Disusun oleh :
Kelompok 6
Kelas F
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
SUMEDANG
2019
3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
Domba Pedaging” dapat penyusun selesaikan. Makalah ini disusun dengan tujuan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemuliaan Ternak. Penyusunan makalah ini
Bapak Johar Arifin, S. Pt, MP. selaku dosen mata kuliah Pemuliaan Ternak yang
telah membimbing pembuatan makalah ini. Selain itu, ucapan terima kasih juga
penyusun tujukan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan
kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah ini sangat penyusun harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan
Penyusun
4
DAFTAR ISI
Bab Halaman
I PENDAHULUAN
II KAJIAN KEPUSTAKAAN
III PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA...................................................................... 14
5
1
PENDAHULUAN
Ternak lokal atau asli Indonesia merupakan salah satu kekayaan nasional
yang tidak kecil artinya, baik dilihat dari segi sumber pendapatan, sumber protein
hewani yang murah dan mudah, maupun sebagai sumber tenaga kerja. Banyak
diantara ternak lokal atau asli Indonesia yang perkembangannya tidak terlalu
perlu ditangani, karena dalam jenis ternak asli mungkin terkandung gen-gen yang
susu, wol, dapat juga dipakai sebagai bahan penelitian atau sebagai bahan rakitan
yang dihadapi.
II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
diharapkan tersebut (Warwick, dkk. 1990). Seleksi atau peningkatan mutu genetik
kelompok lain (Wiener 1999). Struktur ternak bibit umumnya berbentuk piramida
yang terbagi menjadi tiga strata (tiers) yaitu pada puncak piramida kelompok elit
pemuliaan diantaranya adalah nilai heritabilitas dan korelasi genetik antar sifat.
beraksi secara aditif, sedangkan korelasi genetik adalah korelasi yang lebih
banyak dipengaruhi oleh gen-gen yang beraksi secara pleiotropik (Martojo 1992),
cara, rancangan untuk menghitung heritabilitas dan korelasi genetik dapat sama.
pada metoda yang digunakan, ragam genetik populasi, pengambilan contoh dan
banyaknya data serta kondisi populasi tempat heritabilitas dihitung (Lasley 1972;
2.2 Domba
yaitu domba ekor tipis (Javanese thin tailed) atau domba lokal, domba ekor
sedang atau domba Priangan (Priangan of West Java) yang dikenal dengan nama
domba Garut dan domba ekor gemuk (Javanese fat tailed) (Mulyaningsih, 1990).
Asal domba tersebut tidak diketahui pasti, diasumsikan bahwa domba ekor tipis
berasal dari India, sedangkan domba ekor gemuk berasal dari Somalia-Arab
(Williamson, 1993).
permukaan dan bagian tubuh hewan mempunyai banyak kegunaan, karena dapat
menaksir bobot badan dan karkas serta memberi gambaran bentuk tubuh hewan
sebagai ciri suatu bangsa tertentu. Penggunaan ukuran-ukuran tubuh dilakukan
berdasarkan ukuran yang umum pada ternak, yaitu sifat kuantitatif untuk dapat
populasi yang sangat penting dalam pemuliaan terutama dalam seleksi (Mulliadi
1996). Seleksi akan efektif bila terdapat tingkat keragaman yang tinggi (Martojo,
1990). Ukuran permukaan tubuh hewan memiliki banyak kegunaan seperti untuk
menaksir bobot badan dan memberi gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri
5
khas suatu bangsa (Doho, 1994). Ukuran tubuh dewasa pada domba lokal untuk
betina adalah tinggi badan 57 cm, bobot badan 25-35 kg, sedangkan pada jantan
tinggi badan mencapai 60 cm dan bobot badan 40-60 kg dengan rata-rata bobot
akibat seleksi, perkawinan silang atau bencana alam yang dapat berakibat hilang
atau hanyutnya gen tertentu. Populasi yang besar dengan tingkat keragaman yang
cukup tinggi, baik dalam bangsa maupun antar bangsa menjadikan domba-domba
di Indonesia beragam bentuk dan pola warnanya. Perbedaan bobot badan, struktur
tubuh, pola warna bulu dan kepadatan wol adalah contoh karakteristik morfologis
III
PEMBAHASAN
secara murni. Pada wilayah sumber bibit dilakukan pelestarian secara in-situ
maupun bangsa yang sama dari wilayah lain. Pelestarian ex-situ dapat dilakukan
dengan menetapkan pulau atau wilayah tertentu diluar habitat aslinya menjadi
(1) Perhitungan secara tepat jumlah serta mutu bibit yang dapat dikeluarkan,
(2) Penentuan standart mutu bibit lokal maupun nasional yang sesuai dengan
peternakan rakyat.
bank plasma nutfah, didukung oleh program inseminasi buatan (IB) dan
asli yang masih ada atau mengembangbiakan hasil dari wilayah sumber bibit.
Performa dan Uji Zuriat. Untuk pemilikan induk ditekankan pada kemurnian
bangsanya dan performa reproduksinya.
yang memiliki hubungan kekerabatan lebih jauh dari rataan hubungan kekerabatan
kelompok asal ternak. Keuntungan utama persilangan adalah hybrid vigor atau
heterosis, yaitu jika seekor induk dikawinkan dengan pejantan dari bangsa yang
baik dari tetuanya seperti pada bobot lahir, produksi susu induk, laju
(2) Memperbaiki salah satu sifat yang kurang baik dari salah satu bangsa.
(3) Meningkatkan daya hidup dengan diperolehnya daya adaptasi yang lebih
lahir 3,2%; bobot sapih 5,0%; dan pertambahan bobot badan 5,3% (Rae, 1982).
Perlu diingat bahwa dalam persilangan yang telah stabil, ketika crossbreed
genetik akan lebih cepat tercapai jika program pemuliaan dilakukan dengan
dilakukan dengan perkawinan dua bangsa domba atau lebih (Noor, 1996).
disilangkan. Menurut Mason dan Buvanendran (1982) ada tiga cara untuk
(1) Pada daerah tropis basah panas, seleksi domba lokal tipe rambut, atau
(2) Pada daerah tropis kering, seleksi dari bangsa domba tipe wol kasar, atau
menyilangkan dengan tipe wol kasar lainnya dari daerah yang mempunyai
iklim serupa.
(3) Pada daerah tropis basah atau sub tropis, grading domba lokal dengan
bangsa pejantan persilangan (unggul x lokal) atau dengan bangsa baru dari
tropis basah panas, dengan potensi domba lokalnya bertipe wol kasar, cara yang
dianggap paling baik adalah persilangan dengan bangsa tipe rambut tropis lainnya.
pertumbuhan.
Secara umum strategi breeding pada ternak domba dapat dilakukan dengan
(2) Oleh karena sebagian besar ternak domba dikuasai oleh peternak kecil,
berkesinambungan.
dll.
(5) Domba komposit yang telah dihasilkan oleh Balitnak, diharapkan dapat
segera dikembangkan melalui UPT pusat maupun daerah, atau secara
untuk mengelola domba lokal kita, sehingga petani tidak merasa dirugikan.
dipertahankan, serta siapa saja yang harus terlibat dan bertanggung jawab,
dominan, karena ternak ini sebagian besar dipelihara rakyat kecil dan tidak
investor.
(8) Dalam pelaksanaan pengelolaan domba sebagai bagian dari SDG ternak
Oleh karena itu peran Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan dan
(9) Pada waktu yang singkat diharapkan sudah dapat disusun rencana kerja
IV
4.1 Kesimpulan
pejantan unggul, yaitu dengan penggunaan Uji Performa dan Uji Zuriat
(3) Pemuliaan pada domba atau perbaikan genetik pada domba dapat
4.2 Saran
pemerintah lainnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Devendra, C. and G.B. McLeroy. 1982. Goat and Sheep Production in the Tropic.
Longman, New York.
Doho, S.R. 1994. Parameter fenotipik beberapa sifat kualitatif dan kuantitatif
pada domba Ekor Gemuk. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian
Bogor. Bogor.