Anda di halaman 1dari 8

CASE BIOETIKA-TANAMAN TRANSGENIK

WEEK 13

Anggota Kelompok 4 :

1. 041911333006 M. Iqbal Himawan


2. 041911333007 Elza Fitri Winata
3. 041911333008 Pingky Anggelia Wicahyanti
4. 041911333009 Pintari Nursapitri
5. 041911333023 Karawita Triandini
6. 041911333024 Della Ariyanti Rahayu Ninggar
7. 041911333030 Dian Nisa Pratiwi
8. 041911333038 Nines Aprilia
9. 041911333045 Adelia Putri A
10. 041911333050 Oki Fatmah Salsabila

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2022
PENDAHULUAN

Transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya melalui
penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan tertentu.
Organisme transgenik adalah organisme yang mendapatkan pindahan gen dari organisme
lain. Gen yang ditransfer dapat berasal dari jenis (spesies) lain seperti bakteri, virus, hewan,
atau tanaman lain. Secara ontologi tanaman transgenik adalah suatu produk rekayasa genetika
melalui transformasi gen dari makhluk hidup lain ke dalam tanaman yang tujuannya untuk
menghasilkan tanaman baru yang memiliki sifat unggul yang lebih baik dari tanaman
sebelumnya. Pembuatan tanaman transgenik adalah dengan cara gen yang telah diidentifikasi
diisolasi dan kemudian dimasukkan ke dalam sel tanaman. Melalui suatu sistem tertentu, sel
tanaman yang membawa gen tersebut dapat dipisahkan dari sel tanaman yang tidak
membawa gen. Tanaman pembawa gen ini kemudian ditumbuhkan secara normal. Tanaman
inilah yang disebut sebagai tanaman transgenik karena ada gen asing yang telah dipindahkan
dari makhluk hidup lain ke tanaman tersebut.

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan tentang genetika dan


biologi perkembangan, manusia telah mampu memasukkan atau meningkatkan sifat-sifat
tertentu pada sel atau virus melalui modifikasi DNA, untuk menghasilkan produk yang
bermanfaat bagi manusia. Tindakan ini disebut dengan rekayasa genetika. Namun
sebagaimana istilah-istilah lainnya, istilah rekayasa genetika pun bisa diartikan
macam-macam. Kadang-kadang rekayasa genetika diartikan dengan bioteknologi, sehingga
orang yang anti terhadap rekayasa genetika mungkin membuat tulisan semacam ini,
"Bioteknologi, Imperialisme Modal dan Kejahatan Globalisasi" dan sebagian besar tulisannya
adalah mengenai rekayasa genetika. Padahal bioteknologi bukan hanya mencakup rekayasa
genetika karena termasuk kultur jaringan, produksi enzim dan lain-lain. Bahkan membuat
keju atau yoghurt pun sering diartikan sebagai bioteknologi.

Ada pula yang mengartikan rekayasa genetika ini sebagai modifikasi genetik makhluk
hidup. Dengan demikian praktek pemuliaan baik tanaman maupun hewan baik melalui
pemuliaan selektif (memilih bibit yang paling menguntungkan dari pertanian sebelumnya
untuk penanaman berikutnya) yang sudah dilakukan manusia ribuan tahun silam tergolong
rekayasa genetika. Begitu pula praktek kawin silang, usaha mematikan gen-gen tertentu
sampai mengcopy kode DNA suatu spesies untuk dimasukkan ke genom spesies lainnya.
Namun biasanya pengertian rekayasa genetika yang banyak dipakai adalah yang terakhir,
yaitu memindahkan atau mengcopy kode DNA satu spesies ke DNA spesies lain hingga
menghasilkan GMO (Genetically Modified Organism) atau produk transgenik.

Kesejahteraan suatu bangsa tidak cukup dipenuhi semata oleh kekayaan material yang
diproduksi oleh teknologi yang dikuasainya. Kontribusi teknologi pada kemajuan budaya
bangsa telah dicatat oleh manusia bahkan sejak jaman pra-sejarah. Pada abad 21 ini,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghasilkan konvergensi pada sejumlah
teknologi fundamental. Kontribusi berbagai produk teknologi fundamental tersebut, maupun
kombinasinya, disamping telah menjadikan unsur-unsur penting yang dibutuhkan untuk
kesejahteraan kehidupan, telah pula dan akan terus menghasilkan berbagai dampak yang
saling mempengaruhi secara berantai satu terhadap yang lainnya (Tjokronegoro, 2008).

Dalam setiap kebudayaan selalu terdapat ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi,
yang digunakan sebagai acuan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan beserta
isinya, serta digunakan sebagai alat untuk mengeksploitasi, mengolah dan memanfaatkannya
untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia. Sains dan teknologi dapat berkembang
melalui kreativitas penemuan (discovery), penciptaan (invention), melalui berbagai bentuk
inovasi dan rekayasa (Tjokronegoro, 2008).

Perkembangan IPTEK dalam bidang pangan dimungkinkan karena adanya


pendidikan, penelitian dan pengembangan di bidang pertanian terutama dalam peningkatan
produktivitas melalui rekayasa genetika (bioteknologi modern). Namun di sisi lain
perkembangan tersebut dapat berdampak fatal. Dengan pesatnya pertumbuhan populasi
dunia, sangat membutuhkan upaya peningkatan suplay pangan yang demikian besar pula.
Salah satu alternatif upaya penyelesaian masalah pangan adalah dengan Genetically Modified
Organism(GMO) atau teknologi transgenik (Matsui, Miyazaki, Kasamo, 1997). Tanaman
dihasilkan melalui rekayasa genetika dengan memindahkan satu atau beberapa gen yang
dikehendaki dari suatu sumber gen ke tanaman yang dikehendaki. Sumber gen di sini bisa
berarti sesama tanaman satu famili atau beda famili bahkan bisa dari organisme lain misalnya
gen bakteri.

Perkembangan GMO yang luar biasa di tiga tahun terakhir membawa kekhawatiran
dan persepsi masyarakat umum. Pro dan kontra tanaman transgenik ini tidak hanya terjadi di
luar negeri tetapi juga di Indonesia. Di Indonesia, meski tak sampai merusak areal tanaman
petani, kalangan aktivis lingkungan dan petani protes keras akan keberadaan GMO. Empat
lembaga non-pemerintah/LSM (KONPHALINDO, YLKI, PAN Indonesia, dan ICEL)
terang-terangan menolak SK Menteri Pertanian No. 107/Kpts/KB/430/2/2001 tentang
Pelepasan Terbatas Kapas Transgenik Bt DP 5690B sebagai Varietas Unggul, dan ditanam di
tujuh kabupaten di Sulsel (Intisari, 2003). Ada alasan yang mendasar mengapa keberadaan
tanaman transgenik menjadi pro dan kontra. Menyimak kontroversi mengenai GMO, bagi
mereka yang memahami hakikat teknologi GMO beserta dampaknya, akan sangat mudah
memahami kontroversi yang berkepanjangan ini tetapi bagi yang belum mengerti hal tersebut
perlu adanya kajian yang lebih lanjut. Secara jujur dapat dikatakan pertentangan ini terjadi
karena penguasaan GMO atau teknologi transgenik sendiri tidak dikuasai secara benar dan
jernih karena lebih mengedepankan sifat apatisme.

ANALISIS BERDASARKAN 17 PRINCIPLE UNESCO


1. Prinsip Protecting Future Generations
Tanaman transgenik merupakan salah satu produk bioteknologi. Secara aksiologis,
bioteknologi adalah teknik yang mengubah suatu bahan mentah melalui proses
transformasi biologi untuk menghasilkan barang dan jasa yang bermanfaat demi
kelangsungan hidup manusia sepanjang hayatnya dengan tujuan akhir agar manusia
dapat survive.

2. Prinsip Social Responsibility and Health


Sedangkan di bidang kesehatan, sudah jelas dapat mengatasi penyakit dengan melakukan
pengubahan terhadap susunan gen-gen yang termutasi. Produksi hormon insulin untuk
pengidap diabetes mellitus juga adanya pra-Implantasi Genetik Diagnosis yang
memungkinkan stem cells memproduksi sel-sel yang diacu karena kekurangan.Dengan
kecerdasan, maka manusia dapat mencari dan mengembangkan ilmu, termasuk
bioteknologi dan rekayasa genetika tanaman setinggi-tingginya demi kesejahteraan
manusia sendiri. Hal ini sesuai fitrah bahwa semua yang ada dalam diri adalah
pemberian-Nya, maka ilmu pengetahuan pun akan dapat sejalan dengan etika dan moral.

3. Prinsip Sharing of Benefits


Dengan adanya bioteknologi berupa tanaman transgenik ini, juga memudahkan manusia
dalam mengolah pertanian, dengan lahan yang sempit, ternyata tanaman yang dihasilkan
lebih banyak dan berkualitas dari segi ukuran, rasa, mutu, serta tahan hama penyakit.
ANALISIS BERDASARKAN PANDANGAN AGAMA ISLAM
Masih banyak masyarakat yang pro dan kontra terhadap penggunaan tanaman
transgenik terutama melihat pada potensi pemanfaatan tanaman transgenik. Produk
transgenik dapat mengganggu keseimbangan ekosistem karena dapat membuat hama atau
gulma menjadi resisten (tahan) di lingkungan tersebut serta masih dalam penelitian tentang
kehalalan tanaman ini. MUI mengeluarkan fatwa mengenai hal ini yang tertuang dalam

Fatwa MUI Nomor 35 Tahun 2013 tentang Rekayasa Genetika dan Produknya.
1) Melakukan rekayasa genetika terhadap hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme adalah
mubah (boleh), dengan syarat; (a) Dilakukan untuk kemaslahatan (bermanfaat), (b)
Tidak menimbulkan mudharat (bahaya) bagi manusia maupun lingkungan, (c) Tidak
menggunakan gen atau bagian lain yang berasal dari tubuh manusia.
2) Tumbuh-tumbuhan hasil rekayasa genetika adalah halal dan boleh digunakan, dengan
syarat; (a) Bermanfaat dan (b) Tidak membahayakan.
3) Hewan hasil rekayasa genetika adalah halal, dengan syarat; (a) Hewannya termasuk
dalam kategori ma’kul al-lahm (jenis hewan yang dagingnya halal dikonsumsi), (b)
Bermanfaat dan (c) Tidak membahayakan.
4) Produk hasil rekayasa genetika pada produk pangan, obat-obatan, dan kosmetika adalah
halal dengan syarat; (a) Bermanfaat, (b) Tidak membahayakan, dan (c) Sumber asal gen
pada produk rekayasa genetika bukan berasal dari yang haram.

Istinbath (pengambilan dasar hukum) Fatwa halal MUI ini didasarkan pada:
1. Dasar ayat Al Qur'an yang digunakan adalah :
a. QS. al-Jatsiyah : 13

َ‫ت لِّقَوْ ٍم يَّتَفَ َّكرُوْ ن‬ َ ِ‫ض َج ِم ْيعًا ِّم ْنهُ ۗاِ َّن فِ ْي ٰذل‬
ٍ ‫ك اَل ٰ ٰي‬ ِ ْ‫ت َو َما فِى ااْل َر‬
ِ ‫َو َس َّخ َر لَ ُك ْم َّما فِى السَّمٰ ٰو‬

"Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir".

b. QS. Al-An'am : 99

َ‫َضرًا ُّن ْخ ِر ُج ِم ْنهُ َحبًّا ُّمتَ َرا ِكب ًۚا َو ِمن‬ ِ ‫ي اَ ْن َز َل ِمنَ ال َّس َم ۤا ِء َم ۤا ۚ ًء فَا َ ْخ َرجْ نَا بِ ٖه نَبَاتَ ُكلِّ َش ْي ٍء فَا َ ْخ َرجْ نَا ِم ْنهُ خ‬ ْٓ ‫َوهُ َو الَّ ِذ‬
‫ب َّوال َّز ْيتُوْ نَ َوالرُّ َّمانَ ُم ْشتَبِهًا َّو َغ ْي َر ُمتَ َشابِ ۗ ٍه اُ ْنظُر ُْٓوا اِ ٰلى ثَ َم ِر ٖ ٓه اِ َٓذا اَ ْث َم َر‬ ٍ ّ‫ان دَانِيَةٌ َّو َج ٰن‬
ٍ ‫ت ِّم ْن اَ ْعنَا‬ ٌ ‫النَّ ْخ ِل ِم ْن طَ ْل ِعهَا قِ ْن َو‬
ٍ ‫َويَ ْن ِع ٖه ۗاِ َّن فِ ْي ٰذلِ ُك ْم اَل ٰ ٰي‬
َ‫ت لِّقَوْ ٍم يُّْؤ ِمنُوْ ن‬
“Dan Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu
segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu
tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir
yang banyak; dan dari mayang kurma, mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan
kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan
yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya pada waktu berbuah, dan menjadi masak.
Sungguh, pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang beriman.”

2. Hadis Rasulullah SAW, antara lain:


❖ HR. Ibnu Majah, al- Baihaqi, alHakim, at-Thabrani, dan at-Tirmidzi.
“Salman al-Farisi berkata: Rasulullah SAW ditanya tentang minyak samin, keju dan
bulu, beliau bersabda: halal adalah apa yang dihalalkan Allah dalam KitabNya,
haram adalah apa yang diharamkanNya dalam KitabNya, sedang yang tidak disebut
dalam keduanya maka dibolehkan”.

❖ HR. Muslim, Ibn Khuzaimah, dan Ibn Hibban)


Dari Anas ra bahwa Rasulullah saw bertemu dengan sekelompok orang yang sedang
melakukan pembenihan kurma lantas nabi saw bersabda: “Seandainya jika tidak
kalian lakukan (apa yang sekarang kamu lakukan) mungkin lebih baik hasilnya, dan
kemudian (saat panen) keluar kurma dengan kualitas jelek. Nabi saw kemudian
bertemu kembali dengan mereka seraya bertanya: “Bagaimana kondisi panen
kurmamu? Para sahabat tersebut berkata begini dan begitu. Rasul pun bersabda:
“Kalian lebih tahu tentang urusan dunia kalian”.

❖ (HR. Ahmad, Malik, dan Ibn Majah)


Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: Tidak boleh
membahayakan/merugikan orang lain dan tidak boleh (pula) membalas bahaya
(kerugian yang ditimbulkan oleh orang lain) dengan bahaya (perbuatan yang
merugikannya).”

Oleh karena itu diperbolehkan untuk menelan produk rekayasa genetika selama
mereka tidak termasuk unsur-unsur yang dilarang oleh syariah Islam. Karena memakan
makanan yang halal dan thayyib (sempurna) membuat pikiran, jiwa, dan tubuh manusia
tetap terjaga sehingga amal ibadah yang dilakukan bisa optimal dan diterima oleh Allah
SWT.
KESIMPULAN

Para pakar (scientists) yang berada di Dunia Islam jelas memerlukan adanya bio-etika
maupun biosafety-act, yang dapat digunakan sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan aplikasi teknologinya. Diperlukan biosafety-act yang
mengatur tentang operasionalisasi proses mutagenesis, agar cukup terkontrol sehingga tidak
memunculkan GMO yang tidak dikehendaki. Namun, bioetika maupun biosafety-act yang
akan dibuat ini harus berpijak pada nilai-nilai Quraniyah, agar kita tidak terjerumus ke
hal-ha1 yang- dapat membawa bencana kepada tatanan kernanusiaan tersebut.
REFERENSI

https://halal.unair.ac.id/2018/10/24/halal-kah-produk-bioteknologi-gmo-genetically-modified
-organism-hasil-rekayasa-genetika/

Sugianto.2017.Kajian Bioetika Tanaman Transgenik. Jurnal Biologi and Pendidikan Biologi,


Vol 1 No 2-01-2017.

Anda mungkin juga menyukai