifikasi, atau kemasan untuk mengemas setelah
kemasan primer dan sekunder. Kemasan tersier umumnya digunakan sebagai
pelindung selama pengangkutan. Misalnya jeruk yang sudah dibungkus, dimasukkan
ke dalam kardus kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti
kemas.
Berdasarkan frekuensi pemakaiannya, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Kemasan sekali pakai (Disposable), yaitu kemasan yang langsung dibuang
setelah satu kali pakai. Contohnya bungkus plastik, bungkus permen, bungkus daun,
karton dus, makanan kaleng. 
2. Kemasan yang dapat dipakai berulang kali (Multi Trip), kemasan jenis ini
umumnya tidak dibuang oleh konsumen, akan tetapi dikembalikan lagi pada agen
penjual untuk kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik. Contohnya botol minuman
dan botol kecap. 
3. Kemasan yang tidak dibuang (Semi Disposable). Kemasan ini biasanya
digunakan untuk kepentingan lain di rumah konsumen setelah dipakai. Contohnya
kaleng biskuit, kaleng susu dan berbagai jenis botol.
Berdasarkan tingkat kesiapan pakai, kemasan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Kemasan siap pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk
yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya adalah wadah botol, wadah
kaleng, dan sebagainya. 
2. Kemasan siap dirakit, yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan
sebelum pengisian, misalnya kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder fleksibel,
wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik
Berdasarkan sifat kekakuan bahan kemasan, kemasan dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu:
1. Kemasan fleksibel
Kemasan fleksibel yaitu bahan kemasan yang mudah dilenturkan tanpa adanya retak
atau patah, dan relatif tipis. Misalnya plastik, kertas dan foil.
2. Kemasan kaku
Kemasan kaku yaitu bahan kemas yang bersifat keras, tidak tahan lenturan, patah
bila dibengkokkan, relatif lebih tebal dari kemasan fleksibel. Misalnya kayu, gelas
dan logam.
3. Kemasan semi kaku atau semi fleksibel
Kemasan semi kaku atau semi fleksibel yaitu bahan kemas yang memiliki sifat-sifat
antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku. Misalnya botol plastik (botol susu, botol
kecap, botol saus) dan wadah bahan yang berbentuk pasta.
Berdasarkan sifat perlindungan terhadap lingkungan, kemasan dibagi menjadi
tiga jenis, yaitu:
1. Kemasan hermetis (tahan uap dan gas)
Kemasan hermetis yaitu kemasan yang secara sempurna tidak dapat dilalui oleh gas,
udara atau uap air sehingga kemasan ini tidak dapat dimasuki oleh bakteri, ragi dan
debu. Wadah-wadah yang biasanya digunakan untuk pengemasan secara hermetis
adalah kaleng dan botol gelas. Tetapi jika penutupan atau penyumbatan yang tidak
sesuai dapat menyebabkan wadah tersebut tidak lagi hermetis.
2. Kemasan tahan cahaya
Kemasan tahan cahaya yaitu wadah yang tidak bersifat transparan. Misalnya
kemasan logam, kertas dan foil. Kemasan ini cocok untuk bahan pangan yang
mengandung lemak dan vitamin yang tinggi, serta makanan hasil fermentasi. Karena
cahaya dapat mengaktifkan reaksi kimia dan aktivitas enzim.
3. Kemasan tahan suhu tinggi
Kemasan tahan suhu tinggi yaitu kemasan untuk bahan yang memerlukan proses
pemanasan, pasteurisasi dan sterilisasi. Umumnya terbuat dari logam dan gelas.
Berdasarkan sifat sifat ediblea, kemasan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1. Non-Edible, yaitu bahan pengemas yang tidak boleh dimakan karena bisa
mengganggu atau membahayakan kesehatan. Contohnya kemasan gelas, kayu,
plastik, alufo dan sebagainya.
2. Kemasan edible, adalah lapisan tipis dan kontinu yang dibuat dari bahan yang dapat
dimakan, dibentuk melapisi pangan (coating),atau diletakkan di antara komponen
makanan (film) yang berfungsi sebagai barier terhadap transfer massa (kelembaban,
oksigen, cahaya, lipida, zat terlarut), dan/atau sebagai carier bahan makanan aditif,
serta untuk meningkatkan penanganan suatu pangan. Penggunaan kemasan edible
banyak dijumpai pada pembuatan kapsul obat, permen, sosis, pelapis coklat, wafer
dan sebagainya.
2.8. Bahan Kemasan Pangan
1. Bahan Kemasan Fleksibel
Kemasan fleksibel adalah suatu bentuk kemasan yang bersifat fleksibel yang
dibentuk dari aluminium foil, film plastik, selopan, film plastik berlapis logam
aluminium (metalized film) dan kertas dibuat satu lapis atau lebih dengan atau tanpa
bahan thermoplastic maupun bahan perekat lainnya sebagai pengikat ataupun pelapis
konstruksi kemasan dapat berbentuk lembaran, kantong, sachet maupun bentuk
lainnya. Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut : bahan utama : film plastik,
selopan, aluminium foil, metalized film, kertas dan sebagainya, bahan pengikat
:perekat/ adhesive dan extrusion dari bahan thermoplastic, bahan penolong : antara
lain tinta dan solven.
A. Kertas
Kertas ada berbagai macam jenis kertas yang dikenal, dengan sifat tertentu dan
dengan aplikasi tertentu. Terdapat bermacam-macam jenis kertas yang dapat
dipergunakan sebagai bahan pengemas bahan makan. Beberapa diantaranya ada
yang cukup besar daya serapnya terhadap air, jenis ini cocok untuk mengemas
daging segar, ikan maupun daging ayam sebab dia harus menyerap cairan yang
keluar dari bahan ini. Beberapa macam jenis yang umum dipergunakan untuk
pengemasan bahan makan di bicarakan berikut ini :
- Kertas glasin dan kertas minyak
Dipergunakan sebagai pembungkus, penyekat atau kantong didalam
pengemasan kue-kue (craker), keju dan margarine, permen, roti, potato chips
dan lainnya.
- Litho paper
Kertas ini diutamakan untuk keperluan label atau advertensi, permukaanya
halus dan dapat didekorasi secara baik.
- Kertas perkamen
Dipergunakan untuk kemasan mentega dan bahan makanan yang banyak
mengandung lemak/minyak.
- Kertas Kraft
Umumnya dipergunakan untuk sak (kantong) baik dalam bentuk laminasi
maupun tidak.
- Kertas karton
Pada umumnya dipergunakan sebagai bahan pengemas kedua (untuk
pengangkutan), penyekat kemasan wadah dari kaca, dusmakanan segar, kering
maupun yang dibekukan.
B. Plastik
Plastik merupakan polimer yang dapat dicetak menjadi berbagai bentuk yang
berbeda. Sifat plastic pada dasarnya adalah antara serat dan elastomer. Plastik
juga memiliki berbagai sifat yang menguntungkan, diantaranya yaitu umumnya
kuat namun ringan, secara kimia stabil (tidak bereaksi dengan udara,air, asam,
alkali dan berbagai zat kimia lain), biasanya transparan dan harganya relatif
murah.
- Polyetthylene (PE)Terbuat dari ethylene polimer dan terdiri dari 3 macam yaitu
Low Density PE, Medium Density PE dan High Density PE.
LDPE : paling banyak digunakan sebagai kantung. Mudah dikelim dan sangat
murah.
MDPE : lebih kaku daripada LDPE dan memiliki suhu leleh lebih tinggi dari
LDPE.
HDPE : paling kaku diantara ketiganya, tahanterhadap suhu tinggi (120oC)
Sehingga dapat digunakan untuk kemasanproduk yang harus mengalami
sterilasi.
- Polypropyline (PP) uhu leleh PP sekitar150oC sehingga dapat digunakan untuk
kemasan yang memerlukan sterilisasi dan kemasan produk yang
dapatdipanaskan langsung dioven atau direbus.
- Polystyren (PS) Biasa digunakan untuk kemasan buah, sayur, daging, cup
untuk yoghurt dan susu asam.
- Polyster. Penggunaanya untuk kemasan “retortpouch”, “boil-inbag” dan
minuman ringan yang mengandung CO2

C. Alumunium Foil
Foil adalah tak berbau, tak ada rasa, tak berbahaya dan hygienis, tak mudah
membuat pertumbuhan bakteri dan jamur.
D. Edible Film
Adalah pengemas yang karena sifat-sifatnya dapat langsung dimakan bersama
produknya yang dikemas.Salah satu contohnya adalah edible film terbuat dari
bahan utama pati jagung (banyak mengandung amylosa), di produksi oleh
American Maize Products. Pembungkus inisangat lunak, dapat direntangkan,
sedikit buram dan larut didalam air. Biasanya dipergunakan untuk membungkus
sosis,sup kering (dehydrated soup) dan makanan lain yang dilarutkan di dalam air.
2. Bahan Kemasan Kaku
A. Logam (metal container) Bahan logam yang umumnya dipergunakan untuk
pengemas makanan adalah tinplate dan aluminium. Contohnya adalah kemasan
kaleng
B. Bahan Kemasan Gelas
Kemasan gelas merupakan kemasan pangan yang sering digunakan di rumah
tangga, karena kemasan gelas mempunyai keunggulan antara lain: inert yaitu
tidak bereaksi dengan bahan yang dikemas, tahan asam dan basa,dan tahan
lingkungan, gelas dapat tembus pandang/transparan atau gelap dan selama
pemakaian bentuknya tetap, tidak berpengaruh terhadap bahan yang dikemas
(tidak ada migrasi) dan kemasan gelas merupakan penghalang (barrier) yang baik
terhadap uap air, air dangas–gas lain.
C. Bahan Kemasan Styrofoam
Bahan kemasan makanan tersebut bisa mencegah terjadinya kebocoran serta
mampu mempertahankan bentuk ketika dipegang oleh konsumen atau pelanggan
Namun, akan berbahaya bagi kesehatan jika kemasan tersebut dipakai untuk
makanan panas, berlemak, beralkohol dan berminyak karena bahan kemasan
makanan dari Styrofoam ini bisa melepas monomer.
2.9. Jenis-Jenis Pengemasan
Berdasarkan bahan dasar pembuatannya maka jenis kemasan pangan yang tersedia
saat ini adalah kemasan kertas, gelas, kaleng/logam, plastik dan kemasan komposit atau
kemasan yang merupakan gabungan dari beberapa jenis bahan kemasan, misalnya
gabungan antara kertas dan plastik atau plastik, kertas dan logam. Masing-masing jenis
bahan kemasan ini mempunyai karakteristik tersendiri, dan ini menjadi dasar untuk
pemilihan jenis kemasan yang sesuai untuk produk pangan. Karakteristik dari berbagai
jenis bahan kemasan adalah sebagai berikut :
1. Kemasan Kertas
- tidak mudah robek
- tidak dapat untuk produk cair
- tidak dapat dipanaskan
- fleksibel
2. Kemasan Gelas
- berat
- mudah pecah
- mahal
- non biodegradable
- dapat dipanaskan
- transparan/translusid
- bentuk tetap (rigid)
- proses massal (padat/cair)
- dapat didaur ulang
3. Kemasan logam (kaleng)
- bentuk tetap
- ringan
- dapat dipanaskan
- proses massal (bahan padat atau cair)
- tidak transparan
- dapat bermigrasi ke dalam makanan yang dikemas
- non biodegradable
- tidak dapat didaur ulang
4. Kemasan plastik
- bentuk fleksibel
- transparan
- mudah pecah
- non biodegradable
- ada yang tahan panas
- monomernya dapat mengkontaminasi produk
5. Komposit (kertas/plastik)
- lebih kuat
- tidak transparan
- proses massal
- pengisian aseptis
- khusus cairan
- non biodegradable
Selain jenis-jenis kemasan di atas saat ini juga dikenal kemasan edible dan
kemasan biodegradable. Kemasan edible adalah kemasan yang dapat dimakan karena
terbuat dari bahan-bahan yang dapat dimakan seperti pati, protein atau lemak,
sedangkan kemasan biodegradable adalah kemasan yang jika dibuang dapat didegradasi
melalui proses fotokimia atau dengan menggunakan mikroba penghancur.
2.10. Labelling Pada Kemasan
Label atau disebut juga etiket adalah tulisan, tag, gambar atau deskripsi lain yang
tertulis, dicetak, distensil, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan jalan apapun pada
wadah atau pengemas. Etiket tersebut harus cukup besar agar dapat menampung semua
keterangan yang diperlukan mengenai produk dan tidak boleh mudah lepas, luntur atau
lekang karena air, gosokan atau pengaruh sinar matahari.
Tujuan pelabelan pada kemasan, adalah :
a. Memberi informasi tentang isi produk yang diberi label tanpa harus membuka
kemasan.
b. Sebagai sarana komunikasi antara produsen dan konsumen tentang hal-hal dari
produk yang perlu diketahui oleh konsumen, terutama yang kasat mata atau yang
tidak diketahui secara fisik.
c. Memberi petunjuk yang tepat pada konsumen hingga diperoleh fungsi produk yang
optimum.
d. Sarana periklanan bagi konsumen.
e. Memberi rasa aman bagi konsumen.
Merancang atau mendesain label kemasan sangatlah tergantung pada kreativitas
para desainernya, baik ukuran, bentuk, maupun corak warnanya. Apa saja yang
tercantum dalam sebuah label baik berupa kata-kata, kalimat, nama, lambang, logo,
gambar dan lain sebagainya harus sesuai dengan produk yang ada di dalamnya.
2.11. Pengaruh Mutu Makanan Akibat Pengemasan
Pengemasan dapat mempengaruhi mutu pangan antara lain melalui:
1. perubahan fisik dan kimia karena migrasi zat-zat kimia dari bahan kemas (monomer
plastik, timah putih, korosi).
2. perubahan aroma (flavor), warna, tekstur yang dipengaruhi oleh perpindahan uap air
dan O2.
Bahan pangan akan mengalami perubahan-perubahan selama penyimpanan, dan
perubahan ini dapat terjadi baik pada bahan pangan segar maupun pada bahan pangan
yang sudah mengalami pengolahan. Perubahan-perubahan yang terjadi dapat berupa
perubahan biokimia, kimia atau migrasi unsur-unsur ke dalam bahan pangan.
1. Perubahan Biokimiawi
Contoh perubahan biokimiawi yang terjadi pada bahan pangan adalah pencoklatan
pada buah yang memar atau terkupas kulitnya, atau daging segar yang berubah warna
menjadi hijau dan berbau busuk.
2. Perubahan Kimiawi dan Migrasi Unsur-Unsur
Perubahan kimiawi yang terjadi pada bahan pangan disebabkan oleh penggunaan
anioksidan, fungisida, plastisizer, bahan pewarna dan pestisida yang dapat bermigrasi
ke dalam bahan pangan. Pengemasan dapat mecegah terjadinya migrasi bahan-bahan
ini ke dalam bahan pangan.
a. Keracunan Logam
Wadah dan mesin pengolahan yan telah mengalami korosi dapat menyebabkan
pencemaran logam ke dalam bahan pangan. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya korosif adalah asam organik, nitrat, oxidizing agent,
atau bahan pereduksi, penyimpanan, suhu, kelembaban dan ada tidaknya bahan
pelapis (enamel).
b. Migrasi Plastik Ke Dalam Bahan Pangan
Plastik dan bahan-bahan tambahan dalam pembuatan plastik plastisizer, stabilizer
dan antioksidan dapat bermigrasi ke dalam bahan pangan yang dikemas dengan
kemasan plastik dan mengakibatkan keracunan. Monomer plastik yang dicurigai
berbahaya bagi kesehatan manusia adalah vinil klorida, akrilonitril,
metacrylonitril, vinilidenklorida dan styrene.
3. Kerusakan mikrobiologis
Penyebab kontaminasi mikroorganisme pada bahan pangan adalah :
- kontaminasi dari udara atau air melalui lubang pada kemasan yang ditutup secara
hermetis.
- Penutupan (proses sealer) yang tidak sempurna
- Panas yang digunakan dalam proses sealer pada film plastik tidak cukup karena
sealer yang
- terkontaminasi oleh produk atau pengaturan suhu yang tidak baik.
- Kerusakan seperti sobek atau terlipat pada bahan kemasan.
Kemasan bahan pangan sangat mempengaruhi sterilitas atau keawetan dari bahan
pangan yang sudah disterilisasi, diiradiasi atau dipanaskan dengan pemanasan ohmic.
Permeabilitas kemasan terhadap gas akan mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme, terutama terhadap mikroorganisme yang anaerob patogen.
4. Kerusakan mekanis
Faktor-faktor mekanis yang dapat merusak bahan-bahan hasil pertanian segar dan
bahan pangan olahan adalah :
a. Stress atau tekanan fisik, yaitu kerusakan yang diakibatkan karena jatuh atau oleh
adanya gesekan.
b. Vibrasi (getaran), yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bahan atau kemasan
selama dalam perjalanan atau distribusi. Untuk menanggulanginya dapat
digunakan bahan anti getaran.
2.12. Pengertian Kemasan Aseptik
Teknik pengemasan aseptik merupakan teknik pengisian bahan pangan yang
sudah disterilisasi dan harus sudah steril, ke dalam pengemas yang juga sudah
disterilisasi dan steril, dilakukan di tempat atau lingkungan yang steril. Sehingga, teknik
pengemasan ini bisa mencegah kemungkinan kontaminasi saat pengisian bahan maupun
penutupan pengemas. Meskipun bahan pangan (yang akan dikemas) dan pengemas akan
disterilisasi secara terpisah, tetapi proses pengisian dan penutupan pengemas harus
dilakukan di dalam zona aseptis.
Zona aseptis sendiri merupakan area steril, tempat di mana proses pengisian
produk (yang sudah steril) ke dalam kemasan (yang sudah steril) dilakukan. Zona
aseptis terdiri dari 2 tipe, yaitu laminar flow bench dan isolator. Sistem isolator ialah
zona yang tertutup, tetapi terdapat batas fisiknya dan sterilitasnya terjaga oleh udara
steril over pressure. Sedangkan pada laminar flow bench, merupakan zona terbuka, di
mana sterilitasnya terjaga oleh aliran udara steril secara kontinu.
2.13. Proses Pengemas Aseptik
Teknik pengemasan aseptik memiliki prinsip utama yaitu produk yang dikemas
dan bahan pengemas harus steril dari mikroorganisme perusak saat produk tersebut
dikemas. Sehingga nantinya, produk pangan yang dikemas adalah produk yang steril
dan umur simpannya lebih lama. Karena hal itu juga, maka syarat utama keberhasilan
teknik pengemasan aseptik adalah kesemuanya steril, baik peralatannya, produk yang
akan dikemas, bahan kemasan, ruang tempat pengisian produk sampai dengan tutup
kemasan hermetis. Berikut merupakan persyaratan keberhasilan proses aseptis bahan
pangan:
- Peralatan yang dapat disterilkan
- Produk steril secara komersial
- Kemasan yang steril secara komersial
- Ruang steril dalam mesin pengemas, tempat pengisian produk steril ke dalam
kemasan steril dan penutupan secara hermatis
- Ada monitoring dan pencatat faktor-faktor kritis
Dalam sistem pengemasan aseptis, produk dan wadah pengemas disterilisasi secara
terpisah, kemudian dilakukan pengisian produk ke dalam wadah dalam lingkungan
steril sehingga diperoleh produk steril dalam kemasan yang tahan disimpan dalam
jangka waktu lama. Sterilisasi produk dalam sistem aseptis dilakukan dengan sistem
alir atau sistem UHT (Ultra High Temperature), yaitu pemanasan dengan suhu yang
sangat tinggi (135-150oC) selama 2-5 detik.
Prinsip utama dari pengemas aseptik adalah
- Bahan pangan yang akan dikemas dan bahan kemasan mengalami proses sterlisasi
secara terpisah
- Proses pengisian dan penutupan wadah terjadi dalam zona aseptis
Secara tradisional dan sederhana, pengemasan aseptik dilakukan dengan cara
penyemprotan peroksida ke bahan kemasan. Bisa juga dengan kondensasi gas peroksida
pada permukaan bahan kemasan. Peroksida yang digunakan dengan konsentrasi 2% dan
dilakukan selama 2 – 4 detik. Kemudian, bahan kemasan yang masih basah dan
mengandung H2O2 itu, diberikan sinar UV. Terakhir, bahan kemasan dikeringkan
dengan udara panas agar sisa-sisa H2O2 hilang.
Kemudian, secara teknologi, pengemasan aseptik dilakukan dengan sterilisasi
yang lebih canggih lagi. Teknik pengolahan dan pengemasan aseptik, dilakukan dengan
3 perlakuan utama, yaitu sterilisai produk, sterilisasi bahan kemasan, sterilisasi zona
aseptis
1. Sterilisasi Produk
Proses sterilisasi bahan pangan, dapat dilakukan dengan pemanasan langsung atau
pun tidak langsung.
- Sterilisasi pemanasan langsung
Dilakukan dengan injeksi uap atau dengan infusi uap. Injeksi uap dilakukan
dengan menyuntikkan uap panas ke dalam produk pangan, dengan suhu uap 140 –
146 0C selama 4 detik. Sedangkan infusi uap dilakukan dengan menginfusikan
produk ke dalam aliran uap panas. Sterilisasi pemanasan langsung memiliki
kelebihan, yaitu waktu pemanasan yang relatif lebih singkat, hanya sedikit
perubahan organoleptik yang terjadi serta produk terhindar dari hangus/gosong.
Tetapi, sterilisasi pemanasan langsung kerugiannya ialah kondensasi uap yang
membuat volume meningkat.

1. Sterilisasi pemanasan tidak langsung


Sterilisasi pemanasan secara tidak langsung merupakan sistem dimana medium
pemanas tidak kontak langsung dengan produk, dapat dilakukan dengan 3 alat
pemanas, yaitu Plate Heat Exchanger, Tubular Heat Exchanger, Scraped-Surface
Heat Exchanger.
Pada prinsipnya dalam sistem UHT terjadi kenaikan suhu secara cepat untuk
o
mencapai suhu mendekati 150 C, dimana dalam sistem tidak langsung
dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapinya dibanding dengan sistem
langsung.
2. Sterilisasi bahan pengemas
Sterilisasi bahan pengemas termasuk bagian integral dari sistem pengemasan aseptik.
Dalam sterilisasi bahan pengemas, ada hal yang perlu diperhatikan yaitu bahan
pengemasnya, proses sterilisasinya, mesin pengemasnya dan kondisi lingkungan saat
proses sterilisasi.
Sistem sterilisasi diterapkan berdasarkan jenis bahan pangan yang akan dikemas
dengan kemasan aseptik. Berikut adalah jenis bahan pangan dengan metode
sterilisasinya.

Selain dilihat dari jenis bahan pangan yang akan dikemasnya, metode sterilisasi
dilakukan juga berdasarkan jenis bahan pengemas yang akan digunakannya.

Namun demikian, ada beberapa kelebihan dan kekurangan pada setiap metode
sterilisasi bahan pengemas, yaitu sebagai berikut.
Selain itu, teknik pengemasan aseptik juga bisa dilakukan dengan proses pemanasan
HTST (High Temperature Short Time) pada suhu 135 – 150 0C selama 2 – 15 detik.
Proses pemanasan HTST / UHT memiliki kelebihan, yaitu:
- Mampu memberikan retensi vitamin yang lebih tinggi
- Potensi kerusakan protein lebih kecil
- Kemungkinan pencoklatan lebih kecil
- Kemungkinan kerusakan ingriden lebih kecil
2.14. Struktur Kemasan Aseptik
Bahan kemasan dalam bentuk gulungan melalui beberapa rol dan penjepit untuk
persiapan pembentukan kemasan. Pada bagian atas mesin pengemas, bahan kemasan
dilewatkan dalam bak berisi larutan hidrogen peroksida 35 persen untuk sterilisasi
kemasan. Pada proses ini sebagian bakteri tercuci dan sebagian lagi terbunuh. Hidrogen
peroksida yang berlebihan akan terperas ketika bahan kemasan melewati sepasang
rol penekan dan yang masih tertinggal diuapkan dengan udara panas yang dialirkan dari
mantel pipa produk. Karton berbentuk tube melewati zona pemanas sehingga suhu
karton mencapai 120oC. Selain efek pencelupan dalam hidrogen peroksida, sterilisasi
dapat terjadi karena pemanasan dari elemen pemanas dan peningkatan konsentrasi H2O2
akibat pemanasan. Tepat di bawah ujung pipa pengeluaran produk, kelim melintang
bagian bawah dibuat. Kemudian produk diisikan dan diikuti penutupan bagian atas
karton bersama dengan keliman bagian bawah karton yang berikutnya. Pada waktu
turun dari rol atas mesin pengemas, bahan kemasan mulai dibentuk. Begitu turun
melewati pipa pemasukan produk. Satu sisi karton dipanaskan dengan udara panas
steril, lalu direkatkan dengan sisi lainnya dengan ring pembentuk sehingga karton
berbentuk silinder. Strip plastik yang dipasang pada salah satu sisi karton akan
berfungsi sebagai perekat, pelindung udara dan mencegah terjadinya kontak produk
dengan tepi karton.
Setelah penutupan, karton berisi kemasan digunting hingga terpisah dari tube karton
yang
berada di atasnya dan selanjutnya dibentuk sampai bentuk akhir, yang cukup rapat
untuk
melindungi produk dari mikroorganisme. Selanjutnya produk dipak dan siap dipasarkan.

Teknik pengemas aseptik, terdiri dari beberapa macam jenis kemasan, yaitu kotak
karton (tetra pack), kotak karton (combibloc), mangkuk plastik (brenco), botol plastik
(remy), kantong plastik (bosch), kantong plastik besar (manzini). Kemasan tetra pack
sendiri ada 3 jenis yaitu Tetra Brick Aseptic (TBA), Tetra Classic Aseptic (TCA) dan
Tetra Finno Aseptic (TFA). Kemasan aseptis tetra pack, biasanya terdiri dari beberapa
bahan pengemas, yaitu sebagai berikut:

Gambar diatas merupakan struktur bahan pengemasan kotak karton berlapis


plastik. Dimana bahan pelapis tersebut terdiri atas enam lapis:
1. Polietilen : Menghambat air dari luar, melindungi cetakan
2. Kertas : Media cetak, memberi kekuatan, dan stabilitas kemasan
3. Polietilen : Lapisan untuk merekatkan alumunium foil pada kertas
4. Alumunium Foil : Barrier terhadap O2, flavor, cahaya
5. Polietilen : Lapisan untuk merekatkan dan barrier air
6. Polietilen : Untuk menutup kotak dalam lingkungan bahan pangan cair
Dalam pengemasan aseptik, ada beberapa metode pengemeasan yang dapat
diterapkan yaitu :
1. Film and Seal
2. Form, Fill and Seal
3. Erect, Fill and Seal
4. Thermoform, Fill and Seal
5. Blow mold, Fill and Seal
Dalam pengemasan aseptik menggunakan karton diterapkan sistim Form Fill-Seal
vertikal. Kertas karton dalam gulungan, melalui roler untuk menghilangkan kisut, diberi
tanggal, dilaminasi plastik pada satu sisinya, dibentuk silinder yang menyelubungi pipa
pemasukan produk, bagian bawah diseal, diisi produk, kemudian bagian atas diseal
bersamaan dengan seal bagian bawah karton di atasnya. Selanjutnya dipotong dan
dibentuk.
2.15. Sistem Pengisian
Tahap-tahap Proses Pengisian Bahan Pangan dalam Kemasan Aseptik:
1. Mesin pengemas disterilkan dengan uap panas selama 30 menit
2. Bahan pengisian disterilkan dengan udara panas untuk mengaktifkan embun klor
yang disemprotkan di sekitar area pengisian secara kontinyu
3. Tutup kantong baru dibuka di zona aseptis
4. Pengisian bahan pangan secara otomatis berhenti sesuai program
5. Kantong ditutup dan dikeluarkan dari zona aseptis kemudian dimasukkan ke dalam
kotak
2.16. Pengujian Kemasan Aseptik
Pengujian keutuhan kemasan dalam sistim aseptik merupakan hal yang kritis. Hal
ini karena berhubungan dengan keamanan dan kualitas produk. Untuk keperluan
tersebut dibutuhkan uji yang bersifat non destruktif. Beberapa test yang sering
digunakan ialah:
1. Test elektrolit, digunakan untuk mengetahui kerusakan yang berhubungan dengan
kebocoran kemasan, test ini menggunakan larutan elektrolit, bila terjadi kebocoran
maka akan terjadi arus listrik.
2. Test tekanan, digunakan untuk mendeteksi kebocoran dari kemasan, dalam test ni,
gas diinjeksikan ke dalam kemasan yang telah dicelup dalam air. Injeksi gas
dilakukan dengan pompa. Bila terjadi kebocoran maka terjadi gelembung dalam air.
3. Test mikrobiologi, digunakan untuk mendeteksi adanya kontaminasi dari mikroba
dalam kemasan. Test ini juga digunakan untuk menguji efektifitas sterilan yang
digunakan.
2.17. Aplikasi Kemasan Aseptik
1. Jus Buah
2. Susu
3. Santan
4. Selai
5. Makanan Bayi
6. Susu Kedelai
2.18. Kelebihan dan Kekurangan Kemasan Aseptik
Berikut merupakan beberapa keuntungan kemasan aseptik:
- Metode sterilisasi bahan pangan sangat efektif
- Tidak ada residu berbahaya pada kemasan
- Metode ramah lingkungan dan aman secara toksikologi
- Pekerja tidak terekspose oleh uap H2O2
- Metode pengemasan cocok untuk bahan pangan asam rendah atau asam tinggi
- Parameter proses (waktu, suhu, tekanan) terkontrol
- Menunjang teknik pelabelan yang menarik
Berikut merupakan beberapa kekurangan dari kemasan aseptik:
- Membutuhkan peralatan yang kompleks dan pengawasan yang teliti
- Membutuhkan biaya mahal (cocok untuk industri besar)
2.19. Kelebihan Sistem Pengemasan Aseptis dibanding dengan Pembotolan dan
Pengalengan
1. Menekan biaya bahan pengemas
2. Menghemat ruang penyimpanan kemasan kosong
3. Menghemat biaya transportasi
4. Menghemat energi
5. Mengurangi jumlah pekerja
6. Menghemat luas area produksi
7. Kemasan mudah dibuka dan dibuang
8. Kemasan dapat dibuat transparan
9. Tidak ada masalah higien dengan alat pembuka, dan tidk perlu refigerasi selama
penyimpanan
10. Mampu disimpan selama 1-1,5 tahun
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Teknik pengemasan aseptik merupakan teknik pengisian bahan pangan yang
sudah disterilisasi dan harus sudah steril, ke dalam pengemas yang juga sudah
disterilisasi dan steril, dilakukan di tempat atau lingkungan yang steril. Terdiri dari 6
lapisan yaitu,Polietilen untuk menghambat air dari luar, melindungi cetakan;
Kertasuntuk media cetak, memberi kekuatan, dan stabilitas kemasan; Polietilen sebagai
lapisan untuk merekatkan alumunium foil pada kertas; Alumunium Foil sebagai Barrier
terhadap O2, flavor, cahaya; polietilen sebagai lapisan untuk merekatkan dan barrier air;
Polietilen untuk menutup kotak dalam lingkungan bahan pangan cair.
DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr.Ir. Inyoman Sucipta., Mp Dr. Ir. Ketut Suriasih., M. App. Sc Dr. Ir. Pande Ketut
Diah Kencana, Ms. 2016. Pengemasan Pangan Kajian Pengemasan Yang Aman,
Nyaman, Efektif Dan Efisien. Udayana University Press.
Susetyarsi. 2012. Kemasan Produk Ditinjau Dari Bahan Kemasan, Bentuk Kemasan
dan Pelabelan Pada Kemasan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian
Pada produk Minuman Mizone Di Kota Semarang. Semarang. ISSN : 2252-7826.
Julianti, Elisa., Nurminah, Mimi. 2006. Teknologi Pengemasan. Universitas Sumatera
Utara
Denok Indraswati. 2017. Pengemas Makanan. Forum Ilmiah Kesehatan (Forikes)
Mukhtar, Syukrianti., Nurif, Muchammad. 2015. Peranan Packaging Dalam
Meningkatkan Hasil Produksi Terhadap Konsumen
https://dokumen.tips/documents/makalah-kemasan-aseptik.html
https://slideplayer.info/slide/2954960/
http://putratani.com/mengenal-pengemasan-aseptik/
https://docplayer.info/46339222-Ix-pengemasan-aseptik.html
http://ryanajie.blogspot.com/2013/04/kemasan-aseptis.html
https://thpunila.com/2018/07/18/pengemasan-aseptis-produk/
https://elisajulianti.files.wordpress.com/2012/12/pengemasan-aspetis1.pdf
https://thamiratahalele.blogspot.com/2017/11/makalah-kemasan-pangan.html
https://www.kajianpustaka.com/2016/10/pengertian-fungsi-tujuan-dan-jenis-
kemasan.html
https://yessyfebryani.wordpress.com/2016/08/29/pengertian-sejarah-fungsi-syarat-dan-
klasifikasi-kemasan/
http://ilmuan74.blogspot.com/2016/10/jenis-jenis-kemasan-makanan-dan-
minuman.html

Anda mungkin juga menyukai