Proposal Skripsi
Diajukan Oleh:
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bahasa Indonesia bakso berasal dari bahasa China yang terdiri
dari dua kata, yaitu bak dan so, dimana Bak itu artinya daging babi dan So itu
mie ditambah sup. Tapi di Indonesia itu sendiri daging babi dirubah menjadi
daging sapi namun tetap menggunakan kata Bak. Pada umumnya bakso dibuat
dari campuran daging sapi dan tepung, tetapi ada juga bakso yang terbuat dari
daging ayam dan ikan, untuk jenis daging sapi, ayam, dan ikan sekarang mulai
banyak ditawarkan dalam bentuk frozen yang dijual di supermarket, swalayan
dan mall. Dalam penyajian bakso biasa dicampurkan dengan kuah bening dan
mie. Dalam proses pembuatannya biasa dicampurkan boraks untuk membuat
tepung menjadi lebih kenyal mirip daging, hal ini membuat bakso pernah
dianggap sebagai makanan yang kurang aman oleh BPOM. Bakso sangat
populer di Indonesia, tempat yang terkenal menjadi sentra bakso adalah Solo
dan Malang yang disebut sebagai Bakso Kota Malang, dipercaya awalnya
bakso berawal dari Republik Rakyat China (Hermawan, 2012).
Bakso merupakan produk pangan olahan yang disukai oleh hampir
seluruh lapisan masyarakat, baik anak-anak, dewasa maupun orang tua.
Dengan demikian, pembuatan bakso dapat menjadi program diversifikasi atau
penganekaragaman jenis makanan (Suprapti, 2003). Pada umumnya bakso
merupakan makanan berbasis daging yang sangat rentan terhadap kerusakan
serta memiliki kadar lemak kolesterol yang tinggi (Astiti dkk, 2008). Bahan
pangan hewani sebagai sumber protein memang dibutuhhkan oleh tubuh
karena dalam daging terdapat asam amino esensial, tetapi tidak semua
kelompok masyarakat dapat mengkonsumsi pangan protein hewani seperti
penganut vegetarian yang memilih tidak makan daging (Irani dan Pangesthi,
2014).
2
Bakso adalah jenis makanan yang berbentuk seperti bola yang berbahan
dasar dari daging dan tepung. Pada umumnya bakso disajikan
berdampingan dengan kuah dan mie. Bahan-bahan pembuatan bakso yaitu
daging, bahan pengikat, bumbu dan es batu atau air es (Singgih, 2009).
Pada umumnya bakso yang ada dimasyarakat beranekaragam nama sesuai
dengan jenis bahan dasar seperti bakso ikan, bakso ayam dan bakso sapi atau
bakso daging.
Bakso daging merupakan produk olahan daging giling yang diperoleh
dari campuran daging ternak dengan kandungan daging minimal 45% dan
dicampur dengan bumbu-bumbu, tepung, kemudian dibentuk seperti bola-bola
kecil lalu direbus dalam air panas. Daging ternak yang biasa digunakan untuk
pembuatan bakso umumnya adalah daging sapi dan dapat juga dengan
menggunakan ternak yang lain seperti daging ayam, kelinci dan ikan (BSN,
2014).
Bakso ditentukan oleh bahan baku serta tepung yang digunakan dengan
perbandingan didalam adonan. Sedangkan faktor lain yang mempengaruhi
kualitas bakso diantaranya adalah bahan-bahan tambahan yang digunakan serta
cara memasaknya (Daniati, 2005). Banyak orang yang sekarang mulai
mengurangi konsumsi daging untuk menghindari kolesterol yang dapat
menyebabkan penyakit jantung maupun darah tinggi sehingga sekarang orang
beralih kemakanan yang berasal dari nabati (Rahmadani, 2011).
Tahu adalah bahan pangan yang melimpah ditemukan dan disenangi
oleh orang Indonesia. Gizi yang dikandung cukup besar dengan harga yang
murah mengakibatkan tahu lebih digemari, oleh sebab itu perkembangan
pengrajin tahu dipelosok Indonesia berkembang untuk memenuhi permintaan
kebutuhan masyarakat. Kedelai mengandung sumber protein non hewani
paling terkenal di masyarakat khususnya Indonesia. Dimengerti atau tidak
hasil olahan kacang kedelai, tahu adalah bahan pangan andalan yang
digunakan untuk memperbaiki gizi karena tahu mengandung kualitas protein
non hewani paling baik karena mengandung komposisi asam amino sangat
3
komplek dan diyakini mempunyai kekuatan cerna yang besar yaitu 85-98%.
Gizi yang dikandung dalam tahu masih kalah kalau dibandingkan dengan
lauk pauk hewani contoh: ikan, telur dan daging. Akan tetapi, dengan harga
yang sangat murah, masyarakat cenderung pilih tahu untuk dikonsumsi
sebagai bahan pangan sebagai pengganti protein hewani dalam pemenuhan
kebutuhan gizi (Didik Iswadi, 2021).
Indonesia sumber protein dan kalori kemungkinan besar didapat pada
biji-bijian. Tumbuh-tumbuhan mengandung protein yang lebih besar yaitu
dari jenis kacang- kacangan antara lain kacang polong, kacang kedelai,
kacang tanah dan masih banyak lagi. Protein nabati mengandung asam amino
yang berfungsi dalam menjaga kestabilan metabolisme ditubuh. Kacang-
kacangan khususnya kacang kedelai bisa diproses menjadi bahan pangan
antara lain tahu dan tempe. Kacang kedelai memiliki keunggulan seperti
memuat asam amino esensial yang selalu dibutuhkan didalam tubuh
manusia (Didik Iswadi, 2021).
Pada pembuatan tahu sekarang ini dalam mengkonsumsi energi
membutuhkan asupan yang sangat besar. Energi yang digunakan dalam
pembuatan tahu antara lain waktu perendaman dan lama penggilingan. Tahu
mempunyai kekuatan simpan yang pendek dan cepat membusuk. Tahu
membutuhkan perendaman, oleh sebab itu mudah terkontaminasi oleh udara
dan air rendaman. Tujuan dari perendaman tersebut agar memudahkan dalam
proses penggilingan yang dapat menghasilkan kedelai yang kental. Tidak
itu saja, dilakukan perendaman juga dapat mengurangi zat anti gizi yang ada
dalam kedelai (Didik Iswadi, 2021).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimanakah Pengaruh Substitusi
Tahu Pada Pembuatan Bakso Terhadap Mutu Organoleptik Dan Kadar
Protein”.
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh substitusi tahu pada pembuatan
bakso terhadap mutu organoleptik dan kadar protein
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh substitusi tahu terhadap warna bakso tahu
b. Untuk mengetahui pengaruh substitusi tahu terhadap aroma bakso tahu
c. Untuk mengetahui pengaruh substitusi tahu terhadap rasa bakso tahu
d. Untuk mengetahui pengaruh substitusi tahu terhadap tekstur bakso tahu
e. Untuk mengetahui pengaruh substitusi tahu terhadap uji kadar protein
bakso tahu
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat bagi peneliti
Untuk menambah pengalaman, pengetahuan dan wawasan peneliti dalam
melakukan penelitian dan menyusun skripsi.
2. Manfaat bagi institusi
Hasil peneltian ini dapat menjadi kajian untuk pengembangan khasanah
ilmu pengetahuan dalam bidang gizi.
3. Manfaat bagi masyarakat
Dapat menjadi sumber informasi gizi bagi masyarakat mengenai produk
olahan tahu sebagai salah satu bahan pada pembuatan bakso.
E. Keaslian penelitian
Penelitian yang berjudul “pengaruh substitusi tahu pada pembuatan
bakso terhadap mutu organoleptik dan kadar protein” belum ada yang meneliti,
tetapi ada beberapa yang hampir sama diantaranya :
1. Rahmahwati, W. D., Fitriana Mustikaningrum, S. G., & Purwani, E.
(2016). Pengaruh Substitusi Tepung Ampas Tahu Terhadap Tingkat
Kekerasan dan Daya Terima Bakso (Doctoral dissertation, Universitas
5
Muhammadiyah Surakarta). Adapun persamaan dari penelitian ini yaitu
pembuatan bakso dari tahu. Perbedaan dari penelitian ini adalah
menggunakan tepung ampas tahu dan melakukan perlakuan yang
berbeda.
2. Alvian, L., Murlida, E., & Rohaya, S. (2018). Pemanfaatan Tepung
Ampas Tahu dan Karagenan pada Pembuatan Bakso Jamur Merang
(Volvariella volvaceae). Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, 3(4), 840-
848. Adapun persamaan dari penelitian ini yaitu pembuatan bakso.
Perbedaan dari penelitian ini adalah menggunakan tepung ampas tahu.
F. Keterbatasan penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti hanya mencoba melakukan penelitian
tentang bagaimanakah pengaruh substitusi tahu pada pembuatan bakso terhadap
mutu organoleptik dan kadar protein terhadap uji organoleptik dan uji kadar
protein. Dalam melakukan penelitian ini terdapat keterbatasan waktu yang
disediakan untuk melakukan penelitian lebih jauh.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bakso
1. Definisi Bakso
7
hewan tanpa mengalami proses pendinginan terlebih dahulu. Fase pre-rigor
berlangsuung selama lima sampai delapan jam setelah postmorlem.
Bakso dapat dikelompokkan menurut jenis daging yang digunakan dan
berdasarkan perbandingan jumlah tepung pati yang digunakan. Berdasarkan
jenis daging sebagai bahan baku untuk membuat bakso, maka dikenal bakso
sapi, bakso ayam, bakso ikan, bakso kerbau, dan bakso kelinci (Gaffer, 1998
dalam Rizali, 2012). Bakso ditemukan pertama kali didaerah China pada 30000
SM. Bahan-bahan bakso terdiri atas bahan utama dan bahan tambahan. Bahan
utama dari produk bakso ini adalah daging, sedangkan bahan tambahan yang
digunakan adalah bahan pengisi, gara, es atau air es, bumbu-bumbu seperti lada
serta bahan penyedap (Sunarlin, 1992 dalam Rizali, 2012).
Tabel 1.
Syarat mutu bakso daging SNI 3818-2014
Persyaratan
No. Kriteria uji Satuan Bakso daging Bakso daging
kombinasi
1 Keadaan
Normal, khas Normal, khas
1.1 Bau - daging daging
Normal, khas Normal, khas
1.2 Rasa - bakso bakso
8
Tabel 2.
Komposisi Beberapa Zat Gizi Daging Sapi, Kerbau, dan Ayam
per 100 gram bahan
B. Tahu
1. Definisi Tahu
9
kelarutan dalam air yang rendah, bereaksi per- lahan dengan susu kedelai yang
akibatnya memungkin- kan pembentukan curd dengan kapasitas pengikatan air
yang tinggi sehingga menghasilkan tahu yang lembut dan halus (Syah et al.
(2015); Kao et al. (2003).
Tahu merupakan produk olahan berbahan dasar kedelai yang memiliki
kandungan nilai gizi tinggi yang dapat diperhitungkan sebagai sumber makanan
yang baik gizinya, karena memiliki kandungan protein, karbohidrat, asam
lemak esensial, vitamin dan mineral. Selain produksi yang mudah dan juga
merupakan makanan yang khas di Indonesia, bahan makanan ini cukup
memenuhi kebutuhan tubuh (Yudi Arimba Wani, Amelia Farina, 2015).
Komposisi kimia tahu terdiri dari kadar air sebesar 88%, protein
sebesar 6%, lemak 3,5%, karbohidrat 1,9% dan kadar abu 0,6% (Min et al.
2005). Tekstur tahu yang baik adalah yang memiliki tekstur halus, kokoh
tetapi tidak keras dan kenyal, karena tahu adalah gel protein kedelai maka
jumlah protein kedelai yang digunakan untuk membuat susu kedelai merupakan
faktor yang sangat penting untuk menentukan hasil dan kualitas tahu (Poysa
dan Woodrow 2002). Setiap jenis kacang kedelai memiliki kandungan protein,
lemak, flavor, warna hilum, warna kulit biji, warna kotiledon, ukuran biji,
dan sifat fisik ekstrak air dari kedelai. Jenis kacang kedelai mempengaruhi
warna, komposisi, tekstur, kekerasan tahu yang dihasilkan.
1
0
Tabel 3.
Komposisi zat gizi tahu per 100 gram
C. Standar Resep
Adapun standart resep menurut Singgih (2000) adalah sebagai berikut :
1. Daging sapi 700 gr
2. Tepung tapioka 300 gr
3. Bawang merah 4 gr
4. Bawang putih 16 gr
5. Merica bubuk 1 gr
6. Garam 18 gr
1
1
besi, zat kalsium, zat fosfor, dan vitamin B komplek. Zat protein dan zat
lemak hewani mudah dicerna dan mempunyai nilai biologi tinggi. Daging
terdiri atas zat protein yang disebut miyosin. Bagian yang terlihat putih-
putih diantara sel-sel daging disebut elastin atau tenunan ikat. Semakin
banyak elastinnya, daging makin keras dan liat. ). Pada pembuatan bakso
diperlukan daging sapi yang segar yaitu daging terdiri dari serat-serat halus,
mempunyai sedikit tenunan pengikat (Soejaoeti, 1998).
Komponen penyusun utama daging adalah otot, sedang komponen
lainnya adalah jaringan ikat, epitelial, jaringan-jaringan saraf, pembuluh
darah, dan lemak. Daging adalah sumber protein hewani yang penting bagi
pertumbuhan manusia. Kadar protein pada daging sapi berkisar antara
16%-22% (Soeparno, 1992).
Daging sapi yang dimasak mempunyai citarasa yang khas. Citarasa
daging sapi ini banyak ditentukan oleh prekursor-prekursor yang larut
dalam air dan lemak serta pembebasan substansi atsiri (volatile) yang terdapat
dalam daging selama pemasakan (Soeparno,1992).
b. Tepung Tapioka
1
2
perekat bahan lain. Kualitas tepung yang digunakan sebagai bahan makanan
sangat berpengaruh terhadap makanan yang dihasilakan. Tepung yang baik
kualitasnya dapat dilihat berdasarkan ciri-ciri yaitu berwarna putih, tidak berbau
apek, teksturnya halus. Agar baksonya leza, teksturnya bagus, bermutu tinggi,
jumlah tepung yang digunakan sebaiknya sekitar 10-15% dari berat daging
(Daniati, 2005 dalam fajrianor dkk, 2012).
c. Bawang merah
d. Bawang putih
1
3
setiap daerah seperti dason putih (Minangkabau), kasuna (Bali), bawang bodas
(Sunda), bawang (Jawa Tengah), bhabang poote (Madura), bawa badudo
(Ternate), lasuna mawura (Minahasa), dan bawa fiufer (Irian Jaya) (Santoso,
2000).
Bawang putih merupakan genus Allium Satrivum yang diperoleh dari
umbinya. Bawang putih digunakan sebagai bumbu pada masakan khas
Indonesia. Bawang putih yang dibelah dan dihaluskan atau dimemarkan akan
menimbulkan bau dari zat Allium yang terurai. Bawang putih banyak khasiat
yang penting bagi masyarakat (Setyaningsih, 2015).
e. Merica bubuk
f. Garam
1
4
Cara pembuatan bakso sangatlah mudah. Adapun langkah-langkah
penbuatan bakso meliputi penggilingan daging sapi hingga halus,
penambahan bumbu-bumbu tambahan, penggilingan yang kedua,
pencampuran dengan tapioka, pembentukan bakso, perebusan dalam air
mendidih, dan penirisan (Singgih, 2000).
Bakso dibuat dari daging segar melalui beberapa tahapan proses yaitu
pemotongan, penghancuran, pelumatan dan pencampuran, pencetakan serta
perebusan.
1. Pemotongan
1
5
(misalnya bahan pengawet, bahan pengenyal/bahan pengembang) ke dalam
mesin pelumat. Pelumatan serta pencampuran dilakukan kembali sampai
adonan benar-benar lembut. Kondisi demikian dapat dicapai setelah proses
pelumatan dan pencampuran dilakukan selama lebih kurang 3-5 menit. Daya
tampung mesin pelumat ini sebesar 1-3 kg daging. Adonan yang telah halus
kemudian dimasukkan ke dalam suatu wadah (misalnya baskom plastik),
selanjutnya dilakukan proses pembentukan.
4. Pembentukan
F. Daya Terima
1
6
mengemukakan tanggapan pribadi yaitu kesan yang berhubungan dengan
kesukaan atau tanggapan senang atau tidaknya terhadap sifat sensori atau
kualitas yang dinilai. Tujuan uji penerimaan ini untuk mengetahui apakah suatu
komoditi atau sifat sensori tertentu dapat diterima oleh masyarakat (Susiwi,
2009).
G. Karakteristik Organoleptik
Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi
sehingga bias lebih dihindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-faktor
dalam penelitian organoleptik dan mengetahui cara pengolahan dan pengaruh
bahan baku terhadap hasil akhir keputusan diambil berdiskusi diantara
anggotanya (Rahayu, 2007).
3. Panel terlatih (Trained Panel)
Panel terlatih dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup baik
untuk menjadi terlatih perlu didahului dengan seleksi dan latihan-latihan.
Panelis ini dapat menilai beberapa rangsangan sehingga tidak terlampau
spesifik (Rahayu, 2007).
1
7
4. Panel agak terlatih
Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumnya dilatih
untuk mengetahui sifat-sifa tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari
kalangan terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan data
yang sangat menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusannya (Rahayu,
2007).
5. Panel tidak terlatih
Panel yang tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih
bersasarkan jenis suku bangsa, tingkat pendidikan dan sosial. Panel tidak
terlatih hanya diperbolehkan menilai alat organoleptik yang sederhana seperti
sifat kesukaan. Untuk itu panel tidak terlatih biasanya dari orang dewasa
dengan komposisi panelis pria sama dengan panelis wanita (Rahayau, 2007).
6. Panel konsumen
Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung pada
target pemasaran komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat umum dan
dapat ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok tertentu (Rahayu,
2007).
7. Panel anak-anak
Panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak usia 3-10
tahun. Biasanya anak-anak digunakan sebagai panelis dalam penilaian produk-
produk pangan yang disukai anak-anak seperti permen dan sebagainya (Rahayu,
2007).
1
8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1
9
c. Alat yang digunakan untuk uji kadar protein adalah
2
0