Anda di halaman 1dari 20

2.

PENERAPAN BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG PETERNAKAN ANTARA LAIN:

Transplantasi Nukleus (Kloning)

Teknologi ini lebih dikenal dengan teknologi kloning yaitu teknologi yang digunakan untuk menghasilkan
individu duplikasi (mirip dengan induknya). Teknologi kloning telah berhasil dilakukan pada beberapa
jenis hewan. Salah satunya adalah pengkloningan domba yang dikenal dengan domba Dolly. Melalui
kloning hewan, beberapa organ manusia untuk keperluan transplantasi penyembuhan suatu penyakit
berhasil dibentuk.

Inseminasi Buatan

Teknik ini dikenal dengan nama kawin suntik, suatu teknik untuk memasukkan sperma yang telah
dicairkan dan diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin
betina dengan menggunakan metode dan alat khusus.

Transfer Embrio

Apabila kawin suntik memfokuskan pada sperma jantan, maka transfer embrio tidak hanya potensi dari
jantan saja yang dioptimalkan, melainkan potensi betina berkualitas unggul juga dapat dimanfaatkan
secara optimal. Teknik TE ini, betina unggul tidak perlu bunting tetapi hanya berfungsi menghasilkan
embrio yang untuk selanjutnya bisa ditransfer pada induk titipan dengan kualitas yang tidak perlu bagus
tetapi memiliki kemampuan untuk bunting. Embrio yang didapat dapat langsung di transfer ke dalam
sapi resipien atau dibekukan untuk disimpan dan di transfer pada waktu lain.

Genetic engineering (Rekayasa Genetik)

Rekayasa genetik atau rekombinan DNA merupakan kumpulan teknik-teknik eksperimental yang
memungkinkan peneliti untuk mengisolasi, mengidentifikasi, dan melipatgandakan suatu fragmen dari
materi genetika (DNA) dalam bentuk murninya. Pemanfaatan teknik genetika di dalam bidang pertanian
maupun peternakan diharapkan dapat memberikan sumbangan, baik dalam membantu memahami
mekanisme-mekanisme dasar proses metabolisme maupun dalam penerapan praktisnya seperti
misalnya untuk pengembangan tanaman-tanaman pertanian maupun hewan-hewan ternak dengan sifat
unggul. Untuk tujuan ini dapat dilakukan melalui pengklonan atau pemindahan gen-gen penyandi sifat-
sifat ekonomis penting pada hewan maupun tumbuhan, pemanfaatan klon-klon DNA sebagai marker
(penanda) di dalam membantu meningkatkan efisiensi seleksi dalam program pemuliaan (Sutarno,
2002).

Rekayasa genetika merupakan dasar dari bioteknologi yang di dalamnya meliputi manipulasi gen, kloning
gen, DNA rekombinan, teknologi modifikasi genetik, dan genetika modern dengan menggunakan
prosedur identifikasi, replikasi, modifikasi dan transfer materi genetik dari sel, jaringan, maupun organ.
Sebagian besar teknik yang dilakukan adalah memanipulasi langsung DNA dengan orientasi pada
ekspresi gen tertentu. Dalam skala yang lebih luas, rekayasa genetik melibatkan penanda atau marker
yang sering disebut sebagai Marker-Assisted Selection (MAS) yang bertujuan meningkatkan efisiensi
suatu organisme berdasarkan informasi fenotipnya. Salah satu aplikasi dari rekayasa genetik adalah
berupa manipulasi genom hewan. Hewan yang sering digunakan menjadi uji coba adalah mamalia.
Mamalia memiliki ukuran genom yang lebih besar dan kompleks dibandingkan dengan virus, bakteri, dan
tanaman. Sebagai konsekuensinya, untuk memodifikasi genetik dari hewan mamalia harus menggunakan
teknik genetika molekular dan teknologi rekombinan DNA.

Keunggulan rekayasa genetik adalah mampu memindahkan materi genetik dari sumber yang sangat
beragam dengan ketepatan tinggi dan terkontrol dalam waktu yang lebih singkat. Melalui proses
rekayasa genetika ini, telah berhasil dikembangkan berbagai organisme maupun produk yang
menguntungkan bagi kehidupan manusia.

Teknologi khusus yang digunakan dalam rekayasa genetik meliputi teknologi DNA Rekombinan yaitu
pembentukan kombinasi materi genetik yang baru dengan cara penyisipan molekul DNA ke dalam suatu
vektor sehingga memungkinkannya untuk terintegrasi dan mengalami perbanyakan di dalam suatu sel
organisme lain yang berperan sebagai sel inang.

Manfaat yang didapatkan dari metode rekayasa genetik, antara lain:

1. Mengurangi biaya dan meningkatkan penyediaan sejumlah besar bahan yang sekarang di gunakan di
dalam pengobatan, pertanian dan industri.

2. Menggembangkan tanaman – tanaman pertanian yang bersifat unggul

3. Menukar gen dari satu organisme kepada organisme lainnya sesuai dengan keinginan manusia,
menginduksi sel untuk membuat bahan-bahan yang sebelumnya tidak pernah dibuat dll

Dengan berkembangnya teknik-teknik molekuler, telah memungkinkan terjadinya percepatan


perkembangan dalam bidang rekayasa genetik suatu makhluk hidup. Penguasaan teknik rekombinan
DNA telah memungkinkan berkembangnya teknik rekayasa materi genetik yang memungkinkan
dibentuknya hewan transgenic. Hewan transgenik adalah hewan yang telah mengalami rekayasa susunan
materi genetiknya sehingga dihasilkan hewan atau tumbuhan yang memiliki sifat-sifat yang diinginkan
manusia.

Teknologi transgenik pada hewan dapat dilakukan mellui beberapa teknik, misalnya dengan cara
penyuntikan fragmen DNA secara mikro ke dalam sel telur yang telah mengalami pembuahan. Tujuan
dari teknologi ini adalah meningkatkan produk dari hewan ternak seperti daging, susu, dan telur menjadi
lebih tinggi. Contoh dari hewan yang mengalami teknologi ini adalah domba transgenik. DNA domba ini
disisipi dengan gen manusia yang disebut factor VIII ( merupakan protein pembeku darah) dengan
harapan gen tersebut diekspresikan. Domba transgenic yang mengekspresikan gen yang disisipkan
tersebut akan menghasilkan susu yang mengandung factor VIII yang dapat dimurnikan untuk menolong
penderita hemophilia.

Rekayasa genetik juga dapat melestarikan spesies langka. Sebagai contoh, sel telur zebra yang sudah
dibuahi lalu ditanam dalam rahim kuda yang merupakan spesies lain sebagai surrogate mother (ibu/
induk titipan).
Teknik pelestarian dengan rekaya genetik ini sangat bermanfaat, dengan alasan:

1. Induk dari spesies biasa dapat melahirkan anak dari spesies langka.

2. Telur hewan langka yang sudah dibuahi dapat dibekukan, lalu disimpan bertahun-tahun meskipun
induknya sudah mati. Telur yang sudah disimpan beku ini kemudian dapat ditransplantasi.

Contoh lain pemanfaatan rekayasa genetic pada hewan misalnya pemanfaatan Hormon bST (bovine
somatotrophine hormone). Dengan rekayasa genetik dihasilkan hormon pertumbuhan hewan yaitu bST,
melalui teknik:

1. Plasmid bakteri E.Coli dipotong dengan enzim endonuklease.

2. Gen somatotropin sapi diisolasi dari sel sapi

3. Gen somatotropin disisipkan ke plasmid bakteri

4. Bakteri yang menghasilkan bovine somatotrophine ditumbuhkan dalam tangki fermentasi

5. bovine somatotrophine diambil dari bakteri dan dimurnikan.

Hormon ini dapat memicu pertumbuhan dan meningkatkan produksi susu. bST mengontrol laktasi
(pengeluaran susu) pada sapi dengan meningkatkan jumlah sel-sel kelenjar susu. Jika hormon yang
dibuat dengan rekayasa genetika ini disuntuikkan pada hewan, maka produksi susu akan meningkat
hingga 20%. Pemakaian bST telah disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration), lembaga
pengawasan obat dan makanan di Amerika. Amerika berpendapat susu yang dihasilkan karena hormon
bST aman di konsumsi tapi di Eropa hal ini dilarang karena penyakit mastitis pada hewan yang diberikan
hormon ini meningkat 70%. Selain mempengaruhi produksi susu, treatmen dengan hormon ini dapat
berpengaruh pada ukuran ternak hingga 2 kali lipat ukuran normal. Caranya dengan menyuntik sel telur
yang akan dibuahi dengan hormon BST.

Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) yang ada saat ini berasal dari kelinci liar dari Eropa dan Afrika
Utara. Beberapa bangsa kelinci ditemukan pada abad ke 16 yang menyebar di Perancis dan Italia. Pada
mulanya kelinci diklasifikasikan dalam ordo rodensia (binatang mengerat) yang bergigi seri empat, tetapi
akhirnya dimasukkan dalam ordo lagomorpha karena bergigi seri enam (Cheeke et al. 1987). Kelinci
(Oryctolagus cuniculus) diklasifikasikan dalam Kerajaan Animalia, filum Chordata, kelas Mammalia, ordo
Lagomorpha, famili Leporidae, genus Oryctolagus dan spesies O. cuniculus (Spacerad.com 2004).

Awalnya kelinci merupakan objek perburuan, budidaya kelinci sebagai hewan pelihaaraan baru dilakukan
pada abad ke-16, diawali dari negara-negara Eropa yaitu Perancis, Italia, dan Inggris. Pada awal abad ke-
19, kelinci mulai dipelihara di bagian barat Eropa dan negara-negara perbatasan, juga di beberapa negara
seperti Australia dan New Zealand. Pengembangbiakan kelinci terus meningkat pada perang Dunia Kedua
karena kekurangan pangan (Lebas et al. 1986). Kromosom kelinci berjumlah 44 buah, umur hidupnya (life
span) 5-10 tahun dengan umur produktif 2-3 tahun dan memiliki kemampuan beranak 10 kali per tahun.
Bobot lahir kelinci antara 30-100 g/ekor (rataan 50-70 g/ekor), bobot dewasa 5-10 kg/ekor (Harris 1994).
Ditambahkannya bahwa kelinci beraktivitas secara umum pada tengah malam dan di kala hari mulai
senja tetapi dapat menyesuaikan diri terhadap pengaruh lingkungan. Menurut Cheeke et al (1987),
kelinci memiliki kemampuan biologis yang menonjol terletak pada sistem reproduksi dan sistem
pencernaannya, yaitu (1) umur empat bulan kelinci sudah dapat mencapai dewasa kelamin dan dapat
dikawinkan, (2) setiap pejantan dapat dikawinkan dengan 8-10 betina dengan tingkat keberhasilan
pembuahan 95%, (3) lama bunting kelinci rata-rata 31-32 hari, (4) rataan jumlah anak per kelahiran 6-7
ekor dengan tingkat keselamatan 85-95%, dan (5) anak kelinci disapih olehinduknya rata-rata pada umur
6-8 minggu, serta (6) segera setelah melahirkan, induk kelinci dapat dikawinkan kembali. Produktivitas
kelinci New Zealand White, Lokal dan Rex yang dipelihara di lingkungan tropis Indonesia dapat dilihat
pada Tabel 1. Kelinci memiliki kemampuan beranak setiap 40 hari dengan jumlah anak lahir (litter size at
birth) lebih dari 8 ekor. Kelinci Rex memiliki interval beranak yang dapat mencapai 40 hari, tetapi jumlah
anak lahir dan jumlah anak sapih hanya 7.1 ekor dan 5.2 ekor. Tingginya tingkat kematian (23-43%) masih
saja terjadi pada masa menyusui. Pemeriksaan post-mortem membuktikan kejadian yang tertinggi akibat
enteritis (Raharjo 1994).

Tabel 1. Performa produksi kelinci New Zealand White, Lokal dan Rex (Raharjo 1994)

Peubah NZW1 NZW2 Lokal3 Rex4 Rex5 Rex6

Laju kebuntingan (%) 86.0 89.9 - - 80.9 -

Periode kebuntingan (hari) - 31.6 - - 31.6 -

Interval beranak (hari) 38.8 37.8 - 40.1 - >75

Bobot induk saat beranak (kg) - 3.1 2.3 3.1 2.8 -

LS saat lahir (ekor) 8.5 9.1 6.3 7.1 5.3 6.4

LS saat sapih (ekor) 6.1 7.2 5.9 5.2 2.9 5.6

Bobot sapih (g) 410* 550 510** 480 443 390

Mortalitas, lahir-sapih (%) 28.0 16.9 15.1 22.7 43.3 17.9


Sumber : 1

Partridge (1988) Inggris; 2

Raharjo et al. (1986), Oregon, USA; 3

Sartika dan Diwyanto (1986), Bogor, Indonesia; 4

Raharjo dan Tangenjaya (1988), Bogor, Indonesia; 5

Sartika dan Raharjo (1992), Bogor, Indonesia; 6

Sastrodihardjo et al (1992), Brebes, Indonesia.

Keterangan : LS = litter size; * sapih umur 25 hari; ** sapih umur 35 hari; a pakan premiks ad lib.; b pakan
premik terbatas + hijauan.

Menurut Fekete (1985), kelinci adalah ternak herbivora non-ruminansia yang mempunyai lambung
tunggal dengan pembesaran unik di bagian caecum dan colon. Kedua bagian alat pencernaan ini
berfungsi mirip dengan rumen, sehingga kelinci disebut sebagai hewan ruminansia semu (pseudo-
ruminant). Ditambahkannya, bahwa kelinci juga bersifat coprophagy, yaitu dapat mengkonsumsi kotoran
lunaknya sendiri langsung dari anus, sehingga proteindalam hijauan dapat dimanfaatkan secara efisien.
Ditegaskan oleh Cheeke et al. (1987), bahwa pemanfaatan protein yang efisien tersebut disebabkan oleh
penyerapan ulang terhadap zat-zat makanan yang telah mengalami pencernaan awal oleh bakteri-bakteri
yang berada di dalam caecum dan colon yang dapat mensintesis beberapa zat makanan antara lain
protein dan vitamin. Lebas et al. (1986), mengelompokkan kelinci menjadi kelinci besar, kelinci medium,
kelinci ringan dan kelinci kecil berdasarkan ukuran tubuh

dewasa, pertumbuhan rata-rata, dan umur mulai dewasa. Kelinci besar adalah

kelinci dengan bobot dewasa lebih dari 5.0 kg, potensi pertumbuhan bangsa ini

dapat dieksploitasi terutama untuk persilangan. Termasuk kelompok ini adalah

kelinci Bouscat Giant White, French Lop, Flemish Giant dan French Giant

Papillon. Bangsa ini secara genetik dapat memperbaiki pertumbuhan pada bangsa
lain. Kelinci medium adalah kelinci dengan bobot dewasa 3.5-4.5 kg, kelinci ini

merupakan kelinci yang dapat dipelihara secara intensif untuk produksi daging.

Kelinci ini memilki nilai productivitas unggul yaitu fertilitas yang tinggi,

pertumbuhan cepat, perkembangan perototan yang bagus, kualitas daging yang

baik. Bangsa kelinci yang termasuk kedalam bangsa ini adalah English Silver,

German Silver, Champagne d’Argent, New Zealand Red, New Zealand White dan

Grand Chinchilla. Kelinci ringan adalah kelinci dengan bobot dewasa 2.5-3.0 kg,

kelinci tipe ringan dapat berkembang dengan sangat cepat dan merupakan induk

yang baik. Konsumsi pakan lebih sedikit daripada kelinci tipe besar dan medium,

dan bisa disilangkan untuk menghasilkan tipe ringan dengan berat karkas 1.0-1.2

kg. Tipe ini terdiri atas Himalaya, Small Chinchilla, Dutch, dan French Havana.

Kelinci kecil adalah kelinci dengan bobot dewasa 1 kg, kelinci banyak digunakan
sebagai kelinci pertunjukkan dan sebagai hewan kesenangan.

Rex

Mutasi yang terjadi pada kelinci Rex saat ini menjadikannya bangsa

kelinci yang menarik. Fenomena yang ada pada struktur bulu kelinci Rex, yaitu

kondisi genetik yang resesif, pertama kali ditemukan di Perancis pada tahun 1919.

Adanya mutasi pada kelinci Rex ini menjadi kesuksesan pada perlombaan yang

diselenggarakan diseluruh Eropa. Amerika Serikat pertama kali mengimporkelinci pada tahun 1929, atau
berselang 10 tahun sejak ditemukannya mutasi

tersebut (Lukefahr dan Robinson 1988). Cheeke et al. (1987), menerangkan

bahwa kelinci Rex pertama kali dikembangkan di Perancis dan berkembang di

dinegara-negara lain, seperti Amerika pada tahun 1929, dengan tujuan utama

sebagai hewan hobi, kontes dan pameran. Lama-kelamaan berkembang menjadi

penghasil kulit-bulu (Fur), daging (Food) dan keindahan (Fancy) yang dikelola

secara komersial.
Menurut Lukefahr dan Robinson (1988), secara genetik, terdapat tiga

pasang gen yang unik pada kelinci Rex yang sudah ditemukan, yaitu r-1, r-2 dan

r-3. Setiap pasang gen terletak pada lokus atau kromosom yang berbeda. Gen

kelinci Rex dari Perancis disebut r-1, umumnya ditemukan pada kelinci Rex di

Eropa dan Amerika. Gen r-2, disebut sehagai gen German short-hair (bulu

pendek Jerman) dan gen r-3 disebut gen Normandy (Normandia). Gen r-2 dan r-3

telah hilang dari populasi kelinci akibat ketidak hati-hatian karena tidak adanya

ketertarikan pembibit untuk mempertahankan keragamannya. Ditambahkannya,

bahwa pengaruh gen Rex adalah mereduksi panjang semua ukuran bulu, terutama

guard hair, menjadikan panjangnya menyerupai underfur.

Prasetyo (1999), menyatakan bahwa kehalusan bulu kelinci Rex

disebabkan oleh dua faktor, yaitu diameter bulu kasar dan struktur kutikula.
Rataan diameter bulu kasar kelinci Rex relatif kecil. Helai kutikula bulu relatif

pendek, tidak banyak menutup helai kulikula bulu di depannya, dengan demikian

gerak “ruas” helai bulu di depannya tidak tertahan sehingga helai bulu lemas,

tidak kaku. Tsukiyo.org (2004), menerangkan bahwa, genotipik kelinci Rex

adalah ekspresi sepasang alel rr, dengan alel r bersifat resesif terhadap bulu

normal R. Kelinci Rex akan terlihat berfenotipik bulu normal bila memiliki

genotipik RR dan Rr, sedang kelinci yang memiliki bulu rex bergenotipik rr.

Genotipik kelinci Rex secara lengkap adalah F_L_mmrrSa_ (berbulu, pendek,

tidak mane, rex dan tidak berkilap).

Dalam rangka memperkenalkan jenis kelinci baru di Indonesia, untuk

produksi kulit bulu, telah didatangkan jenis kelinci Rex dari Amerika pada tahun

1988 dan dari uji coba di laboratorium (Balai Penelitian Ternak, Ciawi dan Sub-

Balai Penelitian Ternak Klepu, Ungaran) dan beberapa tempat di lapangan(misalnya, di Pandansari
(Brebes), Wonosobo (Jawa Tengah), Ujung Pandang
(Sulawesi Selatan), Cisarua dan Bandung (Jawa Barat)). Ternak kelinci Rex dapat

cepat beradaptasi dengan lingkungan berhawa dingin dan perlu adanya perhatian

yang baik dalam proses pemeliharaannya (Raharjo et al. 1995).

Kelinci Rex mempunyai bulu yang halus, tebal, panjangnya

seragam/uniform (1.27 – 1.59 cm), tidak mudah rontok dan tampak sangat

menarik (Raharjo 1988). Ditambahkannya bahwa bobot kelinci Rex yang dewasa

bisa mencapai 2.7 – 3.6 kg, tetapi kecepatan pertumbuhannya tidak begitu baik

dibandingkan dengan kelinci New Zealand White. Interval kelahiran kelinci Rex

+ 40 hari, mortalitas 3.45%, waktu sapih 28 hari, jumlah anak perkelahiran 5 ekor

dan bobot sapih 480 g.

Satin
Menurut Lukefahr (1981), penampilan pertama kelinci Satin ditemukan

pada tahun 1931, dari anakan kelinci havana coklat. Bangsa kelinci ini

diternakkan untuk diambil daging dan kulit bulu dengan berat dewasa 4.3 kg

untuk jantan dan 4.5 kg untuk betina. Menurut Rabbitandcavydirectory.com

(2006), kelinci Satin dikenal baik sebagai kelinci yang dikembangkan sebagai

ternak produksi dan pertunjukan. Secara komersial, kelinci Satin dipelihara

sebagai produsen fur dan daging. Kelinci Satin berasal dari kekhususan fur yang

menjadikan bulunya berbeda dibanding kelinci jenis lain. Kelinci Satin memiliki

helai bulu yang mengkilap dan memantulkan cahaya yang menjadikan bulu

berkilat unik.

Dinyatakan oleh Lukefahr (1981), bahwa gen Satin sa diturunkan secara

resesif sederhana. Pada keadaan homosigot resesif (sasa), permukaan bulu

kelinci Satin memantulkan cahaya seperti cermin, pantulan ini berasal dari
kehalusan kutikula yang tidak biasa, yaitu tiadanya sebagian sel medula dan

adanya kecenderungan bulu yang lebih tipis dibandingkan normal.

Ditambahkannya bahwa gen Satin menyebabkan robohnya sel bulu yang berisi

udara sebagaimana bulu yang normal sehingga menghasilkan bulu yang indah,

berkilauan dan transparan penampilannya menjadikan warna bulu yang sangat

indah. Genotipik kelinci Satin secara lengkap adalah F_L_mmR_sasa (berbulu,pendek, tidak mane, tidak
rex dan berkilap) (Tsukiyo.org. 2004). Bulu kelinci

Satin tidak membutuhkan perhatian berlebih dalam perawatannya selain

penyisiran yang rutin. Warna bulu kelinci Satin bervariasi dari hitam, biru,

kelompok broken, californian, chinchillla, coklat, otter, merah, tembaga, siamese

dan putih (Rabbitandcavydirectory.com 2006).

Kelinci Satin didatangkan pertama kali ke Indonesia (Balitnak-Ciawi) dari

Amerika Serikat pada bulan Agustus 1996 (Prasetyo 1999). Kelinci Satin ini
selanjutnya dipergunakan sebagai materi pembentukan kelinci jenis baru melalui

persilangan dengan kelinci Rex. Persilangan ini telah berhasil menghasilkan

kelinci jenis baru yang memiliki kualitas kulit bulu gabungan karakteristik kelinci

Satin yang berkilau dengan kelinci Rex yang lembut bagai beludru.

RS

Kelinci RS adalah kelinci hasil persilangan antara kelinci Rex dan Satin.

Prasetyo (1999) mencoba membentuk kelinci RS dengan harapan diperoleh

kelinci yang memiliki kulit bulu yang halus kilap yang merupakan perpaduan gen

halus dari kelinci Rex (F_L_mmrrSa_) dan bulu yang mengkilap dari kelinci Satin

(F_L_mmR_sasa). Sifat bulu kelinci RS terbentuk karena terkumpulnya pasangan

gen homosigot resesif untuk bulu halus (rr) dan bulu kilap (sasa). Struktur bulu

yang terbentuk dari pasangan gen tersebut menyebabkan hilangnya sel-sel pada

medula batang bulu. Selanjutnya ditambahkan bahwa dengan kondisi genotipik


yang homosigot resesif ganda (F_L_mmrrsasa), bila kelinci berbulu halus kilap

dikawinkan sesamanya berdasarkan teori Mendel tidak akan terjadi keragaman

sifat, karena segregasi gen tidak akan menghasilkan kombinasi baru. Semua anak

yang dihasilkan akan berbulu halus kilap.

Prasetyo (1999) telah menghasilkan sejumlah 23 ekor (5.42%) kelinci RS

dari total 424 ekor anak sapih (573 ekor anak lahir) dari kelinci F2 hasil

persilangan resiprokal antara kelinci Rex dan Satin. Rataan bobot kelinci RS

umur 0, 4, 8, 12, 16 dan 20 minggu berturut-turut adalah 49.8 g, 393.5 g, 915.8 g,

1454 g, 1968 g dan 2513 g. Ditambahkannya bahwa pada umur empat minggu

macam tipe bulu kelinci sudah dapat dideteksi sehingga kelinci berbulu normal

dapat dikeluarkan dan dijadikan kelinci potong.New Zeland White

New Zealand White (NZW) adalah kelinci yang berasal dari Amerika.
Pada tahun 1916, WS Preshaw pertama kali membibitkan kelinci New Zealand

White dengan tujuan membentuk kelinci penghasil daging dan kulit yang unggul.

Asal-usul tetuanya tidak diketahui, namun dipercaya bahwa Angora turut berperan

dalam pembentukannya (Wikipedia 2007). Lebas et al. (1986), menerangkan

bahwa kelinci ini berwarna putih polos, mata merah, bobot dewasa 4.1-5.0 kg.

Umur kawin pertama 144 hari, rataan litter size lahir 8.5 ekor, litter size hidup 8.0

ekor dan litter size sapih 6.5 ekor. Menurut Cheeke et al. (1987), kelinci New

Zealand White dikenal sebagai produsen daging komersial. Ditambahkannya

bahwa banyak karakteristik pada kelinci ini yang sesuai, yaitu laju pertumbuhan

yang cepat, kualitas karkas yang baik, tingkat kesuburan yang tinggi, dan sifat

keindukan yang baik.

Keunggulan lain dari kelinci New Zealand White adalah kelinci yang

umum dipergunakan dalam penelitian sebagai hewan percobaan untuk penelitian


biomedis (Cheeke et al. 1987). Menurut Wikipedia (2007), kelinci NZW

menampilkan respon yang sama sebagaimana manusia pada penyakit dan

pengobatannya. Ditambahkan, reaksi ini menjadikan kelinci NZW selalu

dipergunakan di laboratorium pharmasi pada rumah sakit umum di Amerika

Serikat, pusat penelitian kanker, dan rumah sakit universitas. Kelinci NZW

dipergunakan untuk menguji dan pengobatan untuk penyakit seperti diabetes,

difteria, tuberkulosis, kanker dan penyakit jantung. Pengaruh krim kulit,

kosmetika, pangan khusus dan makanan tambahan juga diujikan terlebih dahulu

pada kelinci NZW.

Flemish Giant

Kelinci Flemish Giant diduga merupakan keturunan dari kelinci

Patagonian di Argentina. Kelinci Patagonian ini dibawa ke Eropa pada abad ke-
16 dan 17 oleh pedagang dari Belanda dan dikembangkan sebagai penghasil

daging (Horn Rapids Rabbitry 2004). Ditambahkannya, pertama kali tercatat

mengenai Flemish Giant sekitar tahun 1860, pada waktu itu petualang dari Inggris

kembali dari Flanders membawa data karakteristik kelinci yang dikembangkandisana. Kelinci Flemish
Giant diimport ke Amerika pada awal tahun 1880.

Kelinci ini merupakan kelinci terbesar yang diperkenalkan oleh American Rabbit

Breeders Association dengan bobot senior (umur lebih dari 8 bulan) untuk betina

sebesar 14 lbs dan 13 lbs untuk jantan.

Menurut petplanet.co.uk (2004), kelinci Flemish Giant memiliki panjang

usia mencapai 5 tahun bahkan lebih. Umur mulai dikawinkan sekitar 9 bulan dan

anak-anak kelinci harus sudah dilahirkan sebelum induknya mencapai umur satu

tahun karena apabila induk beranak pada umur lebih dari satu tahun tulang

pelvisnya akan menyempit sehingga sulit untuk beranak secara alamiah dan

induk-induk tersebut tidak akan mampu beranak lagi setelah berumur tiga tahun.
Kelinci ini beranak cukup banyak, yaitu antara 5 – 12 ekor per litter. Lama

kebuntingan antara 28-34 hari dengan rataan 30-32 hari. Kelinci ini termasuk

bangsa kelinci raksasa dengan warna yang umum abu-abu besi (steel grey)

bertubuh panjang dengan kepala yang tegak dan telinga panjang serta tegak.

Bobot badannya minimal 5 kg dan tercatat dapat mencapai bobot badan 9.5

kg/ekor. Kelinci ini sangat disukai dan bangsa ini secara genetik dapat

memperbaiki pertumbuhan pada bangsa lain dengan persilangan (Lebas et al.

1986).

English Spot

English Spot rata-rata dapat hidup sampai dengan 5 tahun bahkan lebih.

Betina dapat dikawinkan pada umur 5-6 bulan. Induk English Spot dapat beranak

sejumlah 3-5 ekor, namun berdasarkan laporan dapat pula lebih dari 6 ekor. Lama
bunting antara 28-34 hari dengan rataan 30-32 hari. Bobot badan rataan jantan

dan betina sebesar 3 kg (Petplanet.co.uk. 2004).

Kelinci English Spot memiliki bulu pendek dengan warna dasar putih dan

bercak warna lain. Bercak ini dapat berwarna hitam, biru, coklat, abu-abu dan

tortoirseshell. Ciri spesifiknya adalah telinga yang berwarna, warna melingkari

mata dan terdapat bercak di sekitar pipi. Terdapat garis warna sepanjang

punggung dengan titik-titik dari telinga sampai kaki belakang. Kelinci ini berasal

dari Inggris (Petplanet.co.uk. 2004; Rabbitandcavydirectory.com 2006). Menurut

Lebas et al. (1986), warna spot pada populasi kelinci ini umumnya berwarnacoklat dengan pendugaan
genotipiknya EnEn aabbC_D_E_. Genotipik En

merupakan genotipik yang mengatur pola warna broken yang merupakan mutasi

pada lokus English. Dalam keadaan homosigot dominant (EnEn) memunculkan

pola yang bagian putihnya lebih banyak dari pada warna spot-nya, dan dalam

keadan homosigot resesif enen memunculkan pola yang bagian berwarna lebih
banyak dari pada bagian putihnya. Warna coklat diatur oleh gen b yang muncul

dalam keadaan homosigot resesif (bb) dan bersifat epistasis terhadap gen a yang

muncul dalam keadaan homosigot resesif (aa), dan menutupi ekspresi gen lain

dalam keadaan heterosigot.

Anda mungkin juga menyukai