Disusun oleh:
Dosen Pembimbing:
Ibu Faidliyah Nilna Minah, ST, MT
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang sudah menganugerahkan
seluruh limpahan rahmat dan karunia beserta inayahnya-Nya, karena dengan itu kami
dapat meyelesaikan makalah mata kuliah Teknologi Bahan Makanan dalam bab
“Pengemas Aseptik” dengan baik.
Adapun tujuan dan maksud kami membuat makalah ini yakni tak lain sebagai
salah satu pemenuhan tugas mata kuliah Teknologi Bahan Makanan. Sekaligus pula
kami sampaikan rasa terima kasih sebanyak-banyaknya Ibu Faidliyah Nilna Minah, ST,
MT sebagai dosen pembimbing pada pembuatan makalah ini, sekaligus juga kepada
segenap pihak yang sudah memberikan bantuan dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan yang terdapat pada
makalah ini. Dengan demikian, kami sungguh-sungguh mengharapkan kritik dan saran
bagi segenap pihak buat kami jadikan sebagai bahan evaluasi demi meningkatkan
kualitas dalam penulisan dan penyusunan untuk selanjutnya.
Penyusun
Kemasan mengambil alih tugas penjualan pada saat transaksi terjadi. Kaidah
kemasan, tidak terbatas pada pembungkus dean pelindung produk saja, tapi sudah
disertai dengan keindahan kemasannya. kemasan bukan lagi sebagai pelindung atau
wadah tetapi harus dapat menjual produkyang dikemasnya.Perkembangan peran
kemasan tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Sekarang ini kemasan sudah berperan
sebagai media komunikasi. Dengan melihat peran kemasan yang sangat penting, maka
konsep peran pengemasan harus mencakup seluruh prosespemasaran dari konsepsi
produk sampai ke pemakai akhir.
C. Alumunium Foil
Foil adalah tak berbau, tak ada rasa, tak berbahaya dan hygienis, tak mudah
membuat pertumbuhan bakteri dan jamur.
D. Edible Film
Adalah pengemas yang karena sifat-sifatnya dapat langsung dimakan bersama
produknya yang dikemas.Salah satu contohnya adalah edible film terbuat dari
bahan utama pati jagung (banyak mengandung amylosa), di produksi oleh
American Maize Products. Pembungkus inisangat lunak, dapat direntangkan,
sedikit buram dan larut didalam air. Biasanya dipergunakan untuk membungkus
sosis,sup kering (dehydrated soup) dan makanan lain yang dilarutkan di dalam air.
2. Bahan Kemasan Kaku
A. Logam (metal container) Bahan logam yang umumnya dipergunakan untuk
pengemas makanan adalah tinplate dan aluminium. Contohnya adalah kemasan
kaleng
B. Bahan Kemasan Gelas
Kemasan gelas merupakan kemasan pangan yang sering digunakan di rumah
tangga, karena kemasan gelas mempunyai keunggulan antara lain: inert yaitu
tidak bereaksi dengan bahan yang dikemas, tahan asam dan basa,dan tahan
lingkungan, gelas dapat tembus pandang/transparan atau gelap dan selama
pemakaian bentuknya tetap, tidak berpengaruh terhadap bahan yang dikemas
(tidak ada migrasi) dan kemasan gelas merupakan penghalang (barrier) yang baik
terhadap uap air, air dangas–gas lain.
C. Bahan Kemasan Styrofoam
Bahan kemasan makanan tersebut bisa mencegah terjadinya kebocoran serta
mampu mempertahankan bentuk ketika dipegang oleh konsumen atau pelanggan
Namun, akan berbahaya bagi kesehatan jika kemasan tersebut dipakai untuk
makanan panas, berlemak, beralkohol dan berminyak karena bahan kemasan
makanan dari Styrofoam ini bisa melepas monomer.
2.9. Jenis-Jenis Pengemasan
Berdasarkan bahan dasar pembuatannya maka jenis kemasan pangan yang tersedia
saat ini adalah kemasan kertas, gelas, kaleng/logam, plastik dan kemasan komposit atau
kemasan yang merupakan gabungan dari beberapa jenis bahan kemasan, misalnya
gabungan antara kertas dan plastik atau plastik, kertas dan logam. Masing-masing jenis
bahan kemasan ini mempunyai karakteristik tersendiri, dan ini menjadi dasar untuk
pemilihan jenis kemasan yang sesuai untuk produk pangan. Karakteristik dari berbagai
jenis bahan kemasan adalah sebagai berikut :
1. Kemasan Kertas
- tidak mudah robek
- tidak dapat untuk produk cair
- tidak dapat dipanaskan
- fleksibel
2. Kemasan Gelas
- berat
- mudah pecah
- mahal
- non biodegradable
- dapat dipanaskan
- transparan/translusid
- bentuk tetap (rigid)
- proses massal (padat/cair)
- dapat didaur ulang
3. Kemasan logam (kaleng)
- bentuk tetap
- ringan
- dapat dipanaskan
- proses massal (bahan padat atau cair)
- tidak transparan
- dapat bermigrasi ke dalam makanan yang dikemas
- non biodegradable
- tidak dapat didaur ulang
4. Kemasan plastik
- bentuk fleksibel
- transparan
- mudah pecah
- non biodegradable
- ada yang tahan panas
- monomernya dapat mengkontaminasi produk
5. Komposit (kertas/plastik)
- lebih kuat
- tidak transparan
- proses massal
- pengisian aseptis
- khusus cairan
- non biodegradable
Selain jenis-jenis kemasan di atas saat ini juga dikenal kemasan edible dan
kemasan biodegradable. Kemasan edible adalah kemasan yang dapat dimakan karena
terbuat dari bahan-bahan yang dapat dimakan seperti pati, protein atau lemak,
sedangkan kemasan biodegradable adalah kemasan yang jika dibuang dapat didegradasi
melalui proses fotokimia atau dengan menggunakan mikroba penghancur.
2.10. Labelling Pada Kemasan
Label atau disebut juga etiket adalah tulisan, tag, gambar atau deskripsi lain yang
tertulis, dicetak, distensil, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan jalan apapun pada
wadah atau pengemas. Etiket tersebut harus cukup besar agar dapat menampung semua
keterangan yang diperlukan mengenai produk dan tidak boleh mudah lepas, luntur atau
lekang karena air, gosokan atau pengaruh sinar matahari.
Tujuan pelabelan pada kemasan, adalah :
a. Memberi informasi tentang isi produk yang diberi label tanpa harus membuka
kemasan.
b. Sebagai sarana komunikasi antara produsen dan konsumen tentang hal-hal dari
produk yang perlu diketahui oleh konsumen, terutama yang kasat mata atau yang
tidak diketahui secara fisik.
c. Memberi petunjuk yang tepat pada konsumen hingga diperoleh fungsi produk yang
optimum.
d. Sarana periklanan bagi konsumen.
e. Memberi rasa aman bagi konsumen.
Merancang atau mendesain label kemasan sangatlah tergantung pada kreativitas
para desainernya, baik ukuran, bentuk, maupun corak warnanya. Apa saja yang
tercantum dalam sebuah label baik berupa kata-kata, kalimat, nama, lambang, logo,
gambar dan lain sebagainya harus sesuai dengan produk yang ada di dalamnya.
2.11. Pengaruh Mutu Makanan Akibat Pengemasan
Pengemasan dapat mempengaruhi mutu pangan antara lain melalui:
1. perubahan fisik dan kimia karena migrasi zat-zat kimia dari bahan kemas (monomer
plastik, timah putih, korosi).
2. perubahan aroma (flavor), warna, tekstur yang dipengaruhi oleh perpindahan uap air
dan O2.
Bahan pangan akan mengalami perubahan-perubahan selama penyimpanan, dan
perubahan ini dapat terjadi baik pada bahan pangan segar maupun pada bahan pangan
yang sudah mengalami pengolahan. Perubahan-perubahan yang terjadi dapat berupa
perubahan biokimia, kimia atau migrasi unsur-unsur ke dalam bahan pangan.
1. Perubahan Biokimiawi
Contoh perubahan biokimiawi yang terjadi pada bahan pangan adalah pencoklatan
pada buah yang memar atau terkupas kulitnya, atau daging segar yang berubah warna
menjadi hijau dan berbau busuk.
2. Perubahan Kimiawi dan Migrasi Unsur-Unsur
Perubahan kimiawi yang terjadi pada bahan pangan disebabkan oleh penggunaan
anioksidan, fungisida, plastisizer, bahan pewarna dan pestisida yang dapat bermigrasi
ke dalam bahan pangan. Pengemasan dapat mecegah terjadinya migrasi bahan-bahan
ini ke dalam bahan pangan.
a. Keracunan Logam
Wadah dan mesin pengolahan yan telah mengalami korosi dapat menyebabkan
pencemaran logam ke dalam bahan pangan. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya korosif adalah asam organik, nitrat, oxidizing agent,
atau bahan pereduksi, penyimpanan, suhu, kelembaban dan ada tidaknya bahan
pelapis (enamel).
b. Migrasi Plastik Ke Dalam Bahan Pangan
Plastik dan bahan-bahan tambahan dalam pembuatan plastik plastisizer, stabilizer
dan antioksidan dapat bermigrasi ke dalam bahan pangan yang dikemas dengan
kemasan plastik dan mengakibatkan keracunan. Monomer plastik yang dicurigai
berbahaya bagi kesehatan manusia adalah vinil klorida, akrilonitril,
metacrylonitril, vinilidenklorida dan styrene.
3. Kerusakan mikrobiologis
Penyebab kontaminasi mikroorganisme pada bahan pangan adalah :
- kontaminasi dari udara atau air melalui lubang pada kemasan yang ditutup secara
hermetis.
- Penutupan (proses sealer) yang tidak sempurna
- Panas yang digunakan dalam proses sealer pada film plastik tidak cukup karena
sealer yang
- terkontaminasi oleh produk atau pengaturan suhu yang tidak baik.
- Kerusakan seperti sobek atau terlipat pada bahan kemasan.
Kemasan bahan pangan sangat mempengaruhi sterilitas atau keawetan dari bahan
pangan yang sudah disterilisasi, diiradiasi atau dipanaskan dengan pemanasan ohmic.
Permeabilitas kemasan terhadap gas akan mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme, terutama terhadap mikroorganisme yang anaerob patogen.
4. Kerusakan mekanis
Faktor-faktor mekanis yang dapat merusak bahan-bahan hasil pertanian segar dan
bahan pangan olahan adalah :
a. Stress atau tekanan fisik, yaitu kerusakan yang diakibatkan karena jatuh atau oleh
adanya gesekan.
b. Vibrasi (getaran), yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bahan atau kemasan
selama dalam perjalanan atau distribusi. Untuk menanggulanginya dapat
digunakan bahan anti getaran.
2.12. Pengertian Kemasan Aseptik
Teknik pengemasan aseptik merupakan teknik pengisian bahan pangan yang
sudah disterilisasi dan harus sudah steril, ke dalam pengemas yang juga sudah
disterilisasi dan steril, dilakukan di tempat atau lingkungan yang steril. Sehingga, teknik
pengemasan ini bisa mencegah kemungkinan kontaminasi saat pengisian bahan maupun
penutupan pengemas. Meskipun bahan pangan (yang akan dikemas) dan pengemas akan
disterilisasi secara terpisah, tetapi proses pengisian dan penutupan pengemas harus
dilakukan di dalam zona aseptis.
Zona aseptis sendiri merupakan area steril, tempat di mana proses pengisian
produk (yang sudah steril) ke dalam kemasan (yang sudah steril) dilakukan. Zona
aseptis terdiri dari 2 tipe, yaitu laminar flow bench dan isolator. Sistem isolator ialah
zona yang tertutup, tetapi terdapat batas fisiknya dan sterilitasnya terjaga oleh udara
steril over pressure. Sedangkan pada laminar flow bench, merupakan zona terbuka, di
mana sterilitasnya terjaga oleh aliran udara steril secara kontinu.
2.13. Proses Pengemas Aseptik
Teknik pengemasan aseptik memiliki prinsip utama yaitu produk yang dikemas
dan bahan pengemas harus steril dari mikroorganisme perusak saat produk tersebut
dikemas. Sehingga nantinya, produk pangan yang dikemas adalah produk yang steril
dan umur simpannya lebih lama. Karena hal itu juga, maka syarat utama keberhasilan
teknik pengemasan aseptik adalah kesemuanya steril, baik peralatannya, produk yang
akan dikemas, bahan kemasan, ruang tempat pengisian produk sampai dengan tutup
kemasan hermetis. Berikut merupakan persyaratan keberhasilan proses aseptis bahan
pangan:
- Peralatan yang dapat disterilkan
- Produk steril secara komersial
- Kemasan yang steril secara komersial
- Ruang steril dalam mesin pengemas, tempat pengisian produk steril ke dalam
kemasan steril dan penutupan secara hermatis
- Ada monitoring dan pencatat faktor-faktor kritis
Dalam sistem pengemasan aseptis, produk dan wadah pengemas disterilisasi secara
terpisah, kemudian dilakukan pengisian produk ke dalam wadah dalam lingkungan
steril sehingga diperoleh produk steril dalam kemasan yang tahan disimpan dalam
jangka waktu lama. Sterilisasi produk dalam sistem aseptis dilakukan dengan sistem
alir atau sistem UHT (Ultra High Temperature), yaitu pemanasan dengan suhu yang
sangat tinggi (135-150oC) selama 2-5 detik.
Prinsip utama dari pengemas aseptik adalah
- Bahan pangan yang akan dikemas dan bahan kemasan mengalami proses sterlisasi
secara terpisah
- Proses pengisian dan penutupan wadah terjadi dalam zona aseptis
Secara tradisional dan sederhana, pengemasan aseptik dilakukan dengan cara
penyemprotan peroksida ke bahan kemasan. Bisa juga dengan kondensasi gas peroksida
pada permukaan bahan kemasan. Peroksida yang digunakan dengan konsentrasi 2% dan
dilakukan selama 2 – 4 detik. Kemudian, bahan kemasan yang masih basah dan
mengandung H2O2 itu, diberikan sinar UV. Terakhir, bahan kemasan dikeringkan
dengan udara panas agar sisa-sisa H2O2 hilang.
Kemudian, secara teknologi, pengemasan aseptik dilakukan dengan sterilisasi
yang lebih canggih lagi. Teknik pengolahan dan pengemasan aseptik, dilakukan dengan
3 perlakuan utama, yaitu sterilisai produk, sterilisasi bahan kemasan, sterilisasi zona
aseptis
1. Sterilisasi Produk
Proses sterilisasi bahan pangan, dapat dilakukan dengan pemanasan langsung atau
pun tidak langsung.
- Sterilisasi pemanasan langsung
Dilakukan dengan injeksi uap atau dengan infusi uap. Injeksi uap dilakukan
dengan menyuntikkan uap panas ke dalam produk pangan, dengan suhu uap 140 –
146 0C selama 4 detik. Sedangkan infusi uap dilakukan dengan menginfusikan
produk ke dalam aliran uap panas. Sterilisasi pemanasan langsung memiliki
kelebihan, yaitu waktu pemanasan yang relatif lebih singkat, hanya sedikit
perubahan organoleptik yang terjadi serta produk terhindar dari hangus/gosong.
Tetapi, sterilisasi pemanasan langsung kerugiannya ialah kondensasi uap yang
membuat volume meningkat.
Selain dilihat dari jenis bahan pangan yang akan dikemasnya, metode sterilisasi
dilakukan juga berdasarkan jenis bahan pengemas yang akan digunakannya.
Namun demikian, ada beberapa kelebihan dan kekurangan pada setiap metode
sterilisasi bahan pengemas, yaitu sebagai berikut.
Selain itu, teknik pengemasan aseptik juga bisa dilakukan dengan proses pemanasan
HTST (High Temperature Short Time) pada suhu 135 – 150 0C selama 2 – 15 detik.
Proses pemanasan HTST / UHT memiliki kelebihan, yaitu:
- Mampu memberikan retensi vitamin yang lebih tinggi
- Potensi kerusakan protein lebih kecil
- Kemungkinan pencoklatan lebih kecil
- Kemungkinan kerusakan ingriden lebih kecil
2.14. Struktur Kemasan Aseptik
Bahan kemasan dalam bentuk gulungan melalui beberapa rol dan penjepit untuk
persiapan pembentukan kemasan. Pada bagian atas mesin pengemas, bahan kemasan
dilewatkan dalam bak berisi larutan hidrogen peroksida 35 persen untuk sterilisasi
kemasan. Pada proses ini sebagian bakteri tercuci dan sebagian lagi terbunuh. Hidrogen
peroksida yang berlebihan akan terperas ketika bahan kemasan melewati sepasang
rol penekan dan yang masih tertinggal diuapkan dengan udara panas yang dialirkan dari
mantel pipa produk. Karton berbentuk tube melewati zona pemanas sehingga suhu
karton mencapai 120oC. Selain efek pencelupan dalam hidrogen peroksida, sterilisasi
dapat terjadi karena pemanasan dari elemen pemanas dan peningkatan konsentrasi H2O2
akibat pemanasan. Tepat di bawah ujung pipa pengeluaran produk, kelim melintang
bagian bawah dibuat. Kemudian produk diisikan dan diikuti penutupan bagian atas
karton bersama dengan keliman bagian bawah karton yang berikutnya. Pada waktu
turun dari rol atas mesin pengemas, bahan kemasan mulai dibentuk. Begitu turun
melewati pipa pemasukan produk. Satu sisi karton dipanaskan dengan udara panas
steril, lalu direkatkan dengan sisi lainnya dengan ring pembentuk sehingga karton
berbentuk silinder. Strip plastik yang dipasang pada salah satu sisi karton akan
berfungsi sebagai perekat, pelindung udara dan mencegah terjadinya kontak produk
dengan tepi karton.
Setelah penutupan, karton berisi kemasan digunting hingga terpisah dari tube karton
yang
berada di atasnya dan selanjutnya dibentuk sampai bentuk akhir, yang cukup rapat
untuk
melindungi produk dari mikroorganisme. Selanjutnya produk dipak dan siap dipasarkan.
Teknik pengemas aseptik, terdiri dari beberapa macam jenis kemasan, yaitu kotak
karton (tetra pack), kotak karton (combibloc), mangkuk plastik (brenco), botol plastik
(remy), kantong plastik (bosch), kantong plastik besar (manzini). Kemasan tetra pack
sendiri ada 3 jenis yaitu Tetra Brick Aseptic (TBA), Tetra Classic Aseptic (TCA) dan
Tetra Finno Aseptic (TFA). Kemasan aseptis tetra pack, biasanya terdiri dari beberapa
bahan pengemas, yaitu sebagai berikut:
Prof.Dr.Ir. Inyoman Sucipta., Mp Dr. Ir. Ketut Suriasih., M. App. Sc Dr. Ir. Pande Ketut
Diah Kencana, Ms. 2016. Pengemasan Pangan Kajian Pengemasan Yang Aman,
Nyaman, Efektif Dan Efisien. Udayana University Press.
Susetyarsi. 2012. Kemasan Produk Ditinjau Dari Bahan Kemasan, Bentuk Kemasan
dan Pelabelan Pada Kemasan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Pembelian
Pada produk Minuman Mizone Di Kota Semarang. Semarang. ISSN : 2252-7826.
Julianti, Elisa., Nurminah, Mimi. 2006. Teknologi Pengemasan. Universitas Sumatera
Utara
Denok Indraswati. 2017. Pengemas Makanan. Forum Ilmiah Kesehatan (Forikes)
Mukhtar, Syukrianti., Nurif, Muchammad. 2015. Peranan Packaging Dalam
Meningkatkan Hasil Produksi Terhadap Konsumen
https://dokumen.tips/documents/makalah-kemasan-aseptik.html
https://slideplayer.info/slide/2954960/
http://putratani.com/mengenal-pengemasan-aseptik/
https://docplayer.info/46339222-Ix-pengemasan-aseptik.html
http://ryanajie.blogspot.com/2013/04/kemasan-aseptis.html
https://thpunila.com/2018/07/18/pengemasan-aseptis-produk/
https://elisajulianti.files.wordpress.com/2012/12/pengemasan-aspetis1.pdf
https://thamiratahalele.blogspot.com/2017/11/makalah-kemasan-pangan.html
https://www.kajianpustaka.com/2016/10/pengertian-fungsi-tujuan-dan-jenis-
kemasan.html
https://yessyfebryani.wordpress.com/2016/08/29/pengertian-sejarah-fungsi-syarat-dan-
klasifikasi-kemasan/
http://ilmuan74.blogspot.com/2016/10/jenis-jenis-kemasan-makanan-dan-
minuman.html