“Serealia”
Ditya Jihan N.F (2018340005) 1), Leiliana Fiha Khalidina (2018340021) 1), M
Fiqih Khairudin (2018340029)1)
Kelompok, Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pangan dan
Kesehatan, Universitas Sahid Jakarta
ABSTRAK
Produk serealia merupakan produk turunan dari biji, akar dan umbi, kacang dan empulur (bagian
dalam batang tanaman). Salah satu contoh bahan pangan yang berasal dari kelompok serealia
adalah kedelai hitam yang digunakan pada pembuatan kecap kedelai manis. Kecap kedelai
merupakan salah satu produk fermentasi. Review jurnal ini bertujuan untuk mengetahui
peraturan dan cara sebagai tindak pengawasan mutu pangan pada produk kecap manis sesuai
dengan data SNI (Standar Nasional Indonesia) dan PerkaBPOM (Peraturan Kepala Badan POM)
agar produk bisa dikonsumsi dengan aman dan mengandung gizi yang seimbang. hasil dari
penelitian jurnal pertama didapat jumlah koloni kapang pada sampel kecap produksi lokal Kediri
aman untuk dikonsumsi karena jumlahnya < 50 koloni/g pada setiap sampelnya sesuai dengan
SNI 3543:2013. Lalu hasil pada jurnal kedua diperoleh sample kecap sesuai dengan PerKa
BPOM No 36 Tahun 2013 Tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan
pengawet. Dimana penggunaan natrium benzoate sebagai pengawet pada kecap tidak boleh
melebihi 1000 mg/kg BB.
ABSTRACT
Cereal products are derived products from seeds, roots and tubers, nuts and pith (the inside of
the plant stem). One example of food that comes from the cereal group is black soybeans which
are used in the manufacture of sweet soy sauce. Soy sauce is a fermented product. This journal
review aims to find out the regulations and methods for controlling the quality of food in sweet
soy sauce products according to the SNI (Indonesian National Standard) and PerkaBPOM
(Regulation of the Head of the POM) so that products can be consumed safely and contain
balanced nutrition. The results of the first journal research showed that the number of mold
colonies in the local Kediri soy sauce sample is safe for consumption because the number is <50
colonies / g in each sample according to SNI 3543: 2013. Then the results in the second journal
obtained soy sauce samples in accordance with PerKa BPOM No. 36 of 2013 concerning the
maximum limit for the use of preservative food additives. Where the use of sodium benzoate as a
preservative in soy sauce should not exceed 1000 mg / kg BW.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini kesadaran masyarakat terhadap pangan, nilai gizi dan keamanan pangan
semakin meningkat. Bahan makanan yang dikonsumsi menjadi perhatian khusus karena banyak
penderita yang keracunan atau pencernaannya terganggu akibat makanan yang dikonsumsi telah
tercemar. Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keamanan pangan, antara lain
cemaran mikrobiologis, logam berat, dan bahan kimia yang membahayakan kesehatan.
Mikroorganisme pada makanan bisa berasal dari tanah, udara dan air pada proses pencucian
maupun pengolahan. Keamanan pangan penting untuk menjamin pangan yang layak dan aman
dikonsumsi (Humairoh, 2017).
Seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran akan kesehatan terhadap
pangan yang dikonsumsi, konsumsi pangan yang aman merupakan hal yang harus diperhatikan
oleh produsen dan konsumen. Institusi pemerintah yang bertanggung jawab terhadap peredaran
produk pangan di seluruh Indonesia adalah Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Humairoh,
2017).
Produk serealia yang merupakan produk turunan dari biji serealia, akar dan umbi, kacang
dan empulur (bagian dalam batang tanaman). Contoh serealia yaitu beras, oats, jagung, kedelai,
dll. Kedelai adalah hasil tanaman kedelai (glycine max – Merr) berupa biji kering yang telah
dilepaskan dari kulit polong dan dibersihkan. Pada pembuatan kecap kedelai manis, jenis kedelai
yang digunakan adalah kedelai hitam. Kedelai hitam adalah kedelai yang kulit bijinya berwarna
hitam dan tidak tercampur lebih dari 10% kedelai jenis lain. Kedelai digolongkan dalam 4jenis
mutu:
Persyaratan Umum
No Jenis Uji Satuan
I II III IV
1 Kadar air % Maks. 13 Maks. 14 Maks. 14 Maks. 16
2 Butir belah % Maks. 1 Maks. 2 Maks. 3 Maks. 5
3 Butir rusak % Maks. 1 Maks. 2 Maks. 3 Maks. 5
4 Butir warna lain % Maks. 1 Maks. 3 Maks. 5 Maks. 10
5 Kotoran % Maks. 0 Maks. 1 Maks. 2 Maks. 3
6 Butir keriput % Maks. 0 Maks. 1 Maks. 3 Maks. 5
Kecap merupakan bumbu penyedap masakan yang berwarna cokelat kehitaman dan
memiliki dua macam rasa, yakni manis dan asin. Kecap dibuat dari kacang kedelai hitam melalui
proses fermentasi, hidrolisis asam atau kombinasinya. Salah satu ciri khas kecap kedelai khas
Indonesia yang berbeda dengan negara lainnya adalah kecap kedelai manis. Berdasarkan
Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 21 tahun
2016, kecap kedelai manis adalah produk berbentuk cair yang diperoleh dari hasil fermentasi
kacang kedelai (Glycine max L.) atau bungkil kedelai ditambah gula dengan atau tanpa
penambahan bahan pangan lain. Cairan hasil fermentasi adalah ekstrak hasil fermentasi kedelai
atau bungkil kedelai oleh kapang Aspergillus oryzae atau jenis kapang lain yang tidak
menghasilkan mikotoksin, serta khamir dan atau bakteri bila diperlukan dengan atau tanpa
penambahan enzim selama proses fermentasi dalam larutan garam. Sedangkan bungkil kedelai
adalah kedelai yang telah diambil sebagian minyaknya.
Table 2 Syarat mutu kecap kedelai manis
Tujuan
Tujuan dari review jurnal ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang cara
pengawasan mutu pangan, terutama dalam komoditas serealia yaitu kecap kedelai manis
mengacu pada Standar Nasional Indonesia dan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (Perka BPOM).
METODE
Cara Uji Kecap Manis (SNI 3543.1:2013)
Pengujian kecap kedelai manis terdiri dari uji mikrobioogi, uji organleptik (bau, rasa), dan uji
kimia.
Keterangan:
V1 : Volume HCl 0,2 N untuk titrasi contoh, dinyatakan dalam mililiter (mL)
V2 : Volume HCl 0,2 N untuk titrasi blanko, dinyatakan dalam mililiter (mL)
N : Normalitas larutan HCl, dinyatakan dalam Normalitas (N)
W : Bobot contoh, dinyatakan dalam miligram (mg)
14,007 : Bobot atom Nitrogen
6,25 : Faktor protein untuk kecap.
Ketelitian
Kisaran hasil dua kali ulangan maksimal 5% dari nilai rata-rata hasil kadar protein. Jika
kisaran lebih besar dari 5%, maka uji harus diulang kembali.
Cara Kerja
a. Timbang secara seksama 2 g contoh (W) dan masukkan ke dalam labu ukur 250 mL,
tambahkan air dan kocok
b. Tambahkan 5 mL Pb asetat setengah basa dan goyangkan
c. Teteskan 1 tetes larutan (NH4)2HPO4 10 % (bila timbul endapan putih maka penambahan
Pb asetat setengah basa sudah cukup
d. Tambahkan 15 mL larutan (NH4)2HPO4 10 %. Untuk pengujian apakah Pb asetat setengah
basa sudah diendapkan seluruhnya, teteskan 1 sampai dengan 2 tetes (NH 4)2HPO4 10 %.
Apabila tidak timbul endapan berarti penambahan (NH4)2HPO4 10 % sudah cukup
e. Goyangkan dan tepatkan isi labu ukur sampai tanda garis dengan air suling, kocok 12 kali
biarkan dan saring
f. Pipet 50 mL hasil saringan pada penetapan gula pereduksi ke dalam labu ukur 100 mL
g. Tambahkan 25 mL HCl 25%, pasang termometer dan lakukan hidrolisis diatas penangas
air. Apabila suhu mencapai 68 oC sampai dengan 70 oC suhu dipertahankan selama tepat
10 menit
h. Angkat dan bilas termometer dengan air lalu dinginkan
i. Tambahkan NaOH 30% sampai netral (warna merah jambu) dengan indikator fenolftalin.
Tepatkan sampai tanda tera dengan air suling, kocok 12 kali
j. Pipet 10 mL larutan tersebut dan masukkan ke dalam erlenmeyer 500 mL
k. Tambahkan 15 mL air suling dan 25 mL larutan luff (dengan pipet) serta beberapa butir
batu didih
l. Hubungkan dengan pendingin tegak dan panaskan di atas pemanas listrik.Usahakan dalam
waktu 3 menit sudah harus mulai mendidih. Panaskan terus sampai 10 menit (pakai stop
watch). Angkat dan segera dinginkan dalam bak berisi es (jangan digoyang).Setelah
dinginkan tambahkan 10 mL larutan KI 20 % dan 25 mL H2SO4 25 % (hati-hati terbentuk
gas CO2)
m. Titar dengan larutan tio 0,1 N dengan larutan kanji 0,5 % sebagai indikator (V1 mL)
n. Lakukan juga penetapan blanko dengan 25 mL larutan luff. Kerjakan seperti di atas untuk
larutan amonium hidrogen fosfat (NH4)2HPO4 10 % atau larutan kalium ferosianida.
Perhitungan
(V2 – V1) adalah volume larutan tio yang dibutuhkan oleh contoh dijadikan mL tio 0,1000 N,
kemudian dalam Tabel A.1 dicari beberapa mg glukosa yang tertera untuk volume larutan tio
yang digunakan (misalnya x mg)
3. Uji pH
Prinsip
Cara pengukuran pH menggunakan pH meter yang pada prinsipnya terdiri dari gabungan
elektroda gelas hidrogen sebagai standar polimer dan Referensi Elektroda Kalomel. Pasangan
elektroda ini akan menghasilkan perubahan tegangan 59,1 mv/pH unit pada 25 °C.
Persiapan Contoh
Buka kemasan contoh kecap kedelai manis dan ambil contoh sebanyak 200 g, kemudian
tempatkan dalam botol contoh yang bersih dan kering.
Peralatan
pH meter, Gelas elektroda, Pengaduk magnetic, dan Pengatur suhu contoh.
Cara Kerja
a. Kalibrasi pH meter dengan larutan buffer pH 4 dan pH 7, lakukan setiap saat akan
melakukan pengukuran
b. Celupkan elektroda yang telah dibersihkan dengan air suling ke dalam contoh yang akan
diperiksa. Suhu contoh pada saat pemeriksaan diatur pada suhu 25 °C
c. Catat dan baca nilai pH pada skala pH meter yang ditunjukkan sampai satu desimal.
Keterangan:
C : Logam dari kurva kalibrasi, dinyatakan dalam mikrogram per mililiter (μg/mL)
V : Larutan akhir, dinyatakan dalam mililiter (mL)
M : Contoh, dinyatakan dalam gram (g).
Ketelitian
Kisaran hasil dua kali ulangan maksimal 16% dari nilai rata-rata hasil kandungan logam. Jika
kisaran lebih besar dari 16%, maka uji harus diulang kembali.
5. Uji Cemaran Logam Timah (Sn)
Prinsip
Contoh didestruksi dengan HNO3 dan HCl kemudian tambahkan KCl untuk mengurangi
gangguan. Sn dibaca menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada panjang
gelombang maksimal 235,5 nm dengan nyala oksidasi N2O-C2H2.
Persiapan Contoh
Buka kemasan contoh kecap kedelai manis dan ambil contoh sebanyak 200 g, kemudian
tempatkan dalam botol contoh yang bersih dan kering.
Peralatan
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) beserta kelengkapannya (lampu katoda Sn)
terkalibrasi, Tanur terkalibrasi dengan ketelitian 1 °C, Neraca analitik terkalibrasi dengan
ketelitian 0,1 mg, Pemanas listrik, Penangas air, Labu ukur 1 000 mL, 100 mL, dan 50 mL,
terkalibrasi, Pipet ukur 10 mL dan 5 mL, berskala 0,1 mL, terkalibrasi, Erlenmeyer 250 mL,
Gelas ukur 50 mL; dan Gelas piala 250 mL.
Pereaksi
a. Larutan kalium klorida (KCl) 10 mg/mL K; larutkan 1,91 g KCl dengan air suling menjadi
100 mL
b. Asam nitrat (HNO3) pekat
c. Asam klorida (HCl) pekat
d. Larutan baku 1 000 μg/mL Sn; dan larutkan 1,000 g Sn dengan 200 mL HCl pekat dalam
labu ukur 1 000 mL, tambahkan 200 mL air suling, dinginkan pada suhu ruang dan
encerkan dengan air suling sampai tanda garis.
e. Larutan baku kerja Sn. pipet 10 mL HCl pekat dan 1,0 mL larutan KCl ke dalam masing-
masing labu ukur 100 mL. Tambahkan masing-masing 0 mL; 0,5 mL; 1,0 mL; 1,5 mL;
2,0 mL dan 2,5 mL larutan baku 1 000 μg/mL Sn dan encerkan dengan air suling sampai
tanda garis. Larutan baku kerja ini memiliki konsentrasi 0 μg/mL; 5 μg/mL; 10 μg/mL; 15
μg/mL; 20 μg/mL dan 25 μg/mL Sn.
Cara Kerja
a. Timbang 5 g sampai dengan 10 g contoh (W) dengan teliti ke dalam Erlenmeyer 250 mL,
keringkan dalam oven 120 °C, tambahkan 30 mL HNO 3 pekat dan biarkan 15 menit
(jangan tambahkan HNO3 ke dalam contoh jika tahapan destruksi tidak dapat diselesaikan
dalam hari yang sama)
b. Panaskan perlahan selama 15 menit di dalam lemari asam, hindari terjadinya percikan
yang berlebihan
c. Lanjutkan pemanasan sehingga sisa volume 3 mL sampai dengan 6 mL atau sampai
contoh mulai kering pada bagian bawahnya, hindari terbentuknya arang
d. Angkat Erlenmeyer dari pemanas listrik, tambahkan 25 mL HCl pekat, dan panaskan
selama 15 menit sampai letupan dari uap Cl2 berhenti
e. Tingkatkan pemanasan dan didihkan sehingga sisa volume 10 mL sampai dengan 15 Ml
f. Tambahkan 40 mL air suling, aduk, dan tuangkan ke dalam labu ukur 100 mL, bilas
Erlenmeyer tersebut dengan 10 mL aquabides (V)
g. Tambahkan 1,0 mL KCl, dinginkan pada suhu ruang, tepatkan dengan air suling sampai
tanda garis dan saring
h. Siapkan larutan blanko dengan penambahan pereaksi dan perlakuan yang sama seperti
contoh
i. Baca absorbansi larutan baku kerja dan larutan contoh terhadap blanko menggunakan SSA
pada panjang gelombang maksimal 235,5 nm dengan nyala oksidasi N2O-C2H2
j. Buat kurva kalibrasi antara konsentrasi logam (μg/mL) sebagai sumbu X dan absorbansi
sebagai sumbu Y
k. Plot hasil pembacaan larutan contoh terhadap kurva kalibrasi (C)
l. Lakukan pengerjaan duplo
m. Hitung kandungan Sn dalam contoh
Perhitungan
C
Kandungan timah (Sn)(mg /kg)= xV
W
Keterangan:
C : Konsentrasi timah (Sn) dari kurva kalibrasi, dinyatakan dalam mikrogram per mililiter
(μg/mL)
V : Volume larutan akhir, dinyatakan dalam mililiter (mL)
W : Bobot contoh, dinyatakan dalam gram (g).
Ketelitian
Kisaran hasil dua kali ulangan maksimal 16% dari nilai rata-rata hasil kandungan timah (Sn).
Jika kisaran lebih besar dari 16%, maka uji harus diulang kembali.
Keterangan:
C : konsentrasi merkuri (Hg) dari kurva kalibrasi, dinyatakan dalam mikrogram per mililiter
(μg/mL)
V : volume larutan akhir, dinyatakan dalam mililiter (mL)
W : bobot contoh, dinyatakan dalam gram (g)
Fp : faktor pengenceran
Ketelitian
Kisaran hasil dua kali ulangan maksimal 16% dari nilai rata-rata hasil kandungan merkuri
(Hg). Jika kisaran lebih besar dari 16%, maka uji harus diulang kembali.
a. Timbang 50 g contoh secara aseptik ke dalam botol pengencer yang telah berisi 450 mL
larutan pepton 0,1% steril sehingga diperoleh pengenceran 1 : 10
b. Kocok campuran beberapa kali hingga homogen
Cara Kerja
a. Buat tingkat pengenceran dari 10-1 sampai dengan 10-4 seperti pada Gambar A.2 dengan
menggunakan larutan pepton 0,1%
b. Persiapan media dalam cawan dapat dilakukan dengan metode tuang (media DG 18):
pipet 1,0 mL masing-masing pengenceran ke dalam cawan petri dan sesegera
mungkin tuangkan 20 mL sampai dengan 25 mL media
Campurkan dengan menggoyang cawan secara perlahan searah jarum jam, kemudian
berlawanan arah jarum jam selama 1 menit sampai dengan 2 menit
Biarkan hingga campuran dalam cawan petri memadat.
c. Masukkan semua cawan petri dengan posisi tidak terbalik ke dalam inkubator dan
inkubasi pada ruang gelap bersuhu 25 °C selama 5 hari. Jangan menumpuk cawan lebih
dari 3 tumpukan. Biarkan cawan dan jangan merubah posisinya
d. Hitung koloni yang tumbuh pada cawan setelah 5 hari inkubasi. Jika setelah 5 hari tidak
ada yang tumbuh, tambahkan waktu selama 48 jam. Jangan menghitung koloni dalam
cawan sampai batas waktu inkubasi berakhir, karena merubah posisi cawan dapat
mengakibatkan pertumbuhan sekunder spora
e. Nyatakan hasil perhitungan sebagai koloni per gram contoh.
Perhitungan
Kapang(koloni /g)=n x f
Keterangan:
n : Rata-rata koloni dari dua cawan petri
f : Faktor pengenceran dari rata-rata
Pernyataan Hasil
Cara Membulatkan Angka
Dalam melaporkan jumlah koloni atau jumlah
a. Jika angka ketiga lebih besar dari 5, maka bulatkan ke atas, contohnya : 528 dilaporkan
sebagai 530.
b. Jika angka ketiga kurang dari 5, maka bulatkan kebawah, contohnya : 523 dilaporkan
sebagai 520.
c. Jika angka ketiga sama dengan 5, maka bulatkan sebagai berikut:
Bulatkan ke atas jika angka kedua merupakan angka ganjil, contohnya : 575
dilaporkan sebagai 580
Bulatkan ke bawah jika angka kedua merupakan angka genap, contohnya : 565
dilaporkan sebagai 560
Jurnal 1: Identifikasi Kapang Pada Kecap Kedelai Manis Produksi Lokal Kediri Dengan
Metode Pengenceran.
Berbagai jenis kecap yang dijual di pasar merupakan produk industri kecap dalam negeri
atau produksi lokal dengan harga yang relatif murah sehingga dikhawatirkan kualitas bahan
dasar kurang bagus serta sanitasi selama proses produksinya kurang terjaga. Keamanan pangan
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor pencemar antara lain cemaran mikrobiologis, logam
berat, dan bahan kimia yang membahayakan kesehatan.
Pada jurnal ini dilakukan Analisa yang bertujuan untuk mengetahui jumlah kapang dan
jenis kapang yang ada pada sampel kecap produk lokal di daerah Kediri. Penelitian ini
menggunakan metode pengenceran hingga 101 yang terdiri dari 10 sampel kecap kedelai manis
produksi lokal Kediri dengan merek yang berbeda. Rancangan dalam penelitian ini adalah
deskriptif observasional. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah berbagai macam kecap
produksi lokal Kediri. Variabel terikat meliputi jenis jamur yang tumbuh dan jumlah koloni yang
tumbuh setelah 7 hari masa inkubasi berdasarkan SNI 01-3543-2013. Sedangkan variabel
kontrolnya meliputi suhu penyimpanan 20-25 °C, lama inkubasi perlakuan, volume kecap 10
mL, volume sampel 1 mL pada masing-masing cawan. Hasil pengamatan dari pengenceran
kecap menunjukkan bahwa pada sampel kecap kedelai manis produk lokal Kediri ditemukan
jumlah kapang sebanyak < 50 koloni/mL pada setiap sampelnya dan jenis kapang yang
ditemukan meliputi Penicillium sp., Aspergillus sp., Rhizopus sp., dan Mucor sp. sehingga dapat
disimpulkan bahwa kecap produksi Kediri aman dikonsumsi karena sesuai standar yang
ditetapkan Pemerintah dalam SNI 3543: 2013.
Jurnal 2: Analisis Kuantitatif Natrium Benzoat pada Kecap Kedelai Manis Produksi Lokal
di Kota Padang dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet-Visible.
Kecap dalam kemasan yang beredar dapat bertahan lama karena adanya bahan pengawet
(Astawan, 2016). Pengawet adalah bahan tambahan pangan untuk mencegah atau menghambat
fermentasi, pengasaman, penguningan dan perusakan lainnya terhadap pangan yang disebabkan
oleh mikroorganisme (BPOM, 2013). Batas maksimum penggunaan pengawet asam benzoat
adalah 0 - 5 mg/kg berat badan, batas maksimum pengawet benzoat pada kecap 1000 mg/kg
(BPOM RI, 2013).
Pada jurnal ini dibahas tentang analisis terhadap pengawet natrium benzoat yang
terdapat dalam kecap kedelai manis produksi lokal di Kota Padang. Kecap kedelai manis yang
digunakan yaitu sampel A, sampel B, dan sampel C. Pengambilan sampel dilakukan dengan
cara mengumpulkan kecap kedelai manis produksi lokal di Kota Padang kemudian diberi
nomor lot pada masing masing kecap dan diambil tiga nomor terpilih. Sampel kecap diekstraksi
menggunakan pelarut dietil eter kemudian ekstrak diidentifikasi dengan reaksi esterifikasi,
reaksi warna dan uji nyala. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketiga sampel kecap kedelai
manis positif terdapat pengawet asam benzoat. Penetapan kadar pengawet asam benzoat
ditentukan dengan menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet-visible pada max 271,6
nm. Dari hasil pengukuran didapatlah kadar natrium benzoat sampel A 982 mg/kg, sampel B
960 mg/kg dan sampel C 914 mg/kg dan penggunaan pengawet asam benzoat pada sampel
tidak melebihi batas maksimum penggunaan menurut BPOM RI No. 36 Tahun 2013 yaitu 1000
mg/kg bahan.
KESIMPULAN
Metode penelitian yang dilakukan oleh Humairoh (2017) sesuai dengan SNI-
3543.1:2013 tentang kecap kedelai. Sedangkan hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut
adalah jumlah koloni kapang pada sampel kecap produksi lokal Kediri aman untuk dikonsumsi
karena jumlahnya <50 koloni/g pada setiap sampelnya sesuai dengan SNI 3543:2013 dan
berbagai jenis kapang yang ditemukan dalam sampel kecap tersebut meliputi Penicillium sp.,
Aspergillussp., Rhizopus sp., dan Mucorsp.
Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Asra, dkk (2019) juga sesuai
dengan PerKa BPOM No 36 Tahun 2013 Tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan
pangan pengawet. Dimana penggunaan natrium benzoate sebagai pengawet pada kecap tidak
boleh melebihi 1000 mg/kg BB. Pada penelitian tersebut di dapatkan hasil (sampel A) 982
mg/kg, (sampel B) 960 mg/kg dan (sampel C) 914 mg/kg.
DAFTAR PUSTAKA
Deswita, F., Mades F., Nurmiati. 2013. Uji Mikrobiologis Beberapa Produk Kecap Manis
Prosuksi Lokal Yang Beredar di Beberapa Pasar Kota Padang. STKIP PGRI
Sumatera Barat.
Asra, R., Zulharmita, Z., & Rondasi, I. (2019). Analisis Kuantitatif Natrium Benzoat Pada Kecap
Kedelai Manis Produksi Lokal di Kota Padang Dengan Metode Spektrofotometri
Ultraviolet-Visible Quantitative Analysis Of Sodium Benzoate From Soybean Sweet
Sauces In Padang City By Using Ultraviolet-Visible Spectrophotometry. Borneo
Journal of Pharmascientech, 3(1).
Humairoh, D. (2017). Identifikasi Kapang Pada Kecap Kedelai Manis Produksi Lokal Kediri
Dengan Metode Pengenceran. JST (Jurnal Sains dan Teknologi), 6(1).
[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 1995. SNI 01-3922-1995. Kedelai. Badan Standarisasi
Nasional: Jakarta
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI). 2016. Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 21 tentang kategori
pangan. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.