Oleh
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui:
.Dosen Pembimbing
.Ir. Sugiatno, M. S.
NIP 196002261986031004
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN……………………………………….. 1
I.1 Latar Belakang………………………………………… 1
I.2 Tujuan………………………………………………..... 3
V. PENUTUP………………………………………………… 15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………. 16
LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
kaya akan nilai gizi dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Pisang
perdagangan dunia, karena kontribusinya yang nyata terhadap kebutuhan gizi dan
7.162.680 ton pada tahun 2017. Daerah Jawa Timur menduduki peringkat
Diikuti Lampung sebesar 1.462.423 ton dan Jawa Barat sebesar 1.128.666 ton
Salah satu jenis tanaman pisang yang dibudidayakan adalah pisang Cavendish
(Musa paradisiaca L.). Menurut Satuhu & Supriadi (1990) dalam Mahfudza
(2018), pisang Cavendish banyak dikonsumsi secara langsung dan juga dijadikan
sebagai bahan tepung pisang dan sebagai bahan makanan bayi. Keunggulan lain
dari pisang Cavendish ini adalah ukuran buah yang lebih besar dan mempunyai
sisir/tandan sekitar 10 sisir. Nilai nutrisi yang terkandung dalam buah pisang
cukup tinggi. Kadungan gizi per 100 gram daging buah adalah energi (116-128
kcal), protein (1%), lemak (0.3%), karbohidrat (27%), mineral (Ca_15 mg, K_
380 mg, Fe_0.5 mg, Na_1.2 mg), dan vitamin (Vit. A_0.3 mg, Vit. B1_0.1 mg;
B2_0.1 mg, B6_0.7 mg, Vit. C_20 mg) (Suhartanto et al., 2012).
Menurut Suyanti dan Supriyadi (2008), tanaman pisang pada umumnya selalu
tumbuh dari bonggolnya. Cara pemisahan anakan dari satu induk pisang ini
bibit dalam jumlah banyak diperlukan waktu yang lama. Cara lain menurut
Cahyono (1995) dalam Mahfudza (2018), dapat juga dilakukan dengan cara
membelah-belah bonggol dari tanaman pisang sesuai dengan jumlah mata tunas
yang ada, tetapi jumlah anakan yang diperoleh juga tidak banyak produktif.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala dalam
penyediaan bibit pisang sehat, banyak, dan seragam dapat dilakukan dengan
teknik kultur jaringan (in vitro). Perbanyakan tanaman secara in vitro dapat
meningkatkan ketersedian bibit tanaman dalam jumlah besar dengan waktu relatif
singkat, tanaman yang dihasilkan memiliki sifat yang sama dengan induknya serta
Perbanyakan pisang melalui kultur in vitro tidak lepas dengan penggunaan zat
pengatur tumbuh (ZPT). Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik yang
eksplan tanaman. Dua golongan zat pengatur tumbuh yang sangat penting adalah
2
sitokinin yang banyak berpengaruh dalam perbanyakan tanaman pisang yaitu
acid (NAA) banyak digunakan, karena memberi pengaruh baik terhadap jumlah
akar. Keberhasilan dalam kultur jaringan bergantung pada media dan zat pengatur
beda, oleh karena itu perlu dipelajari penggunaan konsentrasi ZPT yang dapat
1.2 Tujuan
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Scitaminae
Famili : Musaceae
Subfamili : Muscoidae
Genus : Musa
Jenis pisang cavendish mempunyai genom A yang tergolong jenis pisang makan
atau edible banana. Jenis ini lazim digolongkan dalam Musa acuminata, yang di
termasuk dalam golongan M. acuminata dengan genom AAA (Stover, 1987 dalam
Artha 2016). Pisang yang memiliki genom AAB dan AAA bersifat triploid dan
tidak berbiji.
Pisang termasuk dalam golongan terna monokotil tahunan berbentuk pohon yang
tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan tumpukan pelepah daun
yang tersusun scara rapat dan teratur. Bagian bawah batang pisang menggembung
berupa umbi yang disebut bonggol. Pucuk lateral (sucker) muncul dari kuncup
pada bonggol yang selanjutnya tumbuh menjadi tanaman pisang (Budiman, 2009).
Daun penumpu bunga berjejal rapat dan tersusun secara spiral secara spiral. Daun
pelindung berwarna merah tua, berlilin, dan mudah rontok dengan panjang
10—25 cm. Bunga tersusun dalam dua baris melintang. Lima daun tenda bunga
melekat sampai tinggi dan panjangnya 6—7 cm. Setelah bunga keluar akan
terbentuk sisir pertama, kemudian memanjang lagi dan membentuk sisir (Satuhu
Sistem perakaran tanaman pisang berupa akar adventif yang lunak. Akar primer
muncul secara berkelompok tiga atau empat, dari permukaan silinder pusat
putih saat masih muda dan sehat. Rhizome yang sehat dapat menghasilkan 200
hingga 500 akar primer. Dari akar-akar primer berkembang sistem perakaran
sekunder dan tersier, yang lebih tebal dan pendek daripada akar primer.
Efektivitas dari daya serap tanaman ditentukan oleh jumlah akar primer dan daya
Pisang Cavendish memiliki tinggi pohon 1,6 – 2 m. waktu yang diperlukan dari
penanaman sampai munculnya buah yaitu 9-12 bulan. Pisang Cavendish memiliki
jumlah sisir 9 – 15 sisir pertandan. Pada waktu matang warna kulit buahnya
5
2.2 Perbanyakan Tanaman Pisang Secara Konvensional
Pisang memiliki ciri khas berbatang semu. Batang tanaman yang sesungguhnya
adalah bonggol yang berada di bawah tanah ini memiliki mata tunas sebagai titik
tumbuh. Mata tunas kemudian tumbuh menjadi tunas anakan yang dapat
Bibit tanaman pisang pada umumnya diperbanyak secara vegetatif, yaitu dengan
menggunakan anakan yang tumbuh dari bonggol induknya. Bibit tanaman pisang
juga dapat diperoleh dari bonggol tanaman pisang yang dibelah-belah yang
terdapat pada bonggol tersebut. Bibit yang diperoleh dari bonggol pisang yang
dibelah-belah itu dikenal dengan nama bibit bit, sedangkan bibit yang berupa
anakan disebut sucker (Cahyono, 2010 dalam Mahfudza). Jumlah bibit yang
dari belahan bonggol (bit) yang memiliki lima bonggol berdiameter 15 cm dalam
memenuhi kebutuhan bibit pisang pada skala perkebunan besar. Bibit yang
Kultur jaringan adalah suatu teknik yang digunakan dalam usaha menumbuh –
kembangkan bagian tanaman, baik berupa sel, jaringan, atau organ dalam kondisi
6
yang aseptik secara in vitro. Teknik kultur jaringan didasarkan atas pembuktian
sifat totipotensi sel yang dikemukakan oleh Schwann dan Schleiden yang
menyatakan bahwa setiap sel tanaman hidup mempunyai informasi genetik dan
perangkat fisiologis yang lengkap sehinga dapat tumbuh dan berkembang menjadi
tanaman utuh pada kondisi yang sesuai (Yusnita, 2003). Melalui teknik ini,
dimungkinkan dari satu mata tunas pisang dapat dihasilkan 500 – 800 atau lebih
bibit pisang yang memiliki sifat yang sama dengan induknya (true to type) dalam
waktu kurang lebih satu tahun. Selain itu bibit yang dihasilkan juga lebih sehat
(Yusnita, 2015).
Eksplan adalah bagian yang diambil dari tanaman induk yang digunakan sebagai
bahan tanam dan dipindahkan ke dalam medium buatan untuk pertumbuhan atau
pemeliharaan. Bahan tanam awal atau eksplan yang digunakan untuk memulai
jaringan muda yang sedang tumbuh aktif karena jaringan tanaman yang masih
muda mempunyai daya regenerasi yang tinggi, sel-selnya masih aktif membelah
diri, dan relatif bersih (mengandung lebih sedikit kontaminan) (Yusnita, 2003),.
7
Menurut Yusnita (2003), perbanyakan melalui kultur jaringan dilakukan dalam
1. Tahap 0, pemilihan dan penyiapan tanaman induk sebagai eksplan. Jenis dan
varietas tanaman harus jelas, bebas dari hama dan penyakit serta
untuk mendapatkan kultur yang aseptik dan aksenik dengan cara sterilisasi.
ini juga dilakukan subkultur atau pemindahan tanaman pada media baru
Pada tahapan ini pemanjangan tunas dan pengakaran tanaman didorong oleh
Prosedur pembiakan dengan kultur jaringan baru bisa dikatakan berhasil jika
8
Planlet atau tunas mikro lebih bersifat heterotrofik karena sudah terbiasa tumbuh
dalam kondisi berkelembaban sangat tinggi, aseptik, serta suplai hara mineral dan
9
III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIK UMUM
Kegiatan praktik umum akan dilaksanakan selama 30 hari kerja efektif dari
Lampung.
Metode yang digunakan pada Praktik Umum ini adalah sebagai berikut
1. Magang
Magang merupakan bagian dari pelatihan kerja yang dilakukan oleh mahasiswa
dan merupakan kegiatan utama dari Praktik Umum. Kegiatan ini dilakukan di
Praktik Umum.
3. Studi Pustaka
Pembuatan laporan sementara dan laporan akhir yang dilakukan di PT Great Giant
11
IV. RENCANA KEGIATAN PRAKTIK UMUM
NPM : 1614121013
Jurusan : Agroteknologi
Konsentrasi : Agronomi
Lampung Tengah
administrasi
pisang
pisang
11-12 Mempelajari teknik inisiasi eksplan Magang
tanaman pisang
tanaman pisang
13-14 Mempelajari teknik induksi pemanjangan Magang
tanaman pisang.
tanaman pisang.
15-16 Mempelajari teknik aklimatisasi tanaman Magang
kerja.
25 -26 Mengumpulkan data – data pelengkap. Magang dan
Konsultasi
Membantu kegiatan – kegiatan dilokasi
Pembimbing Lapang
kerja.
27-29 Pembuatan laporan sementara dan Konsultasi dengan
Pembimbing Lapang
konsultasi
30 Presentasi hasil praktik umum. Presentasi
14
V. PENUTUP
Demikian proposal ini saya buat sebagai acuan dalam pelaksanaan praktik umum
di PT. Great Giant Food, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung
Tengah sehingga harapan saya praktik umum ini dapat dilaksanakan sebagaimana
mestinya dan dapat menambah pengetahuan yang belum didapat selama
perkuliahan
DAFTAR PUSTAKA
Robinson, J. C. 1999. Bananas and Plantains. CABI Publishing. New York. 238 p.
Suhartanto, M., Sobir, dan H. Harti. 2012. Teknologi Sehat Budidaya Pisang dari
Benih Sampai Pasca Panen. Pusat kajian Hortikultura Tropika, LPPM-IPB.
Bogor.
Wattimena, 1992. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas (PAU)
Bioteknologi Insitut Pertanian Bogor.
Yusnita. 2015. Kultur Jaringan Tanaman Pisang. Anugrah Utama Raharja. Bandar
Lampung.
LAMPIRAN
DAFTAR PERTANYAAN
1. ZPT jenis apa yang digunakan untuk merangsang pembentukan tunas dan
pemanjang akar ?
2. Bagaimana cara aplikasi ZPT yang digunakan di laboratorium untuk
menginduksi tunas dan pemanjangan akar ?
3. Berapa konsentrasi ZPT yang digunakan dalam pembentukan tunas dan
pamanjangan akar ?
1. Apa saja teknik perbanyakan tanaman pisang yang diterapkan di PT. Great
Giant Food ?
2. Bagaimana kriteria pohon induk tanaman pisang yang digunakan sebagai
eksplan ?
3. Bagaimana teknik sterilisasi pohon induk tanaman pisang yang digunakan
sebagai eksplan ?
4. Media tanam apa yang digunakan untuk merangsang pembentukan tunas
eksplan tanaman pisang ?
5. Media tanam apa yang digunakan untuk merangsang pemanjangan akar
eksplan tanaman pisang ?
6. Bagaimana teknik inisiasi eksplan tanaman pisang ?
7. Bagaimana teknik subkultur eksplan tanaman pisang ?
8. Berapa lama munculnya tunas dari eksplan tanaman pisang ?
9. Berapa lama munculnya akar dari eksplan tanaman pisang ?
C. Aklimatisasi
1. Bagaimana teknik aklimatisasi tunas hasil kultur in vitro ke kondisi lapangan?
2. Media apa yang digunakan untuk aklimatisasi ?
3. Bagaimana cara membuatnya media aklimatisasi ?
4. Dimana tunas ditanam untuk pertama kali setelah dikeluarkan dari botol
kultur dalam proses aklimatisasi ?
5. Bagaimana teknik penanaman tunas ke media aklimatisasi yang tepat ?
6. Bagaimana teknik penyungkupan yang dilakukan untuk mempertahankan
kelembaban ?
7. Berapa lama penyungkupan dilakukan ?
8. Perlukah dilakukan repotting ?
9. Jika perlu, pada usia berapa tanaman harus direpotting ?