Ginantika
Abstrak
Performa merupakan hal penting untuk diteliti karena dapat dijadikan sebagai
pertimbangan dalam seleksi sapi perah. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui performa
produksi sapi perah Friesian Holstein di PT. UPBS telah dilaksanakan sejak bulan November
2020-Maret 2021. Objek penelitian adalah catatan lengkap produksi susu dengan katagori
produksi susu lebih dari 7000 kg/laktasi, lama laktasi, puncak laktasi, dan lama kering
kandang dari laktasi 1 sampai 4 selama tahun 2017-2020. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa produksi susu laktasi 1 sebesar 10.037,84 ±
1.309,79 kg; lama laktasi 347,28 ± 56,76 hari, rataan puncak produksi diperoleh pada hari ke
82,03 ± 28,05 dengan produksi susu 33,99 ± 3,67 kg, dan lama kering kandang 49,60 ± 13,78
hari. Produksi susu pada laktasi 2 sebesar 9.270,26 ± 1.146,51 kg; lama laktasi 320,70 ± 40,52
hari, rataan puncak produksi hari ke 57,56 ± 23,16 dengan produksi susu 40,89 ± 4,06 kg; dan
lama kering kandang 62,69 ± 21,61 hari. Produksi susu laktasi 3 adalah 8.876,47 ± 1.245,68
kg; lama laktasi 345,46 ± 62,84 hari; puncak produksi hari ke 62,41 ± 26,88 dengan produksi
susu 44,56 ± 4,89 kg; dan lama kering kandang 67,68 ± 25,73 hari. Produksi susu laktasi 4
adalah 8.392,01 ± 1.122,80 kg, lama laktasi 341,11 ± 57,54 hari, puncak produksi hari ke
64,06 ± 26,38 dengan produksi susu 44,82 ± 5,93 kg; dan lama kering kandang 69,07 ± 25,50
hari.
Kata Kunci: Produksi Susu, Lama Laktasi, Puncak Laktasi, Kering Kandang.
Abstract
showed that lactation milk production 1 was 10,037.84 ± 1,309.79 kg, the lactation length was
347.28 ± 56.76 days, the condition of average peak production was obtained on day 82.03 ±
28.05 with milk production of 33.99 ± 3.67 kg, and dry period length was 49.60 ± 13.78 days.
Lactation milk production 2 was 9,270.26 ± 1,146.51 kg; the lactation length was 320.70 ±
40.52 days, the condition of average peak production was on day 57.56 ± 23.16 with milk
production of 40.89 ± 4.06 kg, and the dry period length was 62.69 ± 21.61 days. Lactation
milk production 3 was 8,876.47 ± 1,245.68 kg; the lactation length was 345.46 ± 62.84 days;
peak production was on day 62.41 ± 26.88 with milk production of 44.56 ± 4.89 kg; the dry
period length was 67.68 ± 25.73 days. Lactation milk production 4 was 8,392.01 ± 1,122.80
kg; lactation length was 341.11 ± 57.54 days; peak production was on day 64.06 ± 26.38 with
the milk production of 44.82 ± 5.93; the dry period length was 69.07 ± 25.50 days.
Keywords: Milk Production, Lactation Length, Lactation Peak, Dry Period Length.
PENDAHULUAN
Sapi perah yang umum dipelihara di Indonesia adalah sapi perah bangsa Friesian
Holstein (FH) atau sapi FH yang berasal dari Belanda. Sapi bangsa ini memiliki kemampuan
adaptasi yang baik terhadap lingkungan tropis, kemampuan produksi susu tinggi, kandungan
lemak yang rendah, dan pada betina umumnya berpenampilan tenang dan jinak. Hasil adaptasi
sapi FH yang ada di masyarakat telah dilindungi oleh negara RI melalui penetapan rumpun
sapi perah holstein Indonesia.
Salah satu parameter produksi adalah masa laktasi. Masa laktasi merupakan masa
ketika sapi sedang berproduksi susu setelah beranak (partus). Lama laktasi yang ideal adalah
sekitar 10 bulan atau 305 hari. Kondisi tersebut didasarkan pada sapi perah yang dapat
beranak satu kali dalam satu tahun dengan lama kering kandang 2 bulan. Produksi susu akan
meningkat pada awal laktasi hingga mencapai puncak produksi, kemudian akan menurun
hingga kering kandang. Kering kandang merupakan penghentian pemerahan pada sapi perah
yang berfungsi untuk persiapan kelahiran dan memperbaiki jaringan ambing. Sapi yang
menghasilkan produksi tinggi akan menguntungkan bagi perusahaan, dan sapi yang
berproduksi rendah dapat menjadi bahan pertimbangan perusahaan untuk tidak dipelihara
lebih lanjut.
PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan (UPBS) merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang peternakan sapi perah dan memelihara sapi perah Friesian Holstein dalam
jumlah besar. Setiap sapi perah memiliki performa produksi yang berbeda, sehingga perlu
adanya penelitian mengenai performa produksi sapi perah untuk dijadikan bahan
pertimbangan dalam seleksi sapi perah. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian
mengenai performa produksi sapi perah Friesian Holstein di PT. Ultra Peternakan Bandung
Selatan menjadi penting untuk dilakukan.
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan catatan produksi sapi perah FH yang berproduksi susu
>7000 kg/laktasi yaitu pada laktasi 1, laktasi 2, laktasi 3, dan laktasi 4.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus di PT Ultra Peternakan Bandung
Selatan. Pengambilan data menggunakan cara sensus, yaitu mengambil semua data sapi yang
memiliki produksi susu >7000 kg/laktasi tahun 2017-2020. Analisis data yang digunakan
adalah analisis deskriptif kuantitatif.
Peubah yang Diamati
1. Produksi Susu
Produksi susu, yaitu total produksi susu dihitung dari jumlah kg susu per laktasi yang
dihasilkan oleh satu ekor sapi betina laktasi. Faktor koreksi yang digunakan untuk standarisasi
produksi susu yaitu faktor koreksi dengan menggunakan rumus Hoerl model y=ab x x c yang
• Persamaan regresi untuk panjang laktasi kurang dari 305 hari menjadi panjang laktasi 305
hari, untuk sapi perah yang berumur kurang dari 36 bulan:
Hoerl Model:
ŷ = (280,97692)(1,001079x)(x(-1,0442258))
Hoerl Model:
ŷ = (257,85161)(1,001079 x )( x(−1,0442258) )
Hoerl Model:
ŷ = (0,00835972)(0,99381142x)(x(1,1678976))
Keterangan: x = lama laktasi
ŷ = faktor koreksi
• Persamaan regresi untuk menyesuaikan umur sapi ke arah umur setara dewasa:
4th Degree Polynomial Model:
ŷ = (1,8181749) + (-0,02794495)x + (0,000337177)x2 + (0,0000017241288)x3 +
(0,000000003373)x4
Keterangan: x = umur beranak
ŷ = faktor koreksi
• Persamaan regresi untuk frekuensi pemerahan menjadi dua kali pemerahan:
ŷ = (0,992561576355) + (0,000552709359606)x
Keterangan: x = frekuensi pemerahan
ŷ = faktor koreksi
2. Lama Laktasi
Lama laktasi, yaitu waktu sapi menghasilkan susu dihitung dari catatan sapi mulai
diperah sampai hari terakhir sapi tersebut diperah (hari).
Sapi yang dipelihara di PT. UPBS yaitu sapi perah Friesian Holstein, sapi tersebut
diimpor dari Australia dan dikembangkan di perusahaan tersebut. Sapi perah di PT. Ultra
Peternakan Bandung Selatan (UPBS) diberi pakan dalam bentuk TMR (Total Mixed Ratio).
TMR merupakan ransum pakan campur yang terdiri dari konsentrat dan hijauan. Pemberian
pakan dilakukan satu kali dalam sehari pada pagi hari, dengan pemberian air dilakukan secara
ad libitum.
Proses pemerahan yang dilakukan di PT. UPBS menggunakan mesin perah (milking
parlour system) dengan sistem herringbone yang diimpor dari Swedia dengan merk DeLaval.
Pemerahan dilakukan 3 kali sehari dengan interval pemerahan setiap 8 jam dengan waktu
pemerahan selama ±5 menit. Pemerahan dilakukan secara nonstop 24 jam dengan 2 kali
Clean in Place (CIP). Produksi susu yang dihasilkan tiap sapi akan langsung tercatat karena
mesin perah telah terhubung dengan komputer yang memiliki sistem perangkat Delpro dan
pengidentifikasian sapi dibantu oleh Radio Frekuensi Identification (RFID) yang terdapat
pada telinga kiri sapi.
Tabel 1. Produksi Susu Nyata dan Produksi Susu Terkoreksi Sapi FH Laktasi 1, 2, 3 dan 4
Laktasi ke- 1 2 3 4
Produksi Susu Nyata
Jumlah (ekor) 257 223 376 176
Rata-rata (Kg) 8.686,04 8.986,46 9.581,16 9.370,81
Maksimal (Kg) 14.507,00 14.870,00 17.662,92 15.483,72
Minimal (Kg) 7.000,00 7.047,63 7.032,24 7.029,45
Simpangan Baku 1.329,04 1.442,08 1.781,56 1.759,14
Koefisien Variasi (%) 15,30 16,05 18,59 18,77
Produksi Susu Terkoreksi
Rata-rata (Kg) 10.037,84 9.270,26 8.876,47 8.392,01
Maksimal (Kg) 13.503,51 12.745,18 12.002,13 12.209,05
Minimal (Kg) 5.955,09 6.073,13 4.727,45 5.887,72
Simpangan Baku 1.309,79 1.146,51 1.245,68 1.122,80
Koefisien Variasi (%) 13,05 12,37 14,03 13,38
Data hasil penelitian (Tabel 1) menunjukan bahwa produksi susu di PT. UPBS lebih
tinggi dibandingkan dengan penelitian Putra (2015), yang menyatakan bahwa rata-rata
produksi susu total laktasi 1 di BBPTU-HPT Baturraden sebesar 4.780 kg. Menurut hasil
penelitian Christi (2020), bahwa rata-rata produksi susu di BPPIBTSP Bunikasih pada laktasi
1 adalah 3.830 kg. Penelitian Indrijani (2008) mengatakan bahwa, rataan produksi susu di PT.
Taurus Dairy Farm, BPPT Cikole, Bandang Dairy Farm, dan BPPTU SP Baturraden pada
laktasi 1 secara berturut-turut yaitu 3.435 kg, 4.625 kg, 4.203 kg, dan 3.733 kg.
Hasil penelitian menunjukan bahwa rataan produksi di PT. UPBS jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah lain. Hal tersebut dapat terjadi karena lingkungan di PT. UPBS
memiliki suhu dan kelembaban udara yang sesuai dengan zona nyaman sapi Friesian Holstein
dan berpengaruh langsung terhadap fisiologis sapi perah. Selain itu, faktor pendukung lainnya
seperti manajemen pemeliharaan, manajemen pemerahan, dan pakan dapat mempengaruhi
produksi susu. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Indrijani (2008) bahwa faktor musim,
curah hujan, jumlah hari hujan, temperatur, kelembaban merupakan faktor lingkungan yang
banyak mempengaruhi performa produksi susu. Faktor-faktor tersebut memiliki kaitan satu
sama lain dalam menimbulkan keragaman produksi susu yang dihasilkan oleh seekor sapi
perah
Apabila dilihat dari nilai koefisien variasinya, produksi susu sapi perah di PT. UPBS
produksi di atas 7000kg/laktasi cukup beragam dan efektif untuk dilakukan seleksi. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Hasan (2004), yang menyatakan bahwa data dikatakan
seragam apabila koefisien variasi kurang dari 10% dan tidak efektif dilakukan seleksi,
sebaliknya data dapat dikatakan beragam apabila nilai koefisien variasi lebih dari 10% dan
efektif jika dilakukan seleksi.
Tabel 2. Lama Laktasi Sapi FH Laktasi 1, 2, 3 dan 4 di PT. UPBS
Hasil penelitian tidak berbeda jauh dengan pendapat Tasripin, dkk., (2020) bahwa rata-
rata lama laktasi sapi keturunan FH impor laktasi 1 memiliki rataan 359,29 hari. Hasil
pengamatan juga tidak berbeda jauh dengan pendapat Atabany, dkk., (2008) yang menyatakan
lama laktasi di BBPTU Baturraden memiliki rata-rata 334 hari pada laktasi 1 dan 330 hari
pada laktasi 2. Lama laktasi yang panjang dapat disebabkan karena reproduksi ternak tersebut
kurang efisien, seperti masa kosong yang terlalu lama. Pernyataan tersebut didukung oleh
Hadisusanto (2008), bahwa efisiensi reproduksi sapi perah dapat berpengaruh terhadap lama
laktasi. Sapi perah yang memiliki selang beranak yang panjang, akan mengakibatkan masa
laktasi semakin lama, karna sapi tetap diperah hingga akhirnya terjadi kebuntingan lalu
dikering kandangkan.
Tabel 3. Puncak Laktasi Sapi FH Laktasi 1, 2, 3 dan 4 di PT. UPBS
Hasil penelitian cukup sesuai dengan pendapat Ball dan Peters (2004) yang
menyatakan bahwa, produksi susu akan meningkat pada minggu pertama setelah beranak,
hingga mencapai puncak pada 1-2 bulan setelah beranak. Menurut Tribudi, dkk., (2020)
bahwa puncak laktasi kedua dicapai pada hari ke-72,52±26,52, laktasi 3 pada hari ke-
73,12±36,25, laktasi ke-4 pada hari ke-73,12±36,25. Perbedaan puncak produksi disebabkan
oleh beberapa penyebab. Menurut Schmidt dan Van Vleck (1988), puncak produksi susu sapi
bergantung pada kondisi tubuh sapi setelah beranak, kemampuan metabolisme, adanya infeksi
penyakit, dan pemberian pakan setelah beranak. Kondisi tubuh yang baik serta kecukupan
pakan setelah beranak cenderung akan meningkatkan produksi susu hingga mencapai puncak.
Hasil penelitian tidak berbeda jauh dengan hasil penelitian Nanda (2018) yang
menyatakan rataan lama kering kandang sapi FH keturunan impor di PT. UPBS laktasi 1
sebesar 53,05±25,41 hari. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Anggraeni, dkk., (2010) yang
menyatakan bahwa masa kering yang normal untuk sapi perah berkisar 40-60 hari. Hasil
pengamatan tidak berbeda jauh dengan pendapat Makin dan Suharwanto (2012) bahwa rataan
lama kering kandang sapi perah FH yang ada di Garut, Sukabumi, dan Bandung Barat adalah
65 hari. Tribudi, dkk., (2020) menyatakan bahwa rataan lama kering kandang di PT.
Greenfield pada laktasi 2, 3, dan 4 berkisar antara 54-62 hari.
Kesimpulan
Performa produksi sapi perah FH yang memiliki produksi susu lebih dari 7.000
kg/laktasi di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan, termasuk dalam kategori baik, didukung
dengan data:
1. Laktasi 1 produksi susunya adalah 10.037,84 ± 1.309,79 kg; lama laktasi 347,28 ± 56,76
hari; puncak produksi hari ke 82,03 ± 28,05 dengan produksi susu 33,99 ± 3,67 kg; dan
2. Laktasi 2 produksi susunya adalah 9.270,26 ± 1.146,51 kg; lama laktasi 320,70 ± 40,52
hari; puncak produksi hari ke 57,56 ± 23,16 dengan produksi susu 40,89 ± 4,06 kg; dan
3. Laktasi 3 produksi susunya adalah 8.876,47 ± 1.245,68 kg; lama laktasi 345,46 ± 62,84
hari; puncak produksi hari ke 62,41 ± 26,88 dengan produksi susu 44,56 ± 4,89 kg; dan
4. Laktasi 4 produksi susunya adalah 8.392,01 ± 1.122,80 kg, lama laktasi 341,11 ± 57,54
hari, puncak produksi hari ke 64,06 ± 26,38 dengan produksi susu 44,82 ± 5,93 kg; dan
Saran
Manajemen penyeleksian di perusahaan harus dapat ditingkatkan lagi untuk
mendapatkan produksi susu yang lebih tinggi, seperti meningkatkan seleksi dengan
mempertimbangkan sapi produksi susu tinggi diimbangi dengan aspek produksi lainnya yaitu
lama laktasi, puncak laktasi, dan lama kering kandang.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, A., Y. Fitriani, A. Atabany, dan I. Komala. 2008. Penampilan Produksi Susu Dan
Reproduksi Sapi Friesian-Holstein Di Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi
Perah Cikole, Lembang. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008.
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Anggraeni. 2007. Pengaruh Lama Kering Pada Produksi Susu Sapi Perah. Seminar Nasional
Hari Pangan Sedunia 2007. Balai Penelitian Ternak. Bogor. 167-173.
Anggraeni, A., Y. Fitriyani, A. Atabany, C. Sumantri, dan I. Komala. 2010. Pengaruh Masa
Laktasi, Masa Kering, Masa Kosong dan Selang Beranak Pada Produksi Susu Sapi
Friesian Holstein Di BPPT SP Cikole, Lembang. Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner.
Ball, P, J, H., dan A. R. Peter. 2004. Reproduction in Cattle Third Edition. Blackwell Science.
Philadelphia
Christi, R. F., H. Indrijani, D. S. Tasripin, D. Suharwanto. 2020. Evaluasi Produksi Susu Sapi
Perah Friesian Holstein Pada Berbagai Laktasi Di BPPIBTSP Bunikasih Cianjur.
Jurnal Ilmu Pertanian dan Peternakan. 8 (2): 60-64.
Hadisutanto, B. 2008. Pengaruh Paritas Induk terhadap Performans Sapi Perah Fries
Holland. Bandung.
Hasan, M. I. 2004. Aplikasi Data Penelitian dengan Statistik. Bumi Aksara. Jakarta
Indrijani, H. 2008. Penggunaan Catatan Produksi Susu 305 Hari dan Catatan Produksi Susu
Test Day (Hari Uji) untuk Menduga Nilai Pemuliaan Produksi Susu Sapi Perah.
Disertasi, PPs UNPAD. Sumedang.
Makin, M. dan D. Suharwanto. 2012. Performa Sifat-Sifat Produksi Susu Dan Reproduksi
Sapi Perah Fries Holland Di Jawa Barat. Jurnal Ilmu Ternak. 12 (2): 39-44.
Pratiwi, N., Sudewo, A. A. T., dan Santosa, S. A. 2013. Penggunaan Taksiran Produksi Susu
Dengan Test Interval Method (TIM) Pada Evaluasi Mutu Genetik Sapi Perah Fries
Holland di Beberapa Perusahaan. Thesis. Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Putra, S. A., H. Indrijani, dan A. Anang. 2015. Evaluasi Produksi Susu Bulanan Sapi Perah
Fries Holland dan Korelasinya dengan Produksi Total Selama 305 Hari di BPPTU-
HPT Baturraden. Student e-Journal. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
Schmidt, G. H., L. D Van Vleck., dan M. F Hutjens. 1988. Principles of Dairy Science. Ed ke-
2. New Jersey USA : Prentice Hall. Engle Wood Cliffs.
Tasripin, D. S., R. F. Christi, dan D. D. Biyantoro. 2020. Produksi Susu dan Lama Laktasi
Sapi Perah Friesian Holstein di PT Ultra Peternakan Bandung Selatan. Composite:
Jurnal Ilmu Pertanian. 02 (1): 25-29.
Tribudi, Y. A., A. Mahmud, dan R. F. Rinanti. 2020. Hubungan Lama Masa Kering Terhadap
Produksi Susu dan Puncak Laktasi pada Sapi Perah. Jurnal Sains Peternakan. 8 (1):
30-37.
Menyatakan bahwa artikel ini merupakan hasil penelitian penulis, data dan tulisan ini bukan
hasil karya orang lain, ditulis dengan kaidah-kaidah ilmiah dan belum pernah dipublikasikan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya, tanpa tekanan dari pihak
manapun. Penulis bersedia menanggung konsekuensi hukum apabila ditemukan kesalahan
dalam pernyatan ini.
Mengetahui, Penulis,
Pembimbing Utama,
(Dr. Ir. Didin Supriat Tasripin M.Si. IPU) (Prafangasti Sarah Ginantika)
Pembimbing Anggota,
Pembimbing Anggota,