Anda di halaman 1dari 17

KUALITAS AIR BERDASARKAN UJI FOSFAT, NITRIT, AMMONIA, DAN LOGAM

BERAT DI SITU GINTUNG, KOTA TANGERANG SELATAN

Risya Raisyah*, Anggi Lelia Maulidya1, Amna El Sayida Ahmadi1, Havina Bela Oktesia1,
Kamila1, Arina Muniroh 1.2 , Syafia Fadilla1.2, Mardiansyah A. 1.3
1
Program Studi Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2
Asisten Laboratorium Mata Kuliah Praktikum Kimia Lingkungan
3
Dosen Mata Kuliah Praktikum Kimia Lingkungan
*Corresponding author : risyaraisyah25@gmail.com
Abstrak

Pertumbuhan pesat penduduk dan perekonomian serta pembangunan infrastruktur yang terus berkembang
merupakan salah satu sumber pencemaran kualitas air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas
tingkat pencemaran perairan Situ Gintung berdasarkan parameter uji kimia fisik, uji fosfat menggunakan
metode askorbat, uji ammonia menggunakan metode phenat, uji nitrit menggunakan metode sulfanilamid
dan uji logam berat menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Pengambilan Sampel
dilakukan di Situ Gintung Tangerang Selatan pada Senin, 30 September 2019 pukul 11.00 WIB dan
Senin, 28 Oktober 2019 pukul 12.00 WIB. Sampel diambil dari 5 titik dengan 3 kategori yaitu daerah, dua
titik inlet , satu titik pemanfaatan, dan dua titik outlet. Hasil analisa air Situ gintung sudah tidak layak
untuk dikonsumsi karena sudah mengandung partikel logam yang tinggi. Kadar ammonia pada 5 stasiun
melebihi dari syarat baku mutu karena banyaknya kandungan urea dan proses amonifikasi yang berasal
dari dekomposisi bahan organik oleh mikroba. Kandungan nitrit berada di stasiun 2 dan 3 sehingga air
tidak layak digunakan, akan tetapi pada stasiun 1, 4 dan 5 masih layak digunakan untuk pertanian dan
budidaya ikan. Kadar logam dan fosfat pada perairan Situ Gintung juga melebihi kadar yang telah
ditetapkan.
Kata kunci : air, ammonia, fosfat, logam, kimia fisik, nitrit.

Abstract

Rapid growth of population and economy as well as infrastructure development that continues to grow is
one source of water quality pollution. This study aims to determine the quality of Situ Gintung waters
pollution level based on physical chemical test parameters, phosphate test using ascorbate method,
ammonia test using phenate method, nitrite test using sulfanilamide method and heavy metal test using
AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Sampling was conducted at Situ Gintung, South Tangerang
on Monday, 30 September 2019 at 11:00 West Indonesia Time and Monday, 28 October 2019 at 12.00
West Indonesia Time. Samples were taken from 5 points with 3 categories, namely area, two inlet points,
one utilization point, and two outlet points. The results of the Situ Gintung water analysis are no longer
suitable for consumption because they already contain high metal particles. Ammonia levels at 5 stations
exceed the quality standard requirements because of the large urea content and ammonification process
that comes from the decomposition of organic matter by microbes. The nitrite content is at stations 2 and
3 so that water is not suitable for use, but at stations 1, 4 and 5 are still suitable for use in agriculture
and fish farming. Metal and phosphate content in Situ Gintung waters also exceeds a predetermined
level.

Keywords: ammonia, metals, nitrites, phosphate, physical chemistry, water.

PENDAHULUAN (Prihartanto dan Budiman, 2007). Kualitas


air menggambarkan kesesuaian dan
Perlindungan dan pengelolaan
kecocokan air untuk penggunaan tertentu,
lingkungan hidup diperlukan untuk untuk
misalnya air minum, perikanan,
melestarikan fungsi lingkungan,
pengairan/irigasi, industri, dan rekreasi
kelangsungan kehidupan, dan kesejahteraan
(Yuliastuti, 2011). Kualitas air dapat
manusia serta makhluk hidup lain. Upaya
dinyatakan dengan beberapa parameter,
yang dilakukan meliputi perencanaan,
yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan,
pemanfaatan, pengendalian, penegakan
padatan terlarut), parameter kimia (pH,
hukum, pengawasan, pemeliharaan, dan
oksigen terlarut, BOD, kadar logam), dan
yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
parameter biologi (keberadaan plankton dan
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
bakteri). Produk kontaminan atau
pencemaran dan atau kerusakan lingkungan
konsentrasi zat kimia juga dapat ditemukan
hidup. Selain itu, upaya konservasi sumber
di perairan yang apabila melewati batas
daya alam juga perlu dilakukan (UU No 32
maksimum dapat dijadikan indikator
Tahun 2009).
perairan tersebut tercemar. Diantara zat
Pertumbuhan pesat penduduk dan
kimia yang dapat mencemari perairan yaitu
perekonomian serta pembangunan
fosfat (PO4), ammonia (NH3), nitrit (NO2-),
infrastruktur yang terus berkembang dalam
logam berat diantaranta besi (Fe) dan
beberapa dekade terakhir di wilayah-wilayah
mangan (Mn). Kualitas air terhadap cemaran
perkotaan merupakan salah satu sumber
zat kimia dapat diuji dengan metode asam
pencemaran kualitas air yang berupa limbah
askorbat untuk kadar fosfat, uji amonia
domestik, baik di perairan sungai maupun
dengan metode phenat, dan penentuan kadar
danau. Untuk melestarikan fungsi air perlu
nitrit dengan reaktan sulfanil-amida semua
dilakukan pengelolaan kualitas air dan
uji ini menggunakan alat spektrofotometer
pengendalian pencemaran air secara
untuk membaca nilai absorbansi serta untuk
bijaksana dengan memperhatikan
mengetahui konsentrasi zat kimia tersebut
kepentingan ekonomi saat ini dan untuk
dalam badan air seperti sungai ataupun
masa mendatang serta keseimbangan
danau. Sedangkan pengujiann kadar logam
ekologis (PPTPKA & DPPA, 2002).
Fe dan Mn dan menggunakan Atomic
Penurunan kualitas air terjadi sebagai
Absorption Spectrometry (AAS) untuk nilai
akibat pembuangan limbah yang tidak
absorbansi serta untuk mengetahui
terkendali akibat aktivitas pembangunan di
konsentrasi zat kimianya.
sepanjang perairan sehingga tidak sesuai
Situ Gintung merupakan salah saru
dengan daya dukung lingkungan
perairan yang terletak di kecamatan Ciputat
Timur, Tangerang Selatan. Pemanfaatan situ Alat-alat yang digunakan terbagi
Gintung tidak hanya sebagai penyimpanan dalam dua kategori penggunaan, yaitu alat
cadangan air, sumber air bagi hewan di untuk pengambilan sampel dan uji
sekitar, dan tempat pembiakan ikan serta parameter kimia-fisika perairan adalah botol
pemancingan (Salam, 2010). Aktivitas sampel, Water Quality Checker (WQC), dan
antropogenik disekitar situ inilah yang telah pH meter, dan alat untuk pengujian
meningkatkan pencemaran air yang ammonia, fosfat, nitrit dan logam Fe & Mn
kemudian dapat mengancam kesehatan adalah labu ukur 25 mL, labu ukur 50 mL,
penduduk serta kelestarian alam disekitar erlenmeyer 100 mL, gelas ukur 50 mL, pipet
Situ. tetes, pipet volumetrik 5 mL, pipet
volumetrik 10 mL, spektrofotometer UV-
Penelitian ini bertujuan untuk
Vis, dan kuvet serta AAS (Atomic
mengetahui kualitas tingkat pencemaran
Absorption Spectrometry).
perairan Situ Gintung berdasarkan parameter
Bahan-bahan yang digunakan adalah
uji kimia fisik, uji fosfat menggunakan
sampel air, larutan fenol (C6H5OH), larutan
metode askorbat, uji ammonia menggunakan
baku ammonia, larutan baku fosfat, natrium
metode phenat, uji nitrit menggunakan
nitroprusida (C5FeN6Na2O) 0,5%, larutan
metode sulfanilamid dan uji logam berat
pengoksidasi (alkalin sitrat dan natrium
menggunakan AAS (Atomic Absorption
hipoklorit), larutan campuran (kalium
Spectrophotometer).
antimonil tartrat; ammonium molibdat; asam
MATERIAL DAN METODE askorbat), indikator fenolftalin (PP),
Waktu dan Tempat aquades. larutan standar nitrit, larutan
Pengambilan Sampel dilakukan di sulfanilamide (H2NC6H4SO2NH2), larutan
Situ Gintung Tangerang Selatan pada Senin, NEDH (N-1 naphtyl ethylene diamine
30 September 2019 pukul 11.00 WIB dan dihydrocloride), larutan induk logam besi
Senin, 28 Oktober 2019 pukul 12.00 WIB. (Fe) dan mangan (Mn) 100 ppm.
Sampel masing-masing diambil dari 5 titik
Prosedur Kerja
dengan 3 kategori yaitu daerah, dua titik
Sampling Air dan Uji Kimia-Fisika
inlet (aliran masuk), satu titik pemanfaatan,
Perairan
dan dua titik outlet (aliran keluar). Sampel
Pengambilan sampel dilakukan
kemudian diambil dengan botol sampel lalu
sesuai titik (dua titik inlet & outlet, dan satu
disimpan di dalam kulkas Pusat
titik daerah pemanfaatan) dengan kedalaman
Laboratorium Terpadu UIN Syarif
±5-10 cm dari permukaan air. Titik inlet
Hidayatullah Jakarta. Setelah itu sampel
merupakan air masuk yang berasal dari
dianalisis berdasarkan uji kimia dan fisika
limbah pemukiman warga yang telah
perairan, uji amonia dengan metode phenat,
bercampur dengan air situ Gintung. Titik
uji fosfat dengan metode asam askorbat, uji
outlet merupakan tempat keluarnya air yang
nitrit dengan metode sulfanilamida, dan uji
berdekatan dengan rumah penduduk dan
kandungan logam berat.
dijadikan tempat rekreasi. Titik daerah
Alat dan Bahan
pemanfaatan merupakan daerah yang
dimanfaatkan penduduk untuk pertambakan Penentuan kadar ammonia (NH3-N)
ikan. Air disimpan dalam botol sampel yang dilakukan dengan metode phenat pada
telah diberi keterangan, tanggal dan lokasi kisaran 0,1 mg/L sampai 0,6 mg/L NH3-N
titik sampling. Masing-masing sampel air dengan panjang gelombang 640 nm
diukur faktor kimia-fisikanya berupa suhu, menggunakan spektrofotometer UV-Vis.
dissolved oxygen (DO), turbiditas, electrical Terdapat dua macam larutan yang dibuat,
conductivity (EC), total suspended solid yaitu larutan standar dan larutan sampel.
(TDS), salinitas dengan menggunakan alat Untuk pengujian amonia dilakukan dengan
water quality checker (WQC), dan membuat terlebih dahulu larutan standar.
pengukuran pH menggunakan pH meter. Larutan standar dibuat dari larutan baku
fosfat dengan konsentrasi 10 ppm.
Uji Fosfat dengan Metode Asam Konsentrasi yang dibuat untuk larutan
Askorbat standar yaitu: 0 ppm; 0,2 ppm; 0,4 ppm; 0,8
Penentuan kadar fosfat dilakukan ppm; dan 1 ppm. Selanjutnya dari 25 mL
dengan metode asam askorbat pada kisaran larutan-larutan tersebut ditambahkan larutan
0,01 – 1,0 mg/L, dengan panjang gelombang fenol sebanyak 1 mL, lalu larutan natrium
880 nm menggunakan spektrofotometer UV- nitroprusida 1 mL, dan larutan pengoksidasi
Vis. Terdapat dua macam larutan yang 2,5 mL dengan tiap masing-masing
dibuat, yaitu larutan standar dan larutan penambahan, larutan di-homogenkan
sampel. Untuk pengujian fosfat dilakukan terlebih dahulu. Larutan kemudian ditutup
dengan membuat terlebih dahulu larutan dengan parafilm dan dibiarkan selama satu
standar. Larutan standar dibuat dari larutan jam. Larutan sampel memiliki prosedur
baku fosfat dengan konsentrasi 1 ppm. pembuatan yang sama dengan larutan
Konsentrasi yang dibuat untuk larutan standar yaitu 25 mL larutan sampel yang
standar yaitu: 0 ppm; 0,2 ppm; 0,4 ppm; 0,8 telah ditera dan telah ditambahkan larutan
ppm; dan 1 ppm. Larutan standar yang fenol, natrium nitroprusida dan larutan
dibuat selanjutnya diteteskan indikator pengoksidasi.
fenolftalin. Kemudian larutan campuran
ditambahkan sebanyak 4 mL ke larutan Uji Nitrit dengan Metode Sulfanilamida
standar. Prosedur yang sama dilakukan juga Penentuan kadar nitrit dilakukan
dengan kelima larutan sampel, masing- dengan metode sulfanilamide pada kisaran
masing diambil dan ditera dengan aquades kadar 0,01 – 1,0 mg/L. Terdapat dua macam
hingga 25 mL, kemudian ditambahkan1 larutan yang dibuat, yaitu larutan standar
tetes fenolftalin (PP). Larutan standar dan dan larutan sampel. Untuk pengujian nitrit
larutan sampel dihomogenkan masing- dilakukan dengan membuat terlebih dahulu
masing dan kemudian dimasukkan ke dalam larutan standar. Larutan standar dibuat dari
kuvet untuk dilakukan pengukuran larutan baku nitrit dengan konsentrasi 10
absorbansi dengan menggunakan spektro- ppm. Konsentrasi yang dibuat untuk larutan
fotometer UV-Vis. standar yaitu: 0 ppm; 0,2 ppm; 0,4 ppm; 0,8
ppm; dan 1 ppm. Larutan sampel diambil
Uji Amonia dengan Metode Phenat dan ditera hingga 25 mL kemudian baik
larutan sampel maupun standar, dilakukan Uji Fosfat dengan Metode Asam
penambahan larutan sulfanilamida 1 mL lalu Askorbat
larutan NEDH 1 mL dengan masing-masing Kadar fosfat pada sampel ditentukan
jeda waktu sebanyak 2 menit. Kemudian dengan formulasi sebagai berikut:
dilakukan pengukuran dalam panjang Fosfat (mg P/L) = C x Fp
gelombang 543 nm dengan spektrofotometer Keterangan:
UV-Vis. C : hasil pengukuran dengan
spektrofotometer
Uji Kandungan Logam Berat Fp: faktor pengenceran
Pengukuran kadar logam Fe dan Mn
dilakukan dengan pembuatan larutan standar Uji Amonia dengan Metode Phenat
Fe dan Mn terlebih dahulu, dengan Kadar amonia pada sampel
konsentrasi 1 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, ditentukan dengan formulasi sebagai
dan 10 ppm, dibuat dari larutan induk 100 berikut:
ppm. Analisis kandungan logam Fe dan Mn Amonia (mg N/L) = C x Fp
pada larutan standar menggunakan AAS Keterangan:
dengan seting alat sesuai dengan panduan C : hasil pengukuran dengan
agar mengoptimalkan kinerja alat. Posisi spektrofotometer
lampu dan burner di set sedemikian rupa Fp: faktor pengenceran
hingga mendapatkan signal yang optimal.
Arus lampu disesuaikan dengan panduan Uji Kadar Nitrit dalam Air
dari masing-masing lampu. Penyetelan Kadar amonia pada sampel
panjang gelombang dilakukan dengan ditentukan dengan formulasi sebagai
terlebih dahulu dilakukan, aliran udara dan berikut:
gas diatur sedemikian rupa hingga diperoleh Nitrit (mg N/L) = C x Fp
laju alir sampel yang optimal. Keterangan:
Analisa Data C : hasil pengukuran dengan
spektrofotometer
Fp: faktor pengenceran
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji parameter fisik air (Tabel 1) dilakukan pengukuran terhadap pH,
suhu, DO, TDS, konduktivitas, salinitas dengan alat WQC, dan pH meter.

Tabel 1. Hasil Analisa Uji Fisik Air


No Parameter Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5
WQC

1 Suhu (˚C) 28,65 28,57 28,80 28,94 29,27


2 DO (mg/L) 8,36 8,45 8,30 9,25 8,54
3 TDS (g/L) 0,217 0,148 0,140 0,272 0,154
4 Konduktivitas (ms/cm) 0,335 0,227 0,215 0,222 0,237

5 Salinitas (%) 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01

6 Turbiditas (NTU) 150 172 156 196 054

pH Meter
1 pH 9,20 9,04 9,40 9,36 8,66
Keterangan : Sampel 1 dan 2 (Inlet), Sampel 3 dan 4 (Outlet), Sampel 5 (Daerah pemanfaatan)

Menurut PP no. 82 tahun 2001 pasal 8 atau pH dipengaruhi oleh limbah organik
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, maupun anorganik yang di buang ke sungai.
mutu air dikelompokkan menjadi 4 kelas: Air dengan nilai pH sekitar 6,5-7,5
Kelas I, merupakan air baku untuk minum merupakan air normal yang memenuhi
dan keperluan sehari-hari; Kelas II, air untuk syarat untuk suatu kehidupan (Wardhana,
prasarana/sarana rekreasi, budidaya ikan, 2004).
peternakan, serta irigasi; Kelas III, Kekeruhan air disebabkan oleh zat
peruntukannya lebih dikhususkan untuk budi padat yang tersuspensi, baik yang bersifat
daya ikan, peternakan, irigasi, pertanian; organik maupun anorganik. Zat organik
sementara Kelas IV untuk irigasi dan biasanya berasal dari lapukan tanaman atau
pertanian (PPTPKA & DPPA, 2002). hewan, dan buangan industri juga
Dengan demikian, Perairan situ Gintung berdampak terhadap kekeruhan air,
termasuk ke dalam Kelas I, II, dan III, sedangkan zat organik dapat menjadi
karenanya yang digunakan sebagai makanan bakteri, sehingga mendukung
pembanding dengan parameter kimia dan pembiakkannya dan dapat tersuspensi serta
fisika situ gintung yaitu nilai kelas I hingga menambah kekeruhan air. Air yang keruh
III. Parameter kimia dan fisika seringkali sulit didisinfeksi karena mikroba terlindung
digunakan dalam menentukan kualitas oleh zat tersuspensi tersebut, sehingga
perairan ataupun tingkat pencemaran dari berdampak terhadap kesehatan, bila mikroba
suatu perairan. Parameter fisika seperti suhu, terlindung menjadi patogen (Soemirat,
dan kekeruhan berkaitan erat dengan 2009). Berdasarkan hasil pengukuran (Tabel
penetrasi sinar matahari yang masuk ke 1) kekeruhan diperairan situ Gintung
dalam badan air sebuah perairan. Hasil melebihi ambang batas karena berkisar
menunjukkan bahwa perairan situ Gintung antara 150-196 NTU. Berdasarkan
merupakan perairan yang cenderung hangat keputusan Peraturan Menteri Kesehatan
(28-29 °C). Republik Indonesia Nomor
Derajat keasaman atau pH di situ 416/MENKES/PER/IX/1990 kekeruhan
Gintung berkisar 8-9. Menurut Yuliastuti memiliki kadar batas maksimum sebesar 25
(2011), peningkatan nilai derajat keasaman NTU.
DO (Disssolved Oxygen) merupakan dari semua stasiun berkisar antara 0,01- 0,02
oksigen terlarut yang ada pada suatu % masih dalam tingkat wajar, karena
perairan dan berfungsi sebagai sumber salinitas wajar dalam perairan air tawar yaitu
oksigen bagi organisme serta berperan kurang dari 0,05% (Anati, 1999). Kadar
dalam proses penguraian bahan organik di salinitas pada perairan laut bervariasi
perairan. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap geografis dan waktu, peningkatan
(Tabel 1) kadar DO berkisar antara 8,30- salinitas disebabkan adanya evaporasi dan
9,25 mg/L. Kandungan oksigen terlarut hasil dari pembekuan es laut sedangkan
mempengaruhi jumlah jenis organisme penurunan salinitas disebabkan oleh adanya
perairan, semakin tinggi kadar oksigen maka presipitasi dan masukan air tawar dari
semakin besar jumlah organisme dalam sungai (Talley, 2002).
ekosistemnya. Menurut baku mutu air laut Jumlah Konduktivitas terlarut terkait
Kepmeneg LH No. 51 Tahun 2004 dengan konsentrasi total padatan terlarut dan
Lampiran II Nilai kadar DO yaitu >5 mg/L ion utama (Tessema et al, 2014).
dan masih mampu mendukung kehidupan Berdasarkan hasil (Tabel 1) nilai
biota akuatik. konduktivitas semua stastiun berkisar antara
TDS (Total Dissolved Oxygen) 0,222-0,335 ms/cm. Konduktivitas pada air
merupakan tingkat padatan atau partikel merupakan ekspresi numerik yang
yang terlarut dalam suatu perairan. menunjukkan kemampuan suatu larutan
Berdasarkan hasil pengukuran faktor fisik untuk menghantarkan arus listrik. Menurut
kimia perairan kawasan Situ Gintung Behar (1997), nilai elektro-konduktivitas
diketahui bahwa tingkat kekeruhan dari suatu aliran air tawar dipengaruhi oleh ion-
kelima stasiun yaitu 0,140-0,272 g/L. Hal ini ion senyawa kimia yang dikandung di badan
disebabkan Situ Gintung banyak menerima air, tingginya nilai konduktivitas berarti
limbah yang berasal dari berbagai buangan adanya buangan limbah kimia ke dalam
limbah rumah tangga dan industri. perairan.
Meningkatnya nilai TDS air maka akan Aktivitas manusia sangat
semakin banyak logam yang terlarut di berpengaruh dalam meningkatnya suhu, pH,
dalamnya sehingga menjadikan air tersebut residu terlarut, kadar oksigen serta
tidak layak untuk dikonsumsi (Alianto & kekeruhan. Pertumbuhan penduduk paralel
Damar, 2008). Nilai TDS yang tinggi (1001- dengan meningkatnya populasi alga serta
10000 mg/l) dapat menyebabkan perairan keasaman dan kekeruhan air (Verschuren et
memiliki salinitas dan mempengaruhi al., 2002). Daerah outlet, yang merupakan
fisiologis organisme di dalam perairan air tempat dimana arus air bermuara, biasa
tawar (Kazi et al., 2009). terjadi penumpukan sampah, eutrofikasi,
Salinitas adalah jumlah garam-garam serta penambakan dan perkebunan warga
terlarut yang terdapat dalam satu kilogram yang biasanya terletak tidak jauh dari outlet.
air laut yang dinyatakan dalam satuan Nilai pH yang tinggi di sekitar outlet dapat
perseribu (ppt) (Nybakken, 1992). Salinitas disebabkan oleh tingginya kadar nutrient
salahsatu yang penting bagi biota perairan. yang ada serta laju fotosintesis oleh alga dan
Berdasarkan pengukuran (Tabel 1) salinitas tumbuhan makrofit di sekitar outlet.
Menurut Khan dan Ansari (2005) meningkatnya kadar oksigen pada badan air.
menyebutkan bahwa perairan dengan pH Tingginya kadar oksigen terlarut
tinggi juga menghasilkan tingginya laju menunjukkan tingginya laju fotosintesis.
pertumbuhan fitoplankton dan menyebabkan Sementara laju fotosintesis yang melampau
blooming. Hal itu disebabkan oleh karbon respirasi merupakan ciri dari perairan
dioksida yang tersedia untuk membentuk produktif (Omar, 2010).
asam karbonat jauh lebih sedikit karena
proses fotosintesis yang juga mengakibatkan

Kurva Kalibrasi Standar Fosfat


0.3
0.25
f(x) = 0.05 x + 0.18 Y-Values
0.2 Linear (Y-Values)
R² = 0.07
0.15 Linear (Y-Values)
0.1
0.05
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

Gambar 1. Kurva Kalibrasi Fosfat

Kurva Kalibrasi Standar Ammonia


1.4
1.2
1 f(x) = 1.17 x − 0.01
R² = 0.98 Y-Values
0.8 Linear (Y-Values)
0.6
0.4
0.2
0
-0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Ammonia


LARUTAN STANDAR NITRIT
2.5
2 f(x) = 1.68 x + 0.63
R² = 0.96
1.5

Axis Title
1 Linear ()
0.5
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Axis Title

Gambar 3. Kurva kalibrasi Nitrit

Kurva Kalibrasi Standar Fe


0.8
0.7 f(x) = 0.07 x + 0.05
R² = 0.99
0.6
0.5 Y-Values
Linear (Y-Values)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12

Gambar 4. Kurva kalibrasi Fe

Kurva Kalibrasi Standar Mn


1.6
1.4 f(x) = 0.14 x + 0.2
R² = 0.96
1.2
1 Y-Values
Linear (Y-Values)
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 2 4 6 8 10 12

Gambar 5. Kurva Kalibrasi Mn


Terlihat dari kurva kalibrasi bahwa larutan nilai keberterimaan linearitas yaitu regresi
standar amonia yang telah dibuat linear >0,995. Linearitas digambarkan
sebelumnya, memiliki kurva yang linear dengan grafik (Apriyanti, et al, 2013).
(Gambar 2), begitu juga dengan kurva Larutan standar dibuat dengan tujuan
standar untuk Fe (Gambar 4) dan Mn pembuatan kurva standar atau kurva
(Gambar 5). Hal ini menunjukkan bahwa kalibrasi, sehingga nanti akan diperoleh
larutan standar yang dibuat dapat digunakan panjang gelombang maksimum dalam
dalam pengujian larutan sampel dengan larutan tersebut. Kurva kalibrasi merupakan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan standar dari sampel yang dapat digunakan
AAS. Sedangkan kurva standar fosfat sebagai acuan dari sampel tersebut pada
(Gambar 1) dan kurva standar nitrit (Gambar percobaan. Pembuatan kurva standar
3) tidak berbentuk garis linear. Hal ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
menunjukkan pengukurannya menjadi tidak antara konsentrasi larutan dengan nilai
berkorelasi antara larutan sampel dan larutan absorbansinya sehingga konsentrasi sampel
standarnya. Linearitas pengukuran suatu dapat dketahui. Terdapat dua metode untuk
metode adalah proporsional antara membuat kurva standar, yaitu metode grafik
konsentrasi standar dalam contoh uji dengan dan metode least square (Day dan
daerah konsentrasi yang diberikan dengan Underwood, 2002).
Tabel 2. Hasil Uji Fosfat
Hasil Faktor
Konsentrasi Absorbansi Sampel Kadar Fosfat
No Pengukuran Pengenceran
Standar mg/L Standar mg/L ID (mg/L)
(mg/L) C fp
1 0 0.266 KLP 1 1,928 1 33,53
2 0,2 0.175 KLP 2 2,215 1 39
3 0,4 0.079 KLP 3 2,135 1 37,5
4 0,8 0.281 KLP 4 1,606 1 27,34
5 1 0.249 KLP 5 2,075 1 36,36
Fosfat terdapat dalam air alam atau Senyawa-senyawa fosfat yang
air limbah sebagai senyawa ortofosfat, biasanya dideteksi dengan cara colorimetri
polifosfat dan fosfat organis. Setiap senyawa tanpa hidrolisis atau oksidasi dengan
fosfat tersebut terdapat dalam bentuk pemanasan sampel disebut sebagai “fosfor
terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel reaktif” atau orthofosfat. Hidrolisis asam
organisme dalam air. Di daerah pertanian pada titik didih air mengubah fosfat terlarut
ortofosfat berasal dari bahan pupuk yang atau fosfat partikulat yang terkondensasi
masuk ke dalam sungai melalui drainase dan menjadi orthofosfat terlarut. Istilah ”fosfat
aliran air hujan. Keberadaan senyawa fosfat yang terhidrolisis asam” lebih disukai
dalam air sangat berpengaruh terhadap daripada “fosfat terkondensasi”. Fraksi-
keseimbangan ekosistem perairan. Bila fraksi senyawa fosfat yang terkonversi
kadar fosfat dalam air rendah, seperti pada menjadi orthofosfat hanya oleh proses
air alam (< 0,01 mg P/L), pertumbuhan dan oksidasi yang destruktif dari zat-zat organik
ganggang akan terhalang. disebut sebagai “fosfat organik”. Total fosfat
seperti juga fraksi fosfat yang terlarut atau Menurut Sudja (1985) bahwa,
tersuspensi dapat dibagi secara analitik sebagian senyawa fosfat yang terlarut dalam
menjadi tiga bagian seperti disebut di atas. air tanah terbawa aliran air sungai menuju
Metode ini menggunakan teknik oksidasi laut atau danau, kemudian mengendap pada
persulfat untuk membebaskan fosfat dasar laut atau danau. Penambahan senyawa
organik. Metode colorimetri yang fosfat tulang-tulang ikan yang mati, dan dari
dipergunakan adalah adalah metode asam proses pemupukan yang mengandung fosfat.
askorbat. Ammonium molibdat dan Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat
potassium antimonil tartat dalam media dalam bentuk terlarut, tersuspensi atau
asam dengan orthofosfat untuk membentuk terikat di dalam sel organisme dalam air.
asam heteropoli-asam fosfomolibdat yang Dalam air limbah senyawa fosfat dapat
tereduksi menjadi molibdenum yang berasal dari limbah penduduk, industri dan
berwarna biru oleh asam askorbat. pertanian. Di daerah pertanian ortofosfat
berasal dari bahan pupuk yang masuk ke
Metode Asam Askorbat dapat
dalam sungai melalui drainase dan aliran air
digunakan untuk penetapan bentuk-bentuk
hujan. Fosfat organis terdapat dalam air
fosfat tertentu di dalam air minum, air
buangan penduduk (tinja) dan sisa
permukaan, air payau, air limbah rumah
makanan. Bila kandungan fosfat terlarut
tangga dan limbah industri. Cara uji ini
dihubungkan dengan kesuburan perairan.
digunakan untuk penentuan kadar fosfat
Jika dibandingkan dengan baku mutu PP RI
yang terdapat dalam air limbah antara 0,01-
No. 82 Tahun 2001, maka sangat . Fosfat
0,1 mg/L PO4- dengan menggunakan
dapat ditemukan sebagai ion bebas dalam
metode asam askorbat dengan alat
sistem air. Fosfat dapat berbentuk organik
spektrofotometer pada panjang gelombang
(fosfor yang terikat secara organik) atau
880nm.
bentuk anorganik (termasuk ortofosfat dan
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat polifosfat). Salah satu faktor yang dapat
dilihat hasil analisis kadar fosfat per liter air menyebabkan kadar fosfat tinggi di perairan
di lima titik sampling yang dilakukan. Pada adalah karena adanya limbah domestik yang
titik satu kadar fosfat sebesar 33,53 mg/L, mengandung detergen. Deterjen dapat
pada titik dua sebesar 39 mg/L, titik tiga meningkatkan kadar fosfat karena ion fosfat
sebesar 37,5 mg/L, titik empat sebesar 27,34 merupakan salah satu komposisi penyusun
mg/L, sedangkan pada titik lima sebesar deterjen (Tungka dkk, 2016).
36,36 mg/L. Kandungan fosfat paling tinggi
Kandungan fosfat dalam perairan
terdapat pada sampling 2 yaitu 39mg/L dan
tidak berdampak langsung kepada manusia
yang paling rendah pada titik sampling 4
atapun hewan, tetapi jika dikonsumsi terus
yaitu 27,34 mg/L, dari kurva kalibrasi
menerus akan berdampak kepada masalah
standar dapat dilihat bahwa tidak terdapat
pencernaan (Ismail, 2011). Jika dilihat pada
keseimbangan antara ke lima titik sampling
Tabel 2, di setiap titik pengambilan sampel
tersebut yang menyebabkan keadaan kurva
terdapat sumber pencemar domestik.
naik turun, R2 yang dihasilkan yaitu 0,0686.
Limbah domestik pada umumnya
mengandung detergen karena pada setiap pertumbuhan tanaman, perubahan komposisi
rumah terdapat kegiatan mencuci dan biota air dan kandungan alga planktonik
membuang limbah hasil rumah tangga dan dalam perairan menghasilkan naungan
jualan . Setiap senyawa fosfat dalam air tumbuhan yang lebih tinggi (Chapman,
terdapat dalam bentuk terlarut, tersuspensi 1996). Dalam penelitian ini, dapat dilihat
atau terikat di dalam sel organisme dalam bahwa kadar fosfat di Sungai Ciliwung lebih
air. Fosfat terlarut adalah salah satu bahan pekat daripada nitrat. Penyebab yang dapat
nutrisi yang memicu pertumbuhan yang menjadi dasar perbedaan konsentrasi
sangat luar biasa pada alga dan rumput- adalahperilaku unik fosfor di perairan
rumputan dalam danau, estuaria, dan sungai dangkal. Fosfor dalam keadaan larut (fosfat)
berair tenang (Utomo dkk, 2018). dengan cepat teradsorpsi di permukaan
Peningkatan konsentrasi fosfat dalam air lumpur dan masuk kembali ke kolom air
telah dikaitkan dengan peningkatan laju (Onwugbuta-Enyi, 2008).
Tabel 3. Hasil Uji Amonia

Hasil Faktor Kadar


Konsentrasi Absorbansi Sampel
No Pengukuran Pengenceran Ammonia
Standar mg/L Standar mg/L ID
(mg/L) C fp (mg/L)= (Cxfp)
1 0 -0.072 KLP 1 0.900 1 0,76
2 0,2 0.299 KLP 2 2.875 1 2,45

3 0,4 0.499 KLP 3 2.988 1 2,55


4 0,8 0.855 KLP 4 2.689 1 2,29
5 1 1.190 KLP 5 2.742 1 2,34

Beradasarkan hasil pengujian di wilayah pemanfaatan dapat disebabkan


laboratorium kadar amonia dalam sampel air karena situ gintung berada di daerah
situ Gintung berada diantara 0,76-2,55 pemukiman yang sebagian besar
mg/L. pada stasiun 1 dan 2 diambil sampel penduduknya masih membuang limbah ke
pada wilayah inlet, sedangkan stasiun 3 dan Situ Gintung. Ada beberapa masyarakat
4 sampel diambil pada wilayah outlet dan yang menggunakan pupuk urea untuk
stasiun 5 sampel diambil dari wilayah pertanian sehingga limpasan dari daratan
pemanfaatan yang terdapat keramba yang mengandung urea relatif besar. Air
budidaya ikan milik masyarakat sekitar Situ limbah domestik yang mengalir ke Situ
Gintung. Kadar ammonia pada 5 stasiun Gintung mempengaruhi kadar amonia
melebihi dari syarat baku mutu. Syarat baku perairan tersebut, selain itu wilayah
mutu PP No. 82 Tahun 2001 yaitu kadar pemanfaatan seperti pada stasiun 5,
amonia dalam air sungai dan danau < 0,5 berdasarkan baku mutu PP No. 82 Tahun
mg/L. 2001 untuk perikanan, kadar amonia < 0,02
Penyebab tingginya kadar air situ mg/L. Hasil pengujian kadar amonia pada
gintung pada wilayat outlet, inlet dan stasiun 5 wilayah pemanfaatan keramba ikan
situ gintung ini melebihi 0,02 mg/L. kuinon bereaksi dengan sisa reagen fenolat
Menurut Effendi, (2003) hal tersebut dapat membentuk senyawa indofenol yang
terjadi karena banyaknya kandungan urea berwarna biru yang bisa dideteksi dengan
dan proses amonifikasi yang berasal dari spektrofotometer UV-VIS. Pada reaksi
dekomposisi bahan organik oleh mikroba. pembentukan indofenol biru, natrium
Murti et al (2014) menjelaskan, nitropusida berfungsi sebagai katalis. Untuk
prinsip dari pengujian kadar amonia ini uji N-amonia, maka pH sangat menentukan
adalah amonia air bereaksi dengan natrium dalam akurasi dan presisi uji. Hal ini
hipoklorit membentuk senyawa kloramin disebabkan amonia di dalam air berada
(NH2Cl) yang kemudian bereaksi dengan dalam dua bentuk yaitu berupa ion amonium
reagen fenolat membentuk senyawa antara (NH4 + ) atau non-ion amonium (NH3).
monoklor kuinon. Selanjutnya, monoklor

Tabel 4. Hasil Uji Nitrit

Konsentrasi Hasil
N Absorbansi Sampe Kadar Nitrit
Standar Pengukura
o Standar l ID (mg/L)
mg /L n (mg/L) C

1 0 0.538 KLP 1 0,538 -0,05


2 0,2 0.920 KLP 2 0,920 0,17
3 0,4 1,550 KLP 3 1, 764 0,67
4 0,8 1,850 KLP 4 -0,003 -0,37
5 1 2,313 KLP 5 0,018 -0,36

Pemeriksaan kandungan nitrit pada adalah Outlet, dan 5 adalah Daerah


air menggunakan spektrofotometer dengan pemanfaatan.
panjang gelombang 543 nm. Nitrit dalam Kadar nitrit didapatkan dari
suasana asam pada pH 2,0 – 2,5 akan substitusi nilai absobansi sampel pada fungsi
bereaksi dengan sulfanilamid (SA) dan N- y=1,678x + 0,628. Kadar nitrit pada wilayah
(1-naphthyl) ethylene diamine inlet 1 dan 2 sebesar -0,05 mg/L dan 0,17.
dihydrochloride (NED dihydrochloride) Pada wilayah outlet 3 dan 4 sebesar 0,67
membentuk senyawa azo yang berwarna mg/L dan -0,37 mg/L. Sedangkan pada zona
merah keunguan. Warna yang terbentuk pemanfaatan 5 sebesar -0,36 mg/L. Dapat
diukur absorbansinya secara dinyatakan nitrit hanya ditemukan pada
spektrofotometri (SNI, 2004). Berdasarkan wilayah inlet 2 dan outlet 3 saja. Selebihnya
hasil pemeriksaan kandungan nitrit dikelima bebas dari nitrit.
Baku mutu air merupakan ukuran
titik perairan gintung dijabarkan pada tabel 4 batas makhluk hidup, zat, atau komponen
dimana wilayah 1 dan 2 adalah Inlet, 3 dan 4 yang ada atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam air (PP,
2001). Menurut UU No.82 tahun 2001 mikroba air. Bakteri autotrofik yang
syarat maksimal beban nitrit pada air adalah berperan dalam oksidasi amonia menjadi
0,06 mg/L baik untuk baku air minum, air nitrit adalah Nitrosomonas, Nitrosococcus,
pemanfaatan peternakan, pertanian, Nitrospira, Nitrosolobus, dan Nitrosovibrio
budidaya air tawar. Berdasarkan acuan ini, (Agustiyani, 2004). Proses yang terjadi yaitu
air gintung di wilayah inlet 2 dan outlet 3 dari bentuk ammonia, nitrit, kemudian nitrat
telah melebihi beban maksimal yang (Amanati, 2016). Kandungan nitrit yang
seharusnya ada pada air sehingga tidak layak tinggi dipengaruhi oleh adanya limbah
digunakan. Akan tetapi air pada wilayah rumah tangga yang keluar dari kawasan
inlet 1, outlet 4 dan zona pemanfaatan masih padat pemukiman baik yang dibuang
layak digunakan, terutama untuk pertanian langsung ke badan perairan ataupun yang
dan budidaya ikan, tidak sebagai konsumsi, meresap ke tanah dan mengalir, dan
karena untuk dikonsumsi ada banyak pencemaran oleh pupuk nitrogen. (Aswadi,
parameter lain yang perlu dipertimbangkan. 2006).
Nitrit (NO2) adalah ion anorganik dari
siklus nitrogen yang dikarenakan aktifitas

Tabel 5. Uji Logam Berat besi (Fe) dan Mangan (Mn)

Nilai Uji Logam Berat


Inlet Outlet Pemanfaatan
1 2 3 4 5
Besi
0,384 0,938 -0,308 -0,285 -0,174
(Fe)

Mangan -
-0,431 -0,669 -0,674 -0,642
(Mn) 0,563

Larutan standar Fe dan Mn yang akan yang terbakar (burner). Hasil pembakaran
diukur diserap atau disedot melalui pipa ini kemudian teruapkan dan manjadi
kapiler. Selanjutnya sampel masuk ke partikel-partikel halus berukuran atomic
bagian system pengkabut melewati bagian bermuatan netral. Atom-atom netral pada
nebulizer untuk memecah sampel menjadi AAS ini dapat menyerap cahaya yang
aerosol. Aerosol tersebut kemudian dipaparkan oleh lampu hallow katoda.
disemprotkan kea rah spray chamber dimana Lampu katoda pada setiap unsur yang
sebagian besar aerosolnya akan jatuh ke akan diuji berbeda-beda tergantung
pembakar dan menjadi nyala. Proses unsur yang akan diuji. cahaya yang
selanjutnya adalah atomisasi akibat aerosol dipancarkan olehlampu katoda
sebelumnya telah melewati Peraturan Pemerintah Republik Indinesia
monokromator untuk diubah menjadi cahaya Nomor. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
yang lebih monokromatis, sehingga hanya Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran
ada satu cahaya pada satu panjang Air, maka kadar maksimum yang
gelombang saja. Ini diperbolehkan untuk Fe adalah 0,3 mg/L dan
terjadi karena monokromator untuk Mn adalh 0,1 mg/L. Dari hasil analisis
dalam alat AAS tersebut akan memisah kadar besi menunjukkan bahwa kadar besi
kan, mengisolasi dan mengontrol intensitas pada kelima titik sampling di situ Gintung
energi yang dihasilkan melalui celah sempit menunjukkan nilai yang melebihi kadar Fe
menggunakan cermin. Selanjutnya yang ditetapkan. Kandungan Fe dalam air
cahaya yang diserap oleh atom- atom dapat bersumber dari dalam tanah dan dari
netral ini diteruskan ke detektor dan diubah sumber lain. Logam Fe merupakan logam
menjadi sinyal-sinyal listrikyang diperkuat esensial yang keberadaannya dalam jumlah
dengan amplifer dan ditampilkan sebagai tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme
spektrum Panjang gelombang pada rekorder. hidup, namun dalam jumlah yang berlebih
Kemudian sisa pembakaran atau asap yang dapat menimbulkan efek racun bagi
tidak digunakan akan disedot oleh organisme (Supriyantini. et al, 2015). Sama
ducting, yaitu suatu bagian cerobong halnya dengan kadar Mn pada kelima titik
asap yang berhubungan langsung sampling di situ Gintung menunjukkan nilai
dengan cerobong asap bagian luar pada yang melebihi kadar Mn yang ditetapkan.
setiap bangunan. Hal ini berfungsi agar asap Sumber logam yang masuk ke dalam badan
yang dihasilkan oleh AAS tidak berbahaya perairan bisa karena pengikisan batu mineral
bagi lingkungan sekitar. di pinggir perairan atau partikel logam di
udara yang terbawa hujan yang jatuh ke
Kadar logam dalam air menentukan
kualitas air di suatu lokasi. Menurut
dalam perairan (Kiamah. et al, 2018).
KESIMPULAN banyaknya kandungan urea dan proses
amonifikasi yang berasal dari dekomposisi
Berdasarkan penelitian yang telah
bahan organik oleh mikroba. Kandungan
dilakukan dapat disimpulkan, air Situ
nitrit berada di stasiun 2 dan 3 sehingga air
gintung menurut persyaratan kualitas air
tidak layak digunakan, akan tetapi air pada
minum sudah tidak layak untuk dikonsumsi
stasiun 1, 4 dan 5 masih layak digunakan
karena sudah mengandung partikel logam
untuk pertanian dan budidaya ikan. Kadar
yang tinggi. Kadar ammonia pada 5 stasiun
logam dan fosfat pada perairan Situ Gintung
melebihi dari syarat baku mutu karena
juga melebihi kadar yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiyani, D., Imamuddin, H., Faridah, E.N., Oedjijono, .(2004). Pengaruh pH dan substrat
organik terhadap pertumbuhan dan aktivitas bakteri pengoksidasi amonia. LIPI-Bogor.
Biodiversitas 5 (2), 43–47.
Amanati, Lutfi. (2016). Uji Nitrit Pada Produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) Yang
Beredar Dipasaran. Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri. 2(1): 59 – 64.
Aswadi, M. (2006). Pemodelan Fluktuasi Nitrogen (Nitrit) Pada Aliran Sungai Palu. Jurnal
SMARTek, 4(2).
Badan Standardisasi Nasional. (2005). SNI 6989.30:2005 Air dan Air Limbah- Bagian 30 : Cara
Uji Amonia (NH3) dengan Spektrofotometer UV-Visible secara Fenat. Serpong.

Chapman, D. and Kimstach, V. (1996). Water Quality Assessment: A Guide to the Use of Biota,
Sediments and Water in Environmental Monitoring. 2nd Edition. University Press,
cambridge.

Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber daya dan Lingkungan
Perairan.. Yogyakarta. Penerbit Kanisnus.

Ismail Z. (2011). Monitoring Trends of Nitrate, Chloride and Phosphate Levels in an Urban
River. International Journal of Water Resources and Environmental Engineering. vol 3
no 7, 132-138.

Kiamah, A. F., Kamarati, Marlon, I. A.,Sumaryono, M. (2018). Kandungan Kadar Logam Berat
Besi (Fe), Timbal (Pb), dan Mangan (Mn) pada Air Sungai Santan. Samarinda.
Universitas Mulawarman Samarinda

Murti, R. Setiya dan C. Maria H.P. (2014).Optimasi Waktu Reaksi Pembentukan Kompleks
Indofenol Biru Stabil Pada Uji N-Amonia Air Limbah Industri Penyamakan Kulit
Dengan Metode Fenat. Majalah Kulit, Karet, dan Plastik Vol.30 No.1 Juni 2014: 29-34.

Mustofa, Arif. (2015). Kandungan Nitrat dan Pospat Sebagai Faktor Tingkat Kesuburan Perairan
Pantai. Jurnal DISPROTEK. vol 6 no 1, 13-19.
Onwugbuta-Enyi, J.; Zabbey, N.; dan Erondu, E. S. (2008). Water Quality of Bodo Creek in the
Lower Niger Delta Basin. Advances in Environmental Niology. vol 2 no 3. 132-136.
Peraturan Pemerintah. (2001) . Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun
2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air. Peraturan
Pemerintah. Jakarta.
PPTPKA & DPPA. (2002). Peraturan Pe-merintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air Presiden Republik
Indonesia.[dpmptsp.pemkomedan.go.id]

Prihartanto dan Budiman, E. Bayu. (2007). Sistem Informasi Pemantauan Dinamika Sungai Siak.
Jurnal Alami 12(1):52-60.
Salam, A. (2010). Analisis kualitas air Situ Bungur Ciputat berdasarkan indeks
keanekaragaman fitoplankton. skripsi.
SNI (Standar Nasional Indonesia).(2004). Air dan air limbah-bagian 9 : Cara uji nitrit secara
spektrofotometri. SNI 06-6989.9-2004
Supriyantini, E., dan Endrawati, H. (2015). Kandungan Logam Berat Besi (Fe) pada Air,
Sedimen, dan Kerang Hijau (Perna viridis) di Perairan Tanjung Emas Semarang. Jurnal
Kelautan Tropis. VI.18.

Sutrisno, Hadi. (2007). Analisis Regresi. Yogyakarta. Andi Ofset.

Tungka, Anggita W.; Haeruddin, dan Ain Churun. (2016). Konsentrasi Nitrat dan Ortofosfat di
Muara Sungai Banjir Kanal Barat dan Kaitannya dengan Kelimpahan Fitoplanton
Harmful Alga Blooms (HABs). Journal of Fisheries Science and Technology. vol 12 no.
1.

Yuliastuti, Etik. (2011). Kajian Kualitas Air Sungai Ngringo Karanganyar dalam Upaya
Pengendalian Pencemaran Air. Tesis. Semarang : Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai