OLEH:
MUHAMMAD FIQIH KHAIRUDIN
2018340029
A. Latar Belakang
Di Indonesia akhir-akhir ini daging menjadi salah satu masalah sosial. Selain
masalah ketersediaannya yang memiliki harga tinggi dan relatif tidak terjangkau,
permasalahan lainnya juga muncul di kalangan vegetarian dan pegiat diet yang
koroner yang sering dikaitkan dengan konsumsi asam lemak jenuh yang banyak
terdapat pada produk pangan yang bersumber dari daging hewan juga menyebabkan
semakin banyak masyarakat yang menghindari konsumsi daging. Oleh karena itu
diperlukan diversifikasi pangan dengan mengganti bahan baku daging sebagai sumber
protein dari hewani dengan protein yang bersumber dari nabati (Pramudya dkk, 2014).
Salah satu produk olahan pangan yang cukup potensial untuk dikembangkan
dalam usaha diversifikasi pangan tersebut bisa dilakukan pada pengolahan bakso.
Produk olahan daging seperti bakso telah banyak dikenal oleh seluruh lapisan
masyarakat. Secara teknis pengolahan bakso cukup mudah dan dapat dilakukan oleh
siapa saja. Bila ditinjau dari upaya kecukupan, bakso dapat dijadikan sebagai sarana
yang tepat, karena produk ini bernilai gizi tinggi dan di sukai oleh semua lapisan
cukup besar sehingga usaha ini layak untuk ditekuni. Rasanya hampir semua orang tahu
dan pernah mencicipi produk olahan daging berbentuk bulat-bulat kecil ini. Bakso
merupakan salah satu produk yang paling banyak disantap orang, mulai dari anak-anak,
dewasa hingga para manula dengan rasa yang lezat dan bergizi tinggi (Siska, 2018).
Permintaan pasar terhadap bakso cukup tinggi. Potensi pasar bakso di Indonesia
memang menawan. Indonesia memerlukan pasokan bakso lebih dari 868 juta butir
bakso dalam setahun. Apabila sebutir bakso beratnya 25 gram, berarti harus disediakan
hampir 22.000ton bakso per tahun atau lebih dari 1200 kontainer yang masing-masing
berisi 18ton bakso, sehingga diperlukan hampir 19.000ton daging per tahun (Wibowo,
2011). Berdasarkan data yang didapatkan bahwa salah satu jenis bakso yang banyak
terdapat di pasaran dan cukup diminati oleh masyarakat adalah bakso daging sapi, ayam
dan ikan. Bakso daging adalah salah satu produk pangan protein hewani yang banyak
pangan protein hewani seperti penganut vegetarian yang memilih tidak makan daging
serta sebagian etnis agama yang melarang mengkonsumsi daging (Irani dan Pangesthi,
2014). Berbagai macam keuntungan menjadi vegetarian yaitu dapat mengurangi risiko
penyakit seperti diabetes, obesitas, tekanan darah, dan juga beberapa jenis kanker, hal
ini karena makanan vegetarian rendah lemak jenuh. Bahan pangan nabati yang
dikonsumsi oleh vegetarian juga dapat meningkatkan tekstur dan kualitas kulit tubuh
karena bahan pangan nabati seperti buah dan sayur mengandung banyak vitamin dan
(Audinovic, 2013). Jika cara tersebut bisa dikembangkan, masyarakat dapat merasakan
restoran yang menjual bakso dari bahan utama bukan daging. Dari hasil inspeksi yang
sudah dipaparkan sebelumnya, muncul lah ide penelitian ilmiah dimana adanya
kemungkinan besar dalam pembuatan produk pangan bakso berbahan dasar bahan
pangan nabati. Salah satu bahan yang secara karakteristik dapat dimanfaatkan menjadi
produk olahan bakso adalah daging buah Nangka. Dengan adanya produk olahan bakso
yang berbahan utama daging buah Nangka ini diharapkan dapat memberikan variasi
pengolahan bakso sekaligus memenuhi pola makan bagi para vegetarian (Lidya, 2017).
tinggi, yaitu sebanyak 95 kalori untuk setiap 100 g. Begitu juga kandungan
karbohidratnya yang mencapai 23,25 g dan protein sebanyak 1,72 g. Selain itu buah
Nangka merupakan salah satu bahan nabati yang bisa menurunkan level kolestrol atau
jumlah LDL didalam tubuh, menjadikan buah ini layak sebagai bahan pangan alternatif
(USDA, 2016). Buah Nangka mengandung asam galakturonat atau asam pektat yang
merupakan pektin yang terdegradasi, yang dimana jika semakin matang buah tersebut
maka akan menjadikan struktur gel dalam buahnya mudah putus, sehingga pada variasi
Adanya produktivitas yang tinggi biasanya membuat buah melimpah dan banyak yang
rusak karena disimpan terlalu lama, hal tersebut juga menjadi salah satu alasan agar
buah Nangka bisa dimanfaatkan lebih baik lagi dan juga buah Nangka cukup potensial
untuk diolah dan dikembangkan menjadi produk olahan pangan bakso nabati.
gluten dengan tambahan tepung tapioka. Komponen utama dalam bahan pengisi
pembuatan bakso adalah pati yang mempunyai rasa tidak manis dan tidak larut dalam
air dingin tetapi dalam air panas dapat membentuk gel yang bersifat kental (Deman,
1997). Namun dalam penelitian kali ini, jenis tepung yang akan digunakan adalah
Tepung Sagu Aren dimana tepung tersebut termasuk kedalam golongan gluten-free
serta memiliki kandungan karbohidrat murni. Karbohidrat ini masuk dalam kategori
makronutrien yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah banyak untuk bahan energi dan
fungsi otak. Sehingga membuat bakso nabati yang sehat tanpa gluten dan mengadung
banyak manfaat. Banyaknya kandungan karbohidrat (pati) yang terdapat dalam tepung
sagu sebagai bahan pengisi membuat bahan pengisi ini memiliki kemampuan dalam
mengikat air dan tidak dapat mengemulsikan lemak. Kandungan pati yang tinggi itulah
yang menjadikan jenis tepung tersebut dipilih sebagai subtitusi bahan dalam pembuatan
B. Pembatasan Masalah
Masalah penelitian ini dibatasi oleh penggunaan daging buah Nangka dengan
kombinasi tepung sagu aren pada adonan bakso nabati. Parameter mutu bakso nabati
yang diamati yaitu diantaranya uji mutu kimia (kadar air, kadar lemak, karbohidrat,
protein, dan kadar serat kasar). Uji mutu fisik yaitu uji kekerasan atau kekenyalan. Uji
mutu organoleptic (hedonik dan mutu hedonik terhadap parameter warna, aroma, rasa,
dan tesktur).
C. Perumusan Masalah
D. Manfaat Penelitian
penggunaan daging buah Nangka pada kualitas bakso nabati. Selain itu untuk
mengetahui hasil kandungan yang terdapat pada bakso nabati setelah bahan dasarnya
diganti menggunakan daging buah Nangka. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
menjadi solusi pangan yang baik serta menjadi produk pangan fungsional yang berguna
bagi Kesehatan. Selain itu manfaat bagi mahasiswa yaitu untuk menambah ilmu serta
pangan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S., Wahyuni, S., Rejeki, S. 2018. Kajian Kualitas Bakso Nabati Formulasi Jamur
Tiram (Pleurotus Ostreatus) Dengan Penambahan Daun Bayam (Amaranthus) Dan
Tepung Wikau Maombo Sebagai Produk Pangan Fugsional. J Sains dan Teknologi
Pangan. Vol. 3, No.5, P. 1629-1641.
Pramudya Mhd Reza, Elisa Julianti, dan Linda Masniary Lubis. 2014. Pengembangan Produk
Bakso Kedelai (Soyballs) Dengan Penambahan Gluten Serta Pati Dari Ubi Kayu,
Ubi Jalar, Jagung Dan Kentang. Ilmu teknologi pangan. Vol.2 no.2 Th.2014
Irani, M. dan Pangesthi, L.T. 2014. Pengaruh Perbandingan Gluten dan Jamur Tiram Putih
terhadap Mutu Organoleptik Sosis Vegan. e-journal Boga.3(1):120-130.
USDA. 2016. National Nutrient Database for Standard Reference Release 28: Basic Report
09144, Jackfruit, raw.
Chayati, dan Nani. 2009. Bahan Ajar Ilmu Pangan. Prodi PT Boga. Fakultas Teknik Universitas
Negeri Yogyakarta.
Rizki, Farah, 2013. The Miracle of Vegetables. Cetakan ke I. PT Agromedia Pustaka. Jakarta
Deman JM. 1997. Kimia Makanan. Edisi ke-2. Padmawinata K, penerjemah. Bandung: ITB:
Terjemahan dari: Food Chemistry.