Dosen Pengampu :
Oleh :
Biologi 6B
JAKARTA
2020 M / 1441 H
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Sejak 8000 tahun yang lalu, bangsa Mesir kuno menggunakan mikroba kapang
Saccharomyces atau ragi untuk pembuatan minuman anggur and roti. Ragi itu mengubah gula
dalam cairan anggur menjadi alkohol. Dalam pembuatan roti, gelembung gas yang dihasilkan
dalam proses fermentasi oleh bantuan ragi roti (yeast), membuat roti bertekstur empuk
sehingga enak dimakan. Nenek moyang bangsa Indonesia telah menggunakan mikroba lain,
yaitu jamur Rhizopus, untuk membuat tempe dari kedelai. Semua ini adalah penggunaan
mikroba pada tingkat sel untuk tujuan pengolahan pangan.
1
khususnya mikroba, pada tingkat sel, untuk mengolah bahan-bahan/ramuan awalnya menjadi
produk akhir yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
2
Pada saat ini, sekitar 90% kedelai dan 64% kapas yang ditanam di seluruh dunia adalah
tanaman transgenik hasil rekayasa genetik (James, 2010).
1. Teknik rekayasa genetik, untuk merekayasa gen (DNA) yang hendak ditransfer ke dalam
tanaman,
2. Teknik transfer gen, yaitu untuk mentransfer gen yang sudah direkayasa ke dalam jaringan
atau sel tanaman,
3. Teknik kultur jaringan atau kultur sel, untuk menumbuhkan tanaman utuh dari jaringan.
Dengan melibatkan ketiga teknik tersebut pada akhirnya akan diperoleh tanaman hasil
rekayasa genetik atau disebut tanaman transgenik (Chawla, 2000).
Kultur jaringan adalah metode perbanyakan secara vegetatif yang dilakukan secara in
vitro, sehingga hasil akhirnya adalah klon tanaman atau yang biasa disebut somaklon (karena
berasal dari sel-sel somatik). Metode perbanyakan ini dilakukan secara aseptik di
laboratorium, membutuhkan bahan awal tanaman (biasa disebut eksplan) yang relatif
berukuran kecil untuk menghasilkan somaklon dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang
relatif singkat. Somaklon ini memiliki karakter morfologi dan molekuler yang identik dengan
induknya. Kadangkala modifikasi genetis bisa terjadi pada kultur jaringan melalui variasi
somaklonal, akan tetapi hal ini bukan menjadi tujuan, meskipun variasi somaklonal ini bisa
bersifat positif.
3
Pemuliaan tanaman konvensional dan rekayasa genetika sama-sama bertujuan
mendapatkan individu tanaman dengan karakter unggul yang secara genetis sudah mengalami
modifikasi. Akan tetapi terdapat perbedaan antara pemuliaan tanaman konvensional dengan
rekayasa genetika dalam hal modifikasi yang terjadi pada genom tanaman. Pemuliaan
tanaman secara konvensional menggunakan cara persilangan untuk mendapatkan individu
tanaman unggul, sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama. Sedangkan rekayasa
genetika melakukan modifikasi genetis tersebut secara langsung dengan melakukan insersi
gen asing (yang membawa sifat unggul yang kita inginkan) langsung ke genom tanaman.
Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari
spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya. Penggabungan gen asing ini
bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya
pembuatan tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap
organisme pengganggu tanaman, serta kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi dari tanaman
alami. Sebagian besar rekayasa atau modifikasi sifat tanaman dilakukan untuk mengatasi
kebutuhan pangan penduduk dunia yang semakin meningkat dan juga permasalahan
kekurangan gizi manusia sehingga pembuatan tanaman transgenik juga menjadi bagian dari
pemuliaan tanaman.
4
Tujuan dari pembuatan tanaman transgenik adalah untuk mendapatkan tanaman
unggul yang lebih baik dari tanaman aslinya. Pada awal dibuatnya tanaman transgenik
sebenarnya adalah untuk mengatasi masalah pangan dunia. Meningkatnya jumlah penduduk
menyebabkan produksi pangan tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan mereka. Untuk
meningkatkan luas areal pertanian tidak memungkinkan karena semakin sempitnya luas lahan
pertanian. Sementara intensifikasi budidaya pertanian (melalui penggunaan pupuk kimia dan
pestisida) menimbulkan dampak buruk pada lingkungan dan dampak residu pada produk
yang membahayakan konsumen. Diketahui bahwa kehilangan produksi pertanian sebagian
besar disebabkan oleh hama, penyakit dan gulma. Dengan demikian dilakukanlah upaya
pembuatan tanaman transgenik yang tahan terhadap hama, penyakit dan tahan terhadap
herbisida. Jadi tujuan utamanya adalah peningkatan produksi pangan
Sejarah penemuan tanaman transgenik dimulai pada tahun 1977 ketika bakteri
Agrobacterium tumefaciens diketahui dapat mentransfer DNA atau gen yang dimilikinya ke
dalam tanaman. Pada tahun 1983, tanaman transgenik pertama, yaitu bunga matahari yang
disisipi gen dari buncis (Phaseolus vulgaris) telah berhasil dikembangkan oleh manusia.
Sejak saat itu, pengembangan tanaman transgenik untuk kebutuhan komersial dan
peningkatan tanaman terus dilakukan manusia. Tanaman transgenik pertama yang berhasil
diproduksi dan dipasarkan adalah jagung dan kedelai. Keduanya diluncurkan pertama kali di
Amerika Serikat pada tahun 1996. Pada tahun 2004, lebih dari 80 juta hektar tanah pertanian
di dunia telah ditanami dengan tanaman transgenik dan 56% kedelai di dunia merupakan
kedelai transgenic
Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil. Metode ini sering digunakan
pada spesies jagung dan padi. Untuk melakukannya, digunakan senjata yang dapat
menembakkan mikro-proyektil berkecepatan tinggi ke dalam sel tanaman. Mikro-proyektil
tersebut akan mengantarkan DNA untuk masuk ke dalam sel tanaman. Penggunaan senjata
gen memberikan hasil yang bersih dan aman, meskipun ada kemungkinan terjadi kerusakan
sel selama penembakan berlangsung.
Metode elektroporasi. Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan
menerima gen asing harus mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas (sel
yang kehilangan dinding sel). Selanjutnya sel diberi kejutan listrik dengan voltase tinggi
untuk membuka pori-pori membran sel tanaman sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam
sel dan bersatu (terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman. Kemudian, dilakukan proses
pengembalian dinding sel tanaman.
Setelah proses transfer DNA selesai, dilakukan seleksi sel daun untuk mendapatkan
sel yang berhasil disisipi gen asing. Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan
sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan tunas. Apabila telah
terbentuk tanaman muda (plantlet), maka dapat dilakukan pemindahan ke tanah dan sifat baru
tanaman dapat diamati.
Teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika telah melahirkan revolusi baru
dalam berbagai bidangkehidupan manusia, yang dikenal sebagai revolusi gen .Produk
teknologi tersebut berupa organisme transgenik atau organisme hasil modifikasi genetik
.Dewasa ini cukup banyak organisme transgenik atapun produknya yang dikenal dikalangan
masyarakat luas.Beberapa diantaranya bahkan telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari .Berikut ini akan dikemukakan contoh pemanfaatan produk yang
dihasilkannya dalam berbagai bidang kehidupan manusia.
1. Pertanian
6
Melalui cara transgenik telah ditemukan sejumlah transgenik seperti tomat,tembakau
dll.dengan sifat-sifat yang diinginkan ,misalnya perlambatan pematangan buah dan resistensi
terhadap hama dan penyakit tertentu.Pada dasarkan rekayasa genetika di bidang pertanian
bertujuan untuk menciptakan ketahanan pangan suatu negara dengan cara meningkatkan
produksi kualitas ,dan upaya penanganan pasca panen serta prosesing hasil pertanian
.Peningkatan produksi pangan melalui revolusi hijau ,di samping itu ,kualitas gizi serta daya
simpan produk pertanian juga dapat ditingkatkan sehingga secara ekonomi memberikan
keuntungan secara nyata .Adapun dampak positifnya adalah untuk menciptakan
keanekaragaman hayati yang lebih tinggi .
2. Florikultur .
Antara lain telah diperoleh tanaman anggrek transgenik dengan masa kesegaran bunga
yang lama .Demikian juga telah dihasilkan. Beberapa jenis tanaman bunga transgenik
lainnya dengan warna bunga yang diinginkan .
3. Kesehatan
Mampu menghasilakan berbagai jenis obat dengan kualitas yang lebih baik sehingga
memberikan harapan dalam upaya penyembuhan sejumah penyakit dimasa mendatang
.Teknik rekayasa genetika memungkinkan diperolehnya berbagai produk industri farmasi
penting seperti insulin,interferon dan beberapa hormon pertumbuhan dengan cara yang lebih
efisien .Hal ini karena gen yang bertanggung jawabatas produk tersebut dikloning ke dalam
sel inang bakteri tertentu yang sangat cepat pertumbuhannya dan hanya memerlurkan
kultivasi biasa
7
Dalam tahap penelitian, tanaman transgenik sedang diaplikasikan untuk menghasilkan
senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan manusia, seperti vitamin A dan vaksin. Untuk
produksi vaksin yang dapat dimakan (edible vaccine), contoh tanaman yang sedang
dikembangkan adalah pisang, kentang, dan tomat. Salah satu tanaman transgenik yang sudah
diteliti sejak tahun 1980 untuk mengurangi jumlah penderita defisiensi (kekurangan) vitamin
A adalah padi emas. Aplikasi lain yang sedang dikembangkan adalah penggunaan tanaman
untuk membersihkan polusi tanah dari senyawa beracun (seperti arsen) dan logam berat
(contohnya merkuri). Gen asing dari bakteri ditransfer ke dalam tembakau dan Arabidopsis
sehingga kedua tanaman tersebut dapat menarik merkuri dalam tanah dan mengubahnya
menjadi senyawa yang mudah menguap serta tidak berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Chawla. 2000. Introduction to Plant Biotechnology. Science Publ. Inc. Enfield, 367p
Colwell, R.R. & A. Sasson. 1996. Biotechnology and development. In World Science
Report. UNESCO
Giddings, G., G. Allison, D. Brooks, A. Carter. 2000. Transgenic plants as factories for
biopharmaceuticals. Nature Bio-technology 18:1151-1155
Raharjo, S.H.T. & R.E. Litz. 2010. Development and utilization of somatic embryogenesis
in tropical trees: avocado, litchi and longan. Dalam: Y. Ramona et al (Eds.)
Proceedings of the Second International Conference of Bioscience and
Biotechnology, Bali, 2010.
8
Sala, F., M. M. Rigano, A. Barbante, B. Basso, A.M. Walmsley, S. Castiglione. 2003.
Vaccine antigen production in transgenic plants: strategies, gene constructs and
perspectives. Vaccine 21:803-808.