Anda di halaman 1dari 7

PERTUMBUHAN TANAMAN

Melya Nisa (1210423012)


Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas

ABSTRAK

Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan ukuran dan massa. Pada sel, pertumbuhan
merupakan pertambahan volume yang tidak dapat balik. Pada jaringan dan organ,
pertumbuhan secara normal mencerminkan pertambahan jumlah sel dan ukuran sel.
Pertumbuhan dapat diukur secara kuantitatif. Perkembangan merupakan istilah kualitatif
yaitu perubahan dari sel, jaringan, organ, atau organisme dalam siklus kehidupan.
Perkembangan adalah perubahan yang dapat dilihat secara nyata dalam bentuk organ atau
organisme, seperti perubahan embrio menjadi kecambah, dari kuncup daun menjadi daun
sepenuhnya, atau dari organ reproduksi vegetatif menjadi struktur reproduksi
bunga.Percobaan dilakukan di Laboratorium Pendidikan IV, Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang. Percobaan ini
bertujuan untuk meneliti laju tumbuh daun sejak dari embrio dalam biji sampai daun
mencapai ukuran tetap dan mengamati daerah tumbuh pada akar dan batang. Percobaan
dilakukan dengan melakukan pengukuran panjang daun dan petiol kecambah biji kacang
dan untuk pengamatan daerah tumbuh akar dan batang, diukur jarak interval pada tiap
kecambah yang telah ditandai dengan tinta cina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Kata kunci: pertumbuhan, perkembangan, irreversibel

PENDAHULUAN
Perkembangan merupakan istilah kualitatif yaitu perubahan dari sel, jaringan, organ,
atau organisme dalam siklus kehidupan. Perkembangan adalah perubahan yang dapat
dilihat secara nyata dalam bentuk organ atau organisme, seperti perubahan embrio
menjadi kecambah, dari kuncup daun menjadi daun sepenuhnya, atau dari organ
reproduksi vegetatif menjadi struktur reproduksi bunga. Pertumbuhan merupakan istilah
kuantitatif, yang berkaitan dengan perubahan ukuran dan massa. Pada sel, pertumbuhan
merupakan pertambahan volume yang tidak dapat balik. Pada jaringan dan organ,
pertumbuhan secara normal mencerminkan pertambahan jumlah sel dan ukuran sel.
Pertumbuhan dapat diukur secara kuantitatif (Hopkin dan Huner, 2008).
Pada angiosperma dan tumbuhan tinggi lainnya, berat segar tidak selalu menjadi
pengukuran yang dapat diandalkan. Kebanyakan jaringan tumbuhan terdiri dari kira-kiar
80 % air, tapi kandungan air bervariasi dan berat segar akan berubah tergantung pada
kelembaban sekitarnya dan kandungan air dari tumbuhan. Berat kering, ditentukan
setelah pengeringan material menjadi berat yang konstan, merupakan pengukuran dari
jumlah protoplasma atau bahan kering (Hopkin dan Huner, 2008).
Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat dibalikkan
dalam ukuran pada sistem biologi. Secara umum pertumbuhan berarti pertambahan
ukuran karena organisme multisel tumbuh dari zigot, pertumbuhan itu bukan hanya
dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat
kerumitan. Pertumbuhan biologis terjadi dengan dua fenomena yang berbeda antara satu
sama lain. Pertambahan volume sel dan pertambahan jumlah sel. Pertambahan volume
sel merupakan hasil sintesa dan akumulasi protein, sedangkan pertambahan jumlah sel
terjadi dengan pembelahan sel (Kaufman, 1975).
Pada setiap tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan, sensitivitas terhadap
lingkungan dan koordinasi respons sangat jelas terlihat. Tumbuhan dapat mengindera
gravitasi dan arah cahaya dan menanggapi stimulus-stimulus ini dengan cara yang
kelihatannya sangat wajar bagi kita. Seleksi alam lebih menyukai mekanisme respons
tumbuhan yang meningkatkan keberhasilan reproduktif, namun ini mengimplikasikan
tidak adanya perencanaan yang disengaja pada bagian dari tumbuhan tersebut
(Campbell, 2002).
Pada batang yang sedang tumbuh, daerah pembelahan sel batang lebih jauh
letaknya dari ujung daripada daerah pembelahan akar, terletak beberapa sentimeter
dibawah ujung (tunas). Sedangkan pertambahan panjang tiap lokus pada akar tidak
diketahui pertambahan panjang terbesar dikarenakan kecambah mati. Pertambahan
volume (ukuran) sering ditentukan denagn cara mengukur perbesaran ke satu atau dua
arah, seperti panjang (misalnya, tinggi batang) atau luas (misalnya, diameter batang),
atau luas (misalnya, luas daun). Pengukuran volume, misalnya dengan cara pemindahan
air, bersifat tidak merusak, sehingga tumbuhan yang sama dapat diukur berulang-ulang
pada waktu yang berbeda (Salisbury dan Ross, 1996).
Pengukuran daun tanaman mulai dari waktu embrio dengan menggunakan kurva
sigmoid juga memiliki hubungan erat dengan perkecambahan biji tersebut yang otomatis
juga dipengaruhi oleh waktu dormansi karena periode dormansi juga merupakan
persyaratan bagi perkecambahan banyak biji. Ada bukti bahwa pencegah kimia terdapat
di dalam biji ketika terbentuk. Pencegah ini lambat laun dipecah pada suhu rendah
sampai tidak lagi memadai untuk menghalangi perkecambahan ketika kondisi lainnya
menjadi baik. Waktu dormansi berakhir umumnya didasarkan atas suatu ukuran yang
bersifat kuantitatif. Untuk tunas dan biji dormansi dinyatakan berhasil dipecahkan jika
50 % atau lebih dari populasi biji tersebut telah berkecambah atau 50% dari tunas yang
diuji telah menunjukkan pertumbuhan. Bagi banyak tumbuhan angiospermae di gurun
pasir mempunyai pencegah yang telah terkikis oleh air di dalam tanah. Dalam proses ini
lebih banyak air diperlukan daripada yang harus ada untuk perkecambahan itu sendiri.
(Kimball, 1992).
Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh
karena itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh
ordinat dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva berbentuk huruf S
atau kurva sigmoid. Kurva sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian-
bagiannya ataupun sel-selnya. Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian
berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh
menurun. Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk
kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih
tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam
lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi
pengaruh faktor keturunan dan lingkungan (Tjitrosoepomo, 1999).
Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal yang dihasilkan oleh
banyak tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun
bertahunan, Pada fase logaritmik ukuran (V) bertambah secara eksponensial sejalan
dengan waktu (t). Ini berarti laju kurva pertumbuhan (dV/dt) lambat pada awalnya.
Tetapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan organisme, semakin
besar organisme semakin cepat ia tumbuh (Tjitrosoepomo, 1999).
Fase pertumbuhan logaritmik juga menunjukkan sel tunggal. Fase ini adalah fase
dimana tumbuhan tumbuh secara lambat dan cenderung singkat.Pada fase linier,
pertambahan ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada waktu maksimum
selama beberapa waktu lamanya. Laju pertumbuhan ditunjukkan oleh kemiringan yang
konstan pada bagian atas kurva tinggi tanaman oleh bagian mendatar kurva laju tumbuh
dibagian bawah. Fase senescence ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat
tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua. Kurva pertumbuhan
berbentuk S (Sigmoid) yang ideal, yang dihasilkan oleh banyak tumbuhan setahun dan
beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahun, dengan mengambil
contoh tanaman jagung. Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dan
waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linear, dan fase
penuaan (Salisbury dan Ross, 1992).

METODE PERCOBAAN
Percobaan ini dilakukan pada hari Rabu, tanggal 7 Mei 2014 pukul 08.00 – 11.00 WIB
di Laboratorium Pendidikan 4, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang. Alat yang digunakan pada percobaan
adalah kertas milimeter, pisau silet, pot berisi campuran pasir dan tanah dengan
perbandingan 1:1, tabung gelas, lempeng kaca, penggaris, dan kertas filter. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah biji tanaman jenis kacang-kacangan, kecambah tanaman
kacang-kacangan, dan tinta cina.
a. Kurva Sigmoid Pertumbuhan Daun
Biji direndam selama 2-3 jam dalam beaker glass, diambil sebanyak 30 biji untuk
percobaan. Tiga biji dikupas dan dibuka kotiledonnya, panjang daun diukur pada
embrionya dengan kertas milimeter, kemudian dihitung nilai rata-ratanya. Sebanyak 25
biji ditanam dalam pot, siram dengan air, dan dipelihara selama 2 minggu di
laboratorium. Pengamatan yang dilakukan yaitu mengukur panjang daun dan petiolnya
(daun pertama yang merupakan sepasang daun tunggal) ada umur 3, 5, 7, 10, dan 14
hari. Pada umur 3 dan 5 hari dilakukan pengukuran dengan menggali biji. Tiap
pengukuran dilakukan terhadap 3 tanaman. Pengukuran selanjutnya dilakukan tanpa
memotong kecambah tanaman. Gunakan selalu 3 tanaman yang sama untuk pengukuran
lanjutan ini. Tentuka rata-rata panjang daun dari tiap seri pengukuran. Buat grafik
dengan panjang rata-rata daun (termasuk petiolnya) sebagai ordinat dan waktu
pengukuran (umur tanaman) sebagai absis.
b. Daerah Tumbuh akar dan batang
Pengamatan daerah tumbuh pada akar, metodenya yaitu diambil 10 buah kecambah yang
akarnya lurus dan panjangnya lebih dari 2 cm, mulai dari ujungnya diberi tanda dengan
tinta cina 10 buah garis dengan interval 1 mm. Dengan menggunakan karet gelang
kecambah diletakkan dengan kedudukan tegak pada lempeng kaca yang telah dibalut
dengan kertas filter. Diambil lagi 10 buah kecambah dan diberi tanda garis 10 mm dari
ujung akar sebagai kontrol dan diletakkan pada lempeng kaca. Lempeng kaca yang telah
ditempeli kecambah dimasukkan ke dalam tabung gelas berisi sedikit air kemudian
ditutup agar berada dalam dalam tabung yang tetap lembab. Tabung diletakkan dalam
ruangan gelap. Setelah 24 jam, jarak interval masing-masing interval tiap kecambah
diukur. Untuk pengamatan daerah tumbuh pada batang, diambil 20 tanaman yang
batangnya lurus. Epikotil tanaman tersebut diberi tanda garis 10 buah dari ujung dengan
interval 2 mm. Perlakuan pada 10 tanaman yang dipilih dan diberi label tanaman nomor
1 sampai dengan 10. Sebagai kontrol pada 10 tanama yang lain diberi satu tanda pada 20
mm dari ujung dan diberi label 1 sampai dengan 10. Pot dengan tanaman itu semuanya
diletakkan pada tempat yang gelap. Setelah 48 jam, jarak masing-masing interval diukur
kemudian pertambahan panjang rata-rata tiap interval digambar pada grafik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan A. Kurva Sigmoid Pertumbuhan Daun.


Tabel 1. Panjang daun pada embrio

Embrio ke- Panjang daun embrio


1 1 mm
2 2 mm
3 1 mm
Nilai rata-rata 1,33 mm
Dari grafik diatas terlihat bahwa kurva pertumbuhan menunjukkan angka yang semakin
tinggi setiap pertambahan umur tanaman dan grafik tersebut membentuk kurva sigmoid
(huruf S). Pada umur 3 hari rata-rata panjang daun yaitu 0,2cm , hari ke-5 rata-ratanya
0,66cm, hari ke-7 nilai rata-ratanya 1,31, pada hari ke-10 sebesar 1,93cm dan hari ke-14
sebesar 2,3 cm. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Tjitrosoepomo (1999) bahwa
dalam proses pertumbuhan terjadi penambahan dan perubahan volume sel secara
signifikan seiring dengan berjalannya waktu danbertambahnya umur tanaman. Proses
pertumbuhan menunjukkan suatu perubahan dan dapat dinyatakan dalam bentuk
kurva/diagram pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian
berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh
menurun. Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk
kurva sigmoid (bentuk S).

Percobaan B. Daerah Tumbuh Akar dan Batang.


a. Daerah tumbuh pada akar
interval Tanaman ke-
(mm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1
3 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1
4 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1
5 1 3 1 2 1 2 1 1 2 1
6 2 3 1 3 2 2 1 2 2 1
7 2 3 2 3 2 2 1 2 2 1
8 2 3 3 3 2 2 1 3 2 2
9 3 4 3 3 3 3 2 3 2 2
10 3 4 3 3 3 3 2 3 2 2
b. Daerah tumbuh pada batang

Tabel 2. Daerah tumbuh pada batang

interval Tanaman ke-


(mm)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3
3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3
4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3
5 4 5 3 3 4 6 3 4 3 3
6 4 5 4 4 4 6 3 4 3 3
7 5 5 4 4 5 7 4 5 5 3
8 5 6 4 4 5 7 4 6 5 4
9 5 6 4 5 6 7 4 6 5 4
10 5 6 4 5 6 7 4 6 5 4

Pada tabel 1. Terlihat bahwa pemanjangan daerah bagian akar yang signifikan
yaitu pada interval 10 dekat ujung akar hal ini sesuai dengan pendapat Azrai (2003)
bahwa proses pemanjangan akar terkonsentrasi pada sel-sel dekat ujung akar, dimana
terletak tiga zona sel dengan tahapan pertumbuhan primer yang berurutan. Dari ujung
akar ke arah atas terdapat zona pembelahan sel, zona pemanjangan dan zona
pematangan.Selanjutnya sel-sel dekat ujung akar aktif berproliferasi, dimana terletak
tiga zona sel dengan tahapan pertumbuhan primer yang berurutan (zona pembelahan sel,
zona pemanjangan dan zona pematangan). Zona pembelahan sel meliputi meristem
apikal dan turunannya, yang disebut meristem primer (terdiri dari protoderm,
prokambium dan meristem dasar). Meristem apikal yang terdapat di pusat zona
pembelahan menghasilkan sel-sel meristem primer yang bersifat meristematik. Zona
pembelahan sel bergabung ke zona pemanjangan (elongasi). Disini sel-sel memanjang
sampai sepuluh kali semula, sehingga mendorong ujung akar, termasuk meristem ke
depan. Meristem akan mandukung pertumbuhan secara terus-menerus dengan
menambahkan sel-sel ke ujung termuda zona pemanjangan tersebut. Pertumbuhan ini
disebabkan pembelahan sel dan pemanjangan sel dalam ruas tersebut (Kaufman, 1975).

SIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses pemanjangan akar terkonsentrasi pada sel-sel dekat ujung akar.
2. Nilai pertambahan panjang terbesar adalah pada interval 8, 9 dan 10 yang terletak
pada area dekat tunas
3. Pertumbuhan daun sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara
lain : cahaya, suhu dan lain-lain.
4. Pertumbuhan tanaman dapat ditunjukkan dengan kurva sigmoid.

Saran
Diharapkan kepada praktikan agar lebih teliti, cermat dan berhati-hati dalam
melaksanakan praktikum terutama dalam mengamati gejala-gejala yang terjadi pada
tanaman selama pengamatan.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell dan Reece. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Harjadi, Sri Setyadi. 1979. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta.

Hopkins, W. G. Dan N. P. Huner. 2008. Introduction To Plant Physiology. John Wiley &
Sons, Inc. USA.

Kaufman, P. B., J. Labavitch, A. A. Prouty, N.S Ghosheh. 1975. Laboratory Experiment


in Plant Physiology.Macmillan Publishing Co., Inc. New York.

Kimbal, 1992. Tinjauan Konseptual Model Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Hutan.
USU-Digital Library. Medan.

Salisbury, F.B dan C.W. Ross., 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid Tiga Edisi Keempat.
ITB-Press. Bandung.

Tjitrosoepomo, G., 1999. Botani Umum 2. Angkasa. Bandung.Salisbury, F. B and Cleon


W, Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. ITB. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai