Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR AGRONOMI

PENCANGKOKAN PADA TANAMAN KELENGKENG (Dimocarpus longan)


Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah : Dasar Agronomi
Dosen Pengampu : Bp. Renan Subantoro, S.P., M.Sc.

Oleh:
NAMA : Muhammad Asef Saiful Mubarok
NIM : 19104012161
KELAS : A3

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................... i
I. PENDAHULUAN...................................................................... 1
I.1 Latar Belakang....................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah.................................................................. 2
I.3 Tujuan.................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................. 3
II.1Taksonomi............................................................................. 3
II.2Perbanyakan secara generatif dan vegetatif........................... 4
II.3Cangkok................................................................................. 5

III. METODOLOGI PRAKTIKUM.............................................. 7

3.1 Tempat dan Waktu................................................................. 7


3.2 Alat dan Bahan....................................................................... 7
3.2.1 Alat................................................................................ 7
3.2.2 Bahan............................................................................ 7
3.3 Langkah Kerja........................................................................ 7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................. 9

4.1 Hasil Pembahasan................................................................. 9

4.2 Pembahasan........................................................................ 10
V. PENUTUP................................................................................ 11
5.1 Kesimpulan.......................................................................... 11
5.2 Saran.................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 13

LAMPIRAN........................................................................................ 14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mencangkok adalah suatu cara mengembangbiakan tumbuhan dengan cara menguliti
batang yang ada lalu dibungkus dengan tanah agar akarnya tumbuh. Jika akar sudah muncul
akar yang kokoh, maka batang tersebut sudah bisa dipotong dan ditanam ditempat lain,
mencangkok juga diartikan suatu perbanyakan vegetatif secara buatan. Mencangkok salah
satu cara pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang
memiliki sifat yang sama dengan induknya dan cepat menghasilkan.
Mencangkok dilakukan dengan menyayat dan mengupas kulit sekeliling batang, lebar
sayatan tergantung pada jenis tanaman yang dicangkok. Penyayatan dilakukan sedemikian
rupa sehingga lapisan kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara dikikis). Setelah luka
yang dibuat cukup kering, Rootone-F diberikan sebagai perlakuan agar bahan cangkokan
cepat berakar. Media tumbuh yang digunakan terdiri dari tanah dan kompos dan dibalut
dengan sabut kelapa atau plastik. Pembiakan dengan metode mencangkok biasanya dapat
dilakukan pada tanaman-tanaman yang mempunyai sifat berkayu (berkambium).Salah
satunya yaitu tanaman jambu biji.
Jambu biji (Psidium guajava) berasal dari benua Amerika yang beriklim tropis, yakni
dari Amerika Serikat, Peru dan Bolivia, jambu biji tersebut menyebar keberbagai negara di
dunia, termasuk kawasan ASEAN. Tanaman jambu biji dapat tumbuh subur di daerah tropis
dan subtropis. Pembudidayaan jambu biji di Indonesia pada umumnya masih disekitar
halaman rumah. Meskipun demikian, luas areal tanaman jambu biji pada tahun 1992 sudah
mendekati 60.000 hektar yang tersebar diseluruh provinsi di Indonesia. Daerah pusat
tanaman jambu biji di Indonesia adalah Jawa, Bali, Sulawesi, dan Nusa tenggara ( Murniati,
2010).

Jambu biji kaya akan tannin, fenol, triterpen, flavonoid, minyak atsiri, saponin,
karotenoid, lektin, vitamin, serat dan asam lemak. buah jambu biji lebih tinggi vitamin C
daripada jeruk (80 mg vitamin C dalam 100 g buah) dan berisi jumlah yang cukup dari
vitamin A juga. buah Jambu biji juga merupakan sumber yang baik dari pektin 7 makanan
yang serat (Joseph, 2011).
Teknik kultur in vitro merupakan metode alternatif yang dapat digunakan untuk
memperbanyak tanaman Buah jambu biji karena menghasilkan bibit dalam jumlah besar
dengan waktu yang relatif singkat, pertumbuhan seragam, bebas patogen, dan produksi bibit
yang tidak tergantung musim. Materi tanaman yang diisolasi (protoplas, sel, jaringan,
eksplan dapat tumbuh dengan baik, selain itu perlu juga penambahan zat pengatur tumbuh
(ZPT) untuk merangsang eksplan yang ditanam agar dapat cepat tumbuh dan berkembang
dengan baik pula. Farid, 2003; Jalaja et al., 2008; Behera dan Sahoo, 2009).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taksonomi Tanaman Jambu air (Syzygium aqueum)

Berdasarkan penggolongan dan tata nama tumbuhan, tanaman jambu biji

termasuk ke dalam klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dycotyledonae

Subdivisi : Angiosperme

Ordo : Myrtales

Famili : myrtaceae

Genus : Psidium

Spesies : Psidium Guava linn (Parimin, 2005)


Jambu adalah salah satu tanaman buah yang paling menjanjikan di India dan
mempunyai kandugan nutrisi yang baik, yang sangat menguntungkan. Buah jambu sangat
baik untuk dikonsumsi segar ataupun melalui pengolahan. Selain nilai gizi yang tinggi
(Vitamin C dan pektin), jambu biji memberikan keuntungan ekonomi yang baik.Hal ini telah
mendorong beberapa petani untuk mengembangkan budidaya jambu biji pada skala
komersial (Rani, 2010).

Jambu biji kaya akan tannin, fenol, triterpen, flavonoid, minyak atsiri, saponin,
karotenoid, lektin, vitamin, serat dan asam lemak. buah jambu biji lebih tinggi vitamin C
daripada jeruk (80 mg vitamin C dalam 100 g buah) dan berisi jumlah yang cukup dari
vitamin A juga. buah Jambu biji juga merupakan sumber yang baik dari pektin 7 makanan
yang serat (Joseph, 2011).

2.2 Perbanyakan secara generatif dan vegetatif

Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan mengalami
penyerbukan alami dengan bantuan angin atau serangga. Menurut Nursyamsi (2010)
menjelaskan bahwa, perbanyakan tanaman secara generatif memiliki kelebihan yaitu
penanganan yang praktis atau mudah dengan harga yang relatif murah dan tidak memerlukan
keahlian yang khusus. Namun, perbanyakan secara generatif memiliki beberapa kelemahan
seperti penanaman dilakukan pada saat musimnya, keturunan yang dihasilkan kemungkinan
tidak sama dengan induknya, persentase berkecambah yang rendah dan membutuhkan waktu
yang agak lama untuk berkecambah. Purnomoshidi dkk., (2002) menjelaskan bahwa,
keunggulan dari perbanyakan tanaman secara generatif yaitu tanaman memiliki sistem
perakaran yang kuat dan kokoh, lebih mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih
panjang. Sedangkan kekurangannya yaitu waktu untuk berbuah lebih lama.
Menurut Rahman dkk. (2012) perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan
perbanyakan tanaman menggunakan bagian-bagian tanaman seperti batang, cabang, ranting,
pucuk, umbi dan akar untuk menghasilkan tanaman baru yang sesuai dengan induknya.
Perbanyakan ini dilakukan melalui proses perkawinan dan tidak melalui biji dari induknya.
Pada prinsipnya adalah merangsang tunas adventif untuk menghasilkan tanaman yang
sempurna memiliki batang, daun dan akar. Vegetatif alami dilakukan tanpa adanya campur
tangan manusia, sehingga terjadi secara alamiah. Biasanya terjadi melalui tunas, umbi, dan
geragih (stolon). Sedangkan vegetatif buatan terjadi dengan bantuan manusia. Vegetatif
buatan terbagi menjadi dua yaitu secara konvensional buatan secara bioteknologi.
Perbanyakan tanaman melalui vegetatif buatan dilakukan pada tanaman yang memiliki
kambium. Pada umumnya penggunaan vegetatif buatan tidak dapat dilakukan pada tanaman
berkeping satu (monokotil). Perbanyakan secara vegetatif buatan dapat dilakukan dengan
cara stek, cangkok dan merunduk. Selain itu ada perbanyakan tanaman yang digabungkan
antara vegetatif alami dan buatan yaitu dengan cara grafting. Perbanyakan secara vegetatif
memiliki keunggulan seperti tanaman yang dihasilkan memiliki sifat yang sama dengan
induknya dan lebih cepat berbunga serta berbuah. Sedangkan kekurangannya yaitu
membutuhkan pohon induk yang lebih banyak sehingga membutuhkan biaya yang banyak
serta memiliki akar yang kurang kokoh.
2.3 Cangkok
Mencangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang bertujuan
untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan induknya dan cepat
menghasilkan. Pencangkokan dilakukan dengan menyayat dan mengupas kulit sekeliling
batang, lebar sayatan tergantung pada jenis tanaman yang dicangkok. Penyayatan dilakukan
sedemikian rupa sehingga lapisan kambiumnya dapat dihilangkan (dengan cara dikikis).
Setelah luka yang dibuat cukup kering.
Media tumbuh yang digunakan terdiri dari tanah dan kompos dan dibalut dengan sabut
kelapa atau plastik. Bila batang diatas sayatan telah menghasilkan sistem perakaran yang
bagus, batang dapat segera dipotong dan ditanam di lapang. Hal yang perlu diperhatikan
dalam melakukan pencangkokan tanaman adalah:
a. Waktu mencangkok, sebaiknya pada musim hujan karena tidak perlu melakukan
penyiraman berulang-ulang
b. Memilih batang cangkok, pohon induk yang digunakan adalah yang umurnya tidak
terlalu tua atau terlalu muda, kuat, sehat dan subur serta banyak dan baikbuahnya
c. Pemeliharaan cangkokan, pemeliharaan sudah dianggap cukup bila media cangkokan
cukup lembab sepanjang waktu.
d. Cabang yang baik untuk dicangkok mempunyai arah ke atas 45 derajat atau kesamping
dan rajin berbuah.
Kelebihan cara pembiakan cangkokan antara lain :

1). Pohon dari bibit cangkokan lebih cepat berbuah.


2). Dapat mewarisi sifat baik dari tanaman induk.

Adapun kelemahannya antara lain :

1) Perakaran pohon cangkokan kurang kuat dan dangkal.


2) Bentuk pohon induk menjadi rusak.
3) Tidak dapat menyediakan bibit yang relatif banyak dalam waktu yang cepat.
4) Cara pengerjaan sedikit lebih rumit dan memerlukan ketelatenan.
5) Jika sering dilakukan pencangkokan terhadap pohon induk maka produksi buah
pohon induk menjadi terganggu.

BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Pelaksanaan praktikum di lakukan dikebun belakang rumah saya tepatnya di Desa
Kalimanggis RT : 02/RW : 02, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Pada Sabtu, 25 April 2020 jam07.50 WIB.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

a. Pisau / Cutter

3.2.2 Bahan

a. Tanah

b. Plastik

c. Tali Rafia

d. Pohon Jambu biji


e. Serbet / Kain

3.3 Langkah Kerja


a. Memilih batang jambu biji yang tua yang akan di cangkok.
b. Sayat batang tua tersebut berukuran sekitar 2cm sampai 3 cm lalu di kelupas
kulit pada tanaman tersebut.
c. Bersihkan sisa sisa kambium menggunakan serbet / kain .
d. Masukan tanah kedalam plastik setelah itu di tali.
e. Tanah yang telah di masukan di plastik kemudian di potong setengah lalu di
tempelkan pada jendela atau sayatan cangkokan yang telah di buat tadi.
f. Kemudian,di tali dengan rafia mose yang sudah di dalam plastik tersebut
dengan tanaman di jendela atau sayatan tersebut dengan kuat.
g. Setelah di tali dengan kuat kemudian di lubangi plastik tersebut agar mudah
dalam penyiraman dan ada udara masuk.
h. Siram setiap hari.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum

Dari hasil praktikum dengan cara pencangkokan yang dilakukan dihasilkan data sebagai
berikut :

Tanggal Minggu Ke - ... Keterangan

25 April 2020 Awal Mencangkok Pada awal mencangkok, memilih pohon


serta mempersiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan.
1 Mei 2020 Minggu ke 1 Hasil belum terlihat akar, tapi cangkokan
masih rutin disiram. Dengan keadaan
daun dan batangnya masih segar.
7 Mei 2020 Minggu ke 2 Belum muncul akar dengan keadaan daun
dan batang masih segar.

13 Mei 2020 Minggu ke 3 Akar kecil sudah mulai muncul dan


kelembaban tanah masih terjaga.

19 Mei 2020 Minggu ke 4 Keadaan daun dan batang masih segar,


dan akar mulai terlihat banyak.

22 Mei 2020 Minggu ke 5 – 6 Keadaan daunnya sudah agak layu


28 Mei 2020 sedangkan keadaan batangnya masih
segar. Disini bisa dilihat akarnya sudah
banyak. Dan siap untuk dipotong batang
cangkoknya.

4.2 Pembahasan

Teknik cangkok merupakan metode memperbanyak tanaman dengan cara pengaplikasian


yaitu mengerat dan mengelupas kulit batang pohon, dan kemudian sayatan tersebut dibalut
dengan menggunakan media tanam hingga akarnya tumbuh banyak sehingga bibit kuat untuk
memulai hidup sendiri tanpa topangan pohon induk.
Dari data diatas diketahui bahwa, perkembangbiakan tanaman secara vegetative buatan
metode cangkok dilakukan mengelupas kulit barang atau ranting tumbuhan induk selebar
kurang lebih 10 cm lalu dikerik kambiumnya hingga bersihdan meletakkan atau
membungkus batang tersebut dengan media untuk menutupi batang yang dikupas agar akar
dapat tumbuh. Penyiraman rutin pada cangkokan sangat dibutuhkan untuk menjaga
kelembapan. Dibutuhkan waktu 6 minggu untuk dapat memisahkan cangkokan dari induknya
yang akan ditanam dan menghasilkan tanaman Jambu air yang baru.
Dilihat dari minggu pertama dan minggu kedua, keadaan daun dan batangnya masih
segar, tetapi belum terlihat akar karena akar akan tumbuh setelah beberapa waktu
pencangkokan. Untuk itu, perlu pemeliharaan cangkokan yang utama adalah menjaga agar
tetap lembab. Kelembaban sangat penting untuk ,enjaga daya tumbuh akar dan memberi
makanan akar. Maka, perlu penyiraman secara rutin. Pada minggu ketiga, cangkokan mulai
tumbuh akar, namun masih sedikit. Pada minggu keempat, akar sudah mulai banyak. Dan
pada minggu kelima dan keenam, akar tanaman cangkokan sudah mulai banyak akarnya dan
siap untuk dipisahkan dar induknya (dipotong). Setelah dipisahkan, cangkokan tersebut
ditanam dalam polybag dengan menggunakan media tanah campuran pupuk kandang, dan
dipotong beberapa batang atau ranting serta daunnya, untuk mempercepat tumbuhnya batang
atau ranting serta daun baru.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Cara perkembangbiakan dengan mencangkok adalah sangat istimewa terutama untuk


buah-buahan. Karena rasa dan bentuk buah yang dihasilkan biasanya akan sama persis
dengan induknya. Berbeda jika perkembangbiakan dilakukan dengan menanam biji,
terkadang tanaman yang dihasilkan tidak sama dengan yang dimiliki oleh induknya.

Tumbuhan hasil cangkokan akan lebih cepat berbuah dibandingkan tumbuhan yang
ditanam dari biji dan memiliki sifat sama dengan induknya. Akan tetapi, tumbuhan hasil
cangkokan mudah roboh, karena sistem perakarannya adalah serabut, oleh karena itu
berhati-hatilah ketika menanamnya dan umurnya lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang
ditanam dari biji.

Pada saat mencangkok, kambium pada cabang atau ranting haris dihilangkan agar kulit
tidak terbentuk kembali. Bila kulit terbentuk kembali, maka akar tidak akan dapat terbentuk.
Sebaliknya, jika lapisan kambium tersebut bersih, maka hasil fotosintesis akan terkumpul di
tempat kambium yang telah dibersihkan dan pertumbuhan akar dapat terangsang dengan
baik.
5.2 Saran

Agar lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bibit masih diperlukan
adanya perbaikan antara lain :

a. Pengadaan sarana dan prasarana yang mendukung untuk peningkatan hasil produksi,
seperti penambahan alat-alat yang digunakan untuk mencangkok.
b. Perlu adanya tambahan pengetahuan, pelatihan dan penelitian bagi mahasiswa dalam
perawatan agar tanaman dapat tepat dalam perawatan bibit tanaman
c. Sirami tanaman secara teratur tiap pagi dan sore.
d. Memilih batang cangkok,pohon induk yang digunakan adalah yang umurnya tidak
terlalu tua atau terlalu muda,kuat,sehat dan subur serta banyak dan baik buahnya.
e. Waktu mencangkok,sebaiknya pada musim hujan karena tidak perlu melakukan
penyiraman berulang-ulang.
DAFTAR PUSTAKA

Wu, Y., Ganjun Yi, Birong Zhou, J. Zeng and Y. Huang. 2007. Review: The advancement
of research on litchi and longan germplasm resources in China. Sci. Hort. (114) :143-150.

Wudianto, R. 1999. Membuat Setek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya.


Cetakan XIII. Jakarta.

Yonemoto, Y., Chowdury, A.K, Kato, H. and Macha, M.M. 2006. Cultivar identification
and their genetic relationships in Dimocarpus longan subspecies based on RAPD markers.
Sci. Hortic. 109:147-15.

Husni, Malian. 2004. Pembiakan Vegetatif. Jakarta : PT. Gramedia.

Rochiman, K. dan Harjadi, S.S. 1973. Pencangkokan Tanaman. Bandung : Rajawali Group.

Rukmana. 2000. Tenik Memproduksi Bibit Unggul Tanaman Buah-Buahan. Yogyakarta.


Kanisius. 72.

Tanaman Jambu Biji (Online),(https://pustaka.pancabudi.ac.id/dl_file/penelitian/44197_bab1.pdf


diakses 14 Juni 2020).

Tanaman Jambu Biji (Online), ( http://digilib.unila.ac.id/6560/17/BAB%20II.pdf diakses 14 Juni


2020).

Tirtosoepomo. (1989). Teknik Memproduksi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta:


Universitas Gadjah Mada. 309.

Wudiyanto, (1994). Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Jakarta: Penebar Swadaya. 160.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai