PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah perkembangan genetika sebagai ilmu pengetahuan dimulaimenjelang akhir abad
ke 19 ketika seorang biarawan Austria bernama Gregor Johann Mendel berhasil melakukan
analisis yang cermat dengan interpretasi yangtepat atas hasil-hasil percobaan persilangannya
pada tanaman kacang ercis (Pisum satifum).
Genetika adalah kata yang dipinjam dari bahasa Belanda:genetica, adaptasi dari bahasa
Inggris: genetics, dibentuk dari kata bahasa Yunani genno, yang berarti “melahirkan”. Genetika
merupakan cabang biologi yang mempelajari pewarisan sifat pada organisme maupun
suborganisme (seperti virus dan prion) Maka, dapat juga dikatakan bahwa genetika adalah ilmu
tentang gen dan segala aspeknya.
Rekayasa atau biasa juga disebut dengan teknik adalah penerapan ilmu dan teknologi
untuk menyelesaikan permasalahan manusia. Hal ini diselesaikan lewat pengetahuan, ataupun
pengalaman dari trial dan error. Dan rekayasa juga mengalami perkembangan layaknya lomba
lari estapet yang meneruskanteknologi generasi sebelumnya.
Maka, Rekayasa genetika dalam arti luas adalah teknologi dalam penerapan genetika
untuk membantu masalah dan kepentingan apapun dari manusia. Dengan segala pengetahuan
dan pengalaman dari trial dan error tersebut manusia dapat mengembangkan produk-produk
yang bermanfaat bagi manusia itu sendiri.
Saat ini sudah menjadi berita biasa apabila organisme-organisme seperti domba, babi dan
kera, didapatkan melalui teknik rekayasa genetika yang disebut cloning. Sementara itu, pada
manusia telah di lakukan pemetaan seluruh genom atau dikenal sebagai proyek genom manusia
(human genom project).
Secara konvensional, pemuliaan tanaman dan rekayasa genetika sebenarnya telah
dilakukan oleh para petani melalui proses penyilangan dan perbaikan tanaman sejak zaman
dahulu. Misalnya melalui tahap penyilangan dan seleksi tanaman dengan tujuan tanaman
tersebut menjadi lebih besar, kuat, dan lebih tahan terhadap penyakit. Prinsip rekayasa genetika
sama dengan pemuliaan tanaman, yaitu memperbaiki sifat-sifat tanaman dengan menambahkan
sifat-sifat ketahanan terhadap cekaman mahluk hidup pengganggu maupun cekaman lingkungan
yang kurang menguntungkan serta memperbaiki kualitas nutrisi makanan.
Rekayasa genetika adalah kelanjutan dari pemuliaan secara tradisional. Dalam arti paling
luas, rekayasa genetika merupakan penerapan genetika untuk kepentingan manusia akan tetapi
masyarakat ilmiah sekarang lebih bersepakat dengan batasan yang lebih sempit, yaitu penerapan
teknik-teknik genetika molekuler untuk mengubah susunan genetik dalam kromosom atau
mengubah sistem ekspresi genetik yang diarahkan pada kemanfaatan tertentu.
Objek rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan organisme, mulai dari virus,
bakteri, fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat tinggi, hingga tumbuh-tumbuhan. Bidang
kedokteran dan farmasi paling banyak berinvestasi di bidang yang relatif baru ini. Sementara itu
bidang lain, seperti ilmu pangan, kedokteran hewan, pertanian (termasuk peternakan dan
perikanan), serta teknik lingkungan juga telah melibatkan ilmu ini untuk mengembangkan
bidang masing-masing
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan rekayasa genetik?
2. Apa tujuan rekayasa genetik?
3. Apa manfaat rekayasa genetik?
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Partenokarpi Alami
Partenokarpi dapat terjadi secara alami (genetik) pada beberapa jenis tanaman saja
(terbatas), misalnya pada pisang (triploid), tomat, dan manggis. Partenokarpi dapat dibedakan
menjadi dua tipe, yaitu obligator dan fakultatif. Partenokarpi disebut obligator apabila terjadi
secara alami (genetik) tanpa adanya pengaruh dari luar. Hal ini dapat terjadi karena tanaman
tersebut secara genetik memiliki gen penyebab partenokarpi, misalnya pada tanaman pisang
yang kebanyakan triploid. Tanaman triploid ini memiliki mekanisme penghambatan
perkembangan biji atau embrio sejak awal, sehingga buah yang terbentuk tanpa biji. Sedangkan
partenokarpi fakultatif apabila terjadinya karena ada faktor/pengaruh dari luar, misalnya pada
tanaman tomat dapat terjadi pembentukan buah partenokarpi pada suhu dingin atau suhu panas.
2. Partenokarpi Buatan
a. Aplikasi zat pengatur tumbuh
Zat pengatur tumbuh berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kandungan
auksin (IAA) endogen dalam bakal buah (ovary), baik setelah polinasi dan fertilisasi ataupun
setelah aplikasi ZPT dari luar. Kadar auksin selama perkembangan bakal buah berbeda-
beda untuk setiap tanaman, tetapi umumnya meningkat pada saat 20 hari setelah
pembungaan (anthesis) baik pada bunga yang diserbuki atau yang disemprot auksin.
Peningkatan kadar IAA pada bakal buah akan merangsang pertumbuhan dan perkembangan
buah pada fase awal pembungaan. Mekanisme inilah yang mengilhami para ahli bioteknologi
pertanian dalam pembentukan buah partenokarpi melalui rekayasa genetika.
B. Saran
Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan baik dari segi materi maupun bahasanya. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan
datang.