Oleh :
Kelompok 2
1. Aglyvia Marchorin NIRM 06 2 4 16 766
2. Claudia Agatha NIRM 06 2 4 16 770
3. Doni Purwanto NIRM 06 2 4 16 771
4. Fifin Rokhayati NIRM 06 2 4 16 775
5. Rahmad Pujiono NIRM 06 2 4 16 789
6. Vivit Winda Rahmadini NIRM 06 2 4 16 798
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA MAGELANG
JURUSAN PERTERNAKAN
2019
i
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya, telah
Mutu Peternakan.
bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Kepada semua pihak yang
kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
PRAKATA ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. v
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3
A. Standar Nasional Indonesia (SNI) ............................................. 3
B. Daging Ayam ............................................................................. 4
C. Karkas ....................................................................................... 4
III. PEMBAHASAN............................................................................... 6
A. SNI White Meat ......................................................................... 6
B. Perkembangan Produksi Daging Ayam Ras ............................. 12
C. Perkembangan Harga dan Permintaan Konsumen .................. 14
IV. SIMPULAN ..................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 18
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Persyaratan tingkatan mutu fisik karkas .................................... 9
2. Syarat mutu mikrobiologis ......................................................... 9
3. Produktivitas daging ayam ras 2009-2018 ................................ 13
4. Perkembangan harga dan konsumsi daging di Kota Medan ..... 14
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Karkas Utuh .............................................................................. 10
2. Karkas dibagi 2 bagian .............................................................. 10
3. Karkas dibagi 4 bagian .............................................................. 10
4. Karkas dibagi 8 bagian .............................................................. 11
5. Karkas dibagi 9 bagian .............................................................. 11
6. Grafik produktivitas daging ayam ras ........................................ 13
7. Perkembangan harga daging ayam di Kota Medan .................. 15
8. Perkembangan konsumsi daging ayam di Kota Medan ............ 15
v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Daging ayam adalah bahan pangan yang bernilai gizi tinggi karena
kaya akan protein, lemak, mineral serta zat lainnya yang sangat
dibutuhkan tubuh. Usaha untuk meningkatkan kualitas daging ayam
dilakukan melalui pengolahan atau penanganan yang lebih baik sehingga
dapat mengurangi kerusakan atau kebusukan selama penyimpanan dan
pemasaran. Daging ayam mudah tercemar oleh berbagai mikroorganisme
dari lingkungan sekitarnya.
Proses keamanan dan kelayakan daging ayam ini harus dilakukan
sedini mungkin yakni mulai dari peternakan (farm) hingga daging ayam
dikonsumsi (dimeja makan). Di Indonesia telah mempunyai standar
nasional yang berkaitan dengan keamanan pangan, yaitu Standar
Nasional Indonesia (SNI). Standar ini diantaranya memuat tentang
memproduksi bahan pangan yang benar, mengukur cemaran, dan
menyajikan batas maksimum cemaran yang diperkenankan. Standar ini
diharapkan dapat memberikan jaminan keamanan produk pangan
Indonesia. Mengkonsumsi produk pangan bermutu lebih menjamin
keamanan pangan.
Standar mutu pangan yang dikeluarkan oleh SNI dapat membantu
konsumen untuk menentukan mutu produk pangan yang akan dibelinya.
Standar mutu bahan pangan merupakan pedoman yang dapat digunakan
untuk berbagai kebutuhan, misalnya pemilihan bahan pangan atau
menghasilkan bahan pangan berdaya saing tinggi. Indonesia telah
memiliki standar mutu, yaitu standar yang dikeluarkan oleh Badan
Standarisasi Nasional Indonesia atau SNI. Batas maksimum cemaran
mikroba dalam bahan makanan asal hewan (daging ayam) sesuai Standar
Nasional Indonesia diantaranya adalah angka lempeng total (ALT) 1 x 104
cfu/g, Escherichia coli 1 x 101 cfu/g, dan Salmonella Sp. negatif/25gram.
1
B. Rumusan Masalah
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
a. Openess (keterbukaan)
Terbuka bagi agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat
berpartisipasi dalam pengembangan SNI;
b. Transparency (transparansi)
Transparan agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat
mengikuti perkembangan SNI mulai dari tahap pemrograman dan
perumusan sampai ke tahap penetapannya . Dan dapat dengan mudah
memperoleh semua informsi yang berkaitan dengan pengembangan
SNI;
e. Coherence
3
f. Development dimension (berdimensi pembangunan)
B. Daging Ayam
C. Karkas
4
Berdasarkan cara penanganannya, karkas ayam broiler dibedakan
menjadi :
1. Karkas segar, yaitu karkas yang baru selesai diproses selama tidak
lebih dari 6 jam dan tidak mengalami perlakuan lebih lanjut.
2. Karkas dingin segar, yaitu karkas segar yang segera didinginkan
setelah selesai diproses sehingga suhu di dalam daging menjadi
antara 4-5ºC.
3. Karkas beku, yaitu karkas yang telah mengalami proses pembekuan
cepat atau lambat dengan suhu penyimpanan antara 12ºC sampai
dengan 18ºC. Bobot karkas individual ditentukan oleh bobot karkas itu
sendiri,
Berdasarkan pembagiannya dibedakan menjadi :
1. Ukuran kecil 0,8-1 kg
2. Ukuran sedang 1-1,3 kg
3. Ukuran besar 1,2-1,5 kg
5
III. PEMBAHASAN
Standar Mutu karkas dan daging ayam ini merupakan revisi SNI 01-
3924-1995 Karkas ayam pedaging, disusun dan dirumuskan oleh Panitia
Teknis 67-03 Peternakan dan Produk Peternakan. Revisi standar
dilakukan dalam rangka memperbaiki persyaratan mutu karkas dan
daging ayam. Standar ini telah dibahas dalam rapat teknis dan terakhir
disepakati dalam rapat konsensus pada tanggal 8 Nopember 2007 di
Bogor yang dihadiri oleh anggota Panitia Teknis 67-03 dan pihak terkait
lainnya. Standar ini juga telah melalui tahap jajak pendapat pada tanggal 7
April 2008 sampai dengan 7 Juni 2008, namun untuk mencapai kuorum
diperpanjang sampai dengan tanggal 7 Juli 2008 dan telah melalui tahap
pemungutan suara pada tanggal 6 Februari 2009 sampai dengan 6 April
2009 dengan hasil akhir RASNI yang dinamakan SNI 3924:2009. Berikut
adalah isi dari SNI 3924:20019:
1. Ruang lingkup
3.1 karkas
Bagian tubuh ayam setelah dilakukan penyembelihan secara halal
sesuai dengan CAC/GL 24-1997, pencabutan bulu dan pengeluaran
6
jeroan, tanpa kepala, leher, kaki, paruparu, dan atau ginjal, dapat berupa
karkas segar, karkas segar dingin, atau karkas beku
3.5 daging
Otot skeletal dari karkas ayam yang aman, layak, dan lazim
dikonsumsi manusia
3.6 konformasi
3.7 perdagingan
3.8 perlemakan
Tidak ada tulang yang patah atau hilang, persendian yang lepas,
kulit atau daging yang sobek maupun hilang
7
3.10 perubahan warna
3.11 kebersihan
3.12 memar
4. Klasifikasi
4.1 Umur
8
5. Persyaratan mutu
5.2 Mikrobiologis
Persyaratan maksimum mutu mikrobiologi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Syarat mutu mikrobiologis
9
6. Potongan karkas
10
Gambar 4. karkas dibagi 8 bagian
11
10. Pelabelan
11. Penyimpanan
12
Sebagai informasi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan (Ditjen PKH) mencatat sampai Agustus realisasi produksi daging
ayam ras sebesar 2,33 juta ton atau 291.755 ton/bulan. Padahal rata-rata
potensi kebutuhan daging ayam ras tahun 2019 hanya 270.979 ton/bulan
(Ayuningtiyas, 2019). Sejalan dengan yang diinformasikan oleh
Kementerian Pertanian produksi daging ayam ras pedaging menurut
Badan Pusat Statistika (BPS) terus meningkat mencapai 2.144.013 ton
daging pada tahun 2018. Berikut tabel produktivitas daging ayam ras
pedaging di Indonesia dari tahun 2009-2018:
Tabel 3. Produktivitas daging Ayam Ras 2009-2018
13
C. Perkembangan Harga dan Permintaan Konsumen
14
Gambar 7. Perkembangan Harga Daging Ayam di Kota Medan
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2007 harga rata-
rata daging ayam berada pada titik terendah yaitu pada harga Rp 12.861,
sedangkan harga rata-rata tertinggi yaitu pada tahun 2010 sebesar Rp
20.443. Selebihnya pada tahun 2008, 2009, sampai 2011 mengalami
kenaikan dan penurunan yang tidak terlalu pesat. - Perkembangan
Permintaan Seperti telah dijelaskan sebelumnya, jumlah konsumsi
berbanding lurus dengan permintaan daging ayam. Tidak jauh berbeda
dengan harga, permintaan akan daging ayam juga berfluktuasi.
15
peningkatan hingga pada titik tertinggi selama 5 tahun terakhir yaitu
sebesar 0,5709 kg/kapita/tahun. Dapat disimpulkan bahwa permintaan
daging ayam meningkat selama 3 tahun terakhir (Siregar, dkk, 2012)
16
IV. SIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
18