Bismillahhirrahmanirrahim
makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada
kepada Ir. Andry Pratama, S.Pt., MP.IPM. selaku dosen mata kuliah Pengendalian
bimbingannya.
Pengendalian Mutu Hasil Ternak. Adapun makalah ini diharapkan dapat menjadi
informasi dasar serta referensi. Dalam penyusunan makalah ini, tentunya belum
yang terbatas. Maka dari itu kami mengharapkan kritik serta saran yang
membangun agar kedepannya penyusun dapat berupaya lebih baik lagi dalam
pembuatan makalah. Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Bab Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................iii
DAFTAR TABEL.............................................................................v
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................2
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mutu Pangan.................................................................................3
2.2 Batas Mutu....................................................................................3
2.3 Kelas Mutu...................................................................................4
2.4 Unsur dan Kriteria Mutu...............................................................5
III PEMBAHASAN
3.1 Pemilihan, Karakteristik Mutu, dan Cara Penyimpanan
Daging Sapi.................................................................................8
3.1.1 Pemilihan Daging Sapi yang Baik......................................8
3.1.2 Karakteristik Mutu Fisik dan Mikrobiologis Daging Sapi. 10
3.1.3 Penyimpanan Daging Sapi yang Baik................................10
3.2 Produk Olahan Daging Sapi.........................................................11
3.2.1 Pembuatan Abon................................................................11
2.2.2 Pembuatan Dendeng..........................................................13
2.3.3 Pembuatan Bakso Giling...................................................15
2.2.4 Sosis...................................................................................17
2.5.5 Curing Daging....................................................................18
3.3 Pengujian Mutu pada Olahan Daging Sapi...................................19
ii
Bab Halaman
4.2 Saran.............................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................26
LAMPIRAN......................................................................................28
iii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Mutu Fisik.............................................................................................10
2 Mutu Mikrobiologis..............................................................................10
3 Standar warna daging yang dipakai sesuai dengan
Photographic Colour Standard for Muscle Departement
of Agriculture, Western Australia (1982).............................................20
iv
I
PENDAHULUAN
organisme dan air, baik yang diolah atau tidak, yaitu Makanan atau minuman
makanan dan Bahan lain yang digunakan dalam persiapan, pemrosesan dan
dari risiko kesehatan dan bantu konsumen Mengevaluasi dan memilih bahan
makanan dan produk yang akan dikonsumsi mereka. Hukum pangan juga
standar kualitas yang baik bagi konsumen. Selain itu, hukum pangan juga
1
mengenai pangan yaitu , UU No. 08, Undang-undang Perlindungan Konsumen
dan Kesehatan tahun 1999 Keputusan Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
bahan pangan nabati dan hewani. Nabati dapat dibagi lagi menjadi biji-bijian,
hewani meliputi produk hasil ternak besar ( sapi, kerbau), ternak kecil (kambing,
domba) serta unggas (ayam, bebek, kalkun) serta ikan dan kerang-kerangan serta
yang baik?
daging sapi.
2
II
TINJAUAN PUSTAKA
bahan atau produk untuk tujuan yang dimaksudkan, dimulai sejak bahan diterima,
menyertainya (Dwiloka, dkk., 2004). Pada kenyataannya, mutu produk baik dari
keragaman. Pada hasil ternak, keragaman mutu disebabkan oleh banyak faktor
baik pada proses produksi (saat pemeliharaan) dan pasca produksi (saat
terjadi antara produk batch pertama dengan batch lainnya, atau dapat pula terjadi
mutu, hal ini dilakukan dengan menetapkan batas mutu dimana pemerintah dapat
apabila tidak sesuai dengan kenaikan harga jual maka produsen akan rugi. Disisi
3
lain, produsen seringkali terhambat dengan ketidakmampuannya dalam
pokok yaitu ; batas mutu tidak boleh terlalu rendah agar tidak merugikan
konsumen, dan batas mutu tidak juga terlalu tinggi agar dapat dijangkau oleh
produsen. Batas mutu dalam bentuk hasil olahan pangan ditentukan oleh
berada di bawah garis batas mutu disebut lewat mutu / off grade, sedangkan
produk yang sesuai batas mutu disebut mutu minimal, adapun produk yang berada
di atas batas mutu digolongkan kelas mutu. Mutu bersifat dinamis, artinya produk
yang dianggap cukup mutu saat ini dapat dianggap mutu rendah dimasa
mutu yang sama, oleh karena itu produsen atau distributor melakukan
(grading) sedangkan hasil dari pekerjaan tersebut ialah kelas mutu (grade). Kelas
mutu dibedakan berdasarkan nama mutu yang berupa nama atau simbol. Nama
mutu melambangkan kelas mutu dan tingkat harga pada komoditas kelas mutu
4
Namun, pada kenyataannya di pasaran penjual tidak menggunakan tingkat
mutu berdasarkan nama mutu, baik yang menggunakan angka ordinal (1,2,3 atau
I,II,III, dst.) ataupun huruf alfabet (A,B,C, dst.). Hal ini dikarenakan penggunaan
tertentu dimana hal ini tidak menguntungkan bagi pedagang. Oleh karena itu,
pedagang atau industri biasanya menggunakan nama merek yang berbeda untuk
memiliki 3 merek dagang untuk suatu jenis produk, ini mencerminkan kelas mutu
Unsur mutu meliputi hal yang dapat dilihat, baik yang dapat diukur
maupun tidak dapat diukur. Unsur mutu mecakup sifat produk, parameter dan
faktor mutu. Sifat mutu merupakan sifat yang dapat diamati, diukur, dan dianalisa
dari suatu produk. Sifat mutu terdiri dari ; sifat mutu fisik obyektif (sifat mutu
mekanik, fisik, morfologi, kimiawi, mikrobiologi, gizi, dan biologi) serta sifat
penampakan).
b) Sifat fisik, yaitu transparan, bentuk cair-padat, berat jenis, indeks bias, titik
didih-beku, warna
5
d) Sifat gizi, yaitu kandungan gizi dalam produk pangan yang meliputi kalori,
e) Sifat mikrobiologi, yaitu jenis dan jumlah mikroba dalam produk pangan,
mikroba patogen
panca indera manusia. Disebut subyektif, karena sifat ini melibatkan proses
motorik dan psikologis. Sifat ini didasarkan atas keinginan manusia dalam
tertentu seperti rasa. Karakter ini berasal dari faktor penampakan fisik produk
yang berupa warna, ukuran, bentuk, kerusakan fisik atau kecacatan; faktor
selanjutnya yang ditimbulkan oleh konsumen adalah reaksi dari sifat kinestetik
sebagai berikut :
b) Bau / aroma
6
e) Pendengaran (suara)
Adapun masalah yang seringkali muncul dalam penilaian mutu sensori ini
adalah :
1) Bias, muncul akibat panelis sudah memiliki persepsi tentang produk yang
2) Subjektifitas, karena panelis yang digunakan tidak tepat, atau kurang sensitif
terhadap mutu yang diuji, kurang diskriminatif, dan tidak dapat melakukan
mewakili konsumen
adanya pandangan umum terhadap produk. Hal ini dapat juga terjadi karena
7
III
PEMBAHASAN
hanya memperhatikan kuantitas dari daging sapi akan tetapi kualitas. Pemilihan
daging sapi yang baik berdasarkan karateristik mutu yang telah memenuhi
standard. Standard tersebut dibuat oleh pemerintah sebagai batas kualitas agar
tidak menjadi produk yang off-grade. Daging sapi yang memiliki kualitas baik
tentu tidak selamanya lansung digunakan sebagai bahan pakan. Alur distribusi
dari RPH menuju pasar hingga pada konsumen memerlukan waktu yang tidak
terkait tentang daging ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal). ASUH menjadi
patokan kualitas daging yang akan diedarkan pada masyarakat. Daging sapi harus
didapatkan dari sapi yang aman (tidak mengandung bibit penyakit atau toksin),
sehat, utuh (tidak hilang bagian karkass ataupun luka), dan halal (disembelih
8
Warna daging merah dan segar, semakin gelap daging maka semakin tua sapi
kembali ke posisi awal maka daging tersebut baik. Hindari daging yang
Aroma daging yaitu aroma khas sapi, apabila aroma asam atau busuk maka
Daging sapi memiliki permukaan kering. Apabila coba menekan dan timbul
Keempukan pada daging sapi biasanya dapat diukur dengan alat tertentu.
Semakin tua daging maka semakin banyak jaringan ikat pada dagin tersebut
Kandungan lemak (marbling) pada daging sapi cukup banyak. Marbling akan
Daging sapi yang tidak baik biasanya berasal dari hewan yang sakit terutama pada
bagian organ dalam sehingga akan menimbulkan bau tengik. Selain itu,
kontaminasi daging sapi dapat terjadi pada saat proses penyembelihan hingga
proses distribusi. Sapi yang dalam masa pengobatan terutama antibiotik biasanya
9
3.1.2 Karakteristik Mutu Fisik dan Mikrobiologis Daging Sapi
fisk dan mikrobiologis daging sapi dijelaskan sebagai berikut pada tabel :
Daging sapi yang berada pada RPH akan memiliki kualitas yang berbeda
dengan daging sapi yang berada pada pasar apabila proses distribusi tidak
memenuhi standard ada. Daging sapi akan mengalami reaksi biokimia sehingga
pada suhu 5o celcius tidak akan mengurangi kualitas daging hingga 2 hari (Candra
10
sapi adalah harga daging sapi yang dinamis. Daging sapi pada hari lebaran akan
sangat berbeda dengan hari biasa karena permintaan meningkat. Oleh karena itu,
metode penyimpanan yang baik akan menjadi stategi untuk mengatasi hal
tersebut. Terdapat mutu fisik dan mikrobiologis yang akan diperhatikan pada
dimasyarakat, mutu fisik saja sudah cukup untuk menilai kualitas daging sapi.
Mutu fisik mencakup pH, Daya mengikat air, total jumlah mikroba, susut masak,
dan keempukan (Sri Hartati dan Candra Dewi, 2012). Penyimpanan daging yang
baik akan bertahan hingga 8 minggu pada suhu 5o Celcius (Sri hartati dan Candra
daging segar yang baik yaitu dalam lemari es bersuhu 1,6 o C – 4,4oC yang akan
bertahan selama 5 hari tetapi pada suhu -1,6o C – 1,1oC akan bertahan 8 hari.
yang umum digunakan untuk pembuatan abon adalah daging sapi atau kerbau.
Meskipun demikian, semua jenis daging termasuk daging ikan dapat digunakan
untuk pembuatan abon. Abon tergolong produk olahan daging yang awet. Untuk
Daging sapi atau daging kerbau dipotong menjadi tetelan daging. Lemak
dan jaringan ikat dibuang dari seluruh permukaannya, lalu potong-potong dengan
11
ukuran 4 x 4 x 4 cm. Selanjutnya dicuci dengan air bersih, sehingga bebas dari
kotoran dan sisa darah. Daging yang telah dipersiapkan diatas ditimbang seberat 5
menit.
1. Setelah didinginkan, tumbuk daging yang telah direbus dengan cobek dan
125 gr kemiri, 350 gr gula merah, 150 gr bawang merah, 50 gr bawang putih
3. Tumbuk bumbu-bumbu yang telah ditimbang tersebut satu per satu sampai
halus, campur dan aduk sampai semuanya tercampur secara homogen, lalu
4. Timbang daging kelapa seberat 3 kg, lalu parut dan peras santannya dengan
dengan api yang sedang besarnya, masukkan ke dalamnya daging yang telah
dipersiapkan sedikit demi sedikit dan goreng sampai kering dan berwarna
7. Kemas abon yang dihasilkan dalam kantong plastik atau kemasan lainnya.
12
b. Skema Pembuatan Abon
Daging
Pencucian
Pencabikan
Pengepresan
atau gilingan daging segar yang diberi bumbu dan dikeringkan. Dendeng
termasuk makanan yang dibuat dengan cara pengeringan. Kandungan air dendeng
antara 15 sampai 50 persen, bersifat plastis dan tidak terasa kering. Dendeng
perlu direndam air, lalu dimasak terlebih dulu sebelum dikonsumsi. Bumbu yang
digunakan dalam pembuatan dendeng adalah garam dapur, gula merah, vetsin dan
13
rempah-rempah. Garam dapur merupakan bahan pemberi cita rasa dan pengawet
2. Siapkan merang bersih, yaitu merang dicuci lalu dijemur sampai kering.
kemudian dihaluskan.
7. Daging ditekan (dipres dengan roller, baik roller kayu maupun besi)
8. Daging diletakkan di atas loyang yang telah dilapisi merang bersih dan
kering.
dikemas.
kering.
14
5. Masak sebagian dalam air mendidih sampai warna mulai coklat sebagian
6. Daging diiris dengan tebal ¾ cm, lalu dibumbui dengan bumbu yang sama
7. Daging diletakkan di atas loyang yang telah dilapisi merang bersih dan
kering.
8. Masukkan loyang berisi irisan daging ke dalam oven yang dipanaskan pada
Daging Segar
Penghilangan Lemak
Pengirisan Daging
(Dihasilkan Dendeng)
Bakso adalah produk pangan yang terbuat dari bahan utama daging yang
selanjutnya direbus. Biasanya istilah bakso tersebut diikuti dengan nama jenis
dagingnya, seperti bakso ikan, bakso ayam, dan bakso sapi. Berdasarkan bahan
15
bakunya, terutama ditinjau dari jenis daging dan jumlah tepung yang digunakan,
bakso dibedakan menjadi 3 jenis yaitu bakso daging, bakso urat dan bakso aci.
yang larut dalam larutan garam akan mudah keluar. Penghancuran daging untuk
bakso biasanya dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, bakso dipanaskan
dalam panci berisi air hangat sekitar 60˚C sampai 80˚C, sampai bakso mengeras
dalam panci lainnya yang berisi air mendidih, kemudian direbus sampai matang,
produk bakso yang dihasilkan tidak keripuk dan tidak pecah akibat perubahan
suhu yang terlalu cepat. Pembuatan bakso dapat diuraikan sebagai berikut :
2. Timbang 1 kg daging bersama 200 gram es batu dan 50 gram garam dapur
ditambahkan 100 - 1000 gram tapioka (tergantung selera, atau mutu bakso
yang dihasilkan), 2.5 gram MSG, 2.5 gr Titanium dioksida dan 1.5 gr sodium
16
tripolifosfat. Campuran tersebut dihancurkan selama setengah menit lalu
4. Adonan yang sudah jadi, dicetak dengan tangan dan dengan bantuan sendok.
5. Bakso yang telah dicetak segera dimasukkan ke dalam air hangat dengan suhu
6. Bakso yang matang ditiriskan dan warna dan kehalusannya dilihat secara
visual, keempukan dengan cara digigit, kekenyalan dengan cara dipijat atau
digigit, dan rasa serta aroma dengan cara dicicip. Bakso siap dikonsumsi.
2.2.4 Sosis
Sosis adalah daging lumat yang dicampur dengan bumbu atau rempah-rempah
bahan yang digunakan untuk pembuatan sosis terdiri dari : daging, lemak, bahan
sebagai berikut :
17
5. Daging giling ditambah 10 g gula pasir, 7 g sodium tripolifosfat, 250 g
minyak jagung, 200 g es, lada, pala, telah dihaluskan secukupnya. Bahan
menit.
pengikat.
pembungkus (casing).
10. Setelah diisi pembungkus sosis diikat pada ujung-ujungnya dan pada setiap
15 cm.
11. Sosis dikeringkan dalam oven selama 30 menit dengan suhu 60 ˚C.
14. Setelah pemasakan, sosis langsung didinginkan dengan air sampai suhu 25˚C
dipasarkan.
beberapa bahan seperti garam (NaCl, natrium nitrit, dan natrium nitrat), gula
daging dengan menambah sodium klorida (NaCl), sodium nitrat atau potasium
18
nitrat (NaNO3 atau KNO3), gula, bumbu-bumbu dan zat aditif lainnya (Raharjo et
al., 1993). Tujuan curing adalah flavor, aroma, keempukan, juiciness dan
2. Dry curing, metode ini merupakan cara tradisional, daging diselimuti garam
dan disimpan pada suhu rendah. Garam akan memasuki jaringan dan pada
3. Wet and dry curing (kombinasi), teknik ini digunakan untuk mempermudah
Hasil olahan merupakan produk pangan yang diambil dari ternak sapi
2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan, bahwa pangan aman, bermutu dan
19
bergizi sangat penting peranannya bagi pertumbuhan, pemeliharaaan dan
masih jauh dibawah kecukupan gizi yang dianjurkan, berdasarkan analisis Pola
protein asal ternak baru mencapai 5,1 g/kap/ht yang setara dengan konsumsi susu
7,5 kg/kap/th, daging 7,7 kg/kap/th, dan telur 4,7 kg/kap/th (Dirjen Bina Produksi
Peternakan, 2004). Oleh karena itu perlunya pengujian mutu untuk hasil olahan
ternak sapi.
Daging
Sapi yang dipotong dapat peroleh hasil produk berupa daging, dimana
daging merupakan bahan pakan yang mengandung nilai gizi tinggi dan
dibutuhkan oleh tubuh seperti protein, vitamin dan mineral. Kriteria kualitas mutu
daging meliputi komposisi fisik, kimia, nilai organoptik (aroma, keempukan, dan
cita rasa).
ataupun daging basi dengan cara melihat secara langsung (indrawi) yang
Tabel 3. Standar warna daging yang dipakai sesuai dengan Photographic Colour
Standard for Muscle Departement of Agriculture, Western Australia (1982).
20
2. Uji Bau Daging
Penguian pada bau daging dapat mengetahui bahwa bau daging segar dan
bau daging tidak segar (basi) secara langsung dengan indra penciuman. Aroma
salah satu yang dapat mempengaruhi aroma daging masak yaitu temperatur
sentuhan. Ciri yang sering dijadikan acuan adalah kekerasan, kekohesifan, dan
kandungan air. Menurut Ranti (2016) Tekstur daging sapi sangat di tentukan oleh
jadikan sampel ditimbang seberat 100 gram, kemudian daging dicacah dan
ditambah 100 ml Aquades. Daging yang sudah di cacah dan ditambah aquades di
bobotnya. Selanjutnya dilakukan pengeringan dalam oven suhu 105OC selama tiga
21
W1= adalah kehilangan bobot setelah dikeringkan, dalam g
sampel tersebut disumbat dengan kapas, dan dikeringkan dalam oven pada suhu
tidak lebih 800C selama lebih kurang satu jam, kemudian selongsong dimasukkan
ke dalam soxhlet yang telah dipasang dengan labu lemak yang berisi batu didih
disulingkan, setelah itu ekstrak lemak di keringkan dalam oven pada suhu 1150C.
menggunakan rumus:
Kadar Lemak = W – W1
W2
Keterangan:
22
labu ukur 100 ml, tepatkan sampai tanda garis.Pipet 5 ml larutan dan dimasukkan
kedalam alat penyuling kemudian tambahkan 5 ml NaOH 30% dan beberapa tetes
dengan larutan HCI 0,01 N. Lalu penetapan blanko. Perhitungan kadar protrein
( v 1−v 2 ) x N x 0,014 x f . k . xf . p
Kadar Protein = W
Keterangan :
W = bobot cuplikan
N= normalitas HCL
pembakar, lalu diabukan dalam tanur listrik pada suhu maksimum 550oC sampai
pengabuan sempurna. Cawan yang berisi abu tersebut selanjutnya didinginkan dan
23
W 1−W 2
Kadar Abu= W X 100%
Keterangan:
24
IV
4.1 Kesimpulan
1. Terdapat 7 kriteria untuk memilih daging sapi yaitu warna, tekstur, aroma,
bersertifikat halal. Karakteristik mutu daging sapi didasarkan pada mutu fisik
2. Daging dapat diolah menjadi berbagai macam produk antara lain abon,
4.2 Saran
penyimpangan pada produk baik daging itu sendiri maupun olahannya. Selain itu,
olahan tersebut.
25
DAFTAR PUSTAKA
Adams, M.R dan Moss, M.O. 2008. Food Microbiology. 3rd Edn. The Royal
Society of Chemistry Publishing. UK.
Asp, N.G., Johansson, C.G., Halmer, H. dan Siljestrom, M. 1983. Rapid enzimatic
assay of insoluble and soluble dietary fiber. Journal of Agricultural and
Food Chemistry 31: 476-482.
Boke, H., Aslim, B. dan Alp, G. 2010. The role of resistance to bile salts and acid
tolerance of exopolysaccharides (epss) produced by yogurt starter
bacteria. Archives of Biological Science Belgrade 62: 323-328.
Candra-Dewi, S.H. 2000. Sifat Kimia dan Jumlah Bakteri Otot Infraspinatus,
Longissimus dorsi dan Semitendinosus Sapi Brahman Cross (BX) pada
Lama Pelayuan yang Berbeda. Media Peternakan IPB, Bogor. 23 : 62-67.
Dwiloka, B., Soepardie, dan Nurwantoro. 2004. Pengawasan Mutu Hasil Ternak.
Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang.
Hartati Sri dan Candra Dewi. 2012. Populasi Mikroba dan Sifat Daging Sapi
Beku Selama Penyimpanan. Jurnal AgriSains 3(4) : Yogyakarta.
Miller, J., 2000, Statistics and Chemometrics for Analytical Chemistry, 4th ed,
Harlow: Prentice. Hall.
Nielsen, S.S. (2010). Food Analysis. 4th edn. Springer New York Dordrecht
Heidelberg London.
Nurliyani, Harmayani, E. dan Sunarti. 2014. Microbiologi quality, fatty acid and
amino acid profiles of kefir produced from combination of goat and soy
milk. Pakistan Journal of Nutrition 13: 107-115.
Nurrachmawati Fety. 2014. Cara Memilih Daging Sapi Yang Baik dan Layak
Konsumsi.
http://kesmavet.ditjenpkh.pertanian.go.id/index.php/berita/tulisan-ilmiah-
26
populer/52-cara-memilih-daging-sapi-yang-baik-dan-layak-konsumsi.
Diakses pada tanggal 20 April 2021 Pukul 11.00 WIB.
Peraturan Pemerintah no. 28 tahun 2004: Tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi
Pangan.
Ranti, N.F. 2016. Karakteristik Fisik dan Organoleptik Daging Sapi Bali Pada
Berbagai Lokasi Otot Yang Berbeda. Fakultas Peternakan, Universitas
Halu Oleo. Kendari.
SNI 3932 : 2008. 2008. Mutu Karkas dan Daging Sapi. Badan Standarisasi
Nasional : Jakarta.
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan ke-4. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Suardana IW dan Swacita IBN. 2009. Higiene Makanan. Kajian Teori Dan
Prinsip Dasar. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana.
Denpasar.
27