Anda di halaman 1dari 12

Makalah Ilmu Tilik Dan Tingkah Laku Ternak

(Pendugaan Kapasitas Produksi Susu Sapi Perah)

Oleh :

NAMA : NUR ANISA


STAMBUK : L1A121234
KELAS : E

JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah dengan judul “Pendugaan Kapasitas Produksi
Sapi Perah” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga saya mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Penyusunan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah Ilmu Tilik dan Tingkah
Laku Ternak Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah
ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat berguna bagi para pembaca.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1..................................................................................................................... Lata
r Belakang...................................................................................................1
1.2..................................................................................................................... Rum
usan Masalah..............................................................................................2
1.3..................................................................................................................... Tuju
an ................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
2.1. Kapasitas Produksi Susu............................................................................3
2.2. Pendugaan Kapasitas Produksi Susu.........................................................4
BAB III PENUTUP.........................................................................................6
3.1. Kesimpulan................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................7

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Produktivitas pada ternak sapi perah yang diutamakan adalah peningkatan
produksi susunya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui seleksi.
Kegiatan seleksi membutuhkan recording atau pencatatan. Pencatatan saat ini
umumnya menggunakan catatan harian lengkap 305 hari. Budidaya sapi perah
ditujukan terutarna untuk mencapai produksi susu dalam volume yang tinggi,
sehingga prioritas perbaikan genetik dalam kegiatan seleksi sapi perah biasanya
ditekankan pada perfonnans produksi susu. Produksi susu sendiri merupakan hasil
resultan antara faktor genetik dengan lingkungan. Selain dikarenakan perbedaan
genetik, variasi produksi susu antara sapi retina dipengaruhi pula oleh kondisi
lingkungan serta interaksi antara keduanya. secara garis besar membagi
lingkungan menjadi dua yakni lingkungan internal (fisiologis), yang memberikan
pengaruh pada setiap individu ternak dan lingkungan eksternal, yang memberikan
pengaruh pada keseluruhan ternak dalam suatu kelompok atau populasi ternak.
Pemuliaan ternak adalah aktivitas perbaikan mutu genetik ternak dalam
suatu usaha peternakan melalui seleksi dan atau sistem perkawinan yang
kemudian diikuti dengan pengafkiran (culling). Proses seleksi dilakukan dengan
memilih ternak yang dianggap mempunyai mutu genetik baik untuk
dikembangkan lebih lanjut, serta memilih ternak yang dianggap kurang baik untuk
disingkirkan dan tidak dikembangbiakkan lebih lanjut. Adapun dasar pemilihan
dan penyingkiran yang dipakai salah satunya adalah mutu genetik. Tujuan seleksi
adalah untuk mendapatkan ternak yang baik dan unggul mutu genetiknya yang
akan dijadikan sebagai bibit atau tetua bagi generasi selanjutnya. Kemampuan
pengulangan produksi susu yang biasa disebut Ripitabilitas adalah merupakan
pencerminan kesamaan dari suatu sifat yang diulang setiap kali dari individu yang
sama selama hidupnya atau suatu pengulangan sifat yang dapat diukur berkali-kali
selama hidupnya.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kapasitas produksi susu pada ternak sapi perah?
2. Bagaimana penduguaan produksi susu pada ternak sapi perah?
1.3. Tujuan
1. Dapat mengetahui kapasitas produksi pada ternak sapi perah
2. Dapat mengetahui penduguaan produksi susu pada ternak sapi perah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kapasitas Produksi Susu


Produksi susu ditentukan oleh faktor lingkungan dan faktor genetik. Usaha
peningkatan produksi susu harus memperhatikan mutu genetik ternak disamping
pengendalian kondisi lingkungan yang ideal bagi sapi perah, sehingga dengan
mutu genetik tinggi pada kondisi lingkungan yang optimal diharapkan dapat
memberikan produksi yang maksimal.
Rendahnya produksi dan kualitas susu menjadi permasalahan yang harus
diperhatikan, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui perbaikan
sifat kuantitatif agar sapi dapat menampilkan produktivitasnya secara optimal.
Pendugaan produksi susu sapi dapat dilakukan dengan mempertimbangkan sifat-
sifat tampak pada sapi perah. Morfologi ambing sapi yang besar diduga
berhubungan dengan kemampuan sapi dalam menghasilkan susu sehingga perlu
dilakukan penelitian mengenai hal tersebut. Ambing yang panjang, lebar dan
dalam serta melekat dengan mantap memiliki potensi untuk menghasilkan susu
dalam jumlah lebih besar, hal ini dimungkinkan karena pada ambing yang besar
dan sehat didalamnya terdapat jumlah sel sekretori yang lebih banyak sehingga
produksi susu yang dihasilkan lebih tinggi.
Konsumsi rata-rata pakan sapi perah selama tiga bulan laktasi yaitu pada
bulan laktasi pertama sampai dengan bulan laktasi ketiga. Konsumsi BK tidak
terdapat perbedaan yang nyata antara sistem pemeliharaan kebiasaan petani
dengan sistem perbaikan manajemen pemeliharaan. Konsumsi BK akan
berpengaruh pada tercukupinya kebutuhan nutrisi pakan dan jumlah zat pakan
yang dikonsumsi serta digunakan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan.
Konsumsi BK dengan sistem kebiasaan petani dan sistem perbaikan manajemen
masing-masing misal 7,79 + 0,61 kg/hari dan 8,29 + 0,61 kg/hari, konsumsi
tersebut menurut NRC (1979), telah memenuhi kebutuhan ternak terhadap bahan
kering. Kualitas pakan (hijauan dan konsentrat) yang rendah untuk perah akan
berdampak tidak baik terhadap produksi susu. Pemberian pakan dan tatalaksana

3
yang kurang baik, akan berpengaruh terhadap kemampuan berproduksi sapi perah.
Peningkatan kualitas ransum diharapkan dapat meningkatkan kecernaan nutrien
dan produksi susu. Dengan peningkatan kadar protein dalam ransum akan diikiti
dengan kecernaan protein kasar yang lebih tinggi, sebagai akibat meningkatnya
asupan protein yang dapat dicerna. Meningkatnya kecernaan diperkirakan
memberi peluang adanya tambahan asupan nutrien yang akan digunakan untuk
sintesis susu.
2.2. Pendugaan Produksi Susu
Evaluasi genetik sapi perah umumnya berdasarkan pada pencatatan
produksi laktasi 305 hari, yaitu dengan pencatatan produksi susu setiap hari
selama sapi laktasi. Keunggulan penggunaan catatan ini langsung mengarah
kepada tujuan pemuliaan yaitu meningkatkan produksi susu kumulatif. Namun
pada kenyataannya di lapangan pendugaan produksi susu ke 305 sangat kompleks
karena panjang laktasi setiap individu sapi tidak lah sama, ada yang kurang dari
305 hari ada pula yang lebih dari 305 hari. Maka, perlu dilakukan standarisasi
yang menggunakan faktor koreksi produksi susu yang disesuaikan kearah lama
pemerahan 305 hari, 2 kali frekuensi pemerahan per hari, dan umur setara dewasa
(ME). Data yang diperoleh dari pencatatan tersebut dapat digunakan untuk
menduga kemampuan pengulangan produksi susunya.
Rataan produksi susu selama bulan laktasi pertama sampai dengan bulan
laktasi ketiga untuk sistem kebiasaan petani dan sistem perbaikan manajemen
pemeliharaan, adalah sebanyak 4,59 + 0,39 lt/ekor/hari dan 7,08 + 0,31
lt/ekor/hari. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa produksi susu dengan
perbaikan manajemen pemeliharaan lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem
kebiasaan petani. Rata-rata kapasitas produksi susu sapi perah dalam negeri hanya
menghasilkan susu sekitar 10 liter/ekor/hari. Rata-rata produksi susu sapi perah
yang diberi pakan jerami padi dan rumput gajah yaitu masing-masing sebesar
10,87 liter/ekor/hari dan 11,11 liter/ekor/hari. Diperkirakan salah satu faktor yang
mempengaruhi produksi susu adalah kualitas pakan yang diberikan pada sapi
laktasi. Hal ini kemungkinan konsentrat yang diberikan pada sapi perah dengan
sistem perbaikan manajemen pemeliharaan berpengaruh terhadap produksi asam

4
propionat (C3) karena banyak mengandung karbohidrat yang mudah
difermentasikan. Asam propionat berpengaruh terhadap produksi susu karena
asam propionat dapat diubah menjadi glukosa dan glukosa merupakan bahan
pembentuk laktosa susu. Kurang lebih 40% dari bahan kering susu adalah laktosa
yang bersifat menyerap air, sehingga apabila terjadi peningkatan kadar laktosa
maka produksi susu juga meningkat. Sekresi air mempunyai hubungan erat
dengan tekanan osmosis dari darah. Tekanan osmosis dari susu dipengaruhi oleh
kadar laktosa. Tekanan osmosis darah meningkat maka kadar laktosa juga
meningkat, sehingga banyak air ditransfer dari lumen alveoli untuk
mempertahankan tekanan osmosis dari susu supaya terjadi keseimbangan dengan
tekanan osmosis darah. Berat Jenis susu dengan sistem perbaikan manajemen
pemeliharaan lebih tinggi bila dibandingkan dengan sistem kebiasaan petani yaitu
1,0271 dan 1,0253. Berat Jenis susu sapi perah meningkat dengan adanya
penambahan suplement dalam ransum yang diberikan, yaitu 1,026 dan 1,0275
masing-masing untuk berat jenis susu ternak kontrol dan perlakuan penambahan
suplement.

5
BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Evaluasi genetik sapi perah umumnya berdasarkan pada pencatatan
produksi laktasi 305 hari, yaitu dengan pencatatan produksi susu setiap hari
selama sapi laktasi. Keunggulan penggunaan catatan ini langsung mengarah
kepada tujuan pemuliaan yaitu meningkatkan produksi susu kumulatif. Namun
pada kenyataannya di lapangan pendugaan produksi susu ke 305 sangat kompleks
karena panjang laktasi setiap individu sapi tidak lah sama, ada yang kurang dari
305 hari ada pula yang lebih dari 305 hari. Maka, perlu dilakukan standarisasi
yang menggunakan faktor koreksi produksi susu yang disesuaikan kearah lama
pemerahan 305 hari, 2 kali frekuensi pemerahan per hari, dan umur setara dewasa
(ME). Data yang diperoleh dari pencatatan tersebut dapat digunakan untuk
menduga kemampuan pengulangan produksi susunya.

6
DAFTAR PUSTAKA

Komala L, 2014. Hubungan Produksi Susu Berdasarkan Gradd MPPA dengan


Performa Produksi., Jurnal Teknologi Hasil Ternak. Vol, 3(1)

Dian W. 2016. Hubungan Antara Morfologi Ambing, Produksi susu dan


Komponen Susu pada Sapi Friestan Holstein. Jurnal Agrifet. Vol, 19(2)

Anneke, 2018. Pendugaan Produksi Susu Sapi Perah Kajian Pada Faktor Koreksi
Pengaruh Lingkungan Internal. Jurnal Wartazoa. Vol, 13(2)

Heni I, 2010. Fixed Regresion Test Day Model Sebagai Solusi Pada Pendugaan
Nilai Pemuliaan Sapi Perah. Jurnal Produksi Susu. Vol, 14(3)

Anggraeni, A., K. Diwiyanto, L. Praharni, A. Soleh dan C. Talib. 2001. Evaluasi


mutu genetik sapi perah induk FH didaerah sentra produksi susu.
Prosiding Hasil Penelitian bagian proyek “Rekayasa Teknologi
Pertanian/ARMP II”. Puslibangnak. Bogor.

Mariyono dan A. Priyanti. 2008. Efisiensi penggunaan jerami padi vs rumput


gajah terhadap produksi susu dan pendapatan peternak sapi perah.
Prosiding ‘Prospek industri Sapi Perah menuju Perdagangan Bebas
2020’. Puslitbangnak bekerjasama dengan Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Keuangan dan Perbankan Indonesia. Jakarta.

Siregar, S.B. 2001. Peningkatan kemampuan berproduksi susu sapi perah laktasi
melalui Tampilan Produksi Susu Sapi (perbaikan pakan dan frekuensi
Pemberiannya). JITV, 6(2) : 76-82.

Sudarwanto, M. 1999. Usaha peningkatan produksi susu melalui program


pengendalian mastitis subklinis, Orasi Ilmiah, FKH. IPB. Bogor.

Talib, C., A. Anggraeni dan K. Diwyanto. 2000. Evaluasi genetik sapi perah FH
sebagai ternak penghasil bibit. I. Evaluasi pejantan. Jurnal Ilmiah
Pertanian. Vol VI (2) : 149-155.

7
Thahir. R., A. Djajanegara dan A. Hasanaudin. 2006. Panduan Penerapan Inovasi
Teknologi Dalam Prima Tani. Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai