Anda di halaman 1dari 5

Penerapan Rekayasa Genetika Dalam Kehidupan Manusia

Teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika telah melahirkan revolusi


baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia, yang dikenal sebagai revolusi gen.
Penerapan rekayasa genetika dalam kehidupan manusia menghasilkan berbagai produk
yang dapat meningkatkan kesejahteraan umat manusia sesuai dengan kebutuhannya.

Bidang Pertanian dan Peternakan


Dalam bidang pertanian telah dimanfaatkan untuk memberikan karakter atau sifat
baru pada berbagai jenis tanaman. Teknologi rekayasa genetika tanaman
memungkinkan pengintegrasian gen-gen yang berasal dari organisme lain untuk
perbaikan sifat tanaman. Beberapa contoh aplikasi rekayasa genetika di bidang
pertanian adalah mengembangkan tanaman transgenik yang memiliki sifat: 1) toleran
terhadap zat kimia tertentu (tahan herbisida); 2) tahan terhadap hama dan penyakit
tertentu; 3) mempunyai sifat-sifat khusus (misalnya tomat yang matangnya lama, padi
yang memproduksi beta-karoten dan vitamin A, kedelai dengan lemak tak jenuh rendah,
kentang dan pisang yang berkhasiat obat, dll.); 4) dapat mengambil nitrogen sendiri dari
udara (gen dari bakteri pemfiksasi nitrogen disisipkan ke tanaman sehingga tanaman
dapat memfiksasi nitrogen udara sendiri); dan 5) dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungan buruk (kekeringan, cuaca dingin, dan tanah dengan kandungan garam tinggi)
Teknologi pemindahan gen atau transformasi gen untuk mendapatkan tanaman
transgenik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Contoh
transfer gen secara langsung adalah perlakuan pada protoplas tanaman dengan
eletroporasi atau dengan polyethyleneglycol (PEG), penembakan eksplan gen dengan
gene gun atau di vortex dengan karbit silikon. Teknik pemindahan gen secara tak
langsung dilakukan dengan bantuan bakteri Agrobacterium tumefaciens.

1
Pada dasarnya rekayasa genetika di bidang pertanian bertujuan untuk
menciptakan ketahanan pangan suatu negara dengan cara meningkatkan produksi,
kualitas, dan upaya penanganan pascapanen serta prosesing hasil pertanian.
Peningkatkan produksi pangan melalui revolusi gen ini ternyata memperlihatkan hasil
yang jauh melampaui produksi pangan yang dicapai dalam era revolusi hijau. Di
samping itu, kualitas gizi serta daya simpan produk pertanian juga dapat ditingkatkan
sehingga secara ekonomi memberikan keuntungan yang cukup nyata. Adapun dampak
positif yang sebenarnya diharapkan akan menyertai penemuan produk pangan hasil
rekayasa genetika adalah terciptanya keanekaragaman hayati yang lebih tinggi.
Di bidang peternakan hampir seluruh faktor produksi telah tersentuh oleh
teknologi DNA rekombinan, misalnya penurunan morbiditas penyakit ternak serta
perbaikan kualitas pakan dan bibit. Vaksin-vaksin untuk penyakit mulut dan kuku pada
sapi, rabies pada anjing, blue tongue pada domba, white-diarrhea pada babi, dan fish-
fibrosis pada ikan telah diproduksi menggunakan teknologi DNA rekombinan. Di
samping itu, juga telah dihasilkan hormon pertumbuhan untuk sapi (recombinant bovine
somatotropine atau rBST), babi (recombinant porcine somatotropine atau rPST), dan
ayam (chicken growth hormone). Penemuan ternak transgenik yang paling
menggegerkan dunia adalah ketika keberhasilan kloning domba Dolly diumumkan pada
tanggal 23 Februari 1997.
2.   Bidang Perkebunan, Kehutanan, dan Florikultur
Perkebunan kelapa sawit transgenik dengan minyak sawit yang kadar
karotennya lebih tinggi saat ini mulai dirintis pengembangannya. Begitu pula, telah
dikembangkan perkebunan karet transgenik dengan kadar protein lateks yang lebih
tinggi dan perkebunan kapas transgenik yang mampu menghasilkan serat kapas
berwarna yang lebih kuat dan jugaketahanan tanaman terhadap hama, dengan
mengintroduksi gen Bt yang berhubungan dengan ketahanan serangga hama hasil
isolasi bakteri tanah Bacillus thuringiensis yang dapat memproduksi protein kristal yang
bekerja seperti insektisida (insecticidal crystal protein) yang dapat mematikan serangga
hama (Macintosh et al., 1990). Bacillus thuringiensis (Bt) adalah bakteri gram positif yang
berbentuk batang, aerobik dan membentuk spora. Banyak strain dari bakteri ini yang
menghasilkan protein yang beracun bagi serangga. Sejak diketahui potensi dari protein
kristal atau cry Bt sebagai agen pengendali serangga, semakin banyak dikembangkan
isolasi Bt yang mengandung berbagai jenis protein kristal. Dan sampai saat ini telah
diidentifikasi protein kristal yang beracun terhadap larva dari berbagai ordo serangga
yang menjadi hama pada tanaman pangan dan hortikultura. Kebanyakan dari protein
kristal tersebut lebih ramah lingkungan karena mempunyai target yang spesifik yaitu
mematikan serangga dan mudah terurai sehingga tidak menumpuk dan mencemari
lingkungan (Agus Krisno,, 2011).

Di bidang kehutanan telah dikembangkan tanaman jati transgenik, yang memiliki


struktur kayu lebih baik. Selain itu Fasilitas Uji Terbatas Pusat Penelitian Bioteknologi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menghasilkan tanaman sengon (Albazia
falcataria) transgenik pertama di dunia pada tahun 2010 lalu. Kayu sengon bernilai
ekonomis yang digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, perabotan
rumah tangga, pagar, hingga pulp dan kertas. Akar tunggangnya yang kuat, sehingga
baik ditanam di tepi kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu
kebijakan pemerintah (Sengonisasi) di sekitar daerah aliran sungai (DAS). Tanaman
sengon transgenik yang mengandung genxyloglucanase terbukti tumbuh lebih cepat dan
mengandung selulosa lebih tinggi daripada tanaman kontrol. Tanaman ini berpotensi
tumbuh lebih cepat saat dipindah ke lapangan.

Florikultur merupakan ilmu  yang mempelajari bagaimana cara budidaya bunga.


Florikultur merupakan praktek budidaya Hortikultura dan tumbuhan atau tanaman untuk
kebun, bunga segar untuk industri potong-Bunga dan dalam pot untuk digunakan dalam
ruangan. Hortikultura melibatkan ilmu bunga dan budidaya tanaman dan
di Floristry  dengan menggunakan teknik biokimia, fisiologi, pemuliaan tanaman serta
berbagai produksi  hasil tanaman, Florikultur selalu mencari hal-hal baru  bagaimana
cara menghasilkan tanaman dengan kualitas yang lebih baik dan meningkatkan
kemampuan mereka untuk melawan dampak lingkungan. Di bidang florikultur antara lain
telah diperoleh tanaman anggrek transgenik dengan masa kesegaran bunga yang lama
serta lebih tahan terhadap serangan hama. Demikian pula, telah dapat dihasilkan
beberapa jenis tanaman bunga transgenik lainnya dengan warna bunga yang diinginkan
dan masa kesegaran bunga yang lebih panjang.

 3.      Bidang Farmasi dan Industri


Di bidang farmasi, rekayasa genetika terbukti mampu menghasilkan berbagai
jenis obat dengan kualitas yang lebih baik sehingga memberikan harapan dalam upaya
penyembuhan sejumlah penyakit di masa mendatang. Bahan-bahan untuk
mendiagnosis berbagai macam penyakit dengan lebih akurat juga telah dapat
dihasilkan.
Teknik rekayasa genetika memungkinkan diperolehnya berbagai produk industri
farmasi penting seperti insulin, interferon, dan beberapa hormon pertumbuhan dengan
cara yang lebih efisien. Hal ini karena gen yang bertanggung jawab atas sintesis produk-
produk tersebut diklon ke dalam sel inang bakteri tertentu yang sangat cepat
pertumbuhannya dan hanya memerlukan cara kultivasi biasa. Dengan mentransfer gen
untuk produk protein yang dikehendaki ke dalam bakteri, ragi, dan jenis sel lainnya yang
mudah tumbuh di dalam kultur seseorang dapat memproduksi protein dalam jumlah
besar, yang secara alami hanya terdapat dalam jumlah sangat sedikit (Chambell et all,
2000)
1)      Pembuatan insulin melalui proses rekayasa genetika
Insulin adalah suatu hormon polipetida yang diproduksi dalam sel-sel β
kelenjar Langerhaens pankreas. Insulin berperan penting dalam regulasi kadar gula
darah (kadar gula darah dijaga 3,5-8,0 mmol/liter). Hormon insulin yang diproduksi oleh
tubuh kita dikenal juga sebagai sebutan insulin endogen. Namun, ketika kalenjar
pankreas mengalami gangguan sekresi guna memproduksi hormon insulin, disaat inilah
tubuh membutuhkan hormon insulin dari luar tubuh, dapat berupa obat buatan manusia
atau dikenal juga sebagai sebutan insulin eksogen. Kekurangan insulin dapat
menyebabkan penyakit seperti diabetes mellitus tergantung insulin (diabetes tipe I).
Insulin terdiri dari 51 asam amino. Molekul insulin disusun oleh 2 rantai polipeptida A
dan B yang dihubungkan dengan ikatan disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino
dan rantai B terdiri dari 30 asam amino.

Adapun proses pembuatan insulin dengan menggunakan plasmid pada


bakteri sebagai vektor pengklon (pembawa DNA) sebagai berikut:

1-      Pengisolasian vector dan DNA sumber gen


          Rangkaian DNA yang mengkode insulin dapat diisolasi dari gen manusia yang

sebelumnya telah ditumbuhkan dalam kultur di laboratorium


          Vektor yang digunakan berupa plasmid dari bakteri Escherichia coli. Plasmid
merupakan molekul DNA kecil, sirkuler, dapat bereplikasi sendiri dan terpisah dari
kromosom bakteri. Adapun plasmid yang digunakan mengandung gen:
         Amp-R yang terbukti memberikan resistensi pada sel inang terhadap antibiotik
amphisilin
         LacZ yang mengkode enzim β-galaktosidase yang menghidrolisis gula laktosa
Plasmid ini memiliki pengenalan tunggal untuk enzim restriksi endonuklease yang
digunakan dan urutan ini terletak dalam gen lacZ

2-      Penyelipan DNA ke dalam vector


-          Plasmid maupun DNA manusia dipotong dengan menggunakan enzim restriksi yang
sama dimana enzim ini memotong DNA plasmid pada tempat restriksi tunggalnya dan
mengganggu gen lacZ.
-          Mencampurkan fragmen DNA manusia dengan plasmid yang telah dipotong
-          Penambahan enzim ligase untuk membentuk ikatan kovalen antara keduanya

3-      Pemasukan plasmid ke dalam sel bakteri


-          Plasmid yang telah termodifikasi dicampurkan dalam kultur bakteri
-          Bakteri akan mengambil plasmid rekombinan secara spontan melalui proses
transformasi namun tidak semua bakteri yang akan mengambil plasmid rekombinan
yang diinginkan

4-      Pengklonaan sel dan gen asing


-          Bakteri hasil transformasi ditempatkan pada medium nutrient padat yang mengandung
amphisilin dan gula yang disebut X-gal. Amphisilin dalam medium yang akan
memastikan bahwa hanya bakteri yang mengandung plasmid yang dapat tumbuh
karena adanya resistensi dari amp-R. Sedangkan X-gal akan memudahkan identifikasi
koloni bakteri yang mengandung gen asing yang disisipkan. X-gal ini akan dihidrolisis
oleh β-galaktosidase menghasilkan produk berwarna biru, sehingga koloni bakteri yang
mengandung plasmid dengan gen β-galaktosidase utuh akan berwarna biru. Tetapi jika
suatu plasmid memiliki DNA asing yang diselipkan ke dalam gen lacZ-nya maka koloni
sel yang mengandung DNA asing ini akan berwarna putih karena sel tersebut tidak bisa
menghasilkan β-galaktosidase untuk menghidrolisis X-gal.

5-      Identifikasi klon sel yang membawa gen yang diinginkan


-          Setelah tumbuh membentuk koloni, bakteri yang mengandung DNA rekombinan
diidentifikasi menggunakan probe asam nukleat. Probe adalah rantai RNA atau rantai
tunggal DNA yang diberi label isotop radioaktif atau bahan fluorescent dan dapat
berpasangan dengan basa nitrogen tertentu dari DNA rekombinan. Pada langkah
pembuatan insulin ini probe yang digunakan adalah RNAd dari gen pengkode insulin
pankreas manusia. Untuk memilih koloni bakteri mana yang mengandung DNA
rekombinan, caranya adalah menempatkan bakteri pada kertas filter lalu disinari dengan
ultraviolet. Bakteri yang memiliki DNA rekombinan dan telah diberi probe akan tampak
bersinar.
Setelah mengidentifikasi klon sel yang diinginkan, kemudian ditumbuhkan
dalam kultur cair dalam tangki besar dan selanjutnya dengan mudah mengisolasi gen
tersebut dalam jumlah besar. Selain itu juga dapat digunakan sebagai probe untuk
mengidentifikasi gen yang serupa atau identik di dalam DNA dari sumber lain.
Pada industri pengolahan pangan, misalnya pada pembuatan keju, enzim renet
yang digunakan juga merupakan produk organisme transgenik. Hampir 40% keju keras
(hard cheese) yang diproduksi di Amerika Serikat menggunakan enzim yang berasal
dari organisme transgenik. Demikian pula, bahan-bahan food additive seperti penambah
cita rasa makanan, pengawet makanan, pewarna pangan, pengental pangan, dan
sebagainya saat ini banyak menggunakan produk organisme transgenik

4.      Lingkungan
Rekayasa genetika ternyata sangat berpotensi untuk diaplikasikan dalam upaya
penyelamatan keanekaragaman hayati, bahkan dalam bioremidiasi lingkungan yang
sudah terlanjur rusak. Dewasa ini berbagai strain bakteri yang dapat digunakan untuk
membersihkan lingkungan dari bermacam-macam faktor pencemaran telah ditemukan
dan diproduksi dalam skala industri. Sebagai contoh, sejumlah pantai di salah satu
negara industri dilaporkan telah tercemari oleh metilmerkuri yang bersifat racun keras
baik bagi hewan maupun manusia meskipun dalam konsentrasi yang kecil sekali.
Detoksifikasi logam air raksa (merkuri) organik ini dilakukan menggunakan
tanaman Arabidopsis thaliana transgenik yang membawa gen bakteri tertentu yang
dapat menghasilkan produk untuk mendetoksifikasi air raksa organik.
Keragaman metabolisme mikroba juga digunakan dalam menangani limbah dari
sumber-sumber lain. Pabrik pengolahan air kotor mengandalkan kemampuan mikroba
untuk mendegradasi berbagai senyawa organik menjadi bentuk nontoksik. Akan tetapi,
peningkatan jumlah senyawa yang secara potensial berbahaya yang dilepas ke
lingkungan tidak lagi bisa didegradasi oleh mikroba yang tersedia secara alamiah,
hidrokarbon klorinasi merupakan contoh utamanya. Para ahli bioteknologi sedang
mencoba merekayasa mikroba untuk mendegradasi senyawa-senyawa ini. Mikroba ini
dapat digunakan dalam pabrik pengolahan air limbah atau digunakan oleh para
manufaktur sebelum senyawa-senyawa itu dilepas ke lingkungannya (Chambell et al,
2000)
                         
5.       Bidang Hukum dan Forensik
            Pada kriminalitas dengan kekerasan, darah atau jaringan lain dengan jumlah
kecil dapat tertinggal di tempat kejadian perkara atau pada pakaian atau barang-barang
lain milik korban atau penyerangnya. Jika ada perkosaan, air mani dalam jumlah kecil
dapat ditemukan dari tubuh korban. Pengujian yang digunakan biasanya menggunakan
antibodi untuk menguji protein permukaan sel yang spesifik. Namun pengujian ini
membutuhkan jaringan yang agak segar dengan jumlah yang relatif banyak. Pengujian
DNA dapat mengidentifikasi pelaku dengan derajat kepastian yang jauh lebih tinggi
karena urutan DNA setiap orang itu unik. Analisis RFLP (Restriction Fragment Length
Polymorphims) dengan Southern blotting merupakan metode ampuh untuk
pendeteksian kemiripan dan perbedaan sampel DNA dan hanya membutuhkan darah
atau jaringan lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Misalnya dalam kasus pembunuhan
metode ini dapat digunakan untuk membandingkan sampel DNA dari tersangka, korban,
dan sedikit darah yang dijumpai di TKP. Probe radioaktif menandai pita elektroforesis
yang mengandung penanda RFLP tertentu. Biasanya saintis forensik menguji kira-kira
lima penanda, dengan kata lain hanya beberapa bagian DNA yang diuji. Akan tetapi,
rangkaian penanda dari suatu individu yang demikian sedikitpun sudah dapat
memberikan sidik jari DNA atau pola pita spesifik yang berguna untuk forensik karena
probabilitas bahwa dua orang akan memiliki rangkaian penanda RFLP yang tepat sama
adalah kecil. Autoradiografi meniru jenis bukti yang disajikan kepada para juri dalam
pengadilan percobaan pembunuhan.
            Seperti yang diungkapkan oleh analisis RFLP, DNA dari noda darah pada
pakaian terdakwa sama persis dengan sidik jari DNA korban tetapi berbeda dari sidik jari
terdakwa. Ini membuktikan bahwa darah dari pakaian terdakwa berasal dari korban
bukan dari terdakwa sendiri.

Anda mungkin juga menyukai