WEEK 13
Anggota Kelompok 4 :
Transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya melalui
penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan tertentu.
Organisme transgenik adalah organisme yang mendapatkan pindahan gen dari organisme
lain. Gen yang ditransfer dapat berasal dari jenis (spesies) lain seperti bakteri, virus, hewan,
atau tanaman lain. Secara ontologi tanaman transgenik adalah suatu produk rekayasa genetika
melalui transformasi gen dari makhluk hidup lain ke dalam tanaman yang tujuannya untuk
menghasilkan tanaman baru yang memiliki sifat unggul yang lebih baik dari tanaman
sebelumnya. Pembuatan tanaman transgenik adalah dengan cara gen yang telah diidentifikasi
diisolasi dan kemudian dimasukkan ke dalam sel tanaman. Melalui suatu sistem tertentu, sel
tanaman yang membawa gen tersebut dapat dipisahkan dari sel tanaman yang tidak
membawa gen. Tanaman pembawa gen ini kemudian ditumbuhkan secara normal. Tanaman
inilah yang disebut sebagai tanaman transgenik karena ada gen asing yang telah dipindahkan
dari makhluk hidup lain ke tanaman tersebut.
Ada pula yang mengartikan rekayasa genetika ini sebagai modifikasi genetik makhluk
hidup. Dengan demikian praktek pemuliaan baik tanaman maupun hewan baik melalui
pemuliaan selektif (memilih bibit yang paling menguntungkan dari pertanian sebelumnya
untuk penanaman berikutnya) yang sudah dilakukan manusia ribuan tahun silam tergolong
rekayasa genetika. Begitu pula praktek kawin silang, usaha mematikan gen-gen tertentu
sampai mengcopy kode DNA suatu spesies untuk dimasukkan ke genom spesies lainnya.
Namun biasanya pengertian rekayasa genetika yang banyak dipakai adalah yang terakhir,
yaitu memindahkan atau mengcopy kode DNA satu spesies ke DNA spesies lain hingga
menghasilkan GMO (Genetically Modified Organism) atau produk transgenik.
Kesejahteraan suatu bangsa tidak cukup dipenuhi semata oleh kekayaan material yang
diproduksi oleh teknologi yang dikuasainya. Kontribusi teknologi pada kemajuan budaya
bangsa telah dicatat oleh manusia bahkan sejak jaman pra-sejarah. Pada abad 21 ini,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menghasilkan konvergensi pada sejumlah
teknologi fundamental. Kontribusi berbagai produk teknologi fundamental tersebut, maupun
kombinasinya, disamping telah menjadikan unsur-unsur penting yang dibutuhkan untuk
kesejahteraan kehidupan, telah pula dan akan terus menghasilkan berbagai dampak yang
saling mempengaruhi secara berantai satu terhadap yang lainnya (Tjokronegoro, 2008).
Dalam setiap kebudayaan selalu terdapat ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi,
yang digunakan sebagai acuan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan beserta
isinya, serta digunakan sebagai alat untuk mengeksploitasi, mengolah dan memanfaatkannya
untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia. Sains dan teknologi dapat berkembang
melalui kreativitas penemuan (discovery), penciptaan (invention), melalui berbagai bentuk
inovasi dan rekayasa (Tjokronegoro, 2008).
Perkembangan GMO yang luar biasa di tiga tahun terakhir membawa kekhawatiran
dan persepsi masyarakat umum. Pro dan kontra tanaman transgenik ini tidak hanya terjadi di
luar negeri tetapi juga di Indonesia. Di Indonesia, meski tak sampai merusak areal tanaman
petani, kalangan aktivis lingkungan dan petani protes keras akan keberadaan GMO. Empat
lembaga non-pemerintah/LSM (KONPHALINDO, YLKI, PAN Indonesia, dan ICEL)
terang-terangan menolak SK Menteri Pertanian No. 107/Kpts/KB/430/2/2001 tentang
Pelepasan Terbatas Kapas Transgenik Bt DP 5690B sebagai Varietas Unggul, dan ditanam di
tujuh kabupaten di Sulsel (Intisari, 2003). Ada alasan yang mendasar mengapa keberadaan
tanaman transgenik menjadi pro dan kontra. Menyimak kontroversi mengenai GMO, bagi
mereka yang memahami hakikat teknologi GMO beserta dampaknya, akan sangat mudah
memahami kontroversi yang berkepanjangan ini tetapi bagi yang belum mengerti hal tersebut
perlu adanya kajian yang lebih lanjut. Secara jujur dapat dikatakan pertentangan ini terjadi
karena penguasaan GMO atau teknologi transgenik sendiri tidak dikuasai secara benar dan
jernih karena lebih mengedepankan sifat apatisme.
Fatwa MUI Nomor 35 Tahun 2013 tentang Rekayasa Genetika dan Produknya.
1) Melakukan rekayasa genetika terhadap hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme adalah
mubah (boleh), dengan syarat; (a) Dilakukan untuk kemaslahatan (bermanfaat), (b)
Tidak menimbulkan mudharat (bahaya) bagi manusia maupun lingkungan, (c) Tidak
menggunakan gen atau bagian lain yang berasal dari tubuh manusia.
2) Tumbuh-tumbuhan hasil rekayasa genetika adalah halal dan boleh digunakan, dengan
syarat; (a) Bermanfaat dan (b) Tidak membahayakan.
3) Hewan hasil rekayasa genetika adalah halal, dengan syarat; (a) Hewannya termasuk
dalam kategori ma’kul al-lahm (jenis hewan yang dagingnya halal dikonsumsi), (b)
Bermanfaat dan (c) Tidak membahayakan.
4) Produk hasil rekayasa genetika pada produk pangan, obat-obatan, dan kosmetika adalah
halal dengan syarat; (a) Bermanfaat, (b) Tidak membahayakan, dan (c) Sumber asal gen
pada produk rekayasa genetika bukan berasal dari yang haram.
Istinbath (pengambilan dasar hukum) Fatwa halal MUI ini didasarkan pada:
1. Dasar ayat Al Qur'an yang digunakan adalah :
a. QS. al-Jatsiyah : 13
َت لِّقَوْ ٍم يَّتَفَ َّكرُوْ ن َ ِض َج ِم ْيعًا ِّم ْنهُ ۗاِ َّن فِ ْي ٰذل
ٍ ك اَل ٰ ٰي ِ ْت َو َما فِى ااْل َر
ِ َو َس َّخ َر لَ ُك ْم َّما فِى السَّمٰ ٰو
"Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di
bumi semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir".
b. QS. Al-An'am : 99
ََضرًا ُّن ْخ ِر ُج ِم ْنهُ َحبًّا ُّمتَ َرا ِكب ًۚا َو ِمن ِ ي اَ ْن َز َل ِمنَ ال َّس َم ۤا ِء َم ۤا ۚ ًء فَا َ ْخ َرجْ نَا بِ ٖه نَبَاتَ ُكلِّ َش ْي ٍء فَا َ ْخ َرجْ نَا ِم ْنهُ خ ْٓ َوهُ َو الَّ ِذ
ب َّوال َّز ْيتُوْ نَ َوالرُّ َّمانَ ُم ْشتَبِهًا َّو َغ ْي َر ُمتَ َشابِ ۗ ٍه اُ ْنظُر ُْٓوا اِ ٰلى ثَ َم ِر ٖ ٓه اِ َٓذا اَ ْث َم َر ٍ ّان دَانِيَةٌ َّو َج ٰن
ٍ ت ِّم ْن اَ ْعنَا ٌ النَّ ْخ ِل ِم ْن طَ ْل ِعهَا قِ ْن َو
ٍ َويَ ْن ِع ٖه ۗاِ َّن فِ ْي ٰذلِ ُك ْم اَل ٰ ٰي
َت لِّقَوْ ٍم يُّْؤ ِمنُوْ ن
“Dan Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu
segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu
tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir
yang banyak; dan dari mayang kurma, mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan
kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan
yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya pada waktu berbuah, dan menjadi masak.
Sungguh, pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang beriman.”
Oleh karena itu diperbolehkan untuk menelan produk rekayasa genetika selama
mereka tidak termasuk unsur-unsur yang dilarang oleh syariah Islam. Karena memakan
makanan yang halal dan thayyib (sempurna) membuat pikiran, jiwa, dan tubuh manusia
tetap terjaga sehingga amal ibadah yang dilakukan bisa optimal dan diterima oleh Allah
SWT.
KESIMPULAN
Para pakar (scientists) yang berada di Dunia Islam jelas memerlukan adanya bio-etika
maupun biosafety-act, yang dapat digunakan sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan aplikasi teknologinya. Diperlukan biosafety-act yang
mengatur tentang operasionalisasi proses mutagenesis, agar cukup terkontrol sehingga tidak
memunculkan GMO yang tidak dikehendaki. Namun, bioetika maupun biosafety-act yang
akan dibuat ini harus berpijak pada nilai-nilai Quraniyah, agar kita tidak terjerumus ke
hal-ha1 yang- dapat membawa bencana kepada tatanan kernanusiaan tersebut.
REFERENSI
https://halal.unair.ac.id/2018/10/24/halal-kah-produk-bioteknologi-gmo-genetically-modified
-organism-hasil-rekayasa-genetika/