Anda di halaman 1dari 17

TANAMAN JAGUNG

A. Sejarah Tanaman Jagung


Tanaman jagung sudah dikenal sejak lama yaitu pertama kali oleh bangsa
Indian Amerika sekitar tahun 1779. Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di
daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007).
Dahulu jagung adalah makanan pokok bagi orang miskin, demikian menurut
buku Colombus sebagai penemu benua Amerika. Namun, sekarang sudah tersebar
dan dikenal di seluruh belahan dunia. Apalagi sekarang makin banyak jenis makanan
yang merupakan olahan dari jagung ini, baik dalam keadaan utuh , dipecah atau
digiling menjadi tepung (Rochani, 2007).
Sumber genetik (plasma nutfah) tanaman jagung berasal dari benua Amerika.
Konon, bentuk liar tanaman jagung yang disebut pod maize telah tumbuh 4.500 tahun
yang lalu di pegunungan Andes, Amerika Selatan. Literatur lain menyebutkan bahwa
jagung tumbuh subur di kawasan Meksiko, kemudian menyebar ke Amerika Tengah
dan Amerika Selatan (Rukmana, 1997).
Christopler Colombus, penemu benua Amerika pada tahun 1492, berjasa
menyebarkan jagung ke Benua Eropa. Pusat penyebaran yang pertama di Eropa,
antara lain, adalah Spanyol, Portugal, Prancis, Italia, sampai ke Afrika Utara. Pada
abad ke-16, jagung mulai ditanam di daerah pantai Barat Afrika, kemudian meluas ke
India dan Cina (Rukmana, 1997).
Linnaeus (1737), seorang ahli botani, member nama Zea mays untuk tanman
jagung. Zea berasal dari bahasa Yunani yang digunakan untuk mengklasifikasikan
jenis padi-padian. Adapun mays berasal dari bahasa Indian, yaitu Mahiz atau Marisi
yang kemudian digukana untuk sebutan spesies. Sampai sekarang nama latin jagung
disebut Zea mays Linn (Rukmana,1997).
Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani Soviet, melakukan ekspedisi
tahun 1923-1933 ke berbagai daerah di dunia memastikan daerah sentrum asal
tanaman jagung adalah Meksiko Selatan dan Amerika Tengah. Penyebaran tanaman
jagung ke berbegai Negara di dunia antara lain dilakukan oleh orang Postugis dan
Spanyol (Rukmana,1997).
Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu,
didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di
Indonesia pada mulanya terkosentrasi di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan
Madura. Selanjutnya, tanaman jagung lambat laun meluas ditanam di luar pulau
Jawa. Dari survey pertanian Biro Pusat Ststistik (BPS) tahung 1991, daerah sentrum
produsen jagung paling luas di Indonesia, antara lain adalah provinsi Jawa Timur,
Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Lampung, dan Jawa Barat.
Areal pertanaman jagung sekarang sudah terdapat di seluruh provinsi di Indonesia
dengan luas areal bervariasi (Rukmana,1997).

B. Nilai Ekonomis Tanaman Jagung


1. Nilai Ekonomi
Produksi utama suaha tani tanaman jagung adalah biji. Biji jagung
merupakan sumber karbohidrat yang potensial untuk bahan pangan ataupun non
pangan. Produksi sampingan berupa batang, daun, dan kelobot dapat dimanfaatkan
sebagai bahan pakan ternak ataupun pupuk kompos (Rukmana,1997).
Tongkol jagung amat muda yang disebut jagung semi (baby corn) sudah
umum diperdagangkan di pasar-pasar sebagai bahan sayur. Di pasar-pasar
tradisional (lokal), tongkol jagung muda yang sudah berbiji sering dijual sebagai
bahan campuran satur asam, jagung rebus, dan jagung bakar (Rukmana,1997).
Biji jagung tua dapat diolah menjadi pati, tepung jagung, makanan kecil
(snack), brondong (pop corn), emplek, jenang, dan lepet jagung, serta aneka
pangan lainnya. Sementara biji jagung yang telah kering biasanya diolah menjadi
jagung pipilan,beras jagung,, ataupun jagung giling (Rukmana,1997).

2. Nilai Gizi
Tongkol jagung muda dan biji jagung merupakan sumber karbohidrat
potensial untuk dijadikan bahan pangan, sayuran, dan bahan baku berbagai
industri makanan. Kandungan kimia jagung terdiri atas air 13,5%, protein 10,0%,
lemak 4,0%, karbohidrat 61,0%, gula 1,4%, pentosan 6,0%, serat kasar 2,3%, abu
1,4%, dan zat lain-lain 0,4%. Komposisi kimia dari bagian-bagian biji jagung
disajikan pada Tabel 1.

No. Komponen Lapisa Luar Lembaga Endosperm


1. Protein 6,2 21,0 11,0
2. Minyak 1,5 32,0 1,5
3. Karbohidrat (bebas N) 74,1 34,0 86,5
4. Serat kasar 17,0 2,9 0,0
5. Mineral 1,2 10,1 0,5
Mencermati kandungan dan komposisi kimia tersebut, jagung selain
merupakan sumber kalori, juga mensuplai nutrisi untuk memperoleh
keseimbangan gizi penduduk. Kandungan gizi jagung dapat disimak pada Tabel
2.

Banyaknya kandungan gizi dalam:


No. Kandungan JSK JKPB JGK MZ TJK
Gizi
1. Kalori (kal) 140 307 361 343 335
2. Protein (g) 4,7 7,9 8,7 0,3 9,2
3. Lemak (g) 1,3 3,4 4,5 0 3,9
4. Karbohidrat (g) 33,1 63,6 72,4 85 73,7
5. Kalsium (mg) 6 9 9 20 10
6. Fosfor (mg) 118 148 380 30 256
7. Zat besi (mg) 0,7 2,1 4,6 1,5 2,4
8. Vitamin A (SI) 435 440 350 0 510
9. Vitamin B1 (mg) 0,24 0,33 0,27 0 0,38
10. Vitamin C (mg) 8 0 0 0 0
11. Air (g) 60 24 13,1 14 12
12. Bagian yang 90 90 100 100 100
dapat dimakan
(%)
Ket: JSK (Jagung Segar Kuning), JKPB (Jagung Kuning Pipilan Baru), JGK
(Jagung Giling Kunig), MZ (Maizena), TJK (Tepung Jagung Kuning)

Perbendaan kandungan gizi jagung kuning dengan jagung putih hanyalah pada
nutrisi vitamin A. Jagung putih pada umunya tidak mengandung vitamin A.

C. Prospek Usaha Tani Jagung


Prospek usaha tani jagung sangat cukup cerah bila dikelola secara intensif dan
komersial berpola agribisnis,. Permitaan pasar dalam negeri dan peluang ekspor
komoditas jagung cnederung menigkat dari tahun ke tahuan, baik untuk memenuhi
kebutuhan pangan maupun nonopangan.
Hasil penelitian agroekonomi tahun 1981-1986 menunjukan bahwa
permintaan terhadap jagung terus menigkat. Hal ini berkaitan erat dengan laju
pertumbuhan penduduk, peningkatan konsumsi per kapita, perubahan pendapatan dan
pemenuhan kebuituhan benih. Proyeksi produk dan permintaan jagng di Indonesia
selama 20 tahuan (1980-2000) dapat disimak pada table 3

No. Tahun Produksi (ton) Permintaan (ton)


1. 1980 3.991 3.894
2. 1985 3.099 5.246
3. 1990 5.389 6.790
4. 1995 6.360 6.408
5. 2000 7.026 7.149
Sumber: Departemen Pertanian (1987)
Produksi jagung Indonesia selama 25 tahun yang lalu pada Pembangunan
Jangka Panjang (PJP) I menigkat nyata dari tahun ketahun. Usaha pokok yang
ditempuh untuk menigkatkan produksi jagung nasional antara lain melalui program
ekstensifikasi, intensifikasi, deversifikasi, dan rehabilitasi. Disamping itu, untuk
menjamin keberhasilan pengamanan produksi berswasembada jagung dapat ditempuh
dengan langka-langkah operasional sebagai berikut:
1. Pengembangan daerah sentrum produksi jagung.
2. Meningkatkan penggunaan benih unggul tinggi.
3. Melakukan penanaman jagung diluar musim.
4. Meningkatakan penyuluhan tentang perbaikan budidaya dan pasca panen
jagung.
5. Melibatkan peran serta pihak swasta dan BUMN.

Faktor pendukung untuk menigkatkan produksi jagung nasional, antara lain,


adalah faktor keunggulan komparatif sumber daya alam, terutama keteresediaan alam,
terutama ketersediaan lahan. Keadaan agroekologi Indonesia yang beriklim tropis
amat cocok untuk pengembangan budidaya jagung. Disamping itu, ketersediaan lahan
di wilayah nusantara masih amat luas. Luas lahan kering di Indonesia ±51.410.113
hektar, namun hanya sekitar 3,3 juta hektar/tahun yang digunakan untuk
pengembangan usaha tani jagung. Potensi sumber daya lahan untuk menigkatkan
produksi jagung nasional masih dapat diperluas areal penanamannya di lahan-lahan
sawah melalui penerapan pola tanaman yang serasi di berbagai daerah (wilayah).

Rendahnya hasil rata-rata jagung nasional, antara lain, disebabkan belum


meluasnya penanaman varietas-varietas unggul dan belum memperhatikan
penggunaan benih berkualitas ditingkat petani. Disamping itu, pengelolaan tanaman
dan lingkungan dalam budidaya tanaman jagung, misalnya, teknik bercocok tanam,
pemupukan, pengendalian hama dan penykait, belum sesuai dengan paket teknologi
maju yang berkembang di lapangan atau teknologi hasil penelitian pada pakar
bidangnya.

D. Sifat Botani Tanaman Jagung


1. Taksonomi
Jagung merupakan tanaman semusim determinat, dan satu siklus
hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan
tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk pertumbuhan generatif.
Tanaman jagung merupakan tanaman tingkat tinggi dengan klasifikasi berikut:

Klasifikasi Jagung
Kingdom :Plantae
Divisio :Spermatophyta
Sub divisio :Angiospermae
Class :Monocotyledoneae
Ordo :Poales
Familia :Poaceae
Genus :Zea
Spesies :Zea mays L.

2. Morfologi
Tanaman jagung termasuk famili rumput-rumputan (graminae) dari
Subfamili myadeae. Dua famili yang berdekatan dengan jagung adalah teosinte
dan tripsacum yang diduga merupakan asal dari tanaman jagung. Teosinte berasal
dari Meksico dan Guatemala sebagai tumbuhan liar di daerah pertanaman jagung.

a. Biji
Biji tanaman jagung dikenal sebagai kernel terdiri dari 3 bagian
utama, yaitu dinding sel, endosperma, dan embrio. Bagian biji ini
merupakan bagian yang terpenting dari hasil pemaneman. Bagian biji rata-
rata terdiri dari 10% protein, 70% karbohidrat, 2.3% serat. Biji jagung juga
merupakan sumber dari vitamin A dan E. (Belfield dan Brown, 2008).
b. Daun
Pada awal fase pertumbuhan, batang dan daun tidak bisa dibedakan
secara jelas. Ini dikarenakan titik tumbuh masih dibawah tanah. Daun baru
dapat dibedakan dengan batang ketika 5 daun pertama dalam fase
pertumbuhan muncul dari tanah. Daun terbentuk dari pelepah dan daun
(leaf blade & sheath). Daun muncul dari ruas-ruas batang. Pelepah daun
muncul sejajar dengan batang. Pelepah daun bewarna kecoklatan yang
menutupi hampir semua batang jagung(Belfield dan Brown, 2008).
Daun baru akan muncul pada titik tumbuhnya. Titik tumbuh daun
jagung berada pada ruas batang. Daun jagung berjumlah sekitar 20 helai
tergantung dari varietasnya. Sejalan dengan pertumbuhan jagung, diameter
batang akan meningkat. Pertumbuhan diameter pada tanaman jagung
menyebabkan 7-8 daun pada bagian bawah tanaman jagung mengalami
kerontokan (Belfield dan Brown, 2008).

c. Batang
Jagung berbentuk ruas. Ruas-ruas berjajat secara vertikal pada
batang jagung. Pada tanaman jagung yang sudah tua, jarak antar ruas
semakin berkurang (Belfield dan Brown, 2008). Batang tanaman jagung
beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak
bercabang. Batang memiliki dua fungsi yaitu sebagai tempat daun dan
sebagai tempat pertukaran unsur hara. Unsur hara dibawa oleh pembuluh
bernama xilem dan floem. Floem bergerak dua arah dari atas kebawah dan
dari bawah ke atas. Floem membawa sukrose menuju seluruh bagian
tanaman dengan bentuk cairan.

d. Akar
Pada tanaman jagung, akar utama yang terluar berjumlah antara 20-
30 buah. Akar lateral yang tumbuh dari akar utama mencapai ratusan
dengan panjang 2,5-25 cm. Botani tanaman jagung termasuk tanaman
monokotil. Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal,
koronal, dan akar udara.
Akar utama muncul dan berkembang kedalam tanah saat benih
ditanam. Pertumbuhan akar melambat ketika batang mulai muncul keluar
tanah dan kemudian berhenti ketika tanaman jagung telah memiliki 3 daun.
Pertumbuhan akar kemudian dilanjutkan dengan pertumbuhan akar
adventif yang berkembang pada ruas pertama tanaman jagung. Akar
adventif yang tidak tumbuh dari radikula tersebut kemudian melebar dan
menebal. Akar adventif kemudian berperan penting sebagai penegak
tanaman dan penyerap unsur hara. Akar adventif juga ditemukan tumbuh
pada bagian ruas ke 2 dan ke 3 batang, namun fungsi utamanya belum
diketahui secara pasti (Belfield dan Brown, 2008).

e. Bunga
Tanaman jagung memiliki bunga jantan dan betina yang letaknya
terpisah. Bunga jantan terdapat pada malai bunga di ujung tanaman,
sedangkan bunga betina terdapat pada tongkol jagung. Tangkai kepala
putik merupakan rambut yang terjumbai di ujung tongkol yang selalu
dibungkus kelobot yang jumlahnya 6-14 helai. Pada bunga betina, terdapat
sejumlah rambut yang ujungnya membelah dan jumlahnya cukup banyak.

3. Fase Pertumbuhan

Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun


interval waktu antartahap pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang dapat
berbeda. Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu (1)
fase perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan
biji sampai dengan sebelum munculnya daun pertama; (2) fase pertumbuhan
vegetatif, yaitu fase mulai munculnya daun pertama yang terbuka sempurna
sampai tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase ini
diidentifiksi dengan jumlah daun yang terbentuk; dan (3) fase reproduktif, yaitu
fase pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis.

Perkecambahan benih jagung terjadi ketika radikula muncul dari kulit


biji. Benih jagung akan berkecambah jika kadar air benih pada saat di dalam tanah
meningkat >30%. Proses perkecambahan benih jagung, mula-mula benih
menyerap air melalui proses imbibisi dan benih membengkak yang diikuti oleh
kenaikan aktivitas enzim dan respirasi yang tinggi. Perubahan awal sebagian besar
adalah katabolisme pati, lemak, dan protein yang tersimpan dihidrolisis menjadi
zat-zat yang mobil, gula, asam-asam lemak, dan asam amino yang dapat diangkut
ke bagian embrio yang tumbuh aktif. Pada awal perkecambahan, koleoriza
memanjang menembus pericarp, kemudian radikel menembus koleoriza. Setelah
radikelmuncul, kemudian empat akar seminal lateral juga muncul. Pada waktu
yang sama atau sesaat kemudian plumule tertutupi oleh koleoptil. Koleoptil
terdorong ke atas oleh pemanjangan mesokotil, yang mendorong koleoptil ke
permukaan tanah. Mesokotil berperan penting dalam pemunculan kecambah ke
atas tanah. Ketika ujung koleoptil muncul ke luar permukaan tanah, pemanjangan
mesokotil terhenti dan plumul muncul dari koleoptil dan menembus permukaan
tanah.

Benih jagung umumnya ditanam pada kedalaman 5-8 cm. Bila kelembaban tepat,
pemunculan kecambah seragam dalam 4-5 hari setelah tanam. Semakin dalam
lubang tanam semakin lama pemunculan kecambah ke atas permukaan tanah. Pada
kondisi lingkungan yang lembab, tahap pemunculan berlangsung 4-5 hari setelah
tanam, namun pada kondisi yang dingin atau kering, pemunculan tanaman dapat
berlangsung hingga dua minggu setelah tanam atau lebih.
Keseragaman perkecambahan sangat penting untuk mendapatkan hasil
yang tinggi. Perkecambahan tidak seragam jika daya tumbuh benih rendah.
Tanaman yang terlambat tumbuh akan ternaungi dan gulma lebih bersaing dengan
tanaman, akibatnya tanaman yang terlambat tumbuh tidak normal dan tongkolnya
relatif lebih kecil dibanding tanaman yang tumbuh lebih awal dan seragam.

Setelah perkecambahan, pertumbuhan jagung melewati beberapa fase


berikut:

a. Fase V3-V5 (jumlah daun yang terbuka sempurna 3-5)

Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 10-18 hari setelah
berkecambah. Pada fase ini akar seminal sudah mulai berhenti tumbuh, akar nodul
sudah mulai aktif, dan titik tumbuh di bawah permukaan tanah. Suhu tanah sangat
mempengaruhi titik tumbuh. Suhu rendah akan memperlambat keluar daun,
meningkatkan jumlah daun, dan menunda terbentuknya bunga jantan.

b. Fase V6-V10 (jumlah daun terbuka sempurna 6-10)

Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 18 -35 hari
setelah berkecambah. Titik tumbuh sudah di atas permukaan tanah, perkembangan
akar dan penyebarannya di tanah sangat cepat, dan pemanjangan batang meningkat
dengan cepat. Pada fase ini bakal bunga jantan (tassel) dan perkembangan tongkol
dimulai (Lee 2007). Tanaman mulai menyerap hara dalam jumlah yang lebih
banyak, karena itu pemupukan pada fase ini diperlukan untuk mencukupi
kebutuhan hara bagi tanaman (McWilliams et al. 1999).
c. Fase V11- Vn (jumlah daun terbuka sempurna 11 sampai daun terakhir
15-18)

Fase ini berlangsung pada saat tanaman berumur antara 33-50 hari setelah
berkecambah. Tanaman tumbuh dengan cepat dan akumulasi bahan kering
meningkat dengan cepat pula. Kebutuhan hara dan air relatif sangat tinggi untuk
mendukung laju pertumbuhan tanaman. Tanaman sangat sensitif terhadap
cekaman kekeringan dan kekurangan hara. Pada fase ini, kekeringan dan
kekurangan hara sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tongkol, dan bahkan akan menurunkan jumlah biji dalam satu tongkol karena
mengecilnya tongkol, yang akibatnya menurunkan hasil (McWilliams et al. 1999,
Lee 2007). Kekeringan pada fase ini juga akan memperlambat munculnya bunga
betina (silking).

d. Fase Tasseling / VT (berbunga jantan)

Fase tasseling biasanya berkisar antara 45-52 hari, ditandai oleh adanya
cabang terakhir dari bunga jantan sebelum kemunculan bunga betina (silk/rambut
tongkol). Tahap VT dimulai 2-3 hari sebelum rambut tongkol muncul, di mana
pada periode ini tinggi tanaman hampir mencapai maksimum dan mulai
menyebarkan serbuk sari (pollen). Pada fase ini dihasilkan biomas maksimum dari
bagian vegetatif tanaman, yaitu sekitar 50% dari total bobot kering tanaman,
penyerapan N, P, dan K oleh tanaman masing-masing 60-70%, 50%, dan 80-90%.

e. Fase R1 (silking)

Tahap silking diawali oleh munculnya rambut dari dalam tongkol yang
terbungkus kelobot, biasanya mulai 2-3 hari setelah tasseling. Penyerbukan
(polinasi) terjadi ketika serbuk sari yang dilepas oleh bunga jantan jatuh
menyentuh permukaan rambut tongkol yang masih segar. Serbuk sari tersebut
membutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk mencapai sel telur (ovule), di mana
pembuahan (fertilization) akan berlangsung membentuk bakal biji. Rambut
tongkol muncul dan siap diserbuki selama 2-3 hari. Rambut tongkol tumbuh
memanjang 2,5-3,8 cm/hari dan akan terus memanjang hingga diserbuki. Bakal
biji hasil pembuahan tumbuh dalam suatu struktur tongkol dengan dilindungi oleh
tiga bagian penting biji, yaitu glume, lemma, dan palea, serta memiliki warna putih
pada bagian luar biji. Bagian dalam biji berwarna bening dan mengandung sangat
sedikit cairan. Pada tahap ini, apabila biji dibelah dengan menggunakan silet,
belum terlihat struktur embrio di dalamnya. Serapan N dan P sangat cepat, dan K
hampir komplit (Lee 2007).

f. Fase R2 (blister)

Fase R2 muncul sekitar 10-14 hari seletelah silking, rambut tongkol


sudah kering dan berwarna gelap. Ukuran tongkol, kelobot, dan janggel hampir
sempurna, biji sudah mulai nampak dan berwarna putih melepuh, pati mulai
diakumulasi ke endosperm, kadar air biji sekitar 85%, dan akan menurun terus
sampai panen.

g. Fase R3 (masak susu)

Fase ini terbentuk 18 -22 hari setelah silking. Pengisian biji semula dalam
bentuk cairan bening, berubah seperti susu. Akumulasi pati pada setiap biji sangat
cepat, warna biji sudah mulai terlihat (bergantung pada warna biji setiap varietas),
dan bagian sel pada endosperm sudah terbentuk lengkap. Kekeringan pada fase
R1-R3 menurunkan ukuran dan jumlah biji yang terbentuk. Kadar air biji dapat
mencapai 80%.

h. Fase R4 (dough)

Fase R4 mulai terjadi 24-28 hari setelah silking. Bagian dalam biji seperti
pasta (belum mengeras). Separuh dari akumulasi bahan kering biji sudah
terbentuk, dan kadar air biji menurun menjadi sekitar 70%. Cekaman kekeringan
pada fase ini berpengaruh terhadap bobot biji.

i. Fase R5 (pengerasan biji)

Fase R5 akan terbentuk 35-42 hari setelah silking. Seluruh biji sudah
terbentuk sempurna, embrio sudah masak, dan akumulasi bahan kering biji akan
segera terhenti. Kadar air biji 55%.
j. Fase R6 (masak fisiologis)

Tanaman jagung memasuki tahap masak fisiologis 55-65 hari setelah


silking. Pada tahap ini, biji-biji pada tongkol telah mencapai bobot kering
maksimum. Lapisan pati yang keras pada biji telah berkembang dengan sempurna
dan telah terbentuk pula lapisan absisi berwarna coklat atau kehitaman.
Pembentukan lapisan hitam (black layer) berlangsung secara bertahap, dimulai
dari biji pada bagian pangkal tongkol menuju ke bagian ujung tongkol. Pada
varietas hibrida, tanaman yang mempunyai sifat tetap hijau (stay-green) yang
tinggi, kelobot dan daun bagian atas masih berwarna hijau meskipun telah
memasuki tahap masak fisiologis. Pada tahap ini kadar air biji berkisar 30-35%
dengan total bobot kering dan penyerapan NPK oleh tanaman mencapai masing-
masing 100%.

4. Jenis-Jenis Jagung
Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman biji–bijian
dari keluarga rumput–rumputan (Graminae). Jagung diklasifikasikan ke dalam
divisi Angiospermae, kelas Monocotyledoneae, Ordo Poales, Famili Poaceae, dan
Genus Zea. Menurut sejarahnya, tanaman jagung berasal dari Amerika dan
merupakan tanaman sereal yang paling penting di benua tersebut (Anonima,
2007). Berdasarkan bentuk bijinya (kernel), ada 6 tipe utama jagung, yaitu dent,
flint, flour, sweet, pop, dan pod corns (Darrah et al., 2003).
Jagung jenis dent dicirikan dengan adanya corneous, horny endosperm
pada bagian sisi dan belakang kernel, serta pada bagian tengah inti jagung
menjulur hingga mahkota endospermanya lunak dan bertepung. Jagung jenis flint
memiliki bentuk yang tebal, keras, dengan lapisan horny endosperm disekeliling
granula. Jagung jenis flour merupakan salah satu jagung yang sangat tua dimana
hampir seluruh endospermanya berisi pati yang lunak dan mudah dibuat tepung
(Darrah et al., 2003). Jagung jenis sweet diyakini sebagai jenis jagung mutasi yang
mengandung sedikit pati dengan endosperma berwarna bening. Jagung sweet
memiliki kadar gula 4 – 8 kali lebih tinggi dibandingkan jagung normal. Sifat ini
ditentukan oleh gen sugary (su) yang resesif (Tracy 1994). Jagung ini biasanya
dikonsumsi sebagai campuran sayuran. Jagung jenis pop memiliki kernel kecil dan
keras seperti jenis flint dengan kandungan pati yang lebih sedikit. Sedangkan
jagung jenis pod merupakan jagung hias dengan kernel tertutup dan pada
umumnya jagung jenis ini tidak ditanam secara komersial (Johnson, 1991).
Menurut Suprapto dan Marzuki (2005), jagung yang banyak ditanam di
Indonesia adalah tipe mutiara (flint) dan setengah mutiara (semiflint), seperti
jagung Arjuna (mutiara), jagung Harapan (setengah mutiara), Pioneer-2 (setengah
mutiara), Hibrida C-1 (setengah mutiara), dan lain-lain. Selain jagung tipe mutiara
dan setengah mutiara, di Indonesia juga terdapat jagung tipe berondong (pop
corn), jagung gigi kuda (dent corn), dan jagung manis (sweet corn).
Menurut (Subekti dkk, 2007) Berdasarkan bentuk dan strukturnya, biji
jagung dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Jagung Mutiara ( Flint Corn), Zea mays indurate


Biji jagung tipe mutiara berbentuk bulat licin, mengkilap, dan keras.
Bagian pati yang keras terdapat di bagian atas biji. Pada saat masak, bagian atas
biji mengkerut bersama-sama, sehingga permukaan biji bagian atas licin dan bulat.
Varietas lokal jagung di Indonesia umumnya tergolong ke dalam tipe biji mutiara.
Tipe ini disukai petani karena tahan hama gudang.

2. Jagung Gigi Kuda ( Dent Corn), Zea mays indentata


Bagian pati yang keras pada tipe biji dent berada di bagian sisi biji,
sedangkan bagian pati yang lunak di bagian tengah sampai ujung biji. Pada waktu
biji mengering, pati lunak kehilangan air lebih cepat dan lebih mengkerut daripada
pati keras, sehingga terjadi lekukan ( dent ) pada bagian atas biji. Biji tipe dent ini
bentuknya besar, pipih, dan berlekuk.

3. Jagung Manis ( Sweet Corn), Zea mays saccharata


Biji jagung manis pada saat masak keriput dan transparan. Biji yang belum
masak mengandung kadar gula (water-soluble polysccharride, WSP) lebih tinggi
daripada pati. Kandungan gula jagung manis 4-8 kali lebih tinggi disbanding
jagung normal pada umur 18-22 hari setelah penyerbukan.

4. Jagung Pod, Z. tunicataSturt


Jagung pod adalah jagung yang paling primitif. Jagung ini terbungkus oleh
glume atau kelobot yang berukuran kecil. Jagung pod tidak dibudidayakan secara
komersial sehingga tidak banyak dikenal.

5. Jagung Berondong (Pop Corn ), Zea mays everta


Tipe jagung ini memiliki biji berukuran kecil. Endosperm biji mengandung
pati keras dengan proporsi lebih banyak dan pati lunak dalam jumlah sedikit
terletak di tengah endosperm. Apabila dipanaskan, uap akan masuk ke dalam biji
yang kemudian membesar dan pecah (pop ).

6. Jagung Pulut (Waxy Corn ), Z. ceritinaKulesh


Jagung pulut memiliki kandungan pati hampir 100% amilopektin. Adanya
gen tunggal waxy (wx) bersifat resesif epistasis yang terletak pada kromosom
sembilan mempengaruhi komposisi kimiawi pati, sehingga akumulasi amilosa
sangat sedikit.

7. Jagung QPM ( Quality Protein Maize)


Jagung QPM memiliki kandungan protein lisin dan triptofan yang tinggi
dalam endospermnya. Jagung QPM mengandung gen opaque -2 (o2) bersifat
resesif yang mengendalikan produksi lisin dan triptofan. Prolamin menyusun
sebagian besar protein endosperm dengan kandungan lisin dan triptofan yang jauh
lebih rendah dibanding fraksi protein lain.
DAFTAR PUSTAKA

Belfield dan Brown. 2008. Field Crop Manual: Maize (A Guide to Upland
Production in Cambodia). Canberra.
McWilliams,et.al. 1999. Corn Growth and Management Quick Quide.
Rochani, Siti. 2007. Bercocok Tanam Jagung. Bogor: Azka Press
Rukmana,Rahmat.1997. Usaha Tani Jagung. Yogyakarta : Kanisius
PAPER
TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PANGAN UTAMA

TANAMAN JAGUNG

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Matakuliah Teknologi Produksi tanaman Perkebunan Utama Kelas D
Dosen Pembimbing: Dr. Ir., Nalwida Rozen, MP

Disusun Oleh:

KELOMPOK 9

PRANA DIPA TIARANI (1610212032)


KHAIRUN NISAK (1610212045)
YOSE RICHARDO (1610212079)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2018

Anda mungkin juga menyukai