Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTEK

PENGENALAN EKOSISTEM HUTAN (PEH)


DI HUTAN MANGROVE (BANDAR BAKAU DUMAI )
DAN TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) SULTAN SYARIF
HASYIM

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS LANCANG

KUNING

PEKANBARU
2022
LAPORAN PRAKTEK
PENGENALAN EKOSISTEM HUTAN (PEH)
DI HUTAN MANGROVE (BANDAR BAKAU DUMAI )
DAN TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) SULTAN SYARIF HASYIM

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

Adi Saputra 2054251003

Muhammad Rauf 1954251068

Brilian Aryo Pangestu 2054251008

Purnama Elisabet 2054251028

Gabriel Paskah 2054251006

Gideon Zamili 2054251065

Alex Martin 2054251060

Sihabuddin 2054251014

Ferdi Kurniawan 2054251051

Karunia sandy 2054251031

Riski Wahyu Adiyaningsih 2054251032

Fitria Jayu 2054251021

Muhammad Hermansyah 2054251027


Syahrul Ramadhan 2054251045

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS LANCANG KUNING

PEKANBARU
2022
PRAKATA

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum ini dengan baik.
Adapun judul Laporan Praktikum ini adalah : “Pengenalan Ekosistem Hutan Di
Kawasan Hutan Bandar Bakau Dumai, dan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasim”

Laporan praktikum ini merupakan salah satu syarat untuk melengkapi kegiatan
praktek Pengenalan Ekosistem Hutan serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Universitas Lancang Kuning. Penulisan
Laporan praktikum ini bertujuan juga untuk memberikan informasi kepada pembaca
tentang Ekosistem Hutan yang terdapat dibandar bakau dumai dan taman huta raya sultan
syarif hasim.

Pada kesempatan ini, izinkanlah penulis untuk mengucapkan rasa terima kasih yang
tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan
laporan praktikum ini, terutama kepada:

1. Bapak Muhammad Ikhwan S.Hut., M.Si sebagai Ketua Komisi Praktek.


2. Bapak Azwin S.P., M.Si sebagai Pembimbing Lapangan.
3. Bapak Dodi Sukma RA, S.Hut., M.Si sebagai Pembimbing Lapangan.
4. Bapak Yushan,BSc.F sebagai Pembimbing Lapangan.
5. Bapak dan Ibu Pengelola Bandar Bakau Dumai dan Taman Hutan Raya Sultan
Syarif Hasim Siak yang bersedia menerima kunjungan praktikum kami dengan baik
serta memberikan pengarahan dan informasi dalam penyelesaian Laporan
Praktikum ini.
6. Buat Rekan-rekan senasib seperjuangan Mahasiswa Semester 4 di Fakultas
Kehutanan Universitas Lancang Kuning selama mengikuti kegiatan praktikum PEH
ini.
7. Akhirnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu selama ini
Semoga Allah SWT membalas budi kalian semua, serta melimpahkan berkat dan
karunia-Nya kepada kita semua.

i
Demikian Laporan Praktikum ini penulis buat untuk dapat sekiranya dipergunakan
sebagaimana mestinya dan penulis menyadari banyak kekurangan yang terdapat dalam
penulisan Laporan Praktikum ini dan untuk perbaikannya penulis mengharapkan kritik
serta saran pembaca agar Laporan Praktikum ini dapat menjadi sempurna.

Pekanbaru, 9 Juni 2022

Kelompok 2

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktek : Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan di Kawasan Hutan Bandar


Bakau Dumai dan Taman Hutan Raya sultan Syarif Hasim Siak

No Nama Dosen Jabatan Tanda Tangan

1 Muhammad Ikwan, S.Hut., Ketua Komisi Praktek


M.Si

2 Azwin, S.P., M.Si Pembimbing Lapangan

3 Dodi Sukma RA, S.Hut., Pembimbing Lapangan


M.Si

Diketahui

Muhammad Ikhwan, S.Hut., M.Si


Ketua Program Studi Kehutahan

iii
DAFTAR ISI

PRAKATA............................................................................................................. i

DAFTARISI.......................................................................................................... iv

DAFTARTABEL............................................................................................... .. v

DAFTARGAMBAR............................................................................................ vi

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1LatarBelakang.............................................................................. 1

1.2TujuanPraktikum......................................................................... 2

BAB II METODOLOGI

2.1 Waktu dan tempat Praktikum........................................................ 3

2.2 Bahan dan alat............................................................................... 3

2.3 Metode kerjaAnalisisvegetasi...................................................... 4

2.4 Metode kerja Pengamatansatwaliar............................................ 6

2.5 Metode kerja Horizon danpHtanah............................................ 6

2.6Profilpohon................................................................................... 7

BAB III KONDISI UMUM

3.1 Kondisi umum dihutan mangrove................................................. 8

3.2 Kondisi umum diTahuraSSH...................................................... 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Anveg dan pembahasanHutan mangrove.......................... 11

4.2 Hasil Anveg dan pembahasanTahuraSSH................................. 13

4.3 Hasil Pengamatan satwa liardan pembahasan........................... 18

4.4 Hasil Horizon tanah dan pH tanahserta pembahasan................ 20

4.5 24.5Profilpohon.............................................................................. 24

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan.................................................................................. 26

5.2Saran............................................................................................. 26

DAFTARPUSTAKA........................................................................................ 27

iv
Tabel
DAFTAR TABEL
1.1 Hasil Anveg tingkat pohon pada Hutan mangrove Dumai..................... 11
1.2 Hasil Anveg tingkat pancang pada Hutan mangrove Dumai................ 11
1.3 Hasil Anveg tingkat semai pada Hutan mangrove Dumai................... 12
1.4 Hasil Anveg tingkat pohon pada Hutan Tahura SSH.......................... 13
1.5 Hasil Anveg tingkat Tiang pada Hutan Tahura SSH.......................... 14
1.6 Hasil Anveg tingkat Pancang pada Hutan Tahura SSH...................... 15
1.7 Hasil Anveg tingkat Semai pada Hutan Tahura SSH......................... 16
2.1 Hasil Indeks Keragaman pada Hutan Mangrove Dumai................... 16
2.2 Hasil Indeks Keragaman pada tamanTahura SSH............................ 17
3.1 Pengamatan Satwa Liar di Hutan Mangrovre Dumai........................ 18
3.2 Pengamatan Satwa Liar di TamanTahuraSSH................................. 19
4.1 pH tanah pada HutanMangroveDumai.......................................... 20.
4.2 pH tanah pada TamanTahuraSSH................................................... 20
4.3 Horizon Tanah pada hutan Mangrove Dumai................................. 22
4.4 Horizon Tanah pada Taman Tahuran SSH..................................... 22
5.1 Profil pohon pada HutanMangroveDumai.................................. 24
5.2 Profil pohon padaTahura SSH..................................................... 25

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 : Desain analisis Vegetasi.........................................................................5

vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang

Hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam
hayati yang di dominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,yang satu
dengan yang lainnya tidak dapat di pisah. Ekologi sendiri adalah ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antar makhluk hidup denganlingkunganya.

Pembahasan ekologi tidak lepas dari ekosistem dengan berbagai komponenpen


penyususunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor biotik antara lain antaranya
suhu,air,kelembaban,cahaya,topografi,sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup
yang terdiri dari manusia,hewan,tumbuhan,dan mikroba. Ekologi berhubungan erat
dengan tingkatan organisasi makhluk hidup,yaitu populasi,komunitas,dan ekosistem
yang saling mempengaruhi.

Hutan Mangrove merupakan sumberdaya alam hayati yang mempunyai berbagai


keragaman potensi yang memberikan manfaat bagi kehidupan manusia baik yang secara
langsung maupun tidak langsung yang bisa dirasakan, baik oleh masyarakat yang
ditinggal jauh dari kawasan hutan mangrove (Kustanti, A. 2011). Hutan mangrove
merupakan salah satu bentuk ekosistem yang unik dan khas, terdapat di daerah pasang
surut diwilayah pesisir pantai atau pulau-pulau kecil dan merupakan sumber dayB a
alam yang sangat potensial. Hutan mangrove memiliki nilai ekonomis yang tinggi akan
tetapi sangat rentan terhadap kerusakan apabila kurang bijaksana dalam
mempertahankan, melestarikan dn mengelolahnya.

Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim (TAHURA SSH) merupakan habitat
tumbuhan endemik hutan tropis daratan rendah. Berdasarkan hasil inventarisasi pada
kegiatan Anggaran Pendapatan Daerah APBD TA.2015 jenis tumbuhan yang tumbuh

1
diwilayah TAHURA Sultan Syarif Hasyim ± 90 jenis,31 marga dan 26 suku.(Profil
TAHURA SSH, 2015)

Praktikum PEH merupakan Agenda akademik tahunan Fakultas Kehutanan


Universitas Lancang Kuning yang di laksanakan di kawasan hutan Bandar Bakau
Dumai dan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim.Dilaksanakan pada masa
peralihan semester IV ke semester v. Dalam praktek pengenalan Ekosistem hutan
mahasiswa dapat mempelajari hutan secra menyeluruh diantaranya : Klasifikasi
Vegetasi Hutan, formasi hutan di indonesia,Teknik analisis vegetasi, pengamatan satwa
liar, horizon tanah, dan pengukuran pH tanah. Dalam kegiatan praktek PEH yang di
laksanakn di kawasan Bandar Bakau Dumai dan Taman Hutan raya Sultan Syarif
Hasyim, mahasiswa kehutanan dibina untuk dapat saling berkeja sama baik dilapangan
dan dalam analisa data laporan guna memupuk kepedulian dan kekompakan tim, kelak
jika terjun ke masyarakat diharapkan dapat menjadi ahli-ahli kehutanan yang peduli
akan keadaan hutan indonesia yang sudah sangatmemprihatinkan.

1.2 TujuanPraktikum
Praktek Pengenalan Hutan (PEH) bertujuan untuk:
1 Mengetahui teknik analisis vegetasi,cara pengolalahan data analisavegetasi,
dan menggambar profil pohon pada plot di kawasan Hutan Bandar Bakau
Dumai dan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim.
2 Mengenali berbagai jenis satwa yang ada di dua lokasi bandar
bakauDumai dan taman hutan raya sultan syarif hasyimSiak.
3 Mengetahui susunan profil atau horizon yang membentuk tanah di dua
kawasan lokasi bandar bakau Dumai dan taman hutan raya sultan syarif
hasyimSiak.
4 Mengetahui pH tanah di dua lokasi bandar bakau dumai dan taman hutan
raya sultan syarifhasyim.

2
BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Waktu danTempat

Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (PEH) ini dilaksanakan di 2 lokasi kawasan Hutan
Bndar Bakau Dumai, yang terletak di kecamatan Dumai Barat, kota Dumai,Provinsi Riau
dan Taman Hutan Raya Sultan Syarif Hasyim, yang terletak di kecamatan Minas Jaya,
Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Dilaksanakan selama 2(dua) hari, yaitu pada tanggal 28
Mei 2022- 29 Mei2022.

2.2 Bahan danAlat


Adapun Alat yang di gunakan selama Praktikum adalah:
 Meteran 20 m sebagai alatpengukur
 Thermometer untuk mengukur suhu sekitar lokasipenelitian.
 Patok dari kayu dengan tinggi ± 100 cm sebagai acuan batasplot
 Tali plastik sebagai pembatas petak ukur yang telahdibuat.
 Teropong untuk melihat ujung tajukpohon
 Kompas sebagai alat petunjukarah
 Hagameter untuk mengukur tinggipohon
 Phiband untuk mengukur diameterpohon
 Parang sebagai aratperintis
 Alat Tulis Kantor (ATK) Untuk mencatat data yang telahdiperoleh

Adapun Bahan Yang digunakanadalah:

 Buku panduan Praktikum Pengenalan Ekosistem Hutan (PEH)


 Tegakan Hutan Alam di Tahura dan hutan Mangrove pada bandarbakau

3
2.3 Metode Praktikum AnalisisVegetasi
1. Tentukan lokasi yang akan dibuat petak ukur untuk diamativegetasinya.
2. Buat petak ukur dengan ukuran 100 x 20 yang akan dibagi kedalam 5 plot ukur
dengan ukuran 20 x 20m untuk Tahura dan untuk hutan Bandar Bakuu dengan
ukuran 20 x 20 m sebanyak 2 plot atau 1plot.
3. Pasangkan tali rafia pada tiap panjang dan lebar petak ukur berserta plot yang di
tancapkan kuat kedalam tanah dengan menggunakan patok-patok yang terbuat dari
kayu.
4. Mulailah pengamatan dari plotpertama
5. Pada plot pertama tentukan kembali plot yang akan kita amati vegetasi didalamnya
sesuai dengan tingkatan klasifikasinya yang dimulai dari sisi kanan bawah pada plot
pertama.
6. Tentukan plot dengan ukuran 2 m x 2m untuk mengamati vegatsi tingkat semai,
catat jenisnya danjumlahnya.
7. Tentukan plot dengan ukuran 5 m x 5 m untuk mengamatai vegetasi tingkat
pancang, catat jenis danjumlahnya
8. Tentukan plot dengan ukuran 10 x 10 m untuk mengamati vegetasi tingkat tiang,
catat jenis dan jumlahnya sedangkan pada hutan bakau tiang tidakdihitung
9. Dan plot ukuran 20 m x 20 m untuk mengamati vegetasi tingkat pohon catat
jenisnya danjumlahnya.

4
Adapun gambaran plot yang akan diamati dapat dilihat pada gambar 1

Gambar 3.1: Desain Analisis vegetasi dengan cara garis berpetsk ysng dilskukan
pada praktikumini

20 m

20
10 m

D Arah
2
m
10
5 mA

Keterangan:

Petak A dengan ukuran petak 20m×20m


Petak B dengan ukuran petak 10m×10m
Petak C dengan ukuran petak 5m×5m
Petak D dengan ukuran petak 2m×2m
Kerapatan= Jumlah individu suatu jenis

Luas contoh

Kerapatan Relatif(KR)= Kerapatan suatu jenis


× 100 %
Kerapatan seluruhjenis
Frekuensi= Jumlah plot diketemukan suatu jenis

Jumlah SeluruhPlot

5
Frekuensi Relatif(FR) = Frekuensi suatu jenis
× 100 %
Frekuensi seluruhjenis
Dominansi = Jumlah luas bidang suatu jenis

Luas plotcontoh

Dominansi Relatif(DR)= Dominansi suatu jenis


× 100 %
Dominansi seluruh

jenis
Indeks Nilai Penting(INP)= kerapatan relatif + dominasnsi relatif+ frekuensirealatif

2.4 Metode Praktikum Horizon dan pHTanah


1. Tentukanlah tanah yang akan di amati horizon tanahnya pada plot
analisa vegetasi.
2. Galilah tanah sedalam lebih kurang 60cm
3. Setelah tanah di gali perhatikanlah lapisan-lapisan horizon yang tersedia pada
tanahtersebut.
4. Ukurlah kedalaman horizon tersebut dengan menggunakanmeteran.
5. Ambilah soiltaster lalu tancapkan pada tiap horizon tanah untuk menentukan
sifatkeasanam.
6. Amatilah struktur tanah,warna tanah,pH tanah tersebut untuk menentukan
jenis tanah pada lokasitersebut.
7. Catatlah data pada tally sheet yangtersedia
2.5 Metode Praktikum Satwa liar
1. Tentukanlah lokasi yang akan diamati satwaliar
2. Gunakanlah teropong untuk mengamati posisi maupun wujud fisiksatwa
liar tersebut
3. Amatilah jejak satwaliar tersebut muali dari wujud fisik,umur,waktu
peretemuan,seerta jejak yang di tinggalkan
4. Catatlah semua satwa pada tallysheet yang sudah disediakan.

6
2.6 Metode Praktikum ProfilPohon
1. Tentukanlah plot yang akan dibuat profil pohon,ambilah salah satu plot analisa
vegetasi
2. Ambilah data tinggi pohon dengan menggunkan hagmeter, serta diametre
menggunakanphiband
3. Kemudian gunakan meteran untuk menggambil data x dan y serta data t1,t2,t3,t4
tajuk dengan langkah kaki untuk meproyeksi diagram profil pohon dari arah
horizontal.
4. Catatlah seluruh data pada tallysheet profilpohon
5. Gambarlah profil pohon menggunakan kertas milimeterblock.

7
BAB III
KONDISI UMUM KAWASAN HUTAN BANDAR BAKAU DUMAI DAN
TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM SIAK
3.1 Kondisi Umum Hutan Bandar Bakau
Dumai 3.1.1.DasarHukum
Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 15 Tahun 2019 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Dumai Tahun 2019-2039, yang merupakan bentuk turunan
implemetasi dari Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 10 Tahun 2018 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau Tahun 2018-2038,dan Surat Keputusan
Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 903 Tahun 2016 tentang Tata
Ruang Riau.
3.1.2.Keadaan Umum
Kawasan ekowisata mangrove Bandar Bakau Dumai memiliki luas 31 Ha
dan yang baru dikelola 13Ha, berada di kuala Sungai Dumai letak geografis berada
di LU 1o 41’ 12,72”-LT 101o 26’ 13,33”. Kawasan Bandar Bakau Dumai, awalnya
merupakan kawasan pengembangan Pelindo. Kawasan Bandar Bakau Dumai ini
lokasinya sangat strategis, dekat dengan pusat kota, jalan menuju lokasi sudah bagus
sehingga aksesnya mudah dan lancar, dekat dengan pelabuhan Pelindo, pelabuhan
Perikanan, dan berseberangan dengan Pulau Rupat.
3.1.3 Potensi Keragaman Mangruve
Potensi objek dan daya tarik wisata di Bandar Bakau Dumai terutama
bersumber dari kekayaan vegetasi mangrove. Dijumpai sebanyak 17 jenis mangrove
sejati, yaitu: Avicennia marina (api-api jambu), Avicennia alba (api-api putih),
Bruguiera gymnorriza (tumu), Bruguiera parviflora (lenggadai), Ceriops tagal
(tengar), Heritiera littoralis (dungun), Lumnitzera littorea (teruntum, sesop merah),
Lumnitzera racemora (susup, teruntum bunga putih), Nypa frutican (nipah),
Rhizophora apiculata (bakau, bakau kecil, bakau putih), Rhizophora mucronata
(bakau, belukap, bakau kurap), Rhizophora stylosa (bakau, bakau merah),
Scyphiphora hydrophyllacea (cingam), Sonneratia alba (prepat), Sonneratia ovata
(kedabu), Xylocarpus granatum (nyirih) dan Acrostrichum sp (piai). Penelitian
Asbullah (2020) juga menemukan sebanyak 22 jenis mangrove asosisasi di Bandar
Bakau Dumai meliputi Akasia mangium (akasia), Calophylum inophylum (gurah),
Cerbera manghas (bintan, buta-buta), Clerodendrum inerme (kayu tulang, keranji),
Derris trifolia (tuba laut), Ficus microcarpa (beringin, kayu ara), Flacourtia rukam
(rukam), Flagellaria indica (rotan dini, rotan tikus), Gymnanthera paludosa (kacang-

8
kacang, kacang laut) Hibiscus tiliaceus (waru), Ipomea pes-caprae (katangkatang,
daun barah), Melastoma cadidum (senduduk), Morinda citrifolia (mengkudu),
Pandanus tectorius (pandan laut), Pandanus odoratissima (pandan tikar), Sesuvium
portulacastrum (rumput gelang), Spinefex littoreus (gulung-gulung), Stachytarpheta
jamaicensis (ekor kuda), Terminalia cattapa (ketapang), Thespesia populne (waru
laut), Vitex pubescens (leban kampung), dan Wedelia biflora (serunai laut).

3.2 Kondisi Umum Taman Hutan Raya Sultan Syarif HasyimSiak


3.2.1. DasarHukum

Keputusan Menteri Kehutanan No. 349/Kpts-II/1996 tanggal 5 Juli 1996 adalah


sebesar 5.920 ha dan ditetapkan dengan SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.
348/Kpts-II/1999 tanggal 26 Mei 1999 dengan luas 6.172 ha setelah dilakukan pengukuran
dan penataan batas kawasan.
3.2.2. Keadaan Umum

Secara administratif, lokasi Tahura SSH Propinsi Riau berada di Kecamatan


Minas Kabupaten Siak seluas 767,81 ha (12,44%); Kecamatan Tapung Hilir
Kabupaten Kampar seluas 2.323,33 ha (37,64%); dan Kecamatan Rumbai Kota
Pekanbaru seluas 3.080,86 ha (49,92%). Lokasi kawasan taman hutan raya ini
berada di jalan lintas antara Pekanbaru menuju Dumai, dimana pintu gerbangnya
berada pada Km 20 yang dapat dicapai kurang lebih 15 menit dari Pekanbaru.
Secara geografis, kawasan ini terletak pada koordinat 00 37’ LU – 00 44’ LU dan
1010 20’ BT – 1010 28’ BT

3.2.3.Ekosistem

Ekosistem dalam Tahura SSH berupa hutan hujan tropika dataran rendah (lowland tropical rain forest)

Menurut hasil interpretasi Citra Landsat TM hasil liputan 5 Juli 2002 dan pengamatan di lapangan, pen

9
Imperata cylindrica (alang-alang), perdu (Melastoma malabaricum, Solanum sp), dan jenis pionir sep

Meskipun kondisi hutan Tahura SSH secara umum sudah rusak, namun
masih ditemukan beberapa jenis pohon khas tropis, terutama suku
Dipterocarpaceae, seperti Shorea spp. (meranti), Dryobalanops oblongifolia (kapur),
Dipterocarpus spp. (keruing), Hopea mengarawan (merawan), dll. Kerapatan tingkat
pohon sangat jarang, namun tingkat permudaan masih dapat dipelihara hingga hutan
bisa kembali pada kondisi klimaks. Satu hal terpenting yang harus diperhatikan jika
mengandalkan suksesi alami adalah jangan sampai terjadi lagi gangguan pada areal
tersebut, misal penebangan dan kebakaran. Persediaan anakan alam untuk suksesi
alami dapat disumbangkan oleh beberapa pohon induk yang masih ada. Untuk
mengetahui kondisi satwa di Tahura SSH telah dilakukan penjelajahan (renaissance
survey) dengan menggunakan metode perjumpaan langsung dan metode point count
(pencatatan pada titik tertentu), dimana penempatan jalur pengamatan dilakukan
secara puposive sampling. Pencatatan dilakukan terhadap mamalia, reptilia, dan
aves (burung) pada waktu pagi dan sore hari ketika sebagian besar satwa tersebut
aktif. Pengamatan terhadap jenis satwa dilakukan dengan melihat individu, jejak
kaki, kotoran, sarang, suara satwasekitar.

Berdasarkan hasil pencatatan satwa di kawasan Tahura SSH ditemukan 12


jenis mamalia, 4 jenis reptilia dan 40 jenis burung. Hal ini merupakan salah satu
potensi penting untuk pengembangan wisata alam di daerah ini. Misal, di pagi hari
sering terdengar suara ungko (morning call) bersahut-sahutan dari berbagai
kelompok ungko. Disamping itu, pergerakan harian ungko juga menarik karena
berbeda dari primata lainnya (beruk atau monyet ekor panjang), yakni dengan
brachiasi/menggunakan tangan. Potensi satwa lain untuk wisata alam di Tahura
SSH adalah jenis-jenis rangkong. Sayangnya, habitatnya di daerah ini telah rusak,
pohon-pohon berdiameter besar dan tinggi telah hilang akibat penebangan liar.
Biasanya rangkong bersarang di lubang-lubang pohon dan sangat menyukai buah
ficus. Rangkong juga sering makan bersama-sama primata di dalam satupohon.

1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Vegetasi pada Hutan BandarBakau

4.1.1 Berikut ini adalah hasil dari analisis Vegetasi pada tingkat Pohon

No Nama Jenis Kerapatan KR Frekuensi FR Dominansi DR INP


1 Rhizopora 262,5 63% 0,75 50% 5,66525 63% 176%
2 Xylocarpus 156,25 37% 0,75 50% 3,272471 37% 124%

Jumlah 418,75 100% 1,5 100% 8,937721 100% 300%


Tabel 1.1. Hasil Analisis vegetasi tingkat Pohon pada Hutan Mangrove Dumai
Adapun dari hasil tabel di atas ini dapat dilihat kerapatan pada tingkat Pohon
berjumlah 418,75 dengan tingkat kerapatan relatif sebesar 100%. Frekuensi yang di dapat
sebesar 1,5 dengan frekuensi relatif seluruh jenis pada plot ini sebesar 8,93. Dominansi
relatif seluruh jenis sebesar 100%. Sedangkan, indeks nilai penting sebesar 300%.
4.1.2 Hasil Analisis vegetasi tingkatsemai

No Nama Jenis Kerapatan KR Frekuensi FR INP

Rhizopora 11250 100% 1 100% 200%


1
Jumlah 11250 100% 1 100% 200%
Tabel 1.2 Hasil Anveg Tingkat semai pada hutan mangrove Dumai
Tingkat semai sendiri hanya terdapat satu jenis dengan kerapatan setiap jumlah
inndividu suatu jenis sebsar 11250, dengan kerapatan relatif 100%, frekuensi atau jumlah
plot yang di ketemukan jenis hanya 1 dengan frekuensi relatif sebesar 100%. Total indeks
nilai pentimg sebesar 200%.

1
4.1.3 Hasil Analisis Vegetasi tingkatpancang

No Nama Jenis Kerapatan KR Frekuensi FR INP

1 Rhizopora 3600 90% 1 80% 170%

2 Xylocarpus 400 10% 0,25 20% 30%

Jumlah 4000 100% 1,25 100% 200%


Tabel 1.3 Hasil Anveg Tingkat pancang pada Hutan Mangrove Duma
Untuk tingkat pancang jenis yang ditemukan ada Rhizopora dan Xylocarpus.
Dengan kerapatan jumlah individunya sebesar 4000 dengan kerapatan relatif sebesar 100%.
Adapun jumlah plot yang diketemukan di seluruh plot sebesar 1,25 dengan frekuensi relatif
sebesar 100%. Total indeks nilai penting pada tingkat ini bejumlah 200%

1
4.2 Hasil Analisis Vegetasi pada Taman hutan raya sultan syarif hasyim
4.2.1 Hasil Anveg TingkatPohon

No Nama Jenis Kerapatan KR Frekuensi FR Dominansi DR INP


Artocarpus
1
triandus
5 2% 0,2 3% 0,245536 2% 7%

2 Dialium indum 5 2% 0,2 3% 0,273806 2% 7%


3 Dillenia reticulata 10 5% 0,4 6% 0,36522 3% 13%
4 dillenia sp 5 2% 0,2 3% 0,849455 7% 12%
5 Dyera costulata 10 5% 0,2 3% 0,611258 5% 12%
6 Dyera sp. 10 5% 0,2 3% 0,574911 5% 12%
7 Elaeocarpus glaber 15 7% 0,6 8% 0,592244 5% 20%
Ixonathes
8
icosandra
20 9% 0,6 8% 1,368298 11% 29%

9 litsea sp 5 2% 0,2 3% 0,286393 2% 7%


10 mendarahan 5 2% 0,2 3% 0,193616 2% 7%
11 Nephelium sp 15 7% 0,6 8% 0,704369 6% 21%
Ochanostachys
12
amentacea
15 7% 0,6 8% 0,769297 6% 22%

13 parak-parak 5 2% 0,2 3% 0,245536 2% 7%


14 pasang 20 9% 0,4 6% 0,5993 5% 20%
15 phoebe 10 5% 0,4 6% 1,591488 13% 23%
16 Randa 5 2% 0,2 3% 0,17325 1% 6%
17 ringgit-ringgit 10 5% 0,4 6% 0,181598 2% 12%
18 Sapiumbaccatum 15 7% 0,4 6% 0,651216 5% 18%
19 spondias dulcis 5 2% 0,2 3% 0,181598 2% 7%
20 Syzigium sp 5 2% 0,2 3% 0,235813 2% 7%

21 Xylopila malayana 25 11% 0,6 8% 1,36532 11% 31%

Jumlah 220 100% 7,2 100% 12,05952 100% 300%


Tabel 1.4 Hasil Anveg Tingkat Pohon di Tahura minas

1
Pada tingkat pohon ditaman hutan raya sultan syarif hasyim banyak ditemukan
jumlah jenis diantaranya ada gaharu,kendondong,bangkirai,pagar-pagar,randa, ringgit,
pasak, parak-parak ,simpur,petatal, rambutan,dalok,marpoyan,tempunik,mahang daun kecil,
jelutung pipit, tenggek burung,luday,mendarahan,medang,karanji,pasang,kelat dan lainnya.
Adapun total kerapatan dari seluruh jenis yang ditemukan berjumlah 220 pohon.
Dengan total kerapatan relatif sebesar 100%. Frekuensi jumlah plot yang ditemukan
diseluruh polot sebanyak 7,2 dengan frekuensi relatif sebesar 100%. Dominansi jumlah
luas bidang dasar dari seluruh plot berjumlah 12,059 m²/ha. Dengan dominansi relatiif
sbesar 100%. Indeks nilai penting pada tingkat ini adalah 100% + 100% + 100 % total inp
ada300%.

4.2.2. Hasil Anveg di Tahura pda tingkat Tiang.

No Nama Jenis Kerapatan KR Frekuensi FR Dominansi DR INP

Aquilaria
1 malaccensis 20 3% 0,2 4% 0,27797 2% 9%
Artocarpus
2 triandus 20 3% 0,2 4% 0,402286 3% 10%

3 Dalok 20 3% 0,2 4% 0,190143 1% 8%

4 Dyera costulata 40 6% 0,4 8% 0,771791 5% 20%


Elaeocarpus
5 glaber 20 3% 0,2 4% 0,448816 3% 10%

6 Eoudia redleyi 60 9% 0,4 8% 0,899234 6% 23%

7 Gustavia valida 80 11% 0,4 8% 1,293286 9% 29%


Ixonathes
8 icosandra 140 20% 0,6 13% 3,077706 22% 54%

9 Ludai 20 3% 0,2 4% 0,537821 4% 11%

10 Macaranga 20 3% 0,2 4% 0,52052 4% 11%

11 Parak-parak 20 3% 0,2 4% 0,412406 3% 10%

12 Pasang 60 9% 0,2 4% 1,329649 9% 22%

13 Phoebe 20 3% 0,2 4% 0,241623 2% 9%

1
Spondias
14 pinnata 40 6% 0,4 8% 1,131444 8% 22%
Xylopia
15 malayana 120 17% 0,8 17% 2,513531 18% 52%

Total 700 100% 4,8 100% 14,04823 100% 300%


Tabel 1.5 Hasil Anveg Tingkat Tiang di Tahura minas

Adapun jenis yang ditemukan pada tingkat tiang ada 15 jenis diantaranya, pisang-
pisang, pagar-pagar, marpoyan,pasang,kedondong,gaharu,mahang daun kecil,parak-
parak,dalok, tenggerek burung,, tempunik,,medang,jelutung pipit,dan ludai. Total kerapatan
pada ke 15 jenis pohon ini sebesar 700 pohon. Dengan kerapatan relatif sebesar 100%
dengan frekuensi yang di temukan berjumlah 4,8 dengan frekuensi relatif sebesar 100%.
Dominansi yang ada diseluruh plot sebesar 14,048 m²/ha. Dengan total INP pada tingkat
tiang sebesar 300%

4.2.3 Hasil Anveg di Tahura pada tingkatPancang

No Nama Jenis Kerapatan KR Frekuensi FR INP


1 Dyera sp 160 13% 0,4 17% 30%
2 Phoebe sp 80 7% 0,2 8% 15%
3 Randa 80 7% 0,2 8% 15%
4 Syzygium sp 80 7% 0,2 8% 15%
Ixonathes
5 icosandra 160 13% 0,2 8% 22%
6 Eoudia redleyi 160 13% 0,2 8% 22%
Artocarpus
7 triandus 80 7% 0,2 8% 15%
8 Xylopia malayana 160 13% 0,2 8% 22%
9 Artocarpus integer 80 7% 0,2 8% 15%
10 Calophyllum 80 7% 0,2 8% 15%
11 Quercus glauca 80 7% 0,2 8% 15%
Total 1200 100% 2,4 100% 200%
Tabel 1.6 Hasil Anveg tingkat Pancang di Tahura Minas

Adapun total jenis pada tingkat pancang pada taman hutan raya sultan sayrif hasyim
sebeanyak 11 jenis dianatranya :kelat,bintangur,lukam,tempunik,pagar-pagar,balam,pisang-
pisangh, tenggek burung, dan lainnya. Dengan kerapatan dari 11 jenis tersebut sebesar
1200 pohon dengan kerapatan relatif sebesar 100% dengan frekuensi relatif sebesar 2,4
dengan frekuensi relatif sebsesar 100% dengan total indeks nilai penting200%.

1
4.2.4 Hasil Anveg tingkatsemai

No Nama Jenis Kerapatan KR Frekuensi FR INP


1 Dyera sp 12500 68% 0,6 25% 93%
2 Eoudia redleyi 1500 8% 0,4 17% 25%
3 Lukam 1000 5% 0,2 8% 14%
4 Ixonathes iconsandra 500 3% 0,2 8% 11%
5 Balam 500 3% 0,2 8% 11%
6 Pulat 500 3% 0,2 8% 11%
7 Nepelium sp 500 3% 0,2 8% 11%
8 Syzygium 1000 5% 0,2 8% 14%
9 Dillenia reticulata 500 3% 0,2 8% 11%
Total 18500 100% 2,4 100% 200%
Tabel 1.7 Hasil Anveg Tingkat Semai Pada Tahura Minas

Adapun jenis yang ditemukan pada tingkat semai ada sebanyak 9 jenis terdiri dari
lukam,balm,pulat,jelutung pipit ,nangka dan lainnya. Dengan kerapatan di dapat 18500,
dengan kerapatan relatif sebesar 100%, dengan frekuensi sebanyak 2,4 dengan frekunsi
relatif sebesar 100% . total indeks nilai penting sebesar 200%.

INDEKS KERAGAMAN jenis

Jml -((ni/N) ln
No. Nama Jenis (ni/N) ln (ni/N) (ni/N))
Individu
1 Rhizopora 42 0,6269 -0,4670 0,2928
2 xylocarpus 25 0,3731 -0,9858 0,3678
Jumlah 67 0,6606
Tabel 2.1 Indeks keragaman Hutan mangrove Dumai

1
Jml -((ni/N) ln
No. Nama Jenis (ni/N) ln (ni/N) (ni/N))
Individu
1 Artocarpus triandus 1 0,0227 -3,7842 0,0860
2 Dialium indum 1 0,0227 -3,7842 0,0860
3 Dillenia reticulata 2 0,0455 -3,0910 0,1405
4 dillenia sp 1 0,0227 -3,7842 0,0860
5 Dyera costulata 2 0,0455 -3,0910 0,1405
6 Dyera sp. 2 0,0455 -3,0910 0,1405
7 Elaeocarpus glaber 3 0,0682 -2,6856 0,1831
8 Ixonathes icosandra 4 0,0909 -2,3979 0,2180
9 litsea sp 1 0,0227 -3,7842 0,0860
10 mendarahan 1 0,0227 -3,7842 0,0860
11 Nephelium sp 3 0,0682 -2,6856 0,1831
Ochanostachys amentacea
12 3 0,0682 -2,6856 0,1831
13 parak-parak 1 0,0227 -3,7842 0,0860
14 pasang 4 0,0909 -2,3979 0,2180
15 phoebe 2 0,0455 -3,0910 0,1405
16 Randa 1 0,0227 -3,7842 0,0860
17 ringgit-ringgit 2 0,0455 -3,0910 0,1405
18 Sapiumbaccatum 3 0,0682 -2,6856 0,1831
19 spondias dulcis 1 0,0227 -3,7842 0,0860
20 Syzigium sp 1 0,0227 -3,7842 0,0860
21 Xylopila malayana 5 0,1136 -2,1748 0,2471
Jumlah 44 2,8921

Tabel 2.2 Indeks Keragaman jenis pada Taman Tahura SSH

Dalam indeks keragaman jenis, suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh banyak
jenis, tetapi juga oleh banyak individu dari setiap jenisnya. Walaupun sering dinyatakan
tentang adanya penurunan keanekaragaman jenis dan perlunya melestraikan
kenanekargaamn jenis, namun sampai kini belum ada ukuran tinggi rendahnya indeks
kenanekargaamn jenis di suatu daerah. Dapat dilihat dari tabel 2.2 kenaekaragamn jenis
pada hutan mangrove sendri memiliki jumlah sebesar 0,606 dengan jumlah jenis 2dan
indeks pada taman hutan raya sultan syarif hasyim dengan total keanekaragaman jenis
2,8921 . Dengan jumlah jenis 44.

1
4.3 Pengamatan satwaliar

No Nama Pertemuan Jejak satwa Waktu habitat ket


jenis langsung pertemuan
satwa Dewasa Anak dewasa anak Rupa
jejak
1 Umang-  11.20 Darat
umang
2 Ikan  11.24 Air
tembakul
3 Siput  11.30 Air
timbo
4 Ikan  11.32 Air
gobi
5 Rama-  11.37 Darat
rama
6 Elang  11.45 Darat
7 Monyet  11.54 Darat
ekor
panjang
8 biawak  12.10 Darat
9 lutung  12.25 Darat
10 Siput  12.30 Air
beliung
11 Ular  12.45 Air
tanah
12 Ular air  12.47 Air
13 Ular  13.00 Darat
bakau
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Satwa liar pada Hutan mangrove Dumai
Satwa liar yang berhasil diamati pada kegiatan ini berjumlah 13 ekor. Satwa yang
paling banyak ditemukan adalah dari jenis ikan atau binatang yang hidup di air yaitu
sebanyak 6 ekor yaitu ikan Tembakul, ikan Gobi, Ular air, Ular tanah, Siput Beliung dan
siput timbo sedangkan satwa lainnya yaitu Ular bakau, Lutung, Biawak, Monyet Ekor
panjang, Elang, Umang-umang dan Rama-rama.

1
Pengamatan satwa ini juga kami lakukan pada saat kegiatan analisis vegetasi, yaitu
pada jalur pengamatan analisis vegetasi. Pengamatan ini kami lakukan menggunakan
Visual/mata dan juga menggunakan alat bantu Teropong.

No Nama Pertemuan Jejak satwa Waktu Habitat keterangan


jenis langsung pertemuan
satwa Dewasa Anak dewasa anak Rupa
jejak
1 semut   10.13 Hutan
2 Laba-   10.19 Hutan
laba
3 Burung   10,21 Hutan
prenjak
4 Nyamuk   10,23 Hutan
5 Kupu-   10,24 Hutan
kupu
6 monyet  10,25 Hutan
7 beruk   10,35 Hutan
8 Serangga   10,40 Hutan
riang
9 Burung   10,43 Hutan
m
ranting
10 Burung   11,03 Hutan
m bunga

11 Tupai   11,10 Hutan


belang
12 capung   11,16 Hutan
13 kadal   11,19 Hutan
14 Burung   11,26 Hutan
sri
gunung
15 Burung   11,40 Hutan
m Daun
16 jangkrik   11,42 Hutan
Tabel 3.2 Pengamatan Satwa liar di Tahura minas

1
Satwa liar yang berhasil diamati pada kegiatan ini berjumlah 16 ekor. Satwa yang
paling banyak ditemukan adalah dari jenis burung sebanyak 5 ekor yaitu Burung Murai
Daun, Burung Sri Gunung, Burung Murai Ranting, Burung Perenjak dan Burung Murai
Bunga, serta untuk satwa lainnya yaitu Monyet Ekor Panjang, Tupai belang, Jangkrik,
Capung, Serangga Riang, Beruk, Laba-Laba, Nyamuk, Semut, dan Kupu-kupu.
Pengamatan satwa ini juga kami lakukan pada saat kegiatan analisis vegetasi, yaitu
pada jalur pengamatan analisis vegetasi. Pengamatan ini kami lakukan menggunakan
Visual/mata dan juga menggunakan alat bantu Teropong.
4.4 Horizon dan pHtanah
4.4.1 pH pada Hutan BandarBakau

No Jenis tanah Lokasi Kedalaman pH


pengambilan
1 Tanah liat Bandar bakau 60 cm 6
Tabel 4.1 pH tanah pada Hutan Mangrove Dumai

4.4.2 pH pada Taman Hutan Raya sultan SyarifHasyim

No Jenis tanah Lokasi Kedalaman pH


pengambilan
1 Lempung Tahura 5 cm 6,5
Berpasir
2 Lempung Tahura 9 cm 6,1
Berpasir
3 Lempung Tahura 60 cm 6,6
Berpasir
4 Lempung Tahura 60 cm 5,9
Berpasir
5 Lempung Tahura 60 cm 6,8
Berpasir
Tabel 4.2 pH Tanah pada taman Tahura Minas

2
Berdasarkan penampakan ciri yang ada, tanah yang diamati merupakan Jenis Tanah
Liat pada hutan Bandar Bakau dan jenis Lempung Berpasir pada Taman Hutan Rakyat.
Hasil pengukuran derajat keasaman (pH) tanah di Bandar Bakau menunjukkan
bahwa pada lapisan atas hingga kedalaman (0-60 cm) bernilai 6.
Ini dapat digolongkan kedalam keadaan asam. Sedangkan di Tahura kedalaman 0-5 cm
derajat keasamannya (pH) sebesar 6,5 ini digolongkan kedalam pH Netral dan kedalaman
5-60 cm derajat keasamannya (pH) sebesar 6.8 yang bisa dikategorikan derajat kemasanan
(pH) netral.
Dari data tersebut, lapisan topsoil (kedalaman 0-9 cm) memiliki pH yang lebih
rendah (sangat masam) dari pada tanah pada kedalaman 40-60 cm. Hal ini diakibatkan
karena tingginya kation asam yang terkandung di dalam tanah (Al, Fe dan H), sedangkan
kation basa yang terdapat di dalam tanah kandungannya rendah. Menurut Soepraptohardjo
(1987), yang menyebabkan reaksi tanah menjadi asam diantaranya adalah tingginya curah
hujan mengakibatkan basa-basa mudah tercuci yang kedua adanya dekomposisi mineral
alumunium silikat akan membebaskan ion alumunium (Al3+). Ion tersebut dapat dijerap
kuat oleh koloid tanah dan bila dihidrolisis akan menyumbangkan ion H+, akibatnya tanah
menjadi masam.
Pada kondisi hutan sekunder baik akibat suksesi alami maupun degradasi, biasanya
terdapat celah (gap) yang memungkinkan sinar matahari dapat langsung menembus tajuk
dan sampai pada permukaan tanah yang menyebabkan proses dekomposisi dari unsur hara
tanah oleh mikroorganisme pengurai di dalam tanah menjadi meningkat. Tetapi dengan
adanya gap ini menyebabkan kemungkinan pencucian hara pun meningkat karena apabila
terjadi hujan air hujan tidak tertahan oleh tajuk pohon (interception) sehingga laju run-off
pun kemungkinan akan meningkat dengan membawa unsur hara yang telah terurai.
Menurut Soepraptohardjo (1987), ukuran gap tidak mempengaruhi laju dekomposisi
dari daun, tanaman berkayu, kayu bagian tanaman dan bunga tetapi keberadaannya

2
mempercepat laju dekomposisi dari humus di permukaan tanah dibandingkan pada hutan
primer. Meskipun laju dekomposisi menjadi cepat dan menyediakan unsur hara bagi
tanaman tetapi adanya gap ini menyebabkan meningkatnya pencucian hara tanah atau
leaching sehingga unsur hara yang terdekomposisi ini menjadi tidak tersedia oleh tanaman.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Soepraptohardjo (1987) kembali, bahwa penurunan
penyerapan unsur hara oleh tanaman yang terdapat di dalam gap disebabkan oleh
meningkatnya pencucian hara.

4.4.3 Horizon pada hutan Bandar bakau

No Horizon Kedalaman( cm) Ciri-ciri yang tampak


1. A 60 cm  Tanah mineral dangembur
 Tanah berwarna gelap
Tabel 4.3 Horizon Tanah pada hutan Mangrove Dumai

4.4.4 HorizonTahura
No Horizon Kedalaman( cm) Ciri-ciri yang tampak
1 O 5 cm  Tanah mineral dangembur
 Tanah berwarnagelap
 Liat

2 A 60 cm  Tanah mineral dangembur


 berpasir
3 A 60 cm  Tanah mineral dangembur
 berpasir
4 O 8 cm  Tanah gembur danhitam
A 12 cm  Tanahberpasir
5 A 12 cm  Tanah gembur danberpasir
Tabel 4.4 Horizon tanah pada taman Tahura SSH

2
Profil tanah adalah urutan-urutan horison tanah, yaitu lapisan-lapisan tanah yang
dianggap sejajar dengan permukaan bumi bahwa lapisan-lapisan tersebut mempunyai sifat
yang berbeda-beda. Menurut Hardjowigeno (1987), pemahaman yang mendalam mengenai
profil tanah akan membantu dalam pemanfaatan berikut:
1. Mengetahui kedalaman lapisan olah tanah (topsoil), lapisan dalam tanah (sub soil) dan
solum tanah, sehingga membantu dalam menetapkan jenis tanaman yang sesuai untuk
ditanam pada tanah tersebut. Tanah dengan kedalaman lapisan olah berkisar 20 cm
sesuai untuk ditanaman tanaman padi, kedelai, kacang tanah dan jagung, tetapi tidak
sesuai untuk ditanaman dengan tanaman perkebunan yang berakar dalam. Begitu juga
sebaliknya.
2. Kelengkapan atau differensiasi horison-horison pada profil yang mencirikan tingkat
perkembangan tanah dan umurtanah.

3. Warna tanah yang menunjukkan kondisi aerob (warna terang) atau anaerob (berwarna
kelabu) dan tngginya kadar kadungan bahan organik tanah (berwarna hitam/gelap),
sehingga diketahui tingkat kesuburan tanah.

Pada kegiatan praktek pengamatan horison tanah ini, terlihat tanah di kawasan
Hutan Bandar Bakau, Dumai dan Taman Hutan Raya, Siak terdiri dari beberapa lapisan
atau horison,yaitu:
 Horison O dengan kedalaman 5cm
Ciri yang dapat diamati pada horison ini adalah warna tanah hitam gelap karena
tersusun dari serasah atau sisa tanaman dan bahan organik tanah yang telah
terdekomposisi.
 Horison A dengan kedalaman 60cm
Ciri yang dapat diamati adalah berwarna kuning gelap agak lekat dengan struktur
longgar dan tekstur kasar, maka termasuk tekstur lempung berpasir. Hardjowigono
(2010), mengatakan bahwa warna gelap pada horison A tersusun dari bahan mineral
organik tinggi sehingga berwarna agak gelap.

2
Pada praktek ini terlihat bahwa lapisan topsoil-nya tidak ada pada Hutan Bandar Bakau
langsung ke Horison A, tanah top soil banyak terkikis oleh air pasang pada pesisir pantai
dan pada horizon ini tumbuhan yang cocok tumbuh dan berkembang adalah jenis Pohon
bakau, nipah dan lain lain. Sedangkan pada Taman Hutan Rakyat (Tahura) terdapat topsoil
5 cm dimana selebihnya merupakan tanah ber Horison A dan memiliki tingkat kesuburan
yangkurang.

4.5 Profil Pohon


4.5.1 Profil pohon di hutan Mangrove (bandar bakau dumai)

Posisi Tinggi Sketsa


Proyeksi Tajuk bentuk
No Nama DBH pohon Pohon
jenis (cm) X Y TT TBC Depan belakang kanan kiri tajuk
bawah
1 Nyirih 13 2 -1 13 4 1 2 1 2
bunga
2 Bakau 15 1 -9 13 7 1 1 1 2
merah
3 Nyirih 11 4 -5 11 2 2 2 2 2
bunga
4 Bakau 12 9 -3 12 4 1 1 2 2
merah
5 Nyirih 14 12 -4 10 3 1 3 1 1
bunga
6 Bakau 15 13 -1 13 4 2 2 3 1
merah
7 Bakau 17 14 -2 15 5 1 3 2 2
merah
8 Bakau 14 14 -4 16 4 3 2 2 3
merah
9 Nyirih 21 15 -8 14 3 2 4 4 1
bunga
10 Bakau 18 17 -1 16 4 3 1 3 1
merah
11 Cimang 11 1 5 4 1 4 1 3 3
12 Nyirih 16 7 2 17 3 1 2 2 3

2
bunga
13 Nyirih 13 3 9 14 2 3 1 3 1
bunga
14 Nyirih 18 6 8 9 3 4 2 4 1
bunga
15 Nyirih 15 10 9 9 3 1 2 3 1
bunga
16 Nyirih 20 18 5 12 3 1 4 2 3
bunga
17 Nyirih 22 19 5 12 3 2 3 2 3
bunga
Tabel 5.1 Profil pohon pada hutan magrove dumai

4.5.2 Profil pohon pada taman hutan raya sultan syarifhasyim

Sketsa
Posisi Tinggi bentuk
Proyeksi Tajuk
No DBH pohon Pohon tajuk
Nama jenis bawah
(cm)
X Y TT TBC Depan belakang Kanan kiri

1 Bangkinang 23 1,5 -3 14 8 2 3 4 2

2 Jelutung 33,2 9 -3 18 15 5 2 4 5
pipit
3 Ludai 24 15 -2 16 11 4 4 3 6

4 Jelutung 21,3 4 - 17 9 3 4 4 4
pipit 10
5 Parak-parak 25 2 2 19 15 2 3 4 2

6 Simpur 46,5 1 5 24 13 5 4 6 5

7 Rambutan 24,5 5 6 15 9 4 2 4 2

8 Petatal 24,5 10,5 4 15 11 3 3 2 4

Tabel 5.2 Profil pohon pada tahura minas

2
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan tipe ekosistem hutan yang telah diamati dalam praktikum pengenalan
ekositem hutan (PPEH) , tipe hutan tersebut tmemiliki karakteristik tersendiri dalam
mencirikan tipe dan komponen ekosistemnya. Dari pengenalan tersebut, dapat
ditarik kesimpulan bahwa semakintinggi suatu tempat, suhu semakin rendah, tekanan udara
semakin turun, tetapikesuburan tanah semakin tinggi. Berkurangnya jenis serta ukuran
vegetasi hewan dan seiringnya pertumbahan tinggi suatu tempat karena sulit masuknya
cahaya , matahari karena terhalang oleh kabut. Hal ini menyebabkan tumbuhan sulit untuk
melakukanfotosintesis sehingga pertumbuhannya terganggu begitu juga dengan satwa liar,
karena berkurangnya vegetasi, satwa liar tersebut sulit untuk mendapatkan makanan. Indeks
nilai penting merupakan parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk mneyatakan tingkat
dominansi spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan. Pada tingkat semai INP
tertinggi terdapat di lokasi Taman Tahura sebesar 200%. Pada tingkat pancang INP
tertinggi sebesar 200%. Pada tingkat Tiang INP tertinggi 300% dan pada tingkat pohon
dengan INP tertinggi sebesar 300%. Banyak horizon yang dijumpai Antar O dan A serta
dengan Ph 6 rata-rata. Jenis satwa yang mendominasi adalah burung danular.
Saran
1. Sebelum dilaksanakan kegiatan praktek, disiapkan alat-alat yang akan
digunakan dalam praktek, sehingga tidak ada kendala dalam pelaksanaan
praktek.
2. Petunjuk dan instruksi dari dosen, mengenai teknis keberangkatan hendaknya
sesuai kesepakatan, sehingga tidak menunggu terlalulama.
3. Petunjuk dan instruksi dari dosen, Instruktur dari Team Bandar Bakau dan
TAHURA hendaknya diimplementasikan dilapangan, sehingga tidak ada
kegiatan praktek yang menyimpang dari teori dan prosedur memasuki hutan
Bakau maupun Tahura. Selain itu dilarang merusak, menebang tumbuhan, dan
membuang sampahplastik.
4. Kerjasama Universitas Lancang Kuning dan Kesatuan Pengelolaan Hutan
Bandar Bakau serta Taman Hutan Rakyat hendaknya lebih di tingkatan di masa
yang akan datang, demi kemajuan pendidikan tentangkehutanan.

2
DAFTAR PUSTAKA

Hadinoto, M. Ikhwan. 2021. Panduan praktek pengenalan ekosistem hutan


pekanbaru: Fakultas Kehutanan UNILAK
Syahdat, I. 2018. Inventarisasi hutan mangrove di desa teluk kecamatan lingga utara.
Fakultas Kehutan Unilak.
Permana, D., dkk. 2020. Laporan Praktek PEH di kawasan bukit suligi. FakultasKehutanan
Unilak
Mulyadi, A., Efriyeldi., dkk. 2021. Strategi pengembangan ekowisata mangrove Bandar
bakau Dumai,Riau. Dinamika Lingkungan Indonesia. Vol 8 (48-56). Universitas
Riau
123.dok.com. Keanekaragaman Jenis burung di berbagai tipe Taman hutan raya sultan
syarif hasyim
https://www.google.com/amp/s/123dok.com/a-articel/kondisi-umum - taman-
hutan-raya-sultan-syarif=hasyim.4yrg2gvq

2
DOKUMENTASI

PENGAMATAN
KOORDINAT PENENTUAN AZIMUTH PLOT

FOTO BERSAMA PENGAMATAN KELEMBABAN

2
PEMBUATAN PROFIL POHON PENGAMATAN TT DAN TBC
POHON

PEMBUATAN PLOT PENGAMATAN PH TANAH

Anda mungkin juga menyukai