Oleh:
NAMA : Muhammad Asef Saiful Mubarok
NIM : 19104012161
KELAS : A3
DAFTAR ISI........................................................................................... i
I. PENDAHULUAN...................................................................... 1
I.1 Latar Belakang....................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah.................................................................. 2
I.3 Tujuan.................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 3
II.1Taksonomi............................................................................. 3
II.2Perbanyakan secara generatif dan vegetatif........................... 4
II.3Cangkok................................................................................. 5
4.2 Pembahasan........................................................................ 10
V. PENUTUP................................................................................ 11
5.1 Kesimpulan.......................................................................... 11
5.2 Saran.................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 13
LAMPIRAN........................................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN
Jambu biji kaya akan tannin, fenol, triterpen, flavonoid, minyak atsiri, saponin,
karotenoid, lektin, vitamin, serat dan asam lemak. buah jambu biji lebih tinggi vitamin C
daripada jeruk (80 mg vitamin C dalam 100 g buah) dan berisi jumlah yang cukup dari
vitamin A juga. buah Jambu biji juga merupakan sumber yang baik dari pektin 7 makanan
yang serat (Joseph, 2011).
Teknik kultur in vitro merupakan metode alternatif yang dapat digunakan untuk
memperbanyak tanaman Buah jambu biji karena menghasilkan bibit dalam jumlah besar
dengan waktu yang relatif singkat, pertumbuhan seragam, bebas patogen, dan produksi bibit
yang tidak tergantung musim. Materi tanaman yang diisolasi (protoplas, sel, jaringan,
eksplan dapat tumbuh dengan baik, selain itu perlu juga penambahan zat pengatur tumbuh
(ZPT) untuk merangsang eksplan yang ditanam agar dapat cepat tumbuh dan berkembang
dengan baik pula. Farid, 2003; Jalaja et al., 2008; Behera dan Sahoo, 2009).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dycotyledonae
Subdivisi : Angiosperme
Ordo : Myrtales
Famili : myrtaceae
Genus : Psidium
Jambu biji kaya akan tannin, fenol, triterpen, flavonoid, minyak atsiri, saponin,
karotenoid, lektin, vitamin, serat dan asam lemak. buah jambu biji lebih tinggi vitamin C
daripada jeruk (80 mg vitamin C dalam 100 g buah) dan berisi jumlah yang cukup dari
vitamin A juga. buah Jambu biji juga merupakan sumber yang baik dari pektin 7 makanan
yang serat (Joseph, 2011).
Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan mengalami
penyerbukan alami dengan bantuan angin atau serangga. Menurut Nursyamsi (2010)
menjelaskan bahwa, perbanyakan tanaman secara generatif memiliki kelebihan yaitu
penanganan yang praktis atau mudah dengan harga yang relatif murah dan tidak memerlukan
keahlian yang khusus. Namun, perbanyakan secara generatif memiliki beberapa kelemahan
seperti penanaman dilakukan pada saat musimnya, keturunan yang dihasilkan kemungkinan
tidak sama dengan induknya, persentase berkecambah yang rendah dan membutuhkan waktu
yang agak lama untuk berkecambah. Purnomoshidi dkk., (2002) menjelaskan bahwa,
keunggulan dari perbanyakan tanaman secara generatif yaitu tanaman memiliki sistem
perakaran yang kuat dan kokoh, lebih mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih
panjang. Sedangkan kekurangannya yaitu waktu untuk berbuah lebih lama.
Menurut Rahman dkk. (2012) perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan
perbanyakan tanaman menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting,
pucuk, umbi dan akar untuk menghasilkan tanaman baru yang sesuai dengan induknya.
Perbanyakan ini dilakukan melalui proses perkawinan dan tidak melalui biji dari induknya.
Pada prinsipnya adalah merangsang tunas adventif untuk menghasilkan tanaman yang
sempurna memiliki batang, daun dan akar. Vegetatif alami dilakukan tanpa adanya campur
tangan manusia, sehingga terjadi secara alamiah. Biasanya terjadi melalui tunas, umbi, dan
geragih (stolon). Sedangkan vegetatif buatan terjadi dengan bantuan manusia. Vegetatif
buatan terbagi menjadi dua yaitu secara konvensional buatan secara bioteknologi.
Perbanyakan tanaman melalui vegetatif buatan dilakukan pada tanaman yang memiliki
kambium. Pada umumnya penggunaan vegetatif buatan tidak dapat dilakukan pada tanaman
berkeping satu (monokotil). Perbanyakan secara vegetatif buatan dapat dilakukan dengan
cara stek, cangkok dan merunduk. Selain itu ada perbanyakan tanaman yang digabungkan
antara vegetatif alami dan buatan yaitu dengan cara grafting. Perbanyakan secara vegetatif
memiliki keunggulan seperti tanaman yang dihasilkan memiliki sifat yang sama dengan
induknya dan lebih cepat berbunga serta berbuah. Sedangkan kekurangannya yaitu
membutuhkan pohon induk yang lebih banyak sehingga membutuhkan biaya yang banyak
serta memiliki akar yang kurang kokoh.
2.3 Cangkok
Mencangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan
untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya dan cepat
menghasilkan. Pencangkokan dilakukan dengan menyayat dan mengupas kulit sekeliling
batang, lebar sayatan tergantung pada jenis tanaman yang dicangkok. Penyayatan dilakukan
sedemikian rupa sehingga lapisan kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara dikikis).
Setelah luka yang dibuat cukup kering.
Media tumbuh yang digunakan terdiri dari tanah dan kompos dan dibalut dengan sabut
kelapa atau plastik. Bila batang diatas sayatan telah menghasilkan sistem perakaran yang
bagus, batang dapat segera dipotong dan ditanam di lapang. Hal yang perlu diperhatikan
dalam melakukan pencangkokan tanaman adalah:
a. Waktu mencangkok, sebaiknya pada musim hujan karena tidak perlu melakukan
penyiraman berulang-ulang
b. Memilih batang cangkok, pohon induk yang digunakan adalah yang umurnya tidak
terlalu tua atau terlalu muda, kuat, sehat dan subur serta banyak dan baikbuahnya
c. Pemeliharaan cangkokan, pemeliharaan sudah dianggap cukup bila media cangkokan
cukup lembab sepanjang waktu.
d. Cabang yang baik untuk dicangkok mempunyai arah ke atas 45 derajat atau kesamping
dan rajin berbuah.
Kelebihan cara pembiakan cangkokan antara lain :
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.2.1 Alat
a. Pisau / Cutter
3.2.2 Bahan
a. Tanah
b. Plastik
c. Tali Rafia
BAB IV
Dari hasil praktikum dengan cara pencangkokan yang dilakukan dihasilkan data sebagai
berikut :
4.2 Pembahasan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tumbuhan hasil cangkokan akan lebih cepat berbuah dibandingkan tumbuhan yang
ditanam dari biji dan memiliki sifat sama dengan induknya. Akan tetapi, tumbuhan hasil
cangkokan mudah roboh, karena sistem perakarannya adalah serabut, oleh karena itu
berhati-hatilah ketika menanamnya dan umurnya lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang
ditanam dari biji.
Pada saat mencangkok, kambium pada cabang atau ranting haris dihilangkan agar kulit
tidak terbentuk kembali. Bila kulit terbentuk kembali, maka akar tidak akan dapat terbentuk.
Sebaliknya, jika lapisan kambium tersebut bersih, maka hasil fotosintesis akan terkumpul di
tempat kambium yang telah dibersihkan dan pertumbuhan akar dapat terangsang dengan
baik.
5.2 Saran
Agar lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bibit masih diperlukan
adanya perbaikan antara lain :
a. Pengadaan sarana dan prasarana yang mendukung untuk peningkatan hasil produksi,
seperti penambahan alat-alat yang digunakan untuk mencangkok.
b. Perlu adanya tambahan pengetahuan, pelatihan dan penelitian bagi mahasiswa dalam
perawatan agar tanaman dapat tepat dalam perawatan bibit tanaman
c. Sirami tanaman secara teratur tiap pagi dan sore.
d. Memilih batang cangkok,pohon induk yang digunakan adalah yang umurnya tidak
terlalu tua atau terlalu muda,kuat,sehat dan subur serta banyak dan baik buahnya.
e. Waktu mencangkok,sebaiknya pada musim hujan karena tidak perlu melakukan
penyiraman berulang-ulang.
DAFTAR PUSTAKA
Wu, Y., Ganjun Yi, Birong Zhou, J. Zeng and Y. Huang. 2007. Review: The advancement
of research on litchi and longan germplasm resources in China. Sci. Hort. (114) :143-150.
Yonemoto, Y., Chowdury, A.K, Kato, H. and Macha, M.M. 2006. Cultivar identification
and their genetic relationships in Dimocarpus longan subspecies based on RAPD markers.
Sci. Hortic. 109:147-15.
Rochiman, K. dan Harjadi, S.S. 1973. Pencangkokan Tanaman. Bandung : Rajawali Group.
Wudiyanto, (1994). Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Jakarta: Penebar Swadaya. 160.
LAMPIRAN