Rudianto
Program Studi Ilmu Kelautan, Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya
Email: hrudianto@ub.ac.id
menyimpan karbon (Rudianto. 2012). Untuk melebihi baku mutu diantaranya kandungan
mencegah agar kerusakan pesisir tidak menjadi tembaga mencapai 0,218 miligram per liter
bertambah parah, diperlukan upaya restorasi (standar baku mutu 0,005mg/lt). Kandungan zat
ekosistem pesisir secara terpadu dan seng (Zn) mencapai 0,27mg/lt (standar baku
menyeluruh (Clewell. et al. 2005) mutu 1,5 – 1,0 mg/lt). Angka ini mengindikasikan
Untuk mengetahui bagaimana strategi tercemar sangat berat. Kandungan ammonia
restorasi yang tepat mengatasi kerusakan (NH3) serta logam berat berada diatas standar
pesisir, diperlukan penelitian di Kabupaten baku mutu yaitu pada tingkat 0,3mg/lt, hasil
Gresik pada 2 (dua) kecamatan terpilih yaitu di pengkuruan di Ujung pangkah mencapai
kecamatan Ujung pangkah dan kecamatan 0,4mg/lt. Disamping itu ada indikator pencemar
Bungah. Kabupaten Gresik dipilih sebagai lain yaitu liquid hydrocarbon (hidrokarbon cair)
sampel karena Kabupaten Gresik memiliki yang berasal dari tumpahan minyak dan gas
tingkat kerusakan wilayah pesisir yang salah kelaut yang berasal dari bahan bakar perahu dan
satunya paling parah di propinsi Jawa Timur. diduga tingkat pencemarannya sampai pada
Buku Laporan SLHD Propinsi Jawa Timur (2010) tingkat yang mengkhawatirkan.
menyatakan bahwa untuk wilayah Gresik Berdasarkan observasi lapang di desa
sebagian besar mangrovenya telah direklamasi Banyu Urip, Kecamatan Ujung pangkah,
menjadi kawasan pergudangan dan industri. sumberdaya alam didaerah ini semakin tahun
Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan mengalami degradasi. Hasil tangkapan nelayan
Perikanan Propinsi Jawa Timur (2009) dan hasil panen tambak semakin menurun baik
menyatakan bahwa kerusakan terumbu karang secara kualitas maupun kuantitas. Hal ini
di kawasan pantai utara Jawa Timur mulai disebabkan karena adanya pembukaan lahan
kabupaten Tuban, Lamongan, Gresik, serta pertanian di daerah hulu, pengaliran limbah
pesisir Pulau Madura sangat memprihatinkan industri di daerah aliran sungan (DAS) yang
karena hampir 60% terumbu karang dikawasan menghasilkan limbah kimiawi (hidrokarbon,
tersebut rusak parah. logam berat, dan yang lain-lain) yang masuk
Kecamatan Ujung Pangkah memiliki luas melalui aliran sungai.
94,82 Km2 sedangkan Kecamatan Bungah
luasnya 79,49 Km2. Kedua kecamatan dilintasi METODE PENELITIAN
oleh Sungai Bengawan Solo yang bermuara ke Peneltian ini menggunakan penelitian kom-
laut dan sangat potensial untuk usaha binasi yaitu penelitian deskriptif, penelitian
Perikanan. Kedua kecamatan ini berada di partisipatif dan penelitian eksploratif. Penelitian
wilayah pantai dan memiliki potensi sumberdaya deskriptif adalah metode yang mengkaji dan
alam yang tinggi yang meliputi mangrove dan memecahkan persoalan serta memberikan
terumbu karang. Luasan hutan bakau yang juga interpretasi dari fakta yang ada saat ini.
meliputi Kecamatan Manyar dan Sidayu Penelitian partisipatif adalah metode penelitian
mencapai 5.828,62 Ha sedangkan terumbu yang memberikan kesempatan pada responden
karangnya yang juga termasuk Kecamatan dalam proses pengambilan keputusan untuk
Panceng dan Pulau Bawean 5.387,99 Ha. Selain menyelesaikan isu penelitian. Sedangkan
itu, terdapat pula Tempat Pendaratan Ikan yaitu penelitian eksploratif adalah metode penelitian
di Ds. Ngemboh Kecamatan Ujung pangkah dan mengkaji dan mengungkapkan sesuatu dari
Ds. Tanjung Widoro di Kecamatan Bungah lapangan. (Nazir, 1988).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Kerangka konseptual dan kerangka ope-
oleh ITB bersama Pemerintah Kabupaten Gresik rasional. Kerangka konseptual merupakan
(2011) bahwa perairan kecamatan Ujung uraian yang menjelaskan konsep-konsep apa
Pangkah dikategorikan tercemar ringan. Indeks saja yang terkandung didalam asumsi teoritis
pencemaran laut berada pada tingkat 1-5. yang akan digunakan untuk mengabstraksikan
Namun ada beberapa zat yang diketemukan (mengistilahkan) unsur-unsur yang terkandung
RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN : 2355-9926 56
DESEMBER-2014 VOLUME 01 NO. 01 http://rjls.ub.ac.id
didalam fenomena yang akan diteliti dan saja yang diturunkan dari konsep-konsep terpilih
bagaimana hubungan diantara konsep-konsep dan bagaimana hubungan diantara variabel-
tersebut. Sedangkan kerangka operasional variabel tersebut.
adalah penjelasan tentang variabel-variabel apa
1) Aspek Biofisik Ekologi: meliputi: liputan 1) Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang
penutup lahan, keragaman jenis vegetasi, tinggal dikawasan pesisir dikelompokkan
kesesuaian lahan dan penggunaannya, data menjadi: (1) Nelayan penangkap ikan (anak
potensi sumber daya pesisir, tingkat buah kapal dan pemilik); (2)
kerusakan ekosistem, upaya pemulihannya; Petambak/pembudidaya; (3) Pengolah hasil
2) Aspek Sosial-ekonomi: Karakteristik kondisi laut; dan (4) Pedagang hasil laut.
sosial ekonomi masyarakat pesisir, sikap, 2) Penguasaan lahan pesisir diukur berdasarkan
nilai, norma, perilaku, adat istiadat. luas penggunaan lahan pesisir termasuk
3) Aspek Hubungan Pemanfaatan ekosistem digunakan untuk usaha perikanan dan non
pesisir: bagaimana pemerintah, masyarakat perikanan.
dan swasta memiliki akses terhadap 3) Luas penguasaan lahan pesisir adalah jumlah
ekosistem pesisir, jenis konflik yang terjadi, total luas lahan yang dikuasai oleh masyarakat
Pemanfaatan sumber daya pesisir (rasional pesisir, swasta maupun pemerintah berupa
dan tidak rasional), bentuk hubungan lahan pesisir. Luas atas sempitnya penguasaan
relasional pemanfaatan sumber daya pesisir. lahan oleh masyarakat pesisir menunjukkan
4) Biodiversitas: keaneka ragaman diantara besar kecilnya kekuatan pendorong untuk
mahluk hidup baik daratan, lautan dan mempertahankan lahan pesisirnya. Asumsi
ekosistem akuatik lain serta kompleks yang digunakan untuk luas lahan pesisir adalah
ekologi yang merupakan bagian dari 0,7 Ha/masyarakat sebagai standar relative
keanekaragamannya,mencakup luas lahan usaha masyarakat pesisir untuk
keanekaraga man spesies, antar spesies dan dapat memenuhi kebutuhan yang layak.
ekosistem. Biodiversitas dalam penelitian ini 4) Upaya restorasi terpadu adalah upaya yang
difokuskan hanya kepada floranya saja. dilakukan bersama-sama antara pemerintah,
5) Sumber daya hayati: mencakup sumber daya masyarakat dan kalangan swasta untuk
genetik, organisme, populasi atau komponen memulihkan kembali kondisi ekosistem yang
biotik ekosistem lainnya. rusak kembali kekondisi semula melalui
6) Penguasaan lahan pesisir: jumlah luas lahan pelbagai macam kegiatan.
pesisir yang dikuasai oleh masyarakat,
berupa hak milik, sewa atau gadai. Besarnya
dorongan untuk mempertahankan
penguasaan lahan pesisir menunjukkan
besarnya ketergantungan masya-rakat
pesisir terhadap lahan garapan.
7) Tipologi masyarakat pesisir karakteristik
masyarakat pesisir yang berkepentingan
terhadap kegiatan pemulihan ekosistem.
Budaya masyarakat pesisir berdasarkan
tingkat sikap masyarakat terhadap usaha
pelestarian alam atau konservasi.
RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN : 2355-9926 57
DESEMBER-2014 VOLUME 01 NO. 01 http://rjls.ub.ac.id
Dimensi 1, 2, 3 diatas kemudian dibuat pemodelan struktural dengan menggunakan metode Partial least
Square (PLS) dengan draft model struktural sebagai berikut:
KTRP (Z1)
9
PT (X1) 10 KTRE (Z2)
2
PP (X3) 6 8 KK (Z4)
7 13
: Indikator Formatif
Gambar 1. Model Struktural
: Indikator Refleksif
RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN : 2355-9926 58
DESEMBER-2014 VOLUME 01 NO. 01 http://rjls.ub.ac.id
Setelah validitas, reliabilitas, dan konsistensi indikator penyusun variabel laten (outer model)
terpenuhi, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian pada inner model struktural. Pengujian inner
model (structural model) pada intinya menguji hipotesis dalam penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan uji t (T-statistic) pada masing-masing jalur pengaruh langsung secara parsial. Berdasarkan pada
hasil analisis dengan menggunakan bantuan software SmartPLS, didapatkan hasil pengujian Inner Model
Wilayah Kabupaten Gresik sebagai berikut:
Hasil pengujian hipotesis, koefisien jalur juga dapat dilihat pada model struktural sebagai berikut.
KTRP (Z1)
PT (X1)
0,810
Keterangan :
: Pengaruh Langsung
: Indikator Formatif
Gambar 2. Model Struktural Hasil Pengujian
: Indikator Refleksif
Hipotesis Inner Model Wilayah Kabupaten Gresik
RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN : 2355-9926 61
DESEMBER-2014 VOLUME 01 NO. 01 http://rjls.ub.ac.id
Dari gambar dan tabel di atas terlihat bahwa dari dua hubungan langsung yang terbagi dalam dua
model antara variabel eksogen dengan variabel endogen, semua jalur signifikan pada tingkat kesalahan
5%. Pada Model 1, jalur pengaruh antara Peran Masyarakat (X) terhadap Restorasi Ekosistem Terpadu (Y),
Variabel Peran Masyarakat (X) memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap restorasi
ekosistem terpadu. Semakin baik peran masyarakat, maka akan berdampak pada meningkatnya restorasi
ekosistem terpadu.
Pada Model 2, jalur pengaruh antara Restorasi Ekosistem Terpadu (Y) terhadap Keterpaduan
Ekosistem (Z), Restorasi Ekosistem Terpadu (Y) memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
Keterpaduan Ekosistem (Z). Meningkatnya kualitas restorasi ekosistem secara terpadu, akan
meningkatkan keterpaduan ekosistem pesisir.
Selain menguji pengaruh langsung variabel eksogen terhadap variabel endogen, juga diuji pengaruh
total (total effect) variabel eksogen dan mediator terhadap variabel Keterpaduan Ekosistem (Z). Pengaruh
total merupakan hasil penjumlahan pengaruh langsung dan pengaruh tak langsung variabel eksogen
terhadap variabel endogen. Pengaruh total variabel dapat dilihat dari total effect variabel eksogen.
Berikut hasil pengujian pengaruh total antara variabel eksogen terhadap Variabel Keterpaduan Ekosistem
(Z) :
Besarnya pengaruh total variabel juga dapat dilihat pada gambar 3 berikut :
0,492
0,50
0,49
0,48
0,47
0,46
0,45 0,432
0,44
0,43
0,42
0,41
0,40
Peran Masyarakat (X) Restorasi Ekosistem (Y)
Berdasarkan pada grafik di atas, dapat digunakan untuk “water front city”. Aktifitas
dijelaskan bahwa Variabel Peran Masyarakat (X) tersebut semakin memperparah kerusakan
memiliki total effect sebesar 0,432 dan Restorasi ekosistem mangrove. Ekosistem padang lamun
Ekosistem Terpadu (Y) memiliki total effect tidak ditemukan di kawasan Kabupaten Gresik.
sebesar 0,492. Total effect Variabel Restorasi Kondisi ekosistem estuaria semakin rusak akibat
Ekosistem Terpadu (Y) lebih besar daripada penumpukan sampah dan pendangkalan akibat
variabel Peran Masyarakat (X). Hal ini reklamasi pantai dan sedimentasi dari muara
mengindikasikan bahwa pengaruh Variabel sungai.
Restorasi Ekosistem Terpadu (Y) terhadap Berdasarkan kondisi ekosistem kawasan
Keterpaduan Ekosistem lebih besar atau lebih pesisir di Kabupaten Gresik tersebut, kemudian
dominan daripada Peran Masyarakat (X). dilakukan penentuan prioritas restorasi untuk
mendapatkan strategi yang tepat dalam
Prioritas Restorasi Ekosistem Kawasan Pesisir pelaksanaan restorasi kawasan pesisir.
Kabupaten Gresik. Penentuan prioritas didasarkan pada kriteria
Prioritas restorasi ekosistem kawasan dan subkriteria yang tersusun dalam hirarki
pesisir Kabupaten Gresik difokuskan pada empat dengan menggunakan Analytical Hierarchy
alternatif ekosistem, yakni ekosistem terumbu Process (AHP) (Saaty, 1986) sebagai berikut :
karang, ekosistem mangrove, ekosistem padang (Lihat gambar 4 dibawah ini).
lamun, dan ekosistem estuaria. Keempat Berdasarkan pada hirarki di atas, ditunjuk-
ekosistem tersebut dipilih sebagai alternatif kan bahwa dalam penentuan prioritas restorasi
dengan pertimbangan adanya keterkaitan ekosistem pesisir berdasarkan empat kriteria,
ekologis (hubungan fungsional baik dalam nutrisi yakni manfaat bagi masyarakat, manfaat
terlarut, sifat fisika air, partikel organic, maupun ekologi, manfaat sosial, dan tingkat kerusakan.
migrasi satwa. Selain itu, pertimbangan lainnya Keempat kriteria tersebut memiliki eigen value
adalah keempat ekosistem tersebut memiliki atau bobot prioritas yang berbeda. Eigen value
keterkaitan 3 jenis mangrove dengan memper- tertinggi dimiliki oleh kriteria tingkat kerusakan
tinggi keanekaragaman jenis organisme. dan eigen value tertinggi kedua dimiliki oleh
Berdasarkan pada hasil penelitian di kriteria manfaat bagi ekologi. Dari hasil analisis
lapangan, wilayah pesisir di Kabupaten Gresik tersebut didapatkan bahwa penentuan prioritas
memiliki tingkat kerusakan terumbu karang yang restorasi ekosistem pesisir di Kabupaten Gresik
sangat tinggi. Banyak terumbu karang yang mati, lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat kerusakan
rapuh, bahkan di Desa Tanjung Widoro Kec. ekosistem dan manfaat bagi ekologi.
Bungah tidak ditemukan ekosistem terumbu Tiga manfaat ekologi yang paling besar
karang. Kerusakan tersebut terjadi karena diharapkan dari hasil restorasi ekosistem pesisir
berbagai faktor, terutama adalah aktivitas di Kabupaten Gresik antara lain adalah sebagai
manusia yang sangat tinggi. Tingkat sedimentasi, pelindung sempadan pantai dan ekosistem
kekeruhan air, dan ombak yang tinggi semakin pesisir lain dari aksi gelombang panas dan
memperparah kerusakan terumbu karang. dampak destruktif badai (λ = 0,282), gudang
Kondisi ekosistem mangrove di kawasan keanekaragaman hayati laut (λ = 0,174), dan
pesisir Kabupaten Gresik juga mengalami hal pelindung dari abrasi (λ = 0,155).
yang sama. Sekitar 70% - 80% ekosistem Kriteria manfaat ekonomi dan manfaat
mangrove di kawasan pesisir Kabupaten Gresik sosial memiliki eigen value yang relatif kecil. Hal
mengalami kerusakan yang parah. Aktivitas ini terjadi karena pemanfaatan ekosistem
manusia yang tinggi merupakan faktor utama kawasan pesisir untuk keperluan ekonomi dapat
penyebab rusaknya ekosistem mangrove. Di menambah kerusakan ekosistem kawasan
lokasi penelitian banyak ditemukan alih fungsi pesisir. Jika ditinjau dari manfaat sosial,
hutan mangrove menjadi areal pertambakan. diharapkan tingkah laku masyarakat lokal sesuai
Bahkan kawasan pesisir di Kabupaten Gresik persepsi memanfaatkan ekosistem.
RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN : 2355-9926 63
DESEMBER-2014 VOLUME 01 NO. 01 http://rjls.ub.ac.id
Namun hal tersebut bertolak belakang sistem mangrove memiliki eigen value yang
dengan fakta di lapangan. Banyak aktifitas dan paling tinggi (λ = 0,584). Oleh karena itu,
kegiatan masyarakat yang justru dapat merusak ekosistem mangrove merupakan prioritas utama
ekosistem kawasan pesisir. yang diambil dalam restorasi ekosistem kawasan
Berdasarkan hasil penghitungan dengan pesisir.
menggunakan AHP, didapatkan bahwa eko-
Manfaat bagi Masyarakat Manfaat bagi Ekologi Manfaat bagi Sosial Tingkat Kerusakan
λ = 0,049 λ = 0,253 λ = 0,051 λ = 0,647
Ekosistem Terumbu Karang Ekosistem Mangrove Ekosistem Padang Lamun Ekosistem Estuaria
λ = 0,293 λ = 0,584 λ = 0,048 λ = 0,076
Hasil pengujian prioritas restorasi ekosistem kawasan pesisir juga dapat dijelaskan gambar grafik berikut :
RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN : 2355-9926 64
DESEMBER-2014 VOLUME 01 NO. 01 http://rjls.ub.ac.id
penentuan prioritas restorasi ekosistem adalah tingkat kerusakan dengan bobot prioritas sebesar
64,7%. Prioritas restorasi ekosistem kawasan pesisir yang didapatkan adalah ekosistem mangrove dengan
bobot prioritas sebesar 58,4%. Jika ditelah lebih lanjut dengan grafik head to head, didapatkan gambar
grafik sebagai berikut :
Gambar 8. Head to Head Ekosistem Mangrove dan Estuaria di Kawasan Pesisir Kab. Gresik.
RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN : 2355-9926 65
DESEMBER-2014 VOLUME 01 NO. 01 http://rjls.ub.ac.id
Berdasarkan grafik head to head di atas, ningkatkan nilai estika alam dan menyediakan
jika dibandingkan dengan ekosistem terumbu ruang terbuka dan peluang dijadikan sebagi
karang, dapat dijelaskan bahwa ekosistem tempat pariwisata; (c) merevitalisasi dan
mangrove lebih diprioritaskan dari semua aspek, mewujudkan habitat yang sesuai untuk flora,
baik aspek manfaat bagi masyarakat, manfaat fauna dan meningkatkan keanekaragaman
bagi ekologi, manfaat sosial, maupun tingkat hayati pada kawasan pesisir; (d) mencegah
kerusakan. Demikian juga jika dibandingkan terjadinya banjir pada saat hujan; (e) mencegah
dengan ekosistem padang lamun dan estuaria, terjadinya tanah tererosi untuk menghindari
ekosistem mangrove lebih diprioritaskan pada kehidupan habitat bawah laut; (f) memperbaiki
semua aspek, baik manfaat bagi masyarakat, kualitas sedimen dan mengurangi kontaminasi
manfaat bagi ekologi, manfaat sosial, maupun terhadap ikan; (g) melarang kegiatan membuang
tingkat kerusakan. Ekosistem mangrove material padat dan cair ke kawasan pesisir untuk
memiliki banyak manfaat terutama sebagai menghindari pencemaran; (h) mencegah ter-
pelindung sempadan pantai dan ekosistem jadinya bencana alam yang bersifat datangnya
pesisir lain dari aksi gelombang panas dan mendadak seperti tsunami; (i). mengantisipasi
dampak destruktif badai, pelindung dari abrasi, perubahan iklim dan global warming; Kunci
gudang keanekaragaman hayati laut, dan berhasilnya restorasi ekosistem pesisir adalah
peredam gelombang dan angin. Restorasi kelembagaan. Kelembagaan yang memiliki
ekosistem mangrove membutuhkan waktu yang kewenangan, memiliki dana, memiliki program,
relatif lebih singkat daripada restorasi dilakukan memiliki SDM, memiliki peralatan yang
pada ekosistem yang lain. Selain itu, hasil memadai dan kelengkapan Standar Operating
restorasi ekosistem mangrove secara tidak procedure (SOP).
langsung juga mampu memperbaiki ekosistem Untuk itu penataan ruang pesisir dan laut
yang lain. yang merupakan dasar pengembangan wilayah
Strategi restorasi ekosistem kawasan pesisir, perlu dan mendesak untuk disusun
pesisir akan membentuk semacam kelembagaan dengan mengintegrasikan aspek terrestrial dan
ditingkat pemerintahan maupun non pesisir serta laut. Penataan ruang pesisir dan laut
pemerintahan baik ditingkat pemerintah pusat, perlu dilakukan untuk skala regional (propinsi
provinsi dan kabupaten/kota. Kelembagaan atau antar propinsi) dan skala kota/kabupaten,
tersebut akan difasilitasi oleh Kementerian termasuk penyusunan rencana detail lokasi
Kelautan dan Perikanan ditingkat Pusat, kawasan ekosistem yang akan dilakukan
ditingkat propinsi difasilitasi oleh Bappeda restorasinya. Penataan ruang pesisir secara
propinsi dan ditingkat kabupaten/kota terpadu ini untuk menghindari terulangnya
difasilitasi oleh Bappeda kota/kabupaten. kembali penanganan restorasi ekosistem secara
Harapan manfaat yang akan diperoleh sektoral.
mencakup manfaat secara ekologi, manfaat Berkaitan dengan hal tersebut perlu
secara ekonomi, manfaat secara sosial dan disusun sebuah kerangka strategi restorasi
budaya. ekosistem secara terpadu pada aspek
Penanganan restorasi secara terpadu kelembagaan dengan memperhatikan skala
dengan skala prioritas kepada mangrove, prioritas penangannannya baik secara
kemudian terumbu karang, kawasan estuaria perencanaan strategis (strategic plan), business
dan padang lamun, secara teknis dapat plan dan rencana penguatan kapasitas
dilakukan apabila ada kelembagaan yang kelembagaan. Gambar 9 merupakan pen-
menangani secara khusus. Kelembagaan ini dekatan Co-Management yang diterapkan
berisikan unsur unsur dari Pemerintah daerah, dalam kelembagaan restorasi.
masyarakat maupun swasta. Kelembagaan ini Untuk membangun pengelolaan yang
secara umum akan bertugas: (a) melindungi dan kolaboratif tersebut maka diperlukan sebuah
memperbaiki kualitas perairan; (b) me- kondisi yang kondusif sebagai berikut: (a)
RESEARCH JOURNAL OF LIFE SCIENCE E-ISSN : 2355-9926 66
DESEMBER-2014 VOLUME 01 NO. 01 http://rjls.ub.ac.id
KEMAUAN
PEMERINTAH
MENDESENTR KESADARAN
ALISASIKAN MASYARAKAT
TANGGUNG KEMAMPUAN
JAWAB MASYARAKAT
PERLU PENDAPATAN
DUKUNGAN MASYARAKAT
BAIK
LEGALITAS &
FINANSIAL