Anda di halaman 1dari 22

Manfaat bioteknologi dalam bidang pertanian, peternakan,

1. MANFAAT BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG PERTANIAN

Biologi itu ilmu yang mempelajari Mahluk Hidup, semua mahluk hidup mulai dari yang
sederhana (mahluk hidup ber sel satu sampai MH yang sangat kompleks) Pertanian itu
ilmu yang mempelajari budidaya tumbuhan dan segala yang berkaitan dengan upaya
budidaya tersebut (termasuk ilmu tanah pengolahan hasil dan agro industri) Jadi kedua
ilmu ini memiliki keterkaitan yang sangat kuat, dimana Ilmu Biologi merupakan dasar
dari Ilmu Pertanian terutama dalam penemuan jenis tanaman unggul, rekayasa genetika
tumbuhan/hewan dan lain sebagainya.

2. Misalnya: Pengetahuan mengenai Sifat suatu tanaman berdasarkan analisa sel (ilmu
biologi) membuat manusia mampu menerapkan cara pembudidayaan yang tepat dan
pengolahan hasilnya lebih lanjut (pertanian) Pengetahuan mengenai sifat dan karakter
serangga yang berhubungan dengan iklim atau musim (ilmu biologi) membuat manusia
dapat menetapkan waktu bercocok tanam yang tepat atau metode penanggulangan hama
serangga tersebut (ilmu pertanian). hubungan seperti ini masih banyak lagi antara kedua
disiplin ilmu itu, dan memang Ilmu Biologi sangat membantu Pertanian....
3. MANFAAT BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG KESEHATAN Ada banyak sekali
manfaat biologi di berbagai bidang kehidupan. Hal ini ditandai dengan banyaknya cabang
- cabang dari ilmu biologi, yaitu sebagai berikut ini : 1. Anatomi - adalah ilmu biologi
yang mempelajari seluk beluk susunan tubuh makhluk hidup. 2. Bakteriologi - adalah
ilmu biologi yang mempelajari seluk beluk bakteri dan kehidupannya. 3. Botani - adalah
ilmu biologi yang mempelajari seluk beluk tumbuhan dan kehidupannya..
4. MANFAAT BIOTEKNOLOGI DALAM BIDANG PETERNAKAN

pemanfaatan Biologi pada bidang peternakan pun sudah sedemikian besar. Dengan
menerapkan pengetahuan cabang-cabang Biologi seperti zoologi, anatomi hewan,
fisiologi hewan, genetika, biologi reproduksi, embriologi, dan biologi molekuler/rekayasa
genetika, para peternak dan masyarakat yang lebih luas telah dapat menikmati hasilnya.
Melalui penerapan ilmu-ilmu tersebut telah banyak dihasilkan ternak varietas unggul,
diantaranya adalah ayam penghasil banyak telur, ayam pedaging, sapi pedaging, sapi
penghasil banyak susu, dan domba pedaging.

5. Dalam usaha perbanyakan ternak unggul tersebut kini pun telah banyak menggunakan
teknik kawin silang (hibridisasi) dan teknik kawin suntik (inseminasi buatan). Dengan
teknik inseminasi buatan, dapat dihasilkan keturunan sapi atau domba yang diharapkan
tanpa mengenal musim kawin, serta tidak melibatkan sapi atau domba jantan.
Bioteknologi Peternakan

Dalam bidang peternakan, bioteknologi dimanfaatkan untuk menghasilkan vaksin, antibodi,


pakan bergizi tinggi, dan hormon pertumbuhan. Contoh vaksin untuk ternak yaitu vaksin untuk
penyakit mulut dan kuku pada mamalia, vaksin NCD untuk mengobati penyakit tetelo pada
unggas, dan vaksin untuk penyakit flu burung.

Hormon pertumbuhan diberikan pada ternak untuk meningkatkan produksi daging, susu, atau
telur. Contohnya adalah pemberian Bovine Growth Hormone pada sapi perah dapat
meningkatkan produksi susu dan daging hingga 20%. Namun penggunaan hormon untuk
memacu produksi pada ternak masih diperdebatkan karena berpotensi meningkatkan penyakit
masitis pada ternak dan membahayakan kesehatan manusia.

Pemanfaatan bioteknologi dalam bidang peternakan lainnya adalah membuat hewan transgenik
(hewan yang gennya telah dimodifikasi) dan teknologi induk buatan. Teknologi induk buatan
sering dilakukan pada hewan langka yang sulit bereproduksi secara alami. Embrio hewan ini
ditransplantasikan pada rahim spesies lain yang masih berkerabat. Dengan cara ini diharapkan
hewan langka tersebut terhindar dari ancaman kepunahan.

Penerapan prinsip bioteknologi dalam bidang peternakan antara lain sebagai berikut:

a. Teknologi transplantasi nukleus

Teknologi ini lebih dikenal dengan teknologi kloning yaitu teknologi yang digunakan untuk
menghasilkan individu duplikasi (mirip dengan induknya). Teknologi kloning telah berhasil
dilakukan pada beberapa jenis hewan. Salah satunya adalah pengkloningan domba yang dikenal
dengan domba Dolly. Melalui kloning hewan, beberapa organ manusia untuk keperluan
transplantasi penyembuhan suatu penyakit berhasil dibentuk. Tahapan teknologi kloning adalah;

1) Isolasi nukleus (inti sel) dari hewan donor.


Nukleus diisolasi dari sel putting susu domba dewasa dengan menggunakan teknik khusus
sehingga dapat dikeluarkan dari membrane sel

2) Isolasi sel telur


Sel telur yang belum dibuahi diperoleh dari domba lain. Dibutuhkan banyak sel telur dalam
teknologi ini karena banyak sel telur yang tidak mampu bertahan dalam tahapan pengkloningan
lebih lanjut.

3) Pengambilan nukleus dari sel telur

4) Penggabungan nukleus dengan sel telur

Nukleus yang telah diisolasi dari sel domba dewasa digabungkan ke dalam sel domba lain yang
telah dihilangkan nukleusnya. Secara genetic sel domba yang menerima nukleus identik dengan
domba pendonor.
5) Pemasukan sel telur kedalam rahim

Sel telur dimasukkan ke dalam rahim domba betina yang lain. Hanya sedikit sel telur yang
mampu bertahan dan berkembang di dalam rahim. Sel telur yang mampu bertahan akan
berkembang menjadi embrio dan selanjutnya akan dihasilkan anak domba yang mirip dengan
domba pendonor nukleus

b. Teknik Inseminasi Buatan

Teknik ini dikenal dengan nama kawin suntik, adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan
sperma yang telah dicairkan dan diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke
dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut “
insemination gun”. Teknik inseminasi buatan memiliki beberapa tujuan, yaitu:

1. Memperbaiki mutu genetika ternak


2. Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang
lebih lama
3. Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur
4. Menyegah menularan dan penyebaran penyakit kelamin.

c. Transfer Embrio

Apabila kawin suntik memfokuskan pada sperma jantan, maka transfer embrio tidak hanya
potensi dari jantan saja yang dioptimalkan, melainkan potensi betina berkualitas unggul juga
dapat dimanfaatkan secara optimal.

Teknik TE ini, betina unggul tidak perlu bunting tetapi hanya berfungsi menghasilkan embrio
yang untuk selanjutnya bisa ditransfer pada induk titipan dengan kualitas yang tidak perlu bagus
tetapi memiliki kemampuan untuk bunting.

Embrio yang akan ditransfer ke resipien disimpan dalam foley kateter dua jalur yang steril
(tergantung ukuran serviks). Sebelum dilakukan panen embrio, bagian vulva dan vagina
dibersihkan dan disterilkan dengan kapas yang mengandung alcohol 70%. Embrio yang didapat
dapat langsung di transfer ke dalam sapi resipien atau dibekukan untuk disimpan dan di transfer
pada waktu lain.

d. Teknologi Transgenik

Hewan transgenik adalah hewan yang telah mengalami rekayasa genetika sehingga dihasilkan
hewan dengan sifat yang diharapkan. Teknologi transgenik pada hewan dilakukan dengan cara
penyuntingan fragmen DNA secara mikro ke dalam sel telur yang telah mengalami pembuahan.
Tujuan dari teknologi ini adalah meningkatkan produk dari hewan ternak seperti daging susu,
dan telur.

Contoh dari hewan yang mengalami teknologi ini adalah domba transgenik. Jadi DNA domba ini
disisipi dengan gen manusia yang disebut factor VIII ( merupakan protein pembeku darah).
Berkat penyusupan gen tersebut, domba menghasilkan susu yang mengandung factor VIII yang
dapat dimurnikan untuk menolong penderita hemophilia.

Rekayasa genetika juga dapat melestarikan spesies langka. Sebagai contoh, sel telur zebra yang
sudah dibuahi lalu ditanam dalam kuda spesies lain. Spesies lain yang dipinjam rahimnya ini
disebut surrogate. Hal ini sudah diterapkan pada spesies keledai yang hamper punah di Australia.
Teknik pelestarian dengan rekaya genetika berguna, dengan alasan:
1) Induk dari spesies biasa dapat melahirkan anak dari spesies langka.
2) Telur hewan langkah yang sudah dibuahi dapat dibekukan, lalu disimpan bertahun-tahun
meskipun induknya sudah mati. Jika telah ditemukan surrogate yang sesuai, telur tadi
ditransplantasi.

e. Hormon BST (Bovine Somatotrophin)

Dengan rekayasa genetika dihasilkan hormon pertumbuhan dewan yaitu BST. Caranya adalah:
1) Plasmid bakteri E.Coli dipotong dengan enzim endonuklease
2) Gen somatotropin sapi diisolasi dari sel sapi
3) Gen somatotropin disisipkan ke plasmid bakteri
4)Bakteri yang menghasilkan bovin somatotropin ditumbuhan dalam tangki fermentasi
5) Bovine somatotropin diambil dari bakteri dan dimurnikan.

Hormon ini dapat memicu pertumbuhan dan meningkatkan produksi susu. BST ini mengontrol
laktasi (pengeluaran susu) pada sapi dengan meningkatkan jumlah sel-sel kelenjar susu. Jika
hormon yang dibuat dengan rekayasa genetika ini disuntuikkan pada hewan, maka produksi susu
akan meningkat 20%.

Pemakaian BST telah disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration), lembaga pengawasan
obat dan makanan di Amerika. Amerika berpendapat nsusu yang dihasilkan karena hormon BST
aman di konsumsi tapi di Eropa hal ini dilarang karena penyakit mastitis pada hewan yang
diberikan hormon ini meningkat 70%.

Selain memproduksi susu, hormon ini dapat memperbesar ukuran ternak menjadi 2 kali lipat
ukuran normal. Caranya dengan menyuntik sel telur yang akan dibuahi dengan hormon BST.
Daging dari hewan yang diberi hormon ini kurang mengandung lemak. Sehingga dikhawatirkan
hormon ini dapat mengganggu kesehatan manusia.
7 Penerapan Bioteknologi dalam Bidang Pertanian

Bioteknologi memiliki peranan dan manfaat besar bagi kehidupan umat manusia. Dalam bidang
pertanian misalnya, dengan bioteknologi kini ketersediaan pangan menjadi lebih baik karena
produktivitas tanaman menjadi lebih tinggi. Pada artikel kali ini kita akan membahas seputar beberapa
contoh penerapan bioteknologi dalam bidang pertanian tersebut untuk mengetahui secara lebih jauh
peranan dan manfaat bioteknologi bagi para petani kita.

Bioteknologi dalam Bidang Pertanian


Selain berperan penting dalam bidang kesehatan dan produksi pengolahan makanan, bioteknologi juga
dapat diterapkan dalam menunjang keberhasilan budidaya pertanian. Beberapa contoh penerapan
bioteknologi dalam bidang pertanian misalnya dapat kita temukan pada produksi pupuk kompos
(bokashi), kultur jaringan, pemuliaan varietas unggul, pupuk hayati, insektisida hayati, produksi
perikanan, hingga produksi peternakan.

1. Pembuatan Kompos (Bokashi)

Contoh penerapan bioteknologi konvensional dalam bidang pertanian dapat dengan mudah kita temui
pada proses pembuatan pupuk kompos atau pupuk bokashi. Untuk mempercepat proses dekomposisi
bahan organik yang berasal dari dedaunan atau rerumputan, para pembuat pupuk kompos umumnya
akan menambahkan mikroorganisme pengurai bahan organik. Dalam hal ini, mikroorganisme yang
digunakan misalnya bakteri fotosintetik, actinomicetes, bakteri asam laktat, ragi, dan jamur fermentasi .
Dengan penambahan mikroorganisme tersebut, fermentasi bahan organik berlangsung lebih cepat
sehingga produksi pupuk kompos dapat terus tersedia.

2. Kultur Jaringan

Kultur jaringan adalah teknik produksi bibit menggunakan organ-organ vegetatif tanaman secara in
vitro. Melalui teknik ini, petani dapat dengan mudah memperoleh bibit-bibit yang seragam dan bibit-
bibit yang sulit disemaikan menggunakan benih seperti bunga anggrek. Teknik kultur jaringan juga dapat
menyediakan bibit dalam jumlah banyak sekaligus.

3. Pemuliaan Varietas Unggul

Rekayasa genetika yang merupakan salah satu cabang bioteknologi berperan sangat besar terhadap
hadirnya berbagai jenis varietas unggul dari tanaman-tanaman budidaya pertanian. Tanaman-tanaman
hasil pemuliaan memiliki sifat dan keutamaan yang lebih baik dibandingkan tanaman lokal. Contoh dari
penerapan pengertian bioteknologi dalam bidang ini antara lain benih padi unggul tahan wereng, padi
genjah (berumur pendek), tembakau rendah nikotin, kentang aneka rasa dan warna, semangka tanpa
biji, dan lain sebagainya.
4. Pupuk Hayati

Penelitian di bidang pertanian yang terus dilakukan telah menghasilkan penemuan yang luar biasa. Kini,
telah diketahui bahwa ada beberapa jamur dan bakteri yang dapat bersimbiosis dengan perakaran dan
mampu menguraikan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman, seperti Nitrogen dan Posfat, melalui fiksasi
maupun autolisis. Beberapa mikroorganisme tersebut misalnya jamur Mikoriza sp. dan bakteri
Rhizobium.

5. Insektisida Hayati

Pemanfaatan bioteknologi dalam bidang pertanian juga dapat ditemukan dalam teknik pengendalian
hama dan penyakit pada tanaman. Dewasa ini, kesadaran masyarakat tentang dampak negatif
penggunaan insektisida kimia yang semakin tumbuh telah membuat para petani memanfaatkan
berbagai mikroorganisme dalam mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman mereka.
Pengendailan hama penyakit menggunakan mikroorganisme atau yang juga disebut pengendalian hayati
ini sangat ramah lingkungan. Contoh penerapan teknik ini misalnya dapat ditemukan dalam penggunaan
jamur Trhicogramma sp dalam pengendalian ulat grayak, hama tanaman cabe.

6. Produksi Perikanan

Di bidang perikanan, rekayasa genetika (cabang utama dari bioteknologi) telah menghasilkan induk ikan
yang hanya dapat memproduksi anakan-anakan ikan betina. Dalam hal ini, anakan-anakan ikan betina
umumnya memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibanding anakan ikan jantan sehingga produktivitas
dalam budidaya perikanan menjadi semakin meningkat.

7. Produksi Peternakan

Teknik inseminasi buatan, multiple oculation, transfer embrio, dan fertilisasi invitro juga merupakan
contoh penerapan bioteknologi di bidang peternakan. Melalui teknik-teknik tersebut, kualitas dan
kuantitas hasil peternakan menjadi semakin meningkat. Produktivitas ternak dalam menghasilkan
anakan baru atau menghasilkan daging dan susu, serta kekebalan ternak terhadap serangan penyakit
tertentu menjadi penunjang keberhasilan penerapan bioteknologi peternakan masa kini.

Nah, demikianlah beberapa contoh penerapan bioteknologi dalam bidang pertanian. Sebetulnya masih
ada banyak penerapan bioteknologi dalam bidang pertanian yang belum dijelaskan dalam artikel ini.
Namun beberapa contoh di atas mungkin sudah cukup menggambarkan peran besar bioteknologi dalam
usaha budidaya pertanian kita. Semoga bermanfaat.
BIOTEKNOLOGI PERTANIAN

 A. Perkembangan Bioteknologi Pertanian

Pada akhir tahun 1970-an, bioteknologi mulai dikenal sebagai salah satu revolusi teknologi yang
sangat menjanjikan di abad ke 20 ini. Pentingnya bioteknologi secara strategis dan potensinya untuk
kontribusi dalam bidang pertanian, pangan, kesehatan, sumberdaya alam dan lingkungan mulai menjadi
kenyataan yang semakin berkembang. Bioteknologi merupakan salah satu pencapaian teknologi yang
sangat penting dalam sejarah umat manusia. Dengan teknologi ini manusia telah mencapai suatu ara h
pemahaman dan aplikasi ilmu yang mempunyai implikasi sangat luas bagi kehidupan manusia maupun
alam.

Bioteknologi pertanian merupakan salah satu cabang ilmu yang penting dalam pengembangan
bioteknologi yang diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan manusia akan pangan. Bidang ini telah
berkembang sangat pesat dan menghasilkan temuan dan aplikasi-aplikasi baru dalam produksi
pertanian yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan akan dapat dicapai serta mempunyai pengaruh
luas dalam berbagai gatra kehidupan manusia (Yuwono, Triwibowo). Pemanfaatan bioteknologi
tanaman seperti rekayasa genetika juga dapat memudahkan petani dalam budaya tanaman, misalnya
dalam pengendalian gulma yaitu dengan menghasilkan tanaman yang memiliki ketahanan terhadap
jenis herbisida tertentu.

Kegiatan pada bidang pertanian dapat dibagi menjadi tiga generasi:

1)      Generasi pertama adalah kegiatan menghasilkan benih (generatif dan vegetatif).

2)      Generasi kedua adalah kegiatan menghasilkan tenik budidaya pada bidang pertanian.

3)      Generasi ketiga adalah kegiatan menghasilkan produk agroindustri.

Berdasarkan hasil penelitian pada bidang biologi yang diintegrasikan dengan teknologi yang
mengkaji ilmu dasar (basic science) ditemukan berbagai mekanisme dalam proses metabolisme untuk
hidup yang lebih baik sehingga pada periode ketiga ini dihasilkan produk pertanian yang lebih efektif dan
efisien. Bioteknologi tersebut diharapkan dapat berperan menghasilkan produk agribisnis yang berdaya
saing tinggi. Peran ini dapat diimplementasikan kedalam tiga generasi pertanian diatas. Dari kenyataan
yang ada, perkembangan bioteknologi telah berhasil memberikan terobosan pada bidang pertanian
seperti percepatan untuk menghasilkan suatu varietas tanaman baru. Selain itu kemajuan bioteknologi
pertanian ini juga sudah mencapai tingkat molekular. Mikroba dimanfaatkan sebagai vektor (pembawa
sifat genetic) yang dapat mentransfer sifat dari satu organisme ke organisme yang lainnya, baik yang
mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat (contohnya satu spesies atau famili) maupun sebaliknya.
Pemanfaatan mikroba sebagai starter untuk memproduksi pupuk (bio-fertilizer dan dekomposer)
ataupun pestisida (bio-pesticide), teknik kultur jaringan, teknlogi DNA rekombinan dan berbagai
rekayasa genetik pada tanaman dengan menggunakan mikroba yang menguntungkan untuk efisiensi
input budidaya tanaman.

Insersi DNA sample ke plasmid (vektor)


Transfer gen melalui vektor (plasmid dari bakteri)

 Kemampuan bioteknologi dalam penggandaan benih diantaranya dilakukan melalui proses


rekayasa genetika (genetic engineering). Dalam hal ini merupakan proses menghimpun dan menyatukan
sifat-sifat tanaman (sifat genetik) yang unggul dan membuang sifat yang tidak baik. Benih yang
dihasilkan juga tepat sasaran dan mudah ditangani (user friendly). Tepat sasaran artinya, sifat benih yang
dikembangkan sesuai sasaran, seperti menghasilkan buah yang banyak dan bermutu baik. Sebagai
contoh adalah pisang cavendis (buah pisang berukuran besar) mudah dibudidayakan, sehingga sesuai
dengan kondisi petani yang pada umumnya sederhana dan praktis.

Benih pertanian yang dihasilkan melalui bioteknologi meliputi pengembangan dan penyediaan
benih unggul sehingga dapat meningkatkan kualitas produktivitas dan kualitas tanaman, serta
mempunyai ketahanan terhadap hama dan penyakit. Perbanyakan benih vegetatif dapat dilakukan
melalui kultur jaringan (tissue culture) ataupun embriogenesis. Dalam budidaya tanaman, bioteknologi
juga mempunyai peranan yang sangat besar terutama dalam pengembangan dan penyediaan pupuk
organik (biofertillizer) dan pestisida (biopestisida), sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman serta melipatgandakan hasil pertanian, selain itu bioteknologi pertanian juga
dapat memberikan kontribusi yanng sangat besar terhadap konservasi lahan dan lingkungan.
Tanaman hasil rekayasa genetika yang mampu memproduksi pestisida sendiri

 Saat ini, aplikasi bioteknologi moderen untuk pemenuhan kebutuhan manusia masih terkait
erat dengan penggunaan bioteknologi konvensional yang telah berkembang sebelumnya. Dalam
penyediaan pangan, selain menggunakan pendekatan bioteknologi modern, beberapa peneliti masih
mengandalkan teknologi konvensional untuk menghasilkan benih tanaman berkualitas, misalnya
tanaman padi yang dibudidayakan sekarang ini sebagian besar masih berasal dari hasil persilangan
konvensional, meskipun sudah ada galur-galur baru yang dikembangkan dengan teknologi DNA
rekombinan, misalnya galur padi Golden Rice. Galur Golden Rice adalah galur padi yang membawa gen-
gen asing dari bakteri sehingga beras yang dihasilkan oleh galur padi ini mempunyai kandungan
provitamin A yang tinggi. Galur semacam ini tidak pernah diketemukan sebelumnya di alam maupun
berdasarkan hasil persilangan konvensional.

Dalam bidang budidaya tanaman pangan dan tanaman industri, selain menggunkan teknik-
teknik konvensional, sudah berkembang galur-galur tanaman transgenik baru yang mempunyai sifat
toleran terhadap keadaan lingkungan dengan menyisipkan gen-gen asing dari jasad lain. Sebagai contoh,
para ilmuwan telah mengembangkan tanaman tembakau yang lebih toleran terhadap kadar garam
tinggi, tanaman yang tahan terhadap herbisida, tahan terhadap hama dan penyakit tertentu, dan
sebagainya.

Salah satu pengembangan bioteknologi pertanian adalah kultur jaringan tanaman. Teknologi ini
merupakan suatu teknik untuk menghasilkan keturunan dengan sifat yang unggul. Kelebihan dari teknik
ini adalah dapat menghasilkan jumlah bibit unggul yang sangat banyak dalam jangka waktu yang singkat.
Kultur jaringan dipopulerkan oleh Muller, Hildebrant dan Riker pada tahun 1954. Kultur jaringan adalah
teknik pemeliharaan jaringan dalam medium buatan. Jaringan adalah kumpulan sel yang mempunyai
bentuk dan fungsi yang sama. Teknik kultur jarinagn ini adalah teknik budidaya untuk mrnghasilkan
keturunan yang mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Transgenesis tanaman (perpindahan gen
ke tanaman secara langsung) adalah inovasi yang boleh dikatakan masuk akal untuk mencapai sukses
daripada hibridasi konvensional. Beberapa perkembangan yang memiliki potensi komersial yang
signifikan adalah tanaman yang dapat menghsilkan pestisida sendiri, tanaman yang tahan terhadap
herbisida bahkan juga bioproduk, seperti vaksin makanan. Produksi protein transgenik relatif mudah dan
protein yang dihasilkannya layak dan bagus sehingga perkembangan penelitian pada bidang ini sangat
menjanjikan. Sebagai contoh, serat kapas yang semula mengalami kenaikan sekitar 1,5% pertahun,
dengan cara penyisipan gen tunggal dapat meningkat menjadi 60%.

Rekayasa Genetika dalam pertanian menjanjikan masa depan yang cerah, namun ada
keterbatasan bioteknologi pertanian. Menurut Miclos dan Freyer (1990) kesulitan analitis genetis
tanaman disebabkan oleh:

1)      Pertumbuhan tanaman yang lambat dan umur pergantian generasi yang lama.
2)      Besarnya genom tanaman, termasuk banyaknya kromosom poliploid.
3)      Memiliki “kotak kayu” yaitu dinding sel berupa selulose yang mengelilingi tanaman.
Oleh karena itu, dilakukan penelitian terutama untuk sifat-sifat yang dikendalikan oleh gen tunggal.

Fiksasi nitrogen dikendlikan oleh lebih dari 15 gen yang berbeda dalam sistem
bakteri/tanaman. Banyak diantaranya melibatkan gen-gen yang sanpai saat sekarang belum berhasil
diisolasi (dipisahkan), para ilmuwan masih harus mengatasi masalah kesulitan-kesulitan dalam
memindahkan gen-gen itu ke dalam tubuh tanaman budidaya yang penting tersebut (misalnya jagung).
Gen-gen tersebut harus diletakan pada sisi/tempat tertentu dalam kromosom tanaman agar dapat
berfungsi. Peneliti tanaman juga sering menghadapi masalah-masalah yang sama dalam upaya mereka
untuk merekayasa secara genetis perkembangan kemampuan tanaman dalam fotosintesis (misalnya
mengubah tanaman C3 menjadi tanaman C4 yang lebih efisien energi) yakni dalam toleransi terhadap
kekeringan dan dalam hal sifat meningkatkan jumlah panen.
B.     Manfaat bioteknologi pertanian serta kelemahannya

Bioteknologi pertanian memberikan banyak manfaat, manfaat-manfaat itu diantaranya adalah


sebagai berikut:

1)      Menghasilkan keturunan dengan sifat yang unggul.

2)      Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta melipatgandakan hasil pertanian

3)      Menghasilkan produk agribisnis yang berdaya saing tinggi.

4)      Terciptanya tanaman yang tahan dalam berbagai hama serta kondisi.

5)      Terciptanya tanaman yang dapat membuat pupuknya sendiri.

6)      Mengurangi pencemaran lingkungan serta menekan biaya produksi.

Disamping memberikan banyak manfaat, bioteknologi pertanian juga memiliki beberapa


kelemahan, kelemahan-kelemahan itu diantaranya adalah:

1)      Terjadinya silang luar akibat adanya penyebaran pollen dari tanaman transgenik ke tanaman lain.

2)      Adanya efek kompensasi.

3)      Muncul hama target yang tahan terhadap insektisida.

4)      Muncunya efek samping terhadap hama nontarget.

5)      Biaya untuk memuatnya relatif tinggi.

6)      Membutuhkan teknologi yang tinggi, sehingga dalam perakitannya diperlukan orang-orang yang
memiliki keahlian khusus.

C.    Metode-metode yang digunakan pada bioteknologi pertanian

Tanaman transgenik merupakan tumbuhan yang memiliki sifat baru yang sebelumnya tidak
dimiliki oleh tumbuhan tersebut, sebagai hasil penambahan gen yang berasal dari organisme lain. Jadi
tanaman transgenik itu memiliki sifat yang erbeda dari tanaman aslinya, perbedaan sifat itu disebabkan
oleh adanya gen asing yang berperan dalam tanaman tersebut. Gen asing itu berada dalam tanaman
transgenik karena telah sengaja dimasukkan ke tanaman tersebut.

Teknik dasar membuat tanaman transgenik

Adapun metode-metode yang dapat digunakan pada bioteknologi pertanian diantaranya adalah
sebagai berikut: 

1). Seleksi Perkawinan Konvensional dan Hibridisasi

Rekayasa genetik pada tanaman bukanlah suatu hal yang baru. Sejak berkembangnya bidang
pertanian, para petani telah melakukan seleksi benih sesuai sifat-sifat yang diinginkan. Meskipun
perkawinan silang yang dilakukan dapat meghasilkan tongkol-tongkol jagung yang besar, apel yang
mengansung banyak air, dan bibit unggul yang diperoleh secara modern, namun cara ini membutuhkan
waktu yang lama dan tidak tentu. Untuk mendapatkan bibit unggul sesuai sifat-sifat yang diinginkan
dilakukan dengan perkawina silang antara 2 jenis tanaman dan mengulang kembali perkawinan silang
antara keturunan hibrid dengan salah satu induknya.
Pada kenyataanya, tanaman dari spesies yang berbeda pada dasarnya tidak dapat dihibridisasi,
akibat sifat genetik tidak dapat diisolasi dari tanaman. Dengan bioteknologi, keterbatasan tersebut
dapat diatasi. Para ilmuwan sekarang dapat memindahkan gen-gen khusus untuk sifat yang diinginkan
kedalam tanaman. Proses ini berjalan cepat dan pasti karena tanaman menunjukkan beberapa
keuntungan bagi para ahli genetik, yaitu :

a.       Sejarah panjang dari persilangan tanaman memberikan peluang bagi ahli genetika tanaman memiliki
kekayaan strain yang dapat dieksploitasi secara molekuler.

b.      Tanaman menghasilkan banyak keturunan, sehingga mutasi rekombinasi dapat ditemukan dengan
mudah.

c.       Tanaman memiliki kemampuan regenerasi lebih baik daripada hewan.

d.      Batas spesies dan kompatibititas seksual bukan merupakan persoalan yang berkepanjangan.

Perbandingan gen pada varietas yang dihasilkan dari hibridisasi konvensional dan transformasi genetik

Teknik konvensional ini memiliki keuntungan dan juga kelemahan. Keuntungan dari teknik konvensional
adalah dapat menghasilkan bibit unggul sedangkan kelemahannya adalah hanya bisa dilakukan pada
spesies (jenis) yang sama. 
2). Kloning (menumbuhkan tanaman dari sel tunggal)

Pada umumnya sel-sel tanaman berbeda dengan hewan, tetapi satu ciri khas sel tanaman yang
penting untuk bioteknologi adalah beberapa tanaman dapat melakukan regenerasi dari satu sel.
Tumbuhan baru yang terbentuk memiliki tiruan baru (klon) dari sel induk. Kemampan alami sel tanaman
ini membuatnya menjadi ideal untuk penelitian genetik. Setelah materi genetik yang baru dihasilkan
didalam sel tanaman, maka sel tersebut dengan cepat membentuk tanaman dewasa dan para peneliti
dapat mengetahui hasil modifikasi genetik pada waktu yang relatif singkat.

3). Fusi Protoplas

Fusi protoplas merupakan suatu proses alamiah yang terdapat darimulai tanaman tingkat
rendah sampai pada tanaman tingkat tinggi. Fusi protoplas merupakan gabungan protoplas dengan
protoplas lain dari beberapa spesies, kemudian membentuk sel yang dapat tumbuh menjadi tanaman
hibrid. Hibridisasi somatik melalui fusi protoplasma digunakan untuk menggabungkan sifat lain dua
spesies atau genus yang tidak dapat digabungkan secara seksual ataupun aseksual. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara menggabungkan seluruh genom dari spesies yang sama (intra-spesies), atau
antarspesies dari genus yang sama (inter-spesies), atau antargenus dari satu famili (inter genus).
Protoplas dari dua sel yang mulai bergabung

Ketika tanaman dilukai, maka sejumlah sel yang disebut callus akan tumbuh pada tempat yang
dilukai tersebut. Sel-sel callus memiliki kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi tunas dan akar serta
keseluruhan tanaman berbunga. Potensi alami sel-sel tersebut yang terprogram menjadi calon tanaman
baru sangat ideal untuk rekayasa genetik. Seperti pada sel-sel tanaman, sel-sel callus dikelilingi oleh
dinding selulosa yang tebal, yaitu sebuah rintangan yang menghambat pembentukan DNA baru. Dinding
sel tersebut dapat dipecah dengan dinding selulose sehingga menghasilkan sel tanpa dinding sel yang
disebut protoplas. Protoplas ini dapat digabungkan dengan protoplas lain dari beberapa spesies,
kemudian membentuk sel yang dapat tumbuh menjadi tanaman hibrid. Metode ini disebut fusi
protoplas.

Tujuan fusi protoplas adalah untuk mendapatkan suatu hibrida somatic atau sibrida atau mengatasi
kelemahan dari hibrida seksual. Terdapat kelemahan dari hibrida seksusal, yaitu:

         Sukar untuk mendapatkan suatu hibrida antar spesies dan antar genera. Hibridisasi somatik dapat
mengatasi hal tersebut.

         Sitoplasma pada perkawinan seksual hanya berasal dari induk betina saja. Dalam proses pembuahan,
ganet jantan hanya membawa inti saja dengan sedikit sitoplasma sebaliknya pada tetua betina selain inti
juga sitoplasma. Untuk mendapat sitoplasma dari kedua tetua diadakan fusi antara sitoplasma.
Fusi protoplas dapat dimanfaatkan untuk melakukan persilangan antar spesies atau galur
tanaman yang tidak memungkinkan untuk dilakukan dengan persilangan biasa karena adanya masalah
inkompatibilitas fisik. Fusi protoplas membuka kemungkinan untuk:

-          Menghasilkan hibrid somatik amphidiploid yang fertil antar spesies yang secara seksual tidak kompatibel

-          Menghasilkan galur heterozigot dalam satu spesies tanaman yang secara normal hanya dapat
diperbanyak dengan cara vegetatif, misalnya pada kentang.

-          Memindahkan sebagian informasi genetik dari satu spesies ke spesies lain dengan memanfaatkan
fenomena yang disebut penghilangan kromosom (chromosome elimination).

-          Memindahkan informasi genetik yang ada di sitoplasma dari satu galur atau spesies ke galur atau
spesies lain

Fusi protoplas dapat menghasilkan dua macam kemungkinan produk:

-          Hibrid, jika nukleus dari kedua spesies tersebut betul-betul mengalami fusi (menyatu)

-         Cybrid (cytoplasmid hybrid ataru heteroplast), jika hanya sitoplasma yang mengalami fusi sedangkan
informasi genetik dari salah satu induknya hilang.

Teknik ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari teknik ini adalah dapat
menghasilkan tanaman dengan sifat tertentu dan dapat dilakukan dengan spesies yang berbeda.
Kekurangan dari teknik ini adalah memerlukan biaya yang mahal serta butuh ketelitan yang lebih.

Skema fusi protoplas dalam menghasilkan produk


4). Teknik Potongan Daun (Leaf Fragment Technique)

Transfer genetik terjadi secara alami pada tanaman dalam merespon organisme patogen.
Contohnya, suatu luka dapat terinfeksi oleh bakteri tanah yang disebut Agrobacterium tumefaciens
(Agrobacter). Bakteri ini memiliki plasmid yang besar (molekul DNA double helix yang sirkuler) yang
dapat merangsang sel-sel tanaman untuk tumbuh terus-menerus tanpa terkontrol (tumor). Oleh karena
itu, plasmid ini dikenal sebagai Tumor inducing (Ti) plasmid. Sedangkan hasil dari tumor tersebut disebut
crown gall. Selama infeksi, bakteri ini mentransfer sebagian kecil materio genetik yang dimilikinya (T-
DNA) ke dalam genom sel tanaman inang. Setelah diinsersi, gen-gen bakteri tersebut diekspresi oleh sel-
sel tanaman yang terinfeksi.

Mekanisme penggabungan gen melalui teknik potongan daun

Plasmid bakteri memberi gagasan bagi para ahli bioteknologi sebagai sarana transfer DNA. Dalam
penggunaannya, peneliti sering menyebut sebagai teknik potongan daun. Dalam teknik ini daun
dipotong kecil-kecil kemudian ketika potongan daun mulai regenerasi, selanjutnya akan dikultur pada
medium yang mengandung Agrobacter yang telah mengalami modifikasi genetik. Selama proses ini, DNA
dan Ti plasmid berintegrasi ke DNA sel inang dan materi genetik pun telah terkirim. Potongan daun
tersebut kemudian diberi hormon untuk merangsang pertumbuhan tunas dan akar.
Kekurangan utama dari proses ini adalah Agrobacter tidak dapat menginfeksi tanaman monokotil seperti
jagung dan gandum. Tanaman dikotil seperti tomat, kentang, apel, juga kedelai merupakan contoh yang
cocok untuk proses ini. Namun penelitian baru-baru ini jelas menunjukkan bahwa T-DNA dapat
digabungkan ke dalam spesies monokotil. Untuk bakteri yang tahan terhadap Agrobacter dilakukan
dengan menggunakan pistol gen, yaitu dengan cara menembakkan logam kecil yang diselubungi DNA ke
embrio sel tumbuhan, di sini inti sel tumbuhan tetap bisa membidik kloroplas. Kelebihan dari teknik ini
adalah dapat menghasilkan tanaman dengan sifat yang sesuai dengan keinginan.

5). Teknik Kultur Invitro

Kultur invitro merupakan salah satu teknik yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
keragaman genetik tanaman, antara lain dengan keragaman somaklonal (Pedrieri, 2001). Menrut
Ahlowalia (1986), perubahan genetik dapat terjadi selama periode kultur invitro atau karena adanya sel-
sel yang mengalami mutasi.

Perbanyakan tanaman dengan kultur invitro telah banyak diusahakan secara komersial di negara
maju seperti Amerika, Jepang, dan Eropa..pemanfaatan lain teknologi tersebut untuk pengadaan bibit
pada awalnya berdasarkan hasil percobaan Morel tahun 1960 pada anggrek Cymbidium.

Langkah-langkah kultur invitro


Dalam waktu yang singkat dari bahan tanaman yang sangat terbatas dapat dihasilkan bibit
dalam jumlah yang banyak dan memiliki sifat yang sama dengan induknya. Keberhasilan tersebut
mendorong dimanfaatkannya in vitro sebagai teknologi perbanyakan yang banyak memberikan
keunggulan daripada teknologi konvensional. Walaupun demikian terdapat beberapa kendala yang
sering dihadapi dalam aplikasinya yaitu:

1)      Keberhasilan teknik ini pada tanaman tahunan berkayu masih rendah sehingga aplikasinya masih
terbatas pada jenis tanaman tertentu saja.

2)      Kapasitas egenerasi menurun bila sering melakukan pembaharuan

3)      Penurunan integritas genetik pada bibit yang dihasilkan

4)      Persentase keberhasilan aklimatisasi (terutama pada tanaman tahunan berkayu) relatif masih rendah

5)      Adanya patogen internal (khususnya pada tanaman tahunan berkayu) yang sulit dihilangkan

6)      Diperlukan tenaga kerja yang intensif, terdidik, serta mempunyai keterampilan khusus

7)      Diperlukan modal awal yang cukup tiggi

Pierik dalam.Nurwandani, Paristiyanti: 2008 menyatakan bahwa perbanyakan melalui kultur


invitro dapat dikatakan berhasil bila memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:

1)      Tidak merubah sifat genetik poon induk

2)      Seleksi kuat pada bahan tanaman yang akan digunakan sebagai eksplan agar bebas penyakit

3)      Teknik perbanyakan yang tidak terlalu rumit

4)      Kemampuan regenerasi yang tetap tinggi, dan

5)      Ekonomis

Pada tanaman semusim (berdinding lunak),masalah regenerasi umumnya tidak menjadi masalah.
Faktor pertunasan yang tinggi dapat tercapai dengan penggunaan formulasi media tertentu. Berbeda
degan tanaman tahunan berkayu,banyak faktor yang menghambat proses regenerasi, antara lain:
1)      Daya meristematis yang rendah

2)      Tingkat oksidasi fenol yang tinggi

3)      Jaringan sklerenkhima

4)      Kandungan inhibitor organik yang tinggi

5)      Kurangnya faktor perakaran

6)      Kandungan lignin yang tinggi, dan

7)     Gugurnya tunas daun yang lebih dini

Anda mungkin juga menyukai