Anda di halaman 1dari 14

RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN : 2355-9926 54

DESEMBER-2014 VOLUME 01 NO. 01 http://rjls.ub.ac.id

Analisis Restorasi Ekosistem Wilayah Pesisir Terpadu Berbasis Co-Management:


Studi Kasus di Kecamatan Ujung Pangkah dan Kecamatan Bungah,
Kabupaten Gresik

Rudianto
Program Studi Ilmu Kelautan, Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya
Email: hrudianto@ub.ac.id

ABSTRAK dilakukan secara terpadu. Hal ini ditunjukkan


Penelitian ini dilakukan dengan fokus oleh hasil PLS. Sedangkan ekosistem pesisir
melakukan restorasi ekosistem wilayah pesisir mana yang harus didahulukan untuk ditangani
dengan pendekatan keterpaduan di Kabupaten AHP menyatakan bahwa prioritas utama adalah
Gesik dengan mengambil contoh di dua mangrove, kemudian terumbu karang, diikuti
kecamatan yaitu Kecamatan Ujung pangkah dan dengan kawasan estuari dan terakhir padang
Kecamatan Bungah. Restorasi merupakan upaya lamun. Berdasarkan itu maka model co-
untuk memperbaiki kembali kondisi wilayah management mensyaratkan perlu adanya
pesisir yang sudah rusak lingkungannya akibat kolaborasi diantara masyarakat, pemerintah dan
dari kegiatan manusia yang makin tidak rasional swasta. Kolaborasi tersebut dipayungi oleh
dan karena proses alam yang perubahannya kerangka strategi yang memuat visi, misi, tujuan
sangat dtrastis akibat pengaruh global warming. dan prioritas strategi.
Restorasi berupaya untuk melakukan perbaikan Kata Kunci: Restorasi ekosistem terpadu, PLS,
untuk mengembalikannya ke kondisi semula, AHP, Co-management, Kolaborasi.
walaupun untuk mencapai pemulihan kepada
kondisi semula masih memerlukan penelitian PENDAHULUAN
lebih lanjut. Hal ini mengingat kondisi yang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang
mendukung seperti kondisi hidrologi sudah unik dengan karakter yang spesifik. Artinya
mengalami perubahan. bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah yang
Metode yang digunakan untuk mencapai sangat dinamis dengan perubahan-perubahan
tujuan penelitian ini digunakan pendekatan biologis, kimiawi dan geologis yang sangat cepat.
kombinasi yaitu penelitian diskriptif, penelitian Ekosistem Wilayah pesisir terdiri dari terumbu
partisipatif dan penelitian eksploratif. Penelitian karang, hutan bakau, pantai dan pasir, estuari,
diskriptif terkait dengan observasi dilapang lamun yang merupakan pelindung alam dari
untuk menilai kondisi kedua kabupaten baik erosi, banjir dan badai serta dapat berperan
secara biogeofisik, sosial ekonomi dan sosial dalam mengurangi dampak polusi dari daratan
budaya. Untuk penelitian partisipatif berkaitan ke laut. Disamping itu wilayah pesisir juga
dengan menjaring aspirasi dan harapan menyediakan pelbagai jasa lingkungan dan
masyarakat melalui wawancara. Sedangkan sebagai tempat tinggal manusia, dan untuk
penelitian eksploratif digunakan model Partial sarana transportasi, tempat berlibur atau
Least Square (PLS) dan Analitycal Hierarchy rekreasi (Dahuri, et. al. 2001).
Process (AHP). Disamping itu untuk merumuskan Pada saat ini wilayah pesisir mengalami
model restorasi ekosistem terkait pengelolaan pelbagai tekanan baik yang berasal dari faktor
digunakan model co-management. proses alam maupun oleh faktor antrophogenik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang makin tidak rasional. Tekanan yang terus
hubungan antara masyarakat dengan upaya menerus terjadi diwilayah pesisir, menyebabkan
restorasi ekosistem ternyata sangat kuat kerusakan yang makin bertambah parah
berperan, termasuk upaya restorasi perlu terutama hilangnya kemampuan pesisir
RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN : 2355-9926 55
DESEMBER-2014 VOLUME 01 NO. 01 http://rjls.ub.ac.id

menyimpan karbon (Rudianto. 2012). Untuk melebihi baku mutu diantaranya kandungan
mencegah agar kerusakan pesisir tidak menjadi tembaga mencapai 0,218 miligram per liter
bertambah parah, diperlukan upaya restorasi (standar baku mutu 0,005mg/lt). Kandungan zat
ekosistem pesisir secara terpadu dan seng (Zn) mencapai 0,27mg/lt (standar baku
menyeluruh (Clewell. et al. 2005) mutu 1,5 – 1,0 mg/lt). Angka ini mengindikasikan
Untuk mengetahui bagaimana strategi tercemar sangat berat. Kandungan ammonia
restorasi yang tepat mengatasi kerusakan (NH3) serta logam berat berada diatas standar
pesisir, diperlukan penelitian di Kabupaten baku mutu yaitu pada tingkat 0,3mg/lt, hasil
Gresik pada 2 (dua) kecamatan terpilih yaitu di pengkuruan di Ujung pangkah mencapai
kecamatan Ujung pangkah dan kecamatan 0,4mg/lt. Disamping itu ada indikator pencemar
Bungah. Kabupaten Gresik dipilih sebagai lain yaitu liquid hydrocarbon (hidrokarbon cair)
sampel karena Kabupaten Gresik memiliki yang berasal dari tumpahan minyak dan gas
tingkat kerusakan wilayah pesisir yang salah kelaut yang berasal dari bahan bakar perahu dan
satunya paling parah di propinsi Jawa Timur. diduga tingkat pencemarannya sampai pada
Buku Laporan SLHD Propinsi Jawa Timur (2010) tingkat yang mengkhawatirkan.
menyatakan bahwa untuk wilayah Gresik Berdasarkan observasi lapang di desa
sebagian besar mangrovenya telah direklamasi Banyu Urip, Kecamatan Ujung pangkah,
menjadi kawasan pergudangan dan industri. sumberdaya alam didaerah ini semakin tahun
Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan mengalami degradasi. Hasil tangkapan nelayan
Perikanan Propinsi Jawa Timur (2009) dan hasil panen tambak semakin menurun baik
menyatakan bahwa kerusakan terumbu karang secara kualitas maupun kuantitas. Hal ini
di kawasan pantai utara Jawa Timur mulai disebabkan karena adanya pembukaan lahan
kabupaten Tuban, Lamongan, Gresik, serta pertanian di daerah hulu, pengaliran limbah
pesisir Pulau Madura sangat memprihatinkan industri di daerah aliran sungan (DAS) yang
karena hampir 60% terumbu karang dikawasan menghasilkan limbah kimiawi (hidrokarbon,
tersebut rusak parah. logam berat, dan yang lain-lain) yang masuk
Kecamatan Ujung Pangkah memiliki luas melalui aliran sungai.
94,82 Km2 sedangkan Kecamatan Bungah
luasnya 79,49 Km2. Kedua kecamatan dilintasi METODE PENELITIAN
oleh Sungai Bengawan Solo yang bermuara ke Peneltian ini menggunakan penelitian kom-
laut dan sangat potensial untuk usaha binasi yaitu penelitian deskriptif, penelitian
Perikanan. Kedua kecamatan ini berada di partisipatif dan penelitian eksploratif. Penelitian
wilayah pantai dan memiliki potensi sumberdaya deskriptif adalah metode yang mengkaji dan
alam yang tinggi yang meliputi mangrove dan memecahkan persoalan serta memberikan
terumbu karang. Luasan hutan bakau yang juga interpretasi dari fakta yang ada saat ini.
meliputi Kecamatan Manyar dan Sidayu Penelitian partisipatif adalah metode penelitian
mencapai 5.828,62 Ha sedangkan terumbu yang memberikan kesempatan pada responden
karangnya yang juga termasuk Kecamatan dalam proses pengambilan keputusan untuk
Panceng dan Pulau Bawean 5.387,99 Ha. Selain menyelesaikan isu penelitian. Sedangkan
itu, terdapat pula Tempat Pendaratan Ikan yaitu penelitian eksploratif adalah metode penelitian
di Ds. Ngemboh Kecamatan Ujung pangkah dan mengkaji dan mengungkapkan sesuatu dari
Ds. Tanjung Widoro di Kecamatan Bungah lapangan. (Nazir, 1988).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Kerangka konseptual dan kerangka ope-
oleh ITB bersama Pemerintah Kabupaten Gresik rasional. Kerangka konseptual merupakan
(2011) bahwa perairan kecamatan Ujung uraian yang menjelaskan konsep-konsep apa
Pangkah dikategorikan tercemar ringan. Indeks saja yang terkandung didalam asumsi teoritis
pencemaran laut berada pada tingkat 1-5. yang akan digunakan untuk mengabstraksikan
Namun ada beberapa zat yang diketemukan (mengistilahkan) unsur-unsur yang terkandung
RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN : 2355-9926 56
DESEMBER-2014 VOLUME 01 NO. 01 http://rjls.ub.ac.id

didalam fenomena yang akan diteliti dan saja yang diturunkan dari konsep-konsep terpilih
bagaimana hubungan diantara konsep-konsep dan bagaimana hubungan diantara variabel-
tersebut. Sedangkan kerangka operasional variabel tersebut.
adalah penjelasan tentang variabel-variabel apa

Tabel 1: Aspek Kerangka Konseptual dan Kerangka Operasional


KERANGKA KONSEPTUAL KERANGKA OPERASIONAL

1) Aspek Biofisik Ekologi: meliputi: liputan 1) Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang
penutup lahan, keragaman jenis vegetasi, tinggal dikawasan pesisir dikelompokkan
kesesuaian lahan dan penggunaannya, data menjadi: (1) Nelayan penangkap ikan (anak
potensi sumber daya pesisir, tingkat buah kapal dan pemilik); (2)
kerusakan ekosistem, upaya pemulihannya; Petambak/pembudidaya; (3) Pengolah hasil
2) Aspek Sosial-ekonomi: Karakteristik kondisi laut; dan (4) Pedagang hasil laut.
sosial ekonomi masyarakat pesisir, sikap, 2) Penguasaan lahan pesisir diukur berdasarkan
nilai, norma, perilaku, adat istiadat. luas penggunaan lahan pesisir termasuk
3) Aspek Hubungan Pemanfaatan ekosistem digunakan untuk usaha perikanan dan non
pesisir: bagaimana pemerintah, masyarakat perikanan.
dan swasta memiliki akses terhadap 3) Luas penguasaan lahan pesisir adalah jumlah
ekosistem pesisir, jenis konflik yang terjadi, total luas lahan yang dikuasai oleh masyarakat
Pemanfaatan sumber daya pesisir (rasional pesisir, swasta maupun pemerintah berupa
dan tidak rasional), bentuk hubungan lahan pesisir. Luas atas sempitnya penguasaan
relasional pemanfaatan sumber daya pesisir. lahan oleh masyarakat pesisir menunjukkan
4) Biodiversitas: keaneka ragaman diantara besar kecilnya kekuatan pendorong untuk
mahluk hidup baik daratan, lautan dan mempertahankan lahan pesisirnya. Asumsi
ekosistem akuatik lain serta kompleks yang digunakan untuk luas lahan pesisir adalah
ekologi yang merupakan bagian dari 0,7 Ha/masyarakat sebagai standar relative
keanekaragamannya,mencakup luas lahan usaha masyarakat pesisir untuk
keanekaraga man spesies, antar spesies dan dapat memenuhi kebutuhan yang layak.
ekosistem. Biodiversitas dalam penelitian ini 4) Upaya restorasi terpadu adalah upaya yang
difokuskan hanya kepada floranya saja. dilakukan bersama-sama antara pemerintah,
5) Sumber daya hayati: mencakup sumber daya masyarakat dan kalangan swasta untuk
genetik, organisme, populasi atau komponen memulihkan kembali kondisi ekosistem yang
biotik ekosistem lainnya. rusak kembali kekondisi semula melalui
6) Penguasaan lahan pesisir: jumlah luas lahan pelbagai macam kegiatan.
pesisir yang dikuasai oleh masyarakat,
berupa hak milik, sewa atau gadai. Besarnya
dorongan untuk mempertahankan
penguasaan lahan pesisir menunjukkan
besarnya ketergantungan masya-rakat
pesisir terhadap lahan garapan.
7) Tipologi masyarakat pesisir karakteristik
masyarakat pesisir yang berkepentingan
terhadap kegiatan pemulihan ekosistem.
Budaya masyarakat pesisir berdasarkan
tingkat sikap masyarakat terhadap usaha
pelestarian alam atau konservasi.
RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN : 2355-9926 57
DESEMBER-2014 VOLUME 01 NO. 01 http://rjls.ub.ac.id

Untuk dapat menganalisis strategi restorasi 1) Luas restorasi


terpadu dan menyusun rencana tindak program 2) Teknik restorasi
restorasi ekosistem terpadu digunakan metode 3) Pendanaan sektoral
penelitian deskriptif, partisipastif dan 4) Pemeliharaan
eksploratif. Sedang untuk menyusun restorasi 5) Pengawasan
ekosistem terpadu digunakan model 6) Kontinuitas
collaborative management atau disingkat Co- 7) Efektifitas
Management. Untuk melakukan analisis Dimensi :
digunakan “Partial Least Square” atau PLS 2. Ekosistem Mangrove.
(Gozali, 2005). PLS digunakan untuk memahami Indikator :
tingkat pengaruh antara satu variabel dengan 1) Luas restorasi
variabel lainnya dan dapat digunakan 2) Teknik restorasi
menganalisis konstruk yang dibentuk dengan 3) Pendanaan sektoral
indikator refleksif dan indikator formatif. 4) Pemeliharaan
Indikator refleksif memandang (secara 5) Pengawasan
matematis) indikator seolah-olah sebagai 6) Kontinuitas
variabel yang dipengaruhi oleh faktor (variabel 7) Efektifitas.
laten) yang sama. Hal ini mengakibatkan jika Dimensi :
terjadi perubahan dari satu indikator akan 3. Ekosistem Padang lamun
berakibat pada perubahan indikator lainnya Indikator :
dengan arah yang sama. Sedangkan indikator 1) Luas Restorasi
formatif memandang (secara matematis) 2) Teknik restorasi
indikator seolah-olah sebagai variabel yang 3) Pendanaan sektoral
mempengaruhi variabel laten. 4) Pemeliharaan
Variabel : Restorasi ekosistem secara terpadu. 5) Pengawasan
Dimensi : 6) Kontinuitas
1. Ekosistem terumbu karang. 7) Efektifitas.
Indikator :

Dimensi 1, 2, 3 diatas kemudian dibuat pemodelan struktural dengan menggunakan metode Partial least
Square (PLS) dengan draft model struktural sebagai berikut:

KTRP (Z1)

9
PT (X1) 10 KTRE (Z2)
2

Peran β1 Restorasi β2 Keterpaduan


3 Ekosistem 11
PB (X2) Masyarakat Ekosistem KP (Z3)
(X) Terpadu (Z)
4 (Y) 12

PP (X3) 6 8 KK (Z4)
7 13

Keterangan : ETK (Y1) EM (Y2) EPL (Y3) KM (Z5)


: Pengaruh Langsung

: Indikator Formatif
Gambar 1. Model Struktural
: Indikator Refleksif
RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN : 2355-9926 58
DESEMBER-2014 VOLUME 01 NO. 01 http://rjls.ub.ac.id

Dimana : a) Pengamatan stasiun yang pertama berada


PT (X1) : Peran dalam bentuk Tenaga. di laut di desa Tanjung Widoro, Kecamatan
PB (X2) : Peran dalam bentuk Biaya. Bungah dengan titik kordinat Latitude: 83°
PP (X3) : Peran dalam bentuk Pemikiran. 2' 15.580" S dan Longitude: 123° 12'
ETK (Y1) :Ekosistem Terumbu Karang. 44.831" E. dari stasiun pertama diperoleh
EM (Y2) : Ekosistem Mangrove. data suhu 310C, DO 9,1 mg/l, salinitas 34
EPL (Y3) :Ekosistem Padang Lamun. ppt, pH 7, 87, kecerahan 14 cm dan;
KTRP (Z1):Keterpaduan Tata Ruang Pesisir. b) Stasiun kedua berada didesa Banyu Urip,
KTRE (Z2):Keterpaduan Teknis Kecamatan Ujung Pangkah pada titik
Restorasi untuk ketiga Ekosistem. koordinat Latitude: 83° 3' 55.916" S dan
KP (Z3) : Keterpaduan Pendanaan. Longitude: 123° 8' 11.975" E diperoleh data
KK (Z4) : Keterpaduan Kelembagaan. suhu 31,80C, DO 9, 2 mg/l, salinitas 35 ppt,
KM (Z5) : Keterpaduan Manajemen. pH 7.81, dan kecerahan 15 cm. Kondisi
perairan di desa Banyu Urip mengalami
HASIL DAN PEMBAHASAN kekeruhan dan pencemaran dari industri
Pengambilan data penelitian dipilih dua sekitarnya. Hal ini ditandai dengan
stasiun: asamnya pH dan kedalaman cahaya
matahari untuk masuk ke perairan.

Tabel 2. Kondisi Ekosistem di Desa Tanjung Widoro, Kecamatan Bungah dan


Desa Banyu Urip, Kecamatan Ujung Pangkah, Kab. Gresik.
Desa Tanjung Widoro, Desa Banyu Urip,
Kec Bungah Kec Ujung Pangkah
1. Kondisi Terumbu Karang Kecerahan di setiap stasiun tidak Rusak parah, jenis karang otak.
lebih dari 18 cm. Cahaya matahari Tingkat sedimentasi tinggi, proses
yang masuk ke dalam perairan fotosintesis terganggu. Terumbu
tidak secara optimal mem- karang pada perairan relative
pengaruhi proses fotosintesis pada dangkal, suhu > 220 C, Kadar
zooxanthellae yang berasosiasi karbonat tinggi. Terdapat jenis alga
dengan karang. Hal tersebut merah. Prosentase penutupan
mempengaruhi tingkat karang pada stasiun sebesar 5%,
pertumbuhan terumbu karang. stasiun 2 sebesar 40%.
2. Mangrove Mangrove merupakan vegetasi Avicennia marina (api-api),
pantai tropis dan sub tropis yang Sonneratia caseolaris (bedodo),
mampu tumbuh dan berkembang Rhizopha mucronata (tanjangan/
pada daerah pasang surut pantai bakau). Luas areal budidaya 5 Ha.
berlumpur atau berpasir. Pada Sungai tercemar.
wilayah pantai utara kabupaten Nelayan kesulitan mencari ikan dan
Gresik yaitu di desa Tanjung petambak mengalami penurunan
Widoro Kecamatan Bungah daya dukung tambak. Konversi
memiliki mangrove jenis Avicennia atau alih fungsi kawasan hutan
marina (api-api), Rhizhopora mangrove untuk kegiatan
mucronata (tanjang atau bakau), pertambakan (kerang hijau) yang
Rhizopora apicilata, Cerip tagal, sangat luas di wilayah desa banyu
Rhizopora ctylosa, Sonneratia sp., urip dengan jumlah kerambah
Kylocarpus granata, Aegiceras kerang hijau mencapai 100
curriculatum (gedhang- kerambah yang dimiliki oleh 85
gedhangan). Hutan mangrove di orang, sehingga kondisi hutan
pantai utara seluas 250 ha, dengan mangrove di banyu urip cukup
luas areal budidaya 5 ha di memprihatinkan. Karena di desa
kecamatan bungah. Kondisi banyu urip mayoritas masyarakat
RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN : 2355-9926 59
DESEMBER-2014 VOLUME 01 NO. 01 http://rjls.ub.ac.id

Desa Tanjung Widoro, Desa Banyu Urip,


Kec Bungah Kec Ujung Pangkah
perairan di kabupaten Gresik sebagai nelayan dan pembudidaya
tercemar melalui sungai-sungai kerang hijau. Terjadinya
yang bermuara di laut Gresik. Tiga penambahan luas kawasan
sungai yang melintas di kabupaten industri, perdagangan, dan
Gresik tersebut yaitu, Bengawan permukiman dengan melakukan
Solo, Kali Lamong, dan Kali Tengah. pengurangan untuk menambah
Beberapa parameter pencemar di luas areal dalam bentuk
tiga sungai itu sudah melebihi pembangunan “Water Front City”,
batas, hal ini yang mengakibatkan tanpa disadari hal tersebut
nelayan kesulitan mencari ikan dan berakibat kepada perubahan arus
petambak mengalami penurunan pada alur laut yang ada, laju intrusi
daya dukung tambak. air laut ke arah darat semakin
meningkat, terjadinya erosi dan
abrasi pantai, proses
pendangkalan, perubahan atau
hilangnya habitat tertentu dan
spesies ikan tertentu di laut,
hilangnya tempat inkubasi bibit
dan pembesaran ikan sebelum
bergerak ke arah perairan laut,
hilangnya rantai makanan bagi
pertumbuhan biota laut. Hal ini
yang memperburuk kerusakan
hutan mangrove dan
memperparah kondisi perairan dan
ekosistem di pantai banyu urip,
sehingga di kuatirkan dengan
berkurangnya jumlah tegakan
mangrove akan bedampak
terhadap ekosistem yang ada.
Hutan mangrove yang tersisa
berada di dekat TPI, di daerah
tersebut hutan mangrove juga di
alih fungsikan menjadi tempat
tambatan kapal.
3. Padang Lamun Sepanjang penelusuran kami di Sepanjang pesisir pantai banyu urip
pesisir pantai tanjung widoro tidak dan penyelaman di pantai banyu
terdapat lamun. Karena pengaruh urip tidak terdapat lamun
dari gelombang, sedimentasi, dikarenakan penyusun pantai
pemanasan air pergantian pasang banyu urip berupa kerakal, kerikil,
dan surut dan curah hujan, pasir, lumpur atau lempung yang
semuanya harus di hadapi dengan mengandung cangkang fossil,
gigih dengan penyesuaian- sehingga kurang optimal untuk
penyesuaian secara morfologik dan pertumbuhan Lamun. Dengan
secara faal. Tumbuhan ini tumbuh kondisi penyusun sedimen berupa
di laut dangkal karena mem- kerakal, kerikil, pasir, lumpur,
butuhkan cahaya matahari yang lempung mengandung cangkang
cukup. Kekeruhan yang mengu- fossil mengakibatkan lamun yang
rangi penetrasi cahaya akan telah mati tidak bisa tumbuh
mempengaruhi kehidupan lamun. optimal lagi dan dapat disimpulkan
Pada daerah tropis, lamun tumbuh kondisi ekosistem lamun di desa
RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN : 2355-9926 60
DESEMBER-2014 VOLUME 01 NO. 01 http://rjls.ub.ac.id

Desa Tanjung Widoro, Desa Banyu Urip,


Kec Bungah Kec Ujung Pangkah
pada suhu 20 -30° C dan pada banyu urip rusak. Hal ini
salinitas 25 – 35 ppt. beberapa dikarenakan tingkat sedimentasi
genera tumbuh subur pada yang cukup parah.
salinitas hingga 10 ppt.
4. Estuari Di daerah estuari terdapat Di daerah estuari terdapat
pendangkalan yang di akibatkan pendangkalan yang diakibatkan
oleh reklamasi pantai dan oleh reklamasi pantai dan
kerusakan hutan, serta alih fungsi kerusakan hutan serta alih fungsi
hutan mangrove sehingga hutan mangrove. Kondisi hutan
mengakibatkan pendangkalan dan mangrove di daerah estuari juga
sedimentasi yang tinggi di daerah mengalami kerusakan, selain itu
estuari kondisi hutan mangrove di juga terdapat banyak sampah di
daerah estuari juga mengalami daerah estuari antara lain sampah
kerusakan, selain itu sampah juga plastik, sampah botol air mineral,
terdapat banyak di daerah estuari daun dan bekas cool box
antara lain sampah plastik, sampah penyimpanan ikan serta cangkang
botol air mineral, daun dan bekas kerang hijau.
cool box penyimpanan ikan serta
daerah ini mengalami abrasi.

Setelah validitas, reliabilitas, dan konsistensi indikator penyusun variabel laten (outer model)
terpenuhi, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian pada inner model struktural. Pengujian inner
model (structural model) pada intinya menguji hipotesis dalam penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan uji t (T-statistic) pada masing-masing jalur pengaruh langsung secara parsial. Berdasarkan pada
hasil analisis dengan menggunakan bantuan software SmartPLS, didapatkan hasil pengujian Inner Model
Wilayah Kabupaten Gresik sebagai berikut:

Tabel 3. Hasil Pengujian Pengaruh Langsung Inner Model Wilayah Gresik


Inner
Model Struktural Variabel Endogen Variabel Eksogen T-Statistic Keterangan
Weight
Model 1 Restorasi Ekosistem (Y) Peran Masyarakat (X) 0.877 49.359 Signifikan
Model 2 Keterpaduan Ekosistem (Z) Restorasi Ekosistem (Y) 0.492 10.872 Signifikan

Hasil pengujian hipotesis, koefisien jalur juga dapat dilihat pada model struktural sebagai berikut.
KTRP (Z1)
PT (X1)
0,810

0,726 KTRE (Z2)


0,856
PB (X2)
Peran Masy. 0,877 Restorasi 0,492 Keterpaduan
0,851 0,801
(X) Ekosistem Ekosistem (Z) KP (Z3)
Terpadu (Y)
0,925
PP (X3) 0,900

-0,079 0,099 KK (Z4)


0,720 1,056 0,883
PM (X4)
ETK (Y1) EM (Y2) EPL (Y3) KM (Z5)

Keterangan :
: Pengaruh Langsung

: Indikator Formatif
Gambar 2. Model Struktural Hasil Pengujian
: Indikator Refleksif
Hipotesis Inner Model Wilayah Kabupaten Gresik
RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN : 2355-9926 61
DESEMBER-2014 VOLUME 01 NO. 01 http://rjls.ub.ac.id

Dari gambar dan tabel di atas terlihat bahwa dari dua hubungan langsung yang terbagi dalam dua
model antara variabel eksogen dengan variabel endogen, semua jalur signifikan pada tingkat kesalahan
5%. Pada Model 1, jalur pengaruh antara Peran Masyarakat (X) terhadap Restorasi Ekosistem Terpadu (Y),
Variabel Peran Masyarakat (X) memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap restorasi
ekosistem terpadu. Semakin baik peran masyarakat, maka akan berdampak pada meningkatnya restorasi
ekosistem terpadu.
Pada Model 2, jalur pengaruh antara Restorasi Ekosistem Terpadu (Y) terhadap Keterpaduan
Ekosistem (Z), Restorasi Ekosistem Terpadu (Y) memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
Keterpaduan Ekosistem (Z). Meningkatnya kualitas restorasi ekosistem secara terpadu, akan
meningkatkan keterpaduan ekosistem pesisir.
Selain menguji pengaruh langsung variabel eksogen terhadap variabel endogen, juga diuji pengaruh
total (total effect) variabel eksogen dan mediator terhadap variabel Keterpaduan Ekosistem (Z). Pengaruh
total merupakan hasil penjumlahan pengaruh langsung dan pengaruh tak langsung variabel eksogen
terhadap variabel endogen. Pengaruh total variabel dapat dilihat dari total effect variabel eksogen.
Berikut hasil pengujian pengaruh total antara variabel eksogen terhadap Variabel Keterpaduan Ekosistem
(Z) :

Tabel 4. Hasil Pengujian Hipotesis Pengaruh Total Inner Model


Variabel Endogen Variabel Eksogen Total Effect T-statistic Keterangan
Keterpaduan Peran Masyarakat (X) 0.432 10.178 Signifikan
Ekosistem (Z) Restorasi Ekosistem (Y) 0.492 10.872 Signifikan

Besarnya pengaruh total variabel juga dapat dilihat pada gambar 3 berikut :

0,492
0,50
0,49
0,48
0,47
0,46
0,45 0,432
0,44
0,43
0,42
0,41
0,40
Peran Masyarakat (X) Restorasi Ekosistem (Y)

Gambar 3. Besarnya Pengaruh Total Variabel Eksogen Terhadap Keterpaduan


Ekosistem Model Wilayah Gresik.
RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN : 2355-9926 62
DESEMBER-2014 VOLUME 01 NO. 01 http://rjls.ub.ac.id

Berdasarkan pada grafik di atas, dapat digunakan untuk “water front city”. Aktifitas
dijelaskan bahwa Variabel Peran Masyarakat (X) tersebut semakin memperparah kerusakan
memiliki total effect sebesar 0,432 dan Restorasi ekosistem mangrove. Ekosistem padang lamun
Ekosistem Terpadu (Y) memiliki total effect tidak ditemukan di kawasan Kabupaten Gresik.
sebesar 0,492. Total effect Variabel Restorasi Kondisi ekosistem estuaria semakin rusak akibat
Ekosistem Terpadu (Y) lebih besar daripada penumpukan sampah dan pendangkalan akibat
variabel Peran Masyarakat (X). Hal ini reklamasi pantai dan sedimentasi dari muara
mengindikasikan bahwa pengaruh Variabel sungai.
Restorasi Ekosistem Terpadu (Y) terhadap Berdasarkan kondisi ekosistem kawasan
Keterpaduan Ekosistem lebih besar atau lebih pesisir di Kabupaten Gresik tersebut, kemudian
dominan daripada Peran Masyarakat (X). dilakukan penentuan prioritas restorasi untuk
mendapatkan strategi yang tepat dalam
Prioritas Restorasi Ekosistem Kawasan Pesisir pelaksanaan restorasi kawasan pesisir.
Kabupaten Gresik. Penentuan prioritas didasarkan pada kriteria
Prioritas restorasi ekosistem kawasan dan subkriteria yang tersusun dalam hirarki
pesisir Kabupaten Gresik difokuskan pada empat dengan menggunakan Analytical Hierarchy
alternatif ekosistem, yakni ekosistem terumbu Process (AHP) (Saaty, 1986) sebagai berikut :
karang, ekosistem mangrove, ekosistem padang (Lihat gambar 4 dibawah ini).
lamun, dan ekosistem estuaria. Keempat Berdasarkan pada hirarki di atas, ditunjuk-
ekosistem tersebut dipilih sebagai alternatif kan bahwa dalam penentuan prioritas restorasi
dengan pertimbangan adanya keterkaitan ekosistem pesisir berdasarkan empat kriteria,
ekologis (hubungan fungsional baik dalam nutrisi yakni manfaat bagi masyarakat, manfaat
terlarut, sifat fisika air, partikel organic, maupun ekologi, manfaat sosial, dan tingkat kerusakan.
migrasi satwa. Selain itu, pertimbangan lainnya Keempat kriteria tersebut memiliki eigen value
adalah keempat ekosistem tersebut memiliki atau bobot prioritas yang berbeda. Eigen value
keterkaitan 3 jenis mangrove dengan memper- tertinggi dimiliki oleh kriteria tingkat kerusakan
tinggi keanekaragaman jenis organisme. dan eigen value tertinggi kedua dimiliki oleh
Berdasarkan pada hasil penelitian di kriteria manfaat bagi ekologi. Dari hasil analisis
lapangan, wilayah pesisir di Kabupaten Gresik tersebut didapatkan bahwa penentuan prioritas
memiliki tingkat kerusakan terumbu karang yang restorasi ekosistem pesisir di Kabupaten Gresik
sangat tinggi. Banyak terumbu karang yang mati, lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat kerusakan
rapuh, bahkan di Desa Tanjung Widoro Kec. ekosistem dan manfaat bagi ekologi.
Bungah tidak ditemukan ekosistem terumbu Tiga manfaat ekologi yang paling besar
karang. Kerusakan tersebut terjadi karena diharapkan dari hasil restorasi ekosistem pesisir
berbagai faktor, terutama adalah aktivitas di Kabupaten Gresik antara lain adalah sebagai
manusia yang sangat tinggi. Tingkat sedimentasi, pelindung sempadan pantai dan ekosistem
kekeruhan air, dan ombak yang tinggi semakin pesisir lain dari aksi gelombang panas dan
memperparah kerusakan terumbu karang. dampak destruktif badai (λ = 0,282), gudang
Kondisi ekosistem mangrove di kawasan keanekaragaman hayati laut (λ = 0,174), dan
pesisir Kabupaten Gresik juga mengalami hal pelindung dari abrasi (λ = 0,155).
yang sama. Sekitar 70% - 80% ekosistem Kriteria manfaat ekonomi dan manfaat
mangrove di kawasan pesisir Kabupaten Gresik sosial memiliki eigen value yang relatif kecil. Hal
mengalami kerusakan yang parah. Aktivitas ini terjadi karena pemanfaatan ekosistem
manusia yang tinggi merupakan faktor utama kawasan pesisir untuk keperluan ekonomi dapat
penyebab rusaknya ekosistem mangrove. Di menambah kerusakan ekosistem kawasan
lokasi penelitian banyak ditemukan alih fungsi pesisir. Jika ditinjau dari manfaat sosial,
hutan mangrove menjadi areal pertambakan. diharapkan tingkah laku masyarakat lokal sesuai
Bahkan kawasan pesisir di Kabupaten Gresik persepsi memanfaatkan ekosistem.
RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN : 2355-9926 63
DESEMBER-2014 VOLUME 01 NO. 01 http://rjls.ub.ac.id

Namun hal tersebut bertolak belakang sistem mangrove memiliki eigen value yang
dengan fakta di lapangan. Banyak aktifitas dan paling tinggi (λ = 0,584). Oleh karena itu,
kegiatan masyarakat yang justru dapat merusak ekosistem mangrove merupakan prioritas utama
ekosistem kawasan pesisir. yang diambil dalam restorasi ekosistem kawasan
Berdasarkan hasil penghitungan dengan pesisir.
menggunakan AHP, didapatkan bahwa eko-

Restorasi Kawasan Pesisir


Kab. Gresik

Manfaat bagi Masyarakat Manfaat bagi Ekologi Manfaat bagi Sosial Tingkat Kerusakan
λ = 0,049 λ = 0,253 λ = 0,051 λ = 0,647

Subkriteria : Subkriteria : Subkriteria :


1. Mendukung perikanan 1. Siklus biogeokimia (λ = 0,087) 1. Dianggap warisan turun
komersil (λ = 0,035) 2. Keberlangsungan fungsi temurun (λ = 0,077)
2. Mendukung pendapatan (λ = ekosfer bumi (λ = 0,061) 2. Mengelola berdasar
0,024) 3. Habitat pemijahan, peneluran, kearifan lokal (λ = 0,025)
3. Mendukung bisnis melalui dan pembesaran ikan (λ = 3. Tingkah laku masyarakat
pariwisata (λ = 0,040) 0,020) lokal sesuai persepsi
4. Perlindungan pantai dan 4. Keanekaragaman hayati laut (λ memanfaatkan ekosistem
pulau kecil (λ = 0,315) = 0,174) (λ = 0,628)
5. Marinkultur (λ = 0,105) 5. Pelindung sempadan pantai 4. Peran adat sangat kuat
6. Wilayah perlindungan (λ = dan ekosistem pesisir lain dari untuk mengelola ekosistem
0,213) aksi gelombang panas dan (λ = 0,069)
7. Penelitian dan pendidikan (λ dampak destruktif badai (λ = 5. Kekerabatan sangat kuat (λ
= 0,090) 0,282) = 0,201)
8. Wahana dan rekreasi (λ = 6. Penyokong keberadaan pulau
0,037) kecil (λ = 0,038)
9. Penghasil keperluan rumah 7. Wahana pendidikan (λ = 0,010)
tangga (λ = 0,033) 8. Pengatur iklim mikro (λ = 0,055)
10.Penghasil keperluan industri 9. Peredam gelombang dan angin
(λ = 0,021) (λ = 0,077)
11.Penghasil bibit (λ = 0,088) 10. Pelindung dari abrasi (λ =
0,155)
11. Penahanl lumpur (λ = 0,051)

Ekosistem Terumbu Karang Ekosistem Mangrove Ekosistem Padang Lamun Ekosistem Estuaria
λ = 0,293 λ = 0,584 λ = 0,048 λ = 0,076

Gambar 4. Hirarki Penentuan Prioritas Restorasi Ekosistem Pesisir Kab. Gresik.

Hasil pengujian prioritas restorasi ekosistem kawasan pesisir juga dapat dijelaskan gambar grafik berikut :
RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN : 2355-9926 64
DESEMBER-2014 VOLUME 01 NO. 01 http://rjls.ub.ac.id

penentuan prioritas restorasi ekosistem adalah tingkat kerusakan dengan bobot prioritas sebesar
64,7%. Prioritas restorasi ekosistem kawasan pesisir yang didapatkan adalah ekosistem mangrove dengan
bobot prioritas sebesar 58,4%. Jika ditelah lebih lanjut dengan grafik head to head, didapatkan gambar
grafik sebagai berikut :

Gambar 6. Head to head antara mangrove dan terumbu karang.

Gambar 7. Head to head mangrove dan Padang lamun.

Gambar 8. Head to Head Ekosistem Mangrove dan Estuaria di Kawasan Pesisir Kab. Gresik.
RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN : 2355-9926 65
DESEMBER-2014 VOLUME 01 NO. 01 http://rjls.ub.ac.id

Berdasarkan grafik head to head di atas, ningkatkan nilai estika alam dan menyediakan
jika dibandingkan dengan ekosistem terumbu ruang terbuka dan peluang dijadikan sebagi
karang, dapat dijelaskan bahwa ekosistem tempat pariwisata; (c) merevitalisasi dan
mangrove lebih diprioritaskan dari semua aspek, mewujudkan habitat yang sesuai untuk flora,
baik aspek manfaat bagi masyarakat, manfaat fauna dan meningkatkan keanekaragaman
bagi ekologi, manfaat sosial, maupun tingkat hayati pada kawasan pesisir; (d) mencegah
kerusakan. Demikian juga jika dibandingkan terjadinya banjir pada saat hujan; (e) mencegah
dengan ekosistem padang lamun dan estuaria, terjadinya tanah tererosi untuk menghindari
ekosistem mangrove lebih diprioritaskan pada kehidupan habitat bawah laut; (f) memperbaiki
semua aspek, baik manfaat bagi masyarakat, kualitas sedimen dan mengurangi kontaminasi
manfaat bagi ekologi, manfaat sosial, maupun terhadap ikan; (g) melarang kegiatan membuang
tingkat kerusakan. Ekosistem mangrove material padat dan cair ke kawasan pesisir untuk
memiliki banyak manfaat terutama sebagai menghindari pencemaran; (h) mencegah ter-
pelindung sempadan pantai dan ekosistem jadinya bencana alam yang bersifat datangnya
pesisir lain dari aksi gelombang panas dan mendadak seperti tsunami; (i). mengantisipasi
dampak destruktif badai, pelindung dari abrasi, perubahan iklim dan global warming; Kunci
gudang keanekaragaman hayati laut, dan berhasilnya restorasi ekosistem pesisir adalah
peredam gelombang dan angin. Restorasi kelembagaan. Kelembagaan yang memiliki
ekosistem mangrove membutuhkan waktu yang kewenangan, memiliki dana, memiliki program,
relatif lebih singkat daripada restorasi dilakukan memiliki SDM, memiliki peralatan yang
pada ekosistem yang lain. Selain itu, hasil memadai dan kelengkapan Standar Operating
restorasi ekosistem mangrove secara tidak procedure (SOP).
langsung juga mampu memperbaiki ekosistem Untuk itu penataan ruang pesisir dan laut
yang lain. yang merupakan dasar pengembangan wilayah
Strategi restorasi ekosistem kawasan pesisir, perlu dan mendesak untuk disusun
pesisir akan membentuk semacam kelembagaan dengan mengintegrasikan aspek terrestrial dan
ditingkat pemerintahan maupun non pesisir serta laut. Penataan ruang pesisir dan laut
pemerintahan baik ditingkat pemerintah pusat, perlu dilakukan untuk skala regional (propinsi
provinsi dan kabupaten/kota. Kelembagaan atau antar propinsi) dan skala kota/kabupaten,
tersebut akan difasilitasi oleh Kementerian termasuk penyusunan rencana detail lokasi
Kelautan dan Perikanan ditingkat Pusat, kawasan ekosistem yang akan dilakukan
ditingkat propinsi difasilitasi oleh Bappeda restorasinya. Penataan ruang pesisir secara
propinsi dan ditingkat kabupaten/kota terpadu ini untuk menghindari terulangnya
difasilitasi oleh Bappeda kota/kabupaten. kembali penanganan restorasi ekosistem secara
Harapan manfaat yang akan diperoleh sektoral.
mencakup manfaat secara ekologi, manfaat Berkaitan dengan hal tersebut perlu
secara ekonomi, manfaat secara sosial dan disusun sebuah kerangka strategi restorasi
budaya. ekosistem secara terpadu pada aspek
Penanganan restorasi secara terpadu kelembagaan dengan memperhatikan skala
dengan skala prioritas kepada mangrove, prioritas penangannannya baik secara
kemudian terumbu karang, kawasan estuaria perencanaan strategis (strategic plan), business
dan padang lamun, secara teknis dapat plan dan rencana penguatan kapasitas
dilakukan apabila ada kelembagaan yang kelembagaan. Gambar 9 merupakan pen-
menangani secara khusus. Kelembagaan ini dekatan Co-Management yang diterapkan
berisikan unsur unsur dari Pemerintah daerah, dalam kelembagaan restorasi.
masyarakat maupun swasta. Kelembagaan ini Untuk membangun pengelolaan yang
secara umum akan bertugas: (a) melindungi dan kolaboratif tersebut maka diperlukan sebuah
memperbaiki kualitas perairan; (b) me- kondisi yang kondusif sebagai berikut: (a)
RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN : 2355-9926 66
DESEMBER-2014 VOLUME 01 NO. 01 http://rjls.ub.ac.id

kesetaraan dalam musyawarah sebelum diwilayah pesisir. Masyarakat lokal sebagai


pengambilan kebijakan melalui musyawarah pengguna (the users) merupakan kunci
yang kolaboratif; (b) arah kebijakan yang diambil keberhasilan pengelolaan kawasan pesisir.
merupakan kesepakatan dan kesepahaman Dalam co-management perlu diperhatikan: (a)
antara 3 (tiga) pemangku kepentingan; (c) batas wilayah penanganan yang jelas; (b)
Senantiasa melakukan “open management” anggota yang ada dalam lembaga co-
diantara 3 (tiga) pemangku kepentingan dengan management harus jelas; (c) anggota dalam co-
azas keterbukaan; (d) pengakuan dan management harus komitmen dan memiliki
penghargaan kepada prestasi kelompok keterikatan yang jelas dan solid; (d) Manfaat
masyarakat yang mendukung kegiatan restotasi; yang diperoleh harus lebih jelas dari biaya yang
(e) penegakan hukum (law enforcement) dikeluarkan; (e) legalisasi yang jelas dan
kepada pelanggar hokum; (f) Pemantauan menunjang system dan prosedur kerja; (f)
efektifitas kegiatan restorasi ekosistem terpadu; kerjasama yang erat dengan tokoh masyarakat,
(g) Membantu menyelesaikan konflik antara tokoh agama, dan ketua RT atau RW; (g) adanya
masyarakat, antara masyarakat dan swasta, pendelegasian kewenangan; (h) koordinasi dan
antara masyarakat dan pemerintah dan antara transparansi inter dan intra organisasi dalam co-
pemerintah dengan swasta. management.
Model co-management untuk mengurangi
tumpang tindih kepentingan pemanfaatan

 KEMAUAN
PEMERINTAH
MENDESENTR  KESADARAN
ALISASIKAN MASYARAKAT
TANGGUNG  KEMAMPUAN
JAWAB MASYARAKAT
 PERLU  PENDAPATAN
DUKUNGAN MASYARAKAT
BAIK
LEGALITAS &
FINANSIAL

RESTORASI EKOSISTEM PESISIR


TERPADU

PEMULIHAN EKOSISTEM PESISIR


TERPADU

Gambar 8. Restorasi ekosistem terpadu dalam model co-management.


RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN : 2355-9926 67
DESEMBER-2014 VOLUME 01 NO. 01 http://rjls.ub.ac.id

KESIMPULAN 2. Memperluas pengenalan model restorasi


1. Strategi untuk memulihkan ekosistem pesisir ekosistem terpadu ke kabupaten lainnya
secara terpadu adalah dengan peran untuk mengetahui lebih lanjut implement-
masyarakat. Peran masyarakat sangat tasinya dilapang, sebagai “pilot project”.
menentukan untuk melakukan restorasi 3. Mengintensifkan komunikasi/koordinasi/
ekosistem pesisir dan memerlukan kola- konsultasi dengan pemerintah provinsi dan
borasi dengan pemerintah, dan swasta. pemerintah pusat dalam hal ini bappenas dan
Untuk itu diperlukan kelembagaan untuk Kementerian Kelautan dan Perikanan.
mewujudkan kolaborasi tersebut
2. Rencana tindak memulihkan ekosistem DAFTAR PUSTAKA
pesisir dengan menggunakan restorasi Clewell, A Rieger, J Munro.J. 2005. Guidelines for
terpadu adalah dengan memprioritaskan Developing and Managing Ecological
mangrove sebagai penanganan yang utama, Restoration Projects. 2nd Edition. Society
diikuti dengan penanganan terumbu karang, for Ecological Restoration International.
kemudian penanganan estuaria dan terakhir Dahuri, R., Rais J., Ginting S.P., Sitepu, M.J. (cet.
penanganan dengan padang lamun. 2), 2001 : Pengelolaan Sumberdaya
Berdasarkan prioritas penanganan tersebut Wilayah Pesisir dan Lautan Secara
disusun kerangka strategi mulai dari visi, misi Terpadu ; PT. Pradnya Paramita, Jakarta,
dan prioritas strategi. Indonesia.
3. Model pengelolaan restorasi ekosistem Ghozali,I. 2005. Model Persamaan Struktural:
pesisir terpadu adalah dengan menggunakan Konsep dan aplikasi dengan Program
model co-management. Penanganan res- Amos ver. 5.0.
torasi ekosistem secara terpadu dalam co- Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian.
management mengutamakan 3 (tiga) hal Ghalia Indonesia. Cetakan keempat.
pokok dari masyarakat yaitu: kesadaran Jakarta.
masyarakat, kemampuan masyarakat dan Perrow,M.R., Davy. A.J. 2002. Handbook of
pendapatan masyarakat. Sedang dari pihak Ecological Restoration. Volume 1.
pemerintah diperlukan ada kemauan Principles of Restoration. Cambridge
pemerintah mendesentralisasikan tanggung University Press.
jawab dan wewenang, termasuk perlu Rudianto. 2012. Strategi Pengelolaan Kawasan
dukungan kepada masyarakat dan swasta Konservasi Wilayah Pesisir: Studi Kasus
baik secara legalitas, iklim yang kondusif bagi Wilayah pesisir Wonogoro, Desa
usaha swasta yang berwawasan lingkungan Tumpakrejo, Kecamatan Gedangan,
dan berkelanjutan, serta bantuan pendanaan Kabupaten malang, Propinsi Jawa Timur.
bagi aktivitas masyarakat melakukan upaya Paper dipresentasikan pada Seminar
restorasi secara terpadu. nasional “Pengelolaan Sumberdaya Laut
dan Pesisir Secara Terpadu dan
SARAN Berkelanjutan di Indonesia, tanggal 19
1. Model co-management perlu dibangun Maret 2012.
sistemnya dengan para pemangku Saaty, T.L. 1986. Decision making for leader, the
kepentingan terkait (system establishment) analytical hierarchy process for decision in
sehingga dapat menjadi acuan dalam complex world. University of Pitsburg.
merumuskan “policy statement” dan “policy Mervis hall. Pitsburgh.
recommendation”;

Anda mungkin juga menyukai