Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

FEEDLOT/PENGGEMUKAN TERNAK
“KELOMPOK TERNAK PADE JAYA DESA PENGADANGAN BARAT
KEC. PRINGGASELA LOMBOK TIMUR”

Disusun Oleh:
NAMA : BURHAN
NIM : B1D019042
KELAS : 5A1

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas segala berkat
melimpah yang diberikan-nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan akhir
praktikum mata kuliah Feed Lot ini dengan baik. Laporan ini tentang pembahasan dan seluruh
hasil praktikum yang telah dilaksanankan. Keseluruhan praktikum tersebut diantaranya
kunjungan ke kelompok ternak Pade Jaya.

Laporan ini dibuat bukan semata-mata menjadi beban saya pribadi, tetapi tugas ini
merupakan suatu bagian penting dari proses pembelajaran, dimana setiap mahasiswa dilatih
untuk menjadi mandiri dan berwawasan. Tujuan pembuatan laporan ini untuk memenuhi syarat 3
SKS mata kuliah Feed Lot.

Terimakasih saya kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan
akhir praktikum Feed Lot, atas semangat dan dukungan yang telah diberikan. Saya menyadari
bahwa dalam membuat laporan ini, masih banyak kekurangan yang dimiliki. Oleh kerena itu saya
mengharapkan kritik dan saran pembaca, yang dapat berguna dalam perbaikan laporan ini.

Mataram, 30 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................................
KATA PENGATAR..........................................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................................................
B. Tujuan dan Kegunaan Praktikum.............................................................................................
C. Tinjauan Pustaka......................................................................................................................
D. Waktu dan Tempat Praktikum.................................................................................................
E. Materi Praktikum.....................................................................................................................

BAB II PROFIL PETERNAK..........................................................................................................

A. Identitas Peternak.....................................................................................................................
B. Pemilikan Ternak.....................................................................................................................
C. Struktur Populasi Sapi Peternak...............................................................................................

BAB III SISTEM PENGGEMUKAN..............................................................................................

A. Penggemukan Sapi...................................................................................................................
B. Sistem Penggemukan...............................................................................................................

BAB IV PRODUKTIVITAS TERNAK...........................................................................................

A. Produktivitas Ternak................................................................................................................
B. Perkawinan Ternak..................................................................................................................
C. Kebersihan, Pemeliharaan dan Hambatan Ternak...................................................................

BAB V MANAJEMEN PAKAN.......................................................................................................

A. Pemberian Pakan Dan Frekuensi Pemberian Pakan................................................................

BAB VI MANAJEMEN PEMASARAN DAN ANALISA EKONOMI........................................

A. Analisa Ekonomi Usaha...........................................................................................................

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................................................
B. Saran.........................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sapi potong merupakan ternak yang dibudidayakan dengan tujuan utama untuk
menghasilkan daging. Budidaya ternak sapi potong sudah dikenal secara luas oleh
masyarakat kita. Jangka waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan harga daging yang
relatif tinggi memotivasi pembudidaya untuk terus
tetap semangat dalam mengembangkan budidaya ternak sapi potong. Bangsa ternak sapi
potong yang dibudidayakan juga beraneka ragam, mulai dari Peranakan Ongole dengan
ciri khas berpunuk, Simmental, Brahman, limousine, dan pada beberapa daerah juga ada
yang mengembangkan sapi potong bangsa Kentang goreng Holland. Budidaya ternak sapi
potong yang umumnya kita kenal dari budidaya pembibitan dan budidaya penggemukan.

Pemeliharaan sapi potong di Nusa Tenggara Barat, di lakukan secara ekstensif, semi
intensif, dan intensif, Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir
sepanjang hari berada dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin
sehingga cepat gemuk, sedangkan secara ekstensif sapi-sapi tersebut dilepas dipadang
pengem-balaan dan digembalakan sepanjang hari. Menejemen ternak potong merupakan
suatu metode pengelolaan ternak agar dapat mencapai produktivitas ternak yang efektif
dan efisien. Dalam suatu usaha peternakan peran menejemen sangat penting sekali, karena
dengan menejemen yang bagus maka produksi dari ternak akan meningkat dan jika
menejemen yang tidak bagus maka produksi ternak akan menurun. Menejemen berkaitan
dengan segala aspek yang ada didalam usaha ternak potong, seperti: menejemen pemberian
pakan dan air minum, menejemen reproduksi, menejemen pembibitan, menejemen
kesehatan dan lain sebagainya. Di Nusa Tenggara Barat khususnya di Sumbawa, sebagian
masyarakatnya adalah peternak, ternak yang banyak yaitu sapi bali. Adanya program
pemerintah yaitu BSS (Bumi Sejuta Sapi) menjadi daya dukung tersendiri untuk
peternakan yang ada di NTB dan ini sekaligus menjadi motivasi bagi peternak lokal untuk
terus mengembangkan peternakannya.

Dalam usaha peternakan sapi dapat dikatakan berhasil apabila telah memberikan
kontribusi pendapatan dan dapat memenuhi kebutuhan hidup peternak sehari-hari. Agar
usaha ternak sapi menghasilkan sapi berkualitas, peternak harus meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan mereka dalam beternak sapi potong, antara lain memilih
bibit/bakalan yang baik, sistem pemeliharaan, pemberian pakan yang baik, cara
berreproduksi dan pengawasan terhadap kesehatan ternak. Hal inilah yang
melatarbelakangi diadakannya Praktikum Penggemukan (feedlot).

B. Tujuan dan Kegunaan Praktikum


a) Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui usaha peternakan sapi dan kerbau di masyarakat
b. Untuk mengetahui proses penyiapan penggemukan sapi di masyarakat
c. Untuk mengetahui analisis ekonomi pada penggemukan sapi dan kerbau di
masyarakat.

b) Kegunaan Praktikum
Adapaun manfaat yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Agar mahasiswa mengetahui usaha peternakan sapi dan kerbau di masyarakat
b. Agar mahasiswa mengetahui proses penyiapan penggemukan sapi di
masyarakat
c. Agar mahasiswa mengetahui analisis ekonomi pada penggemukan sapi dan
kerbau di masyarakat.

C. Tinjaun Pustaka
a) Penggemukan atau Feedlot
Usaha pengemukan sapi potong merupakan salah satu usaha untuk
mempercepat dan meningkatkan produksi, karena dengan usaha ini diharapkan
hasil pertambahan berat badan tinggi dan efisien dan menghasilkan kualitas
karkas yang lebih baik (Dyer and O’Mary, 1997).

Feedlot atau penggemukan sapi potong adalah pemeliharaan sapi dalam


kandang tertentu, tidak dipekerjakan tetapi hanya diberi pakan dengan nilai nutrisi
yang optimal untuk mendapatkan kenaikan berat badan dan kesehatan sapi yang
maksimal (Blakely dan Bade, 1991).

b) Manajemen Pemeliharaan
1. Perkandangan
Pembangunan kandang harus memberikan kemudahan perawatan sapi,
mencegah sapi supaya tidak berkeliaran, dan menjaga kebersihan lingkungan.
Dengan adanya kandang, pengamanan terhadap pencuri sapi akan lebih terjaga
(Siregar, 2006).

2. Pemilihan Bibit
Pemilihan bibit akan menentukan majunya peternakan yang akan
dikembangkan. Bangsa-bangsa tertentu cocok apabila keadaan iklim dan pakan
sesuai sehingga mampu memberikan keuntungan tertentu dibandingakan
bangsa lainnya. Pemilihan suatu bangsa sapi tergantung pada kesukaan
peternak, keadaan lingkungan, kemampuan adaptasi, efisiensi reproduksi,
kemauan memelihara dan menyusui anak, ukuran badan dan pertambahan berat
badan. (Blakely dan Blade, 1996)

3. Pakan
Menurut Murtidjo (1990) bahan pakan digolongkan menjadi 3 yaitu
pakan hijauan, pakan penguat dan pakan tambahan. 1). Pakan hijauan yaitu
semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun tumbuhan berupa daun-
daunan. Yang termasuk hijauan adalah rumput, leguminosa dan tumbuhan lain.
Semuanya dapat diberikan untuk ternak dengan 2 macam bentuk yaitu berupa
hijauan segar dan kering. 2). Pakan penguat yaitu pakan yang berkonsentrasi
tinggi dengan kadar serat kasar relative rendah dan mudah dicerna, meliputi
bahan pakan yang berasal dari biji-bijian seperti jagung giling, menir, hasil
ikutan pertanian atau pabrik seperti dedak, bungkil kelapa, tetes. 3). Pakan
tambahan biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea. Pakan tambahan
dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif yang hidupnya berada
dalam kandang secara terus-menerus. Pakan tambahan tersebut antara lain
vitamin A dan D, mineral terutama Ca dan P, urea. (Anonimous, 1983).

c) Bakalan
Menurut Sarwono dan Arianto (2006), keberhasilan penggemukan sapi
potong sangat tergantung pada pemilihan bakalan yang baik dan kecermatan
selama pemeliharaan. Bakalan yang akan digemukkan dengan pemberian pakan
tambahan dapat berasal dari sapi lokal yang dipasarkan di pasar hewan atau sapi
impor yang belum maksimal pertumbuhannya. Sebaiknya bakalan dipilih dari
sapi yang memiliki potensi dapat tumbuh optimal setelah digemukkan. Prioritas
utama bakalan sapi yang dipilih yaitu kurus, berusia remaja, dan sepasang gigi
serinya telah tanggal.

Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu Bos Indicus,
Bos Taurus dan Bos Sondaikus. Bos Indicus merupakan bangsa sapi yang
terdapat di daerah tropis, Bos Taurus merupakan bangsa sapi yang terdapat di
daerah dingin dan Bos Sondaikusdan bos indicus merupakan bangsa sapi yang
terdapat di daerah tropis. Sapi yang di usahakan sebagai ternak potong
mempunyai ciri antara lain :
a. Ukuran tubuh besar, berbentuk persegi panjang atau balok.
b. Kualitas dagingnya baik.
c. Laju pertumbuhannya cepat.
d. Efisiensi pakannya tinggi.

Kriteria pemilihan sapi dari bentuk luarnya adalah :


a. Ukuran badan panjang dan dalam.
b. Bentuk tubuh segi empat, pertumbuhan tubuh bagian depan, tengah dan
belakang serasi dan garis badan atas dan bawah sejajar.
c. Paha sampai pergelangan kaki penuh berisi daging.
d. Dada lebar dan dalam serta menonjol.
e. Kaki besar, pendek dan kokoh (Sugeng, 2001).

Menurut Ngadiyono (2007), sapi bakalan ACC dengan kondisi kurus tetapi
sehat hanya membutuhkan waktu 60 hari untuk menjadi gemuk, dengan rataan
bobot badan 454,35 kg dan konversi pakan 8,22 jauh lebih efisien dibanding lama
penggemukan 90 dan 120 hari. Kriteria pemilihan bakalan yaitu berasal dari
induk yang memiliki potensi genetik yang baik, bakalan agak kurus, umur
bakalan 2 –15 tahun, sehat dan tidak mengidap penyakit, serta bentuk tubuh yang
proporsional (Rianto dan Purbowati, 2009).

Usaha penggemukan sapi pedaging membutuhkan modal utama, yaitu


tersedianya bakalan yang memenuhi syarat secara kontinyu. Kemampuan
peternak memilih dan menyediakan bakalan secara berkelanjutan sangat
menentukan laju pertumbuhan dan tingkat keuntungan yang diharapkan. Usaha
penggemukan sapi bertujuan mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan bobot
sapi yang dipelihara (Hadi et al., 2002).

d) Produktivitas
Produksi ternak potong identik dengan produksi daging dimana
pertumbuhan jaringan pada ternak muda yang bertumbuh. Protein, karbohidrat
dan lemak berakumulasi pada jaringan-jaringan dengan lajuyang sama dengan
perbedaan antara laju sintesis dan katabolismenya. Pada keadaan normal,laju
akumulasi lebih sedikit dibandingkan laju sintesis ataupun laju katabolismenya.
Komponen-komponen organik pada susu dan telur berakumulasi pada laju yang
sama denganlaju sintesisnya karena produk-produk tersebut merupakan produk
sel yang langsungdiekskresikan oleh sel yang bersangkutan dan tidak mengalami
proses katabolik. Tenaga yang dibutuhkan untuk mengendalikan rangkaian proses
sintesis tersebut berasal dari energy yang dibebaskan oleh proses oksidatif dalam
sel-sel (Kartadisastra,1997).

Sitem perkawinan sapi untuk memperoleh keturunan ada dua macam yaitu
perkawinan secara alami (sapi betina yang birahi kawin langsung dengan
pejantan) dan perkawinan buatan yang dikenal dengan inseminasi buatan (IB)
atau kawin suntik, dimana sapi betina yang birahi “disuntik” dengan mani sapi
jantan unggul (Bambang Setiadi, 2001).

e) Sanitasi dan Pencegahan Penyakit


Pencegahan merupakan tindakan untuk melawan berbagai penyakit.
Usaha pencegahan ini meliputi karantina atau isolasi ternak, vaksinasi,
deworming, serta pengupayaan peternakan yang higienis (Sudarmono dan
Sugeng, 2008). Sapi-sapi bakalan yang akan digemukkan atau yang baru dibeli di
pasar hewan, perlu dimasukkan ke dalam kandang karantina yang letaknya
terpisah dari kandang penggemukan. Pemberian vaksin biasanya dilakukan pada
saat sapi bakalan berada di kandang karantina. Pemberian vaksin cukup dilakukan
sekali untuk setiap ekor karena sapi hanya dipelihara dalam waktu yang singkat,
yaitu sekitar 3-4 bulan (Abidin, 2008).
f) Pemasaran
Sapi hasil penggemukan biasanya dijual setelah penggemukan selama 4 – 6
bulan dengan bobot jual 584 – 600 kg. Sebelum memasarkan sapi perlu dilakukan
penimbangan sapi, penentuan harga jual, menentukan pasar tujuan. Selain itu juga
menentukan jalur pemasaran, alat angkut dan strategi pemasaran (Fikar dan
Ruhyadi, 2010).

Riset pemasaran mengkhususkan informasi yang dibutuhkan untuk


menghadapi isu-isu, mendesain metode pengumpulan informasi, mengelola dan
mengimplementasi proses pengumpulan data, menganalisis hasilnya dan
mengkomunikasikan hasil temuan dan implikasinya. Saat peternak menjual sapi
disarankan berdasar bobot badan atau bobot karkas (sapidihargai setelah
dipotong) dan mengetahui harga pasar (Sugeng, 2001).

Beberapa hari sebelum penggemukan selesai, peternak sebaiknya telah


mengetahui sasaran pemasaran serta harga sapi yang akan dijualnya. Penaksiran
harga itu didasarkan pada bobot badan dan harga sapi yang sedang berlaku
dipasaran. Akan lebih baik apabila penjualan sapi dapat diatur pada saat harga
sapi sedang baik. Setiap peternak yang melakukan penggemukan sapi hendaknya
selalu memonitor harga sapi di pasaran agar jangan sampai tertipu oleh harga
penawaran pedagang-pedagang ternak (Siregar, 2008).

D. Waktu dan Tempat Praktikum


Adapun waktu dan tempat praktikum ini dilaksanakan pada hari jumat tanggal 29
Oktober 2021 di kandang kelompok ternak “Pade Jaya” desa Pengadangan Barat kec.
Pringgasela kab. Lombok Timur Nusa Tenggara Barat.

E. Materi Praktikum
1.5.1 Alat praktikum
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
- Tongkat ukur
- Pita ukur
- Timbangan
- Alat tulis
1.5.2 Bahan praktikum
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
- Sapi Peternak
- Pakan Ternak
- Kandang ternak
BAB II
PROFIL PETERNAK

A. Identitas Peternak

Tabel 1. Identitas Peternak

No Variabel I II III IV V Rata- Standa


r
rata
deviasi
1 Nama Sahnur Masni Sapri Ruhin Herman
2 Umur 39 53 45 71 65 55
(tahun)
3 Pendidikan SD SD SD SD SD
4 Tanggungan 3 4 4 3 3 3,4 0,55
Keluarga
5 Pekerjaan
Pokok Petani Petani Petani Petani Tukang
Sampingan Peternak Peternak Peternak Peternak Peternak
6 Pemilikanan
Lahan 4 2 3 3 3 3 0,71
Pekarangan
(are)
Lahan 15 25 20 15 15 15 9,35
Sawah (are)
Kebun (are)
7 Kursus yang
pernak
diikuti
Pernah x x
Tidak
8 Pengalaman 10 15 15 10 10 12 2,74
Beternak
(tahun)
B. Pemilikan Ternak

Tabel 2. Pemilikan Ternak

No Variabel I II III IV V Rata- Standar


rata deviasi
1 Jumlah Ternak
yang dimiliki
Sapi 3 4 4 4 3 3,6 0,55
Kerbau
Ruminantia
Kecil
Babi
Kuda
2 Jumlah Ternak
Sapi
Anak Menyusui 1 1 1 1 1 1 0
Anak Sapihan - 1 - 1 1 1 0
Muda - 1 1 - - 1 0
Dewasa 2 1 2 2 1 1,6 0.55
3 Bangsa sapi
Sapi Bali 3 3 3 3 3 3 0
Sapi Silangan - 1 1 1 - 1 0
4 Asal Ternak
Keturunan 3 3 3 3 3 3 0
sendiri
Membeli - 1 1 - - 1 0
Warisan orang
tua
Kadasan
pemerintah
Kadasan orang - - - 1 - 1
lain

C. Struktur Populasi Sapi Peternak

Tabel 3. Struktur Populasi Sapi Peternak

Umur Status Fisiologis Jumlah (ekor) Presentase (%)


Anak Menyusui 5 28%
Sapihan 3 17%
Muda Betina 2 11%
Dewasa Jantan 2 11%
Betina 6 33%
Total 18 100%

Dari data tabel Identitas peternak dan Pemilkan ternak kita dapati bahwa rata
- rata peternak di kelompok ternak ini masih tergolong peternak tua, pendidikan dari setiap
peternak juga tergolong minim rata-rata hanya sampai SD, peternak di kelompok ini rata -
rata pekerjaan pokoknya adalah petani hewan ternak yang mereka pelihara hanya sebagai
penghasilan sampingan bagi mereka. Ada beberapa peternak yang pernah mengikuti kursus
peternakan tetapi rata - rata peternak hanya mengandalkan pengalaman beternak yang turun
menurun, tidak mengandalkan hasil kusus ataupun riset penelitian.

Pemilikan ternak dari setiap peternak hanya memiliki 3 - 4 ekor ternak yang terdiri
dari ternak menyusui rata - rata 1, ternak sapihan rata – rata 1, ternak muda rata – rata 1 dan
ternak dewasa rata - rata 1-2. Kelompok ternak disini rata - rata memelihara ternak spesies Sapi
Bali dan ada beberapa peternak juga melihara ternak silangan. Asal ternak yang mereka pelihara
rata - rata hasil keturunan ternak yang mereka kawinkan sendiri ada juga yang membeli dan ada
juga melihara ternak kadasan orang.
Dari tabel struktur populasi sapi peternak di dapati presentase (%) anak
menyusui 28%, sapihan 17% dan muda betina di dapati 11% serta dewasa jantan 11%,
betina 33%. Dengan menggunakan rumus :

= Jumlah ternak x 100%


Jumlah keseluruhan ternak
BAB III
SISTEM PENGGEMUKAN

A. Penggemukan Sapi

Usaha penggemukan sapi potong merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat
peternakan yang mempunyai prospek yang cerah untuk dikembangkan dimasa depan. Hal ini
terbukti dengan semakin banyak diminati masyarakat baik dari kalangan peternak kecil,
menengah maupun swasta atau komersial.

Penggemukan sapi pada dasarnya adalah mendayagunakan potensi genetik ternak untuk
mendapatkan pertumbuhan bobot badan yang efisien dengan memanfaatkan input pakan serta
sarana produksi lainnya, sehingga menghasilkan nilai tambah usaha yang ekonomis. Tujuan
dari penggemukan ternak sapi adalah untuk meningkatkan produksi daging persatuan ekor,
meningkatkan jumlah penawaran daging secara efisien tanpa memotong sapi lebih banyak,
menanggulangi populasi ternak sapi yang menurun akibat pemotongan dan dapat menghindari
pemotongan sapi betina umur produktif.

B. Sistem Penggemukan

Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi sistem penggemukan pada ternak sapi
adalah teknik pemberian pakan/ ransum, luas lahan yang tersedia, umur dan kondisi sapi
yang akan digemukkan, serta lama penggemukan. Usaha penggemukan sapi perlu akan
upaya untuk meningkatkan bobot sapi sebelum dijual. Banyak dijumpai para peternak
tradisional mencari sapi yang telah pubertas, tetapi tubuhnya masih kurus. Tubuh yang
kurus tersebut bisa jadi karena pemberian pakan yang kurang tepat.

Di luar negeri, penggemukan sapi dikenal dengan sistem pasture fattening, dry lot
fattening, dan kombinasi keduanya, sedangkan di Indonesia dikenal dengan sistem kereman
atau sistem paron (Timor). Cara penggemukan sapi secara modern dilakukan dengan
menggunakan prinsip feedlot, yaitu pemberian pakan sapi terdiri dari hijauan dan
konsentrat yang berkualitas di dalam kandang.

a) Sistem dry lot fattening

Sistem dry lot fattening yaitu penggemukan sapi dengan memperbanyak


pemberian pakan konsentrat. Jumlah pemberian hijauan hanya relatif sedikit sehingga
efisiensi penggunaan pakan lebih tinggi. Perbandingan hijauan dan konsentrat
berkisar antara 40:60 sampai 20:80. Perbandingan ini didasarkan pada bobot bahan
kering (BK). Penggemukan sistem ini dilakukan di dalam kandang. Pakan hijauan
dan konsentrat diberikan kepada sapi di dalam kandang. Jadi, pakan harus disediakan
sesuai porsi waktu yang tepat. Pada sistem penggemukan ini sebaiknya hijauan selalu
tersedia. Bila sapi masih terlihat lapar, hijauan diberikan lagi sehingga akan
berimplikasi pada peningkatan laju pertambahan bobot tubuh. Program penggemukan
dengan system ini ada yang dimulai dari anak sapi yang masih menyusu (pedetsusu).
Atau, anakan sapi perah jantan yang sejak lahir telah diberikan ransum pakan
berkualitas tinggi ditempatkan pada kandang khusus.

b) Sistem pasture fattening

Sistem penggemukan pasture fattening, yaitu sapi yang digembalakan di


padang penggembalaan sepanjang hari. Dengan sistem ini, ada ternak yang tidak
dikandangkan dan ada juga yang dikandangkan setelah malam hari atau pada saat
matahari bersinar terik. Padang penggembalaan yang baik adalah padang tersebut
ditumbuhi hijauan berupa rumput dan leguminosa. Sementara padang
penggemabalaan yang hanya ditumbuhi rumput saja berdampak kurang baik bagi laju
pertumbuhan sapi. Bila memungkinkan, padang gembalaan yang hanya ditumbuhi
rumput sebaiknya ditanami leguminosa agar kualitas pakan di padang menjadi lebih
baik. Leguminosa mempunyai kemampuan untuk menangkap nitrogen sehingga
tanah dibawahnyamenjadi lebih subur dan baik untuk pertumbuhan rumput. Selain
itu, leguminosajugamemilikikandungan protein yang tinggi.

Hal yang harus diperhatikan pada sistem ini adalah cara penggembalaan
dalam rangka memanfaatkan hijauan sebaik mungkin. Pengaturan pemanfaatan
hijauan jangan hanya di satu tempat saja. Bisa jadi hijauan pada satu tempat sudah
habis, sedangkan di tempat lain masih belum termanfaatkan. Dengan demikian, perlu
dilakukan rotasi pemanfaatan untuk mengatur pertumbuhan hijauan yang ada. Selain
itu ketersediaan sumber air juga harus tercukupi.

c) Sistem kombinasi dry lot dan pasture fattening

Sistem ini merupakan perpaduan dry lot fattening. Pada sistem ini, bila musim
hujan berlimpah maka sapi digembalakan di padang gembalaan dan tidak harus
dikandangkan. Sementara pada musim kemarau, sapi dikandangkan dan diberi pakan
penuh. Pada siang hari digembalakan di padang penggembalaan, sedangkan pada
malam hari sapi dikandangkan dan diberi konsentrat.
Sistem penggemukan ini membutuhkan waktu yang lebih lama daripada sistem dry
lot fattening, tetapi lebih singkat daripada sistem pasture fattening. Sapi yang awalnya
dipelihara di padang penggembalaan, kemudian beberapa bulan sebelum dijual diberi
pakan konsentrat penuh, hasilnya lebih baik dibandingkan sapi yang dari awal
pemeliharaan diberipakan hijauan dan konsentrat secara seimbang.

d) Sistem kereman

Sistem ini sebenarnya hampir sama dengan dry lot fattening, yaitu ternak sapi
diberi pakan hijauan dan konsentrat serta sapi dikandangkan selama pemeliharaan.
Bedanya, sistem kereman lebih banyak dilakukan oleh peternak tradisional dan
pemberian pakannya masih tergantung dengan kondisi. Bila musim hujan, sapi
diberi banyak pakan hijauan, tetapi bila musim kering sapi lebih banyak diberi pakan
konsentrat. Cara penggemukan sapi potong sistem kereman dilakukan dengan
teknologi pemeliharaan sebagai berikut :

1) Sapi dipelihara dalam kandang terus menerus dan tidak digembalakan. Ternak
sapi hanya sewaktu- waktu dikeluarkan, yakni pada saat membersihkan kandang
dan memandikan ternak sapi.

2) Semua kebutuhan ternak, baik berupa kandang air minum disediakan oleh
peternak secara tak terbatas.

3) Cara penggemukan sistem ini mengutamakan pemberian pakan berupa campuran


rumput, leguminosa dan makanan penguat.

4) Sapi penggemukan tidak untuk dijadikan tenagakerja, hal ini bertujuan agar
makanan yang dikonsumsi sepenuhnya diubah menjadi daging dan lemak
sehingga pertumbuhan bobot badan meningkat secara cepat.

5) Pada awal masa penggemukan, ternak sapi terlebih dahulu diberikan obat cacing.

6) Untuk meningkatkan palatabilitas / nafsu makan perlu diberikan perangsang nafsu


makan dan vitamin.

7) Lama penggemukan berkisar 4 – 10 bulan. Hal ini tergantung dari kondisi awal
dan bobot sapi yang digemukkan.
Dari keempat sistem penggemukan yang ada rata-rata kelompok ternak Pade Jaya
menggunakan sistem penggemukan kereman yaitu ternak sapi diberi pakan hijauan dan
konsentrat serta sapi dikandangkan selama pemeliharaan. Pemberian pakannya masih
tergantung dengan kondisi. Bila musim hujan, sapi diberi banyak pakan hijauan, tetapi
bila musim kering sapi lebih banyak diberi pakan konsentrat. Selain itu, pemilihan sistem
penggemukan kereman ini yaitu untuk memudahkan peternak dalam pengontrolan, pemberian
pakan karena sebagian peternak tidak menjadikan beternak sebagai pekerjaan pokok
melainkan sebagai pekerjaan sampingan. kemudian adalah dari segi keamanan, dengan
pemeliharaan secara di kandangan akan lebih terjamin keamanannya dari pada di gembalakan
atau dilepas liarkan. Selanjutnya adalah dari segi kepemilikan lahan, sebagian peternak tidak
memiliki banyak lahan untuk mengembalakan ternaknya.
BAB IV
PRODUKTIVITAS TERNAK

A. Produktivitas Ternak

Tabel 5. Produktivitas Ternak

No. Sex Peternak Panjang Lingkar Tinggi Berat


Muda Dewasa Badan Dada Badan Badan
1. Betina I -  116 cm 136 cm 108 cm 237,16 kg
2. Betina I -  115 cm 130 cm 106 cm 219,04 kg
3. Betina II  - 109 cm 130 cm 112 cm 219,04 kg
4. Betina II -  115 cm 134 cm 111 cm 231,04 kg
5. Betina III  - 110 cm 130 cm 110 cm 219,04 kg
6. Jantan III -  125 cm 145 cm - 265,69 kg
7. Betina III -  119 cm 135 cm 109 cm 234,09 kg
8. Jantan IV -  127 cm 145 cm - 265,69 kg
9. Betina IV -  118 cm 135 cm 110 cm 234,09 kg
10. Betina V -  120 cm 140 cm 104 cm 249,64 kg
Rata - 117,4 136 cm 108,75 237,452
Rata cm cm kg
Standar 5,76 5,40 cm 2,66 cm 16,81 kg
deviasi cm

B. Perkawinan Ternak

Tabel 6. Perkawinan Ternak

No. Variabel I II III IV IV Rata Standar


-rata Deviasi
1. Kapan ternak
kawin
Sepanjang tahun x x - - -
Musim hujan - - x x x
Musim kemarau
Tidak tentu
2. Cara kawin ternak
Kawin alam
Kawin suntik x x x x x
3. Tempat terjadinya
perkawinan
Padang
penggembalaan
Kandang x x x x x
Tidak pernak
4. Apakah menyewa
pejantan
Ya ( sebesar )
Tidak x x x x x
5. Apakah mengetahui
gejala birahi
Ya ( siang / malam x x x x x
)
Tidak
6. Birahi setelah 60 60 60 60 60 57 6,71
beranak ( hari )
7. Kawin pertama
Umur ( bulan )
Jantan 30 24 30 24 24 26,4 3,29
Betina 36 30 36 24 24 30 6,00
Bobot badan
Jantan
Betina
8. Kawin kembali 75 80 90 75 90 82 7,58
setelah beranak
( hari )
9. Jumlah kawin 2 3 2 2 3 2,4 0,55
sampai bunting
10. Ternak mandul x x x x x
11. Termak kebiri x x x x x

C. Kebersihan, Pemeliharaan dan Hambatan Ternak

Tabel 7. Kebersihan, Pemeliharaan dan Hambatan Ternak

No Variabel I II III IV V Rata- Standar


rata deviasi
1 Apakah ternak
biasa
dimandikan
setiap hari
1 x seminggu x
1 x 2 minggu x x
tidak tentu x
tidak pernah x
2 Jumlah tenaga
kerja yang
terlibat
anggota 2 3 2 2 2 2,2 0,45
keluarga
orang luar
3 Hambatan dalam
pemeliharaan
Ada x x x x x
tidak ada
4 Hambatan yang
dirasakan
Pakan x
Kurangnya
padang
penggembalaan
Tenaga kerja
Penyakit
Keamanan x x x x x
Lainnya

Dari tabel produktivitas ternak kita sudah mendapatkan panjang badan,


lingkar dada dan tinggi badan. Untuk dapat mengetahu berat badan ternak saya
disini menggunakan rumus Scroohl Indonesia dengan rumus :

= ( LD + 18 )2
100

Menurut saya dan dari beberapa referensi yang saya baca rumus Scroohl Indonesia ini
sudah mendekati berat badan asli jka ternak ditimbang dengan timbangan digital. Rumus ini
juga sesuai dengan produktivitas ternak yang ada di Indonesia. Kita juga mendapatkan rata -
rata dan standart deviasi tinggi badan ternak sebesar 117,4 cm dan 5,76 cm , lingkar dada
kita dapatkan sebesar 136 cm dan 5,40 cm, tnggi badan kita dapatkan 108,75 cm dan166 cm
data pada tinggi badan pada ternak III jantan dan IV jantan tidak ada, serta berat badan kita
dapatkan sebesar 237,452 kg dan 16,18 kg.

Dari tabel data perkawinan ternak di dapat ternak kawin sepanjang tahun pada musim
hujan. Peternak disini mengawinkan ternaknya dengan cara disuntik atau Inseminasi Buatan
(IB) adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah
dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam
saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut
'Insemination Gun'. Pada ternak kelompok ini rata - rata birahi setelah beranak selama 57
hari dengan standar deviasi sebesar 6,71. Rata ternak disini kawin pada bulan ke 26 pada
jantan dengan standar deviasi 3,29 pada betina
bulan ke 30 dengan standar deviasi 6,00 dan ternak kawin kembali setelah beranak dengan
rata -rata 82 hari dengan standar deviasi 7,58 serta jumlah kawin setelah bunting dengan rata
- rata14 dengan standar deviasi 0,55.

Dari tabel kebersihan, pemeliharaan dan hambatan tenak didapati rata - rata peternak
memandikan ternak 1 hingga 2 kali dalam seminggu dan terkadang tidak tentu ataupun tidak
pernah. Ternak yang dipelihara oleh peternak rata - rata dipelihara oleh 2 hingga 3 orang
anggota dari keluarga peternak itu sendiri. Hambatan pemeliharaan ternak selalu ada misal
dari peternak I hambatan mulai dari pakan ternak yang kurang mecukupi dan hambatan yang
paling utama dari peternak adalah keamaan ternak mereka seperti maling yang sangat
menjadi hambatan.
BAB V
MANAJEMEN PAKAN

A. Pemberian Pakan dan Frekuensi Pemberian Pakan

Tabel 8. Pemberian Pakan dan Frekuensi Pemberian Pakan

No. Variabel I II III IV V Rata - Standar


rata deviasi
1. Pakan yang
diberikan
Rumput lapangan 2 3 4 3 2 2,8 0,84
( karung)
Rumput unggul x x x x x
Legume x x x x x
Limbah 10 10 10 10 x 11,25 2,50
Konsentrat x x x x x
Lainnya
2. Frekuensi pemberian 2 2 2 2 2 2 0
pakan

Variabel diatas menunukan pemberian pakan pada ternak hanya mengandalkan


rumput lapangan yg diberikan 2 s/d 3 karung untuk semua ternak mereka dan ditambah
dengan limbah. Peternak tidak menggunakan konsterat untuk penambah energi dan sumber
protein bagi ternak itu sendiri. Frekuensi pemberian pakan yang diberikan hanya 2 kali
dalam sehari.

Memang banyak jenis bahan makanan yang dapat digunakan untuk pakan ternak.
Tetapi secara umum, bahan pakan ternak dibagi menjadi beberapa jenis, pakan kasar, pakan
penguat/ konsentrat dan vitamin.
1. Pakan Kasar

Pakan kasar adalah pakan yang bervolume besar tetapi berat dari setiap unit
volume-nya rendah. Makanan yang termasuk pakan kasar dapat berasal dari hijauan, antara
lain : Rumput, bisa rumput lapangan, rumput tanaman, rumput grinting, rumput benggala,
rumput kolonjono, rumput tuton, daun leguminos, sisa hasil panen seperti jerami, baik
jerami padi, jerami kedelai, jerami jagung, maupun jerami kacang tanah.

Pakan ternak yang berasal dari hijauan memiliki kandungan serat kasar sekitar
18% tetapi memiliki kandungan energi yang rendah. Hijauan yang menjadi sumber nutrisi
yang baik adalah hijauan yang mengandung protein kasar sebanyak 20 % total bahan kering
seperti leguminosa/ kacang – kacangan.

Sedangkan, pakan dari sisa hasil panen seperti jerami, hanya memiliki kandungan protein
kasar sekitar 3 – 4 % bahan kering. Dari pakan hijau – hijauan yang berasal dari daun dan
rumput yang berkualitas, hewan ternak seperti sapi hanya dapat berproduksi 70% dari
kemampuan seharusnya.

Namun bagaimanapun juga, pakan kasar sangat diperlukan untuk hewan ternak
ruminansia karena memiliki serat kasar tinggi yang dibutuhkan untuk merangsang rumen
serta menentukan kadar lemak susu.

2. Pakan Penguat (Konsentrat)

Pakan penguat atau disebut juga konsentrat adalah pakan ternak yang memiliki
kandungan serat kasar rendah, dibawah 18%. Nutrisi utama dari pakan konsentrat berupa
energi dan protein. Ada dua perbedaan konsentrat, yakni konsentrat sebagai sumber energi
dan sebagai sumber protein. Konsentrat sumber energi adalah konsentrat yang memiliki
kadar protein kurang dari 20%. Sebaliknya, konsentrat sumber protein adalah konsentrat
yang memiliki kadar protein di atas 20%.

3. Konsentrat

Konsentrat merupakan suatu bahan pakan ternak yang diberikan bersamaan


dengan bahan pakan ternak lainnya untuk meningkatkan kandungan gizi pakan ternak yang
dicampurkan sebagai pakan pelengkap. Sebab, sapi tidak mampu menampung pakan kasar
sesuai dengan energi yang dibutuhkan. Karenanya, untuk mencukupi energi, maka
diperlukanlah tambahan pakan konsentrat. Pakan konsentrat bisa berasal, dari hewan :
Tepung daging, Tepung daging dan tulang, Tepung darah, Tepung bulu,
Tepung cacing, Dari tumbuhan : Hasil panen pertanian seperti kedelai, kacang hijau, jagung,
dan yang lainnya. Sisa industri pertanian seperti bungkil kelapa/ kelapa sawit, bungkil wijen,
bungkil kedelai, biji palm, biji karet, ampas tahu, dedak sekam padi, yang lainnya..

Pemberian pakan ternak konsentrat harus memperhatikan kebutuhan nutrisi hewan


ternak, jangan sampai pemberian pakan ternak konsentrat terlalu berlebihan karena
konsentrat hanyalah penguat atau pakan tambahan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi saja.
Pemberian pakan ternak konsentrat harus sesuai dengan imbangan jumlah produksinya, susu
ataupun daging..

4. Vitamin

Vitamin sangat penting untuk mengoptimalkan pertumbuhan, dan menjaga


fungsi alami dari sistem tubuh hewan ternak. Ada dua 2 kelompok vitamin yang dibutuhkan
oleh tubuh hewan ternak, yaitu vitamin yang larut dalam air diantaranya vitamin B
kompleks, B6, B12, C, biotin, kholin, inondol, niacin. Dan vitamin yang larut dalam lemak
seperti vitamin, A, D, E, dan K.
BAB VI
MANAJEMEN PEMASARAN DAN ANALISA EKONOMI

A. Analisa Ekonomi Usaha

Tabel 9. Analisis Ekonomi Usaha

No Variabel I II III IV V Rata- Standar


rata deviasi
1 Biaya Pakan
Rumput 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 0
lapangan /krg /krg /krg /krg /krg
(karung) /hari
Rumput 7.300. 10.950. 14.600. 10.950. 7.300. 10.220. 305380
lapangan 000 000 000 000 000 000 9
selama setahun
Rumput
unggul
(karung)
Konsntrat
Limbah
pertanian
Lainnya
2 Biaya kawin 150.000 150.00 150.00 0
/thn 150.00 0 150.00 150.00 0
0 0 0

3 Biaya suntik / 50.000 50.000 50.000 50.000 25.000 45.000 11180


imunisasi /thn
4 Biaya tenaga
kerja
5 Biaya kandang 100.000 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 0
/thn 0 0 0 0 0

6 Biaya alat /thn 150.000 150.00 150.00 150.00 150.00 150.00 0


0 0 0 0 0

7 Biaya beranak 100.000 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 0


/thn 0 0 0 0 0

8 Biaya lainnya 125.000 125.00 125.00 125.00 125.00 125.00 0


/thn 0 0 0 0 0

9 Hasil 18.000. 20.000. 24.000. 20.000. 15.000. 19.400. 328633


penjualan 000 000 000 000 000 000 5
ternak
10 Hasil
Penjualan
kotoran
11 Ternak yang
dipotong
12 Pengembalian
ternak
13 Ternak Akhir 40.000. 50.000. 50.000. 50.000. 30.000. 44.000. 894427
perhitungan 000 000 000 000 000 000 2

Dari tabel analisa ekonomi usaha kita sudah mendapatkan rata - rata dan standar
deviasi dari masing - masing peternak dari mulai biaya pakan, biaya kawin, biaya suntik,
biaya kandang, biaya alat, biaya beranak dan biaya lainnya serta terdapat hasil penjualan
ternak dan ternak akhir perhitunngan. Kita juga dapat menganlisis ekonomi usaha ternak
untuk mencari keuntungan dari setiap peternak di kelompok ternak Pade Jaya dengan cara,
menjumlahkan semua biaya pengeluaran peternak dan selanjutnya hasil penjualan + ternak
akhir perhitungan – jumlah biaya pngeluaran
peternak, hasil dari itu adalah keuntungan peternak/tahunnya. Dan hasil keuntungan
yang kita dapati dari setiap peternak, sebagai berikut :

P. I =
50.025.00
0 P. II =
58.375.00
0 P. III =
58.725.00
0 P. IV =
58.375.00
0 P. V =
37.025.00
0

Dengan rata - rata keuntungan dari seluruh peternak sebesar 52.505.000 dan standar
deviasinya sebesar 9399242, maka dari itu kita sudah mendapatkan keuntungan dan rata
- rata dan standar deviasi dari kelompok peternak Pade Jaya.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Adapun simpulan yang didapat berdasarkan dari hasil praktikum penggemukan ternak
atau feedlot di kandang kelompok ternak Pade Jaya yakni sebagai berikut:

1. Pengetahuan akan ilmu peternakan lumayan diketahui akan tetapi pengaplikasiannya


masih minim.
2. Peternak umumnya memelihara sapi untuk penggemukan sebagai pekerjaan
sampingan dan penjualannya terjadi hanya saat peternak membutuhkan uang
3. Peternak sangat minim mengeluarkan modal karena sapi yang akan digemukkan
berasal dari anak sapi peternak sendiri

B. Saran

1. Manajemen pemeliharaan sapi sangatlah penting dilakukan kerena dapat menjamin


keselamatan ternak dan pengolahan kotoran, dan sanitasi kandang. Hal ini perlu
ditingkatkan sosialisasi kemasyarakat dalam memberdayakan masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuanya dalam manajemen pemeliharaan sapi potong
2. Untuk meningkatkan konsumsi dan kecernaan sapi Bali maka disarankan
memberikannya hijauan yang masih mengandung serat kasar tidak terlalu tinggi
sehingga masih mengandung banyak protein.
3. Pemberian pakan hijauan harus 10% dari bobot badan agar kebutuhan sapi Bali
terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z dan H. Soeprapto. 2006. Cara Tepat penggemukan Sapi Potong. Agromedia
Pustaka : Jakarta
Blakely, J and Bade, D.H. 1998. Edisi keempat. University Gadjah Mada Press :
Yogyakarta.
Departemen Pertanian. 2006. Petunjuk Teknis Penelitian dan Pengkajian Nasional
Peternakan dan Perkebunan. Sistem Integrasi Padi Ternak : Jakarta.
Ebert. 2006. Animal Feed Resources Information Sistem.
Hadi, P. U., A. Thahar, N. Ilham. dan B. Winarso. 2002. A Progress Report Summary:
Analytic Framework To Facilitate Development Of Indonesia’s Beef Industry. Paper
Presented at the “Routine Seminar”. Center for Agro Socio Economic Research and
Development, Bogor. 8 Maret 2002. 24 p. Jurnal Litbang Pertanian.
Hafez, E.S.E. 1993. Reproduction In Farm Animal : Philadelpia.
Kartadisastra, H.R. 1997. Penyediaan & Pengelolaan Pakan ternak Ruminansia (Sapi,
Kerbau, Domba, Kambing). Kanisius : Yogyakarta.
Rianto, E. dan E. Purbowati. 2009. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Sarwono, B. dan H. B. Arianto. 2002. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Edisi I.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Sarwono, B. dan B. M. Arianto. 2006. Penggemukan Sapi Potong Secara Cepat. Edisi II.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Setiadi, Bambang, Ir. 2001. Beternak Sapi Daging dan Masalahnya. Semarang : Aneka Ilmu.

Siregar, B.S. 2006. Penggemukan Sapi.Penebar Swadaya : Jakarta.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai