2. Nilai Gizi
Tongkol jagung muda dan biji jagung merupakan sumber karbohidrat
potensial untuk dijadikan bahan pangan, sayuran, dan bahan baku berbagai
industri makanan. Kandungan kimia jagung terdiri atas air 13,5%, protein 10,0%,
lemak 4,0%, karbohidrat 61,0%, gula 1,4%, pentosan 6,0%, serat kasar 2,3%, abu
1,4%, dan zat lain-lain 0,4%. Komposisi kimia dari bagian-bagian biji jagung
disajikan pada Tabel 1.
Perbendaan kandungan gizi jagung kuning dengan jagung putih hanyalah pada
nutrisi vitamin A. Jagung putih pada umunya tidak mengandung vitamin A.
Klasifikasi Jagung
Kingdom :Plantae
Divisio :Spermatophyta
Sub divisio :Angiospermae
Class :Monocotyledoneae
Ordo :Poales
Familia :Poaceae
Genus :Zea
Spesies :Zea mays L.
2. Morfologi
Tanaman jagung termasuk famili rumput-rumputan (graminae) dari
Subfamili myadeae. Dua famili yang berdekatan dengan jagung adalah teosinte
dan tripsacum yang diduga merupakan asal dari tanaman jagung. Teosinte berasal
dari Meksico dan Guatemala sebagai tumbuhan liar di daerah pertanaman jagung.
a. Biji
Biji tanaman jagung dikenal sebagai kernel terdiri dari 3 bagian
utama, yaitu dinding sel, endosperma, dan embrio. Bagian biji ini
merupakan bagian yang terpenting dari hasil pemaneman. Bagian biji rata-
rata terdiri dari 10% protein, 70% karbohidrat, 2.3% serat. Biji jagung juga
merupakan sumber dari vitamin A dan E. (Belfield dan Brown, 2008).
b. Daun
Pada awal fase pertumbuhan, batang dan daun tidak bisa dibedakan
secara jelas. Ini dikarenakan titik tumbuh masih dibawah tanah. Daun baru
dapat dibedakan dengan batang ketika 5 daun pertama dalam fase
pertumbuhan muncul dari tanah. Daun terbentuk dari pelepah dan daun
(leaf blade & sheath). Daun muncul dari ruas-ruas batang. Pelepah daun
muncul sejajar dengan batang. Pelepah daun bewarna kecoklatan yang
menutupi hampir semua batang jagung(Belfield dan Brown, 2008).
Daun baru akan muncul pada titik tumbuhnya. Titik tumbuh daun
jagung berada pada ruas batang. Daun jagung berjumlah sekitar 20 helai
tergantung dari varietasnya. Sejalan dengan pertumbuhan jagung, diameter
batang akan meningkat. Pertumbuhan diameter pada tanaman jagung
menyebabkan 7-8 daun pada bagian bawah tanaman jagung mengalami
kerontokan (Belfield dan Brown, 2008).
c. Batang
Jagung berbentuk ruas. Ruas-ruas berjajat secara vertikal pada
batang jagung. Pada tanaman jagung yang sudah tua, jarak antar ruas
semakin berkurang (Belfield dan Brown, 2008). Batang tanaman jagung
beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak
bercabang. Batang memiliki dua fungsi yaitu sebagai tempat daun dan
sebagai tempat pertukaran unsur hara. Unsur hara dibawa oleh pembuluh
bernama xilem dan floem. Floem bergerak dua arah dari atas kebawah dan
dari bawah ke atas. Floem membawa sukrose menuju seluruh bagian
tanaman dengan bentuk cairan.
d. Akar
Pada tanaman jagung, akar utama yang terluar berjumlah antara 20-
30 buah. Akar lateral yang tumbuh dari akar utama mencapai ratusan
dengan panjang 2,5-25 cm. Botani tanaman jagung termasuk tanaman
monokotil. Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal,
koronal, dan akar udara.
Akar utama muncul dan berkembang kedalam tanah saat benih
ditanam. Pertumbuhan akar melambat ketika batang mulai muncul keluar
tanah dan kemudian berhenti ketika tanaman jagung telah memiliki 3 daun.
Pertumbuhan akar kemudian dilanjutkan dengan pertumbuhan akar
adventif yang berkembang pada ruas pertama tanaman jagung. Akar
adventif yang tidak tumbuh dari radikula tersebut kemudian melebar dan
menebal. Akar adventif kemudian berperan penting sebagai penegak
tanaman dan penyerap unsur hara. Akar adventif juga ditemukan tumbuh
pada bagian ruas ke 2 dan ke 3 batang, namun fungsi utamanya belum
diketahui secara pasti (Belfield dan Brown, 2008).
e. Bunga
Tanaman jagung memiliki bunga jantan dan betina yang letaknya
terpisah. Bunga jantan terdapat pada malai bunga di ujung tanaman,
sedangkan bunga betina terdapat pada tongkol jagung. Tangkai kepala
putik merupakan rambut yang terjumbai di ujung tongkol yang selalu
dibungkus kelobot yang jumlahnya 6-14 helai. Pada bunga betina, terdapat
sejumlah rambut yang ujungnya membelah dan jumlahnya cukup banyak.
3. Fase Pertumbuhan
Benih jagung umumnya ditanam pada kedalaman 5-8 cm. Bila kelembaban tepat,
pemunculan kecambah seragam dalam 4-5 hari setelah tanam. Semakin dalam
lubang tanam semakin lama pemunculan kecambah ke atas permukaan tanah. Pada
kondisi lingkungan yang lembab, tahap pemunculan berlangsung 4-5 hari setelah
tanam, namun pada kondisi yang dingin atau kering, pemunculan tanaman dapat
berlangsung hingga dua minggu setelah tanam atau lebih.
Keseragaman perkecambahan sangat penting untuk mendapatkan hasil
yang tinggi. Perkecambahan tidak seragam jika daya tumbuh benih rendah.
Tanaman yang terlambat tumbuh akan ternaungi dan gulma lebih bersaing dengan
tanaman, akibatnya tanaman yang terlambat tumbuh tidak normal dan tongkolnya
relatif lebih kecil dibanding tanaman yang tumbuh lebih awal dan seragam.
Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 10-18 hari setelah
berkecambah. Pada fase ini akar seminal sudah mulai berhenti tumbuh, akar nodul
sudah mulai aktif, dan titik tumbuh di bawah permukaan tanah. Suhu tanah sangat
mempengaruhi titik tumbuh. Suhu rendah akan memperlambat keluar daun,
meningkatkan jumlah daun, dan menunda terbentuknya bunga jantan.
Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 18 -35 hari
setelah berkecambah. Titik tumbuh sudah di atas permukaan tanah, perkembangan
akar dan penyebarannya di tanah sangat cepat, dan pemanjangan batang meningkat
dengan cepat. Pada fase ini bakal bunga jantan (tassel) dan perkembangan tongkol
dimulai (Lee 2007). Tanaman mulai menyerap hara dalam jumlah yang lebih
banyak, karena itu pemupukan pada fase ini diperlukan untuk mencukupi
kebutuhan hara bagi tanaman (McWilliams et al. 1999).
c. Fase V11- Vn (jumlah daun terbuka sempurna 11 sampai daun terakhir
15-18)
Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 33-50 hari setelah
berkecambah. Tanaman tumbuh dengan cepat dan akumulasi bahan kering
meningkat dengan cepat pula. Kebutuhan hara dan air relatif sangat tinggi untuk
mendukung laju pertumbuhan tanaman. Tanaman sangat sensitif terhadap
cekaman kekeringan dan kekurangan hara. Pada fase ini, kekeringan dan
kekurangan hara sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tongkol, dan bahkan akan menurunkan jumlah biji dalam satu tongkol karena
mengecilnya tongkol, yang akibatnya menurunkan hasil (McWilliams et al. 1999,
Lee 2007). Kekeringan pada fase ini juga akan memperlambat munculnya bunga
betina (silking).
Fase tasseling biasanya berkisar antara 45-52 hari, ditandai oleh adanya
cabang terakhir dari bunga jantan sebelum kemunculan bunga betina (silk/rambut
tongkol). Tahap VT dimulai 2-3 hari sebelum rambut tongkol muncul, di mana
pada periode ini tinggi tanaman hampir mencapai maksimum dan mulai
menyebarkan serbuk sari (pollen). Pada fase ini dihasilkan biomas maksimum dari
bagian vegetatif tanaman, yaitu sekitar 50% dari total bobot kering tanaman,
penyerapan N, P, dan K oleh tanaman masing-masing 60-70%, 50%, dan 80-90%.
e. Fase R1 (silking)
Tahap silking diawali oleh munculnya rambut dari dalam tongkol yang
terbungkus kelobot, biasanya mulai 2-3 hari setelah tasseling. Penyerbukan
(polinasi) terjadi ketika serbuk sari yang dilepas oleh bunga jantan jatuh
menyentuh permukaan rambut tongkol yang masih segar. Serbuk sari tersebut
membutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk mencapai sel telur (ovule), di mana
pembuahan (fertilization) akan berlangsung membentuk bakal biji. Rambut
tongkol muncul dan siap diserbuki selama 2-3 hari. Rambut tongkol tumbuh
memanjang 2,5-3,8 cm/hari dan akan terus memanjang hingga diserbuki. Bakal
biji hasil pembuahan tumbuh dalam suatu struktur tongkol dengan dilindungi oleh
tiga bagian penting biji, yaitu glume, lemma, dan palea, serta memiliki warna putih
pada bagian luar biji. Bagian dalam biji berwarna bening dan mengandung sangat
sedikit cairan. Pada tahap ini, apabila biji dibelah dengan menggunakan silet,
belum terlihat struktur embrio di dalamnya. Serapan N dan P sangat cepat, dan K
hampir komplit (Lee 2007).
f. Fase R2 (blister)
Fase ini terbentuk 18 -22 hari setelah silking. Pengisian biji semula dalam
bentuk cairan bening, berubah seperti susu. Akumulasi pati pada setiap biji sangat
cepat, warna biji sudah mulai terlihat (bergantung pada warna biji setiap varietas),
dan bagian sel pada endosperm sudah terbentuk lengkap. Kekeringan pada fase
R1-R3 menurunkan ukuran dan jumlah biji yang terbentuk. Kadar air biji dapat
mencapai 80%.
h. Fase R4 (dough)
Fase R4 mulai terjadi 24-28 hari setelah silking. Bagian dalam biji seperti
pasta (belum mengeras). Separuh dari akumulasi bahan kering biji sudah
terbentuk, dan kadar air biji menurun menjadi sekitar 70%. Cekaman kekeringan
pada fase ini berpengaruh terhadap bobot biji.
Fase R5 akan terbentuk 35-42 hari setelah silking. Seluruh biji sudah
terbentuk sempurna, embrio sudah masak, dan akumulasi bahan kering biji akan
segera terhenti. Kadar air biji 55%.
j. Fase R6 (masak fisiologis)
4. Jenis-Jenis Jagung
Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman biji–bijian
dari keluarga rumput–rumputan (Graminae). Jagung diklasifikasikan ke dalam
divisi Angiospermae, kelas Monocotyledoneae, Ordo Poales, Famili Poaceae, dan
Genus Zea. Menurut sejarahnya, tanaman jagung berasal dari Amerika dan
merupakan tanaman sereal yang paling penting di benua tersebut (Anonima,
2007). Berdasarkan bentuk bijinya (kernel), ada 6 tipe utama jagung, yaitu dent,
flint, flour, sweet, pop, dan pod corns (Darrah et al., 2003).
Jagung jenis dent dicirikan dengan adanya corneous, horny endosperm
pada bagian sisi dan belakang kernel, serta pada bagian tengah inti jagung
menjulur hingga mahkota endospermanya lunak dan bertepung. Jagung jenis flint
memiliki bentuk yang tebal, keras, dengan lapisan horny endosperm disekeliling
granula. Jagung jenis flour merupakan salah satu jagung yang sangat tua dimana
hampir seluruh endospermanya berisi pati yang lunak dan mudah dibuat tepung
(Darrah et al., 2003). Jagung jenis sweet diyakini sebagai jenis jagung mutasi yang
mengandung sedikit pati dengan endosperma berwarna bening. Jagung sweet
memiliki kadar gula 4 – 8 kali lebih tinggi dibandingkan jagung normal. Sifat ini
ditentukan oleh gen sugary (su) yang resesif (Tracy 1994). Jagung ini biasanya
dikonsumsi sebagai campuran sayuran. Jagung jenis pop memiliki kernel kecil dan
keras seperti jenis flint dengan kandungan pati yang lebih sedikit. Sedangkan
jagung jenis pod merupakan jagung hias dengan kernel tertutup dan pada
umumnya jagung jenis ini tidak ditanam secara komersial (Johnson, 1991).
Menurut Suprapto dan Marzuki (2005), jagung yang banyak ditanam di
Indonesia adalah tipe mutiara (flint) dan setengah mutiara (semiflint), seperti
jagung Arjuna (mutiara), jagung Harapan (setengah mutiara), Pioneer-2 (setengah
mutiara), Hibrida C-1 (setengah mutiara), dan lain-lain. Selain jagung tipe mutiara
dan setengah mutiara, di Indonesia juga terdapat jagung tipe berondong (pop
corn), jagung gigi kuda (dent corn), dan jagung manis (sweet corn).
Menurut (Subekti dkk, 2007) Berdasarkan bentuk dan strukturnya, biji
jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Belfield dan Brown. 2008. Field Crop Manual: Maize (A Guide to Upland
Production in Cambodia). Canberra.
McWilliams,et.al. 1999. Corn Growth and Management Quick Quide.
Rochani, Siti. 2007. Bercocok Tanam Jagung. Bogor: Azka Press
Rukmana,Rahmat.1997. Usaha Tani Jagung. Yogyakarta : Kanisius
PAPER
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PANGAN UTAMA
TANAMAN JAGUNG
Disusun Oleh:
KELOMPOK 9