FEEDLOT/PENGGEMUKAN TERNAK
“KELOMPOK TERNAK PADE JAYA DESA PENGADANGAN BARAT
KEC. PRINGGASELA LOMBOK TIMUR”
Disusun Oleh:
NAMA : BURHAN
NIM : B1D019042
KELAS : 5A1
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas segala berkat
melimpah yang diberikan-nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan akhir
praktikum mata kuliah Feed Lot ini dengan baik. Laporan ini tentang pembahasan dan seluruh
hasil praktikum yang telah dilaksanankan. Keseluruhan praktikum tersebut diantaranya
kunjungan ke kelompok ternak Pade Jaya.
Laporan ini dibuat bukan semata-mata menjadi beban saya pribadi, tetapi tugas ini
merupakan suatu bagian penting dari proses pembelajaran, dimana setiap mahasiswa dilatih
untuk menjadi mandiri dan berwawasan. Tujuan pembuatan laporan ini untuk memenuhi syarat 3
SKS mata kuliah Feed Lot.
Terimakasih saya kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan
akhir praktikum Feed Lot, atas semangat dan dukungan yang telah diberikan. Saya menyadari
bahwa dalam membuat laporan ini, masih banyak kekurangan yang dimiliki. Oleh kerena itu saya
mengharapkan kritik dan saran pembaca, yang dapat berguna dalam perbaikan laporan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................................
KATA PENGATAR..........................................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................
A. Latar Belakang.........................................................................................................................
B. Tujuan dan Kegunaan Praktikum.............................................................................................
C. Tinjauan Pustaka......................................................................................................................
D. Waktu dan Tempat Praktikum.................................................................................................
E. Materi Praktikum.....................................................................................................................
A. Identitas Peternak.....................................................................................................................
B. Pemilikan Ternak.....................................................................................................................
C. Struktur Populasi Sapi Peternak...............................................................................................
A. Penggemukan Sapi...................................................................................................................
B. Sistem Penggemukan...............................................................................................................
A. Produktivitas Ternak................................................................................................................
B. Perkawinan Ternak..................................................................................................................
C. Kebersihan, Pemeliharaan dan Hambatan Ternak...................................................................
A. Kesimpulan..............................................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sapi potong merupakan ternak yang dibudidayakan dengan tujuan utama untuk
menghasilkan daging. Budidaya ternak sapi potong sudah dikenal secara luas oleh
masyarakat kita. Jangka waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan harga daging yang
relatif tinggi memotivasi pembudidaya untuk terus
tetap semangat dalam mengembangkan budidaya ternak sapi potong. Bangsa ternak sapi
potong yang dibudidayakan juga beraneka ragam, mulai dari Peranakan Ongole dengan
ciri khas berpunuk, Simmental, Brahman, limousine, dan pada beberapa daerah juga ada
yang mengembangkan sapi potong bangsa Kentang goreng Holland. Budidaya ternak sapi
potong yang umumnya kita kenal dari budidaya pembibitan dan budidaya penggemukan.
Pemeliharaan sapi potong di Nusa Tenggara Barat, di lakukan secara ekstensif, semi
intensif, dan intensif, Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir
sepanjang hari berada dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin
sehingga cepat gemuk, sedangkan secara ekstensif sapi-sapi tersebut dilepas dipadang
pengem-balaan dan digembalakan sepanjang hari. Menejemen ternak potong merupakan
suatu metode pengelolaan ternak agar dapat mencapai produktivitas ternak yang efektif
dan efisien. Dalam suatu usaha peternakan peran menejemen sangat penting sekali, karena
dengan menejemen yang bagus maka produksi dari ternak akan meningkat dan jika
menejemen yang tidak bagus maka produksi ternak akan menurun. Menejemen berkaitan
dengan segala aspek yang ada didalam usaha ternak potong, seperti: menejemen pemberian
pakan dan air minum, menejemen reproduksi, menejemen pembibitan, menejemen
kesehatan dan lain sebagainya. Di Nusa Tenggara Barat khususnya di Sumbawa, sebagian
masyarakatnya adalah peternak, ternak yang banyak yaitu sapi bali. Adanya program
pemerintah yaitu BSS (Bumi Sejuta Sapi) menjadi daya dukung tersendiri untuk
peternakan yang ada di NTB dan ini sekaligus menjadi motivasi bagi peternak lokal untuk
terus mengembangkan peternakannya.
Dalam usaha peternakan sapi dapat dikatakan berhasil apabila telah memberikan
kontribusi pendapatan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup peternak sehari-hari. Agar
usaha ternak sapi menghasilkan sapi berkualitas, peternak harus meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan mereka dalam beternak sapi potong, antara lain memilih
bibit/bakalan yang baik, sistem pemeliharaan, pemberian pakan yang baik, cara
berreproduksi dan pengawasan terhadap kesehatan ternak. Hal inilah yang
melatarbelakangi diadakannya Praktikum Penggemukan (feedlot).
b) Kegunaan Praktikum
Adapaun manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Agar mahasiswa mengetahui usaha peternakan sapi dan kerbau di masyarakat
b. Agar mahasiswa mengetahui proses penyiapan penggemukan sapi di
masyarakat
c. Agar mahasiswa mengetahui analisis ekonomi pada penggemukan sapi dan
kerbau di masyarakat.
C. Tinjaun Pustaka
a) Penggemukan atau Feedlot
Usaha pengemukan sapi potong merupakan salah satu usaha untuk
mempercepat dan meningkatkan produksi, karena dengan usaha ini diharapkan
hasil pertambahan berat badan tinggi dan efisien dan menghasilkan kualitas
karkas yang lebih baik (Dyer and O’Mary, 1997).
b) Manajemen Pemeliharaan
1. Perkandangan
Pembangunan kandang harus memberikan kemudahan perawatan sapi,
mencegah sapi supaya tidak berkeliaran, dan menjaga kebersihan lingkungan.
Dengan adanya kandang, pengamanan terhadap pencuri sapi akan lebih terjaga
(Siregar, 2006).
2. Pemilihan Bibit
Pemilihan bibit akan menentukan majunya peternakan yang akan
dikembangkan. Bangsa-bangsa tertentu cocok apabila keadaan iklim dan pakan
sesuai sehingga mampu memberikan keuntungan tertentu dibandingakan
bangsa lainnya. Pemilihan suatu bangsa sapi tergantung pada kesukaan
peternak, keadaan lingkungan, kemampuan adaptasi, efisiensi reproduksi,
kemauan memelihara dan menyusui anak, ukuran badan dan pertambahan berat
badan. (Blakely dan Blade, 1996)
3. Pakan
Menurut Murtidjo (1990) bahan pakan digolongkan menjadi 3 yaitu
pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan. 1). Pakan hijauan yaitu
semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-
daunan. Yang termasuk hijauan adalah rumput, leguminosa dan tumbuhan lain.
Semuanya dapat diberikan untuk ternak dengan 2 macam bentuk yaitu berupa
hijauan segar dan kering. 2). Pakan penguat yaitu pakan yang berkonsentrasi
tinggi dengan kadar serat kasar relative rendah dan mudah dicerna, meliputi
bahan pakan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung giling, menir, hasil
ikutan pertanian atau pabrik seperti dedak, bungkil kelapa, tetes. 3). Pakan
tambahan biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea. Pakan tambahan
dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif yang hidupnya berada
dalam kandang secara terus-menerus. Pakan tambahan tersebut antara lain
vitamin A dan D, mineral terutama Ca dan P, urea. (Anonimous, 1983).
c) Bakalan
Menurut Sarwono dan Arianto (2006), keberhasilan penggemukan sapi
potong sangat tergantung pada pemilihan bakalan yang baik dan kecermatan
selama pemeliharaan. Bakalan yang akan digemukkan dengan pemberian pakan
tambahan dapat berasal dari sapi lokal yang dipasarkan di pasar hewan atau sapi
impor yang belum maksimal pertumbuhannya. Sebaiknya bakalan dipilih dari
sapi yang memiliki potensi dapat tumbuh optimal setelah digemukkan. Prioritas
utama bakalan sapi yang dipilih yaitu kurus, berusia remaja, dan sepasang gigi
serinya telah tanggal.
Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu Bos Indicus,
Bos Taurus dan Bos Sondaikus. Bos Indicus merupakan bangsa sapi yang
terdapat di daerah tropis, Bos Taurus merupakan bangsa sapi yang terdapat di
daerah dingin dan Bos Sondaikusdan bos indicus merupakan bangsa sapi yang
terdapat di daerah tropis. Sapi yang di usahakan sebagai ternak potong
mempunyai ciri antara lain :
a. Ukuran tubuh besar, berbentuk persegi panjang atau balok.
b. Kualitas dagingnya baik.
c. Laju pertumbuhannya cepat.
d. Efisiensi pakannya tinggi.
Menurut Ngadiyono (2007), sapi bakalan ACC dengan kondisi kurus tetapi
sehat hanya membutuhkan waktu 60 hari untuk menjadi gemuk, dengan rataan
bobot badan 454,35 kg dan konversi pakan 8,22 jauh lebih efisien dibanding lama
penggemukan 90 dan 120 hari. Kriteria pemilihan bakalan yaitu berasal dari
induk yang memiliki potensi genetik yang baik, bakalan agak kurus, umur
bakalan 2 –15 tahun, sehat dan tidak mengidap penyakit, serta bentuk tubuh yang
proporsional (Rianto dan Purbowati, 2009).
d) Produktivitas
Produksi ternak potong identik dengan produksi daging dimana
pertumbuhan jaringan pada ternak muda yang bertumbuh. Protein, karbohidrat
dan lemak berakumulasi pada jaringan-jaringan dengan lajuyang sama dengan
perbedaan antara laju sintesis dan katabolismenya. Pada keadaan normal,laju
akumulasi lebih sedikit dibandingkan laju sintesis ataupun laju katabolismenya.
Komponen-komponen organik pada susu dan telur berakumulasi pada laju yang
sama denganlaju sintesisnya karena produk-produk tersebut merupakan produk
sel yang langsungdiekskresikan oleh sel yang bersangkutan dan tidak mengalami
proses katabolik. Tenaga yang dibutuhkan untuk mengendalikan rangkaian proses
sintesis tersebut berasal dari energy yang dibebaskan oleh proses oksidatif dalam
sel-sel (Kartadisastra,1997).
Sitem perkawinan sapi untuk memperoleh keturunan ada dua macam yaitu
perkawinan secara alami (sapi betina yang birahi kawin langsung dengan
pejantan) dan perkawinan buatan yang dikenal dengan inseminasi buatan (IB)
atau kawin suntik, dimana sapi betina yang birahi “disuntik” dengan mani sapi
jantan unggul (Bambang Setiadi, 2001).
E. Materi Praktikum
1.5.1 Alat praktikum
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
- Tongkat ukur
- Pita ukur
- Timbangan
- Alat tulis
1.5.2 Bahan praktikum
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
- Sapi Peternak
- Pakan Ternak
- Kandang ternak
BAB II
PROFIL PETERNAK
A. Identitas Peternak
Dari data tabel Identitas peternak dan Pemilkan ternak kita dapati bahwa rata
- rata peternak di kelompok ternak ini masih tergolong peternak tua, pendidikan dari setiap
peternak juga tergolong minim rata-rata hanya sampai SD, peternak di kelompok ini rata -
rata pekerjaan pokoknya adalah petani hewan ternak yang mereka pelihara hanya sebagai
penghasilan sampingan bagi mereka. Ada beberapa peternak yang pernah mengikuti kursus
peternakan tetapi rata - rata peternak hanya mengandalkan pengalaman beternak yang turun
menurun, tidak mengandalkan hasil kusus ataupun riset penelitian.
Pemilikan ternak dari setiap peternak hanya memiliki 3 - 4 ekor ternak yang terdiri
dari ternak menyusui rata - rata 1, ternak sapihan rata – rata 1, ternak muda rata – rata 1 dan
ternak dewasa rata - rata 1-2. Kelompok ternak disini rata - rata memelihara ternak spesies Sapi
Bali dan ada beberapa peternak juga melihara ternak silangan. Asal ternak yang mereka pelihara
rata - rata hasil keturunan ternak yang mereka kawinkan sendiri ada juga yang membeli dan ada
juga melihara ternak kadasan orang.
Dari tabel struktur populasi sapi peternak di dapati presentase (%) anak
menyusui 28%, sapihan 17% dan muda betina di dapati 11% serta dewasa jantan 11%,
betina 33%. Dengan menggunakan rumus :
A. Penggemukan Sapi
Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat
peternakan yang mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan dimasa depan. Hal ini
terbukti dengan semakin banyak diminati masyarakat baik dari kalangan peternak kecil,
menengah maupun swasta atau komersial.
Penggemukan sapi pada dasarnya adalah mendayagunakan potensi genetik ternak untuk
mendapatkan pertumbuhan bobot badan yang efisien dengan memanfaatkan input pakan serta
sarana produksi lainnya, sehingga menghasilkan nilai tambah usaha yang ekonomis. Tujuan
dari penggemukan ternak sapi adalah untuk meningkatkan produksi daging persatuan ekor,
meningkatkan jumlah penawaran daging secara efisien tanpa memotong sapi lebih banyak,
menanggulangi populasi ternak sapi yang menurun akibat pemotongan dan dapat menghindari
pemotongan sapi betina umur produktif.
B. Sistem Penggemukan
Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi sistem penggemukan pada ternak sapi
adalah teknik pemberian pakan/ ransum, luas lahan yang tersedia, umur dan kondisi sapi
yang akan digemukkan, serta lama penggemukan. Usaha penggemukan sapi perlu akan
upaya untuk meningkatkan bobot sapi sebelum dijual. Banyak dijumpai para peternak
tradisional mencari sapi yang telah pubertas, tetapi tubuhnya masih kurus. Tubuh yang
kurus tersebut bisa jadi karena pemberian pakan yang kurang tepat.
Di luar negeri, penggemukan sapi dikenal dengan sistem pasture fattening, dry lot
fattening, dan kombinasi keduanya, sedangkan di Indonesia dikenal dengan sistem kereman
atau sistem paron (Timor). Cara penggemukan sapi secara modern dilakukan dengan
menggunakan prinsip feedlot, yaitu pemberian pakan sapi terdiri dari hijauan dan
konsentrat yang berkualitas di dalam kandang.
Hal yang harus diperhatikan pada sistem ini adalah cara penggembalaan
dalam rangka memanfaatkan hijauan sebaik mungkin. Pengaturan pemanfaatan
hijauan jangan hanya di satu tempat saja. Bisa jadi hijauan pada satu tempat sudah
habis, sedangkan di tempat lain masih belum termanfaatkan. Dengan demikian, perlu
dilakukan rotasi pemanfaatan untuk mengatur pertumbuhan hijauan yang ada. Selain
itu ketersediaan sumber air juga harus tercukupi.
Sistem ini merupakan perpaduan dry lot fattening. Pada sistem ini, bila musim
hujan berlimpah maka sapi digembalakan di padang gembalaan dan tidak harus
dikandangkan. Sementara pada musim kemarau, sapi dikandangkan dan diberi pakan
penuh. Pada siang hari digembalakan di padang penggembalaan, sedangkan pada
malam hari sapi dikandangkan dan diberi konsentrat.
Sistem penggemukan ini membutuhkan waktu yang lebih lama daripada sistem dry
lot fattening, tetapi lebih singkat daripada sistem pasture fattening. Sapi yang awalnya
dipelihara di padang penggembalaan, kemudian beberapa bulan sebelum dijual diberi
pakan konsentrat penuh, hasilnya lebih baik dibandingkan sapi yang dari awal
pemeliharaan diberipakan hijauan dan konsentrat secara seimbang.
d) Sistem kereman
Sistem ini sebenarnya hampir sama dengan dry lot fattening, yaitu ternak sapi
diberi pakan hijauan dan konsentrat serta sapi dikandangkan selama pemeliharaan.
Bedanya, sistem kereman lebih banyak dilakukan oleh peternak tradisional dan
pemberian pakannya masih tergantung dengan kondisi. Bila musim hujan, sapi
diberi banyak pakan hijauan, tetapi bila musim kering sapi lebih banyak diberi pakan
konsentrat. Cara penggemukan sapi potong sistem kereman dilakukan dengan
teknologi pemeliharaan sebagai berikut :
1) Sapi dipelihara dalam kandang terus menerus dan tidak digembalakan. Ternak
sapi hanya sewaktu- waktu dikeluarkan, yakni pada saat membersihkan kandang
dan memandikan ternak sapi.
2) Semua kebutuhan ternak, baik berupa kandang air minum disediakan oleh
peternak secara tak terbatas.
4) Sapi penggemukan tidak untuk dijadikan tenagakerja, hal ini bertujuan agar
makanan yang dikonsumsi sepenuhnya diubah menjadi daging dan lemak
sehingga pertumbuhan bobot badan meningkat secara cepat.
5) Pada awal masa penggemukan, ternak sapi terlebih dahulu diberikan obat cacing.
7) Lama penggemukan berkisar 4 – 10 bulan. Hal ini tergantung dari kondisi awal
dan bobot sapi yang digemukkan.
Dari keempat sistem penggemukan yang ada rata-rata kelompok ternak Pade Jaya
menggunakan sistem penggemukan kereman yaitu ternak sapi diberi pakan hijauan dan
konsentrat serta sapi dikandangkan selama pemeliharaan. Pemberian pakannya masih
tergantung dengan kondisi. Bila musim hujan, sapi diberi banyak pakan hijauan, tetapi
bila musim kering sapi lebih banyak diberi pakan konsentrat. Selain itu, pemilihan sistem
penggemukan kereman ini yaitu untuk memudahkan peternak dalam pengontrolan, pemberian
pakan karena sebagian peternak tidak menjadikan beternak sebagai pekerjaan pokok
melainkan sebagai pekerjaan sampingan. kemudian adalah dari segi keamanan, dengan
pemeliharaan secara di kandangan akan lebih terjamin keamanannya dari pada di gembalakan
atau dilepas liarkan. Selanjutnya adalah dari segi kepemilikan lahan, sebagian peternak tidak
memiliki banyak lahan untuk mengembalakan ternaknya.
BAB IV
PRODUKTIVITAS TERNAK
A. Produktivitas Ternak
B. Perkawinan Ternak
= ( LD + 18 )2
100
Menurut saya dan dari beberapa referensi yang saya baca rumus Scroohl Indonesia ini
sudah mendekati berat badan asli jka ternak ditimbang dengan timbangan digital. Rumus ini
juga sesuai dengan produktivitas ternak yang ada di Indonesia. Kita juga mendapatkan rata -
rata dan standart deviasi tinggi badan ternak sebesar 117,4 cm dan 5,76 cm , lingkar dada
kita dapatkan sebesar 136 cm dan 5,40 cm, tnggi badan kita dapatkan 108,75 cm dan166 cm
data pada tinggi badan pada ternak III jantan dan IV jantan tidak ada, serta berat badan kita
dapatkan sebesar 237,452 kg dan 16,18 kg.
Dari tabel data perkawinan ternak di dapat ternak kawin sepanjang tahun pada musim
hujan. Peternak disini mengawinkan ternaknya dengan cara disuntik atau Inseminasi Buatan
(IB) adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah
dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam
saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut
'Insemination Gun'. Pada ternak kelompok ini rata - rata birahi setelah beranak selama 57
hari dengan standar deviasi sebesar 6,71. Rata ternak disini kawin pada bulan ke 26 pada
jantan dengan standar deviasi 3,29 pada betina
bulan ke 30 dengan standar deviasi 6,00 dan ternak kawin kembali setelah beranak dengan
rata -rata 82 hari dengan standar deviasi 7,58 serta jumlah kawin setelah bunting dengan rata
- rata14 dengan standar deviasi 0,55.
Dari tabel kebersihan, pemeliharaan dan hambatan tenak didapati rata - rata peternak
memandikan ternak 1 hingga 2 kali dalam seminggu dan terkadang tidak tentu ataupun tidak
pernah. Ternak yang dipelihara oleh peternak rata - rata dipelihara oleh 2 hingga 3 orang
anggota dari keluarga peternak itu sendiri. Hambatan pemeliharaan ternak selalu ada misal
dari peternak I hambatan mulai dari pakan ternak yang kurang mecukupi dan hambatan yang
paling utama dari peternak adalah keamaan ternak mereka seperti maling yang sangat
menjadi hambatan.
BAB V
MANAJEMEN PAKAN
Memang banyak jenis bahan makanan yang dapat digunakan untuk pakan ternak.
Tetapi secara umum, bahan pakan ternak dibagi menjadi beberapa jenis, pakan kasar, pakan
penguat/ konsentrat dan vitamin.
1. Pakan Kasar
Pakan kasar adalah pakan yang bervolume besar tetapi berat dari setiap unit
volume-nya rendah. Makanan yang termasuk pakan kasar dapat berasal dari hijauan, antara
lain : Rumput, bisa rumput lapangan, rumput tanaman, rumput grinting, rumput benggala,
rumput kolonjono, rumput tuton, daun leguminos, sisa hasil panen seperti jerami, baik
jerami padi, jerami kedelai, jerami jagung, maupun jerami kacang tanah.
Pakan ternak yang berasal dari hijauan memiliki kandungan serat kasar sekitar
18% tetapi memiliki kandungan energi yang rendah. Hijauan yang menjadi sumber nutrisi
yang baik adalah hijauan yang mengandung protein kasar sebanyak 20 % total bahan kering
seperti leguminosa/ kacang – kacangan.
Sedangkan, pakan dari sisa hasil panen seperti jerami, hanya memiliki kandungan protein
kasar sekitar 3 – 4 % bahan kering. Dari pakan hijau – hijauan yang berasal dari daun dan
rumput yang berkualitas, hewan ternak seperti sapi hanya dapat berproduksi 70% dari
kemampuan seharusnya.
Namun bagaimanapun juga, pakan kasar sangat diperlukan untuk hewan ternak
ruminansia karena memiliki serat kasar tinggi yang dibutuhkan untuk merangsang rumen
serta menentukan kadar lemak susu.
Pakan penguat atau disebut juga konsentrat adalah pakan ternak yang memiliki
kandungan serat kasar rendah, dibawah 18%. Nutrisi utama dari pakan konsentrat berupa
energi dan protein. Ada dua perbedaan konsentrat, yakni konsentrat sebagai sumber energi
dan sebagai sumber protein. Konsentrat sumber energi adalah konsentrat yang memiliki
kadar protein kurang dari 20%. Sebaliknya, konsentrat sumber protein adalah konsentrat
yang memiliki kadar protein di atas 20%.
3. Konsentrat
4. Vitamin
Dari tabel analisa ekonomi usaha kita sudah mendapatkan rata - rata dan standar
deviasi dari masing - masing peternak dari mulai biaya pakan, biaya kawin, biaya suntik,
biaya kandang, biaya alat, biaya beranak dan biaya lainnya serta terdapat hasil penjualan
ternak dan ternak akhir perhitunngan. Kita juga dapat menganlisis ekonomi usaha ternak
untuk mencari keuntungan dari setiap peternak di kelompok ternak Pade Jaya dengan cara,
menjumlahkan semua biaya pengeluaran peternak dan selanjutnya hasil penjualan + ternak
akhir perhitungan – jumlah biaya pngeluaran
peternak, hasil dari itu adalah keuntungan peternak/tahunnya. Dan hasil keuntungan
yang kita dapati dari setiap peternak, sebagai berikut :
P. I =
50.025.00
0 P. II =
58.375.00
0 P. III =
58.725.00
0 P. IV =
58.375.00
0 P. V =
37.025.00
0
Dengan rata - rata keuntungan dari seluruh peternak sebesar 52.505.000 dan standar
deviasinya sebesar 9399242, maka dari itu kita sudah mendapatkan keuntungan dan rata
- rata dan standar deviasi dari kelompok peternak Pade Jaya.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun simpulan yang didapat berdasarkan dari hasil praktikum penggemukan ternak
atau feedlot di kandang kelompok ternak Pade Jaya yakni sebagai berikut:
B. Saran
Abidin, Z dan H. Soeprapto. 2006. Cara Tepat penggemukan Sapi Potong. Agromedia
Pustaka : Jakarta
Blakely, J and Bade, D.H. 1998. Edisi keempat. University Gadjah Mada Press :
Yogyakarta.
Departemen Pertanian. 2006. Petunjuk Teknis Penelitian dan Pengkajian Nasional
Peternakan dan Perkebunan. Sistem Integrasi Padi Ternak : Jakarta.
Ebert. 2006. Animal Feed Resources Information Sistem.
Hadi, P. U., A. Thahar, N. Ilham. dan B. Winarso. 2002. A Progress Report Summary:
Analytic Framework To Facilitate Development Of Indonesia’s Beef Industry. Paper
Presented at the “Routine Seminar”. Center for Agro Socio Economic Research and
Development, Bogor. 8 Maret 2002. 24 p. Jurnal Litbang Pertanian.
Hafez, E.S.E. 1993. Reproduction In Farm Animal : Philadelpia.
Kartadisastra, H.R. 1997. Penyediaan & Pengelolaan Pakan ternak Ruminansia (Sapi,
Kerbau, Domba, Kambing). Kanisius : Yogyakarta.
Rianto, E. dan E. Purbowati. 2009. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sarwono, B. dan H. B. Arianto. 2002. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Edisi I.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Sarwono, B. dan B. M. Arianto. 2006. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Edisi II.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Setiadi, Bambang, Ir. 2001. Beternak Sapi Daging dan Masalahnya. Semarang : Aneka Ilmu.