Puji beserta syukur penulis ucapkan atas kehadiran Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah
proposal penelitian yang berjudul ”Pengaruh Penambahan Kulit Kopi Arabika
(Coffea arabica) Terhadap Karakteristik Kerupuk Udang Vannamei”. Proposal
ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknologi Pertanian di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas, Padang.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan informasi kepada
masyarakat luas dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan untuk masa
yang akan datang.
FNH
i
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
ii
3.4 Prosedur Penelitian ............................................................................................ 20
3.4.1 Penentuan Formulasi................................................................................... 20
3.4.2 Prosedur Pembuatan Kerupuk .................................................................... 20
3.5 Pengamatan ....................................................................................................... 21
3.6 Metode Analisis ................................................................................................. 22
3.6.1 Analisis Kimia ............................................................................................ 22
3.6.1.1 Kadar Air .............................................................................................. 22
3.6.1.2 Kadar Abu ............................................................................................ 22
3.6.1.3 Kadar Protein Metode Kjeldahl ........................................................... 23
3.6.1.4 Kadar Total Serat Kasar ....................................................................... 24
3.6.1.5 Kadar Lemak Metode Soxhlet ............................................................. 24
3.6.2 Analisis Fisik .............................................................................................. 26
3.6.2.1 Uji Daya Kembang............................................................................... 26
3.6.2.2 Uji Daya Serap Minyak ........................................................................ 26
3.6.2.3 Uji Kekerasan ....................................................................................... 26
3.6.2.4 Pengukuran Susut Masak ..................................................................... 27
3.6.3 Analisis Mikrobiologi ................................................................................. 27
3.6.3.1 Uji Angka Lempeng Total ................................................................... 27
3.6.4 Analisis Organoleptik ................................................................................. 28
LAMPIRAN ............................................................................................................... 38
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
vi
I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu Negara penghasil kopi terbesar setelah Brazil,
Viertnam dan Columbia. Tumbuhan Kopi merupakan komoditi perkebunan yang
berasal dari Benua Afrika yaitu dari daerah pegunungan di Etiopia dan Eritrea. Kopi
merupakan tanaman tropis yang tumbuh pada dataran tinggi 1200 – 1700 meter diatas
permukaan laut (Sairdama, 2013). Produksi kopi secara global sekitar 9,5 juta ton
pada tahun 2017-2018 dan meningkat menjadi sekitar 10,2 ton pada tahun 2018-2019
(Adam et al., 2020). Kopi memiliki beberapa jenis yang terkenal yaitu Kopi Arabika
(Coffea arabica L), Kopi Robusta (Coffea conephora var. robusta), Kopi Liberika
(Coffea liberica) dan Kopi Ekselsa (Coffea excels) (Rahmat, 2014).. Dari 4 jenis kopi
tersebut kopi arabika dan robusta yang memiliki nilai ekonomis paling tinggi dan
biasanya diperdagangkan secara komersial (Rahardjo, 2012).
Kopi arabika memiliki cita rasa dan aroma yang lebih unggul dibandingkan
kopi robusta. Kopi arabika lebih sering dikonsumsi oleh masyarakat dikarenakan cita
rasa nya yang manis. Hal ini disebabkan oleh kandungan gula yang tinggi pada kopi
arabika sehingga rasa nya lebih manis bila dibandingkan dengan kopi robusta
(Farhaty dan Muchtaridi, 2016). Data International Coffee Organization (ICO),
tingkat konsumsi kopi di Indonesia tumbuh 44% dalam periode sepuluh tahun
(Oktober 2008—September 2019) (Kementerian Perdagangan Indonesia, 2020).
Peningkatan produksi kopi ini berpengaruh terhadap produksi limbah yang
dihasilkan.
Limbah buah kopi biasanya berupa daging buah yang secara fisik komposisinya
mencapai 48%, terdiri dari kulit buah 42% dan kulit biji 6% (Zainuddin et al, 1995).
Sementara menurut Simanihuruk et al. (2010), proporsi kulit kopi yang dihasilkan
dalam pengolahan cukup besar, yaitu 40-45%. Di dalam kulit kopi mengandung
protein kasar 10,4% dan serat kasar 17,2% (Zainuddin et al., 1995). Limbah kopi juga
mengandung beberapa zat kimia seperti alkaloid, tanin, dan polifenol. (Bakker, 2013).
2
Limbah kulit kopi dapat menjadi alternatif bahan utama dalam pembuatan kerupuk
yang dapat dikombinasikan dengan tepung serta udang. Oleh karena itu, perlu
dilakukan formulasi yang tepat agar kualitas kerupuk yang dihasilkan bermutu bagus,
tidak hanya dalam segi rasa dan warna namun kerupuk diharapkan juga memiliki
nilai gizi yang baik.
Pada pra penelitian yang telah dilakukan penambahan limbah kulit kopi
sebanyak 3% ke dalam kerupuk sudah muncul rasa khas dari limbah kulit kopi itu
sendiri dan penambahan tertinggi sebanyak 12% yang mana rasa limbah kulit kopi
sudah kuat dan mendominan. Oleh karena itu, konsentrasi penambahan limbah kulit
kopi yang dilakukan yaitu 0%, 3%, 6%, 9%, dan 12%. Konsentrasi ini dipilih dapat
menjadi pra duga awal bahwa penambahan limbah kulit kopi terhadap karakteristik
kerupuk dapat menghasilkan rasa, aroma, dan tekstur yang berbeda dari kerupuk pada
umumnya tetapi perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang persentase konsentrasi
limbah kulit kopi terbaik terhadap penerimaan organoleptik.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul ”Pengaruh Penambahan Kulit Kopi Arabika (Coffea
arabica) Terhadap Karakteristik Kerupuk Udang Vannamei”
2.1 Kerupuk
Kerupuk adalah makanan yang dibuat dari adonan tepung dicampur dengan
lumatan udang atau ikan, setelah dikukus disayat-sayat tipis atau dibentuk dengan alat
cetak dijemur agar mudah digoreng. Kerupuk dapat dikonsumsi sebaagai makanan
cemilan maupun sebagai penambah makanan lauk pauk. Kerupuk terbuat dari
bahanbahan yang mengandung pati cukup tinggi. Pada dasarnya kerupuk mentah
diproduksi dengan gelatinisasi pati adonan pada tahap pengukusan, selanjutnya
adonan dicetak dan dikeringkan. Pada proses penggorengan akan terjadi penguapan
air yang terikat dalam gel pati sehingga terjadi pengembangandan sekaligus terbentuk
rongga-rongga udara pada kerupuk yang telah mengalami proses penggorengan
(Koswara, 2009).
Berbagai jenis kerupuk banyak dijumpai dipasaran, seperti kerupuk udang atau
ikan, kerupuk mie, kerupuk gendar, kerupuk kulit kerupuk sayur, kerupuk buah dan
lain sebagainya. Dilihat dari namanya saja jelas bahwa masing- masing kerupuk
memiliki perbedaan dari segi komposisinya. Berdasarkan bahan-bahan pemberi rasa
yang digunakan dalam pengolahannya dikenal sebagai, kerupuk udang, kerupuk ikan,
kerupuk terasi dan beberapa jenis lainnya. Berdasarkan cara pengolahan dan bentuk
kerupuk dikenal beberapa kerupuk seperti kerupuk mie, kerupuk kemplang, kerupuk
atom, kerupuk merah dan lain sebagainya. Berdasarkan komposisi bahan yang
digunakan, kandungan utama kerupuk adalah zat pati, kemudian sedikit protein yang
berasal dari udang atau ikan, serta mungkin beberapa jenis vitamin dan mineral yang
berasal dari ikan dan udang (Koswara, 2009).
Adapun syarat mutu kerupuk udang berdasarkan Standar Nasional Indonesia
(SNI) yang dapat dilihat pada berikut.
6
CATATAN
n jumlah sampel uji
c 2 kelas sampling : jumlah maksimum sampel yang diperbolehkan melebihi batas persyaratan
maksimum yang tercantum pada m
3 kelas sampling : jumlah maksimum sampel yang persyaratannya berada antara m dan M dan
tidak boleh satupun sampel melebihi batas persyaratan maksimum yang
tercantum pada M serta sampel yang lain harus kurang dari nilai m
m (2 kelas sampling) : batas persyaratan maksimum
M (3 kelas sampling) : batas persyaratan maksimum
Sumber : Badan Standarisasi Nasional (2009)
Dari segi gizi, apabila diamati dari komposisinya kerupuk dapat merupakan
sumber kalori yang berasal dari pati dan lemak (apabila telah digoreng), serta sumber
protein apabila ditambahkan ikan atau udang. Dari hasil analisis di laboratorium
ditemukan bahwa kadar air kerupuk mentah bervariasi dari 0,97% sampai 11,04 %
berat basah (dengan kadar air yang bervariasi dari 9,91 % sampai 14 %). Sedangkan,
kadar patinya bervariasi mulai dari 10,27 % sampai 26,37 % berat basah. Sesudah
digoreng kadar air kerupuk berkurang menjadi sekitar 1,05 % sampai 5,48 %,
sedangkan kadar lemak yang asalnya sekitar 1,40 % sampai 12,10 % menjadi sekitar
14,83 % sampai 25,33% berat basah (Koswara, 2009).
kopi tumbuh tegak, bercabang dan dapat mencapai tinggi 12 meter. Tanaman kopi
memiliki 2 tipe pertumbuhan cabang yaitu cabang ortotrop (tumbuh kearah vertikal)
dan plagiortrop (tumbuh kearah horizontal). Daunnya bulat telur dengan ujung agak
meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang dan ranting. Buah kopi
adalah bagian utama dari tanaman ini. Karena bagian inilah yang dimanfaatkan
sebagai bahan minuman. Buah kopi berbentuk bulat seperti kelereng, dengan
diameter sekitar 1 cm (Nurhakim dan Rahayu, 2014).
Proses perkecambahan menjadi bunga dan menghasilkan buah kopi
membutuhkan waktu 3 tahun. Semua spesies kopi berbunga bewarna putih dengan
aroma yang wangi. Bunga kopi akan tumbuh di ketiak daun kopi. Buah kopi terdiri
dari kulit buah (epicarp), daging buah (mesocarp) atau dikenal juga dengan sebutan
pulp dan kulit tanduk (endocarp). Buah yang terbentuk akan matang selama 7-12
bulan. Didalam buah kopi terdapat 2 biji kopi. Biji kopi dibungkus oleh kulit tanduk
(parchement skin) (Rahardjo, 2012).
Kopi arabika merupakan jenis kopi yang pertama masuk di Indonesia. Kopi
arabika memiliki cita rasa yang tinggi, kadar kafein yang rendah dan memiliki harga
jual yang lebih tinggi daripada kopi robusta. Kopi arabika lebih sering dikonsumsi
oleh masyarakat dikarenakan cita rasa nya yang manis. Hal ini disebabkan oleh
kandungan gula yang tinggi pada kopi arabika sehingga rasa nya lebih manis bila
dibandingkan dengan kopi robusta. Kopi arabika mudah diserang oleh karat daun
kopi terutama pada ketinggian kurang dari 600-700 meter dari permukaan laut. Kopi
arabika banyak ditumbuh di dataran dengan ketinggian di atas 500 meter dpl. Kopi
arabika akan tumbuh maksimal bila ditanam di ketinggian 1000- 2000 meter dpl
(Rahardjo, 2012).
Umumnya jenis limbah proses pengolahan kopi yang dihasilkan paling tinggi
yaitu limbah padat dan cair. Limbah buah kopi biasanya berupa daging buah yang
secara fisik komposisi mencapai 48%, terdiri dari kulit buah 42% dan kulit biji 6%
(Zainurdin dan Murtisari, 1995).
Menurut Esquivel dan Jimenez (2012), yang dikatakan limbah kulit kopi
adalah pulp (bagian mesokarp), skin (bagian eksokarp), mucilage dan parchment
(bagian endokarp). Pengolahan biji kopi menghasilkan limbah kulit buah kopi 50-
60% (Efendi dan Harta, 2014). Komposisi nutrisi kulit buah kopi adalah protein
(6,11%), serat kasar (18,69%), lemak (1,07%), kalsium (0,23%), dan posfor (0,02%)
(Bhoite dan Murthy, 2015). Senyawa fenolik pulp kopi terutama terdiri dari 42,2%
10
2.4 Udang
Udang adalah hewan kecil tak bertulang belakang (invertebrata) yang tempat
hidupnya di perairan air tawar, air payau dan air asin. Jenis udang sendiri ada lebih
11
dari 2000 spesies dan umumnya besar tubuhnya berkisar antara 2 cm sampai 23 cm.
Dari anatominya, udang memiliki 10 pasang kaki 2 antena sensor. Udang memiliki
ruas pada badannya yang berjumlah 13. Udang air tawar merupakan udang yang
termasuk pada keluarga Palaemodidae, sehingga para ahli sering menyebutnya
sebagai kelompok udang palaemonoid (Menristek, 2003). Pada saat ini sudah banyak
yang membudidayakan udang di kolam menggunakan air tawar, salah satunya udang
vannamei.
Tubuh udang vannamei berwarna putih transparan sehingga lebih umum
dikenal sebagai ―white shrimp‖. Namun, ada juga yang berwarna kebiruan karena
lebih dominannya kromatofor biru. Panjang tubuh dapat mencapai 23 cm. tubuh
udang vannamei dibagi menjadi dua bagian, yaitu kepala (thorax) dan perut
(abdomen). Kepala udang vannamei terdiri dari antenula, antenna, mandibula, dan
dua pasang maxillae. Kepala udang vannamei juga dilengkapi dengan tiga pasang
maxilliped dan lima pasang kaki berjalan (periopoda) atau kaki sepuluh (decapoda).
Sedangkan, pada bagian perut (abdomen) udang vannamei terdiri dari enam ruas dan
pada bagian abdomen terdapat lima pasang kaki renang dan sepasang uropuds (mirip
ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson (Yuliati, 2009).
Klasifikasi udang vannamei menurut Hilman Adijaya adalah sebagai berikut.
Phylum : Arthopoda
Sub Phylum : Crustacea
ClassSub Class : Malacostrata
Super ordo : Eumalacostraca
Ordo : Eucarida
Sub Ordo : Decapoda
Family : Dendrabrachiata
Sub Family : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Daging udang vannamei mempunyai kelebihan dalam hal kandungan asam
aminonya daripada daging hewan darat. Asam amino tirosin, triptofan, dan sisitin
12
lebih tinggi terdapat pada udang vannamei. Di samping itu, daging udang vannamei
mempunyai rasa lebih enak daripada daging hasil perikanan lainnya (Purwaningsih,
2000).
Udang memiliki peranan dalam kesehatan pertumbuhan dan perkembangan
manusia. Kandungan lemak (omega 3 dan omega 6) pada udang dan ikan bermanfaat
untuk perkembangan otak anak untuk bayi dan ibu hamil. Kemudian menurut Trung
Si et al..(2012) dalam udang terkandung kitosan, mineral, lipid, dan protein. Udang
juga banyak dimanfaatkan oleh industry pengolahan produk makanan sebagai
penambah nilai gizi protein pada produk. Secara umum nilai gizi yang terdapat pada
udang dapat dilihat bada tabel berikut.
Tabel 2. Nilai gizi udang vannamei
Kandungan Komposisi
Air (%) 78,2
Protein % 18,1
Lemak % 0,8
Karbohidrat % 1,4
Garam mineral (mg/100g) 145-320
Garam magnesium (mg/100g) 40-105
Phospor (mg/100g) 1,6
Zat besi (mg/100g) 140
Natrium (mg/100g) 220
Kalium (%) 0,81
Adapun syarat mutu udang segar yang harus dipenuhi berdasarkan SNI 01-
2728.1-2006 sebagai berikut.
Tabel 3. Persyaratan mutu udang segar
Jenis Uji Satuan Persyaratan
a. Organoleptik Angka (1-9) Min 7
b. Cemaran mikroba*
- ALT Koloni/g Maks 5,0 × 105
13
Tapioka umumnya berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak larut
dalam air dingin, tapi larut dalam air panas. Tapioka mengandung senyawa
amilopektin yang mempunyai sifat sangat jernih yang mampu meningkatkan
penampilan, memiliki daya pemekatan yang tinggi, dan suhu gelatinisasi yang rendah
(Nirawan, 1992). Kandungan nilai gizi tepung tapioka/ 100g bahan dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4. Nilai gizi tepung tapioka
Kandungan unsur gizi Komposisi
Energi (kkal) 362
Protein (%) 0,5
Lemak (%) 0,3
Karbohidrat (%) 86,9
Kalsium (mg/100 g) 20
Fosfor (mg/100 g) 7
Zat besi (mg/100 g) 1,58
Kadar air (%) 12
Tepung tapioka adalah hasil ekstraksi pati ubi kayu yang telah mengalami
proses pencucian secara sempurna serta dilanjutkan dengan pengeringan. Umumnya
berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa, dan tidak larut dalam air dingin, tapi larut
dalam air panas. Tepung tapioka hampir seluruhnya terdiri dari pati. Pati merupakan
senyawa yang tidak memiliki rasa dan bau (bland flavour) sehingga modifikasi rasa
pada tepung tapioka mudah dilakukan. Pati tersusun dari komponen utama, yaitu
amilosa dan amilopektin. Amilosa dan amilopektin dapat dipisahkan dengan air panas
dibawah suhu gelatinisasi. Fraksi terlarut disebut amilosa sedangkan fraksi tidak
terlarut disebut amilopektin (Winarno, 2004).
Kandungan amilopektin berpengaruh terhadap daya kembang kerupuk saat
digoreng. Tepung tapioka memiliki kandungan amilopektin yang tinggi sehingga
akan meningkatkan kerenyahan kerupuk. Jumlah air yang digunakan dalam adonan
kerupuk akan mempengaruhi tingkat adonan kerupuk, penyerapan minyak dan
kerenyahannya. Bila jumlah air kurang, maka tidak terjadi gelatinisasi sempurna
selama pengukusan sehingga kerupuk tidak dapat mengembang dengan baik. Namun
apabila jumlah air yang digunakan berlebih, maka adonan menjadi lembek sehingga
adonan sulit dibentuk dan kerupuk sulit di iris (Mohammed et al.,1988).
Kandungan amilopektin yang tinggi pada tepung tapioka mempunyai daya lekat
yang tinggi, mempunyai sifat tidak mudah menggumpal, tidak mudah pecah atau
rusak dan suhu gelatinisasi nya relatif rendah antara 52-54ºC (Tjokroadikoesomo,
1993). Penggunaan bahan pengikat bertujuan untuk membantu proses gelatinisasi,
sehingga menghasilkan produk dengan nilai sensori yang baik dan dapat
mempengaruhi komposisi gizi produk yang dihasilkan.
Tepung terigu merupakan salah satu bahan dalam pembuatan kerupuk. Menurut
Matz (1972), tepung terigu merupakan tepung yang diperoleh dari biji gandum
(Triticum vulgare) yang digiling. Keistimewaan tepung terigu jika dibanding dengan
serealia lainnya adalah kemampuannya dalam membentuk gluten pada adonan yang
15
menyebabkan elastis atau tidak mudah hancur pada proses pencetakan dan
pemasakan.
Kandungan nilai gizi tepung terigu/100g bahan dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 5. Kandungan gizi tepung terigu
Kandungan Gizi Komposisi
Energi (kkal) 365
Protein (g/100 g) 8,9
Lemak (g/100 g) 1,3
Karbohidrat (g/100 g) 77,3
Air (g/100 g) 12,0
Kalsium (mg/100 g) 16,0
Fosfor (mg/100 g) 106
Zat Besi (mg/100 g) 1,2
Bdd 100
Sumber : Daftar Komposisi Makanan (2012)
Tepung terigu berasal dari biji gandum, maka disebut tepung gandum. Protein
dalam gandum yang berupa gliadin dan glutenin membantu proses pengikatan air
dalam adonan kerupuk. Dengan demikian penambahan tepung gandum dalam
pembuatan kerupuk akan meningkatkan kadar air adonan, sehingga akan
mempengaruhi proses gelatinisasi. Gelatinisasi merupakan suatu proses ketika
granula pati dipanaskan dengan air yang cukup sehingga terjadi pengembangan
granula pati dan menghasilkan cairan yang kental untuk memberikan kualitas produk
yang diinginkan (Rohaya et al. 2013).
Granula pati memiliki sifat yang tidak dapat larut dalam air dingin, namun
dapat mengembang dengan adanya air panas. pengembangan yang terjadi pada
granula pati bersifat bolak-balik (reversible) apabila berada di bawah suhu
gelatinisasi dan akan berubah menjadi tidak bolak-balik (irreversible) apabila telah
mencapai bahkan melewati suhu gelatinisasi. Suhu gelatinisasi tidak dapat ditentukan
secara spesifik karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pH, laju pemanasan,
metode preparasi bahan, serta terdapatnya garam dan gula (deMan, 1997).
Gluten merupakan kompleks protein yang tidak larut dalam air, berfungsi
sebagai pembentuk struktur kerangka produk. Gluten terdiri atas komponen gliadin
16
2.7 Bumbu-Bumbu
akan menjadi mekar ketika digoreng (Wiriono, 1994). Baking powder memiliki sifat
cepat larut pada suhu kamar dan tahan selama pengolahsn (Anni, 2008).
Menurut Rihastuti (2009) Pengembangan kerupuk terbaik diperoleh dari
kerupuk yang dibuat dengan menggunakan baking powder dan tepung campuran
yaitu tepung terigu dan tepung tapioka. Bertambahnya konsentrasi zat pengembang
atau baking powder akan membantu pengembangan adonan kerupuk, sehingga
tekstur kerupuk akan semakin renyah. Ini disebabkan karena gas yang dilepas
bersama-sama udara dan uap air terperangkap dalam adonan kerupuk.
III. METODE PENELITIAN
3.2.1 Bahan
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah kulit kopi
arabika yang diperoleh dari KPSU Solok Radjo, tepung tapioka, tepung terigu, udang,
air, garam, minyak goreng, baking powder, dan bawang putih. Limbah kulit kopi
yang diambil yaitu limbah kulit kopi yang sudah kering dengan kadar air sekitar 10-
12%. Sedangkan untuk udang yang digunakan yaitu udang vannamei (udang kaki
putih) yang umumnya ditangkap untuk dijadikan makanan.
Bahan kimia yang akan digunakan adalah aquades, asam sulfat (H2SO4) pekat,
NaOH 50%, larutan jenuh asam borat (H3BO3) 1%, HCl, H2SO4 0,225N, NaOH
0,313N, K2SO4 10%, alkohol 95%, larutan metanol, larutan DPPH, batu didih, air
destilasi indikator MM-MB, indikator phenolftalein 1%.
3.2.2 Alat
Alat-alat yang digunakan meliputi peralatan gelas, kukusan, cawan, oven, tanur,
neraca analitik, cawan porselen, desikator, blender, alat ekstraksi soklet, labu lemak,
spetrofotometer, pengaduk, pipet tetes, pipet ukur, gelas ukur, Erlenmeyer, kertas
19
saring, tabung reaksi, rak tabung reaksi, pisau, wadah, sendok, kompor, wajan,
talenan, aluminium foil, dan labu pemanas kjeldahl lengkap.
c. Pengeringan
Keringkan kerupuk sampai kadar airnya sekitar 12% atau kerupuk mentah yang
mudah dipatahkan. Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan sinar
matahari yaitu selama 2 hari jika cuaca cerah dan 4-5 hari bila cuaca kurang cerah.
d. Penggorengan
Penggorengan kerupuk dilakukan dengan menggoreng kerupuk langsung di dalam
minyak panas dengan menggunakan minyak yang banyak sehingga kerupuk
terendam dan matang dengan rata.
3.5 Pengamatan
Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah kadar air, kadar abu, kadar
protein, kadar serat kasar, kadar lemak dan aktivitas antioksidan pada kerupuk
sebelum dan sesudah penggorengan. Dilanjutkan dengan analisis daya kembang, daya
serap minyak, uji kekerasan/tekstur, susut masak, uji ALT serta uji organoleptik
dengan parameter warna, aroma, rasa, dan kerenyahan terhadap kerupuk yang telah
digoreng.
22
Keterangan :
W0 = Berat cawan kosong (g)
W1 = Berat sampel awal (g)
W2 = Berat sampel akhir dalam cawan (g)
%N = × 100%
% Serat =
Keterangan :
W0 = berat kertas saring kosong
W1 = berat bahan uji
W2 = berat kertas saring + residu setelah pemanasan
dan labu lemak dibawah. Selongsong lemak atau alat sokletasi dimasukkan ke dalam
tabung soxhlet dan disiram dengan pelarut lemak atau biasa dipakai pelarut heksan.
Tabung ekstraksi dipasang pada alat destilasi soxhlet kemudian dipanaskan selama 6
jam pada suhu 40°C menggunakan bantuan pemanas listrik. Destilasi dilakukan
terhadap pelarut lemak yang ada dalam labu lemak hingga semua pelarut lemak
menguap dan lemak tertinggal didalam labu lemak. Labu lemak selanjutnya
dimasukkan kedalam oven pada suhu 105°C, setelah itu labu didinginkan dalam
desikator hingga beratnya konstan (W3). Kadar lemak ditentukan dengan
menggunakan rumus :
% Kadar Lemak =
Keterangan :
W3 = berat labu lemak dan lemak hasil ekstraksi (g)
W2 = berat labu lemak kosong (g)
W1 = berat sampel (g)
% Antioksidan = 0%
26
Keterangan :
Ac = Nilai absorbnsi blanko
As = Nilai absorbansi sampel
Daya Kembang = %
Keterangan :
P1 = Luas kerupuk mentah
P2 = Luas kerupuk setelah digoreng
start untuk menguji tekstur sehingga muncul sehingga muncul hasil analisis
kekerasan dari produk tersebut.
Perhitungan :
Keterangan :
p = panjang
l = lebar
t = tinggi
4.2 Perhitungan
FK =
JKP = - FK
4. Jumlah Kuadrat Sisa (JKS)
JKS = JKT – JKP
30
KTP =
KTS =
7. db total = (p.u) – 1
8. dbp = p – 1
9. dbs = p (u – 1)
10. F hitung =
KK = √ ̅ %
Keterangan :
SK = Sumber Keragaman KTP = Kuadrat Tengah Perlakuan
KT = Kuadrat Tengah JK = Jumlah Kuadrat
FK = Faktor Koreksi KTS = Kuadrat Tengah Sisa
JKP = Jumlah Kuadrat Perlakuan p = Perlakuan
db = Derajat Bebas JKT = Jumlah Kuadrat Total
JKS = Jumlah Kuadrat Sisa u = Ulangan
Jika hasil analisa sidik ragam berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjut
DNMRT (Duncan’s New Multiple Range Test) pada taraf nyata 5% dengan prosedur
sebagai berikut.
1. Buat tabel sidik ragam yang telah berisi angka-angka perhitungan.
Adam, A., Hakim, M.N., Oktaviani, L., Muhammad, B.I., Manurung, R., Eka, R.P.,
Abduh, M.Y. 2020. Techno-Economic Evaluation for Integrated Cultivation of
Coffee and Stingless Bees in West Java, Indonesia. Biological And Natural
Resources Engineering Journal 3:28–36.
AOAC. 2005. Official methods of analisys of the Association of Analytical
Chemist,Inc. Virginia USA
Badan Standarisasi Nasional. 1999. SNI 01-2713-1999 tentang Syarat Mutu Kerupuk
ikan. Jakarta: BSN.
Badan Standarisasi Nasional. 2016. SNI 8272-2016 tentang Syarat Mutu Kerupuk
udang. Jakarta: BSN.
Bakker, R.R.C. 2013. Availability of lignocellulosic feedstocks for lactic acid
production. Wageningen UR Food & Biobased Research.
Bhoite, R.N., P.S. Murthy. 2015. Biodegradation of coffee pulp tannin by Penicillium
verrucosum for production of tannase, statistical optimisation and its
application, Food and Bioproducts Processing,
http://dx.doi.org/10.1016/j.fbp.2014.10.007
Dayal. S. J., Ponniah, G. A., Imran Khan. H., Madhu Babu. P. E., Ambasankar. K.,
Kumarguru Vasagam. P. K. 2013. Shrimps a nutrional perspective. Current
Science. Central Institute of Brackishwater Aquaculture. India. VOL. 104.
(1487-1490).
Dreeling, N., P. Allen, and F. Butler. 2000. Effect of cooking method on sensory and
instrumental texture attributes of low-fat beef burgers. LWT-Food Science and
Technology, 33, 234 – 238.
Efendi, Z., dan Harta, L. 2014. Kandungan Nutrisi Hasil Fermentasi Kulit Kopi
(Studi Kasus Desa Air Meles Bawah Kecamatan Curup Timur). Jurnal BPTP
Bengkulu.
Esquivel, P., Jiménez, V.M., 2012. Functional properties of coffee and coffee by-
products. Food Res. Int. 46, 488-495.
Farhaty, N. dan Muchtaridi, M. 2016. Tinjauan Kimia Dan Aspek Farmakologi
Senyawa Asam Klorogenat Pada Biji Kopi. Farmaka 14(1): 214-227.
Godam. 2012. Komposisi Nutrisi Bahan Makanan. Jakarta.
Hadiwiyoto, S. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, Fakultas Teknologi
Pertanian UGM. Yogyakarta.
Hermansyah, R. 2010. Pembuatan Nugget Udang Rebon dengan Bahan Pengikat
Jagung dan Tepung Beras. [Skripsi]. Teknologi Pertanian. Universitas Andalas.
Padang.
35
Jimenez, Z. A., Pastoriza, S., & Rufian Henares, J.A. (2015). Revalorization of coffee
by product Prebiotic, antimicrobial, and antioxidant properties. LWT – Food
Science and Technology, 61 (1), 12-18.
https://doi.org/10.1016/j.lwt.2014.11.031
Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2013. Produksi Udang Vannemei. KKP: Jakarta.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2020. Indonesia Dorong Komitmen
Bersama untuk Sektor Ekonomi Kopi Global yang Berkelanjutan, Inklusif, dan
Berketahanan.
https://www.kemendag.go.id/id/newsroom/pressrelease/indonesia-dorong
komitmen-bersama-untuk-sektor-ekonomi-kopiglobal-yangberkelanjutan
inklusif-dan-berketahanan-1 [23 Maret 2023].
Koswara.2009. Pengolahan Aneka Kerupuk. eBook Pangan.
Linardi, et al,. 2013. Karakteristik Fisikokimia dan Organoleptik Kerupuk pada
Berbagai Proporsi Tapioka dan Tepung Kacang Hijau. Teknologi Pertanian.,
3(2). Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Menristek. (2003). Budidaya Udang Windu. http://warintekbantul.com. (1 Agustus
2021).
Mohammed, S. N. Abdullah dan M. K. Muthu. 1988. Food Science and. Technology
in Industrial Development.
Muzaifa, M., Andini, R., Sulaiman, M.I., Abubakar, Y., Rahmi, F., Nurzainura. 2021.
Novel utilization of coffee processing by-products: Kombucha cascara
originated from ―Gayo-Arabica.‖ IOP Conference Series : Earth and
Environmental Science 644.
Nirawan, I. G. N. 1992. Agar Kerupuk Lebih Berkualitas. JawaPost. Surabaya.
Nafisah, et al,. 2018. Kajian Metode Pengeringan dan Metode Penyeduhan pada
Proses Pembuatan Teh Cascara Kopi Arabika (Coffea arabica L.).Fakultas
Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya Malang.
Nurhakim dan Rahayu, Sri. 2014. Perkebunan Kopi Skala Kecil Cepat Panen. Infra
Pustaka. Jakarta. 160 hal.
Otten Coffee. 2017. Anatomi (Buah) Ceri Kopi.
https://ottencoffee.co.id/majalah/anatomi-buah-ceri-kopi [22 Februari 2023].
Rahardjo, Pudji. 2012. Kopi. Penebar Swadaya Grup. Jakarta. 217 hal.
Ridwansyah. 2003. Pengolahan Kopi. [Skripsi]. Medan:Fakultas Pertanian.
Universitas Sumatera Utara.
Rihastuti. 2009. Kualitas Kerupuk Susu Yang Dibuat Dengan Perbedaan Jenis
Tepung. Buletin Peternakan, Vol, 17. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Rohaya, M., S., Masket, dkk. (2013). Rheological properties of different degree of
pregelatinized rice flour batter. Sains Malaysia 42 : 1707-1714.
36
Sairdama. 2013. Analisis Pendapatan Petani Kopi Arabika (Coffea Arabica) dan
Margin Pemasaran di Distrik Kamu Kabupaten Dogiyai. [Skripsi].Universitas
Satya Wiyata Mandala, Papua. 113 hlm.
Setyaningsih, Dwi, Anton Apriyantono, dan Maya Puspita Sari. 2010. Analisis
Sensori untuk Industri Pangan dan Argo. Bogor. IPB Press.
Simanihuruk, Kiston dan J. Sirait. 2010. Silase Kulit Buah Kopi Sebagai Pakan
Dasar pada Kambing Boerka Sedang Tumbuh. Disampaikan pada Seminar
Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010.
Suprapti, Lies. 2005. Tepung Tapioka Pembuatan dan pemanfaatannya. Kanisius
Yogyakarta.
Sudarmadji, S., B. Haryono, Suhardi. 1984. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan
dan Minuman. Liberty, Yogyakarta
Sudarmadji. S., et al. 2007. Analisis bahan makanan dan pertanian. Liberty.
Yogyakarta.
Susanti, F. 2022. Karakteristik Kerupuk Berbahan Tepung Tapioka, Terigu, dan Buah
Jambu Biji Merah (Psidium Guajava) dengan Penambahan Udang Vannamei
Sebagai Sumber Protein. [Skripsi]. Teknologi Pertanian. Universitas Andalas.
Padang.
Syahrial. 2016. Pemanfaatan Tepung Tempe Pada Pembuatan Kerupuk
Sagu. Fakultas Pertanian, Universitas Riau. Pekanbaru.
Syarief; R. dan Irawati, 1988. Pengetahuan Bahan untuk Industri Pertanian. Kanisius.
Jakarta.
Syukri, D. 2021. Bagan Alir Analisis Proksimat Bahan Pangan. Andalas University
Press.
Trung. Si T., Thai. P., Phuong. 2012. Bioactive Compounds from By-Products of
Shrimp Processing Industry in Vietnam. Faculty of Food Technology, Nha
Trang University, Nha Trang. Vietnam. (194-196).
Wahyono,rudi, dan marzuki. 2010. Pembuatan Aneka Kerupuk. Penebar Swadaya
Jakarta.
Wardani, T. 2007. Pengaruh Beberapa Jenis Tepung Terhadap Karakteristik
Kerupuk Wortel. Skripsi. Jurusan Teknologi Pertanian. Fakultas Pertanian.
Universitas Padjajaran.
Winarno FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka. Jakarta
Wiriono, H. 1994. Mekanisme Teknologi Pembuatan Kerupuk. Balai Pengembangan
Makanan Phytokimia, Badan Penelitian dan Pengembangan Industri,
Departemen Perindustrian. Jakarta
Wiyono, Herlina, Yuwanti,S. 2015. Pengembangan Produk Kerupuk Jambu Biji
Merah (Psidium guajava) skala UMKM. Fakultas Teknologi Pertanian.
Kampus Bumi Tegalboto. Jember
37
B = 20%
C = 30% Dicampurkan
D = 40%
E = 50%
Ditambahkan tepung tapioka, tepung terigu, garam, bawang putih, soda kue,
dan ketumbar bubuk sesuai formulasi
Semua diaduk hingga merata, lalu diuleni hingga kalis dan homogen
Adonan dicetak membentuk persegi dengan panjang 15-30 cm dan diameter 2-5 cm
Analisis :
1. Kadar Air
Didiamkan dan dinginkan hingga adonan mengeras selama 24 jam
2. Kadar Abu
3. Kadar Protein
4. Kadar Total
Adonan dipotong tipis dengan ketebalan 1-2 mm
Serat Kasar
5. Kadar Lemak
6. Aktivitas
Kerupuk dikeringkan di bawah sinar matahari hingga kadar airnya 12%
Antioksidan
7. Uji Daya
Kerupuk digoreng dengan minyak panas Kembang
8. Uji daya Serap
Minyak
Kerupuk 9. Uji Kekerasan
10.Pengukuran
Susut Masak
11.Analisis
Organoleptik
39
I. Nomor :
Nama :
Tanggal :
Sampel yang diuji :
II. Berikan tanda ceklis (√) yang dipilih sesuai dengan kode sampel pada daftar
isian di bawah ini :
Spesifikasi Nilai Kode Sampel
1. Warna
a. Sangat Suka 5
b. Suka 4
c. Biasa 3
d. Tidak Suka 2
e. Sangat Tidak Suka 1
2. Aroma
a. Sangat Suka 5
b. Suka 4
c. Biasa 3
d. Tidak Suka 2
e. Sangat Tidak Suka 1
3. Rasa
a. Sangat Suka 5
b. Suka 4
c. Biasa 3
d. Tidak Suka 2
e. Sangat Tidak Suka 1
Produk yang Paling Disukai
40
Seminar Proposal
Penelitian
Seminar Hasil
Penelitian
Ujian Sarjana