PANGAN FUNGSIONAL
BUAH GANDARIA
KELOMPOK 10
ARDHY ARISTA MANOPPO
G31113312
PRATIWI HAMSIOHAN
G31113304
G31113305
I. Pendahuluan
I.1
Latar belakang
Wilayah Indonesia memiliki potensi alam yang beragam dan sangat bermanfaat bagi
kehidupan masyarakat Indonesia. Akan tetapi, hingga saat ini banyak potensi alam di Indonesia
yang belum sepenuhnya digali dan dimanfaatkan secara maksimal. Menurut Herold (2007),
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya hayati terbesar ketiga setelah Brazil dan Zaire.
Meskipun demikian, menurut catatan WHO baru sekitar 20.000 spesies tanaman yang sudah
digunakan sebagai bahan obat (Zuhud dan Relawan. 1994).
Sekarang ini dunia kedokteran dan kesehatan telah banyak membahas tentang radikal
bebas. Hal ini karena sebagian besar penyakit diawali dan disebabkan oleh adanya reaksi radikal
bebas yang berlebihan di dalam tubuh. Oleh karena adanya pengaruh radikal bebas yang tidak
baik bagi kesehatan tubuh, maka tubuh memerlukan suatu komponen penting yang menangkal
serangan radikal bebas (Supari, 1996).
Tubuh tidak mempunyai sistem pertahanan antioksidatif yang berlebihan, sehingga jika
terjadi paparan radikal berlebih tubuh memerlukan suatu substansi penting yakni antioksidan.
Antioksidan adalah senyawa yang dapat mencegah terjadinya proses oksidasi, proses oksidasi
dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. antioksidan dapat membantu melindungi tubuh dari
serangan radikal bebas dengan meredam dampak negatif senyawa tersebut. Antioksidan
berfungsi mengatasi atau menetralisir radikal bebas sehingga diharapkan dengan pemberian
antioksidan tersebut dapat mencegah terjadinya kerusakan tubuh dari timbulnya penyakit
degeneratif (Hernani dan Rahardjo, 2005) Sejak dulu pemanfaatan tanaman sebagai bahan
antioksian alami telah banyak digunakan. Namun hingga sekarang belum semua tumbuhan telah
diketahui memiliki potensi sebagai antioksidan. Salah satu tanaman tersebut adalah tanaman
Gandaria Bouea macrophylla Griff
Gandaria Bouea macrophylla Griff merupakan salah satu tanaman buahan khas Maluku,
Penyebaran tanaman ini di maluku umumnya di pulau Ambon. Tumbuhan ini masih sangat
terbatas pemanfaatannya. Masyarakat kota Ambon memamfaatkan kayu dari tumbuhan ini untuk
membuat alat-alat pertanian, daunnya yang muda digunakan sebagai lalap, sedangkan buahnya
dapat langsung dimakan, dibuat rujak, asinan, dan sari buah-buahan, serta digunakan sebagai
pengganti jeruk nipis atau asam. Buah Gandaria berwarna hijau saat masih muda, berwarna
kuning bila matang dan memiliki rasa asam-manis, keping bijinya berukuran besar dan berwarna
ungu (Rehatta, 2005). Buah gandaria Bouea macrophylla Griff mengandung vitamin C yang
tinggi (Taihuttu, 2012). Penelitian sebelumnya oleh Landy dkk., (2013) menunjukkan pada jus
buah gandaria memiliki aktifitas antioksidan karena pada ekstrak tersebut terdapat komponen
fenol yang terdeteksi melalui uji fitokimia. Bedasarkan hal tersebut maka peneliti melakukan
pengujian untuk mengetahui apakah pada biji gandaria Bouea macrophylla Griff tersebut juga
memiliki aktifitas antioksidan.
Melihat kandungan bioaktif dari buah gandaria sebagai antioksidan maka penulis membuat
makalah ini sebagai prasayarat melulusi mata kuliah pangan fungsional.
II.
TAKSONOMI
Kerajaan:
Plantae
Divisi:
Magnoliophyta
Kelas:
Magnoliopsida
Ordo:
Sapindales
Famili:
Anacardiaceae
Genus:
Bouea
Spesies:
B. macrophylla
Gandaria (Bouea macrophylla Griffith) atau nama lokal lainnya jatake adalah tanaman
yang berasal dari kepulauan Indonesia danMalaysia. Tanaman ini tumbuh di daerah tropis, dan
banyak dibudidayakan di Sumatera dan Thailand.
Gandaria dimanfaatkan buah, daun, dan batangnya. Buah gandaria berwarna hijau saat
masih muda, dan sering dikonsumsi sebagairujak atau campuran sambal gandaria. Buah gandaria
yang matang berwarna kuning, memiliki rasa kecut-manis dan dapat dimakan langsung.
Daunnya digunakan sebagai lalap. Batang gandaria dapat digunakan sebagai papan. Gandaria
adalah flora identitas Jawa Barat.
Buah
gandaria
yang
namun
dengan ujung yang tumpul. Perbungaannya malai, bunganya menyerupai bunga mangga yang
berwarna
kuning,
dan
muncul
di
ketiak
daun. Berbunga
pada
bulan September-
Desember. Buahnya bulat seperti kelereng. Tipenya seperti buah batu, mengeluarkan cairan
kental dan bau khas seperti terpentin. Sewaktu masih muda, warnanya hijau, dan kalau sudah
matang, berwarna kuning oranye. Bijinya berwarna ungu Daunnya tunggal, berbentuk bundar
telur-lonjong sampai bentuk lanset atau jorong. Waktu muda berwarna putih, kemudian
berangsur ungu tua, lalu menjadi hijau tua. Buah ini berasal di daerah-daerah Asia Tenggara,
sekarang menyebar ke pulau-pulau di sebelah timurnya dan juga sampai ke India. Di Indonesia,
gandaria
memiliki
persebaran
yang
sempit.
Yakni
di Pulau
Sumatera,
sebagian Jawa, Maluku, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Papua. Ia tumbuh di hutanhutan, atau ditanam di desa-desa sebagai tanaman buah. Ia tumbuh dengan baik dari ketinggian
5-800 mdpl. Pembudidayaan tumbuhan ini sudah dilakukan di Sumatera.
Sementara
itu,
ia
tumbuh
baik
di Ambon dengan
pemukiman
baik dataran
rendah ataupun dataran tinggi. Di hutan dataran rendah, dapat hidup di bawah 300 mdpl, tetapi
dalam pembudidayaan telah berhasil ditanam pada ketinggian sekitar 850 m dpl.
Novalianti (2006) telah melakukan uji fitokimia pada kulit batang tumbuhan
gandaria dan hasilnya menunjukkan bahwa kulit batang tumbuhan gandaria mengandung
senyawa fenolat dan flavonoid, dimana senyawa fenolat memiliki kandungan tertinggi.
Berdasarkan uji fitokimia tersebut, Fitrya, dkk (2010) melakukan isolasi senyawa fenolat
dan diperoleh bahwa senyawa hasil isolasi ini merupakan senyawa golongan fenolat yang
tersubtitusi gugus alifatik dan gugus karbonil.
Selama ini belum ada informasi tentang kandungan senyawa metabolit sekunder
yang terdapat di dalam biji buah gandaria sehingga tidak dimanfaatkan oleh masyarakat.
Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian terkait isolasi dan identifikasi senyawa
metabolit sekunder khususnya senyawa alkaloid pada biji buah gandaria sehingga dapat
meningkatkan pemanfaatan dan nilai ekonimisnya.
Alkaloid adalah senyawa metabolit sekunder terbanyak yang memiliki atom
nitrogen, yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan dan hewan. Sebagian besar senyawa
alkaloid bersumber dari tumbuh-tumbuhan, terutama angiosperm. Lebih dari 20% spesies
angiosperm mengandung alkaloid (Wink, 2008). Alkaloid dapat ditemukan pada berbagai
bagian tanaman, seperti bunga, biji, daun, ranting, akar dan kulit batang (Hartati, 2010).
Pelawi (2009) telah mengisoalsi senyawa alkaloid pada biji buah pala (Myristica
fragrans Houtt) dengan teknik maserasi dengan pelarut etanol dan dimurnikan dengan
kromatografi kolom dengan eluen kloroform : etil asetat (70:30 v/v) mengandung kristal
berwarna kuning sebanyak 73mg, titik lebur 80-82 oC. Melinda, dkk, (2006) mengisolasi
senyawa alkaloid dari biji alpukat (Persea americana Mill.) dan diteliti sebelumnya bahwa
biji alpukat memiliki aktifitas antidiabetes.
Ekstrak alkaloid beberapa jenis tanaman maupun hewan juga dilaporkan memiliki
fungsi medis dalam bidang kesehatan. Taksol, alkaloid dari Taxus brevifolia merupakan
suatu bahan aktif yang mempunyai aktivitas antitumor (Zhou, dkk, 2005). Alkaloid dari
Hunteria umbellata dapat berfungsi sebagai zat antipiretik (mengurangi demam) dan
analgesik (penghilang rasa sakit) (Igbe, dkk, 2009). Sementara itu, campothechin, alkaloid
dari Nothapodytes foetida dan alkaloid dari Gelsemium sempervirens dapat berfungsi
sebagai zat anti kanker (Srivastava dkk., 2005; Bhattacharyya dan Mandal, 2008). Alkaloid
isoquinolin dari kulit Popowia perakensis dapat berfungsi sebagai zat anti malaria (Aziz
dkk, 2009).
dipilih buah gandaria yang masak optimal dan tidak luka atau busuk
- Buah gandaria yang sehat dan masak optimal dikupas kulitnya dan dihilangkan matanya sampai
bersih
- Buah gandaria kupasan kemudian dicuci dengan air hingga bersih
- Buah gandaria yang sudah bersih dihancurkan sampai bentuk bubur dengan menggunakan
blender atau alat pemarut kelapa 2
- Bubur buah gandaria dimasak sampai mendidih kemudian ditambah gula pasir sebanyak 55 %,
asam sitrat sebanyak 5 gram per satu liter bubur buah gandaria.
- Dalam keadaan masih panas selai dimasukkan ke dalam botol kemasan.
Buah gandaria yang digunakan untuk pembuatan dodol dipilih buah gandaria yang masak
sampai bersih.
Buah gandaria kupasan kemudian dicuci dengan air hingga bersih
Buah gandaria yang sudah bersih dihancurkan sampai berbenntuk bubur dengan
Dodol yang sudah masak dimasukkan ke dalam baki dan setelah dingin dipotong-potong
dengan ukuran menurut selera, kemudian dikemas dengan menggunakan plastik dan kertas
minyak.
kurang lebih 1 cm
Buah gandaria potong direndam dalam air kapur dengan konsentrasi 1,5 % selama tiga jam.
Setelah buah gandaria direndam air kapur kemudian dicuci dengan air sampai bersih
Buah gandaria dikupas kulitnya dan dihilangkan matanya kemudian dicuci dan dipotong
Kesimpulan
Buah gandaria merupakan buah yang serba guna, dari buah hingga daunnya dapat
dimanfaatkan. Buahnya dapat di konsumsi dalam bentuk segar, dapat dipakai sebagai
pengempuk daging, sebagai pembersih barang logam, sedangkan daunnya dapat dijadikan
benang, kain, jaring, dan tali, limbah buahnya dapat dijadikan makanan, seperti nata de pina,
juga dapat dijadikan pakan ternak dan kompos. Demikian pula buahnya dapat di olah menjadi
berbagai macam produk, antara lain: selai/jam, manisan buah, saos, keripik, dodol, sirup, jelly
dan buah dalam sirup. Dengan mengolahnya menjadi berbagai macam produk olahan maka akan
meningkatkan daya simpan menjadi lebih lama dan jangkauan pemasarannya lebih luas
DAFTAR PUSTAKA
Srivastava, S.K., Khan, M., Khanuja, S.P.S., 2005, Process for Isolation of
Anticancer Agent Camptothecin from Nothapodytes foetida, US Patent
No. 6893668, New Delhi.
Subhadrabandhu, S., 2001, Under-Utilized Tropical Fruits Of Thailand, Food
And Agriculture Organization of The United Nations Regional Office for Asia
and The Pacific, Bangkok, 6-8.
Wink, M., 2008, Ecological Roles of Alkaloids, dalam Wink, M., Modern Alkaloids,
Structure, Isolation Synthesis and Biology,Wiley, Jerman.
Zhou, D., Zhao, K., Ping, W., Jun, L., 2005, Study on Mutagensis of Protoplast
from Taxol-Producing Fungus Nodulisporium sylviforme, The Journal of
American Science, 1 (1), Heilongjiang, 55-62.