Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENJAMINAN MUTU PETERNAKAN


SNI WHITE MEAT
Dosen Pengampu : drh. Pramu, M.Sc.

Oleh :
Kelompok 2
1. Aglyvia Marchorin NIRM 06 2 4 16 766
2. Claudia Agatha NIRM 06 2 4 16 770
3. Doni Purwanto NIRM 06 2 4 16 771
4. Fifin Rokhayati NIRM 06 2 4 16 775
5. Rahmad Pujiono NIRM 06 2 4 16 789
6. Vivit Winda Rahmadini NIRM 06 2 4 16 798

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA MAGELANG
JURUSAN PERTERNAKAN
2019

i
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya, telah

tersusunya makalah tentang SNI White Meat guna melengkapi tugas

kelompok mata kuliah Penjaminan Mutu Peternakan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada yang terhormat:

1. Dr. Radjiman, SP, MP selaku direktur utama Politenik Pembanguan

Pertanian Yogyakarta Magelang.

2. Ketua Jurusan Peternakan Polbangtan Yogyakarta Magelang.

3. Ketua Program Studi Penyuluhan Peternakan dan Kesejahteraan

Hewan Polbangtan Yogyakarta Magelang.

4. drh. Pramu, M.Sc selaku dosen pengampu mata kuliah Penjaminan

Mutu Peternakan.

Demikian makalah ini dibuat, semoga dapat bermanfaat khususnya

bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Kepada semua pihak yang

telah berpartisipasi dalam penyusuan makalah ini, penulis ucapkan terima

kasih.

Magelang, Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
PRAKATA ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. v
I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3
A. Standar Nasional Indonesia (SNI) ............................................. 3
B. Daging Ayam ............................................................................. 4
C. Karkas ....................................................................................... 4
III. PEMBAHASAN............................................................................... 6
A. SNI White Meat ......................................................................... 6
B. Perkembangan Produksi Daging Ayam Ras ............................. 12
C. Perkembangan Harga dan Permintaan Konsumen .................. 14
IV. SIMPULAN ..................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 18

iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Persyaratan tingkatan mutu fisik karkas .................................... 9
2. Syarat mutu mikrobiologis ......................................................... 9
3. Produktivitas daging ayam ras 2009-2018 ................................ 13
4. Perkembangan harga dan konsumsi daging di Kota Medan ..... 14

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Karkas Utuh .............................................................................. 10
2. Karkas dibagi 2 bagian .............................................................. 10
3. Karkas dibagi 4 bagian .............................................................. 10
4. Karkas dibagi 8 bagian .............................................................. 11
5. Karkas dibagi 9 bagian .............................................................. 11
6. Grafik produktivitas daging ayam ras ........................................ 13
7. Perkembangan harga daging ayam di Kota Medan .................. 15
8. Perkembangan konsumsi daging ayam di Kota Medan ............ 15

v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Daging ayam adalah bahan pangan yang bernilai gizi tinggi karena
kaya akan protein, lemak, mineral serta zat lainnya yang sangat
dibutuhkan tubuh. Usaha untuk meningkatkan kualitas daging ayam
dilakukan melalui pengolahan atau penanganan yang lebih baik sehingga
dapat mengurangi kerusakan atau kebusukan selama penyimpanan dan
pemasaran. Daging ayam mudah tercemar oleh berbagai mikroorganisme
dari lingkungan sekitarnya.
Proses keamanan dan kelayakan daging ayam ini harus dilakukan
sedini mungkin yakni mulai dari peternakan (farm) hingga daging ayam
dikonsumsi (dimeja makan). Di Indonesia telah mempunyai standar
nasional yang berkaitan dengan keamanan pangan, yaitu Standar
Nasional Indonesia (SNI). Standar ini diantaranya memuat tentang
memproduksi bahan pangan yang benar, mengukur cemaran, dan
menyajikan batas maksimum cemaran yang diperkenankan. Standar ini
diharapkan dapat memberikan jaminan keamanan produk pangan
Indonesia. Mengkonsumsi produk pangan bermutu lebih menjamin
keamanan pangan.
Standar mutu pangan yang dikeluarkan oleh SNI dapat membantu
konsumen untuk menentukan mutu produk pangan yang akan dibelinya.
Standar mutu bahan pangan merupakan pedoman yang dapat digunakan
untuk berbagai kebutuhan, misalnya pemilihan bahan pangan atau
menghasilkan bahan pangan berdaya saing tinggi. Indonesia telah
memiliki standar mutu, yaitu standar yang dikeluarkan oleh Badan
Standarisasi Nasional Indonesia atau SNI. Batas maksimum cemaran
mikroba dalam bahan makanan asal hewan (daging ayam) sesuai Standar
Nasional Indonesia diantaranya adalah angka lempeng total (ALT) 1 x 104
cfu/g, Escherichia coli 1 x 101 cfu/g, dan Salmonella Sp. negatif/25gram.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana SNI yang mengatur mengenai daging ayam ras pedaging?


2. Bagaimana produktifitas daging ayam ras pedaging di Indonesia?
3. Bagaimana kasus yang terjadi mengenai produk daging ayam di
Indonesia?

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Standar Nasional Indonesia (SNI)

Standar Nasional Indonesia (disingkat SNI) adalah satu-satunya


standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh
Komite Teknis (dulu disebut sebagai Panitia Teknis) dan ditetapkan oleh
BSN. Agar SNI memperoleh keberterimaan yang luas antara para
stakeholder, maka SNI dirumuskan dengan memenuhi WTO Code of
good practice, yaitu:

a. Openess (keterbukaan)
Terbuka bagi agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat
berpartisipasi dalam pengembangan SNI;

b. Transparency (transparansi)
Transparan agar semua stakeholder yang berkepentingan dapat
mengikuti perkembangan SNI mulai dari tahap pemrograman dan
perumusan sampai ke tahap penetapannya . Dan dapat dengan mudah
memperoleh semua informsi yang berkaitan dengan pengembangan
SNI;

c. Consensus and impartiality (konsensus dan tidak memihak)


Tidak memihak dan konsensus agar semua stakeholder dapat
menyalurkan kepentingannya dan diperlakukan secara adil;

d. Effectiveness and relevance


Efektif dan relevan agar dapat memfasilitasi perdagangan karena
memperhatikan kebutuhan pasar dan tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;

e. Coherence

Koheren dengan pengembangan standar internasional agar


perkembangan pasar negara kita tidak terisolasi dari perkembangan
pasar global dan memperlancar perdagangan internasional; dan

3
f. Development dimension (berdimensi pembangunan)

Berdimensi pembangunan agar memperhatikan kepentingan


publik dan kepentingan nasional dalam meningkatkan daya saing
perekonomian nasional (BSN, 2017).

B. Daging Ayam

Daging merupakan komponen utama karkas, dimana karkas juga


tersusun dari lemak jaringan adipose, tulang, tulang rawan, jaringan ikat,
dan tendo. Komponen-komponen tersebut menentukan ciri-ciri kualitas
dan kuantitas daging (Soeparno,2009). Daging unggas merupakan
sumber protein hewani yang baik, karena kandungan asam amino
esensialnya lengkap. Serat dagingnya juga pendek dan lunak, sehingga
mudah dicerna. Banyaknya kalori yang dihasilkan daging unggas lebih
rendah dibandingkan dengan nilai kalori daging sapi atau babi (Koswara,
2009).

C. Karkas

Proses Pemotongan Karkas ayam ras dan buras mempunyai


karakteristik penampakan yang berbeda. Karkas ayam ras biasanya lebih
seragam dalam ukuran dan memiliki daging lebih banyak dibandingkan
karkas ayam buras. Yang dimaksud dengan karkas adalah bagian dari
tubuh unggas tanpa darah, bulu, kepala, kaki dan organ dalam (Soeparno,
2009). Komponen karkas adalah otot, tulang, lemak dan kulit. Karkas
ayam merupakan bentuk keseluruhan ayam potong tanpa bulu, kepala,
kaki dan jeroan. Karkas unggas khususnya ayam merupakan bentuk
komoditi yang paling banyak dan umum diperdagangkan.

Karkas ayam pedaging adalah bagian dari ayam hidup, setelah


dipotong, dihilangkan bulunya, dikeluarkan jeroan dan lemak
abdominalnya, dipotong kepala dan leher serta kedua kakinya (ceker)
(SNI 01-3924-1995).

4
Berdasarkan cara penanganannya, karkas ayam broiler dibedakan
menjadi :
1. Karkas segar, yaitu karkas yang baru selesai diproses selama tidak
lebih dari 6 jam dan tidak mengalami perlakuan lebih lanjut.
2. Karkas dingin segar, yaitu karkas segar yang segera didinginkan
setelah selesai diproses sehingga suhu di dalam daging menjadi
antara 4-5ºC.
3. Karkas beku, yaitu karkas yang telah mengalami proses pembekuan
cepat atau lambat dengan suhu penyimpanan antara 12ºC sampai
dengan 18ºC. Bobot karkas individual ditentukan oleh bobot karkas itu
sendiri,
Berdasarkan pembagiannya dibedakan menjadi :
1. Ukuran kecil 0,8-1 kg
2. Ukuran sedang 1-1,3 kg
3. Ukuran besar 1,2-1,5 kg

Persyaratan karkas yaitu: 1. Menggunakan ayam hidup yang sehat,


sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. 2. Pemotongan
dilakukan ditempat yang bersih, cukup air berasal dari sumber berkualitas
baik dan khusus. 3. Pengeluaran darah (bleeding) harus tuntas sehingga
ayam benar-benar mati. 4. Sebelum pencabutan bulu ayam diseduh
(scalding) dengan temperatur 52ºC – 60ºC selama 3 – 5 menit. 5. Setelah
dilakukan pencabutan bulu, kemudian karkas ayam dicuci dengan air yang
mengalir atau didinginkan (chiling) dengan temperatur 0 – 5ºC. 6.
Pemeriksaan kesehatan terhadap karkas dilakukan sebelum jeroan
dipisahkan dari tubuh oleh petugas yang berwenang. 7. Setelah
pemeriksaan dan pencucian, karkas didinginkan (SNI 01-3924-1995).

5
III. PEMBAHASAN

A. SNI White Meat

Standar Mutu karkas dan daging ayam ini merupakan revisi SNI 01-
3924-1995 Karkas ayam pedaging, disusun dan dirumuskan oleh Panitia
Teknis 67-03 Peternakan dan Produk Peternakan. Revisi standar
dilakukan dalam rangka memperbaiki persyaratan mutu karkas dan
daging ayam. Standar ini telah dibahas dalam rapat teknis dan terakhir
disepakati dalam rapat konsensus pada tanggal 8 Nopember 2007 di
Bogor yang dihadiri oleh anggota Panitia Teknis 67-03 dan pihak terkait
lainnya. Standar ini juga telah melalui tahap jajak pendapat pada tanggal 7
April 2008 sampai dengan 7 Juni 2008, namun untuk mencapai kuorum
diperpanjang sampai dengan tanggal 7 Juli 2008 dan telah melalui tahap
pemungutan suara pada tanggal 6 Februari 2009 sampai dengan 6 April
2009 dengan hasil akhir RASNI yang dinamakan SNI 3924:2009. Berikut
adalah isi dari SNI 3924:20019:

Mutu Karkas Dan Daging Ayam

1. Ruang lingkup

Standar ini menetapkan klasifikasi, persyaratan mutu, potongan


karkas, pengemasan, pelabelan, dan penyimpanan karkas dan daging
ayam ras.
2. Acuan normatif

SNI 2897:2008 Metoda pengujian cemaran mikroba dalam daging,


telur dan susu, serta hasil olahannya.CAC/GL 24-1997 General Guideline
for use of the term “Halal”.
3. Istilah dan definisi

3.1 karkas
Bagian tubuh ayam setelah dilakukan penyembelihan secara halal
sesuai dengan CAC/GL 24-1997, pencabutan bulu dan pengeluaran

6
jeroan, tanpa kepala, leher, kaki, paruparu, dan atau ginjal, dapat berupa
karkas segar, karkas segar dingin, atau karkas beku

3.2 karkas segar

Karkas yang diperoleh tidak lebih dari 4 jam setelah proses


pemotongan dan tidak mengalami perlakuan lebih lanjut

3.3 karkas segar dingin

Karkas segar yang didinginkan setelah proses pemotongan


sehingga temperatur bagian dalam daging (internal temperature) antara 0
°C dan 4 °C

3.4 karkas beku

Karkas segar yang telah mengalami proses pembekuan di dalam


blast freezer dengan temperatur bagian dalam daging minimum -12 °C

3.5 daging

Otot skeletal dari karkas ayam yang aman, layak, dan lazim
dikonsumsi manusia

3.6 konformasi

Ada tidaknya kelainan bentuk karkas dari tulang terutama pada


bagian dada dan paha

3.7 perdagingan

Ketebalan daging pada dada, paha, dan punggung

3.8 perlemakan

Penyebaran dan jumlah lemak di pangkal leher (pectoral) dan


rongga perut (abdominal)

3.9 keutuhan karkas

Tidak ada tulang yang patah atau hilang, persendian yang lepas,
kulit atau daging yang sobek maupun hilang

7
3.10 perubahan warna

Penyimpangan warna karena terdapat memar, pendarahan, freeze


burn dan atau perubahan warna lainnya yang disebabkan oleh
mikroorganisme atau zat-zat kontaminan

3.11 kebersihan

Ada tidaknya bulu tunas (pin feather) pada karkas

3.12 memar

Perubahan warna dan konsistensi pada daging akibat benturan fisik

3.13 freeze burn

Perubahan warna pada daging akibat kontak dengan permukaan


yang sangat dingin, dibawah temperatur -18 °C

3.14 Nomor Kontrol Veteriner (NKV)

Sertifikat sebagai bukti tertulis yang sah telah dipenuhinya


persyaratan higiene-sanitasi sebagai kelayakan dasar jaminan keamanan
pangan asal hewan pada unit usaha pangan asal hewan

4. Klasifikasi

Karkas ayam diklasifikasikan berdasarkan umur dan bobot karkas.

4.1 Umur

a) < 6 minggu = muda (fryer/broiler)


b) 6 minggu sampai dengan 12 minggu = dewasa (roaster)
c) > 12 minggu = tua (stew)

4.2 Bobot karkas

a) < 1,0 kg = ukuran kecil


b) 1,0 kg sampai dengan 1,3 kg = ukuran sedang
c) > 1,3 kg = ukuran besar

8
5. Persyaratan mutu

5.1 Fisik karkas


Tingkatan mutu fisik karkas dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Persyaratan tingkatan mutu fisik karkas

No. Faktor mutu Tingkatan mutu


Mutu I Mutu II Mutu III
1 Konformasi Sempurna Ada sedikit Ada kelainan
kelainan pada pada tulang
tulang dada atau dada dan paha
paha
2 Perdagingan Tebal Sedang Tipis
3 Perlemakan Banyak Banyak Sedikit
4 Keutuhan Utuh Tulang utuh, kulit Tulang ada
sobek sedikit, yang patah,
tetapi tidak pada ujung sayap
bagian dada terlepas ada
kulit yang
sobek pada
bagian dada
5 Perubahan Bebas dari Ada memar Ada memar
warna memar dan sedikit tetapi tidak sedikit tetapi
atau “freeze pada bagian dada tidak ada
burn” dan tidak “freeze “freeze burn”
burn”
6 Kebersihan Bebas dari bulu Ada bulu tunas Ada bulu tunas
tunas (pin sedikit yang
feather) menyebar, tetapi
tidak pada bagian
dada

5.2 Mikrobiologis
Persyaratan maksimum mutu mikrobiologi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Syarat mutu mikrobiologis

No Jenis Satuan Persyaratan


1 Total Plate Count cfu/g maksimum 1 x 106
2 Coliform cfu /g maksimum 1 x 102
3 Staphylococcus aureus cfu/g maksimum 1 x 102
4 Salmonella sp per 25 g negatif
5 Escherichia coli cfu/g maksimum 1 x 101
6 Campylobacter sp per 25 g negatif

9
6. Potongan karkas

Bentuk potongan karkas ayam dapat dilihat pada Gambar 1 sampai


dengan Gambar 5.

Gambar 1. Karkas utuh

Gambar 2. Karkas dibagi 2 bagian

Gambar 3. Karkas dibagi 4 bagian

10
Gambar 4. karkas dibagi 8 bagian

Gambar 5. karkas dibagi 9 bagian

7. Cara pengambilan contoh

Tata cara pengambilan contoh sesuai dengan SNI 2897:2008.


8. Pengujian
8.1 Fisik
Pengujian dilakukan secara visual (inspeksi), perabaan (palpasi),
dan atau penyayatan (insisi).
8.2 Cemaran mikroba
Pengujian cemaran mikroba sesuai dengan SNI 2897:2008.
9. Pengemasan
Karkas dikemas dalam kemasan yang aman, serta tidak
mengakibatkan penyimpangan/kerusakan karkas selama penyimpanan
dan pengangkutan.

11
10. Pelabelan

Informasi pada label kemasan primer minimal mencantumkan :


a. nama produk;
b. merk dagang;
c. NKV;
d. label halal.
Informasi pada label kemasan sekunder minimal mencantumkan :
a. nama produk;
b. merk dagang;
c. tanggal produksi;
d. nama dan alamat produsen;
e. berat bersih;
f. NKV;
g. label halal;
h. cara penyimpanan.

11. Penyimpanan

Penyimpanan karkas atau daging ayam dapat dilakukan dalam


bentuk segar, segar dingin atau beku di ruangan atau tempat sesuai
dengan karakteristik produk.

B. Perkembangan Produksi Daging Ayam Ras

Konsumsi daging ayam berkaitan dengan banyak faktor,


diantaranya dengan selera dan standar hidup, pendapatan masyarakat,
harga, maupun kondisi makroekonomi. Harga daging sangat berpengaruh
terhadap tingkat konsumsi masyarakat terhadap daging. Menurut
data Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)
yang dirilis pada 2018, konsumsi daging pada masyarakat Indonesia pada
2017 baru mencapai rata-rata 1,8 kg untuk daging sapi, 2,3 kg daging
babi, 0,4 kg daging kambing dan daging ayam menyumbang konsumsi
tertinggi yaitu sebesar 7 kg (Junaedi, 2019).

12
Sebagai informasi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan
Hewan (Ditjen PKH) mencatat sampai Agustus realisasi produksi daging
ayam ras sebesar 2,33 juta ton atau 291.755 ton/bulan. Padahal rata-rata
potensi kebutuhan daging ayam ras tahun 2019 hanya 270.979 ton/bulan
(Ayuningtiyas, 2019). Sejalan dengan yang diinformasikan oleh
Kementerian Pertanian produksi daging ayam ras pedaging menurut
Badan Pusat Statistika (BPS) terus meningkat mencapai 2.144.013 ton
daging pada tahun 2018. Berikut tabel produktivitas daging ayam ras
pedaging di Indonesia dari tahun 2009-2018:
Tabel 3. Produktivitas daging Ayam Ras 2009-2018

No TAHUN PRODUKTIVITAS (ton)


1 2009 1 101 765.50
2 2010 1 214 338.96
3 2011 1 337 909.00
4 2012 1 400 468.00
5 2013 1 497 876.00
6 2014 1 544 378.00
7 2015 1 628 307.00
8 2016 1 905 497.28
9 2017 2 046 794.00
10 2018 2 144 013.00
JUMLAH 15 821 346.74
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2018
Peningkatan produktivitas daging ayam ras di Indonesia tahun
2009-2019 dapat dilihat dalam grafik berikut ini:

PRODUKTIVITAS DAGING AYAM RAS


2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

TAHUN PRODUKTIVITAS (ton)

Gambar 6. Grafik Produktivitas Daging Ayam Ras

13
C. Perkembangan Harga dan Permintaan Konsumen

Perkembangan permintaan konsumen daging ayam dapat dilihat


dari jumlah rata-rata konsumsi konsumen, jumlah konsumsi daging ayam
berbanding lurus terhadap perkembangan permintaan daging ayam itu
sendiri. Semakin meningkat jumlah konsumsi maka dapat diasumsikan
semakin meningkat pula permintaannya, begitu juga sebaliknya apabila
jumlah konsumsi berkurang dapat diasumsikan permintaan akan menurun
pula. sebagai contoh kasus yaitu perkembangan harga dan permintaan
konsumen terhadap daging ayam ayam potong di kota medan. Berikut
perkembangan harga dan perkembangan konsumsi daging ayam di Kota
Medan:

Tabel 4. Perkembangan Harga dan Konsumsi Daging di Kota Medan


Keterangan Tahun
2007 2008 2009 2010 2011
Harga (Rp/Kg) 12.861 20.261 19.855 20.443 20.171
Konsumsi 0,5227 0,5182 0,5161 0,5454 0,5709
(Kg/Kapita/Thn)

Dari Tabel 2 diperoleh perkembangan harga dan konsumsi daging


ayam saling mengalami fluktuasi, dapat dilihat bahwa peningkatan harga
pada tahun 2009-2010 tidak mempengaruhi terhadap jumlah konsumsi
yang menurun. Hal ini tidak sesuai dengan teori ekonomi yaitu apabila
harga meningkat maka permintaan akan suatu barang akan menurun, hal
ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya harga daging ayam
relatif lebih murah disbanding daging ternak ruminansia. Perkembangan
Harga Pada Tabel 2 telah dijelaskan bawah harga daging ayam
mengalami fluktuasi atau mengalami kenaikan dan penurunan tiap
tahunnya. Secara grafik dapat dijelaskan sebagai berikut.

14
Gambar 7. Perkembangan Harga Daging Ayam di Kota Medan

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2007 harga rata-
rata daging ayam berada pada titik terendah yaitu pada harga Rp 12.861,
sedangkan harga rata-rata tertinggi yaitu pada tahun 2010 sebesar Rp
20.443. Selebihnya pada tahun 2008, 2009, sampai 2011 mengalami
kenaikan dan penurunan yang tidak terlalu pesat. - Perkembangan
Permintaan Seperti telah dijelaskan sebelumnya, jumlah konsumsi
berbanding lurus dengan permintaan daging ayam. Tidak jauh berbeda
dengan harga, permintaan akan daging ayam juga berfluktuasi.

Gambar 8. Perkembangan Konsumsi Daging Ayam di Kota Medan

Dapat dijelaskan bahwa mulai tahun 2007 sampai 2009 jumlah


rata-rata konsumsi daging ayam terus mengalami penurunan yaitu 0,5227
kg/kapita/tahun pada tahun 2007 hingga mencapai titik terendah selama 5
tahun terakhir yaitu sebesar 0,5161 kg/kapita/tahun pada tahun 2009. Dari
tahun 2009 hingga 2011 jumlah konsumsi daging ayam terus mengalami

15
peningkatan hingga pada titik tertinggi selama 5 tahun terakhir yaitu
sebesar 0,5709 kg/kapita/tahun. Dapat disimpulkan bahwa permintaan
daging ayam meningkat selama 3 tahun terakhir (Siregar, dkk, 2012)

16
IV. SIMPULAN

Simpulan dari makalah ini adalah Badan Standarisasi Nasional


(BSN) melakukan revisi terhadap SNI 01-3924-1995 Karkas ayam
pedaging mengenai standar mutu karkas dan daging ayam menjadi SNI
3924:20019 yang mengatur klasifikasi, persyaratan mutu, potongan
karkas, pengemasan, pelabelan, dan penyimpanan karkas dan daging
ayam ras. Dengan adanya SNI mengenai Mutu Karkas Dan Daging Ayam
diharapkan dapat mempengaruhi produktivitas dagaing ayam ras di
Indonesia.
Produktivitas daging ayam ras pedaging di Indonesia menurut
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH)
mencatat sampai Agustus realisasi produksi daging ayam ras sebesar
2,33 juta ton atau 291.755 ton/bulan. Padahal rata-rata potensi kebutuhan
daging ayam ras tahun 2019 hanya 270.979 ton/bulan (Ayuningtiyas,
2019). Bedasarkan Kementerian Pertanian produksi daging ayam ras
pedaging menurut Badan Pusat Statistika (BPS) terus meningkat
mencapai 2.144.013 ton daging pada tahun 2018.
Sedangkan untuk perkembangan harga dan konsumsi daging ayam
saling mengalami fluktuasi, bahwa peningkatan harga tidak
mempengaruhi terhadap jumlah konsumsi yang menurun. Hal ini tidak
sesuai dengan teori ekonomi yaitu apabila harga meningkat maka
permintaan akan suatu barang akan menurun, hal ini bisa disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya harga daging ayam relatif lebih murah
disbanding daging ternak ruminansia.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ayuningtyas. 2019. Daging Ayam Berpotensi Naik, Saham pakan Ternak


Mulai Dilirik. Diakses tanggal 19 Desember 2019.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20190910100311-17-
98248/daging-ayam-berpotensi-naik-saham-pakan-ternak-mulai-
dilirik

Badan Standarisasi Nasional. 2009. SNI 01-3924-2009. Mutu Karkas dan


Daging Ayam. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta

BPS. 2018. Produksi Ayam Ras Pedaging Menurut Provinsi, 2009-2018.


Diakses tanggal 19 Desember 2019.
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1064

BSN. 2017. Tentang SNI. Diakses tanggal 20 Desember 2019.


https://www.bsn.go.id/main/sni/isi_sni/5

Junaedi. 2019. Mencukupkan Konsumsi Daging. Diakses tanggal 19


Desember 2019. https://news.detik.com/kolom/d-
4620012/mencukupkan-konsumsi-daging

Koswara, S. 2009. Pengolahan Unggas. Ebookpangan 2009.


https:/.tekpan.unimus.ac.id/wp-
content/uploads/2013/07/PENGOLAHAN-UNGGAS.pdf.

Siregar, dkk. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi


Daging Ayam ./ Diakses tanggal 20 Desember 2019.
https://media.neliti.com/media/publications/15017-ID-analisis-faktor-
faktor-yang-mempengaruhi-konsumsi-daging-ayam-studi-kasus-
pasar.pdf

Soeparno. 2009. Ilmu dan Teknologi Daging. Universitas Gadjah Mada


Press, Yogyakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai