Anda di halaman 1dari 14

KEANEKARAGAMAN HAYATI TANAMAN BUAH-BUAHAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Keanekaragaman Hayati dan


Plasmanutfah

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 8

FEVI NOFRITA (1610212038)


AULIA RIZALDY (1610212042)
UBPA APRILIA FAHLEFI (1610212043)
KHAIRUN NISAK (1610212045)
AYU JULIANDANI (1610212047)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2017
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang memilki keanekaragaman
plasmanutfah yang banyak, sehingga disebut megabiodiversiti. Tetapi hal tersebut
tidak dikelola dengan baik oleh pemerintah dan masyarakat, sehingga vatietas-
varietas unggul tidak di ketahui dan dimanfaatkan dengan baik. Contohnya pada
tanaman buah-buahan yang masih banyak terdapat varietas-varietas lain yang
memilki nilai ekonomi yang tinggi, seperti buah markisah yang memiliki varietas
yang beranekaragam.
Oleh karena itu kita harus mempelajari keanekaragaman hayati dan
mengeksplorasi dan mengkarakterisasi tanaman-tanaman terkhususnya pada
tanaman buah-buhan.

B. Rumusan Masalah
1. Berapa banyak varietas tanaman markisah dan durian.
2. Apa saja ciri-ciri dari setiap varietas tanaman markisah dan durian.
3. Dimana saja di temukan tanaman markisah dan durian.

C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan agar masyarakat atau pembaca
mengetahui berbagai varietas tanaman markisah dan durian serta cirri-ciri setiap
varietasnya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Indonesia menjadi salah satu pusat keanekaragaman hayati dunia dan


dikenal sebagai Negara megabiodiversity. Keanekaragaman hayati yang tinggi
tersebut merupakan kekayaan alam yang dapat memberikan manfaat serbaguna
dan mempunyai manfaat yang vital dan strategis, sebagai modal dasar
pembangunan nasional serta merupakan paru-paru dunia yang mutlak dibutuhkan
baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang. Selain itu Indonesia
sebagai negara kepulauan yang memiliki cakupan luas yang bervariasi, dari yang
sempit hingga yang luas, dari yang datar , berbukit serta bergunung, dimana
didalamnya hidup flora, fauna dan mikrobia yang sangat beranekaragam.
Berdasarkan gambaran kawasan biogeografi, Indonesia memiliki posisi sangat
penting dan strategis dari sisi kekayaan dan kenekaragaman jenis tumbuhan
beserta ekosistemnya (Kharis Triyono, 2013).

Tidak kurang dari 329 jenis buah-buahan (terdiri dari 61 suku dan 148
marga) baik yang merupakan jenis asli Indonesia maupun pendatang (introduksi)
dapat ditemukan di Indonesia. Di kawasan Asia Tenggara dilaporkan terdapat
sekitar 400 jenis buah-buahan yang dapat dimakan. Dengan demikian lebih dari
tiga perempatnya jenis-jenis buah-buahan yang dilaporkan terdapat di kawasan
Asia Tenggara tersebut telah ditemukan di Indonesia. Berdasarkan hasil
pengumpulan data yang dilakukan tercatat 266 jenis (termasuk 4 anak jenis dan 2
varietas) buah-buahan asli Indonesia telah ditemukan yang sebagian besar masih
tumbuh liar di hutan-hutan dan hanya sebagian kecil yang telah dibudidayakan.
Dari 226 jenis buah-buahan tersebut sebagian besar berupa pohon (203 jenis),
liana (26 jenis), perdu (17 jenis), herba (14 jenis) dan semak (4 jenis). Dengan
adanya persentase jumlah jenis pohon yang paling besar (76%) hal ini
menunjukkan bahwa untuk usaha pemuliaan tanaman buah-buahan diperlukan
waktu yang cukup lama karena jenis pohon daur hidupnya panjang. Disamping itu
juga tercatat 62 jenis telah dibudidayakan, 18 jenis merupakan jenis endemik dan
4 jenis termasuk tumbuhan langka. Keempat jenis tumbuhan langka adalah
kerantungan (Durio oxleyanus), lahong (Durio dulcis), lai (Durio kutejensis) dan
burahol (Stelechocarpus burahol) (Mogea, dkk., 2001).
Indonesia merupakan suatu negara yang beruntung karena terletak di
daerah katulistiwa yang mempunyai tipe hutan hujan tropik cukup unik dengan
keanekaragaman jenis tertinggi di dunia . Kekayaan jenis tumbuhan di hutan
Indonesia sampai sekarang belum didapat angka yang pasti. Sampai sekarang
paling tidak terdapat 30.000 jenis tumbuhan berbunga yang sebagian besar masih
tumbuh liar di hutan-hutan di berbagai kawasan di Indonesia. Saat ini baru sekitar
4.000 jenis saja yang diketahui telah dimanfaatkan langsung oleh penduduk dan
hanya sekitar seperempatnya yang telah dibudidayakan bahkan mungkin kurang
dari 10 persennya . Dengan demikian masih banyak jenis-jenis tumbuhan yang
belum diketahui pemanfaatannya dan jenis-jenis tersebut masih tumbuh liar
diberbagai kawasan hutan di Indonesia. Kekayaan keanekaragaman jenis buah-
buahan asli Indonesia juga cukup tinggi dan masih banyak yang belum
dimanfaatkan secara baik. Hal ini terlihat antara lain dengan masih banyaknya
buah-buahan import yang dijual di pasar-pasar ataupun di toko-toko swalayan
di berbagai kota di seluruh Indonesia. Sebagai contoh misalnya buah durian Mon
Thong yang didatangkan dari Thailand dan telah banyak dijual diberbagai daerah
di Indonesia. Pada hal Indonesia merupakan pusat keanekaragaman jenis dan
plasma nutfah durian (Uji, 2007).

Geografi Indonesia yang berada dijalur khatulistiwa memberikan


keunggulan komparatif karena lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan
keanekaragaman hortikultura. Komoditas hortikultura yang potensial
dikembangkan sebanyak 323 komoditas, terdiri atas buah-buahan sebanyak 60
jenis, sayuran sebanyak 80 jenis, biofarmaka sebanyak 66 jenis dan tanaman hias
sebanyak 117 jenis. Dari jumlah komoditas tersebut, sampai akhir tahun 2007
hanya 70 jenis yang tercatat dalam data statistik Badan Pusat Statistik (BPS),
kemudian meningkat menjadi 91 jenis pada tahun 2008.

Dalam rangka mewujudkan pembangunan pertanian, khususnya di bidang


pengembangan hortikultura, maka kekayaan plasma nutfah buah-buahan yang
beraneka ragam dan tersebar di wilayah Indonesia merupakan potensi sumber
daya yang menguntungkan, karena memiliki nilai jual dan digemari oleh
masyarakat.
Ketersediaan varietas unggul, baik mutu, produktivitas, maupun
ketahanannya terhadap hama-penyakit dan cekaman lingkungan, serta yang sesuai
dengan kebutuhan konsumen, menjadi syarat yang harus dipenuhi pada era
industrialisasi pertanian dan liberalisasi perdagangan. Mengingat tanaman buah
diharapkan menjadi pertumbuhan baru di sektor pertanian, maka upaya
menghasilkan komoditas buah-buahan unggul bermutu tinggi dengan keunggulan
kompetitif yang tinggi dan potensi hasil yang tinggi harus menjadi landasan kerja
yang utama saat ini. Varietas unggul dapat dirakit jika tersedia plasma nutfah atau
sumberdaya genetik yang mempunyai karakter sesuai dengan yang dikehendaki.
Koleksi plasma nutfah dapat dilakukan secara in-situ (habitat aslinya) maupun ex-
situ (di luar habitat aslinya, biasanya berbentuk kebun koleksi kerja). Pemulia
tanaman dalam upaya memperbaiki varietas menggunakan material genetik
sebagai tetua bersumber dari kebun koleksi kerja, karena material genetik dari
koleksi kerja mempunyai harapan kemajuan genetik relatif tinggi
(Karsinah,2007).

Kondisi agroklimat dan agroekosistem Indonesia sangat mendukung untuk


pengembangan produksi hortikultura di Indonesia. Ketersediaan sinar matahari
(panjang dan intensitas) sepanjang tahun yang memadai, elevasi ketinggian dari
permukaan laut yang beragam serta suhu dan kelembaban yang bervariasi sangat
mendukung untuk pertumbuhan dan produksi aneka ragam jenis tanaman
hortikultura di Indonesia.
Faktor-faktor agroklimat tersebut menyebabkan wilayah Indonesia
memiliki zona iklim yang bervariasi. Sebaran dan keberagaman zona iklim
tersebut mulai dari iklim tropis yang cenderung panas dan lembap hingga zona
iklim sub tropis yang sedikit lebih sejuk hingga dingin yang meningkat seiring
dengan ketinggian atau elevasi tempat di dataran tinggi. Keadaan ini yang
menyebabkan keanekaragaman tumbuhan dan plasma nutfah di Indonesia sangat
besar.
Selain tanaman hortikultura asli Indonesia, di beberapa sentra produksi
juga ditemukan jenis-jenis tanaman hortikultura yang merupakan kelompok
tanaman introduksi seperti lengkeng, buah naga, melon, strawberry, lili, dan lain
sebagainya.
BAB III ISI
A. Keanekaragaman Hayati Tanaman Markisah (Passifloraspp.)

Dari hasil eksplorasi atau pengumpulan sumberdaya genetik tanaman


markisa telah diperoleh 7 aksesi markisa yang meliputi 4 aksesi markisa asam (P.
edulisSims) yang berasal dari Kabupaten Karo dan Simalungun, Sumatera Utara
dan 3 aksesi markisa manis (P. ligularisJuss) yang berasal dari Alahan Panjang,
Kabupaten Solok, Sumatera Barat ( Karsinah dkk, 2007).

Empat aksesi markisa asam yang berasal dari Sumatera Utara tersebut
adalah MA-01 yaitu markisa asam merah dengan bentuk buah bulat agak lonjong,
MA-02 yaitu markisa asam merah dengan bentuk buah bulat, MA-03 yaitu
markisa asam kuning dengan bentuk buah bulat agak lonjong. Ketiga aksesi
markisa asam tersebut berasal dari Pematang Siantar, Kabupaten Simalungun
dengan ketinggian tempat 450 m dpl. Ketiga aksesi markisa asam tersebut
berpotensi untuk dikembangkan di dataran rendah. Sedangkan MA-04 adalah
markisa asam ungu dengan bentuk buah bulat yang berasal dari seleksi populasi
markisa asam ungu di Kebun Percobaan Tanaman Buah, Berastagi dengan
ketinggian tempat 1.340 m dpl. Markisa asam ungu lebih sesuai dibudidayakan di
dataran tinggi. Hasil inventarisasi terhadap tanaman markisa yang dibudidayakan
oleh petani di dataran tinggi Kabupaten Karo, Dairi, dan Simalungun
menunjukkan bahwa tanaman markisa yang dibudidayakan oleh petani adalah
jenis markisa asam ungu yang pada umumnya ditanam di pekarangan atau di
ladang dengan sistem lanjaran pucuk bambu, oleh karena itu pada penelitian ini
contoh tanaman markisa asam ungu diambil dari seleksi populasi markisa di
Kebun Percobaan Tanaman Buah, Berastagi yang mempunyai rerata bobot buah
>50 g/buah. Sedangkan markisa asam merah, sampai saat ini telah mulai
dibudidayakan oleh masyarakat di daerah Pematang Siantar (Kabupaten
Simalungun) dan di daerah Mandailing Natal (Madina) sebagai tanaman
pekarangan (Karsinah dkk, 2007).
Tabel 1. Karakter tanaman, daun, bunga, buah, dan biji dari 4 aksesi markisa asam (Plant,
leaf, flower, fruit, and seed characters of 4 accesions of P. edulis Sims)
Sumber: J. Hort. 17(4):297-306, 2007; (Karsinah dkk, 2007)

Hasil pengumpulan sumberdaya genetik tanaman markisa yang berasal dari


Alahan Panjang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat pada ketinggian tempat 1.450
m dpl diperoleh 3 aksesi markisa manis. Tiga aksesi markisa manis tersebut
adalah MK-01, yaitu markisa manis varietas Super Solinda, bentuk buah bulat
dengan ukuran besar, MK-02 yaitu markisa manis varietas Gumanti, bentuk buah
bulat agak lonjong dengan ukuran buah sedang warna kulit buah kuning bersih,
dan MK-03 yaitu markisa manis lokal dengan bentuk buah bulat dengan ukuran
lebih kecil daripada Super Solinda dan Gumanti. Alahan Panjang merupakan
sentra tanaman markisa manis, di mana markisa manis lokal merupakan jenis
markisa yang telah lama dan banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Alahan
Panjang, sedangkan markisa manis varietas Super Solinda dan Gumanti
merupakan varietas unggul yang dilepas pada tahun 2001 oleh BPTP Sumbar
yang sekarang sudah mulai dikembangkan di daerah Alahan Panjang untuk
mengganti jenis markisa manis lokal. Jenis markisa manis tersebut lebih sesuai
sebagai buah segar karena rasanya manis segar. Markisa manis juga dapat
digunakan sebagai bahan baku sari buah atau jus, namun warna sari buahnya
kurang menarik karena berwarna putih kekuningan dengan aroma kurang kuat
(Karsinah dkk, 2007).
Tabel 2. Karakter tanaman, daun, bunga, buah, dan biji dari 3 aksesi markisa manis (Plant,
leaf, flower, fruit, and seed characters of 3 accesions of P. ligularis Juss)
Sumber: J. Hort. 17(4):297-306, 2007; (Karsinah dkk, 2007)

Hasil pengumpulan plasma nufah sebanyak 7 aksesi markisa yang meliputi


4 aksesi markisa asam dan 3 aksesi markisa manis tersebut telah ditanam di
lapang Kebun Percobaan Tanaman Buah, Berastagi pada bulan Pebruari 2006
sebagai tanaman koleksi, yang selanjutnya akan dilakukan praevalusi untuk
mengetahui karakter-karakter dasar dari masing-masing aksesi. Dengan
terbentuknya kebun koleksi plasma nutfah markisa ini, maka diharapkan dapat
digunakan untuk melestarikan plasma nutfah dan memudahkan pemulia untuk
melakukan perbaikan genetik guna menghasilkan varietas unggul baru (Karsinah
dkk, 2007).

B. Keanekaragaman Hayati Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr)


Durian (Durio zibethinus Murr) termasuk famili Bombaceae. Daerah
asalnya meliputi Malaysia, Sumatera, dan Kalimantan. Karena pola kehidupan
masyarakat yang nomaden kala itu budi daya durian menyebar ke seluruh
Indonesia, Myanmar, Thailand, Pakistan, dan India. Indonesia juga kaya dengan
keanekaragaman plasma nutfah. Sebagai contoh, cukup banyak ditemukan kultivar
durian yang berbeda dalam rasa, aroma, dan warna daging buahnya, bahkan terdapat
durian tanpa biji.
Jawa Timur memiliki keanekaragaman sumber daya genetik durian di
beberapa sentra produksi, yaitu Malang, Pasuruan, Kediri, Jombang, Ponorogo,
Madiun, Trenggalek, dan non sentra produksi, yaitu Jember, Lumajang,
Probolinggo, Bondowoso, Magetan, Blitar, Nganjuk, Ponorogo, dan Bangkalan.

Jenis Durio yang banyak dibudidayakan adalah D. dulcis, D. kutejensis, D.


oxeleyanus, dan D. zibethinus yang mempunyai buah dengan rasa manis dan lezat.
Sampai saat ini, jenis D. zibethinus paling banyak ditanam dan sudah menjadi
favorit di Indonesia, khususnya di Sumatera, Jawa, dan Bali.
Di Indonesia terdapat 20 jenis Durio dan Kalimantan merupakan pusat
persebaran jenis-jenis Durio (Durio spp.). Dari 27 jenis Durio yang ada di seluruh
dunia, 18 jenis diantaranya terdapat di Kalimantan dan 14 jenis merupakan jenis-
jenis yang endemik. Tercatat ada sembilan jenis Durio di Indonesia yang dapat
dimakan, masing-masing adalah Durio dulcis (lahong), D. excelsus (apun), D.
grandiflorus (sukang), D. graveolens (tuwala), D. kutejensis (lai), D. lowianus
(teruntung), D. oxleyanus (kerantungan), D. testudinarum (durian sekura) dan D.
zibethinus (durian). Lima jenis diantaranya telah dibudidayakan, yaitu D. dulcis,
D. grandiflorus, D. kutejensis, D. oxleyanus dan D. zibethinus. Di Indonesia juga
dapat ditemukan puluhan bahkan bisa mencapai ratusan kultivar (varietas) durian
(Durio zibethinus) lokal. Kultivar-kultivar durian lokal tersebut sangat beragam
baik dalam rasa, bau, tekstur dan warna daging buahnya, juga variasi dalam
bentuk dan ukuran buah, duri-duri pada kulit buah dan bijinya. Ditemukan juga
durian yang berbiji kempes atau tidak berbiji. Selain itu juga dapat ditemukan
berbagai jenis Durio mulai dari yang ukuran buahnya sebesar bola tennis sampai
sebesar buah kelapa ataupun yang arilusnya berwarna keputihan atau kekuningan
sampai merah tua, juga yang rasanya manis sampai sangat manis serta yang tidak
berbau sampai berbau tajam. Penulis juga mencatat bahwa selain durian (D.
zibethinus), lai (D. kutejensis) di Kalimantan juga mempunyai beberapa kultivar
lokal. Kultivar-kultivar lokal lai tersebut antara lain lai putih, lai kuning dan lai
merah atau lai leko. Besarnya keanekaragaman jenis dan plasma nutfah pada
durian dan kerabat dekatnya merupakan modal dasar untuk melakukan usaha
pemulian durian di Indonesia khususnya di Kalimantan. Harapannya dapat
diperoleh bibit-bibit durian yang unggul baik kualitas maupun produksi buahnya
(Uji, 2007).
Table 3. Beberapa jenis kultivar/varietas durian di Jawa Timur.

Sumber: Warta Plasma Nutfah 2 Indonesia Nomor 23 Tahun 2011


BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Indonesia kaya dengan keanekaragaman jenis
dan sumber plasma nutfah buah-buahannya. Oleh karena itu merupakan peluang
besar untuk dapat meningkatkan kualitas dan produksi buah-buahan asli Indonesia
melalui usaha pemuliaan tanaman buah-buahan. Usaha pemuliaan ini perlu waktu
yang cukup lama karena sekitar 76% buah-buahan asli Indonesia tergolong jenis
pepohonan yang mempunyai daur hidup panjang. Buah-bauh asli Indonesia
seperti buah durian dan markisan juga bernilai ekonomi dan berpotensi untuk
mendapatkan prioritas pengembangannya di Indonesia.

B. Saran
Dari berbagai varietas-varietas buah asli Indonesia, diaharapkan
pemerintah dan badan penelitian lebih mengeksplorasi tanaman yang memliki
potensi ekonomi yang tinggi dan untuk melestarikan plasmanutfah.
Daftar Pustaka

Karsinah, F.H. Silalahi, A. Manshur. 2007. Eksplorasi dan Karakterisasi Plasma


Nutfah Tanaman Markisah. J. Hort. Vol. 17 No.4
Mogea, J.P., D. Gandawidjaja, H. Wiriadinata, R.E. Nasution, dan Irawati. 2001.
Tumbuhan Langka Indonesia. Bogor: Puslitbang Biologi.
Triyono, Kharis. 2013. Keanekaragaman Hayati dalam Menunjang Ketahanan
Pangan. Jurnal Inovasi Pertanian Vol.11, No. 1
Uji, T. 2007. Keanekaragaman Jenis Buah-Buahan Asli Indonesia dan Potensinya.
BIODIVERSITAS Vol. 8, No. 2, hal. 157-165
Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 23 Tahun 2011

Anda mungkin juga menyukai