Oleh:
AHMAD RIFA’I
190311005
FAKULTAS TEKNIK
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kemudahan-kemudahan disetiap langkah
dalam pelaksanaan sampai penyusunan laporan Praktek Kerja Lapangan ini. Sholawat
serta salam tercurah kepada suri teladan kita Nabi Muhammad SAW, semoga kita tetap
istiqomah menjadi pengikut beliau sampai akhir hayat kita nanti.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu, membimbing, mengarahkan, memberi kesempatan, nasehat,
dan do’a. Dengan rasa syukur dan tulus penulis mengucapkan terimakasih kepada:
Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat ini jauh dari kata sempurna, untuk
itu kami mohon kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dimasa yang akan
dating. Semoga laporan yang kami buat ini dapat bermanfaat untuk diri kami khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Penguyusun
2
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh
Ahmad Rifa’i
190311005
Diterima dan disetujui Pada Tanggal: ………………
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
…. …. …. …. …. ….
…… ……
Mengetahui,
3
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................ 7
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 7
BAB II .......................................................................................................................................... 9
2.1 Sistem Pengolahan Ladang Ternak ................................................................................. 9
2.2 Pemilihan Lokasi ............................................................................................................... 9
2.3 Pengelolaan tanah dan penanaman ................................................................................. 9
2.4 Sistem Pemeliharaan Hijauan Makanan Ternak ......................................................... 10
2.5 Jenis Hijauan ................................................................................................................... 11
2.5.1 Rumput (Gramineae) ............................................................................................... 12
2.5.2 Legum (Leguminosae).............................................................................................. 12
BAB III ....................................................................................................................................... 23
3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ....................................... 23
3.2 Materi dan Metode Praktek Kerja Lapangan .............................................................. 23
3.2.1 Materi Praktek Kerja Lapangan ............................................................................ 23
3.2.2 Metode Praktek Kerja Lapangan ........................................................................... 23
3.3 Pengolaan Data ................................................................................................................ 24
3.3.1 Breeding Hijauan ..................................................................................................... 24
3.3.2 Feeding ...................................................................................................................... 24
3.4 Cara Pengambilan Data.................................................................................................. 24
3.4.1 Wawancara ............................................................................................................... 25
3.4.2 Pengamatan Laporan ............................................................................................... 25
3.4.3 Studi Pustaka ............................................................................................................ 25
3.4.4 Presentasi Dan Diskusi............................................................................................. 25
BAB IV ....................................................................................................................................... 26
4.1 Kondisi Umum Lokasi .................................................................................................... 26
4.1.1 Sejarah Perusahaan ................................................................................................. 26
4.1.2 Lokasi Perusahaan ................................................................................................... 26
4.1.3 Struktuk Organisasi ................................................................................................. 27
4.2 Uraian Kegiatan Praktek Kerja Lapangan .................................................................. 29
4.2.1 Pengadaan Sapi Bakalan ......................................................................................... 30
4.2.2 Kandang .................................................................................................................... 31
BAB V......................................................................................................................................... 37
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 37
4
5.2 Saran................................................................................................................................. 37
LAMPIRAN I ............................................................................................................................ 40
5
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
6
BAB I
PENDAHULUAN
Pada saat musim hujan produksi pakan hijauan sangat akan melimpah
,sedangkan saat musim kemarau produksi sangat berkurang atau bahkan sulit
untuk didapatkan . Dengan terbatasnya kesediaan hijauan pakan ternak maka
diperlukan budidaya hijauan pakan ,baik dengan usaha perbaikan managemen
keras atau penggalakan cara pengelolaan penanaman rumput unggul sehingga
mutu setiap jenis hijauan yang di wariskan oleh sifat genetic bisa dipertahankan
atau ditingkatkan dengan cara demikian kekurangan hijauan pakan akan mudah di
atasi agar ketersediaan pakan hijauan di suatu peternak sangat terpenuhi , sehingga
nantinya dapat mendukung pengembangan usaha ternak ruminansia yang akan
dijalankan peternak .Produksi hijauan merupakan semua bahan makanan yang
berasal dari tanaman dalam bentuk dari daunan kelompok tanaman ini adalah
rumput (graminae) , Leguminosa dan tumbuhan yang lainya (Volkers, 2019)
7
1.2 Manfaat PKL
Adapun manfaat dari PKL kali ini, yaitu mahasiswa dapat
mengetahui dan merasakan hal – hal yang mungking belum di dapat di
ruang kelas :
1. Dapat mengetahui hal hal teknis terkait manajemen
pengolahan hijauan pakan ternak
2. Dapat mengetahui dan menambah wawasan mengenai hijauan
pakan ternak
3. Dapat berinovasi berdasarkan pengetahuannya
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
Penanaman dimulai pada awal musim penghujan, segera setelah tanah itu selesai
diolah dengan sempurna. Hijauan yang ditanam dengan syarat produktivitas persatuan
luas cukup tinggi, nilai palatabilitasnya cukup baik, toleran terhadap lingkungan (mampu
dan cepat beradaptasi dengan tanah dan iklim setempat), mudah dikembangbiakkan dan
nilai gizinya cukup tinggi (Suyitman, 2003).
Tanah akan mempengaruhi padang rumput sesuai dengan kandungan humusnya,
kompenen zat gizinya seperti keseimbangan nitrogen, kadar pospat yang tersedia serta
unsur-unsur renik seperti tembaga dan seng. Misalnya bila kadar nitrogen tanah rendah,
maka kandungan nitrogen padang rumput akan rendah dan rumput akan tumbuh lambat
(Reskohadiprodjo, 1985).
10
Defoliasi dilakukan pada saat akhir vegetatif atau menjelang berbunga (Edo,2012).
Kesuburan tanah akan merosot jika tanah tersebut sering ditanami dan tidak
pernah diberi pupuk. Agar peternak memperoleh produksi hijauan secara kontinyu, maka
salah satu jalan yang harus ditempuh ialah memperbaiki keadaan tanah dengan jalan
pendangiran, pemupukan dan pemanenan yang tepat. Hijauan bisa dipupuk dengan pupuk
buatan ataupun pupuk organik seperti pupuk kandang ataupun pupuk kompos
(Kartadisastra, 1997).
Hijauan diartikan sebagai pakan yang mengandung serat kasar, atau bahan yang
tak tercerna, relatif tinggi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ternak ruminansia
membutuhkan sejumlah serat kasar dalam ransumnya agar proses pencernaan berjalan
secara lancar dan optimal. Sumber utama dari serat kasar itu sendiri adalah hijauan
(Siregar 1994).
Salah satu jenis pakan ternak yaitu hijauan segar. Hijauan segar
merupakan bahan pakan ternak yang diberikan pada ternak dalam bentuk segar, baik
dipotong dengan bantuan manusia atau langsung disengut langsung oleh ternak dari
11
lahan hijauan pakan ternak. Hijauan segar umumnya terdiri dari daun-daunan yang
berasal dari rumput-rumputan (Gramineae) dan tanaman biji-bijian atau kacang-
kacangan (Leguminosa) (AAK, 1983).
12
antropurpureum), Gamal (Gliricidia sepium), Lamtoro (Leucaena glauca),
Banhinia (Rufescens lam) dan Turi (Sesbania Grandivora) (Tillman.dkk, 1991).
Di Farm Larasati terdapat ± 6 jenis hijuan, yang sempat kami lihat secara
fisik diantaranya Rumput gajah (Pennisetum Purpureum), king graas, Taiwan
Graas, Gamal (Gliricidia sepium), Lamtoro (Leucaena glauca), Turi (Sesbania
Grandivora) :
Tanah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik yaitu tanah yang
dalam, berstruktur lemah, subur dan drainase yang baik. Tanaman ini merupakan
tanaman hari pendek yang tidak akan tumbuh apabila tanaman tersebut ternaungi
dan akan tumbuh dengan sangat baik apabila mendapat cahaya penuh (Indoagro,
2011).
Bahan tanam untuk perbanyakan dapat digunakan stek, biji dan pols.
Panen pertama kurang lebih 60-80 hari atau 3 bulan sekali setelah tanam
sedangkan panen berikutnya setiap 40-45 hari sekali pada musim hujan dan 55-60
hari pada musim kemarau. Persiapan tanah dilakukan dengan pembajakan dan
penggaruan, kemudian dibuat guludan dan larikan untuk menanam benih. Bahan
tanam dari stek terdiri dari 3 buku dan ditanam pada guludan dengan 2 buku
masuk kedalam tanah sedangkan satu buku berada diatas permukaan tanah. Jarak
13
antar satu pohon ke pohon lain antara 70×70 cm atau 70×100 cm. Waktu
penanaman yaitu permulaan musim hujan. Rumput gajah umumnya dipanen
dengan sistem potong kemudian dibawa ke kandang (cut and carry), pemupukan
yang lengkap dibutuhkan untuk mendapatkan produksi yang baik.
b. Brachiari a humidicola
• Ekologi
Tumbuh pada beragam janis tanah mulai dari tanah sangat asam tidak
subur (pH 3,5), tanah dengan Alumunium tinggi, tanah liat berat merekah, sampai
14
tanah pasir berbatu pH tinggi. Kebutuhan Ca rendah. Tahan terhadap tanah
berpengairan buruk dan sering ditemukan pada tanah liat basah musiman, curah
hujan yang dibutuhkan1000-4000 mm tahunan dengan suhu tropis ketingian 1000m
dan dataran rendah pada lintang 27º . Tumbuh terbaik pada sinar matahari penuh
tetapi daya tahan naungan sedang, Kurang tahan naungan dibanding Stenotaphrum
secundatum, (ovalifolium, Arachis spp, CIAT 1992).
• Perkembangan reproduksi
• Penggembalaan/pemotongan
• Penanaman
• Nilai nutrisi
15
pada tanah asam tidak subur karena helai daun menjadi sangat berserat dan
berpigmen tinggi, (Miles, J.W., Maass, B.L. and do Valle, C.B. (eds)1996).
• Potensi produksi
• Produksi biji
Biji dapat dipanen tangan. Panen dapat mencapai sekitar 200-300 kg/ha.
Biji mungkin dorrman selama 9 bulan dan harus disimpan dalam suhu rendah dan
kondisi kelembaban rendah untuk mencegah penurunan kualitas biji, yang bisa
sangat parah. Pembentukan bunga terbatas dan produksi biji rendah pada garis
lintang rendah, (Schultze-Kraft, R. and Teitzel, J.K. 1992)
• Keunggulan
1) Tumbuh baik pada tanah tidak subur
2) Mudah ditanam dan menyebar dengan cepat dengan potongan batang.
3) Kemampuan sangat baik untuk menekan gulma.
4) Tetap menutup tanah dengan baik dibawah kondisi penggembalaan berat.
5) Daya tahan memadai terhadap spittlebugs.
6) Kenaikan berat badan tinggi karena kemampuannya untuk mendukung
tingkat penggembalaan yang tinggi.
• Keterbatasan
1) Tidak disukai ternak, terutama domba
2) Sulit mempertahankan legum yang ditanam bersama.
16
3) Memerlukan penggembalaan/pemotongan yang sering untuk
mempertahankan kualitas.
4) Rentan terhadap penyakit karat.
c. Rumput Raja (Penni setum purpureum Schumach)
Rumput Raja adalah salah satu jenis dari Rumput Gajah ( Pennisetum
purpureum Schumach) yang ada di Indonesia. Rumput ini adalah jenis rumput
baru yang belum banyak dikenal, yang merupakan hasil persilangan antara
pennisetum purpereum (rumput gajah) dengan pennisetum tydoides. Batang dan
daunnya berukuran paling besar dibandingkan dengan rumput lainnya, oleh
karena itu disebut sebagai King Grass. Rumput Raja memiliki batang yang keras
dengan daun berbulu kasar serta memiliki bercak berwarna hijau muda.
Produktivitas Rumput Raja jauh lebih tinggi dari rumput-rumput unggulan
lainnya, serta mempunyai kandungan zat makanan yang cukup bergizi. Menurut
hasil penelitian, didapat data sebagai berikut :
Sedangkan kandungan zat makanan yang ada dalam Rumput Raja adalah :
Rumput Raja mudah ditanam di segala kondisi tanah, mulai dari dataran
rendah hingga dataran tinggi. Rumput Raja menyukai tanah subur dan curah hujan
yang merata sepanjang tahun. Akan tetapi, untuk penanaman skala besar, tetap harus
memperhitungkan beberapa faktor sebagai berikut :
17
• Sumber air, karena air merupakan salah faktor yang sangat vital pada saat masa
pertumbuhan Rumput Raja. Dengan adanya saluran air, juga mempermudah
penyebaran pupuk secara otomatis melalui saluran pembuangan.
• Kondisi Tanah, agar sesuai dengan keperluan petumbuhan Rumput Raja.
Untuk PH tanah yang terlalu “asam” (PH dibawah 7) dapat ditambahkan kapur,
sedangkan untuk pH tanah terlalu “basa” (PH diatas 7) dapat digunakan pupuk
yang mengandung sulfur (ZA).
• Topografi, penting untuk perencanaan pengolahan lahan dan sistem penanaman
rumput. Pada kemiringan tanah diatas 18 0 sudah tidak efektif lagi untuk
penanaman. Disamping itu semakin tinggi derajat kemiringan tanah semakin
rendah efisiensi penggunaan pupuk dan membutuhkan upaya keras untuk
mempertahankan kelestarian kesuburan tanah.
• Penyiapan Bibit Rumput Raja
18
pemupukan dilakukan ± 3- 4 kali per tahunnya, dan setelah tiga kali
pemotongan dengan dosis yang sama.
5) Pemotongan (defoliasi) Rumput Raja dapat dilakukan pada umur tanaman
2-3 bulan sebagai potong paksa. Hal ini bertujuan untuk menyamakan
pertumbuhan dan merangsang pertumbuhan jumlah anakan. Pemotongan
berikutnya dilakukan sekali setiap 6 minggu, kecuali pada waktu musim
kemarau waktu potong sebaiknya diperpanjang. Tinggi pemotongan 10-
15 cm dari permukaan tanah. Hindari pemotongan yang terlalu tinggi
karena akan banyak sisa batang yang mengayu (keras). Demikian juga
jangan dipotong terlalu pendek, karena akan mengurangi mata atau tunas
muda yang tumbuh.
6) Peremajaan Rumput Raja dilakukan setelah tanaman tersebut mencapai
umur 3 – 4 tahun atau setinggi-tingginya 4,5 tahun. Hal ini tergantung
situasi dan konsidi daerahnya. Sedangkan pelaksanaannya dapat
dilakukan secara bertahap, yaitu diantara rumpun lama ditanam stek atau
pols baru, setelah tanaman tresebut mulai tumbuh dengan baik, maka
rumpun lama dibongkar. Begitu seterusnya sehingga kebutuhan rumput
potongan tetap tersedia, (Anonim 2013 acres-wild.com).
d. Taiwan Grass dapat mencapai 4 -5 meter. Kultivar ini yang disenangi dan
dianjurkan oleh BIB Lembang untuk ditanam. Batangnya lunak, daun
lebar berbulu lembut, tingkat nutrisi cukup baik. Ciri ciri lain adalah pada
batang muda pangkal batangnya bawah yang dekat ke tanah berwarna
kemerah merahan. Namun beberapa rekan peternak di Lembang kurang
menyukai kultivar ini karena lunaknya batang tersebut sehingga cenderung
mudah roboh apabila diterpa angin kencang. Produktivitas tinggi, bisa
mencapai 300 ton / hektar per tahun dengan kondisi pemupukan dan
pemeliharaan optimal. Selain itu, Taiwan (juga King Grass) membutuhkan
air yang cukup banyak. Pengamatan kami, produksi per rumpun bisa lebih
dari 7 kilogram (basah) per panen. Cara perawatan dan penaganan rumput
ini sama seperti rumput gajah dan king grass, (Anonim 2013).
19
Ca
e. Gamal
BK PK SK ABU Ca P CP
20
f. Turi (Sesbania Glandifora)
21
mempunyai daya toleransi yang lebih tinggi terhadap kemasaman tanah,
tahan pangkasan dan cepat kembali bertunas sesudah pemangkasan.
Kaliandra mempunyai daya adaptasi yang cukup luas tetapi kalah populer
dibandingkan dengan gliricidia. Lamtoro dapat digunakan sebagai
tanaman ternak, tanaman pelindung, mempertahankan kesuburan tanah
dan mencegah erosi. Jarak taman yaitu 180-240 cm, pemotongan pertama
dapat dilakukan pada waktu tanam berumur 6-9 bulan kemudian
pemotongan dapat diulangi 4 bulan sekali (Anonom 2013).
22
BAB III
METODE PELAKSANAAN
23
merekam segala kejadian di lapangan dan metode wawancara juga
dilakukan dalam pembuatan laporan ini yaitu dengan bertatap langsung
dengan peternak dan memberikan sejumlah pertanyaan. Dalam hal ini yang
diteliti adalah breeding ternak dan hijauan, feeding dan manejemen
pengolahan perkandangan, pemeliharaan ternak, tata laksana ladang,
sistem pemeliharaan manejemen hijauan makanan ternak dan
pengolahan pakan ternak.
24
3.4.1 Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung
yang berkaitan dengan materi praktek kerja lapangan dan kegiatan yang
dipelajari
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
26
Gunung Ciremai, gunung tertinggi di Jawa Barat, berada diketinggian 500 meter
di atas permukaan air laut lokasi strategis dan subur sehingga pengembangan
Pertanian dan Peternakan sangat cocok didirikan koperasi, untuk lokasi Farm
Larasati sendiri berada dibelakang Lapas dekat dengan tempat wisata Curug
Landung diatas ketinggian 1100 diatas permukaan air laut
STRUKTUR ORGSNISASI
KETUA
ARIP SETIADI
1. Peluang Perusahaan
Jumlah penduduk Indonesia terus meningkat, selaras gaya hidup
masyarakat yang sudah mulai modern dan kesadaran masyarakat akan
kebutuhan nutrisi terutama protein hewani. Begitu luas pasar untuk daging
sapi sehingga tidak ada keraguan untuk mengembangkan usaha sapi
potong selain hijauan yang mudah dibudayakan, banyak menggunakan
limbah yang memiliki nilai jual cukup ekonomis sebagai daerah seperti,
kulit pisang, kulit singkong, ampas tahu dibeberapa daerah.
Indonesia sampai saat ini belum memenuhi kebutuhan daging dari
dalam negeri hal ini merupakan peluang yang sangat baik untuk terus
28
mengembangkan usaha beternak sapi potong. Bisnis sapi potong yang
sangat luas ini ternyata hanya dikuasai oleh beberapa orang saja, yaitu
orang-orang yang mengetahui peluang tersebut dan kebanyakan bukan
orang yang memiliki latar belakang pendidikan peternakan. Dan orang-
orang peternakan hanya sebagai karyawan dalam bidangnya sendiri.
2. Kendala Perusahaan
Kendala pada perusahaan ini adalah manajemen pemeliharaan dan
bisnis yang kurang baik, yang mana manajer tersebut kurang mengontrol
kandang dan kurangnya pengelolaan tenaga kerja yang belum dapat
optimal, biaya pakan terlalu tinggi, pemeliharaan terlalu lama sehingga
biaya pengeluaran untuk pakan dan tenaga terlalu banyak. Kendala
umumnya adalah belum dapat mengoptimalkan produksi daging dengan
biaya yang ekonomis.
29
4.2.1 Pengadaan Sapi Bakalan
Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu Bos Indikus
(berpunuk), Bos Taurus dan Bos Sundaicus. Bos Indikus merupakan bangsa sapi yang
terdapat didaerah tropis, Bos Taurus merupakan bangsa sapi yang terdapat didaerah
dingin dan Bos Sundaicus merupakan bangsa sapi yang berada didaaerah tropis. Sapi
yang diusahakan sebagai sapi potong memiliki ciri antara lain: ukuran tubuh besar, bentuk
persegi panjang atau balok, kualitas daging baik, laju pertumbuhan cepat, sepat dewasa,
efisiensi pakan tinggi (Santoso, 1995).
Sapi bakalan yang digunakan di Farm Larasati diperoleh dari seleksi bakalan yang
dilakukan oleh manajer. Jenis sapi di Farm Larasati ini adalah Limousine, dan Simmental,
kriteria sapi yang digunakan sebagai bakalan seperti Pegon, Marlboro dan Carolis jantan
yang memiliki tingkat genetic Bos Taurus yang cukup tinggi. Pemilihan sapi jantan
karena dianggap lebih cepat besar, memiliki pertambahan berat badan yang lebih tinggi
dibandingkan betina dan memiliki berat dewasa jauh lebih tinggi. Sapi dengan kualitas
genetic yang baik akan tumbuh dengan baik/cepat sehingga produksi daging menjadi
lebih tinggi. Selain itu juga diperhatikan postur tunuh besar dan dalam dalam, mata jernih,
bulu halus dan mengkilap, badan panjang, lebar dan dalam.
30
No Jenis Sapi Potong Jumlah
1 Limousin 15 Ekor
2 Simmental 15 Ekor
3 Friesien holstein 32 Ekor
Jumlah 62 Ekor
4.2.2 Kandang
Lokasi peternakan di Koperasi Larasti terletak di pegunungan yang merupakan
dataran tinggi, Dengan suhu rata-rata 27° C pada siang hari dan 19°C pada malam hari.
Sedangkan kelembaban pada daerah ini berkisar 60-80%. Suhu dan kelembaban tersebut
sangat cocok untuk peternakan sapi potong jenis Simmental dan Limousin karena sapi
tersebut dapat menyesuaikan dengan lingkungan. Pertumbuhan sapi potong optimal pada
kisaran suhu 10°-27°C dengan kelembaban berkisar antara 60-90% (Abidin, 2002)
Sapi termasuk hewan yang peka terhadap keadaan perubahan suhu lingkungan.
Terutama perubahan yang drastis suhu tinggi bisa menyebabkan konsumsi pakan
menurun dan berakibat pada menurunnya laju pertumbuhan. Pada hewan tertentu, suhu
tinggi juga berpengaruh terhadap kemampuan reproduksi, yakni menurun. Pemaksaan
penggunaan suatu lokasi yang temperaturnya fluktuasi, kurang cocok bagi hewan, akan
menyebabkan menurunnya produksi. Mudah dalam teknologi yang berurusan dengan
iklim misalnya dengan penggunaan AC dan heater, tetapi hal ini malah menambah beban
usaha.
31
Kontruksi kandang harus diperhatikan dengan cermat karena keadaan kandang
yang dibuat nantinya akan memudahkan operasional kerja dengan baik. Operasional kerja
yang bisa terlaksana dengan praktis seperti pemberian pakan dan minum, sanitasi
kandang. Kerangka kandang di Farm Koperasi Larasati terbuat dari bahan besi dan beton
yang disesuaikan dengan model kandang yang diinginkan, bahan atap kandang yang
dipergunakan yaitu baja ringan dengan model atap monitor sehingga memudahkan dalam
sirkulasi udara.
Dinding kandang di Farm Koperasi Larasati terbuat dari tembok dengan model
tertutup sepenuhnya karena terletak di dataran tinggi. Dinding kandang berfungsi untuk
mengurangi terpaan angina secara langsung kedalam kandang, menghambat keluarnya
panas tubuh pada ternak pada malam hari, dan membatasi ternak agar tidak bisa keluar.
Lantai kandang terbuat dari beton yang dilengkapi dengan karpet karena disini
adalah tempat berdirinya sapi sehingga peternak harus membuat sapi nyaman. Alasnya
tidak keras, rata, dan tidak licin sehingga dapat membuat sapi nyaman dan tidak
berbahaya bagi ternak dan para pekerja. Selokan untuk menampung urine dan sisa
pembersihan kotoran sapi sudah ditata dengan baik sehingga air tersebut dapat mengalir
dengan lancar.
Pakan sapi perah menjadi factor utama yang dapat mempengaruhi produksi dan
kualitas susu, serta bisa mempengaruhi kesehatan sapi baik Kesehatan tubuhnya maupun
Kesehatan reproduksinya.pemberian pakan harus sesuai dengan berat badan sapi,kadar
lemak susu dan produksi susunya terutama bagi sapi sapi yang telah produksi. Macam-
macam pakan sapi perah yang ada di FARM LARASATI :
32
1. Pakan kasar ( Hijauan )
Pada umunya sapi perah biasa di berikan hijauan seperti rumput gajah, rumput benggala,
rumput setaria, daun turi dan dain lantaro. Pemberian hijaun sebaiknya dilakukan setelah
pemerahan agar tidak mempengaruhi kualitas susu
2. Pakan penguat ( Konsentrat )
Konsentrat merupakan campuran dari beberapa bahan pakan seperti bungkil kelapa,
bungkil kacang tanah, kapur dan tepung tulang. Pemberian konsentrat pada sapi perah
tergantung pada berat badan dan tingkat produksi susunya
3. Pakan tambahan
Pakan tambahan yang di gunakan oleh farm larasati yaitu seperti ampas tahu, kulit
singkong dan kulit pisang, pemberian pakan tambahan dilakukan dnegan cara pembagian
klompok sapi produktif dan sapi laktasi dengan jumlah 2kg untuk satu ekor sapi dalam
sehari.
Pakan pedet berumur 0-4 bulan adalah air susu induknya. Namun, pedet dalam
peternakan sapi perah hanya diberi susu induk selama 7 hari pertama sejak lahir. Susu
yang dihasilkan selama sekitar 7 hari pertama tersebut dinamakan kolostrum. Kolostrum
banyak mengandung zat kekebalan tubuh, protein dan mineral sehingga sangat
dibutuhkan pedet yang baru lahir. Paling lambat 0,5-1 jam setelah pedet lahir, kolostrum
harus diberikan. Jika pemberian kolostrum terlambat, pedet akan mudah terserang
penyakit.
Pedet sejak lepas kolostrum sampai disapih, pakan yang diberikan selain susu atau
pengganti susu juga harus diberi calf starter, hijauan dan air minum. Calf starter atau
pakan pemula yang diberikan kepada pedet adalah pakan penguat yang berkadar protein
tinggi. Pakan pemula ini terdiri atas ½ bagian tepung bungkil kelapa, ¼ bagian tepung
33
kacang tanah dan ¼ bagian tepung jagung. Sementara itu, hjauan yang diberikan harus
kering atau dilayukan terlebih dahulu agar pedet tidak kembung atau mencret.
Pada masa ini, pedet sudah mampu makan konsentrat dan rumput. Pemberian
pakan dan air kepada pedet lepas sapih sebaiknya ad libitum (tidak terbatas). Patokan
pemberian pakan kepada pedet adalah konsentrat 11,5% dan hijauan 10% dari bobot
hidup. Susunan konsentrat untuk pedet lepas sapih terdiri atas 26% bungkil kelapa, 24%
bungkil kedelai, 25% dedak halus dan 25% ampas tapioka.
c. Sapi Dara
Pada prinsipnya, pakan sapi dara sama dengan pakan pedet lepas sapih. Agar lebih
ekonomis, kadar protein pada bahan konsentratnya dapat lebih rendah dari pakan pedet
sehingga biayanya lebih murah. Hal ini disebabkan protein dan energi dapat diperoleh
dari rumput, hijauan kering atau pasture (padang rumput) yang baik. Namun, jika hijauan
atau rumput tersebut berkualitas rendah, harus ditambah pakan konsentrat yang berkadar
protein 15-16%. Pemberian pakan mempengaruhi perkembangan sapi dara, baik
perkembangan tubuhnya maupun alat reproduksinya. Konsentrat yang diberikan untuk
sapi berumur 8-14 bulan idealnya berupa 55% bungkil kelapa, 40% dedak halus dan 5%
ampas tapioka.
Sapi dewasa yang sedang berada pada masa produksi disebut juga sapi laktasi.
Pakan diperlukan oleh sapi laktasi untuk kebutuhan hidup pokok dan produksi susu. Jika
jumlah dan mutu pakan yang diberikan kurang, hasil susunya tidak akan maksimal. Pakan
yang diberikan kepada sapi perah pada masa produksi berupa complete feed dengan
kandungan protein 15%, ampas tahu dan rumput. Complete feed diberikan sebanyak 8
kg/hari, ampas tahu sekitar 10 kg/hari dan rumput 30-35 kg/hari. Pakan complete feed
diberikan 3 kali sehari, yakni pagi, siang dan sore. Hal ini bertujuan untuk
mengoptimalkan kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan. Sementara itu, pemberian
rumput dilakukan 2 kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Pemberian rumput tetap
berpatokan 10% dari bobot hidup. Kualitas rumput atau hijauan akan mempengaruhi
34
kualitas susu yang dihasilkan, terutama kadar lemaknya. Hijauan yang biasa diberikan
kepada sapi perah sebagai berikut :
A. Limbah pertanian, seperti daun jagung, daun kacang tanah, jerami padi, daun ubi
jalar.
B. Rumput alam atau rumput lapangan.
C. Rumput hasil budidaya, seperti rumput gajah dan sulanjana.
D. Pakan Sapi yang Akan Beranak
Setelah bunting 7 bulan, sapi harus dikeringkan atau tidak boleh diperah. Sapi
yang akan beranak sebaiknya diberi pakan, baik konsentrat maupun hijauan dengan porsi
sesuai dengan batas maksimalnya. Sementara itu, air diberikan secara ad libitum (tidak
terbatas). Hal ini dimaksudkan agar dimaksudkan agar kebutuhan sapi baik induk maupun
janin yang dikandungnya benar-benar terpenuhi. Pakan tambahan berupa telur (5 butir),
madu (50 cc) dan gula merah (1 kg) biasa diberikan setelah sapi beranak. Pakan tambahan
ini diberikan bertujuan untuk mengganti tenaga yang terkuras saat sapi beranak. Oleh
karena itu, sapi harus diberi pakan secara ad libitum (tidak terbatas).
Frekuensi pemberian pakan yang dilakukan di Farm Koperasi Larasati dua kali
yaitu pagi dan sore hari. Konsentrat diberikan terlebih dahulu selang 1jam diberikan
hijauan dikarenakan nutrient yang terkandung dalam konsentrat akan membantu mikrobia
dalam rumen untuk mencerna hijauan akan lebih efisien. Hal ini sesuai dengan pendapat
( Siregar, 2003) yang menyatakan bahwa pemberian konsentrat dan hijauan diaturr dalam
suatu teknik yang memberikan tingkat kecernaan ransum yang lebih tinggi sebab,
pemberian hijauan yang hamper bersamaan dengan konsentrat akan berakibat pada
penurunan kecernaan bahan kering dan bahan organic ransum. Adanya hijauan dan
konsentrat pada waktu yang bersamaan akan mengurangi kecernaan hijauan didalam
rumen. Hal ini terjadi karena mikroorganisme dalam rumen mempunyai preferensi untuk
mencerna konsentrat terlebih dahulu (umumnya konsentrat lebih muda dicerna
dibandingkan hijauan). Pemberian konsentrat yang dilakukan satu jam sebelum
pemberian hijauan akan meningkatkan kecernaan bahan kering dan bahan organic
ransum. Hal ini terjadi karena konsentrat yang relatif banyak mengandung pati sebagian
besar sudah dicerna oleh mikroorganisme rumen pada saat hijauan mulai masuk ke dalam
rumen.
35
4.2.4. Penanganan Kesehatan
Kesehatan ternak merupakan salah satu factor yang sangat penting dalam usaha
peternakan sapi. pengendalian penyakit, yang lebih utama dilakukan adalah pencegahan
penyakit dari pada pengobatan, karena penggunaan obat akan menambah biaya produksi
dan tidak terjaminnya keberhasilan pengobatan yang dilakukan.
Untuk sanitasi kandang dilakukan pembersihan selama selama satu kali untuk
pembersihan lantai kandang dengan tempat pakan minum meliputi pembuangan kotoran
dan sisa pakan hijauan, sanitasi lingkungan dengan menyapu dan pembersihan alat-alat
kandang. Sanitasi kandang sendiri dilakukan setiap pukul 09.00 setelah pemberian pakan.
Sanitasi terhadap ternak dengan memandikan ternak dilakukan dua kali sehari
pagi dan sore hari setelah pemberian pakan ternak supaya ternak ini sehat dan jauh dari
penyakit, selain menjaga kebersihan lingkungan pengendalian pada penyakit ternak juga
dilakukannya vaksinasi, vaksinasi dibutuhkan sapi selama proses pemeliharaan untuk
meningkatkan kekebalan tubuh. Dengan demikian sapitidak akan terserang bpenyakit
yang disebabkan oleh mikroorganisme sesuai penentuan vaksin tersebut. Pemberian
vaksin di Farm Koperasi Larasati dilakukan pada saat sapi berada dikandang karantina.
Penyakit yang sering menyerah di Farm Koperasi Larasati ini adalah diare, dan ditambah
dengan wabah PMK.
36
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Praktik Kerja Lapangan di Farm Koperasi Larasati maka dapat
diambil keputusan sebagai berikut :
1. Penempatan praktik kerja lapangan di Farm laras ati sangat bagus untuk
pengalaman tentang pengembangan ternak sapi potong dan sapi perah dengan
proses pemasaranya hasil susu yang di Kelola di farm larasati tersebut
2. Farm larasati memiliki luas lahan untuk hijauan pakan yaitu sekitar 2 hektar
yang cukup untuk memeuhi bahan pakan hijauan untuk ternak sapi tersebut
yang di tanamani jenis hijauan diantaranya king graas,rumput gajah. Hijauan
yang di budidaya di farm larasati sangat mendominasi untuk memenuhi
kebutuhan hijauan untuk sapinyang di ternak oleh farm larasati
3. System pemberian pakan pada ternak dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi
dan sore hari sebelum melakukan pemerahan susu
4. Hasil produksi susu pada sapi perah di farm larasati sangat stabil dikarenakan
hijauan dan pakan tambahan tersedia melimpah
5. Pengolahan hijauan sebagai bahan utama pakan ternak ruminansia sangat
memadai dengan ketersediaanya yang cukup
5.2 Saran
1. Perlu adanya pengolahan limbah untuk menambahkan pendapatan dan juga
mengurangi populasi dan juga bisa di manfaatkan sebagai pupuk untuk di
ladang
2. Sebaiknya adanya penambahan untuk sarana dan prasarana seperti alat
untuk kebersihan kendang
3. Untuk pengelolaan hasil panen hijauan pakan sebaiknya ada tempat
penyimpanan dengan baik agar kualitas hijauan terjaga dengan baik
4. Perlunya renovasi tentang kondisi kendang yang rusak.
37
DAFTAR PUSTAKA
Prakoso, G. P. (2019). Evaluasi Manajemen Pemberian Pakan Sapi Perah Pada Usaha
Peternakan Rakyat Di Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang.
http://repository.ub.ac.id/179768/
Wahyuni, E., & Amin, M. (2020). Manajemen Pemberian Pakan Sapi Bali. Peternakan
Lokal, 2(1), 1–7. https://doi.org/10.46918/peternakan.v2i1.829
38
Yogyakarta: BPFE. Universitas Gadjah Mada. 1985.
Siregar, S.B. Ransum Ternak Ruminansia. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. 1994.
Sumarno, B.
39
LAMPIRAN I
Gambar 3. Tata Lettak Kandang Farm Larasati Gambar 2. Proses Sanitasi Kanndang
40
LAMPIRAN II
Gambar 5 Pemberian Pakan Hijauan Pada Ternak Gambar 4 Pemberian Pakan Konsetrat Pada Ternak
Gambar 7 Proses Pembersihan Tempat Pakan dan Gambar 6 Pengambilan Hijauan Dari Ladang
Minum Ternak
41
LAMPIRAN III
42