FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS LANCANG
KUNING
PEKANBARU
2022
LAPORAN PRAKTEK
PENGENALAN EKOSISTEM HUTAN (PEH)
DI HUTAN MANGROVE (BANDAR BAKAU DUMAI )
DAN TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) SULTAN SYARIF HASYIM
Sihabuddin 2054251014
FAKULTAS KEHUTANAN
PEKANBARU
2022
PRAKATA
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum ini dengan baik.
Adapun judul Laporan Praktikum ini adalah : “Pengenalan Ekosistem Hutan Di
Kawasan Hutan Bandar Bakau Dumai, dan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasim”
Laporan praktikum ini merupakan salah satu syarat untuk melengkapi kegiatan
praktek Pengenalan Ekosistem Hutan serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Universitas Lancang Kuning. Penulisan
Laporan praktikum ini bertujuan juga untuk memberikan informasi kepada pembaca
tentang Ekosistem Hutan yang terdapat dibandar bakau dumai dan taman huta raya sultan
syarif hasim.
Pada kesempatan ini, izinkanlah penulis untuk mengucapkan rasa terima kasih yang
tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan
laporan praktikum ini, terutama kepada:
i
Demikian Laporan Praktikum ini penulis buat untuk dapat sekiranya dipergunakan
sebagaimana mestinya dan penulis menyadari banyak kekurangan yang terdapat dalam
penulisan Laporan Praktikum ini dan untuk perbaikannya penulis mengharapkan kritik
serta saran pembaca agar Laporan Praktikum ini dapat menjadi sempurna.
Kelompok 2
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Diketahui
iii
DAFTAR ISI
PRAKATA............................................................................................................. i
DAFTARISI.......................................................................................................... iv
DAFTARTABEL............................................................................................... .. v
DAFTARGAMBAR............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1LatarBelakang.............................................................................. 1
1.2TujuanPraktikum......................................................................... 2
BAB II METODOLOGI
2.6Profilpohon................................................................................... 7
4.5 24.5Profilpohon.............................................................................. 24
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan.................................................................................. 26
5.2Saran............................................................................................. 26
DAFTARPUSTAKA........................................................................................ 27
iv
Tabel
DAFTAR TABEL
1.1 Hasil Anveg tingkat pohon pada Hutan mangrove Dumai..................... 11
1.2 Hasil Anveg tingkat pancang pada Hutan mangrove Dumai................ 11
1.3 Hasil Anveg tingkat semai pada Hutan mangrove Dumai................... 12
1.4 Hasil Anveg tingkat pohon pada Hutan Tahura SSH.......................... 13
1.5 Hasil Anveg tingkat Tiang pada Hutan Tahura SSH.......................... 14
1.6 Hasil Anveg tingkat Pancang pada Hutan Tahura SSH...................... 15
1.7 Hasil Anveg tingkat Semai pada Hutan Tahura SSH......................... 16
2.1 Hasil Indeks Keragaman pada Hutan Mangrove Dumai................... 16
2.2 Hasil Indeks Keragaman pada tamanTahura SSH............................ 17
3.1 Pengamatan Satwa Liar di Hutan Mangrovre Dumai........................ 18
3.2 Pengamatan Satwa Liar di TamanTahuraSSH................................. 19
4.1 pH tanah pada HutanMangroveDumai.......................................... 20.
4.2 pH tanah pada TamanTahuraSSH................................................... 20
4.3 Horizon Tanah pada hutan Mangrove Dumai................................. 22
4.4 Horizon Tanah pada Taman Tahuran SSH..................................... 22
5.1 Profil pohon pada HutanMangroveDumai.................................. 24
5.2 Profil pohon padaTahura SSH..................................................... 25
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam
hayati yang di dominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,yang satu
dengan yang lainnya tidak dapat di pisah. Ekologi sendiri adalah ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antar makhluk hidup denganlingkunganya.
Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim (TAHURA SSH) merupakan habitat
tumbuhan endemik hutan tropis daratan rendah. Berdasarkan hasil inventarisasi pada
kegiatan Anggaran Pendapatan Daerah APBD TA.2015 jenis tumbuhan yang tumbuh
1
diwilayah TAHURA Sultan Syarif Hasyim ± 90 jenis,31 marga dan 26 suku.(Profil
TAHURA SSH, 2015)
1.2 TujuanPraktikum
Praktek Pengenalan Hutan (PEH) bertujuan untuk:
1 Mengetahui teknik analisis vegetasi,cara pengolalahan data analisavegetasi,
dan menggambar profil pohon pada plot di kawasan Hutan Bandar Bakau
Dumai dan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim.
2 Mengenali berbagai jenis satwa yang ada di dua lokasi bandar
bakauDumai dan taman hutan raya sultan syarif hasyimSiak.
3 Mengetahui susunan profil atau horizon yang membentuk tanah di dua
kawasan lokasi bandar bakau Dumai dan taman hutan raya sultan syarif
hasyimSiak.
4 Mengetahui pH tanah di dua lokasi bandar bakau dumai dan taman hutan
raya sultan syarifhasyim.
2
BAB II
METODE PENELITIAN
Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PEH) ini dilaksanakan di 2 lokasi kawasan Hutan
Bndar Bakau Dumai, yang terletak di kecamatan Dumai Barat, kota Dumai,Provinsi Riau
dan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim, yang terletak di kecamatan Minas Jaya,
Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Dilaksanakan selama 2(dua) hari, yaitu pada tanggal 28
Mei 2022- 29 Mei2022.
3
2.3 Metode Praktikum AnalisisVegetasi
1. Tentukan lokasi yang akan dibuat petak ukur untuk diamativegetasinya.
2. Buat petak ukur dengan ukuran 100 x 20 yang akan dibagi kedalam 5 plot ukur
dengan ukuran 20 x 20m untuk Tahura dan untuk hutan Bandar Bakuu dengan
ukuran 20 x 20 m sebanyak 2 plot atau 1plot.
3. Pasangkan tali rafia pada tiap panjang dan lebar petak ukur berserta plot yang di
tancapkan kuat kedalam tanah dengan menggunakan patok-patok yang terbuat dari
kayu.
4. Mulailah pengamatan dari plotpertama
5. Pada plot pertama tentukan kembali plot yang akan kita amati vegetasi didalamnya
sesuai dengan tingkatan klasifikasinya yang dimulai dari sisi kanan bawah pada plot
pertama.
6. Tentukan plot dengan ukuran 2 m x 2m untuk mengamati vegatsi tingkat semai,
catat jenisnya danjumlahnya.
7. Tentukan plot dengan ukuran 5 m x 5 m untuk mengamatai vegetasi tingkat
pancang, catat jenis danjumlahnya
8. Tentukan plot dengan ukuran 10 x 10 m untuk mengamati vegetasi tingkat tiang,
catat jenis dan jumlahnya sedangkan pada hutan bakau tiang tidakdihitung
9. Dan plot ukuran 20 m x 20 m untuk mengamati vegetasi tingkat pohon catat
jenisnya danjumlahnya.
4
Adapun gambaran plot yang akan diamati dapat dilihat pada gambar 1
Gambar 3.1: Desain Analisis vegetasi dengan cara garis berpetsk ysng dilskukan
pada praktikumini
20 m
20
10 m
D Arah
2
m
10
5 mA
Keterangan:
Luas contoh
Jumlah SeluruhPlot
5
Frekuensi Relatif(FR) = Frekuensi suatu jenis
× 100 %
Frekuensi seluruhjenis
Dominansi = Jumlah luas bidang suatu jenis
Luas plotcontoh
jenis
Indeks Nilai Penting(INP)= kerapatan relatif + dominasnsi relatif+ frekuensirealatif
6
2.6 Metode Praktikum ProfilPohon
1. Tentukanlah plot yang akan dibuat profil pohon,ambilah salah satu plot analisa
vegetasi
2. Ambilah data tinggi pohon dengan menggunkan hagmeter, serta diametre
menggunakanphiband
3. Kemudian gunakan meteran untuk menggambil data x dan y serta data t1,t2,t3,t4
tajuk dengan langkah kaki untuk meproyeksi diagram profil pohon dari arah
horizontal.
4. Catatlah seluruh data pada tallysheet profilpohon
5. Gambarlah profil pohon menggunakan kertas milimeterblock.
7
BAB III
KONDISI UMUM KAWASAN HUTAN BANDAR BAKAU DUMAI DAN
TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM SIAK
3.1 Kondisi Umum Hutan Bandar Bakau
Dumai 3.1.1.DasarHukum
Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 15 Tahun 2019 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Dumai Tahun 2019-2039, yang merupakan bentuk turunan
implemetasi dari Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 10 Tahun 2018 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau Tahun 2018-2038,dan Surat Keputusan
Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 903 Tahun 2016 tentang Tata
Ruang Riau.
3.1.2.Keadaan Umum
Kawasan ekowisata mangrove Bandar Bakau Dumai memiliki luas 31 Ha
dan yang baru dikelola 13Ha, berada di kuala Sungai Dumai letak geografis berada
di LU 1o 41’ 12,72”-LT 101o 26’ 13,33”. Kawasan Bandar Bakau Dumai, awalnya
merupakan kawasan pengembangan Pelindo. Kawasan Bandar Bakau Dumai ini
lokasinya sangat strategis, dekat dengan pusat kota, jalan menuju lokasi sudah bagus
sehingga aksesnya mudah dan lancar, dekat dengan pelabuhan Pelindo, pelabuhan
Perikanan, dan berseberangan dengan Pulau Rupat.
3.1.3 Potensi Keragaman Mangruve
Potensi objek dan daya tarik wisata di Bandar Bakau Dumai terutama
bersumber dari kekayaan vegetasi mangrove. Dijumpai sebanyak 17 jenis mangrove
sejati, yaitu: Avicennia marina (api-api jambu), Avicennia alba (api-api putih),
Bruguiera gymnorriza (tumu), Bruguiera parviflora (lenggadai), Ceriops tagal
(tengar), Heritiera littoralis (dungun), Lumnitzera littorea (teruntum, sesop merah),
Lumnitzera racemora (susup, teruntum bunga putih), Nypa frutican (nipah),
Rhizophora apiculata (bakau, bakau kecil, bakau putih), Rhizophora mucronata
(bakau, belukap, bakau kurap), Rhizophora stylosa (bakau, bakau merah),
Scyphiphora hydrophyllacea (cingam), Sonneratia alba (prepat), Sonneratia ovata
(kedabu), Xylocarpus granatum (nyirih) dan Acrostrichum sp (piai). Penelitian
Asbullah (2020) juga menemukan sebanyak 22 jenis mangrove asosisasi di Bandar
Bakau Dumai meliputi Akasia mangium (akasia), Calophylum inophylum (gurah),
Cerbera manghas (bintan, buta-buta), Clerodendrum inerme (kayu tulang, keranji),
Derris trifolia (tuba laut), Ficus microcarpa (beringin, kayu ara), Flacourtia rukam
(rukam), Flagellaria indica (rotan dini, rotan tikus), Gymnanthera paludosa (kacang-
8
kacang, kacang laut) Hibiscus tiliaceus (waru), Ipomea pes-caprae (katangkatang,
daun barah), Melastoma cadidum (senduduk), Morinda citrifolia (mengkudu),
Pandanus tectorius (pandan laut), Pandanus odoratissima (pandan tikar), Sesuvium
portulacastrum (rumput gelang), Spinefex littoreus (gulung-gulung), Stachytarpheta
jamaicensis (ekor kuda), Terminalia cattapa (ketapang), Thespesia populne (waru
laut), Vitex pubescens (leban kampung), dan Wedelia biflora (serunai laut).
3.2.3.Ekosistem
Ekosistem dalam Tahura SSH berupa hutan hujan tropika dataran rendah (lowland tropical rain forest)
Menurut hasil interpretasi Citra Landsat TM hasil liputan 5 Juli 2002 dan pengamatan di lapangan, pen
9
Imperata cylindrica (alang-alang), perdu (Melastoma malabaricum, Solanum sp), dan jenis pionir sep
Meskipun kondisi hutan Tahura SSH secara umum sudah rusak, namun
masih ditemukan beberapa jenis pohon khas tropis, terutama suku
Dipterocarpaceae, seperti Shorea spp. (meranti), Dryobalanops oblongifolia (kapur),
Dipterocarpus spp. (keruing), Hopea mengarawan (merawan), dll. Kerapatan tingkat
pohon sangat jarang, namun tingkat permudaan masih dapat dipelihara hingga hutan
bisa kembali pada kondisi klimaks. Satu hal terpenting yang harus diperhatikan jika
mengandalkan suksesi alami adalah jangan sampai terjadi lagi gangguan pada areal
tersebut, misal penebangan dan kebakaran. Persediaan anakan alam untuk suksesi
alami dapat disumbangkan oleh beberapa pohon induk yang masih ada. Untuk
mengetahui kondisi satwa di Tahura SSH telah dilakukan penjelajahan (renaissance
survey) dengan menggunakan metode perjumpaan langsung dan metode point count
(pencatatan pada titik tertentu), dimana penempatan jalur pengamatan dilakukan
secara puposive sampling. Pencatatan dilakukan terhadap mamalia, reptilia, dan
aves (burung) pada waktu pagi dan sore hari ketika sebagian besar satwa tersebut
aktif. Pengamatan terhadap jenis satwa dilakukan dengan melihat individu, jejak
kaki, kotoran, sarang, suara satwasekitar.
1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1 Berikut ini adalah hasil dari analisis Vegetasi pada tingkat Pohon
1
4.1.3 Hasil Analisis Vegetasi tingkatpancang
1
4.2 Hasil Analisis Vegetasi pada Taman hutan raya sultan syarif hasyim
4.2.1 Hasil Anveg TingkatPohon
1
Pada tingkat pohon ditaman hutan raya sultan syarif hasyim banyak ditemukan
jumlah jenis diantaranya ada gaharu,kendondong,bangkirai,pagar-pagar,randa, ringgit,
pasak, parak-parak ,simpur,petatal, rambutan,dalok,marpoyan,tempunik,mahang daun kecil,
jelutung pipit, tenggek burung,luday,mendarahan,medang,karanji,pasang,kelat dan lainnya.
Adapun total kerapatan dari seluruh jenis yang ditemukan berjumlah 220 pohon.
Dengan total kerapatan relatif sebesar 100%. Frekuensi jumlah plot yang ditemukan
diseluruh polot sebanyak 7,2 dengan frekuensi relatif sebesar 100%. Dominansi jumlah
luas bidang dasar dari seluruh plot berjumlah 12,059 m²/ha. Dengan dominansi relatiif
sbesar 100%. Indeks nilai penting pada tingkat ini adalah 100% + 100% + 100 % total inp
ada300%.
Aquilaria
1 malaccensis 20 3% 0,2 4% 0,27797 2% 9%
Artocarpus
2 triandus 20 3% 0,2 4% 0,402286 3% 10%
1
Spondias
14 pinnata 40 6% 0,4 8% 1,131444 8% 22%
Xylopia
15 malayana 120 17% 0,8 17% 2,513531 18% 52%
Adapun jenis yang ditemukan pada tingkat tiang ada 15 jenis diantaranya, pisang-
pisang, pagar-pagar, marpoyan,pasang,kedondong,gaharu,mahang daun kecil,parak-
parak,dalok, tenggerek burung,, tempunik,,medang,jelutung pipit,dan ludai. Total kerapatan
pada ke 15 jenis pohon ini sebesar 700 pohon. Dengan kerapatan relatif sebesar 100%
dengan frekuensi yang di temukan berjumlah 4,8 dengan frekuensi relatif sebesar 100%.
Dominansi yang ada diseluruh plot sebesar 14,048 m²/ha. Dengan total INP pada tingkat
tiang sebesar 300%
Adapun total jenis pada tingkat pancang pada taman hutan raya sultan sayrif hasyim
sebeanyak 11 jenis dianatranya :kelat,bintangur,lukam,tempunik,pagar-pagar,balam,pisang-
pisangh, tenggek burung, dan lainnya. Dengan kerapatan dari 11 jenis tersebut sebesar
1200 pohon dengan kerapatan relatif sebesar 100% dengan frekuensi relatif sebesar 2,4
dengan frekuensi relatif sebsesar 100% dengan total indeks nilai penting200%.
1
4.2.4 Hasil Anveg tingkatsemai
Adapun jenis yang ditemukan pada tingkat semai ada sebanyak 9 jenis terdiri dari
lukam,balm,pulat,jelutung pipit ,nangka dan lainnya. Dengan kerapatan di dapat 18500,
dengan kerapatan relatif sebesar 100%, dengan frekuensi sebanyak 2,4 dengan frekunsi
relatif sebesar 100% . total indeks nilai penting sebesar 200%.
Jml -((ni/N) ln
No. Nama Jenis (ni/N) ln (ni/N) (ni/N))
Individu
1 Rhizopora 42 0,6269 -0,4670 0,2928
2 xylocarpus 25 0,3731 -0,9858 0,3678
Jumlah 67 0,6606
Tabel 2.1 Indeks keragaman Hutan mangrove Dumai
1
Jml -((ni/N) ln
No. Nama Jenis (ni/N) ln (ni/N) (ni/N))
Individu
1 Artocarpus triandus 1 0,0227 -3,7842 0,0860
2 Dialium indum 1 0,0227 -3,7842 0,0860
3 Dillenia reticulata 2 0,0455 -3,0910 0,1405
4 dillenia sp 1 0,0227 -3,7842 0,0860
5 Dyera costulata 2 0,0455 -3,0910 0,1405
6 Dyera sp. 2 0,0455 -3,0910 0,1405
7 Elaeocarpus glaber 3 0,0682 -2,6856 0,1831
8 Ixonathes icosandra 4 0,0909 -2,3979 0,2180
9 litsea sp 1 0,0227 -3,7842 0,0860
10 mendarahan 1 0,0227 -3,7842 0,0860
11 Nephelium sp 3 0,0682 -2,6856 0,1831
Ochanostachys amentacea
12 3 0,0682 -2,6856 0,1831
13 parak-parak 1 0,0227 -3,7842 0,0860
14 pasang 4 0,0909 -2,3979 0,2180
15 phoebe 2 0,0455 -3,0910 0,1405
16 Randa 1 0,0227 -3,7842 0,0860
17 ringgit-ringgit 2 0,0455 -3,0910 0,1405
18 Sapiumbaccatum 3 0,0682 -2,6856 0,1831
19 spondias dulcis 1 0,0227 -3,7842 0,0860
20 Syzigium sp 1 0,0227 -3,7842 0,0860
21 Xylopila malayana 5 0,1136 -2,1748 0,2471
Jumlah 44 2,8921
Dalam indeks keragaman jenis, suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh banyak
jenis, tetapi juga oleh banyak individu dari setiap jenisnya. Walaupun sering dinyatakan
tentang adanya penurunan keanekaragaman jenis dan perlunya melestraikan
kenanekargaamn jenis, namun sampai kini belum ada ukuran tinggi rendahnya indeks
kenanekargaamn jenis di suatu daerah. Dapat dilihat dari tabel 2.2 kenaekaragamn jenis
pada hutan mangrove sendri memiliki jumlah sebesar 0,606 dengan jumlah jenis 2dan
indeks pada taman hutan raya sultan syarif hasyim dengan total keanekaragaman jenis
2,8921 . Dengan jumlah jenis 44.
1
4.3 Pengamatan satwaliar
1
Pengamatan satwa ini juga kami lakukan pada saat kegiatan analisis vegetasi, yaitu
pada jalur pengamatan analisis vegetasi. Pengamatan ini kami lakukan menggunakan
Visual/mata dan juga menggunakan alat bantu Teropong.
1
Satwa liar yang berhasil diamati pada kegiatan ini berjumlah 16 ekor. Satwa yang
paling banyak ditemukan adalah dari jenis burung sebanyak 5 ekor yaitu Burung Murai
Daun, Burung Sri Gunung, Burung Murai Ranting, Burung Perenjak dan Burung Murai
Bunga, serta untuk satwa lainnya yaitu Monyet Ekor Panjang, Tupai belang, Jangkrik,
Capung, Serangga Riang, Beruk, Laba-Laba, Nyamuk, Semut, dan Kupu-kupu.
Pengamatan satwa ini juga kami lakukan pada saat kegiatan analisis vegetasi, yaitu
pada jalur pengamatan analisis vegetasi. Pengamatan ini kami lakukan menggunakan
Visual/mata dan juga menggunakan alat bantu Teropong.
4.4 Horizon dan pHtanah
4.4.1 pH pada Hutan BandarBakau
2
Berdasarkan penampakan ciri yang ada, tanah yang diamati merupakan Jenis Tanah
Liat pada hutan Bandar Bakau dan jenis Lempung Berpasir pada Taman Hutan Rakyat.
Hasil pengukuran derajat keasaman (pH) tanah di Bandar Bakau menunjukkan
bahwa pada lapisan atas hingga kedalaman (0-60 cm) bernilai 6.
Ini dapat digolongkan kedalam keadaan asam. Sedangkan di Tahura kedalaman 0-5 cm
derajat keasamannya (pH) sebesar 6,5 ini digolongkan kedalam pH Netral dan kedalaman
5-60 cm derajat keasamannya (pH) sebesar 6.8 yang bisa dikategorikan derajat kemasanan
(pH) netral.
Dari data tersebut, lapisan topsoil (kedalaman 0-9 cm) memiliki pH yang lebih
rendah (sangat masam) dari pada tanah pada kedalaman 40-60 cm. Hal ini diakibatkan
karena tingginya kation asam yang terkandung di dalam tanah (Al, Fe dan H), sedangkan
kation basa yang terdapat di dalam tanah kandungannya rendah. Menurut Soepraptohardjo
(1987), yang menyebabkan reaksi tanah menjadi asam diantaranya adalah tingginya curah
hujan mengakibatkan basa-basa mudah tercuci yang kedua adanya dekomposisi mineral
alumunium silikat akan membebaskan ion alumunium (Al3+). Ion tersebut dapat dijerap
kuat oleh koloid tanah dan bila dihidrolisis akan menyumbangkan ion H+, akibatnya tanah
menjadi masam.
Pada kondisi hutan sekunder baik akibat suksesi alami maupun degradasi, biasanya
terdapat celah (gap) yang memungkinkan sinar matahari dapat langsung menembus tajuk
dan sampai pada permukaan tanah yang menyebabkan proses dekomposisi dari unsur hara
tanah oleh mikroorganisme pengurai di dalam tanah menjadi meningkat. Tetapi dengan
adanya gap ini menyebabkan kemungkinan pencucian hara pun meningkat karena apabila
terjadi hujan air hujan tidak tertahan oleh tajuk pohon (interception) sehingga laju run-off
pun kemungkinan akan meningkat dengan membawa unsur hara yang telah terurai.
Menurut Soepraptohardjo (1987), ukuran gap tidak mempengaruhi laju dekomposisi
dari daun, tanaman berkayu, kayu bagian tanaman dan bunga tetapi keberadaannya
2
mempercepat laju dekomposisi dari humus di permukaan tanah dibandingkan pada hutan
primer. Meskipun laju dekomposisi menjadi cepat dan menyediakan unsur hara bagi
tanaman tetapi adanya gap ini menyebabkan meningkatnya pencucian hara tanah atau
leaching sehingga unsur hara yang terdekomposisi ini menjadi tidak tersedia oleh tanaman.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Soepraptohardjo (1987) kembali, bahwa penurunan
penyerapan unsur hara oleh tanaman yang terdapat di dalam gap disebabkan oleh
meningkatnya pencucian hara.
4.4.4 HorizonTahura
No Horizon Kedalaman( cm) Ciri-ciri yang tampak
1 O 5 cm Tanah mineral dangembur
Tanah berwarnagelap
Liat
2
Profil tanah adalah urutan-urutan horison tanah, yaitu lapisan-lapisan tanah yang
dianggap sejajar dengan permukaan bumi bahwa lapisan-lapisan tersebut mempunyai sifat
yang berbeda-beda. Menurut Hardjowigeno (1987), pemahaman yang mendalam mengenai
profil tanah akan membantu dalam pemanfaatan berikut:
1. Mengetahui kedalaman lapisan olah tanah (topsoil), lapisan dalam tanah (sub soil) dan
solum tanah, sehingga membantu dalam menetapkan jenis tanaman yang sesuai untuk
ditanam pada tanah tersebut. Tanah dengan kedalaman lapisan olah berkisar 20 cm
sesuai untuk ditanaman tanaman padi, kedelai, kacang tanah dan jagung, tetapi tidak
sesuai untuk ditanaman dengan tanaman perkebunan yang berakar dalam. Begitu juga
sebaliknya.
2. Kelengkapan atau differensiasi horison-horison pada profil yang mencirikan tingkat
perkembangan tanah dan umurtanah.
3. Warna tanah yang menunjukkan kondisi aerob (warna terang) atau anaerob (berwarna
kelabu) dan tngginya kadar kadungan bahan organik tanah (berwarna hitam/gelap),
sehingga diketahui tingkat kesuburan tanah.
Pada kegiatan praktek pengamatan horison tanah ini, terlihat tanah di kawasan
Hutan Bandar Bakau, Dumai dan Taman Hutan Raya, Siak terdiri dari beberapa lapisan
atau horison,yaitu:
Horison O dengan kedalaman 5cm
Ciri yang dapat diamati pada horison ini adalah warna tanah hitam gelap karena
tersusun dari serasah atau sisa tanaman dan bahan organik tanah yang telah
terdekomposisi.
Horison A dengan kedalaman 60cm
Ciri yang dapat diamati adalah berwarna kuning gelap agak lekat dengan struktur
longgar dan tekstur kasar, maka termasuk tekstur lempung berpasir. Hardjowigono
(2010), mengatakan bahwa warna gelap pada horison A tersusun dari bahan mineral
organik tinggi sehingga berwarna agak gelap.
2
Pada praktek ini terlihat bahwa lapisan topsoil-nya tidak ada pada Hutan Bandar Bakau
langsung ke Horison A, tanah top soil banyak terkikis oleh air pasang pada pesisir pantai
dan pada horizon ini tumbuhan yang cocok tumbuh dan berkembang adalah jenis Pohon
bakau, nipah dan lain lain. Sedangkan pada Taman Hutan Rakyat (Tahura) terdapat topsoil
5 cm dimana selebihnya merupakan tanah ber Horison A dan memiliki tingkat kesuburan
yangkurang.
2
bunga
13 Nyirih 13 3 9 14 2 3 1 3 1
bunga
14 Nyirih 18 6 8 9 3 4 2 4 1
bunga
15 Nyirih 15 10 9 9 3 1 2 3 1
bunga
16 Nyirih 20 18 5 12 3 1 4 2 3
bunga
17 Nyirih 22 19 5 12 3 2 3 2 3
bunga
Tabel 5.1 Profil pohon pada hutan magrove dumai
Sketsa
Posisi Tinggi bentuk
Proyeksi Tajuk
No DBH pohon Pohon tajuk
Nama jenis bawah
(cm)
X Y TT TBC Depan belakang Kanan kiri
1 Bangkinang 23 1,5 -3 14 8 2 3 4 2
2 Jelutung 33,2 9 -3 18 15 5 2 4 5
pipit
3 Ludai 24 15 -2 16 11 4 4 3 6
4 Jelutung 21,3 4 - 17 9 3 4 4 4
pipit 10
5 Parak-parak 25 2 2 19 15 2 3 4 2
6 Simpur 46,5 1 5 24 13 5 4 6 5
7 Rambutan 24,5 5 6 15 9 4 2 4 2
2
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tipe ekosistem hutan yang telah diamati dalam praktikum pengenalan
ekositem hutan (PPEH) , tipe hutan tersebut tmemiliki karakteristik tersendiri dalam
mencirikan tipe dan komponen ekosistemnya. Dari pengenalan tersebut, dapat
ditarik kesimpulan bahwa semakintinggi suatu tempat, suhu semakin rendah, tekanan udara
semakin turun, tetapikesuburan tanah semakin tinggi. Berkurangnya jenis serta ukuran
vegetasi hewan dan seiringnya pertumbahan tinggi suatu tempat karena sulit masuknya
cahaya , matahari karena terhalang oleh kabut. Hal ini menyebabkan tumbuhan sulit untuk
melakukanfotosintesis sehingga pertumbuhannya terganggu begitu juga dengan satwa liar,
karena berkurangnya vegetasi, satwa liar tersebut sulit untuk mendapatkan makanan. Indeks
nilai penting merupakan parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk mneyatakan tingkat
dominansi spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan. Pada tingkat semai INP
tertinggi terdapat di lokasi Taman Tahura sebesar 200%. Pada tingkat pancang INP
tertinggi sebesar 200%. Pada tingkat Tiang INP tertinggi 300% dan pada tingkat pohon
dengan INP tertinggi sebesar 300%. Banyak horizon yang dijumpai Antar O dan A serta
dengan Ph 6 rata-rata. Jenis satwa yang mendominasi adalah burung danular.
Saran
1. Sebelum dilaksanakan kegiatan praktek, disiapkan alat-alat yang akan
digunakan dalam praktek, sehingga tidak ada kendala dalam pelaksanaan
praktek.
2. Petunjuk dan instruksi dari dosen, mengenai teknis keberangkatan hendaknya
sesuai kesepakatan, sehingga tidak menunggu terlalulama.
3. Petunjuk dan instruksi dari dosen, Instruktur dari Team Bandar Bakau dan
TAHURA hendaknya diimplementasikan dilapangan, sehingga tidak ada
kegiatan praktek yang menyimpang dari teori dan prosedur memasuki hutan
Bakau maupun Tahura. Selain itu dilarang merusak, menebang tumbuhan, dan
membuang sampahplastik.
4. Kerjasama Universitas Lancang Kuning dan Kesatuan Pengelolaan Hutan
Bandar Bakau serta Taman Hutan Rakyat hendaknya lebih di tingkatan di masa
yang akan datang, demi kemajuan pendidikan tentangkehutanan.
2
DAFTAR PUSTAKA
2
DOKUMENTASI
PENGAMATAN
KOORDINAT PENENTUAN AZIMUTH PLOT
2
PEMBUATAN PROFIL POHON PENGAMATAN TT DAN TBC
POHON