L.) DAN (Vigna radiata L.) TERHADAP GEJALA DEFISIENSI UNSUR HARA Diajukan untuk Memenuhi syarat Mata Kuliah Kesehatan Dan Kesuburan Tanah Dewi Firnia, S.P ., M.P Putra Utama, S.P., M.P
Disusun Oleh : Muhamad Rizky Aliansyah 4442122621 Kelompok 2 Kelas IV C
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2014
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktikum Kesehatatan dan kesuburan tanah dengan judul RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG ( Zea mays L.) DAN (Vigna radiata L.) TERHADAP GEJALA DEFISIENSI UNSUR HARA Kemurnian dan kadar air benih ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga laporan ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca khususnya mahasiswa pertanian sebagai referensi dalam praktikum di mata kuliah Kesehatan dan Kesuburan Tanah. Saya Mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam pembuatan praktikum laporan Kesehatan dan Kesuburan Tanah terutama ucapan terimakasih kepada Co. Ass Dosen KKT. Laporan ini dibuat dengan semaksimal mungkin agar dapat menghasilkan laporan akhir yang baik berdasarkan hasil praktikum dan pengamatan di lapangan. Dalam pembuatan laporan ini pastilah banyak kekurangan dan kelemahannya, Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan dan sarannya . Saya harap dengan adanya kekurangan tersebut tidak mengurangi perhatian pembaca, semoga laporan praktikum ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Serang , Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................ i Daftar Isi ..................................................................................................... ii Daftar Tabel ..................................................................................................... iii I. PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2 Tujuan ........................................................................................... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Benih ................................................................... 3 2.2 Pengujian Kemurnian Benih .......................................................... 5 2.2 Pengujian kadar Air Benih ............................................................. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat ........................................................................ 10 3.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 10 3.3 Pelaksanaan ................................................................................... 10 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ............................................................................................... 13 4.2 Pembahasan ....................................................................................13 V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ....................................................................................... 16 5.2 Saran ............................................................................................... 16 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 17 LAMPIRAN ................................................................................................... 18
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk tumbuh normal tanaman membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang cukup. Apabila suatu tanaman mengalami kekurangan unsur hara, maka tanaman tersebut akan menunjukkan gejala kekurangan unsur hara, sebaliknya apabila tanaman memperoleh unsur hara dalam jumlah melebihi keperluannya untuk tumbuh normal, maka tanaman tersebut akan menunjukkan gejala keracunan. Unsur hara di dalam tumbuhan memiliki peranan diantaranya (1) sebagai penyusun molekul organik yang komplek, terutama dalam makro molekul (2) membantu peran enzim, mendekatkan enzim dan substrat dalam pembentukan komplek enzim-substrat, terutama unsur mikro (3) mempertahankan keseimbangan ion yaitu antara kation-kation bervalensi satu dan dua (4) dalam sistem oksidasi-reduksi karena sifat valensinya yang dapat berubah. Gejala defisiensi unsur hara pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi (1). Kegagalan tanaman secara lengkap pada fase kecambah, (2). Pertumbuhan tanaman sangat kerdil; (3). Munculnya gejala spesifik pada daun selama periode waktu yang berbeda-beda dalam musim pertumbuhan; (4). Abnormalitas internal, seperti tersumbatnya jaringan pembuluh; (5). Penangguhan kemasakan atau kemasakan tidak normal; (6). Perbedaan hasil, dengan atau tanpa gejala pada daun; (7). Kualitas tanaman yang buruk, termasuk penyimpangan komposisi kimia, seperti kadar protein, minyak, pati, daya awet atau daya simpan; (8). Perbedaan hasil yang hanya dapat dideteksi melalui percobaan yang serius. Disamping itu, defisiensi unsur hara juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan tipe pertumbuhan perakaran tanaman. Defisiensi unsur hara tidak secara langsung menimbulkan gejala defisiensi. Kalau terjadi kekurangan unsur hara maka proses-proses metabolisme tanaman yang normal menjadi tidak seimbang, sehingga terjadi akumulasi senyawa organik tertentu dan kekurangan yang lainnya. Hal ini mengakibatkan kondisi tidak normal yang dikenal sebagai 'gejala' dan mempunyai hubungan yang definit dengan kekurangan unsur hara. Misalnya, persenyawaan diamine-putrescine iii 1
terbentuk dalam beberapa tanaman yang kekurangan kalium dan menyebabkan gejala-gejala yang khas. Sebenarnyalah tanaman yang kecukupan kalium juga akan menunjukkan gejala yang sama kalau diinjeksi dengan senyawa ini. Setiap jenis tanaman menunjukkan gejala kekurangan unsur hara yang berbeda-beda. Menganalisis gejala yang ditunjukkan tanaman adalah cara yang paling cepat dan efisien untuk mengetahui adanya kekurangan unsur hara. Gejala visual dapat dijadikan dasar bagi diagnosis defisiensi hara karena gejala visual defisiensi adalah khas untuk unsur hara tertentu. Pengamatan yang teliti di lapangan serta bekal pengalaman dan ilmu yang mencukupi akan menghasilkan analisis yang lebih akurat. Gejala terlihat jelas jika defisiensinya akut dan laju pertumbuhan atau hasil sudah tertekan secara nyata.
1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum Kesehatan dan Kesuburan Tanah ini yaitu : 1. Mahasiswa/i dapat melakukan pengamatan gejala visual dan respon dari defisiensi unsur hara pada tanaman budidaya. 2. Mahasiswa/i dapat menganalisa keterkaitan kesuburan tanah terhadap pertumbuhan tanaman monokultur tanaman jagung dan kacang hijau.
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unsur Hara Unsur hara di dalam tumbuhan memiliki peranan diantaranya (1) sebagai penyusun molekul organik yang komplek, terutama dalam makro molekul (2) membantu peran enzim, mendekatkan enzim dan substrat dalam pembentukan komplek enzim-substrat, terutama unsur mikro (3) mempertahankan keseimbangan ion yaitu antara kation-kation bervalensi satu dan dua (4) dalam sistem oksidasi-reduksi karena sifat valensinya yang dapat berubah. Unsur hara dapat dikelompokan menjadi dua macam atas dasar kepentingan, yaitu unsur hara esensial dan unsur hara non esensial. Unsur hara esensial mutlak dibutuhkan oleh tumbuhan dan harus ada, walaupun dalam jumlah sedikit. Apabila terjadi kekukarangan unsur hara tersebut akan menimbulkan gejala yang disebut dengan penyakit fisiologis. Peran unsur hara esensial tidak dapat digantikan oleh unsur hara yang lain. Golongan unsur hara yang esensial antara lain : C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg, Fe, Mn, Mo, Cu, B, Zn, Cl, Na, Co, Se dan Si. Apabila suatu tumbuhan kekurangan unsur hara tertentu dapat menimbulkan gejala yang berbeda, sebaliknya gejala yang sama dapat disebabkan oleh kekurangan unsur hara yang berbeda. Selain dibedakan berdasarkan kepentingannya, unsur hara dapat digolongkan menurut jumlahnya yang dibutuhkan oleh tumbuhan, yaitu unsur hara makro dan unsur hara mikro. Unsur hara makro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar, seperti : C, H, O, N, S, P, K, Ca, Mg. Unsur C, H dan O biasanya diperoleh dari udara dan air dalam bentuk CO 2 dan O 2 serta H 2 O. Agar dapat diserap oleh tumbuhan unsur-unsur hara tersebut harus berada dalam keadaan tersedia atau terlarut dalam larutan tanah. Oleh karena itu kapasitas tukar kation , pH tanah dan keadaan air merupakan suatu faktor yang sangat berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara. 2
Tanaman membutuhkan penambahan hara dari luar untuk dapat hidup optimal (Hidayat dan Rosliani, 1996). Petani secara umum menggunakan pupuk terdiri atas pupuk tunggal (Urea, ZA, SP-36 dan KCI) atau majemuk(NPK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kapur, pupuk urea, TSP, KCl, dan pupuk mikro merupakan salah satu syarat untuk memperoleh hasil tanaman yang memadai (Taiz & Zeiger, 2002). Tanaman semusim menyerap nitrogen, fosfor dan kalium dalam jumlah yang relatif besar. Menurut Hunt et al. (1985), pemupukan nitrogen dengan dosis dan waktu yang tepat dapat berpengaruh nyata terhadap peningkatan serapan N, P, K, bobot kering tanaman dan hasil biji kedelai. Unsur K mempunyai fungsi yang sangat penting pada proses fisiologis tanaman,seperti aktifitas enzim, pengaturan sel turgor, fotosintesis, transport hasil fotosintesis, transport hara dan air, serta metabolisme pati dan protein. Di samping itu unsur K juga berfungsi dalam permeabilitas dinding sel tanaman. Apabila tanaman kekurangan unsur K akan dapat menurunkan kekuatan batang dan ketahanan tanaman terhadap terjangkitnya hama dan penyakit (Sanyal dan Dhar, 2006).
Peranan lain dari K adalah memacu translokasi hasil fotosintesis dari daun ke bagian lain tanaman. Kalium berfungsi menjaga status air tanaman dan tekanan turgor sel, mengatur stomata. Dan mengatur akumulasi dan translokasi karbohidrat yang baru terbentuk. Pemberian K pada tanaman mempengaruhi pertumbuhan, hasil tanaman (Woldetsadik, 2003). Defisiensi K dapat menghambat pertumbuhan, penurunan ketahanan dari penyakit, dan menurunkan produktifitas tanaman(Singh and Verma,2001). Unsur N banyak diperlukan oleh tanaman (Djazuli dan Ismunadji, 1983), karena hampir semua proses metabolisme tanaman melibatkan unsur N. Nitrogen terdapat pada semua asam amino dan beberapa ikatan penting lainnya (purin dan pirimidin) (Prawiranata et al., 1988). Dari 18% Kadar N yang terkandung di dalam protein, 18%, 70% terdapat di daun (source) yaitu di kloroplas. Kloroplas berfungsi sebagai bagian yang penting dalam fotosintesis. Terbatasnya penyediaan N di tanah, berdampak menghambat atau menghentikan pertumbuhan tanaman (Prawiranata et al., 1988). 3
Kebutuhan tanaman terhadap unsur P relatif lebih sedikit dibandingkan dengan unsur N dan K, walau demikian fungsi unsur P sangat penting sebagai sumber energi pada setiap proses metabolisme tanaman. Pupuk P yang diberikan sebagian besar tidak tersedia bagi tanaman karena terjerap di dalam tanah. Penyerapan unsur P oleh tanaman dapat ditingkatkan dengan memberikan pupuk kandang (Akhtar et. al, 2002). Unsur P untuk membantu perkembangan akar, tetapi ketersediaannya sangat terbatas. Defisiensi P pada tanaman akan mengurangi perrumbuhan akar dan daun, namun memperlambat penuaan (Greenwood et a, 2001).
2.1 Defisiensi Unsur Hara
Defisiensi atau kahat unsur hara adalah kekurangan meterial (bahan) yang berupa makanan bagi tanaman untuk melangsungkan hidupnya. Kebutuhan tanaman akan unsur hara berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya, ada jenis tanaman yang rakus makanan dan adapula yang biasa saja. Jika unsur hara dalam tanah tidak tersedia maka pertumbuhan tanaman akan terhambat dan produksinya menurun. Kita sebagai petani tidak mungkin mengecek kandungan hara tanah setiap saat untuk mengetahui ketersediaan unsur hara tersebut, salah satu upayanya adalah dengan mengetahui gejala defisiensi unsur hara pada tanaman.
2.1 Gejala Defisiensi Unsur Hara Pada Tanaman 2.1.1 Desisiensi Unsur Hara Makro Nitrogen (N) Gejala kekurangan nitrogen ditandai dengan warna daun berubah menjadi hijau muda kemudian menjadi kuning sempurna, jaringan daun mati dan mengering berwarna merah kecoklatan. Pembentukan buah tidak sempurna, kecil- kecil, kekuningan, dan masak sebelum waktunya. Cara penanganan kekurangan unsur nitrogen adalah dengan menambahkan pupuk kimia berupa urea (N=46%), ZA (N=21%), KNO3, NPK serta pupuk daun kandungan N tinggi. 4
Fospor (P) Gejala kekurangan fosfor ditandai dengan warna bagian bawah daun terutama tulang daun merah keunguan, daun melengkung, dan terpelintir (distorsi). Tepi daun, cabang dan batang juga berwarna ungu. Kekurangan unsur ini menyebabkan terhambatnya sistem perakaran dan pembuahan. Cara penanganan kekurangan unsur fosfor adalah dengan menambahkan pupuk kimia SP36 (P=36%), NPK, MKP serta pupuk daun kandungan P tinggi. Kalium (K) Gejala kekurangan kalium ditandai dengan mengerutnya daun terutama daun tua meski tidak merata, tepi dan ujung daun menguning yang kemudian menjadi bercak coklat. Bercak daun ini akhirnya gugur, sehingga daun tampak bergerigi dan akhirnya mati. Buah yang terbentuk tidak sempurna, kecil, kualitas jelek dan tidak tahan simpan. Cara penanganan kekurangan unsur kalium adalah dengan menambahkan pupuk kimia KCl (K=52%), NPK, MKP, serta pupuk daun kandungan K tinggi.
Sulfur (S) Gejala kekurangan sulfur ditandai dengan warna daun muda memudar (klorosis), berubah menjadi hijau muda, kadang-kadang tampak tidak merata, menguning atau keputih-putihan. Pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil, berbatang pendek, dan kurus. Cara penanganan kekurangan unsur sulfur adalah dengan menambahkan pupuk kimia ZA (S=20%), Phonska (S=10%), serta pupuk daun yang mengandung unsur S. Kalsium (Ca) Gejala kekurangan kalsium ditandai dengan pertumbuhan kuncup yang terhenti dan mati, pertumbuhan tanaman lemah dan merana, tepi daun muda mengalami klorosis, buah muda banyak yang rontok dan masak sebelum waktunya, warna buah kurang sempurna. Cara penanganan kekurangan unsur kalsium adalah dengan menambahkan kapur dolomite (Ca=38%), kalsium karbonat (Ca=90%), serta pupuk kalsium kandungan Ca 80-99%. 5
Magnesium (Mg) Gejala kekurangan magnesium ditandai dengan daun tua yang semula hijau segar berubah menjadi kekuningan dan tampak pucat. Diantara tulang-tulang daun terjadi klorosis, warna berubah menguning dan terdapat bercak-bercak berwarna kecoklatan, sedangkan tulang daun tetap berwarna hijau. Cara penanganan kekurangan unsur magnesium adalah dengan menambahkan pupuk kimia kieserite, kapur dolomite (Mg=18%), serta pupuk daun yang mengandung unsur Mg. 2.1.1 Desisiensi Unsur Hara Mikro Besi (Fe). Gejala kekurangan besi ditandai dengan warna kuning pada daun-daun muda, pertumbuhan tanaman terhambat, daun berguguran dan mati pucuk, tulang daun yang berwarna hijau berubah kekuningan kemudian memutih, pertumbuhan tanaman seolah terhenti. Boron (B). Gejala kekurangan boron ditandai dengan tepi daun mengalami klorosis mulai dari bawah daun kemudian mengering dan akhirnya mati. Pada tanaman bercabang, ruas tanaman memendek, batang keropos, pembentukan cabang tumbuh sejajar berdampingan. Tembaga (Cu). Gejala kekurangan tembaga ditandai dengan daun berwarna hijau kebiru- biruan, ujung daun secara tidak merata ditemukan layu, terkadang terjadi klorosis meski jaringannya tidak mati, pertumbuhan tanaman kerdil dan gagal membentuk bunga. Mangan (Mn). Gejala kekurangan mangan ditandai dengan pertumbuhan tanaman kerdil, daun berwarna kekuningan atau kemerahan, jaringan daun di beberapa tempat mati, serta biji yang terbentuk tidak sempurna. Seng (Zn). Gejala kekurangan seng ditandai dengan daun tua berwarna kekuningan atau kemerahan, daun berlubang, mengering dan akhirnya mati. Molibedenum (Mo). 6
Gejala kekurangan molibdenum ditandai dengan warna daun memudar, keriput dan mengering, pertumbuhan tanaman seolah terhenti dan akhirnya mati.
II. METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Kesehatan dan Kesuburan tanah dilaksanakan pada 22 Mei 2014 pada pukul 09.30-11.10 WIB bertempat di KP3B Serang Banten. 3.2 Alat dan Bahan Alat untuk Pengamatan : - Notebook - Balpoint - Camera Bahan - Lahan Budidaya Monokultur Jagung dan Kacang Hijau
3.3 Pelaksanaan 1. Dilakukan Pengamatan terhadap Lahan Pertanaman Monokultur jagung dan kacang hijau dengan luas petakan masing-masing 3 x 3 meteruntuk jagung dan 3x2 untuk kacang hijau. Dengan tanaman jagung yang telah brumur 8 Minggu atau 56 Hari setelah Tanam dan tanaman Kacang Hijau berumur 6 minggu atau 42 hari setelah tanam. Dengan jumlah tanaman perpetakan yaitu 30 untuk lahan jagung dan 80 untuk lahan kacang hijau. 2. Selanjutnya diambil 5 sampel secara acak sistematis lalu dilakukan visualisasi terhadap fisiologi masing-masing tanaman dengan diambil gambar lalu dilakukan kajian mengenai gejala defesinsi unsur hara 3. Lalu mencatatnya kedalam sebuah laporan pengamatan.
7
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Hasil tabel ini berdasarkan sampel tanaman yang diujikan tanaman pada bagian kanan kiri atas, kanan kiri bawah dan tengah total terdapat 5 sampel tanaman yang diamati
Tabel 2. Pengamatan Tanaman Jagung Tanaman Tinggi Banyak Daun Visualisai Sampel 1 5 cm 3 Semua tanaman jagung dalam kondisi tidak baik, daunnya menguning dan pertumbuhan lambat. Sampel 2 7 cm 3 Sampel 3 7 cm 3 Sampel 4 4 cm 3 Sampel 5 4 cm 3 Total Rata-Rata 5,4 cm 3
Tabel 2. Pengamatan Tanaman Kacang Hijau Tanaman Tinggi Cm Jumlah Daun Visualisasi Sampel 1 40 13 Semua tanaman kacang hijau dalam kondisi Sampel 2 42 12 Sampel 3 39 11
Sampel 4 44 15 baik tidak menunjukan keadaan abnormal baik dari warna daun dan batang Sampel 5 40 12 Total Rata-Rata 41 12,6
4.2 Pembahasan Pada pengamatan lahan jagung terlihat ada yang kekurangan nitrogen tanaman masih muda seluruh permukaan daun berwarna hijau kekuningan. Daun berwarna kuning pada ujung daun dan melebar menuju tulang daun. Warna kuning membentuk huruf V. Gejala nampak pada daun bagian bawah, karena N sifatnya mobil dalam tanaman, gejala kahat N ini berangsur-angsur akan merambah ke daun-daun di atasnya. Daun tua akan mati dan tanaman yang kekurangan N akan tumbuh kerdil, pembungaan terlambat, dan pertumbuhan akar terbatas sehingga produksi rendah. Gejala lainya yaitu Gejala kekurangan Sulfur (S) Pangkal daun berwarna kuning dan bergaris-gasir. Gejala nampak pada daun yang terletak dekat pucuk. Selain itu diindikasikan pada tahap awal pertumbuhan tidak dikelola dengan baik dan pengairannya, sehingga pemupukan tidak efektif. Untuk Pegamatan lahan kacang hijau diketahui dosis pupuk awal yaitu untuk N 25kg/Ha, P 75kg/Ha, K 75Kg/Ha, yang telah di konfersikan dosisnya pada lahan seluas 6 m 2 . Pada pengamatan tidak terdapat gejala defisiensi unsur hara.
V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui 1. Didapatkan bahwa tanaman jagung yang diamati ini masih dapat bertahan hidup ketika mengalami kekurangan unsur kalium (K) dan nitrogen (N). Tanaman jagung yang kekurangan unsur hara kalium akan memiliki gejala-gejala yang timbul antara lain memiliki gejala antara lain Bercak berukuran kecil, biasanya pada bagian ujung, tepi dan jaringan antara tulang daun, sehingga tidak merata pada daun- daun tua. Sedangkan untuk tanaman yang kekurangan unsur nitrogen, memiliki gejala-gejala antara lain berupa menguningnya daun. 2. Pada Tanaman Kacang Hijau tidak ditemukanya gejala difesiensi unsur hara, dikarenakan dilakukan pemupukan berimbang di setiap masa pertumbuhannya. 5.2 Saran Adapun saran untuk kelancaran praktikum kali ini yaitu : 1. teknis budi daya harusdiperhatikan benar sehingga pertumbuhan tanaman bisa optimal dan baik 2. Pengetahuan tentang kombinasi pemupupuk harus dipahami secara baik untuk setiap jenis tanaman agar tidak terjadi defisiensi unsur hara pada tanaman 3. Pemupukan dapat dilakukan dengan efektif sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Akhtar, M.E; K. Bashir; M. Z. Khan and K.M. Khokhar., 2002. Effect of Potash Application on Yield of Different Varietieos f Onion( Alliumc epaL ). Asian Joumalo f Plant Sciences: | (4) : 324- 325 Djazuli, M. dan M. Ismunadji. 1983. Pengaruh NPK terhadap pertumbuhan, serapan hara, dan komposisi senyawa organik ubijalar. Penelitian Pertanian 3(2):76-80. Hidayat, Y dan R. Rosliani., 1996. Pengaruh Pemupukan N, P dan K pada Pertumbuhan dan Produlsi Bawang Merah Kultivar Sumenep. Jurnal Hortikultura 5 (5). 39-43. Hunt, P.G, R.E. Sojka, Y.A. Matheny and A.G. Wohn. 1985. Soybean Response to Rhizobium japonicum. Orientation and Irigation. Agron J., 77(5): 720- 725. Prawiranata, W.S. Haran dan T. Pin. 1988. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan Departemen Botani, Fakultas Pertanian, IPB. Sanyal, D. and P.P. Dhar. 2006. Effect of mulching, nitrogen, and potassium level on growth, yield and quality of turmeric grown in red lateritic soil. ISHS Acta Horticulturae 769: XXVII International Horticultural Congress - IHC2006: International Symposium on Asian Plants with Unique Horticultural Potential. Taiz, L. & E. Zeiger. 2002. Plant Physiology. Sinauer Associates.USA
Wargiono. 1990. Pengaruh pemupukan NPK terhadap status hara dan hasil ubikayu. Penelitian Pertanian10(1):1-7. Woldetsadik, Kebede. 2003. Shallot (Allium cepav arascoloniumR) esponseto Plant Nutrientsa nd SoilM oistureq Sub-humid Tropical Climate. Thesis Doctoral Swedish University of Agricultural ScienceAlnarp.
LAMPIRAN
Gambar 1. Lahan Tanaman Jagung Gambar 2. Sampel 1 Tanaman Jagung
Gambar 3. Sampel 2 Tanaman Jagung Gambar 4. Sampel 3 Tanaman Jagung
Gambar 5. Sampel 4 Tanaman Jagung Gambar 6. Sampel 5 Tanaman Jagung
Gambar 1. Lahan kacang Hijau Gambar 2. Sampel 1 Kacang Hijau
Gambar 3. Sampel 2 kacang hijau Gambar 4. Sampel 3 Kacang Hijau
Gambar 5. Sampel 4 Kacang Hijau Gambar 6. Sampel 5 Kacang Hijau