Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

Ilmu Nutrisi Ternak Non Ruminansia


Dosen Pengampuh : Prof.Ir.K.Gede Wiryawan,M.Agr.Sc,Ph.D

Disusun oleh :

Kelas 4.A2

Yuyun Susilas Naya B1D021058


Adelia B1D021058
Aprilla Putri Pramesthi B1D021074

Fakultas Peternakan

Universitas Mataram

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi SKS
pada mata kuliah Ilmu Nutrisi Ternak Non Ruminansia. Selain itu, laporan ini
membahas tentang manajemen pemeliharaan kuda yang bertujuan untuk
menambah wawasan dikehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu


dalam proses penyusunan laporan ini. Kami menyadari laporan Ilmu Nutrisi
Ternak Non Ruminansia yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan
laporan ini.

Mataram, 19 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
COVER

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1


1.2 Tujuan Praktikum ................................................................................ 2
BAB II METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat Praktikum ............................................................. 3


2.2 Materi Praktikum ................................................................................ 3
2.3 Metode Praktikum .............................................................................. 3

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Hasil Praktikum .................................................................................. 4


3.2 Pembahasan ........................................................................................ 5
3.2.1 Pengenalan Fisik Kuda Jantan .................................................... 5
3.2.2 Identitas Kusir Cidomo .............................................................. 6
3.2.3 Manajemen Pemeliharaaan Kuda ............................................... 7
3.2.4 Manajemen Kesehatan Kuda ...................................................... 8
3.2.5 Manajemen Pakan Kuda ........................................................... 10

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 15


4.2 Saran ................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 16

LAMPIRAN ..................................................................................................... 17

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Wawancara ................................................................................... 4

Tabel 2. Jumlah ideal pakan kuda perhari berdasarkan % BK ............................. 13

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kuda (Equus caballus atau Equus jerus Caballus) telah dikenal banyak
orang sebagai hewan yang memiliki banyak fungsi, yaitu dapat digunakan
sebagai hewan piaraan, hewan olah raga ataupun sebagai sarana transportasi.
Hal ini disebabkan karena kuda adalah hewan yang mudah diatur,
dikendalikan, dan ramah terhadap mahluk sekitarnya termasuk manusia
(Wikipedia, 2012).
Populasi ternak di Indonesia mengalami kenaikan, tetapi ada beberapa
jenis ternak yang mengalami penurunan. Kuda merupakan salah satu ternak
yang mengalami penurunan populasi. Penurunan populasi ini terjadi karena
fungsi kuda sebagai alat transportasi telah banyak digantikan oleh kendaraan
bermotor, selain tingginya angka pemotongan kuda sebagai sumber pangan.
Angka pemotongan kuda sebagai sumber daging di Indonesia cukup tinggi.
Penurunan populasi kuda ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, di Amerika
Serikat sampai tahun 1960 juga mengalami penurunan populasi kuda, karena
terjadi mekanisasi dalam bidang transportasi dan pertanian. Kemudian
populasi kuda mengalami kenaikan setelah terjadi peningkatan kegiatan
olahraga dan rekreasi menggunakan kuda (Cunha, 1991).
Peranan kuda di masyarakat antara lain sebagai sumber pangan, alat
transportasi, olah raga atau rekrasi, untuk pertanian, dan untuk perang. Dua
dari tiga peranan utama kuda masih sangat jelas di masyarakat Lombok Barat.
Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya jumlah Cidomo sebagai alat transportasi.
Di beberapa kecamatan yang berada wilayah Lombok Barat kuda masih
merupakan alat transportasi yang cukup penting. Menurut Badan Pusat
Statistik (BPS, 2010) Populasi ternak kuda di Lombok barat Barat masih
relatif tinggi. Jumlah populasi kuda untuk wilayah Lombok Barat yaitu 4.950
ekor (2006), 5.152 ekor (2007), 4.886 ekor (2008), 3.985 ekor (2009) dan
4.225 ekor (2010).

1
Kuda termasuk kedalam golongan ternak herbivora nonruminansia grup
colon fermentor. Usus besar adalah tempat untuk mikroba melakukan
fermentasi. Pakan yang tahan dari penghancuran di usus kecil, terutama serat,
masuk ke usus besar untuk difermentasi oleh mikroba. Prosesnya hampir
sama seperti di rumen pada ternak ruminansia (Cheeke, 1999). Kuda sebagai
ternak herbivora, merupakan ternak yang mengkonsumsi hijauan. Hijauan
mempunyai arti yang penting dalam makanan kuda (Gibbs dan Davidson,
1992). Performan yang dihasilkan oleh kuda akan seiring dengan kualitas
hijauan, dimana hijauan yang mempunyai kualitas baik akan menghasilkan
performan kuda yang bagus pula. Hijauan yang bagus tentunya tidak hanya
sebagai sumber energi, tetapi juga sebagai sumber protein, vitamin, mineral
dan nutrisi lainnya. Untuk mendapatkan performan kuda yang bagus perlu
adanya evaluasi dan penentuan kualitas hijauan pakan kuda (Guay et al.,
2002).
Sedangkan di Indonesia, informasi tentang jenis, nilai nutrisi dan
penggunaan hijauan sebagai pakan kuda sangat terbatas. Bahkan Parakkasi
(1988) menyatakan bahwa di Indonesia dan daerah tropis lainnya belum
diperoleh keterangan secara pasti tentang adanya suatu hijauan yang
menonjol kualitasnya, terutama untuk pakan kuda. Hal ini bisa disebabkan
masih kurangnya eksplorasi dan identifikasi sumberdaya genetik (Plasma
Nutfah) hijauan yang ada. Padahal untuk mengembangkan peternakan yang
mempunyai dayasaing diperlukan pemanfaatan sumberdaya lokal yang
mempunyai nilai lebih. Salah satunya adalah pemanfaatan hijauan yang
mempunyai kualitas nutrisi yang baik dan telah beradaptasi dengan kondisi
iklim setempat.
1.2.Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui identitas dari para penarik cidomo
b. Untuk mengetahui manajemen pemeliharaan kuda
c. Untuk mengetahui manajemen kesehatan kuda
d. Untuk mengetahui manajemen pakan kuda

2
BAB II
METODOLOGI
2.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 8 Mei 2023, pukul 14.00 -
selesai, bertempat di Pasar Kebon Roek, Jl. Adi Sucipto, Ampenan Utara,
Kecamatan Ampenan, Kota Mataram
2.2. Materi Praktikum
2.1.1. Alat Praktikum
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis
dan handphone.
2.1.2. Bahan Praktikum
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah 4 ekor
kuda cidomo, jenis kelamin jantan.
2.3. Metode Praktikum
Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan daftar pertanyaan untuk wawancara peternak/kusir cidomo
2. Mencari cidomo di bagian yang telah ditentukan
3. Melakukan wawancara dan mencatat hasil wawancara dari ke-4 penarik
cidomo

3
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Praktikum


Tabel 1. Hasil Wawancara

Peternak
No Kualifikasi
1 2 3 4
1 Nama Peternak Sahwan San'ah Safi'i Darmi
2 Alamat Bintaro Jaya Pelembah Karang Pule Sandik

3 Foto Peternak

4 Umur 36 tahun 54 tahun 34 tahun 50 tahun

5 Pendidikan Kelas 4 SD Kelas 2 SD SMP Tidak sekolah

6 Gambar Kuda

7 Pakan yang diberikan Hijauan dan Hijauan dan Hijauan dan Hijauan dan

4
dedak dedak dedak dedak

H : 1 karung H : 1 karung H : 1 karung H : 1 karung


8 Banyak Pakan
D : 10 kg/hari D : 5 kg/hari D : 5 kg/hari D : 10 kg/hari

Jam 10.00 – Jam 11.00 – Jam 08.00 – Jam 11.00 –


9 Rata-rata kerja jam/hari 16.00 WITA 15.00 WITA 14.00 WITA 16.00 WITA

Tidak ada Tidak ada Pakan hijauan Tidak ada


kesulitan karena permasalahan susah dicari permasalahan
hijauan masih dalam pada saat dalam
ada disawah dan pemberian musim hujan pemberian

Permasalahan yang banyak yang pakan dan kuda hanya pakan


10 menjual dedak maupun dikasi
dihadapi
tambahan air
putih jika
hanya dikasi
konsentrat

3.2. Pembahasan
3.2.1. Pengenalan Fisik Kuda Jantan
Kuda jantan memiliki ciri-ciri fisik yang khas yang
membedakannya dari kuda betina. Beberapa ciri-ciri fisik kuda jantan
yang umum meliputi:
1. Ukuran tubuh yang lebih besar
Kuda jantan biasanya memiliki tubuh yang lebih besar dan
lebih berotot dibandingkan dengan kuda betina. Namun, ukuran
tubuh kuda dapat bervariasi tergantung pada ras dan individu.
2. Dada yang lebih lebar
Kuda jantan memiliki dada yang lebih lebar dan lebih
menonjol dibandingkan dengan kuda betina.
3. Ekor yang lebih besar

5
Kuda jantan biasanya memiliki ekor yang lebih besar dan
lebih tebal dibandingkan dengan kuda betina. Ekor kuda jantan
juga dapat menjadi lebih "berkibar" saat mereka bergerak atau
dalam kondisi tegang.
4. Leher yang lebih berotot
Kuda jantan memiliki leher yang lebih berotot dibandingkan
dengan kuda betina. Hal ini dapat membuat kuda jantan terlihat
lebih gagah dan kuat.
5. Testis yang lebih besar
Kuda jantan memiliki testis yang lebih besar dan lebih
menonjol di antara kedua kaki belakang mereka. Testis ini
berfungsi untuk memproduksi sperma.
6. Pangkal paha yang lebih lebar
Kuda jantan memiliki pangkal paha yang lebih lebar dan
lebih berotot dibandingkan dengan kuda betina. Hal ini membantu
memberikan kekuatan dan kecepatan yang diperlukan untuk
berlari atau bergerak dengan gesit.
7. Kuduk yang lebih tinggi
Kuda jantan biasanya memiliki kuduk yang lebih tinggi dan
lebih menonjol di antara bahu mereka. Hal ini dapat memberikan
kuda jantan tampilan yang lebih imposan dan perkasa.

3.2.2. Identitas Kusir Cidomo


Pembagian identitas informan/penarik cidomo berguna untuk
mengetahui proposrsi jenis kelamin informan yang digunakan dalam
praktikum ini. Dari hasil wawancara yang di dapatkan
seluruhnya berjenis kelamin laki laki sesuai dengan data yang diperoleh
dan belum pernah terungkap kejadian ada kusir dengan jenis kelamin
wanita. Umur informan pada hasil wawancara ini dapat dibedakan
menjadi 4 yaitu umur 34 sampai 36 tahun dan 50 tahun sampai dengan 54
tahun. Tingkat pendidikan informan kusir dibedakan menjadi 3 tingkatan
yaitu tidak sekolah, SD dan SMP.Pekerjaan sebagai kusir cidomo tidak

6
banyak membutuhkan keahian yang terlalu sulit, keadaan dilapangan
menunjukkan para kusir dengan pendidikan yang sangat rendah bahkan
tidak pernah sama sekali menyentuh bangku sekolah dapat menjadi kusir
cidomo

3.2.3. Manajemen Pemeliharaan Kuda


Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil dalam
manajemen pemeliharaan kuda tipe pekerja:
1. Pemberian makanan dan minuman yang tepat: Kuda yang digunakan
untuk bekerja membutuhkan asupan nutrisi yang cukup untuk
menjaga energi dan kesehatannya. Pastikan kuda mendapatkan
makanan yang seimbang dan konsisten, serta minum air yang bersih
dan segar.
2. Menjaga kebersihan lingkungan: Kuda yang digunakan untuk
bekerja harus ditempatkan di lingkungan yang bersih dan sehat untuk
mencegah penyebaran penyakit dan menjaga kesehatannya.
3. Pemeriksaan rutin oleh dokter hewan: Kuda yang digunakan untuk
bekerja harus diperiksa secara teratur oleh dokter hewan untuk
mendeteksi penyakit atau masalah kesehatan lainnya.
4. Latihan dan penggunaan yang tepat: Kuda yang digunakan untuk
bekerja harus dilatih dan digunakan dengan tepat agar tidak
mengalami cedera atau kelelahan yang berlebihan.
5. Perawatan kuku, gigi, dan rambut: Kuda yang digunakan untuk
bekerja harus menjaga kuku, gigi, dan rambutnya agar tetap sehat
dan terhindar dari infeksi dan masalah kesehatan lainnya.
6. Istirahat yang cukup: Kuda yang digunakan untuk bekerja
membutuhkan waktu istirahat yang cukup untuk pulih dan
memperbaharui tenaganya. Pastikan kuda mendapatkan istirahat
yang cukup antara pekerjaannya.

7
3.2.4. Manajemen Kesehatan Kuda
Manajemen kesehatan kuda sangat penting untuk memaksimalkan
kesehatan, produktivitas, dan kinerja kuda. Banyak masalah kesehatan
kuda yang dapat dikontrol dengan manajemen yang baik, nutrisi yang
tepat, perawatan gigi, pengendalian parasit, pelatihan / rutinitas latihan,
sanitasi dan vaksinasi terhadap penyakit menular. Program manajemen
kesehatan kuda yang baik akan bervariasi, tergantung pada jenis dan
lokasi geografis (Jones,S.M. et.al. 2012).
Menurut Blakely dan Bade dalam Putri (2011), program kesehatan
pada ternak kuda mencakup pencegahan penyakit, pemberian obat cacing,
dan tindakan pertolongan pertama. Merupakan suatu hal yang penting
untuk senantiasa membuat diagnosayang tepat dan memiliki pengetahuan
yang benar tentang pengobatan yang memadai. Pemilik dan peternak
kuda sebaiknya memanfaatkan jasa dokter hewan agar berhasil dalam
mengendalikan gangguan-gangguan tersebut.
 Tanda Vital
Langkah pertama dalam mempelajari kesehatan kuda adalah
mengenali tanda-tanda normal pada kuda yang sehat. Tanda-tanda
vital (biasanya disebut sebagai T-P-R) termasuk temperatur, pulsus
dan laju respirasi. perawat kuda harus menyadari bahwa setiap kuda
dapat sedikit berbeda dari normal. Variasi tergantung pada
konformasi kuda, metabolisme, usia, musim dalam setahun,
penggunaan normal, program olahraga, dan kondisi umum. Oleh
karena itu, yang terbaik adalah memeriksa setiap kuda secara teratur
dan mencatat tandatanda vital individu. Perawat kuda juga harus
memperhatikan kekhasan individual kuda, termasuk kepribadian,
nafsu makan, perilaku dan reaksi terhadap rangsangan umum
(Jones,S.M. et.al. 2012).
Suhu kuda rata-rata adalah sekitar 100 hingga 101,5oF (37,7oC
- 38,6oC ). Namun, seekor kuda sehat dapat bervariasi dari suhu
normal tersebut. Suhu anak kuda biasanya akan lebih tinggi dari
kuda dewasa. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan variasi suhu

8
pada kuda individu termasuk waktu, umur dan jenis kelamin hewan,
suhu sekitar, angin, curah hujan, tingkat dan intensitas aktivitas, serta
keadaan penyakit. Seperti suhu, baik denyut nadi dan laju
pernapasan dapat dipengaruhi oleh faktorfaktor di atas. Kuda yang
lebih muda, terutama anak kuda, akan memiliki denyut nadi dan
tingkat pernapasan lebih tinggi daripada kuda dewasa dalam kondisi
yang sama. Denyut nadi normal untuk kuda yang beristirahat berada
di kisaran 28 hingga 40 denyut per menit, sedangkan laju pernapasan
biasanya 8 hingga 15 napas per menit. Kebugaran kuda memiliki
efek pada tingkat ini dan pada seberapa cepat kuda kembali normal
setelah latihan fisik.
 Vaksinasi
Banyak penyakit kuda ditularkan dari kuda ke kuda berasal
dari kandang, ember, atau bak air yang dipakai bersama. Vaksinasi
untuk penyakit umum tidak mahal dan efektif dan harus diberikan
setiap tahun. Vaksin dibuat dari bentuk organisme yang tidak aktif
atau dilemahkan untuk mencegah terjadinya penyakit. Setelah
divaksinasi, sistem kekebalan tubuhnya akan membuat antibodi
untuk melawan penyakit tersebut. Sistem kekebalan kuda
membutuhkan waktu minimal dua minggu untuk membuat antibodi
yang dibutuhkan, jadi cobalah untuk memvaksinasi setidaknya tiga
hingga empat minggu sebelum kemungkinan terpapar penyakit.
Waktu terbaik untuk vaksinasi tahunan adalah di awal musim semi.
Vaksinasi tahunan yang harus diberikan meliputi:
1. Tetanus
2. Encephalomyelitis (penyakit tidur) Timur dan Barat
3. Influenza (berlangsung selama empat bulan)
4. Rhinopneumonitis
5. Nil Barat
6. Rabies - tergantung lokasi

9
 Penyakit Umum
Penting bagi perawat kuda untuk mempraktikkan pencegahan
penyakit ketika mengelola peternakan kuda atau menjaga kesehatan
kuda individu. Setiap peternakan atau kandang kuda harus memiliki
daerah di mana kuda baru atau sakit dapat tetap terisolasi. Kuda baru
harus tetap dalam isolasi selama dua hingga tiga minggu. Selama
waktu ini, kuda harus diamati dengan cermat untuk setiap tanda-
tanda penyakit. Jika kuda akan terserang penyakit, ia akan
menunjukkan gejala dalam waktu tiga minggu atau lebih. Namun,
ada beberapa pengecualian. Ada beberapa penyakit yang tetap laten
dan tidak masuk dalam periode dua hingga tiga minggu.
Kuda yang sakit harus tinggal di karantina selama masa
sakitnya. Konsultasikan dengan dokter hewan tentang jangka waktu
tertentu kuda harus tetap dalam isolasi relatif terhadap masing-
masing penyakit. Semua alat dan peralatan yang bersentuhan dengan
kuda dibersihkan atau di sterilkan sebelum menggunakannya pada
hewan yang sehat. Laju respirasi harus selalu lebih rendah dari
denyut nadi. Tingkat respirasi yang lebih tinggi daripada denyut nadi
dikenal sebagai "inversi" dan merupakan indikasi masalah serius
yang membutuhkan perhatian segera.
Berdasarkan gambar kuda yang didapatkan dari hasil wawancara,
memperlihtakan bahwa tubuh dari kuda 1 dapat dikatakan bagus, tubuh
kuda 2 terlihat dengan tubuh kurus, tubuh kuda 3 bentuk tubuh yang
bagus, begitu pula dengan kuda 4 dengan tubuh yang bagus.

3.2.5. Manajemen Pakan Kuda


Manajemen pakan kuda berbeda dengan manajemen ternak
domestik yang lain. Hal utama yang menyebabkan hal tersebut adalah
karena perbedaan anatomi dan fisiologi saluran pencernaan, pencernaan
kuda termasuk kedalam pencernaan monogastrik (lambung tunggal).
Selain kuda merupakan hewan yang dapat mencerna dan mengfermentasi
sisa pakan pada saluran pencernaan bagian belakangnya (sekum).

10
Dengan keunikannya itulah maka kuda mencerna dengan efisien baik
pakan serat maupun konsentrat. Namun keunikan ini harus di tunjang
pula dengan manajemen pakan yang baik (Anonim, 2011c).
a. Jenis Pakan
Pakan kuda di bagi menjadi 2 kategori yaitu serat atau bahan
kasar dan konsentrat (Goncalves 2002 et al. dan Kacker 1996 ).
Sumber serat utama bagi kuda adalah rumput. Biasanya rumput di
berikan dalam bentuk kering (hay), sehingga kadar airnya rendah.
Rumput kering yang biasa diberikan pada kuda adalah Timothy,
Brome dan rumput Orchade (Syefrizal, 2008).
Serat merupakan bagian penting dalam susunan pakan kuda
karena kesehatan saluran cerna sangat di pengaruhi oleh keberadaan
serat dalam pakan. Serat mengandung bahan kasar dan membantu
dalam proses transportasi dan pemecahan bahan konsentrat sehingga
serat merupakan sumber penting dalam nutrisi. Di Indonesia sendiri
terdapat beberapa jenis sumber serat yang di gunakan sebagai pakan
kuda, antara lain rumput panicum muticum dan braccaria mutica
(Soehardjono, 1990).
Konsentrat adalah pakan yang mengandung unsur protein,
karbohidrat, lemak dan mineral yang dapat di berikan dalam jumlah
sedikit. Contoh konsentrat ynag di gunakan sebagai pakan kuda di
Indonesia antara lain adalah, bungkil kedelai, kacang hijau, gabah
dan dedak. Pemberian kedua jenis pakan ini haruslah seimbang dan
sangat tergantung pada berbagai faktor, seperti usia kuda, jenis
pekerjaan dan berbagai kondisi lain. Jumlah pakan dan waktu pakan
kuda yang berubah tiba-tiba, dapat menyebabkan perubahan
motilitas usus pencernaan kuda dan perubahan aliran darah. Hal
tersebut sangat berbahaya bagi kuda karena dapat menyebabkan
terjadinya kolik (Hamer 1993 dan soehardjono 1990).
Kandungan gizi pakan ternak sangat sangat tergantung pada
bahan hijauan yang diberikan. Hijauan yang diberikan berupa
rumput alam dan rumput lapangan, rumput tanam (rumput unggul),

11
hijauan kacang-kacangan (kaliandra, lamtoro, gamal, turi, dll), dan
hijauan limbah pertanian (batang ubi jalar, jerami padi, jerami
kacang-kacangan, dll). Kandungan protein hijauan kacang-kacangan
sebesar 21%, rumput lapangan dan rumput unggul sebesar 10,20%
(Rukmana, 2005), sedangkan hijauan limbah pertanian (jerami padi)
kandungan proteinnya sebesar 3,6% (Komar, 1984).
Beberapa hijauan atau tanaman pakan kuda subtropik yang
mempunyai kualitas baik, yang telah dikenal golongan rumput:
Bahia (Paspalum notatum, Flügge), Bermuda (Cynodon dactylon
(L.) Pers.), Digitaria (Digitaria decumbens, Stent), Ryegrass (Lolium
perenne L.), Pearlmillet (Pennisetum americanum(L.) Leeke);
golongan biji-bijian: Rye (Lolium multiflorum, Lam.), Wheat
(Agropyron sp.) Oats (Avena sp), Triticale: dan legum: Rhizome
peanut (Arachis sp), Alfalfa (Medicago sativa L), Alyceclover
(Alysicarpus vaginalis), Crimson (Trifolium incarnatum L.),
Redclover (Trifolium pratense) (Chambliss dan Jhonson, 2002) dan
masih banyak yang lainnya seperti rumput Matua yang sangat baik
pada saat kehamilan dan masa laktasi (Guay et al., 2002).
b. Frekuensi Pemberian pakan
Seekor kuda di alam liar akan terus merumput sepanjang hari,
hal tersebut disebabkan kemampuan mencerna kuda yang terbatas.
Jumlah pakan yang terlalu banyak dalam satu kali pemberian akan
menyebabkan proses pencernaan pakan menjadi tidak efektif dan
efisien. Pakan yang tidak tercerna akan terbuang percuma melalui
feses, sehingga pakan kuda harus diberikan dalam jumlah yang tepat
dengan frekuensi yang sering. Jika memungkinkan, pakan kasar dan
berserat seharusnya tersedia secara ad libitum dalam kandang kuda
agar dapat mengganti energinya yang hilang setelah melakukan
berbagai aktifitasnya sepanjang hari. Jumlah pakan yang sedikit
dengan frekuensi yang sering akan membuat sistim pencernaan kuda
bekerja dengan baik. Frekuensi pemberian pakan kuda kompetisi
setidaknya 4 sampai 5 kali sehari sedangkan untuk kuda biasa

12
pemberian pakan minimal 2 kali sehari (Drummond 1988 dan
McBane 1994).
c. Jumlah Pakan
Jumlah total pakan yang sebaiknya diberikan tiap hari pada
kuda adalah 2,5 persen dari total berat tubuhnya (Hamer, 1993).
Pemberian serat dan konsentrat haruslah seimbang sesuai dengan
aktivitasnya. Kuda merupakan hewan ternak yang merumput
sehingga kebutuhan akan serat wajib untuk dipenuhi untuk menjaga
kesehatan saluran cernanya. Jumlah serat yang harus didapatkan
kuda tiap hari adalah adalah seberat 0.75 kg/hari untuk tiap 50 kg
berat badan (Syefrizal, 2008). Sedangkan Hamer (1993) jumlah
minimum serat yang harus didapat seekor kuda per hari adalah 1
persen dari total berat tubuhnya.
Jumlah pemberian konsentrat dalam satu waktu pemberian
pakan, jumlahnya tidak boleh melebihi 0.5 persen dari total berat
tubuh kuda. Alasannya adalah bahwa konsentrat yang terdiri dari
gula dan zat tepung akan dicerna dan diserap di dalam usus halus,
sehingga jika jumlahnya berlebih maka zat-zat tersebut akan
menumpuk di sekum dan akan menyebabkan kuda mengalami kolik
(Syefrizal, 2008).
Menurut Drummond (1988) dan Hamer (1993) perhitungan
jumlah pakan dan frekuensi pemberian pakan yang seharusnya
diberikan kepada kuda per hari dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah ideal pakan kuda perhari berdasarkan % BK.


Berat kuda = 500 kg
Total jumlah maksimum per hari = 2 % x 500 kg = 10 kg
Jumlah minimum serat per hari = 1 % x 500 kg = 5 kg
Jumlah maksimum konsentrat per hari = 0.5 % x 500 kg = 2.5 kg
Sumber (Drummond 1988; Hamer 1993)
Kuda dengan berat 500 kg harus mendapat 10 kg pakan
perharinya, yaitu setidaknya mendapatkan 5 kg serat dan jumlah

13
konsentrat yang diberikan tidak lebih dari 2.5 kg. dari perhitungan
tersebut maka frekuensi pemberian pakan adalah dua kali sehari,
namun frekuensi yang lebih sering dengan jumlah yang lebih sedikit
lebih dianjurkan.
d. Waktu Pemberian Pakan
Waktu pemberian pakan kuda yang tepat adalah saat tubuh
kuda berada pada kondisi yang tenang dan rileks sehingga
pencernaan dapat bekerja dengan baik. Jika yang menjadi acuan
adalah aktivitas, maka waktu pemberian yang tepat adalah saat
sebelum dan sesudah kuda melakukan aktivitas yaitu pada pagi , sore
dan malam hari. Kuda tidak dapat mencerna pakan jika diberikan
kerja bersamaan dengan waktu pakannya. Jadi lebih baik pakan
diberikan setelah kuda melakukan kerja dengan jeda waktu beberapa
saat (Drummond, 1988).
Dari hasil wawancara dengan kusir cidomo pakan yang
dibutuhkan untuk satu ekor kuda perhari berkisar 5-10 kg/hari,
dengan hijauan dan dedak sebagai pakan. Pengeluaran tersebut dapat
ditekan bila para kusir sekaligus menyabit rumput. Rata-rata
pendapatan kotor kusir cidomo per harinya berkisarRp. 27.667.

14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari praktikum yang telah dilakukan di atas
tentang pengamatan cidomo, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil wawancara ke-4 para informan kusir cidomo, dengan umur yang
34-56, mereka bekerja sebagai kusir cidomo, dan dengan pendidikan
yang sangat rendah
2. Manajemen pemeliharaan kuda yaitu, pemberian pakan dan minum
yang tepat, menjaga kebersihan lingkungan, pemeriksaan secara rutin,
kuda harus di latih, perawatan kuku, gigi dan bulu, istirahat yang
cukup. Manajemen pakan seperti pemberian pakan dengan
melengkapi kebutuhan nutrisi. Manajemen Kesehatan kuda seperti
sanitasi untuk menjamin Kesehatan kuda maupun peternak, pakan
yang berkualitas, vaksinasi dan pemberian obat cacing secara teratur.
3. Dari ke-4 kuda yang difoto, terdapat satu kuda yang terlihat sangat
kurus, dikarenakan permasalahan dalam pemberian pakan dan
pemeliharaan
4. Pakan yang di dapatkan kurang, dikarenakan kurangnya ilmu dari para
kusir dalam penyediaan pakan dengan penyeimbangan energi yang
dikeluarkan kuda pada saat bekerja.
4.2. Saran
Dari wawancara yang telah kita lakukan, adapun saran yang ingin
kita sampaikan adalah, untuk pemerintah melakukan pengolahan/meninjau
kembali kepada para kusir cidomo yang ada, agar dengan tingkat
pendidikan yang rendah mereka bisa memaksimalkan pekerjaan mereka
dengan tetap memperhatikan aturan menggunakan cidomo, dan bisa
menjaga kudanya dengan optimal

15
DAFTAR PUSTAKA

Baewarld J.E, 1976,Transportation & Trafic Engineering Hand Book, Third


Edition,ISBN 0-13-930578-5, Prentice-Hall Inc, USA oehardjono O, 1990,
Kuda, Cetakan Pertama, ISBN 979-8196-00-7, Gramedia, Jakarta.

Cunha, T. J., 1991. Feeding and Nutrition Horse. 2nd Edition. Academic Press
Inc. San Diego. California.

Parakkasi, A. 1988. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik Vol IB. UI
Press.

Rukmana, R. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius:


Yogyakarta.

Rukmana, R. 2005. Rumput Unggul Hijauan Makanan Ternak. Kanisius:


Yogyakarta.
Soeharjono. O. 1990. Kuda. Yayasan Pamulang Equistian Centre. Jakarta
Syefrizal. 2008. Perawatan Kuda. http://duniakuda.blogspot.com
Tri Putri, R. A. H. M. A. T. I. L. L. A. H. (2021). Kajian Keberadaan Cidomo
Sebagai Salah Satu Moda Transportasi Umum Berdasarkan Persepsi
Masyarakat Di Kota Mataram (Doctoral dissertation,
Universitas_Muhammadiyah_Mataram).

16
LAMPIRAN

17

Anda mungkin juga menyukai