Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BIOTEKNOLOGI TANAMAN

SEJARAH PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI TANAMAN

Dosen Pengampu :

Dr. Dasumiati, M.Si.

Oleh :

Anindya Larasati 11170950000038

Kalista Siti Hasanah 11170950000035

Biologi 6B

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020 M / 1441 H
PENDAHULUAN

Bioteknologi adalah terapan biologi yang melibatkan disiplin ilmu mikrobilogi,


biokimia, genetika, dan biologi monokuler. Definisi bioteknologi secara klasik atau
konvensional adalah teknologi yang memanfaatkan agen hayati atau bagian-bagiannya untuk
menghasilkan barang dan jasa dalam skala industri untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Sedangkan jika ditinjau secara modern, bioteknologi adalah pemanfaatan agen hayati atau
bagian-bagian yang sudah direkayasa secara in vitro untuk mrenghasilkan barang dan jasa
pada skala industri. Bioteknologi dikembangkan untuk meningkatkan nilai bahan mentah
dengan memanfaatkan kemampuan mikroorganisme atau bagian-bagiannya misalnya bakteri
dan kapang. Selain itu bioteknologi juga memanfaatkan sel tumbuhan atau sel hewan yang
dibiakkan sebagai bahan dasar sebagai proses industri.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bioteknologi diartikan sebagai “teknologi


yang menyangkut jasad hidup”. Bioteknologi adalah teknologi yang didasarkan pada biologi,
khususnya jika diterapkan dalam pertanian, ilmu pangan, kedokteran dan lingkungan. Dalam
Konvensi PBB untuk Keanekaragaman Hayati digunakan definisi: "Biotechnology means any
technological application that uses biological systems, living organisms, or derivatives
thereof, to make or modify products or processes for specific use." atau bioteknologi berarti
aplikasi teknologi yang menggunakan sistem biologis makhluk hidup, atau turunannya, untuk
membuat dan memodofikasi produk atau proses untuk tujuan tertentu. Dalam bioteknologi,
makhluk hidup baik secara keseluruhan ataupun bagian-bagiannya, seperti jaringan, sel, atau
bagian dari sel, seperti enzim, bertindak sebagai intermediary untuk mengubah bahan asal
menjadi produk akhir (Colwell dan Sasson, 1996). Dengan demikian jika ditafsirkan secara
luas, bioteknologi mencakup metode-metode tradisional. Misalnya, perbaikan genetik
(pemuliaan) tanaman, ternak dan ikan; pemanfaatan mikroorganisme untuk pengolahan
makanan, produksi enzim, antibiotika, vaksin, metabolit primer dan sekunder, pengolahan
limbah; serta pengendalian hayati (biocontrol) terhadap hama dan penyakit. Bioteknologi
dalam arti sempit lebih menunjuk kepada teknologi baru dengan dasar molekuler, meliputi
teknologi DNA rekombinan, teknik penyaringan produk-produk hayati alami (biopropecting),
serta proses-proses pengkulturan sel, protoplasma dan jaringan.

PEMBAHASAN

Sejak 8000 tahun yang lalu, bangsa Mesir kuno menggunakan mikroba kapang
Saccharomyces atau ragi untuk pembuatan minuman anggur and roti. Ragi itu mengubah gula
dalam cairan anggur menjadi alkohol. Dalam pembuatan roti, gelembung gas yang dihasilkan
dalam proses fermentasi oleh bantuan ragi roti (yeast), membuat roti bertekstur empuk
sehingga enak dimakan. Nenek moyang bangsa Indonesia telah menggunakan mikroba lain,
yaitu jamur Rhizopus, untuk membuat tempe dari kedelai. Semua ini adalah penggunaan
mikroba pada tingkat sel untuk tujuan pengolahan pangan.

Pembuatan vaksin dan antibiotika juga merupakan contoh penerapan bioteknologi


yang sudah cukup lama. Bioteknologi tua umumnya menggunakan makhluk hidup,

1
khususnya mikroba, pada tingkat sel, untuk mengolah bahan-bahan/ramuan awalnya menjadi
produk akhir yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Bioteknologi moderen lahir pada tahun 1970-an setelah dikembangkan teknik


rekayasa terhadap materi genetik (DNA), yang disebut teknologi DNA rekombinan atau
rekayasa genetika. Berkembangnya teknologi ini dimungkinkan oleh kemampuan
mengisolasi, memotong, menyambung dan menggabungkan DNA di laboratorium, serta
memasukkannya ke dalam organisme inang (umumnya bakteri atau virus) untuk diperbanyak
atau dilakukan kloning. Selanjutnya materi genetik yang sudah dimanipulasi itu dapat
dipindahkan ke makhuk hidup yang hendak direkayasa untuk menghasilkan produk dan jasa
yang bermanfaat sesuai kebutuhan manusia. Dengan demikian, melalui teknologi ini orang
mampu menciptakan sifat (karakter) baru pada suatu mikroorganisme, tanaman ataupun
hewan, serta memindahkan karakter dari satu jenis makhluk hidup ke makhluk hidup lain,
bahkan yang berjauhan secara filogenik. Contohnya, kemampuan memproduksi protein
berupa Bt-toxin (racun pembunuh serangga hama) yang secara alami terdapat pada bakteri
Bacillus thuringiensis dapat dipindahkan ke tanaman kedelai, jagung dan kapas, dengan
mentransfer gen penentunya ke dalam tanaman-tanaman tersebut (Giddings et al, 2000).
Contoh lainnya, berbagai jenis vaksin yang umumnya diproduksi dengan menggunakan
hewan, saat ini dapat juga diproduksi pada tanaman pisang, tomat, kentang dan tembakau
(Daniell et al, 2001; Sala et al, 2003), sehingga vaksinasi dapat dilakukan dengan
mengkonsumsi makanan yang berasal dari tanaman yang sudah direkayasa itu. Contoh-
contoh yang telah dikemukakan itu tidak mungkin dapat dilakukan sebelumnya dengan
pemindahan gen dan karakter secara konvensional.

Perkembangan bioteknologi tanaman dan pertanian, bertumpu pada dua bidang


teknologi yang saat ini berkembang dengan pesat, yakni rekayasa genetik dan kultur jaringan
tanaman. Sebagaimana diuraikan sebelumnya, rekayasa genetik atau teknologi DNA
rekombinan berkaitan dengan manipulasi terhadap materi genetik (DNA dan RNA) didalam
sel makhluk hidup, sehingga menimbulkan perubahan karakter yang bersifat menurun pada
makhluk hidup yang direkayasa. Kultur jaringan tanaman berkemampuan untuk
menumbuhkan tanaman utuh dari bagian kecil tanaman itu, misalnya sel, protoplasma dan
jaringan. Karena manipulasi tanaman dengan DNA asing pada umumnya harus dilakukan
pada tingkat sel atau jaringan, maka kemampuan untuk menumbuhkan kembali tanaman utuh
dari sel-selnya mempunyai peranan penting pada rekayasa genetik tanaman untuk
mendapatkan tanaman unggul.

Riset bioteknologi tanaman yang sangat giat dilakukan di negara-negara maju,


terutama oleh perusahaan-perusahaan swasta, telah menghasilkan banyak varietas tanaman
yang direkayasa secara genetik, yang disebut tanaman GM (genetically modified plants).
Secara teknis suatu tanaman GM adalah tanaman yang mengandung gen-gen asing yang
bukan berasal dari jenis tanaman itu. Tanamann hssil rekayasa seperti ini juga disebut
tanaman transgenik. Di antara banyak tanaman transgenik yang telah dikembangkan, ada
beberapa telah ditanam secara luas di seluruh dunia, yaitu kedelai, jagung, kapas dan canola,
dengan ketahanan terhadap herbisida dan ketahanan terhadap hama. Tanamantanaman
transgenik lain yang ditanam cukup luas adalah kentang, tomat, bit gula, alfalfa, dan papaya.

2
Pada saat ini, sekitar 90% kedelai dan 64% kapas yang ditanam di seluruh dunia adalah
tanaman transgenik hasil rekayasa genetik (James, 2010).

Dengan cara konvensional maupun bioteknologi modern, pemindahan dan


penggabungan sifat-sifat menurun pada tanaman dapat dilakukan dengan memindahkan gen-
gen yang menentukan sifat-sifat menurun itu. Pada bioteknologi moderen, pemindahan gen
dapat dilakukan dengan transformasi genetik.

Bioteknologi tanaman dengan transformasi genetik membutuhkan 3 teknik, yaitu:

1. Teknik rekayasa genetik, untuk merekayasa gen (DNA) yang hendak ditransfer ke dalam
tanaman,

2. Teknik transfer gen, yaitu untuk mentransfer gen yang sudah direkayasa ke dalam jaringan
atau sel tanaman,

3. Teknik kultur jaringan atau kultur sel, untuk menumbuhkan tanaman utuh dari jaringan.

Dengan melibatkan ketiga teknik tersebut pada akhirnya akan diperoleh tanaman hasil
rekayasa genetik atau disebut tanaman transgenik (Chawla, 2000).

Bioteknologi tanaman masuk dalam ilmu Pemuliaan tanaman, namun dilakukan


secara modern. Bioteknologi tanaman meliputi Kultur Jaringan dan Rekayasa Genetika.
Kultur jaringan erat kaitannya dengan rekayasa genetika, karena pengerjaan rekayasa
genetika juga kebanyakan dilakukan secara in vitro di laboratorium. Selain itu, sistem
regenerasi tanaman transgenik juga mebutuhkan ilmu kultur jaringan, sehingga orang yang
bekerja di bidang rekayasa genetika wajib mengetahui prinsip-prinsip kerja dalam kultur
jaringan.

Kultur jaringan adalah metode perbanyakan secara vegetatif yang dilakukan secara in
vitro, sehingga hasil akhirnya adalah klon tanaman atau yang biasa disebut somaklon (karena
berasal dari sel-sel somatik). Metode perbanyakan ini dilakukan secara aseptik di
laboratorium, membutuhkan bahan awal tanaman (biasa disebut eksplan) yang relatif
berukuran kecil untuk menghasilkan somaklon dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang
relatif singkat. Somaklon ini memiliki karakter morfologi dan molekuler yang identik dengan
induknya. Kadangkala modifikasi genetis bisa terjadi pada kultur jaringan melalui variasi
somaklonal, akan tetapi hal ini bukan menjadi tujuan, meskipun variasi somaklonal ini bisa
bersifat positif.

3
Pemuliaan tanaman konvensional dan rekayasa genetika sama-sama bertujuan
mendapatkan individu tanaman dengan karakter unggul yang secara genetis sudah mengalami
modifikasi. Akan tetapi terdapat perbedaan antara pemuliaan tanaman konvensional dengan
rekayasa genetika dalam hal modifikasi yang terjadi pada genom tanaman. Pemuliaan
tanaman secara konvensional menggunakan cara persilangan untuk mendapatkan individu
tanaman unggul, sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama. Sedangkan rekayasa
genetika melakukan modifikasi genetis tersebut secara langsung dengan melakukan insersi
gen asing (yang membawa sifat unggul yang kita inginkan) langsung ke genom tanaman.

Rekayasa genetika tanaman adalah manipulasi genom tanaman dengan bioteknologi.


Atau dengan kata lain, pengetahuan dan metode tentang pembuatan tanaman transgenik.
Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi gen asing yang berasal dari mahluk
hidup lainnya, bisa sesama tanaman, hewan, ataupun bakteri.

PENGERTIAN TANAMAN TRANSGENIK

Tanaman transgenik adalah tanaman yang telah disisipi atau memiliki gen asing dari
spesies tanaman yang berbeda atau makhluk hidup lainnya. Penggabungan gen asing ini
bertujuan untuk mendapatkan tanaman dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya
pembuatan tanaman yang tahan suhu tinggi, suhu rendah, kekeringan, resisten terhadap
organisme pengganggu tanaman, serta kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi dari tanaman
alami. Sebagian besar rekayasa atau modifikasi sifat tanaman dilakukan untuk mengatasi
kebutuhan pangan penduduk dunia yang semakin meningkat dan juga permasalahan
kekurangan gizi manusia sehingga pembuatan tanaman transgenik juga menjadi bagian dari
pemuliaan tanaman.

4
Tujuan dari pembuatan tanaman transgenik adalah untuk mendapatkan tanaman
unggul yang lebih baik dari tanaman aslinya. Pada awal dibuatnya tanaman transgenik
sebenarnya adalah untuk mengatasi masalah pangan dunia. Meningkatnya jumlah penduduk
menyebabkan produksi pangan tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan mereka. Untuk
meningkatkan luas areal pertanian tidak memungkinkan karena semakin sempitnya luas lahan
pertanian. Sementara intensifikasi budidaya pertanian (melalui penggunaan pupuk kimia dan
pestisida) menimbulkan dampak buruk pada lingkungan dan dampak residu pada produk
yang membahayakan konsumen. Diketahui bahwa kehilangan produksi pertanian sebagian
besar disebabkan oleh hama, penyakit dan gulma. Dengan demikian dilakukanlah upaya
pembuatan tanaman transgenik yang tahan terhadap hama, penyakit dan tahan terhadap
herbisida. Jadi tujuan utamanya adalah peningkatan produksi pangan

SEJARAH TANAMAN TRANSGENIK

Seleksi genetik untuk pemuliaan tanaman (perbaikan kualitas/sifat tanaman) telah


dilakukan sejak tahun 8000 SM ketika praktik pertanian dimulai di Mesopotamia. Secara
konvensional, pemuliaan tanaman dilakukan dengan memanfaatkan proses seleksi dan
persilangan tanaman. Kedua proses tersebut memakan waktu yang cukup lama dan hasil
yang didapat tidak menentu karena bergantung dari mutasi alamiah secara acak. Contoh hasil
pemuliaan tanaman konvensional adalah durian montong yang memiliki perbedaan sifat
dengan tetuanya, yaitu durian liar. Hal ini dikarenakan manusia telah menyilangkan atau
mengawinkan durian liar dengan varietas lain untuk mendapatkan durian dengan sifat unggul
seperti durian montong.

Sejarah penemuan tanaman transgenik dimulai pada tahun 1977 ketika bakteri
Agrobacterium tumefaciens diketahui dapat mentransfer DNA atau gen yang dimilikinya ke
dalam tanaman. Pada tahun 1983, tanaman transgenik pertama, yaitu bunga matahari yang
disisipi gen dari buncis (Phaseolus vulgaris) telah berhasil dikembangkan oleh manusia.
Sejak saat itu, pengembangan tanaman transgenik untuk kebutuhan komersial dan
peningkatan tanaman terus dilakukan manusia. Tanaman transgenik pertama yang berhasil
diproduksi dan dipasarkan adalah jagung dan kedelai. Keduanya diluncurkan pertama kali di
Amerika Serikat pada tahun 1996. Pada tahun 2004, lebih dari 80 juta hektar tanah pertanian
di dunia telah ditanami dengan tanaman transgenik dan 56% kedelai di dunia merupakan
kedelai transgenic

PEMBUATAN TANAMAN TRANSGENIK

Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan identifikasi atau


pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang diinginkan). Gen yang
diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan, cendawan, atau bakteri. Setelah gen yang
diinginkan didapat maka dilakukan perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen.
Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen
pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer gen). Kemudian,
vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat diperbanyak seiring
dengan perkembangbiakan bakteri tersebut. Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak
dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel
5
tumbuhan yang berasal dari bagian tertentu, salah satunya adalah bagian daun. Transfer gen
ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode senjata gen, metode transformasi
DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode
transfer DNA dengan bantuan listrik).

Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil. Metode ini sering digunakan
pada spesies jagung dan padi. Untuk melakukannya, digunakan senjata yang dapat
menembakkan mikro-proyektil berkecepatan tinggi ke dalam sel tanaman. Mikro-proyektil
tersebut akan mengantarkan DNA untuk masuk ke dalam sel tanaman. Penggunaan senjata
gen memberikan hasil yang bersih dan aman, meskipun ada kemungkinan terjadi kerusakan
sel selama penembakan berlangsung.

Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens. Bakteri


Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara alami karena memiliki
plasmid Ti, suatu vektor (pembawa DNA) untuk menyisipkan gen asing. Di dalam plasmid
Ti terdapat gen yang menyandikan sifat virulensi untuk menyebabkan penyakit tanaman
tertentu. Gen asing yang ingin dimasukkan ke dalam tanaman dapat disisipkan di dalam
plasmid Ti. Selanjutnya, A. tumefaciens secara langsung dapat memindahkan gen pada
plasmid tersebut ke dalam genom (DNA) tanaman. Setelah DNA asing menyatu dengan
DNA tanaman maka sifat-sifat yang diinginkan dapat diekspresikan tumbuhan.

Metode elektroporasi. Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan
menerima gen asing harus mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas (sel
yang kehilangan dinding sel). Selanjutnya sel diberi kejutan listrik dengan voltase tinggi
untuk membuka pori-pori membran sel tanaman sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam
sel dan bersatu (terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman. Kemudian, dilakukan proses
pengembalian dinding sel tanaman.

Setelah proses transfer DNA selesai, dilakukan seleksi sel daun untuk mendapatkan
sel yang berhasil disisipi gen asing. Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan
sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan tunas. Apabila telah
terbentuk tanaman muda (plantlet), maka dapat dilakukan pemindahan ke tanah dan sifat baru
tanaman dapat diamati.

APLIKASI TANAMAN TRANSGENIK

Teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika telah melahirkan revolusi baru
dalam berbagai bidangkehidupan manusia, yang dikenal sebagai revolusi gen .Produk
teknologi tersebut berupa organisme transgenik atau organisme hasil modifikasi genetik
.Dewasa ini cukup banyak organisme transgenik atapun produknya yang dikenal dikalangan
masyarakat luas.Beberapa diantaranya bahkan telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari .Berikut ini akan dikemukakan contoh pemanfaatan produk yang
dihasilkannya dalam berbagai bidang kehidupan manusia.

1. Pertanian

6
Melalui cara transgenik telah ditemukan sejumlah transgenik seperti tomat,tembakau
dll.dengan sifat-sifat yang diinginkan ,misalnya perlambatan pematangan buah dan resistensi
terhadap hama dan penyakit tertentu.Pada dasarkan rekayasa genetika di bidang pertanian
bertujuan untuk menciptakan ketahanan pangan suatu negara dengan cara meningkatkan
produksi kualitas ,dan upaya penanganan pasca panen serta prosesing hasil pertanian
.Peningkatan produksi pangan melalui revolusi hijau ,di samping itu ,kualitas gizi serta daya
simpan produk pertanian juga dapat ditingkatkan sehingga secara ekonomi memberikan
keuntungan secara nyata .Adapun dampak positifnya adalah untuk menciptakan
keanekaragaman hayati yang lebih tinggi .

2. Florikultur .

Antara lain telah diperoleh tanaman anggrek transgenik dengan masa kesegaran bunga
yang lama .Demikian juga telah dihasilkan. Beberapa jenis tanaman bunga transgenik
lainnya dengan warna bunga yang diinginkan .

3. Kesehatan

Mampu menghasilakan berbagai jenis obat dengan kualitas yang lebih baik sehingga
memberikan harapan dalam upaya penyembuhan sejumah penyakit dimasa mendatang
.Teknik rekayasa genetika memungkinkan diperolehnya berbagai produk industri farmasi
penting seperti insulin,interferon dan beberapa hormon pertumbuhan dengan cara yang lebih
efisien .Hal ini karena gen yang bertanggung jawabatas produk tersebut dikloning ke dalam
sel inang bakteri tertentu yang sangat cepat pertumbuhannya dan hanya memerlurkan
kultivasi biasa

Beberapa tanaman transgenik telah diaplikasikan untuk menghasilkan tiga macam


sifat unggul, yaitu tahan hama, tahan herbisida, dan buah yang dihasilkan tidak mudah busuk.
Tanaman jagung dan kapas transgenik dengan sifat tahan hama telah diproduksi secara
massal dan dipasarkan di dunia. Gen asing yang banyak digunakan untuk sifat resistensi
hama ini adalah gen penyandi toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis. Sejak tahun 1996,
Monsanto, salah satu perusahaan multinasional di bidang bioteknologi, telah menjual benih
kapas transgenik dengan merek dagang "Bollgard". Selain itu, tanaman kedelai dan kanola
tahan herbisida juga telah dijual ke berbagai negara, termasuk Indonesia, dengan merek
"Roundup Ready".

Tanaman tomat transgenik dengan sifat pematangan buah diperlambat pernah


diproduksi oleh Calgene pada tahun 1994 dan dipasarkan di Amerika Serikat dengan merek
"Flavr Savr". Biasanya, tanaman tomat alami dipanen dalam keadaan masih hijau dan belum
matang kemudian disemprot dengan gas etilen untuk membuat buah matang dan berwarna
merah. Namun, rasa tomat yang dihasilkan umumnya kurang terasa. Tujuan pembuatan
tomat transgenik tersebut adalah untuk memperpanjang masa simpan dan menghindari
pembusukan buah selama transportasi dari lahan penanaman ke tempat penjualan. Namun,
penjualan Flavr Savr ditarik dalam waktu kurang dari setahun karena alasan kesehatan dan
penjualannya mengalami kerugian. Produk tersebut tidak banyak terjual karena harganya dua
kali lipat dari tomat biasa namun rasa yang dihasilkan sama.

7
Dalam tahap penelitian, tanaman transgenik sedang diaplikasikan untuk menghasilkan
senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan manusia, seperti vitamin A dan vaksin. Untuk
produksi vaksin yang dapat dimakan (edible vaccine), contoh tanaman yang sedang
dikembangkan adalah pisang, kentang, dan tomat. Salah satu tanaman transgenik yang sudah
diteliti sejak tahun 1980 untuk mengurangi jumlah penderita defisiensi (kekurangan) vitamin
A adalah padi emas. Aplikasi lain yang sedang dikembangkan adalah penggunaan tanaman
untuk membersihkan polusi tanah dari senyawa beracun (seperti arsen) dan logam berat
(contohnya merkuri). Gen asing dari bakteri ditransfer ke dalam tembakau dan Arabidopsis
sehingga kedua tanaman tersebut dapat menarik merkuri dalam tanah dan mengubahnya
menjadi senyawa yang mudah menguap serta tidak berbahaya.

Tanaman Arabidopsis juga dikembangkan untuk memproduksi poli (3hidroksibutirat)


atau PHB, suatu bahan pembentuk plastik yang mudah diurai (biodegradable). Sebagian
besar plastik yang ada dibuat dari sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, salah satunya
adalah minyak bumi. Untuk mengurangi penggunaan sumber daya tersebut, digunakan PHB
yang dihasilkan oleh bakteri, seperti Alcaligenes eutrophus. Empat pen pembentuk PHB dari
bakteri tersebut telah ditransfer ke Arabidopsis sehingga tanaman tersebut dapat
menghasilkan PHB. Penelitian tentang PHB dari tumbuhan masih dalam tahap
pengembangan sebelum diproduksi massal.

DAFTAR PUSTAKA

Chawla. 2000. Introduction to Plant Biotechnology. Science Publ. Inc. Enfield, 367p

Colwell, R.R. & A. Sasson. 1996. Biotechnology and development. In World Science
Report. UNESCO

Daniell H, J. Streatfield, K. Wycoff. 2001. Medical molecular farming: production of


antibodies, biopharmaceuticals and edible vaccines in plants. TRENDS Plant Sci.
6:219–26.

Giddings, G., G. Allison, D. Brooks, A. Carter. 2000. Transgenic plants as factories for
biopharmaceuticals. Nature Bio-technology 18:1151-1155

James, C. 2010. Dalam: http://www.isaaa.org/resources/publica-


tions/briefs/42/pptslides/default.asp, diakses Sept. 2011.

Raharjo, S.H.T. & R.E. Litz. 2010. Development and utilization of somatic embryogenesis
in tropical trees: avocado, litchi and longan. Dalam: Y. Ramona et al (Eds.)
Proceedings of the Second International Conference of Bioscience and
Biotechnology, Bali, 2010.

Rindang dwiyani. 2014. Bioteknologi Tanaman (Bahan Ajar) Jurusan Agroteknologi


Fakultas Pertanian. Universitas Udayana. Bali.

8
Sala, F., M. M. Rigano, A. Barbante, B. Basso, A.M. Walmsley, S. Castiglione. 2003.
Vaccine antigen production in transgenic plants: strategies, gene constructs and
perspectives. Vaccine 21:803-808.

Anda mungkin juga menyukai