Anda di halaman 1dari 13

PENGOLAHAN DAN PEMBUATAN MEAT BONE MEAL SECARA FISIK

MAKALAH
Dosen Pengampu :
Dr. Ir. Hendi Setiyatwan, M.Si, IPM.

Disusun Oleh :
Kelompok 6
Prafangasti Sarah Ginantika (200110170313)
Lila Fajariyana (200110170314)

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
PANGANDARAN
2019
KATA PENGANTAR

Kecepatan pertumbuhan dan penambahan bobot badan ternak sangat


bergantung pada berbagai faktor. Faktor yang sangat menentukan adalah
kandungan zat-zat makanan dalam ransum, terutama jumlah protein yang
terkandung dalam pakan tersebut. Bahan pakan sumber protein berasal dari
protein nabati dan protein hewani. Kandungan asam amino dalam protein nabati
tidak seimbang seperti kandungan asam amino pada protein hewani.
Penulisan makalah in bertujuan agar para pembaca dapat memberikan
informasi kepada peternak agar beralih ke protein hewani yang kandungan asam
amino lengkap dan seimbang dan dimanfaatkan secara maksimal
Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada
Dr. Ir. Hendi Setiyatwan, M.Si, IPM. Sebagai dosen pengampu mata kuliah
Teknologi Pakan di Program Studi Di Luar Kampus Utama (PSDKU) Universitas
Padjadjaran di Pangandaran. Saran dan kritikan yang bapak berikan sangat
membantu dan membangun penyusun dalam mengerjakan makalah Pengolahan
dan Pembuatan Meat Bone Meal Secara Fisik. Penyusun juga mengucapkan
terima kasih yang telah membantu dan memotivasi penyusun dalam pembuatan
makalah ini.
Penyusun berharap dengan dibuatnya makalah pengolahan dan pembuatan
meat bone meal secara fisik ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Pangandaran, 3 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Bab Halaman
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan .................................................................................. 2
1.3 Kegunaan .................................................................................................. 2
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Meat Bone Meal ..................................................................... 3
2.2 Kandungan nutrien Meat Bone Meal ........................................................ 4
2.3 Metode Pembuatan Meat Bone Meal ....................................................... 5
2.4 Cara Pengolahan Meat Bone Meal ........................................................... 6
2.5 Standar Nasional Indonesia Meat Bone Meal .......................................... 7
2.6 Metode Pengujian Meat Bone Meal ......................................................... 7
BAB III ................................................................................................................... 9
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 9
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 9
3.2 Saran ......................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Protein merupakan nutrisi yang sangat penting bagi tubuh ternak, Protein yang
tidak dihasilkan dalam tubuh ternak harus diberikan melalui bahan pakan. Bahan
pakan sumber protein yang diberikan juga harus mengandung asam amino yang
lengkap serta seimbang sehingga penggunaan protein lebih efisien. Bahan pakan
sumber protein yang digunakan sebagai pakan unggas sebagian besar merupakan
pakan konvensional seperti bungkil kedelai, tepung ikan, Meat Bone Meal
(MBM), Poultry Meat Meal (PMM). Protein yang dikonsumsi akan disintesis
menjadi asam amino dan digunakan untuk pembentukan daging sehingga bobot
badan akan bertambah. Pertambahan bobot badan sangat erat hubungannya
dengan asupan protein ke dalam tubuh ternak. Asupan protein dipengaruhi oleh
konsumsi protein dan kecernaan protein, semakin tinggi konsumsi protein dan
kecernaan protein maka asupan protein dalam tubuh ternak semakin tinggi, namun
tingginya konsumsi protein akan menyebabkan rendahnya rasio efisiensi
penggunaan protein (Kingori et al., 2003). Rasio efisiensi protein akan
menunjukkan tingkat koefisien seekor ternak untuk mengubah setiap gram protein
yang dikonsumsi menjadi pertambahan bobot badan (Situmorang et al., 2013).
(National Renderers Association (NRA), 2006) telah melakukan penelitian
pada tahun 2004 - 2006 terhadap hasil samping produk peternakan sapi untuk
menggantikan tepung ikan sebagai bahan baku pakan. Salah satu hasil samping
produk peternakan tersebut adalah Tepung Daging dan Tulang atau dikenal
dengan Meat and Bone Meal (MBM). MBM mengandung protein sekitar 45 –
55% dan kandungan asam amino dirasa cukup untuk dapat menggantikan tepung
ikan dan memiliki kecernaan sekitar 80%. Bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan pakan diharapkan tersedia dalam jumlah yang banyak dan kontinu,
serta memiliki harga yang murah. MBM saat ini meiliki harga kurang lebih Rp.
5000 per kilogram. Harga tersebut cukup murah bila dibandingkan dengan tepung
ikan.

1
1.2 Maksud dan Tujuan

 Mengetahui pengertian meat bone meal


 Mengetahui kandungan nutrient dari meat bone meal
 Mengetahui dan memahami metode pengolahan meat bone meal
 Mengetahui dan memahami proses pembuatan dari meat and bone meal
 Mengetahui SNI meat bone meal
 Mengetahui pengujian meat bone meal

1.3 Kegunaan
 Mahasiswa dapat mengetahui pengertian meat bone meal
 Mahasiswa dapat mengetahui kandungan nutrien meat bone meal
 Mahasiswa dapat mengetahui metode pengolahan meat bone meal
 Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami proses pembuatan dari meat
and bone meal
 Mahasiswa dapat mengetahui SNI meat bone meal
 Mahasiswa dapat mengetahui pengujian meat bone meal

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Meat Bone Meal


Meat bone meal atau tepung tulang dan daging merupakan produk olahan
pakan ternak sumber protein yang berasal dari sisa sisa bagian tubuh ternak yang
telah mati yang tidak dikonsumsi manusia, biasanya melekat pada kulit dan
tulang, tetapi tidak termasuk tanduk, bulu, kulit, darah maupun isi rumen.
Meat bone meal (MBM) merupakan bahan pakan sumber protein yang
berasal dari hewan yang memiliki kandungan protein yang cukup tinggi
(Anggorodi, 1985). Meat bone meal (MBM) berasal dari tulang dan daging yang
memiliki kandungan protein yang lebih rendah dari poultry meat meal (PMM)
yaitu 53,70% namun lisin (2,03%) dan metioninnya (1,51%) hampir sama
(Widyani et al., 2001).
Meat bone meal atau Tepung daging dan tulang penggunaannya berkisar
antara 2 - 6%, mempunyai kandungan protein kasar yang tinggi berkisar antara
45%-50% serta mengandung kalsium dan fosfor yang tinggi pula.
Sebelum dijadikan tepung, jaringan tubuh ternak terlebih dahulu dimasak
untuk menghindari penularan penyakit terhadap ternak yang mengkonsumsi
produk tersebut. Perlu diperhatikan saat memberkan meat bone meal kepada
ternak yaitu berikan meat bone meal yang berasal dari suatu komoditi ternak dan
tidak diberikan kepada komoditi ternak itu kembali, contoh nya yaitu pemberian
tepung tulang dan daging yang berasal dari ternak unggas sebaiknya tidak
diberikan kepada unggas kembali karena akan menimbulkan sifat kanibalisme
pada ternak tersebut. Begitu pun untuk ternak ruminansia, sebaiknya memberikan
meat bone meal dari non-ruminansia. Pemberian meat bone meal sempat menjadi
sumber permasalahan dari penyakit sapi gila karena ternak sapi diberikan meat
bone meal yang berasal dari daging ruminansia pula.

3
2.2 Kandungan nutrien Meat Bone Meal
Meat bone meal kandungan nutrien, kandungan nutrien yang paling besar
adalah kandungan protein kasar nya yang berkisar antara 45% - 55%, selain
protein meat bone meal juga mengandung nutrien lainnya. Kandungan nutrien
yang terdapat dalam meat bone meal sangat banyak dan bervariasi di beberapa
daerah provinsi di Indonesia seperti yang tercantum dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kandungan Nutrien Tepung Tulang dan Daging di beberapa Provinsi

Meat bone meal pada dasarnya mengandung nutrien dan asam amino yang
lengkap seperti yang tercantum dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2 Kandungan Nutrien pada Meat Bone Meal

4
(Feedipedia, 2012)
Meat bone meal dapat dikatakan meat bone meal jika kandungan fosfor
didalamnya tidak lebih dari 4,4% dan kalsium 2,2%, jika dalam fosfor dan
kalsium dalam meat bone meal sudah melewati dari kadar tersebut maka akan
berubah menjadi tepung tulang.

2.3 Metode Pembuatan Meat Bone Meal


Ada 2 metode dalam pembuatan tepung daging dan tulang (MBM) yaitu :
1. Metode basah (wet rendering).
Metode ini dengan menggunakan suhu panas yang tinggi. Jaringan tubuh
ternak panas. Dengan adanya panas, maka sel-sel lemak akan pecah dan
mengapung di permukaan. Selanjutnya jaringan tubuh ternak tersebut dipisahkan
dan dipress untuk mengeluarkan lemak dan kemudian dikeringkan. Air rebusan
yang banyak mengandung protein terlarut dapat diuapkan, kemudian ditambahkan
ke bahan yang dimasak tadi atau diberikan tersendiri ke ternak. (Laboratorium
Nutrisi Ternak Universitas Padjadjaran, 2009)
2. Metode kering (dry rendering)
Sisa daging atau meat scrap dipanaskan dalam tangki terbuka dimana uap
air dialirkan langsung ke dalam tangki. Uap panas tersebut akan menghancurkan
sel-sel lemak dan menguapkan air. Bila semua molekul air telah menguap, maka
aliran uap panas dihentikan dan semua isi tangki dipindahkan ke tangki perkolasi

5
untuk dikeluarkan lemak bebasnya, dan produk ini disebut meat cracklings.
Kemudian meat cracklings dipress atau dilarutkan dalam pelarut organik
untuk menghilangkan sisa lemak yang masih ada. Bila selanjutnya ke dalam
proses ini ditambahkan tulang sebelum digiling, maka akan dihasilkan tepung
daging dan tulang (meat and bone meal), tetapi jika tidak ditambahkan akan
didapat tepung daging (meat meal). Konten kalsium tidak boleh lebih dari 2,2 kali
konten fosfor. Sebuah konten kalsium lebih tinggi daripada ini menunjukkan
kalsium tambahan dari sumber selain dari tulang. (Laboratorium Nutrisi Ternak
Universitas Padjadjaran, 2009)

2.4 Cara Pengolahan Meat Bone Meal


Pengolahan meat bone meal dapat dilakukan dengan beberapa langkah
mudah yang dapat dilakukan untuk skala kecil yaitu :

1. Sisihkan bahan meat bone meal terpisah dari selain dagng dan juga tulang
nya.
2. Bahan tersebut dapat diawetkan dalam freezer jika tidak akan langsung
diolah.
3. Setelah itu bahan dikeluarkan dan direbus dalam air pada suhu 90oC
selama 20 menit. Perebusan ini dilakukan untuk pemisahan daging dengan
lemaknya serta menghaluskan tekstur dari daging dan melunakkan tulang.
4. Tiriskan daging dan tulang yang telah direbus tadi lalu bahan dikeringkan
dalam oven pada suhu 50oC
5. Periksa proses pengeringan setiap 4 jam sekali sampai bahan telah
sepenuhnya kering
6. Lalu bahan dibuat tepung menggunakan mesin.
(Laboratorium Nutrisi Ternak Universitas Padjadjaran, 2009)

6
2.5 Standar Nasional Indonesia Meat Bone Meal
SNI merupakan standar yang harus diikuti jika ingin membuat meat bone
meal di Indonesia. Standar Nasional Indonesia (SNI) menentukan beberapa
persyaratan mutu dari meat bone meal pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Persyaratan Mutu Meat Bone Meal menurut SNI

(Badan Standarisasi Nasional, 2014)

2.6 Metode Pengujian Meat Bone Meal


Pengujian kualitas bahan pakan secara fisik dapat dilakukan dengan
pengamatan makroskopik dan mikroskopik (Feed Microscopy). Secara
makroskopik pengujian kualitas bahan pakan dilakukan dengan mengamati
langsung bahan pakan yang akan diuji meliputi pengamatan warna, bau, tekstur,
adanya jamur atau benda asing lainnya. Meat Bone Meal yang memiliki kualitas
baik jika dilihat dari fisik akan berwarna coklat, berbau ciri khas pakan atau
berbau daging, tekstur halus dan tidak ada jamur di dalamnya. Sedangkan secara
makroskopik dilakukan dengan melihat komponen yang ada dalam bahan pakan
dibawah mikroskop (Pathak, 1997). Cara tersebut dinamakan Feed Microscopy.
Feed Microscopy merupakan suatu metode pemeriksaan pakan (termasuk
juga bahan pakan dan komponen pakan) dengan menggunakan miroskop.
Pemeriksaan pakan dengan mengggunakan mikroskop lebih banyak didasarkan

7
pada perbandingan karakteristik fisik dan partikel pakan (Bates et al., 2005). Feed
Microscopy dapat mendeteksi adanya pencampuran atau pemalsuan bahan pakan
dengan bahan lain serta dapat memeriksa struktur jaringan bahan pakan.
Tujuan dari penguujian Bahan Pakan secara mikroskopik (Feed
Microscopy) diantaranya adalah (1) untuk mendeteksi pencampuran dan
pemalsuan, (2) untuk mengidentifikasi racun dan stimulannya, (3) untuk
menegtahui karakteristik bahan pakan dan (4) untuk memeriksa komponen pakan.
Cara mendeteksi kandungan Meat Bone Meal yang di dapatkan secara import bisa
dilakukan dengan menggunakan mesin NIR. Mesin NIR menggunakan inframerah

8
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa meat bone meal merupakan
bahan pakan sumber protein yang berasal dari sisa pangan berupa tulang yang
masih terdapat sedikit daging. Protein yang terdapat rata-rata 54,9%. Terdapat 2
metode untuk pembuatan MBM yaitu metode basah dan metode kering. Dalam
pembuatan MBM terdapat beberapa persyaratan mutu menurut Standar Nasional
Indonesia.

3.2 Saran
Potensi meat bone meal dengan kandungan protein yang tinggi diharapkan
dapat dikembangkan di Indonesia oleh peternak sebagai sumber bahan pakan yang
kaya protein karena di Indonesia alat teknologi sudah cukup memadai akan tetapi
masih kurangnya ketersediaan bahan pakan tepung tulang dan daging tersebut,
selain itu lebih baik kurangi import agar memajukan teknologi yang ada di
Indonesia dan biaya produksi akan lebih murah.

9
DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. (1985). Ilmu Makanan Ternak Umum. Jakarta: Gramedia.


Badan Standarisasi Nasional. (2014). Standar Nasional Indonesia : Tepung
daging dan tulang. Jakarta: BSN.
Bates et al. (2005). Role of thermal conditions in habitat selection by
hydrothermal vent gastropods (Vol. 305). Mar Ecol Prog Ser .
Feedipedia. (2012, Oktober 24). Meat and Bone Meal. Retrieved Oktober 21,
2019, from Feedipedia Sumber Informasi Sumber Pakan Ternak:
https://www.feedipedia.org/node/222
Kingori et al. (2003). Protein requirements of growing indigenous chickens during
the 14 – 21 weeks growing period. Jurnal Animal Science, 33(2), 78-82.
Laboratorium Nutrisi Ternak Universitas Padjadjaran. (2009). Modul Teknologi
Pakan. Sumedang: Irna Rahmawati dkk.
National Renderers Association (NRA). (2006). Replacement of Fish Meal by
Poultry By-Product Meal and Meat and Bone Meal in Aquafeeds- An
Update (20004-2006). Hong Kong: National Renderers Association Inc.
Pathak, N. (1997). Textbook of Feed Processing Technology. India: Vikas
Publishers.
Situmorang et al. (2013). Pengaruh pemberian tepung rumput laut (Gracilaria
verrucosa) dalam ransum terhadap efisiensi penggunaan protein ayam
broiler. Jurnal Animal Agriculture, 2 (2), 49-56.
Widyani et al. (2001). Pengaruh Peningkatan Aras Energi dan Protein Terhadap
Kinerja Ayam Pedaging. Yogyakarta: Buletin Penelitian Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada.

10

Anda mungkin juga menyukai