Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

STRATEGI PENERAPAN PENGENGELOLAAN HAMA TERPADU

Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas maha kuliah Pengelolaan
Hama dan Penyakit Terpadu

Dosen Pengampu :

Dr.H.Salamet Ginandjar, Ir.,MM.,M.Kom

Disusun oleh :

Siska Agustin 1177060078


Wina Permata Dewi 1177060086
Yuyun Ayunda 1177060093
Zohratun Firdaus 1177060096
Rabi Hamdalla 1177060097

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

1441 H/2019 M
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim...

Puji dan Syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena atas
ijin-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan harapan.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW,
para keluarganya, para sahabatnya dan semoga semua umatnya.

Makalah ini dibuat dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas yang
disampaikan oleh yang terhormat Dr. H. Salamet Ginandjar, Ir,.MM.Kom pada
mata kuliah yang disampaikan adalah Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu.

Pada kesempatan ini pula, penyusun mengucapkan banyak terimakasih


kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan bahan kajian pada
makalah ini. Sehingga penyusun hanya dapat berharap mudah-mudahan makalah
ini dapat bermanfaat. Aamiin.

Bandung, 20 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1 Nomena .............................................................................................................. 3
2.2 Arti Kata ............................................................................................................ 3
2.3 Pengembaangan Teknologi PHT ..................................................................... 6
2.4 Jaringan Informasi ........................................................................................... 9
2.5 Proses Pengambilan Keputusan Pengendalian Hama ................................. 10
2.6 Pemberdayaan Petani ..................................................................................... 11
2.7 Penelitian Pendukung PHT ............................................................................ 12
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sejak hama menjadi masalah maka manusia berusaha untuk menurunkan
populasinya agar tidak mendatangkan kerugian bagi pertanaman yang
diusahakan. Berbagai macam cara telah dilakukan namun keberhasilannya tidak
begitu maksimal karena setelah ditinjau kembali cara tersebut ternyata petani
hanya melakukan satu cara atau satu teknik pengendalian.
Berdasarkan hal tersebut maka dipikirkan untuk memadukan beberapa
cara/teknik pengendalian melalui pendekatan Pengelolaan Hama Terpadu
(PHT). OPT dianggap bukan sebagai musuh tetapi sebagai komponen penyusun
agroekosistem yang perlu dikelola sehingga keberadaanya tidak begitu merugikan
tanaman budidaya. Pendekatan yang ditawarkan adalah melalui strategi
PHT. Adapun beberapa strategi penerapan PHT diantaranya yaitu menurut
Untung (2003 : 242) dan Wigenasantana (2001 : 201) menyatakan strategi
Penerapan dan Pengembangan PHT pada suatu daerah untuk suatu jenis tanaman
tertentu ada beberapa program yang harus dikembangkan yaitu : Teknologi PHT,
yaitu teknik yang diterapkan untuk mengelola agroekosistem dengan
memperhatikan berbagai kendala yang ada di ekosistem dan sistem sosial
setempat, dan sistem informasi sangat diperlukan untuk menentukan pengambilan
keputusan.
Teknologi PHT yang diterapkan harus bersifat; a) sedapat mungkin
merupakan teknologi “lunak” yang sedikit efek sampingnya bagi manusia,
lingkungan dan OPT; b) memanfaatkan dan mendorong berfungsinya proses
pengendali alami ; c) perpaduan optimal berbagai teknik pengendalian ; d) mudah
dimengerti dan mampu dilaksanakan oleh petani yang memiliki sumber daya
terbatas ; e) fleksibel dan menampung inovasi dan variasi sesuai dengan keadaan
ekosistem yang dikelola dan masyarakat setempat. Jaringan Informasi, dalam
sistem PHT jaringan informasi harus direncanakan dan disusun dengan cermat
sehingga hubungan informasi antara para pelaksana PHT dapat berjalan dengan

1
lancar, cepat dan efisien sehingga tindakan pengendalian yang dilakukan selalu
tepat dengan keadaan dan keperluan lapangan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa nomena dari strategi penerapan pengelolaan hama terpadu?
1.2.2 Apa arti kata dari strategi penerapan pengelolaan hama terpadu?
1.2.3 Bagaimana Pengembangan Tenologi PHT?
1.2.4 Apa yang dimaksud dengan jaringan Informasi?
1.2.5 Bagaimana Proses Pengambilan Keputusan Pengendalian Hama?
1.2.6 Bagaimana Pemberdayaan Petani?
1.2.7 Apa Penelitian Pendukung PHT?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui nomena dari strategi penerapan pengelolaan hama
terpadu.
1.3.2 Untuk mengetahui arti kata dari strategi penerapan pengelolaan hama
terpadu.
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana pengembangan teknologi PHT.
1.3.4 Untuk mengetahui tentang jaringan Informasi dalam PHT.
1.3.5 Untuk mengetahui Proses Pengambilan Keputusan Pengendalian
Hama.
1.3.6 Untuk mengetahui tentang bagaimana pemberdayaan petani.
1.3.7 Untuk mengetahui penelitian pendukung PHT.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Nomena
Q.S Al-A’raf Ayat 133

ْ‫ٱست َ ۡكبَ ُروا‬ ٖ َ‫ص َٰل‬


ۡ َ‫ت ف‬ ٖ َ‫ع َوٱلد ََّم َءا َٰي‬
َّ َ‫ت ُّمف‬ َّ ‫ٱلطوفَانَ َو ۡٱل َج َرادَ َو ۡٱلقُ َّم َل َوٱل‬
َ ‫ضفَا ِد‬ َ ‫س ۡلنَا‬
ُّ ‫علَ ۡي ِه ُم‬ َ ‫فَأ َ ۡر‬
َ‫َو َكانُواْ قَ ۡو ٗما ُّم ۡج ِر ِمين‬

Artinya:

“Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan
darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan
mereka adalah kaum yang berdosa”.

2.2 Arti Kata


a. Pengertian strategi (strategy)
1. Menurut KBBI adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk
mencapai sasaran khusus, ilmu dan seni menggunakan semua sumber
daya untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan
damai.
2. Menurut webster adalah ilmu dan seni mempekerjakan kekuatan
politik, ekonomi, psikologis, dan militer suatu negara atau kelompok
negara untuk memberikan dukungan maksimal untuk kebijakan yang
diadopsi dalam perdamaian atau perang.
3. Menurut Cambridge adalah rencana terperinci untuk mencapai
kesuksesan dalam situasi seperti perang, politik, bisnis, industri, atau
olahraga, atau keterampilan perencanaan untuk situasi seperti itu
4. Menurut oxford adalah rencana yang dimaksudkan untuk mencapai
tujuan tertentu.
5. Menurut longman adalah serangkaian tindakan terencana untuk
mencapai sesuatu.
Kesimpulan: strategi adalah rencana terperinci yang dimaksudkan untuk
mencapai tujuan tertentu.

3
b. Pengertian penerapan (application)
1. Menurut KBBI adalah proses, cara, perbuatan menerapkan,
pemasangan, pemanfaatan, dan perihal mempraktikkan.
2. Menurut webster adalah tindakan mengelola atau meletakkan satu hal
untuk digunakan.
3. Menurut Cambridge adalah cara di mana sesuatu dapat digunakan
untuk tujuan tertentu.
4. Menurut oxford adalah permintaan formal (sering ditulis) untuk
sesuatu, seperti pekerjaan, izin untuk melakukan sesuatu atau tempat di
perguruan tinggi atau universitas.
5. Menurut longman adalah tujuan praktis dimana mesin, ide dll dapat
digunakan, atau situasi saat ini digunakan
Kesimpulan : pemasangan atau penerapan sesuatu hal untuk digunakan
dalam tujuan tertentu.

c. Pengertian pengelolaan (management)


1. Menurut KBBI adalah proses yang memberikan pengawasan pada
semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan
pencapaian tujuan
2. Menurut webster adalah tindakan atau seni mengelola, melakukan atau
mengawasi sesuatu
3. Menurut Cambridge adalah kontrol dan pengorganisasian sesuatu
4. Menurut oxford adalah tindakan menjalankan dan mengendalikan
bisnis atau organisasi serupa
5. Menurut longman adalah aktivitas mengendalikan dan mengatur
pekerjaan yang dilakukan perusahaan atau organisasi
Kesimpulan : aktivitas pengaturan atau pengendalian yang dilakukan oleh
perorangan, perusahaan atau organisasi.

d. Pengertian hama (pest)


1. Menurut KBBI adalah hewan yang mengganggu produksi
pertanian seperti babi hutan, tupai, tikus, dan terutama serangga
2. Menurut webster adalah hewan yang merugikan manusia atau
masalah manusia (seperti pertanian atau produksi ternak)
3. Menurut Cambridge adalah serangga atau binatang kecil yang
berbahaya atau merusak tanaman.
4. Menurut Oxford adalah serangga perusak atau hewan lain yang
menyerang tanaman, makanan, ternak, dll.
5. Menurut longman adalah binatang kecil atau serangga yang
merusak tanaman atau persediaan makanan
Kesimpulan : hewan yang menyebabkan kerusakan pada tanaman atau
persediaan makanan.

e. Pengertian terpadu (integrated)


1. Menurut KBBI yaitu sudah dipadu (disatukan, dilebur menjadi satu,
dan sebagainya)
2. Menurut webster adalah penggabungan antara dua atau lebih untuk
pengelolaan suatu produksi
3. Menurut Cambridge adalah dua atau lebih hal yang digabungkan untuk
menjadi lebih efektif
4. Menurut oxford adalah berbagai bagian atau aspek terkait atau
terkoordinasi.
5. Menurut longman adalah sistem terintegrasi, institusi dll,
menggabungkan banyak kelompok, ide, atau bagian yang berbeda
dengan cara yang telah ditentukan.
Kesimpulan : dua atau lebih kegiatan yang digabungkan menjadi satu
secara terstruktur.

Sehingga kesimpulan strategi penerapan pengelolaan hama terpadu adalah


rencana terperinci mengenai pemasangan atau penerapan dua atau lebih sesuatu
hal dalam proses mengendalikan hewan yang menyebabkan kerusakan pada
tanaman atau persediaan makanan Secara terstruktur

5
2.3 Pengembaangan Teknologi PHT
Teknologi PHT meliputi berbagai teknik pengelolaan agroekosistem yang
diterapkan dengan tujuan agar sasaran PHT tercapai dengan memperhatikan
berbagai kendala ekosistem dan sistem sosial setempat. Teknologi PHT tidak
hanya teknologi pengendalian hama tetapi juga teknologi informasi, dan teknologi
pengambilan keputusan. Untuk keadaan pertanian di Indonesia yang rata-rata
masyarakat taninya berpendidikan dan berpenghasilan rendah, teknologi PHT
perlu memiliki beberapa sifat khusus yang berbeda dengan teknologi PHT di
negara-negara maju, antara lain:

a. Teknologi yang digunakan sebaiknya merupakan teknologi "lunak" yang


sedikit mendatangkan dampak terhadap lingkungan, kesehatan masyarakat
dan timbulnya reaksi seleksi dari hama.
b. Teknologi harus dapat lebih memanfaatkan dan mendorong berfungsinya
proses pengendali alami serta memanfaatkan sumber daya alam setempat.
c. Teknologi yang digunakan merupakan perpaduan optimal berbagai teknik
pengendalian.
d. Teknologi yang digunakan harus secara mudah dapat dimengerti dan
mampu dilaksanakan oleh petani yang memiliki sumber daya terbatas.
e. Teknologi PHT harus fleksibel dan menampung inovasi dan variasi sesuai
dengan keadaan ekosistem yang dikelola dan masyarakat setempat.

Arah pengembangan teknologi PHT dalam konteks petani di Indonesia lebih


menekankan pengendalian hama yang berjalan secara alami dan mengurangi
sekecil mungkin investasi manusia dalam bentuk penggunaan masukan produksi
yang "keras" atau padat energi, seperti pestisida kimia konvensional berspektrum
lebar. Pengendalian hayati dengan meningkatkan kemampuan parasitoid, predator,
serangga-serangga netral dan patogen serangga dalam menekan populasi
serangga-serangga hama perlu di prioritaskan. Segala kegiatan, termasuk
budidaya tanaman untuk melakukan konservasi musuh alami perlu ditingkatkan.
Perbanyakan dan pelepasan agen pengendalian hayati terutama patogen serangga
(bakteri, jamur, virus) yang dilakukan oleh petani merupakan upaya alternatif
yang dianjurkan. Penggunaan tanaman varietas unggul tahan hama dan budidaya
tanaman sehat dapat meningkatkan kemampuan tanaman menahan serangga
hama. Pengendalian fisik dan mekanik seperti gropyokan tikus secara rutin
dengan memperhitungkan sifat biologi dan ekologi hama dapat menekan populasi
hama.

Bila populasi hama sudah mendekati ambang toleransi perlakuan pestisida


nabati seperti ekstrak nimba dapat dilakukan oleh petani. Penggunaan varietas
transgenik tahan hama perlu dilakukan secara hati-hati karena reaksi ekologi
terhadap teknologi ini mirip dengan reaksi ekologi terhadap pestisida kimia
berspektrum lebar. Dalam keadaan populasi hama yang sudah melampaui ambang
pengendalian atau ambang toleransi penggunaan pestisida kimia selektif, bila
dianggap perlu dapat dianjurkan. Jenis pestisida yang digunakan sebaiknya
berspektrum sempit seperti kelompok IGR (Insect Growth Regulator).

Tahap Pengembangan Teknologi PHT

Menurut Flint dan Van den Bosch (1981) ada beberapa langkah
pertimbangan yang perlu di perhatikan dalam pengembangan teknologi PHT di
suatu ekosistem yang didasarkan sifat-sifat biologi, ekologi, dan ekonomi hama.
Langkah-langkah tersebut dapat juga diterapkan dalam kondisi ekonomi dan
masyarakat petani di Indonesia. Beberapa langkah yang perlu dilakukan adalah:

a. Pelajari lebih dahulu sifat-sifat biologi tanaman dan pertanaman termasuk


pertumbuhan dan fenologinya terutama dalam kaitannya dengan pengaruh
lingkungan fisik dan biotiknya.
b. Susun pengelompokan jenis hama dan identifikasi jenis-jenis hama utama,
pelajari dan kuantifikasikan besar kerusakan yang diakibatkan, dan mulai
pelajari kedudukan ekonomi hama tersebut bagi petani dan masyarakat.
Hama-hama utama di suatu daerah akan berbeda dengan hama utama di
daerah-daerah utama.
c. Pelajari dan tetapkan secepat mungkin faktor-faktor lingkungan (abiotik
dan biotik) kunci yang berpengaruh positif dan negatif terhadap kehidupan

7
dan perkembangbiakan hama-hama utama dan juga hama potensial pada
ekosistem setempat.
d. Pelajari dan pertimbangankan konsep, metode, dan bahan yang secara
tunggal maupun gabungan yang secara permanen dapat menekan populasi
hama utama dan potensial tetap berada dibawah aras ekonominya masing-
masing.
e. Susun program pengendalian sedemikian rupa sehingga mempunyai
kelenturan yang memungkinkan diadakan penyesuaian terhadap perubahan
yang terjadi. Hindari program pengelolaan ekosistem yang kaku, seragam,
dan tidak menampung variasi antar perak, antar daerah, dan antar waktu.
f. Antisipasi terjadinya perkembangan yang tidak terduga sebelumnya.
Jangan terkejut apabila kita harus kembali lagi ke permulaan, dan
bergeraklah secara hati-hati. Sadarlah akan kerumitan ekosistem yang di
kelola dan kemungkinan akan timbulnya perubahan di dalam ekosistem.
Perkembangan ekosistem harus selalu dimonitor agar kita tidak terlambat
dalam mendeteksi terjadinya perubahan.
g. Cari titik-titik atau bagian lemah pada siklus hidup hama utama dan
arahkan secara langsung tindakan pengendalian sedekat mungkin pada
bagian yang lemah tersebut. Hindarkan tindakan yang memberikan
dampak yang luas pada ekosistem.
h. Apabila mungkin, pertimbangkan dan kembangkan metode aty teknik
pengendalian hama yang dapat mempertahankan, melengkapi, dan
memperkuat faktor-faktor moralitas abiotik dan biotik yang merupakan
ciri ekosistem setempat.
i. Apabila layak, usahakan menganekaragamkan tinggi diharapkan timbul
stabilitas ekonomi yang dapat meningkatkan ketahanan ekosistem terhadap
adanya tekanan-tekanan baru.
j. Sistem monitoring ekosistem dan program surveilan yang efektif mutlak
diperlukan guna keberhasilan penerapan PHT. Untuk melaksanakan sistem
monitoring yang efektif diperlakukan para petugas lapangan PHT yang
profesional dan telah mengikuti banyak program pelatihan dan pendidikan
PHT.

2.4 Jaringan Informasi


Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan penerapan PHT secara
makro adalah berfungsinya jaringan informasi yang efektif dan efisien
mendukung PHT. Jaringan informasi PHT perlu direncanakan dan disusun dengan
cermat sehingga hubungan informasi antara para pelaksana PHT dapat berjalan
dengan lancer, cepat dan efisien sehingga tindakan pengendalian hama yang
dilakukan selalu tepat dengan keadaan dan keperluan lapangan. Berbagai
informasi lapangan yang dikumpulkan melalui kegiatan monitoring harus cepat
dikirimkan kepada para pengambil keputusan sehingga dapat dilakukan analisis
data dan berdasar analisis tersebut dapat diambil keputusan yang sesuai. Informasi
dan rekomendasi dari pihak pengambilan keputusan ke para pelaksana
pengendalian di lapangan juga harus berjalan cepat dan tepat sehingga tindakan
pengendalian dapat secara cepat, tidak terlambat dan tepat tempat sasaran.
Di tingkat lapangan, petani dan kelompok tani dilatih untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan pemantauan, analisis ekosistem, pengambilan keputusan dan
tindakan pengendalian. Untuk melakukan analisi dan pengambilan keputusan para
petani memerlukan informasi ilmiah yang mereka perlukan untuk
mengembangkan teknologi PHT yang sesuai dengan kondisi mereka. Jaringan
informasi yang efektif yang menghubungkan para peneliti dan petani beserta
kelompoknya perlu dibentuk dan diefektifkan. Selama ini masih terjadi
kesenjangan informasi antara petani dan peneliti. Jaringan pendidikan, pelatihan
dan penyuluhan yang berlaku saat semakin menambah hambatan birokrasi yang
menjauhkan peneliti dari para petani yang sebenarnya adalah pengguna akhir hasil
kegiatan para peneliti. Informasi lain yang diperlukan oleh petani dalam
mengambil keputusan perlu juga disediakan setiap saat seperti informasi tentang
harga produk pertanian, harga bahan dan alat pengendalian, dan ramalan cuaca.
Sistem dan jaringan informasi menjadi semakin sulit dan rumit apabila
semakin banyak lembaga pemerintah, petugas lapangan dan perseorangan yang
terikut dalam kegiatan pembangunan pertanian khususnya perlindungan tanaman

9
pada berbagai sector dan subsector. Era Otonomi Daerah semakin menambah
kerumitan sistem dan jaringan informasi perlindungan tanaman nasional. Sistem
dan jaringan-jaringan informasi PHT akan sulit dikembangkan dan diterapkan
kecuali apabila ada sesuatu lembaga atau petugas diberi tanggung jawab dan
wewenang sebagai pengambilan keputusan pengelolaan hama. Mengingat PHT
akan berkembang dan memasyarakat maka jaringan informasi PHT perlu segera
diterapkan dengan penyesuaian struktural dan fungsional di lembaga-lembaga
pemerintahan terkait, baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah.

2.5 Proses Pengambilan Keputusan Pengendalian Hama


Menurut Norton (1976) ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses
pengambilan keputusan oleh petani dalam pengendalian hama yaitu a) tujuan
petani, b) ketersedian tenaga, modal dan tanah, c) kedalaman pengertian petani
tentang serangan hama dan kerusakan yang diakibatkan, dan d) kisaran dan
efektifitas metode pengendalian yang tersedia dan langsung dapat digunakan
petani.
Proses pengambilan keputusan pengendalian hama harus dilakukan dengan
menggunakan informasi yang cukup lengkap agar diperoleh hasil pengendalian
yang efektif dan efisien. Para pengambilan keputusan tentunya harus memiliki
pengetahuan dan kemampuan yang cukup tentang berbagai aspek pengelolaan
hama sehingga keputusan yang diambil tepat. Tindakan pengambilan keputusan
pengendalian hama seharusnya dilakukan sejak tahap perencanaan dan persiapan
penanaman, tahap penanaman sampai tanaman dipanen atau selama satu musim
tanam untuk tanaman musiman. Keputusan tersebut tidak terbatas menentukan
kapan dan bagaimana pestisida digunakan tetapi meliputi semua tindakan
budidaya tanaman. Langkah-langkah keputusan yang perlu diambil oleh petani
dalam hal pengendalian hama untuk tanaman padi dapat digambarkan dalam
bentuk pohon keputusan dengan beberapa simpul keputusan seperti yang terlihat
pada Gambar 1. Pada gambar tersebut agar dapat mudah dimengerti pada setiap
simpul keputusan hanya tersedia ada dua alternative pilihan keputusaan.
Pada setiap simpul petani harus menentukan keputusan berdasar persepsi,
pengetahuan dan kemampuan perhitungan yang mereka miliki pada saat
pengambilan keputusan. Seharusnya petani telah mempunyai gambaran tentang
probabilitas keberhasilan untuk setiap alternative pengendalian yang dia putuskan.
Dengan peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang cukup,
secara keseluruhan diharapkan petani akan memperoleh hasil pengendalian hama
yang optimal. Pada tahap permulaan dalam menetapkan setiap tahap keputusan
pengendalian sebagian besar ptani masih menggunakan intuisi dan pengalaman
empiriknya. Melalui berbagai penyuluhan, pelatihan yang diikuti termasuk
SLPHT diharapkan pengetahuan serta keterampilan petani dalam mengambil
keputusan semakin meningkat sehingga keputusannya menjadi semakin efektif.

GAMBAR 1 Model diagram pohon pengambilan keputusan pengendalian hama padi

2.6 Pemberdayaan Petani


Lebih dari 80% lahan pertanian di Indonesia baik tanaman pangan,
hortikultura maupun perkebunan dikelola dan dikerjakan oleh petani kecil dengan
luas kepemilikan tanah dan modal serta kemampuan Sumber Daya Manusia yang
terbatas. Tingkat produktivitas dan kualitas produk-produk pertanian kita sangat
ditentukan oleh kemampuan dan kemandirian petani dalam mengelola lahan

11
usahanya secara profesional termasuk dalam menerapkan dan mengembangkan
PHT. Salah satu isu utama dalam penerapan PHT di Indonesia dan negara-negara
berkembang pada umumnya adalah bagaimana memberdayakan petani dalam
menerapkan sendiri dan mengembangkan sendiri PHT yang sesuai dengan kondisi
dan kemampuan mereka.

Pemerintah telah melaksanakan program pelatihan petani PHT dengan


pola dan sistem SLPHT sejak tahun 1989 untuk petani tanaman pangan (padi,
palawija dan hortikultura) dan sejak tahun 1997 sampai 2005 untuk petani
perkebunan. Tuhuan SLPHT diterapkan adalah agar petani lebih mandiri dan
percaya diri dalam menerapkan dan mengembangkan PHT di lahan atau hamparan
lahannya masing-masing. Indikasi sementara menunjukkan bahwa para petani
yang telah mengikuti SLPHT dapat berhasil menerapkan berbagai prinsip PHT
sehingga mampu meningkatkan keuntungan usaha tani mereka.

2.7 Penelitian Pendukung PHT


Program penerapan dan pngembanga PHT tidak akan berjalan tanpa
dukungan yang cukup dan terus-menerus dari program penelitian yang relevan.
Kegiatan pelaksanaan PHT dan penelitian PHT harus berjalan seiring dan saling
melengkapi. Sistem PHT akan selalu diperbaiki dan disesuaikan dengan dinamika
ekosistem dan sistem sosial ekonomi melalui kegiatan penelitian, sedangkan dunia
penelitian akan menerima masukkan dari pelaksanaan PHT dilapangan sebagai
masalah-masalah yang harus diteliti. Para peneliti dan pelaksana PHT harus selalu
berhubungan erat melalui berbagai bentuk komunikasi dan interaksi. Diharapkan
para peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya tidak hanya mengikuti
penalaran atau pemikirannya sendiri tentang keadaan di lapangan, tetapi peneliti
harus terjun ke lapangan berbicara dengan para pelaksana PHT dan memperoleh
masukan tentang hal-hal apa saja yang diteliti.

Para pelaksana utama penerapan PHT di Indonesia adalah petani dan


kelompok tani yang mempunyai banyak keterbatasan tetapi memiliki pengalaman
yang sudah lama dalam melakukan kegiatan perlindungan tanaman. SLPHT
merupakan wahana untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan petani
dalam penerapkan PHT dalam kondisi ekosistem petani. Peneliti sebelum
melakukan kegiatan penelitian perlu selalu berinteraksi dengan para petani antara
lain dengan mengikuti banyak kegiatan SLPHT yang sedang dijalankan.

Kegiatan penelitian PHT tidak hanya dilakukan oleh para peneliti bidang
yang tercakup dalam perlindungan tanaman (entomologi, fitopatologi, ilmu glma)
tetapi oleh banyak disiplin lain seperti agronomi, seleksi tanaman, mikroekonomi,
ahli penyuluhan, aantropologi, ahli komunikasi, ahli sosiologi, ahli matematika,
ahli ilmu computer dan ilmu system.

Suatu konsorsium lembaga-lembaga penelitian di Amerika Serikat pada


tahun 1979 membagi kegiatan penelitian PHT dalam keempat kelompok besar
yaitu:

a. Penelitian dasar, merupakan kegiatan penelitian tentang aspek - aspek


dasar PHT seperti taksonomi, biologi, ekologi, genetika, fisiologi,
biokimia, toksikologi, ekonomi mikro termasuk ambang ekonomi,
sebaran spasial dan teknik sampling, budaya masyarakat lokal, dll
b. Penelitian komponen pengendalian, merupakan kegiatan penelitian
tentang teknik pengendalian hama seperti pengendalian budidaya tanaman,
pengendalian hayati, penggunaan varietas tanaman tahan hama,
pengendalian fisik dan mekanik, pengendalian kimiawi, dll. penelitian
komponen pengendalian biasanya ditujukan untuk mencari teknik
pengendalian suatu jenis hama atau organisme tertentu.
c. Penelitian sistem aras 1 - merupakan kegiatan penelitian yang
menggabungkan atau memadukan berbagai teknik pengendalian untuk
mengendalikan beberapa jenis organisme pengganggu dari kelompok yang
sama (misal pengendalian hama-hama utama dari jenis tanaman atau
pengendalian penyakit-penyakit utamanya). Hasil penelitian dasar
tentunya akan menjadi landasan untuk penggabungan beberapa teknik
pengendalian tersebut.
d. Penelitian Sistem Aras 2 – merupakan kegiatan penelitian yang mencari
cara pengelolaan ekosistem pertanian yang optimal sehingga semua jasaad

13
pengganggu dapat dikendalikan dan tetap berada di bawah aras
pengendaliannya masing-masing. Penelitian tingkat akhir ini yang
merupakan penggabungan penelitian tahap pertama, kedua, dan ketiga.
Karena kerumitan ekosistem hasil penelitian PHT biasanya dalam bentuk
berbagai jenis model dan simulasi computer yang langsung dapat
sigunakan para pengambil keputusan pengelolaan hama.

PHT sebagai konsep dan teknologi terapan terus berkembang sesuai


dengan perkembangan program pembangunan dan dinamika pengelolaan
ekosistem pertanian. Penerapan PHT tidak dapat digeneralisasikan berlaku untuk
semua keadaan namun sangat dipengaruhi oleh keadaan ekosistem dan sosial
ekonomi masyarakat setempat. Penerapan PHT sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan teknologi pengelolaan ekosistem dan kesiapan masyarakat setempat
termasuk para pemimpin formal dan informal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Strategi penerapan pengelolaan hama terpadu adalah rencana terperinci
mengenai pemasangan atau penerapan dua atau lebih sesuatu hal dalam proses
mengendalikan hewan yang menyebabkan kerusakan pada tanaman atau
persediaan makanan Secara terstruktur. Adapun strategi yang harus diperhatikan
dalam melakukan pengeloaan hama terpadu diantaranya pengembangan teknologi
PHT, jaringan informasi, proses pengambilan keputusan pengendalian hama,
pemberdayaan petani, dan penelitian pendukung PHT.

15
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Cordoba. 2018. Al-Qur’an Terjemah (Al-Qur’an Tafsir Bil Hadis).
Bandung: Cordoba Internasional-Indonesia.

Cambridge Dictionary 2019 online. Diakss melalui


https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/

Dictionary by Merriam Webster 2019 online. Diakss melalui


https://www.merriam-webster.com/

Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) versi 2.5 tahun 2019 online. Diakss
melalui https://kbbi.web.id/

Longman Dictionary of contemporary English 2019 online. Diakss melalui


https://www.ldoceonline.com/dictionary/

Norton. G. A. 1976. Analysis of Decision Making in Crop Protection Agro-


Ecosystem. 3:27-44

Oxford Learner’s Dictionaries 2019 online. Diakss melalui


https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/definition/english/chemistry?
q

Untung, Kasumbogo. 2013. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu Edisi kedua.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai