1
Pada dasarnya rekayasa genetika di bidang pertanian bertujuan untuk
menciptakan ketahanan pangan suatu negara dengan cara meningkatkan produksi,
kualitas, dan upaya penanganan pascapanen serta prosesing hasil pertanian.
Peningkatkan produksi pangan melalui revolusi gen ini ternyata memperlihatkan hasil
yang jauh melampaui produksi pangan yang dicapai dalam era revolusi hijau. Di
samping itu, kualitas gizi serta daya simpan produk pertanian juga dapat ditingkatkan
sehingga secara ekonomi memberikan keuntungan yang cukup nyata. Adapun dampak
positif yang sebenarnya diharapkan akan menyertai penemuan produk pangan hasil
rekayasa genetika adalah terciptanya keanekaragaman hayati yang lebih tinggi.
Di bidang peternakan hampir seluruh faktor produksi telah tersentuh oleh
teknologi DNA rekombinan, misalnya penurunan morbiditas penyakit ternak serta
perbaikan kualitas pakan dan bibit. Vaksin-vaksin untuk penyakit mulut dan kuku pada
sapi, rabies pada anjing, blue tongue pada domba, white-diarrhea pada babi, dan fish-
fibrosis pada ikan telah diproduksi menggunakan teknologi DNA rekombinan. Di
samping itu, juga telah dihasilkan hormon pertumbuhan untuk sapi (recombinant bovine
somatotropine atau rBST), babi (recombinant porcine somatotropine atau rPST), dan
ayam (chicken growth hormone). Penemuan ternak transgenik yang paling
menggegerkan dunia adalah ketika keberhasilan kloning domba Dolly diumumkan pada
tanggal 23 Februari 1997.
2. Bidang Perkebunan, Kehutanan, dan Florikultur
Perkebunan kelapa sawit transgenik dengan minyak sawit yang kadar
karotennya lebih tinggi saat ini mulai dirintis pengembangannya. Begitu pula, telah
dikembangkan perkebunan karet transgenik dengan kadar protein lateks yang lebih
tinggi dan perkebunan kapas transgenik yang mampu menghasilkan serat kapas
berwarna yang lebih kuat dan jugaketahanan tanaman terhadap hama, dengan
mengintroduksi gen Bt yang berhubungan dengan ketahanan serangga hama hasil
isolasi bakteri tanah Bacillus thuringiensis yang dapat memproduksi protein kristal yang
bekerja seperti insektisida (insecticidal crystal protein) yang dapat mematikan serangga
hama (Macintosh et al., 1990). Bacillus thuringiensis (Bt) adalah bakteri gram positif yang
berbentuk batang, aerobik dan membentuk spora. Banyak strain dari bakteri ini yang
menghasilkan protein yang beracun bagi serangga. Sejak diketahui potensi dari protein
kristal atau cry Bt sebagai agen pengendali serangga, semakin banyak dikembangkan
isolasi Bt yang mengandung berbagai jenis protein kristal. Dan sampai saat ini telah
diidentifikasi protein kristal yang beracun terhadap larva dari berbagai ordo serangga
yang menjadi hama pada tanaman pangan dan hortikultura. Kebanyakan dari protein
kristal tersebut lebih ramah lingkungan karena mempunyai target yang spesifik yaitu
mematikan serangga dan mudah terurai sehingga tidak menumpuk dan mencemari
lingkungan (Agus Krisno,, 2011).
4. Lingkungan
Rekayasa genetika ternyata sangat berpotensi untuk diaplikasikan dalam upaya
penyelamatan keanekaragaman hayati, bahkan dalam bioremidiasi lingkungan yang
sudah terlanjur rusak. Dewasa ini berbagai strain bakteri yang dapat digunakan untuk
membersihkan lingkungan dari bermacam-macam faktor pencemaran telah ditemukan
dan diproduksi dalam skala industri. Sebagai contoh, sejumlah pantai di salah satu
negara industri dilaporkan telah tercemari oleh metilmerkuri yang bersifat racun keras
baik bagi hewan maupun manusia meskipun dalam konsentrasi yang kecil sekali.
Detoksifikasi logam air raksa (merkuri) organik ini dilakukan menggunakan
tanaman Arabidopsis thaliana transgenik yang membawa gen bakteri tertentu yang
dapat menghasilkan produk untuk mendetoksifikasi air raksa organik.
Keragaman metabolisme mikroba juga digunakan dalam menangani limbah dari
sumber-sumber lain. Pabrik pengolahan air kotor mengandalkan kemampuan mikroba
untuk mendegradasi berbagai senyawa organik menjadi bentuk nontoksik. Akan tetapi,
peningkatan jumlah senyawa yang secara potensial berbahaya yang dilepas ke
lingkungan tidak lagi bisa didegradasi oleh mikroba yang tersedia secara alamiah,
hidrokarbon klorinasi merupakan contoh utamanya. Para ahli bioteknologi sedang
mencoba merekayasa mikroba untuk mendegradasi senyawa-senyawa ini. Mikroba ini
dapat digunakan dalam pabrik pengolahan air limbah atau digunakan oleh para
manufaktur sebelum senyawa-senyawa itu dilepas ke lingkungannya (Chambell et al,
2000)
5. Bidang Hukum dan Forensik
Pada kriminalitas dengan kekerasan, darah atau jaringan lain dengan jumlah
kecil dapat tertinggal di tempat kejadian perkara atau pada pakaian atau barang-barang
lain milik korban atau penyerangnya. Jika ada perkosaan, air mani dalam jumlah kecil
dapat ditemukan dari tubuh korban. Pengujian yang digunakan biasanya menggunakan
antibodi untuk menguji protein permukaan sel yang spesifik. Namun pengujian ini
membutuhkan jaringan yang agak segar dengan jumlah yang relatif banyak. Pengujian
DNA dapat mengidentifikasi pelaku dengan derajat kepastian yang jauh lebih tinggi
karena urutan DNA setiap orang itu unik. Analisis RFLP (Restriction Fragment Length
Polymorphims) dengan Southern blotting merupakan metode ampuh untuk
pendeteksian kemiripan dan perbedaan sampel DNA dan hanya membutuhkan darah
atau jaringan lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Misalnya dalam kasus pembunuhan
metode ini dapat digunakan untuk membandingkan sampel DNA dari tersangka, korban,
dan sedikit darah yang dijumpai di TKP. Probe radioaktif menandai pita elektroforesis
yang mengandung penanda RFLP tertentu. Biasanya saintis forensik menguji kira-kira
lima penanda, dengan kata lain hanya beberapa bagian DNA yang diuji. Akan tetapi,
rangkaian penanda dari suatu individu yang demikian sedikitpun sudah dapat
memberikan sidik jari DNA atau pola pita spesifik yang berguna untuk forensik karena
probabilitas bahwa dua orang akan memiliki rangkaian penanda RFLP yang tepat sama
adalah kecil. Autoradiografi meniru jenis bukti yang disajikan kepada para juri dalam
pengadilan percobaan pembunuhan.
Seperti yang diungkapkan oleh analisis RFLP, DNA dari noda darah pada
pakaian terdakwa sama persis dengan sidik jari DNA korban tetapi berbeda dari sidik jari
terdakwa. Ini membuktikan bahwa darah dari pakaian terdakwa berasal dari korban
bukan dari terdakwa sendiri.