PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Transgenik berasal dari kata trans yang berarti pindah dan gen artinya pembawa sifat.
Jadi transgenik berarti memindahkan gen dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup yang
lain. Tujuan memindahkan gen tersebut untuk mendapatkan organisme baru yang memiliki
sifat lebih baik. Organisme transgenik sendiri merupakan organisme yang mendapatkan
transfer gen dari organisme lain yang pada umumnya transformasi gen tersebut berasal dari
spesies yang sama, namun juga dapat berasal dari spesies atau jenis yang berbeda.
Transformasi gen ini dilakukan terhadap embrio sebelum organisme transgenik tersebut
dilahirkan atau tumbuh dan berkembang lebih dewasa.
Hewan transgenik adalah hewan yang satu atau lebih gen telah diperkenalkan ke
dalam sel nonreproductive nya. Para hewan transgenik pertama diproduksi pada tahun 1983
ketika gen untuk hormon pertumbuhan manusia diperkenalkan ke tikus.
3
Tujuan dari transgenik ini adalah untuk mendapatkan sifat yang diinginkan dan
peningkatan produksi. Meskipun banyak potensi dan manfaat yang dapat diambil dari hewan
transgenik, akan tetapi proses yang dilibatkan dalam pengembangan hewan transgenik di
laboratorium berpotensi atau memiliki dampak yang buruk terhadap masa depan hewan yang
dilibatkan. Proses yang terjadi dalam pengembangan galur transgenik baik di laboratorium
maupun di hewan ternak secara potensial memiliki dampak utama terhadap hewan yang
diamati. Area tertentu dimana masalah dapat terjadi adalah pada proses eksperimental yang
berhubungan dengan produksi in vitro dan transfer embrio serta selama gestasi dan kelahiran
hewan yang dimanipulasi. Pada hewan ternak, dibandingkan dengan IB, prosedur yang
digunakan sebelum dan sesudah mikroinjeksi (contohnya kultur in vitro dan transfer embrio)
mungkin memperpanjang gestasi, meningkatkan bobot lahir dan menyebabkan insiden
kesulitan lahir dan kehilangan perinatal yang lebih tinggi.
Saat ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara negara maju.
Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa
genetika, kultur jaringan, DNA,rekombinan pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-
lain. Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit
genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS.
Penelitian di bidang pengembangan sel induk juga memungkinkan para penderita stroke
ataupun penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh
dapat sembuh seperti sediakala. Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa
genetika, kultur jaringan dan rekombinan DNA, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan
4
produk unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta
juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan. Penerapan bioteknologi di masa
ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada
penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang
bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.
Bahan pangan hewani merupakan kebutuhan pokok manusia untuk hidup sehat,
kreatif, produktif dan cerdas. Menurut Prof. I.K Han (1999) menyatakan adanya kaitan positif
antara tingkat konsumsi protein hewani dengan umur harapan hidup (UHH) dan pendapatan
perkapita. Delgado et. al (1999) menduga akan terjadi peningkatan produksi dan konsumsi
pangan hewani dimasa depan. Konsumsi daging penduduk dunia akan meningkat dari 233
juta ton (tahun 2000) menjadi 300 juta ton (tahun 2020). Konsumsi susu naik dari 568 juta
ton menjadi 700 juta, sedangkan konsumsi telur sekitar 55 juta ton. Hal tersebut disebabkan
oleh bertambahnya jumlah penduduk dunia, meningkatnya kesejahteraan hidup dan
meningkatnya kesadaran gizi masyarakat dunia.
Akan tetapi, peningkatan kebutuhan pangan hewani, ternyata tidak diikuti oleh
ketersediaan pangan hewani secara murah, merata dan terjangkau. Teknologi budidaya
peternakan konvensional dan pertumbuhan populasi ternak yang cenderung lambat
merupakan salah satu faktor penyebabnya. Oleh karena itu, aplikasi bioteknologi diharapkan
dapat memainkan peranan penting dalam memacu pertumbuhan populasi ternak dan
meningkatkan mutu pangan hewani.
Menurut Sudrajat (2003) aplikasi bioteknologi peternakan dilakukan pada tiga bidang
utama, yaitu bioteknologi reproduksi (inseminasi buatan, transfer embrio dan rekayasa
genetik), bioteknologi pakan ternak dan bioteknologi bidang kesehatan hewan. Bioteknologi
peternakan dapat digunakan mempercepat pembangunan peternakan melalui peningkatan
daya reproduksi dan mutu genetik ternak, perbaikan kualitas pakan dan kualitas kesehatan
ternak.
Hewan transgenik merupakan satu alat riset biologi yang potensial dan sangat
menarik karena menjadi model yang unik untuk mengungkap fenomena biologi yang
spesifik. Sedangkan hewan transgenik menurut Federation of European Laboratory Animal
Associations adalah hewan dimana dengan sengaja telah dimodifikasi genome-nya, gen
disusun dari suatu organisme yang dapat mewarisi karakteristik tertentu. Dua alasan umum
mengapa hewan transgenic tetap diproduksi :
5
- Beberapa hewan transgenik diproduksi untuk mempunyai sifat ekonomis spesifik. Contoh,
ternak transgenic diciptakan untuk memproduksi susu yang mengandung protein khusus
manusia, dimana mungkin dapat membantu dalam perawatan penyakit emphysema pada
manusia (penyakit pembengkakan paru-paru karena pembuluh darah).
- Hewan transgenik lainnya diproduksi sebagai model penyakit (secara genetic hewan
dimanipulasi untuk menunjukkan gejala penyakit sehingga perawatan efektif dapat
dipelajari). Contoh, ilmuwan Harvard membuat terobosan besar secar ilmiah ketika mereka
diterima sebuah paten U.S. untuk keahlian tikus secara genetic, dimana tikus membawa gen
yang mengembangkan variasi kanker manusia.
1. Basis genetik penyakit hewan dan manusia, disain dan pengetesan terapinya;
2. Resistensi penyakit pada hewan dan manusia;
3. Terapi gen Hewan transgenik merupakan model untuk pertumbuhan, immunologis,
neurologis, reproduksi dan kelainan darah);
4. Obat-obatan dan pengetesan produk;
5. Pengembangan produk baru melalui “molecular farming”
Introduksi gen ke dalam hewan atau mikroorganisme dapat merubah sifat dari hewan
atau organisme tersebut agar dapat menghasilkan produk tertentu yang diperlukan oleh
manusia seperti factor IX dan hemoglobin manusia.
6
tujuan. Dengan penyisipan ini, peneliti ingin mengetahui apakah material genetik tertentu
dari satu hewan berhasil disisipkan pada hewan lain. Sebagai contoh, penyisipan gen ubur-
ubur membantu eksperimen Mayo Clinic mengetahui kesuksesan rekayasa kucing yang
resisten feline immunodeficiency virus (FIV).
Dalam konteks kelinci, penyisipan gen ubur-ubur bisa membatu peneliti melakukan
rekayasa genetika kelinci sehingga bisa dimanfaatkan sebagai "pabrik obat". Gen tertentu
bisa disisipkan pada kelinci sehingga hewan itu menghasilkan molekul tertentu yang
dibutuhkan. Molekul bisa dipanen dari air susu. Molekul itu sendiri bisa berupa obat-obatan.
Dengan membuat kelinci bercahaya, peneliti mampu membedakan kelinci yang sudah
membawa gen yang disisipkan dan yang tidak. Pemanfaatan kelinci efektif untuk
menghasilkan molekul tertentu. Produksi molekul menggunakan kelinci, seperti dikatakan,
lebih murah daripada produksi secara kimia di pabrik. Gen ubur-ubur, selain pada kelinci dan
kucing, juga pernah disisipkan pada babi dan anjing.
7
B. Spiliting pada Domba
C. Ikan salmon yang disisipkan hormon pertumbuhan menjadi 2 kali lipat besarnya
Bakteri bukan satu-satunya makhluk hidup yang dapa dimodifikasi dengan teknologi
DNA rekombinan atau yang dikenal rekayasa genetika. Rekayasa genetika juga dapat
menstransfer gen-gen tertentu ke tumbuhan berbunga, jamur, dan mamalia yang
mengakibatkan perubahan genotipe makhluk hidup tersebut atau disebut makhluk hidup
transgenik. Makhluk hidup transgenik merupakan makhluk hidup yang menerima gen-gen
8
dari spesies lain yang sama sekali berbeda tetapi masih dalam satu kingdom ataupun dapat
juga dari kingdom yang berbeda. Hewan maupun tumbuhan transgenik (Gambar 13.17)
dihasilkan dengan berbagai teknik, misalnya perpindahan gen menggunakan bantuan bakteri
Agrobacterium, mikroinjeksi, penembakan gen, kloning embrio.
Contoh transfer gen pada hewan adalah domba Tracey. Tracey merupakan domba
betina yang sehat dan normal, namun DNA-nya telah disisispi oleh gen manusia. Gen
manusia tersebut mengkode produksi protein alfa-1-antitripsin (ATT) berkhasiat untuk
mengobati penyakit paru-paru pada manusia, misalnya fibrosistik dan empisema
(menggelembungnya membran alveoli hingga pecah yang dapat menyebabkan bronkitis
kronis).
a. Kloning embrio
Kloning embrio telah digunakan untuk produksi hewan ternak, misalnya sapi atau
domba yang secara genetik identik. Pada sapi atau domba, setiap kehamilan hanya
mengandung seekor anak saja. Dengan teknik kloning embrio akan memungkinkan bagi
peternak untuk meningkatkan jumlah hewan ternaknya.
b. Transfer nucleus
Transfer nukleus (gen inti) adalah dengan memasukkan donor DNA dari hewan yang
karakternya diinginkan kedalam sel telur hewan yang intinya (DNA-nya) telah dihilangkan.
Setelah terbentuk embrio lalu embrio ditanamkan ke rahim induk hewan yang akan
membesarkannya. Contohnya adalah domba Dolly. Kloning pada hewan merupakan proses
yang mahal dengan kelebihan yang terbatas dibandingkan dengan teknik reproduksi lainnya.
Kloning pada hewan menimbulkan pertanyaan tentang kemungkinan kloning pada manusia.
Banyak negara yang melarang percobaan kloning manusia, selain bertentangan dengan
agama, juga dianggap melanggar estetika dan prinsip ilmu dan hukum kedokteran.
Saat ini kloning pada hewan belum dimanfaatkan secara maksimal karena mahal dan sulit
dikerjakan. Kloning pada mamalia akan dikombinasikan dengan bioteknologi lain untuk
menghasilkan organ-oragan tubuh hasil klon dan jaringan yang digunakan untuk
transplantasi.
9
2.5 Tanaman Transgenik
10
nutrisi, kelestarian lingkungan, dan nilai tambah tanaman-tanaman tertentu. Sebagai contoh,
beberapa tanaman transgenik yang dikembangkan adalah:
11
2.6 Metode yang Digunakan dalam Perakitan Tanaman Transgenik
2. Karbid silikon
Suspensi sel tanaman yang akan ditransformasi dicampur dengan serat karbid silikon
dan DNA plasmid dari gen yang diinginkan dimasukkan ke dalam tube (tabung eppendorf)
kemudian dicampur dan diputar menggunakan vortex.
3. Elektroporasi
Metode transfer DNA yang umum digunakan pada tanaman monokotil adalah
elektroporasi dari protoplas. Elektroporasi menggunakan perlakuan listrik bervoltase tinggi
menyebabkan permiabilitas tibnggi pada membran sel dengan membentuk pori-pori
sehingga DNA mudah penetrasi kedalam proptoplas. Perlakuan elektroporasi ini seringkali
dikombinasikan dengan perlakuan poly ethylene glycol (PEG) pada protoplas.
12
B. Transfer gen secara tidak langsung
Pada tanaman monokotil, transfer gen sering menggunakan Agrobacterium
tumefaciens. Agrobacterium tumefaciens strain liar (galur alami) memiliki plasmid Ti. Pada
plasmid Ti terdapat T-DNA digunakan sebagai vektor untuk transformasi tanaman yang
telah dihilangkan virulensinya (disarmed), sehingga sel tanaman yang ditransformasi mampu
beregenerasi menjadi tanaman sehat hasil rekayasa genetika. Gen yang diinginkan
dimasukkan ke dalam sel tanaman dengan cara menitipkannya (menyisipkan) pada T-DNA.
13
Phytopthora infestans
polygalacturonase Sejenis ikan yang Tahan lama dalam
Tomat Flavr Savr
(PG) hidup di Antartika penyimpanan
a. Tomat flavr Savr buahnya lambat masak sehingga mampu bertahan lama ketika di
simpan untuk di ekspor ke daerah lain dan mengurangi biaya pengemasan karena
tidak membutuhkan alat pendingin.
b. Jagung Bt tahan serangan hama Corn borer karena dapat menghasilkan toksin pada
bakteri.
14
c. Tomat Bt yang mengandung gen Bt mampu bertahan dari serangan hama karena
menghasilkan toksin yang dapat membunuh hamanya.
Tomat biasa yang tidak tahan hama Tomat Bt yang tahan hama
hama
e. Tomat lemrosato merupakan hasil transgenik dengan aroma lemon dan mawar yang
mengandung reduksi lycopen yang baik sebagai antioksidan yang baik buat tubuh.
15
f. Kentang hasil transgenik mampu menghasilkan senyawa toksin yang mampu
membunuh serangga penggerek akar yang dapat mengurangi jumlah produksi kentang
bahkan dapat membunuh tanaman kentang tersebut.
Adapun dampak negatif dari rekayasa transgenik meliputi beberapa aspek yaitu:
1. Aspek ekonomi
b. Aspek kesehatan
16
1. Potensi toksisitas bahan pangan dengan terjadinya transfer genetik di dalam tubuh
organisme transgenik akan muncul bahan kimia baru yang berpotensi menimbulkan pengaruh
toksisitas pada bahan pangan.
c. Aspek lingkungan
2. Potensi pergeseran gen daun tanaman tomat transgenik yang resisten terhadap serangga
Lepidoptera setelah 10 tahun ternyata mempunyai akar yang dapat mematikan
mikroorganisme dan organisme tanah, misalnya cacing tanah.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Transgenik berasal dari kata trans yang berarti pindah dan gen artinya pembawa sifat.
Jadi transgenik berarti memindahkan gen dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup
yang lain. Tujuan memindahkan gen tersebut untuk mendapatkan organisme baru
yang memiliki sifat lebih baik.
2. Hewan transgenik adalah hewan yang satu atau lebih gen telah diperkenalkan ke
dalam sel nonreproductive nya. Para hewan transgenik pertama diproduksi pada
tahun 1983 ketika gen untuk hormon pertumbuhan manusia diperkenalkan ke tikus.
3. Contoh yang dihasilkan transgenik pada hewan Kelinci Bersinar Hasil Rekayasa Gen,
Spiliting pada Domba, Ikan salmon yang disisipkan hormon pertumbuhan menjadi 2
kali lipat besarnya.
4. Transgenik adalah suatu organisme yang mengandung transgen melalui proses
bioteknologi (bukan proses pemuliaan tanaman), Transgen adalah gen asing yang
ditambahkan kepada suatu spesies.
5. Teknologi transfer gen digunakan untuk mendapatkan tanaman hasil rekayasa
genetika (tanaman transgenik) yang mempunyai sifat unggul yang diinginkan.
Metode transfer gen dibedakan menjadi dua yaitu transfer secara langsung dan
transfer tidak langsung.
18