KOMODITI TERNAK
POLIGASTRIK DAN MONOGASTRIK
Oleh :
ANDI SIAHAAN
NPM : 19400023
OLEH :
Andi Siahaan
NPM : 19400023
Menyetujui :
Mengetahui :
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan
karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Laporan Program Praktek Lapangan
(PPL) dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
Laporan PPL ini adalah sebagai memenuhi kelengkapan akademik dalam
penyelesaian PPL Kegiatan PPL wajib bagi mahasiswa/i yang telah mencapai 90
SKS dan telah lulus matakuliah komoditi PPL yang dilaksanakan.
Dalam penyelesaian laporan ini, penulis menyadari tanpa bantuan dari
berbagai pihak baik secara moral maupun materi kegiatan PPL dan penulisan
Laporan ini tidak akan dapat terlaksana dengan baik, oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasan Sitorus, Ms, selaku Dekan Fakultas Peternakan
Universitas HKBP Nommensen Medan.
2. Bapak Ir. Partogi Hutapea, MP selaku Dosen Pembimbing PPL.
3. Bapak Ir. Tunggul Feri Sitorus, MP, selaku Koordinator PPL.
4. Bapak Roma, selaku Manager perusahaan PT.Mabar Feed Indonesia yang
telah menerima kami melaksanakan kegiatan PPL.
5. Bapak/Ibu Direktur PT.CIFA Indonesia, Siatas barita.
6. Bapak Sahrul, sebagai pengawas kandang 12a dan 12b PT. Mabar Feed
Indonesia.
7. Bapak Bahagia Ginting, selaku pengawas PT. Mabar Feed Indonesia.
8. Bapak Johannes Sianturi, S.Pt, selaku Kepala Instalasi PT. CIFA
Indonesia, Siatas barita.
9. Kakak Rosinauly Matandang, selaku bidang pengelolahan susu di PT.
CIFA Indonesia, Siatas barita.
10. Bapak Agus Tobing, selaku kepala kandang di PT. CIFA Indonesia,
Siatas Barita.
11. Bapak Jeklin Pasaribu, selaku Operator Pemerahan di PT. CIFA
Indonesia, Siatas Barita.
iii
13. Bapak Army Nababan, selaku Marketing di PT. CIFA Indonesia, Siatas
barita.
14. Seluruh Karyawan/wati di PT. CIFA Indonesia, Siatas barita.
15. Seluruh Karyawan/wati di PT. Mabar Feed Indonesia.
16. Orangtua yang telah mendukung dan memberi dorongan baik secara moral
maupun materi dalam penyelesaian Program Praktek Lapangan (PPL) ini.
17. Rekan Mahasiswa yang telah mendukung dan membantu dalam
penyelesaian laporan ini.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
2
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 15
4.1 Sejarah Singkat Perusahaan ............................................................. 15
4.2 Penanganan Pedet Setelah Lahir 15
......................................................
4.2.1 Penimbangan Pedet 16
..............................................................
4.2.2 Penyapihan 16
...........................................................................
4.3 Pemeliharaan Sapi Dara 16
...................................................................
4.4 Pemeliharaan Induk Laktasi............................................................. 17
4.5 Penanganan Limbah......................................................................... 17
4.6 Pencegahan Penyakit ....................................................................... 18
4.7 Pemasaran ........................................................................................ 18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 19
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 19
5.2 Saran................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
20
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Sapi perah adalah jenis ternak ruminansia besar yang mempunyai potensi
tinggi dalam penyediaan daging dan merupakan ternak asli daerah panas dan
lembab, khususnya daerah belahan utara tropika. Dalam usaha ternak sapi perah,
ada berbagai cara pemilihan bibit tempat berproduksi atau kandang cara
pemberian pakan dan cara pencegahan penyakit serta tata laksana pemeliharaan.
Pemilihan bibit perlu di tekankan pada syarat-syarat secara umum maupun
ketentuan yang dibuat oleh pemerintah dan kesepakatan teknis. Bibit yang
kurang jelas asal usulnya dapat memberikan hasil yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan karena itu ternak ternak yang dipilih untuk digunakan sebagai bibit
harus di dasarkan pada sifat sifat produksinya yang tinggi guna memproleh
produksi yang bagus.
Ayam broiler merupakan salah satu penyumbang terbesar protein hewani
asal ternak dan merupakan komoditas unggulan. Industri ayam broiler
berkembang pesat karena daging ayam menjadi sumber utama menu konsumen.
Daging ayam broiler mudah didapatkan baik di pasar modern maupun tradisional.
4
Produksi daging ayam broiler lebih besar dilakukan oleh rumah potong ayam
modern dan tradisional. Proses penanganan di RPA merupakan kunci yang
menentukan kelayakan daging untuk dikonsumsi. Perusahaan rumah potong ayam
(RPA) atau tempat pendistribusian umumnya sudah memiliki sarana penyimpanan
yang memadai, namun tidak dapat dihindari adanya kontaminasi dan kerusakan
selama prosesing dan distribusi.
Di bidang usaha ternak unggas ini, pemeliharaan usaha ayam broiler telah
menyebar dan berkembang ke seluruh daerah. Hal ini disebabkan karena adanya
perbaikan teknologi pengelolaan ayam broiler yang berupa bibit unggul, makanan
berkualitas, perkandangan, sanitasi dan pencegahan penyakit.
Ayam broiler memiliki sifat-sifat yang menonjol secara ekonomis dapat
memberikan keuntungan. Sifat tersebut adalah berupa produksi daging yang tinggi
dengan penggunaan pakan yang efisien. Keunggulan inilah yang dapat
merangsang berkembangnya peternakan ayam broiler. Faktor yang paling
menentukan dalam usaha peternakan terutama peternakan ayam ada tiga hal
yaitu breeding (pembiakan), feeding (pakan) dan management (tatalaksana).
Khusus dalam penyediaan bibit ayam, peternak diusahakan untuk dapat memilih
bibit yang berkuallitas.
Mengingat tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap keamanan
pangan, menuntut produsen bahan pangan termasuk pengusaha peternakan untuk
meningkatkan kualitas produknya. Walaupun kualitas karkas tergantung pada
preferensi konsumen namun ada standar khusus yang dijadikan acuan. Karkas
yang layak konsumsi harus sesuai dengan standar SNI mulai dari cara
penanganan, cara pemotongan karkas, ukuran dan mutu, persyaratan yang
meliputi bahan asal, penyiapan karkas, penglolahan pascapanen, bahan pembantu,
bahan tambahan, mutu produk akhir hingga pengemasan. Untuk itu perlu ada
penerapan manajemen yang baik sejak masih di sektor hulu sampai ke sektor hilir.
Program Praktek Lapangan (PPL) di PT. Cifa Indonesia dan PT. Mabar
Feed Indonesia adalah keterampilan teknis, sistem pemiliharaan dan pengkaji
aspek keterpaduan usaha dengan lingkungan sekitar Melalui Program Praktek
Lapangan (PPL) ini diharapkan mahasiswa mampu mengevaluasi secara
langsung ilmu dan penerapan teknologi yang diperoleh selama perkuliahan.
5
1.2 Tujuan Program Praktek Lapangan (PPL)
Adapun tujuan Program Praktek Kerja Lapangan (PPL) yang dilakukan adalah :
1. Untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan dalam tatalaksana
pemeliharaan ternak ayam bloiler dan sapi perah, serta menerapkan ilmu yang
diperoleh pada perkuliahan dan belajar membekali diri dengan keterampilan
untuk tujuan dunia kerja.
2. Belajar bekerja sama, melatih sikap mandiri, belajar bertanggung jawab,
disiplin dan hidup bermasyarakat.
3. Untuk menambah pengertian dan wawasan mahasiswa/i dari segi proses
produksi dan penguasaan aspek teknis dalam usaha peternakan agar mampu
menjawab tantangan pembangunan peternakan di masa yang akan datang.
4. Agar mahasiswa/i mampu dan dapat mempraktekkan manajemen
pemeliharaan, pakan, perkandangan, penanganan penyakit dan pemerahan.
5. Sebagai satu syarat kelulusan dalam program pendidikan sarjana Peternakan
(S1)
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
2.2 Bangsa - Bangsa Sapi Perah
2.2.1 Sapi Fries Holland (FH) Karakteristik sapi ini adalah :
- Bangsa FH murni warna bulunya hitam dan putih atau merah dan putih
dengan batas- batas warna yang jelas.
- Bulu ekor,kaki bagian bawah (dibawah persendian loncat) warna
putih.atau di perbolehkan berwarna hitam apabila warna hitam tersebut
mulai dari bahu atau panggul sampai ke kuku.
- Pada dahi terdapat warna putih berbentuk segitiga.
- Tidak tahan panas tetapi mudah menyesuaikan diri dengan keadaan
lingkungan.
- Bobot badan ideal betina dewasa adalah 682 kg, dan bobot badan
jantan dewasa ± 1000 kg.
- Beranak pertama pada umur 28-30 bulan.
- Produksi susu rata-rata di negara asing adalah 7.245 kg/laktasi
sedangkan di indonesia produksi susu rata-rata 10 liter/ekor/hari.
- Kadar lemak susu 3,65 %
- Bobot lahir anak sangat tinggi yaitu 43 kg dengan warna lemak daging
putih, sehingga baik sekali untuk produksi veal atau daging anak sapi
( Nurdin, 2016).
8
- Warna sapi Guernsey coklat kekuningan hingga hampir merah bercampur
dengan warna putih,
- Tanduknya berukuran sedang, arahnya agak condong ke depan,
- Bobot sapi jantan bisa mencapai 700 kg dan sapi betina 475 kg,
- Produksi susunya mencapai 2750 liter per masa laktasi.
9
dari susu biasa, kolestrum mengandung protein 4-7 kali lebih banyak dari susu
biasa, kolestrum bersifat laktasi (menguras) sehingga akan membantu
membersihkan dan melancarkan pencernaan pedet.
2.3.3 Pemberian Kosentrat
Anak di ajarkan makan
kosentrat setiap hari dengan pemberian sebanyak 0,5- 1 kg mulai umur 60-90 hari
di latih dengan menempelkan kosentrat pada mulut pedet. Pengenalan dan
pemberian kosentrat perlu di lakukan sedingin mungkin karena pada umur 2,5-3
bulan rumen dan retikulum pedet sudah mulai berkembang yang volume nya
mencapai 70%. Sebaliknya volume abomasum dan omosum menyusut kecil
mencapai 30% dari seluruh lambung, setelah pedet berkembang menjadi dewasa
volume rumen menjadi 80%, retikulum 5%, omasum 8% dan abomasum 7%
(AAK, 1995).
2.3.4 Pemberian Hijauan
Pada umur 2 minggu, pedet mulai belajar makan hijauan sebanyak 1
genggam secara berangsur-angsur jumlahnya bertambah sesuai dengan umur dan
pertumbuhan sampai pedet diberi hijauan secara utuh (Nurdin, 2016).
Mulai umur 3 minggu, pedet diajarkan makan rumput. Pemberian rumput
dilakukan setiap hari dengan jumlah pemberian masing-masing sebanyak 0,25
kg/ekor, 0,5kg/ekor dan 1 kg/ekor/hari secara berturut-turut mulai umur 21 - 30
hari, 31 - 60 hari dan 61 - 90 hari. Rumput yang diberikan kepada pedet dipilih
yang masih muda dan kemudian dipotong-potong dengan golok/mesin choper
sehingga mudah dicerna oleh anak sapi sebagaimana konsentrat rumput (hijauan)
perlu dikenalkan dan diberikan sedini mungkin pemberian rumput yang dimulai
pada umur 1 minggu dapat merangsang perkembangan rumen yang sangat
mendukung pertumbuhan selanjutnya (Hidayati, 1995).
2.3.5 Penyapihan
Dalam peternakan ternak perah, penyapihan yang semakin cepat dilakukan
akan semakin baik karena penyapihan yang terlambat akan menyebabkan
pertambahan bobot badandan biaya yang dikeluarkan menjadi tidak seimbang. 20
hari menjelang penyapihan pemberian susu dikurangi sedikit demi sedikit sampai
tidak diberi susu, sebaliknya pemberian konsentrat dan hijauan ditingkatkan
10
sampai saat disapih, sehingga terbiasa dan tidak mengalami stres hebat. Setelah
berumur 90 hari pedet dipisah dan pemberian susu untuk dipelihara atau
dibesarkan sebagai pengganti induk atau untuk digemukkan sebagai ternak
pedaging.
11
waktu melahirkan sapi dara nantinya. Pada umumnya sapi dara pertama sekali
dikawinkan pada umur 13-15 bulan. Perkawinan adalah suatu usaha untuk
memasukkan sperma kedalam alat kelamin betina. Menurut Nurdin (2016),
Sistem perkawinan ternak sapi dapat dilakukan dengan 2 cara :
1. Perkawinan Alami
Perkawinan ini dilakukan oleh seekor pejantan yang langsung memancarkan
sperma kedalam alat reproduksi betina dengan cara kopulasi.
2. Perkawinan Buatan
Perkawinan ini dikenal dengan Inseminasi Buatan (IB) atau Artificial
Insemination (AI) yaitu dengan cara memasukkan sperma kedalam saluran
reproduksi betina dengan menggunakan peralatan khusus (Blakely dan Bade,
1988).
Perkawinan pertama seekor ternak dara tergantung pada 2 faktor utama
yaitu umur dan berat badan. Apabila perkawinan ternak perah dara terlalu cepat
dengan kondisi tubuh yang terlalu kecil, maka akibat yang terjadi adalah :
1. Kesulitan melahirkan
2. Keadaan tubuhnya yang tetap kecil nantinya setelah menjadi induk sehingga
dapat berakibat kemandulan dan rendahnya produksi susu.
12
misalnya dengan kuku yang panjang parasit baik ekto dan endo dapat masuk
kedalam tubuh.
3. Pemberian Obat Cacing
Pemberian obat cacing wajib dilakukan setiap 3-4 bulan sekali, mengingat
daur hidup cacing umumnya adalah sekitar 4-6 bulan. Cacing yang umumnya
menyerang adalah cacing lambung, cacing usus dan cacing hati seperti
Ostertagia ostertagi, haemonchus contortus, taenia saginata (Cacing pita),
nematodirus, cooperia dan oesophagustomum radiatum, fasciola gigantica dan
fasciola hepatica (cacing hati).
13
sapi makan, otot tersebut tertutup kembali dengan
sempurna, dan dapat mencegah bakteri untuk masuk kedalam ambing yang dapat
menyebabkan penyakit mastitis.
14
kandang konvensional untuk induk. Ketentuan dan ukuran kandang sapi perah
induk adalah sebagai berikut :
1. Panjang dan lebar untuk satu tempat sapi perah induk, masing-masing adalah
1,6 m dan 1,35 m.
2. Panjang tempat ransum beserta air minum selebar tempat sapi perah induk
(1,35 m). Antara tempat ransum dengan air minum, dibuat suatu penyekat
setebal kira-kira 10 cm.
15
yang relatif mudah sehingga sirkulasi pemeliharaannya lebih cepat dan efisien
serta menghasilkan daging yang berkualitas baik (Murtidjo, 1992).
Hardjoswaro dan Rukminasih (2000) menyatakan bahwa ayam
broiler dapat digolongkan kedalam kelompok unggas penghasil daging artinya
dipelihara khusus untuk menghasilkan daging. Umumnya memiliki ciri-ciri
sebagai berikut: kerangka tubuh besar, pertumbuhan badan cepat, pertumbuhan
bulu yang cepat, lebih efisien dalam mengubah ransum menjadi daging.
Ayam broiler memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah
dagingnya empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi,
efisiensi terhadap pakan cukup tinggi, sebagian besar dari pakan diubah menjadi
daging dan pertambahan bobot badan sangat cepat. Sedangkan kelemahannya
adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relatif lebih pekat
terhdap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo, 1987: 5). Ayam
broiler mampu memproduksi daging secara optimal dengan hanya mengkonsumsi
pakan dalam jumlah relatif sedikit
16
vitamin dan mineral. Adapun tujuan utama pemberian ransum kepada ayam
adalah untuk menjamin pertambahan berat badan yang paling ekonomis selama
pertumbuhan dan penggemukan. Prinsip penyusunan ransum ayam adalah
membuat ransum dengan kandungan gizi yang sesuai dengan kebutuhan ayam
pada fase tertentu.
Ransum sebagai salah satu faktor yang pengaruhnya besar terhadap
pertumbuhan perlu mendapat perhatian yang serius. Ransum disebut seimbang
apabila mengandung semua zat makanan yang diperlukan oleh ayam dalam
perbandingan yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan ayam dengan
pertumbuhan yang cepat dan produksi yang efisien, maka penyusunan ranssum
perlu diperhatikan utamanya mengenai kandungan energi dan protein serta
keseimbangannya (Zulfanita, 2011).
Ransum dinyatakan berkualitas baik apabila mampu memberikan seluruh
kebutuhan nutrien secara tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan nutrisi tersebut
bagi ternak. Ransum yang diberikan pada ayam broiler harus berkualitas, yakni
mengandung nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ayam. Ayam tidak bisa
menghabiskan ransum secara keseluruhan, tetapi hanya mampu mengkonsumsi
sebagian dari porsi ransum yang diberikan. Sebagian dari porsi ransum ini disebut
zat pakan atau nutrisi. Nutrisi dilepaskan saat dicerna, kemudian diserap masuk ke
cairan dan jaringan tubuh. Secara garis besar, nutrisi dalam ransum ayam terdiri
dari karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin dan air (Fadilah, 2013).
17
karena kekurangan pasokan air minum dapat mengurangi laju pertumbuhan ayam.
Tubuh anak ayam terdiri dari 80% air. Air sangat dibutuhkan untuk membantu
pencernaan, pertumbuhan dan hidup khususnya pada 8-12 jam pertama. Air
minum harus tersedia sepanjang waktu dan dipastikan terbebas dari kontaminasi.
Dehidrasi 20% pada tubuh anak ayam dapat berakibat fatal.
Pemberian obat maupun vitamin dilakukan dengan cara mencampur obat
dan vitamin tersebut ke dalam tandon air dengan memperhatikan kebutuhan air
minum ayam dan suhu pada saat itu. Kebutuhan air minum per harinya seperti
terlihat pada table berikut ini.
18
dijual di pasaran dalam bentuk kaporit atau calcium hypochlorite (CaOCl2). Jika
kaporitnya murni, untuk memperoleh kadar yang tepat dalam air minum
dibutuhkan 6-10 gram kaporit tiap 1.000 liter air. Namun jika kaporit yang
dimiliki hanya berkonsentrasi 50%, dosis kaporit yang digunakan menjadi dua
kali lipat, yaitu 12-20 gram tiap 1.000 liter air.
Tempat minum dibersihkan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari.
Jika memungkinkan, setidaknya setiap 2 kali dalam setahun dilakukan pengujian
terhadap air minum atau uji sanitasi air minum yang digunakan untuk memastikan
bahwa air minum tersebut mengandung mineral atau bahan organik dalam jumlah
yang dapat diterima serta mengetahui ada atau tidaknya kontaminasi mikroba
serta cemaran logam berat pada air minum.
19
dari masuknya sejumlah unsur nutrisi ke dalam tubuh ayam. Jumlah yang masuk
ini harus sesuai dengan yang dibutuhkan untuk produksi dan untuk hidupnya.
Kartasudjana dan Suprijatna (2006) mengatakan bahwa pertumbuhan pada ayam
broiler dimulai dengan perlahan-lahan kemudian berlangsung cepat sampai
dicapai pertumbuhan maksimum setelah itu menurun kembali hingga akhirnya
terhenti. Pertumbuhan yang paling cepat terjadi sejak menetas sampai umur 4-6
minggu, kemudian mengalami penurunan.
Menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2006), ayam mengkonsumsi ransum
untuk memenuhi kebutuhan energinya, sebelum kebutuhan energinya terpenuhi
ayam akan terus makan. Jika ayam diberi makan dengan kandungan energi rendah
maka ayam akan makan lebih banyak. Konsumsi ransum setiap minggu
bertambah sesuai dengan pertambahan bobot badan. Setiap minggunya ayam
mengkonsumsi ransum lebih banyak dibandingkan dengan minggu sebelumnya
(Fadilah, 2004).
2. Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan adalah suatu kriteria yang digunakan untuk
mengukur pertumbuhan. Pertumbuhan adalah proses yang sangat kompleks,
meliputi pertambahan bobot badan dan pembentukan semua bagian tubuh secara
merata (Anggorodi, 1994). Menurut Anggorodi (1985) pertumbuhan merupakan
pertambahan dalam bentuk berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging,
tulang dan jaringan tubuh lainnya (kecuali lemak). Pertumbuhan juga meliputi
penambahan jumlah protein dan zat mineral yang tertimbun didalam tubuh.
Pertumbuhan dapat terjadi karena penambahan jumlah sel dan ukuran sel.
Berat badan seekor ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bangsa,
makanan, jenis kelamin dan musim. Pada musim panas nafsu makan ternak
menurun, sehingga jumlah makanan yang dikonsumsi menurun dan
mempengaruhi berat badan ternak. Untuk memperoleh bobot badan yang
maksimal maka ada beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu bibit yang baik,
temperatur lingkungan, penyusunan ransum dan kandang yang memadai.
3. Koversi Ransum
Konversi ransum merupakan perbandingan antara konsumsi ransum
dengan berat badan yang dihasilkan. Rasyaf (1992) menjelaskan bahwa konversi
20
ransum merupakan suatu cara untuk membandingkan jumlah ransum yang
dihabiskan dengan berat yang dicapai. Lebih lanjut Rasyaf (1994) menjelaskan
bahwa konversi ransum merupakan hasil dari perbandingan bobot badan yang
dicapai pada satu minggu dengan jumlah konsumsi ransum yang dihasilkan pada
minggu tersebut.
Indeks konversi ransum hanya akan naik bila hubungan antara jumlah
energi dalam formula dan kadar protein telah disesuaikan secara teknis.
Perbandingan tersebut bervariasi dalam hubunganya terhadap sejumlah faktor,
seperti umur hewan, bangsa, derajat masak dini, daya produksi dan suhu
(Anggorodi, 1985).
21
feses (nitrogen), menyerap uap air, dan menyediakan lingkungan yang dapat
membantu agar terjaga dari debu. Pengawasan perlu dilakukan agar
kondisi litter tetap ideal. Litter yang tidak dijaga dalam kondisi ideal, maka akan
menjadi sarang bakteri dan kondisi yang tidak sehat saat periode produksi
(Widodo, N., dkk, 2009).
2.7.6. Sistem Perkandangan
Kandang merupakan faktor produksi pertama yang harus diperhatikan
oleh peternak. Jenis kandang ayam broiler berdasarkan konstruksi dindingnya
dibedakan menjadi kandang terbuka dan kandang tertutup. Namun, penggunaan
jenis kandang terbuka lebih banyak dipilih oleh peternak. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh peternak dalam proses penyediaan kandang antara lain :
1. Lokasi Kandang
Lokasi kandang yang baik adalah terletak jauh dari pemukiman penduduk
dan peternakan lain. Jarak antara kandang dengan pemukiman penduduk adalah
minimal 500 meter, sedangkan jarak dengan peternakan lain minimal 1.000 meter.
Lokasi kandang yang jauh dari pemukiman penduduk dimaksudkan agar aktivitas
penduduk tidak mengganggu keberlangsungan budidaya ayam broiler ataupun
sebaliknya, budidaya ayam broiler tidak menimbulkan efek eksternalitas negatif
kepada penduduk.
Di samping itu, lokasi kandang yang jauh dari peternakan lain, merupakan
salah satu upaya antisipasi penyebaran penyakit yang didatangkan dari peternakan
lain. Ketersediaan air, saluran listrik, dan kondisi infrastruktur juga harus
diperhatikan oleh peternak dalam memilih lokasi pendirian kandang, guna
mendukung kelancaran budidaya ayam broiler.
2. Kapasitas Kandang
Ukuran kandang sangat mempengaruhi kapasitas pemeliharaan ayam
broiler. Kapasitas pemeliharaan ayam broiler dapat disesuaikan dengan lokasi
peternakan. Kapasitas pemeliharaan yang disarankan bagi peternakan ayam
22
broiler yang berada di dataran rendah adalah sebanyak 8-9 ekor per meter persegi.
Kapasitas pemeliharaan yang disarankan bagi peternakan ayam broiler yang
berada di dataran tinggi adalah sebanyak 11-12ekor per meter persegi. Oleh
karena itu, para peternak ayam broiler sebaiknya 15 menyesuaikan lokasi
peternakan, jumlah ayam broiler yang akan dipelihara, dan luas kandang yang
dimiliki.
3. Ventilasi Kandang
Menurut Rasyaf (2007), semakin tinggi suhu di dalam kandang, umur, dan
bobot ayam broiler, maka semakin banyak jumlah udara segar yang dibutuhkan.
Oleh karena itu, pengaturan ventilasi sangat dibutuhkan untuk mengatur sirkulasi
udara di dalam kandang. Rasyaf (2007) menyatakan pengaturan sirkulasi udara
dapat dilakukan melalui ventilasi buatan berupa kipas angin. Kipas angin tersebut
berfungsi mengeluarkan udara kotor dan beracun ke luar kandang, dan
menghembuskan udara bersih dan segar masuk ke dalam kandang.
4. Peralatan Kandang
Peralatan kandang menurut Santoso dan Sudaryani (2009) antara lain
meliputi, instalasi listrik, instalasi air minum, tempat pakan, alas kandang,
pemanas ruangan, tirai kandang, dan pelindung indukan (brooder guard). Jenis
pemanas yang seringkali digunakan oleh peternak ayam broiler yaitu pemanas
listrik, pemanas gas, pemanas batu bara, dan pemanas minyak tanah.
5. Gudang
Gudang berfungsi sebagai tempat penyimpanan pakan, obat-obatan, dan
peralatan serta perlengkapan kandang lainnya. Oleh karena itu, gudang sebaiknya
berada dekat dengan kandang untuk memudahkan akses dalam pengangkutan
input-nput yang diperlukan. Jarak antara gudang dengan kandang menurut
Santoso dan Sudaryani (2009) adalah sekitar 10 meter.
2.7.7. Sistem Penanganan Penyakit
Ada berbagai penyakit yang dapat menjangkiti ayam broiler, diantara
penyakit yang sering menyerang adalah tetelo, gumboro, ngorok, berak kapur dan
23
hama tungau. Adapun penyakit ngorok merupakan penyakit utama dari ayam
broiler. Untuk itu, perlu adanya pengetahuan oleh para peternak agar terhindar
dari penyakit tersebut yang dapat menghambat pertumbuhan bahkan dapat
menyebabkan kematian massal, bila tidak ditangani dengan benar.
Salah satu cara untuk pencegahan penyakit yang biasa dilakukan adalah
dengan cara vaksinasi. Sebenarnya vaksinasi sendiri adalah pemasukan bibit
penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami.
Salah satu vaksinasi yang penting adalah vaksinasi tetelo. Vaksinasi biasa
dilakukan pada ayam berumur empat hari dengan metode tetes mata dengan
vaksin ND strain B1, dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui
suntikan atau air minum.
Selain itu, sanitasi kandang yang baik juga dapat mencegah
perkembangbiakan penyakit. Sanitasi kandang dapat dilakukan setelah panen.
Dilakukan dengan bebebrapa tahap, yaitu pencucian kandang dengan air hingga
kotoran yang tersisa dari pemeliharaan sebelumnya tidak ada. Tahap kedua, yaitu
pengapuran di dinding dan lantai kandang. Untuk menyempurnakan proses
sanitasi dilakukan penyemprotan dengan formalin, bertujuan untuk membunuh
penyakit. Setelah itu, dibiarkan antara 10-14 hari sebelum budidaya kembali untuk
memutus siklus hidup virus dan bakteri, yang tidak mati oleh perlakuan
sebelumnya.
2.7.8. Sistem Pengelolaan Limbah
Mengurangi dampak negatif bau yang ditimbulkan dari usaha
peternakan ayam dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan
membubuhkan suatu senyawa pada pakan sebagai imbuhan dengan tujuan
meningkatkan efisiensi pakan, sehingga mengurangi sisa protein yang tidak
tercerna dan diharapkan dapat mengurangi terbentuknya gas yang berbau dalam
proses penumpukan kotoran.
Pengelolaan dapat pula dilakukan terhadap kotoran yang dihasilkan
dengan menambahkan suatu senyawa yang dapat mengurangi bau. Senyawa
tersebut di antaranya, zeolit yang ditambahkan baik sebagai imbuhan pakan
maupun ditambahkan pada kotoran. Senyawa lain adalah kaporit dan kapur yang
hanya dapat ditambahkan pada kotoran ayam, kemudian sejenis mikroorganisme
24
seperti suplementasi probiotik starbio dan penggunaan Effective microorganisme
pada kotoran ternak. Apabila limbah peternakan ayam diolah dengan tepat,
permasalahan dalam masyarakat akan dengan mudah diatasi. Bahkan, pengolahan
peternakan ayam tersebut menjadi limbah ekonomis berpeluang meningkatkan
penghasilan.
Pada peternakan ayam, salah satu limbah ekonomis adalah kotoran ternak
yang secara praktis bisa digunakan untuk pupuk tanaman. Namun belakangan ini,
mulai dikembangkan teknologi yang berfungsi meningkatkan nilai ekonomis.
Kotoran ternak bisa diproses menjadi produk lain yang nilai jualnya lebih tinggi.
Dari kotoran ayam, ada beberapa produk yang bisa diperoleh, yaitu gas bio, pupuk
padat, dan pupuk cair.
1. Gas Bio
Gas bio adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas mikroorganisme. Pada
hewan ternak sapi dan kambing, misalnya, kotorannya mengandung mikroba
tertentu yang secara otomatis berproses membentuk gas bio. Dalam teknik
lingkungan, kotoran tersebut dicampur dengan air, kemudian
dimasukkan ke dalam tangki pencerna gas bio.
25
Indikasi pupuk padat yang baik adalah warnanya yang kehitam-hitaman
menyerupai tanah dan tidak mengeluarkan bau menyengat. Dalam proses
pengolahan gas bio, limbah yang telah dicampur dengan air, dilakukan
penyaringan menggunakan media pasir dan kerikil. Endapan di atas lapisan pasir
inilah yang akan diproses menjadi pupuk padat, sedangkan rembesannya akan
diproses menjadi pupuk cair.
3. Pupuk Cair
Rembesan air dalam proses pengendapan gas bio memerlukan penanganan
lanjutan untuk bisa digunakan sebagai pupuk cair. Caranya dengan melakukan
oksidasi pada kolam untuk meningkatkan kandungan oksigennya. Proses ini
memakan waktu sekitar seminggu.
Setelah itu, limbah cair diberi bibit ganggang Chlorella untuk
meningkatkan oksidasi. Di sisi lain, ganggang tersebut bisa dipanen untuk
campuran pakan ayam karena mengandung protein dalam jumlah cukup tinggi.
Bisa juga digunakan untuk makanan ikan.
2.7.9 Pascapanen dan Pemasaran
Penjualan daging ayam merupakan komponen terbesar dalam penerimaan,
sehingga hasil dari penjualan dapat menekan biaya produksi agar keuntungan
yang diperoleh maksimal. Panen adalah masa akhir periode pemeliharaan ayam
dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan disepakati oleh kedua belah pihak
baik dari perusahaan maupun peternak. Panen dilakukan pada waktu umur ayam
mencapai 35 hari dengan bobot ayam akhir 1,9-2 kg. Pemanenan dilakukan
dengan cara menangkap ayam beberapa kemudian dimasukan ke dalam keranjang
khusus yang digunakan untuk memuat ayam serta menimbang ayam. Setelah itu
ditimbang dengan ketentuan dari pembeli pasar merupakan faktor penting dalam
proses produksi. Pasar merupakan tempat dimana hasil produksi dapat dijual.
Harga karkas ayam pedaging ini akan berfluktuasi mengikuti besarnya permintaan
dan penawaran yang terjadi di pasar.
26
BAB III
MATERI dan METODE
27
PT. CIFA Indonesia, Siatas barita Desa Hutanamora, Kecamatan Siatas Barita,
Kabupaten Tapanuli Utara. Kegiatan Program Praktek Lapangan ini dilaksanakan
pada tanggal 19 agustus – 09 September 2022 dan kegiatan setiap hari dimulai
pukul 06.00 - 17.00 WIB.
28
Pelaksanaan PPL dilakukan pada tanggal 19 Agustus s/d 09 September
2022. Prosedur kegiatan PPL, yaitu mahasiswa menyesuaikan dengan jadwal
yang telah diberikan dari pihak perusahaan dan harus dipatuhi oleh mahasiswa.
Jadwal kerja, yaitu hari Senin sampai hari Minggu, namun pihak perusahaan
memberi kesehatan kepada mahasiswa PPL untuk boleh tidak masuk pada hari
minggu.
Table 2. Waktu Kegiatan PPL Pada Peternakan Sapi Perah PT. CIFA TARUTUNG
Waktu Kegiatan
Jam 06:00 Pembersihan kandang
Jam 06:30 Pemerahan susu
Jam 07:00 Pencacahan rumput (Chopper) dan pengilingan jagung
Jam 07:30 Pemberian pakan
konsentrat
3.4.4. Kegiatan Observasi
Kegiatan observasi yang dilakukan pada Praktek Pengalaman Lapangan meliputi
sapi perah adalah:
a. Manajemen pemeliharaan
b. Manajemen kesehatan
c. Manajemen pakan
d. Manajemen reproduksi.
Kegiatan dimulai dari pukul 07:00-12:00 Wib dan pukul 14:00-16:00 Wib
untuk setiap harinya di PT. MABAR FEED INDONESIA.
Tabel 3. Kegiatan Harian PPL di PT. MABAR FEED INDONESIA
Minggu Waktu Jenis Kegiatan
I 07:00 - 07:30 Pemberian obat
29
07:31 - 08:00 Pembalikkan sekam
08:01 - 08:30 Pemberian Pakan
08:31 - 09:00 Sarapan Pagi/istirahat
09:00 - 09:30 Penimbangan
09.31 - 10:00 Pelebaran brooding
10:01 - 10:30 Penurunan blocking
11:01 - 12:00 Pergantian Obat ke Air
12:00 - 13:00 Makan Siang/Istirahat
13:01 - 15:00 Pengontrolan Kandang
15:01 - 16:00 Penyetelan Blocking/Tirai
dalam (Penutupan)
16:01 - 17:00 Penaburan Sekam
17:01 - 18:00 Pemberian Pakan
18:01 - 19:00 Pengecekan Heater/Pemanas
19:01 - 21:00 Makan Malam/Istirahat
21:01 - 22:00 Pengontrolan Kandang
30
11:01 - 12:00 Pergantian Obat ke Air
12:00 - 13:00 Makan Siang/Istirahat
13:01 - 15:00 Pengontrolan Kandang
15:01 - 16:00 Pengontrolan Kandang
16:01 - 17:00 Penaburan Sekam
17:01 - 18:00 Pemberian Pakan
18:01 - 19:00 Pengontrolan Kandang
19:01 - 21:00 Pengontrolan Kandang
19:01 - 21:00 Makan Malam/Istirahat
21:01 - 22:00 Pengontrolan Kandang
31
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. CIFA TARUTUNG yang berdiri pada april 2012 berlokasi di desa
Hutanamora, Kecamatan Siatas Barita, Tapanuli Utara yang berlokasi di Sekolah
SMP Muara milik yayasan Muara, dengan model usaha yaitu pertanian
terintegrasi (terpadu) yang memiliki unit usaha di bidang sapi perah.
32
ayam pedaging yang bentuk produk yang dihasilkan berbentuk pellet. Sejak awal
berdirinya perusahaan ini hingga tahun 1980, perusahaan ini menggunakan mesin
dan peralatan yang sederhana dalam proses produksinya. Sejak tahun 1980,
perusahaan ini mulai menggunakan mesin- mesin yang lebih canggih.
4.2. Lokasi dan Letak Geografis PT. CIFA Indonesia, Siatas Barita
PT. CIFA Indonesia berada di Desa Hutanamora, Kecamatan Siatas barita,
Kabupaten Tapanuli utara. Secara geografis letak PT. CIFA Indonesia berada
pada 1˚54˚ - 2˚7˚ LU dan 98˚52˚ - 99˚4˚ BT. Perusahaan ini hanya dapat dijangku
menggunakan kendaraan beroda dua, karena jarak yang jauh dari kota tidak
memungkinkan untuk jalan kaki. Lokasi PT. CIFA Indonesia berada di :
Disebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir
Disebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu
Disebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan
Disebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Humbang Hasundutan
DIREKTUR
UTAMA
DIREKTUR FARM
PENGEMBANGAN
BISNIS
ADMIN DAN
MANAJER FARM
KEUANGAN
OPERATOR PENGURUS
CHILLING UNIT
KANDANG LAHAN RUMPUT
33
4.4. Penanganan Pedet Setelah Lahir
Setelah pedet lahir, pembersihan lender dari tubuh anak dilakukan oleh
induknya sendiri dan dapat juga dilakukan oleh bantuan manusia untuk
membersihkan pedet, khususnya pada bagian hidung dan mulut pedet agar dapat
bernafas dengan baik, memngeringkan tubuh pedet, serta menstimulur peredaran
darah. Setelah 30 menit pedet lahir, maka pedet sudah dapat mencari putting
induknya dan menyusu atau dapat juga dibantu oleh peternak agar segera
mendapatkan susu pertama dari induknya yang disebut kolostrum.
Kolostrum merupakan susu awal yang berwarna kuning, agak kental, dan
berubah menjadi susu biasa setelah 4-5 hari. Kolostrum ini kaya akan protein dan
vitamin serta zat antibody yang sangat dibutuhkan oleh pedet. Setelah pedet
berumur 3 bulan air susu tidak diberikan lagi pada anak sapi karena telah dapat
mengkonsumsi pakan hijauan di konsentrat.
4.4.2. Penyapihan
Penyapihan adalah tindakan untuk tidak memberi susu pada pedet. Ada
pun tujuan dari penyapihan ini ialah untuk menaikkan produksi susu induk untuk
dijual dan agar pedet dapat bertumbuh dengan cepat, karena setelah disapih diberi
konsentrat dan hijauan yang cukup banyak.
34
mesin chopper.
Pemberian air minum pada sapi perah di PT. CIFA TARUTUNG
diberikan secara ad- libitum (tanpa batas). Tempat penampungan air minum sapi
perah harus selalu dilihat, agar ternak dapat minum dengan teratur. Untuk itu,
tempat penampungan air minum sapi perah tidak boleh kosong. Hali ini akan
membantu dalam penambahan bakal susu akan diproduksi. Sapi dara yang sudah
siap kawin menunjukkan tanda-tanda perkembangan reproduksi seperti ambing
(kelenjar mamae) berkembang dengan normal, mengalami birahi dengan
tanda-tanda yang menunjukkan sering menaiki sapi-sapi lain. Di PT. CIFA
TARUTNG, sapi dara pertama kali dikawinkan pada umur 16 bulan, dan akan
segera dilakukan pengecekan birahi. Apabila telah menunjukkan tanda-tanda
birahi, maka sapi dara siap untuk dikawinkan.
Umur kebuntingan pada sapi perah FH adalah 285 hari (Siregar, 1996).
Sapi perah yang telah ditentukan bunting umur 270 hari harus dipindahkan ke
kandang beranak untuk mempermudah penanganan ternak saat akan melahirkan.
Tanda-tanda sapi perah akan melahirkan adalah otot-otot bagian atas terlihat
mengendor, ambing membesar dan terlihat mulai turun, bahkan terkadang
mengeluarkan susu dari ambing, induk tampak gelisah, alat kelamin membengkak
dan mengeluarkan lender kental dan keluarnya pembungkus cairan dari alat
kelamin betina menandakan sapi akan segera melahirkan.
35
4.7. Penanganan Limbah
Limbah ternak adalah semua sisa yang berasal dari ternak, baik dalam
bentuk padat maupun bentuk cair dan merupakan hasil tambahan dari usaha
peternakan jika dapat dikelola dengan baik dan benar. Limbah yang terdapat di
PT. CIFA TARUTUNG biasanya bentuk cair terlebih pada musim hujan, maupun
tidak tertutup kemungkinan limbahnya dalam bentuk padat di mana kotoran
sapi ini dikeluarkan dari kandang dan dibiarkan terlebih dahulu pada suatu
tempat penampungan, sebelum dalakukan pengomposan. Berhubung peternakan
ini menerapkan model usaha yaitu pertanian terpadu, maka limbah ternak sapi
perah tersebut dikumpulkan oleh petani pada suatu bak penampungan, sebelum
diproses untuk dijadikan kompos, petani menggunakan kompos tersebut untuk
tanaman mereka. Sehingga merupakan suatu keterpaduan yang saling
menguntungkan antara peternak dan petani.
36
masyarakat.
STRUKTUR ORGANISASI
Manager
37
4.12 Peralatan dan Sarana Pendukung
1. Pemanas (Heater)
Proses brooding menggunakan pemanas ruangan berupa dua unit heater
dengan merk purafire dalam satu kandang. Heater dilengkapi dengan system
thermoregulator sehingga dapat hidup dan mati dengan sendirinya. Jika suhu
ruangan lebih dari suhu maksimum yang telah disetel, maka heater akan mati.
Heater akan menyala kembali jika suhu ruangan kurang dari suhu minimum yang
telah disetel.
2. Panel Kontrol
Panel kontrol berfungsi untuk memprogram kerja peralatan secara
otomatis yang ada di tiap-tiap kandang. Panel kontrol terdiri atas, electric switch,
saklar lampu, saklar nipple, saklar exhaust fan, saklar cooling pad, saklar tempat
pakan jantan, dan saklar tempat pakan betina.
3. Peralatan Air dan Tempat Minum
Sumber air di PT. MABAR FEED INDONESIA Medan berasal dari
sumur bor yang dialirkan ke bak penampungan air yang berkapasitas 100.000
liter, kemudian dinaikkan menggunakan motor pompa ke tandon air utama,
setelah itu dialirkan ke seluruh tendon air yang ada di tiap-tiap kandang
berkapasitas 1.000 liter. Air dari tandon kemudian ditarik oleh pompa air ke pipa
nipple melalui regulator. Regulator berfungsi untuk mengatur tekanan air pada
nipple agar mengalir ke semua ujung nipple dengan tekanan yang sama. Dalam
satu kandang terdapat 800 buah nipple karena satu nipple diasumsikan untuk 15
ekor ayam.
4. Peralatan Tempat Pakan Jantan
Tempat pakan jantan menggunakan pan feeder yang dijalankan secara
otomatis. Satu buah tempat pakan jantan diasumsikan untuk 8 ekor ayam jantan.
Pada saat pemberian pakan, tempat pakan ayam jantan di turunkan setinggi 30 cm.
Pan feeder disetiap kandang berjumlah 140 buah yang dapat di naik turunkan
secara otomatis melalui panel kontrol.
38
5. Peralatan Tempat Pakan Betina
Tempat pakan ayam betina menggunakan trough feeder yang djalankan
secaraotomatis. Trough feeder terdiri dari box pakan utama (main hopper), box
pakan tambahan (extra hopper), tempat distribusi pakan (loop), kawat besi
penutup loop (gril ) dengan tinggi 65 mm dan lebar 48 mm, rantai loop (chain),
dan motor penggerak loop. Cara menggunakan through feeder ini yaitu pakan di
berikan di masukkan ke dalam box hopper kemudian dijalankan oleh chain secara
otomatis sehingga pakan tersebar rata sepanjang loop.
6. Peralatan Ventilasi
Komponen peralatan yang membantu sirkulasi di dalam kandang antara
lain terdiri dari dua macam yaitu peralatan ventilasi utama yang terdiri dari
exhaust fan dan cooling pad, dan peralatan ventilasi pendukung yaitu temptron
dan spoiler. Exhaust fan merupakan kipas angin berdiameter 48 inchi yang berada
di kandang bagian belakang yang berfungsi untuk mengeluarkan udara kotor di
dalam kandang. Jumlah exhaust fan dalam tiap kandang ada 7 buah. Cooling pad
merupakan bantalan pendingin yang terbuat dari karton bercelah sebagai lubang
untuk penyalur udara segar dari luar ke dalam kandang. Cooling pad dapat
menurunkan suhu udara yang masuk ke dalam kandang sebesar 1,50 - 20 C.
Temptron dan spoiler merupakan alat tambahan yang ada di dalam
kandang. Jumlah temptron di dalam tiap-tiap kandang sebanyak dua buah yang
memiliki fungsi secara otomatis untuk pengatur aktivitas exhaust fan dan cooling
pad. Spoiler adalah alat yang terbuat dari plastik berbentuk segitiga yang dipasang
dekat dengan atap kandang fungsinya untuk menjaga kecepatan udara di dalam
kandang supaya tetap baik dan stabil.
7. Peralatan-peralatan lain
Peralatan-peralatan lain seperti timbangan, waring (cover slat), debeaker,
sangkar (nest box), sepatu boot, sapu, alat tulis, buku recording dan lori berada di
ruang grading. Lori adalah rel kereta gantung, yang di pasang menggantung
pada besi WF, rel membentang dari ujung depan hingga ujung belakang
39
kandang. Loriberfungsi sebagai alat pengangkut pakan.
40
ternak ayam broiler 16.000.
Sistem pemeliharan ternak ayam broiler di kandang closed house ini relatif
mudah dilaksanakan dibandingkan dengan kandang sistem open house karena
sebagian kegiatannya dilakukan secara otomatis.
Kelebihan kandang system close house :
1. Mudah mengontrol sirkulasi udara baik masuk maupun keluar dengan
mengunakan kipas
2. Kita bisa mengontrol kelembaban skam saat musim panas.
3. Suhu panas dalam kandang bisa kita reda dengan hembusan kipas yang daya
sembur lebih besar.
4. Pengunaan kipas lebih maksimal searah tanpa kena hembusan angin dari luar.
5. Mengurangi ayam heatsress sebab panas dalam kandang bisa kita keluarkan
6. Mencegah penyakit dari luar yang masuk ke dalam kandang
7. Jarang terkena penyakit malaria
8. Pekejaan lebih ringan akibat suhu dalam kandam terjaga Kekurangan
kandang system closed house:
9. sulit mengendalikan amoniak saat musim hujan , akibat udara dingin masuk
yang mengakibatkan skam basah
10. Skam / liter lebih lama kering saat basah akibat kotoran ayam.
11. Biaya listrik lebih mahal akibat penerangan juga kipas yang nonstop
penggunaan ketika ayam besar.
12. Kipas perlu daya sembur yang besar untuk menjangkau ruangan kandang
dan jumlah kipas lebih banyak
13. Amoniak lebih besar akibat sinar matahari tidak bisa masuk dalam kandang.
14. Biaya awal pembuatan kandang lebih besar.
15. Saat listrik padam pekerja lebih cepat menghidupkan jenset.
16. Penjagaan ayam lebih nonstop karena faktor listrik.
41
4.13 Tata Laksana Pemeliharaan
1. Sistem Pemeliharaan
Pemeliharaan ayam daging ditujukan untuk mencapai beberapa
sasaran yaitu tingkat kematian serendah mungkin, kesehatan ternak baik, bobot
timbangan setiap ekor setinggi mungkin dan daya alih makanan baik (hemat).
Untuk mencapai hal-hal tersebut ada beberapahal pokok yang perlu
dipertimbangkan sebaik-baiknya dalam pemeliharaan ayam pedaging yaitu
perkandangan dan peralatan serta persiapannya, pemeliharaan masa awal
dan akhir, pemberian pakan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan
pengelolaan.
Pemeliharaan dilakukan dengan pembersihan secara tuntas terhadap
kandang dan peralatan yang akan dipakai didalamnya, baik tempat makanan,
tempat minuman,brooder, alat pelingkan dan lain-lain. Terutama pada
kandang lama yang sudah dipakai, sisa-sisa dari ternak yang lama, baik
kotoran, bahan-bahan yang tercecer harus dibersihkan secara tuntas sehingga
tidak ada yang tertinggal, sebab setiap butir sisa dari kawanan ayam yang
lama akan ada kemungkinan akan menularkan sesuatu penyakit kepada
kawanan berikutnya. Pembersih dilakukan dengan air dan bahan pencuci (sabun
atau detergen).
2. Persiapan Brooding
Kegiatan persiapan brooding yaitu menyiapkan waring (cover slat) dan
memasang waring sebagai alas dasar litter, menabur serutan kayu di atas waring
dengan ketebalan 3 - 5 cm, menutup serutan kayu dengan koran, memasang tirai
plastik di dalam kandang bagian depan, menyemprot kandang dengan desinfektan,
dan memasang pemanas (heater) yang sudah disemprot desinfektan. Bahan-bahan
yang digunakan sebagai alas litter sebaiknya mempunyai sifat daya serap yang
baik, tidak berdebu, dan tidak berjamur (Anonymous, 2013). Litter yang sudah
didesinfeksi didiamkan minimal selama dua jam untuk memaksimalkan kontak
dengan desinfektan. PT. Mabar Feed Indonesia menggunakan serutan kayu
sebagai alas litter karena memiliki daya serap yang tinggi dan tidak mudah
lembab.
42
Pemanas (heater) yang digunakan adalah pemanas otomatis, setiap
kandang menggunakan 2 heater sampai umur 9 hari, umur 10 hari sampai umur 18
hari memakai 1 heater, umur 20 hari sudah tidak memakai heater. Pengaturan
heater kandang lantai atas dan lantai bawah berbeda, suhu yang diperoleh heater
pada kandang bawah lebih panas dibandingkan dengan kandang lantai atas. Suhu
kandang lantai bawah cenderung lebih dingin dibandingkan dengan suhu kandang
lantai atas yang lebih panas, karena kandang lantai atas memiliki rongga atap
yang mampu menyimpan panas dari sinar matahari. Menurut Purwanto (2006)
panas didalam rongga atap yang berasal dari sinar matahari tidak terdistribusikan,
sehingga menyebabkan panas merambat ke ruang bawah atap.
3. Pemeliharaan DOC
Nyalakan pemanas minimal 2 jam sebelum DOC tiba (pre-heating), agar
temperatur brooding sudah cukup stabil saat DOC masuk dan liter sudah
menjadi hangat.
Siapkan pakan dan air minum dalam brooder sebelum DOC tiba. Air
minum yang disarankan adalah air gula 2-3% (20-30 gram gula merah per
liter air minum).
Amat penyebaran dan tingkah laku anak ayam dalam chick guard. Setelah
DOC dipastikan dalam kondisi nyaman, lakukan evaluasi crop fill:
Sietelah 6 jam ditebar, minimal 80% tembolok berisi pakan dan air.
Setelah 12 jam ditebar, 100% tembolok harus berisi pakan dan air.
Apabila tembolok terlalu keras, berarti ayam kurang minum. -> Amati
temperatur dan ketersediaan air minum.
43
broiler dapat aktif untuk makan dan minum. Dan juga penambahan tempat pakan
dan tempat air minum. Pada umur stater ayam broiler pertumbuhan bobot badan
ayam broiler meningkat seiring dengan jumlah pakan nyang diberikan bertambah.
Pemeliharaan periode starter:
- Persiapan kandang
- Pemberian pemanas
- Kepadatan kandang
- Manajemen pakan (jenis pakan, kebutuhan, nutrisi, frekuensi pemberian,
tempat pakan)
- Pencahayaan program
- Penimbangan bobot awal dan akhir
- Periode evaluasi starter
- Konsumsi pakan
- Pbb
- Fcr
- % Keseragaman
- % Mortalitas
5 Sistem Manajemen Pakan dan Air Minum
Di perusahaan PT. MABAR FEED INDONESIA Medan pemberian pakan
ayam broiler dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari dan pemberian air
minum dilakukan secara ad-libitum atau secara terus-menerus. Pemberian pakan
dilakukan secara manual dimana pada umur DOC datang jumlah tempat pakan
sedikit dan setelah pada umur 8 hari tempat pakan dan tempat air minum
ditambah. Tempat pakan dan tempat air minum digantung agar tidak mudah
masuk kotoran atau sekam. Pemberian air minum pada umur 8 hari dilakukan
secara otomatis tinggal pemberian obat atau vitamin masih dilakukan secar
manual.
4.14 Sistem Penanganan Kesehatan
Manajemen penanganan kesehatan merupakan salah satu kunci sukses
usaha beternak ayam broiler. Memisahkan ayam sakit (isolasi) dan membuang
ayam mati dari kandang penampungan sangat bermanfaat dalam mencegah
penularan penyakit (Sukada et al., 2010). Membuang ternak ayam yang mati
44
dilakukan dengan cara dibakar atau mengubur pada tempat yang aman. Penyakit
yang menyerang ternak ayam sering kali gejalanya hampir sama dengan ayam
sehat. Penyakit pada ayam dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
tetapi kekurangan mineral dan vitamin juga dapat menyebabkan penyakit
(Wiedosari dan Wahyuwardani, 2015).
Penanganan kesehatan di PT. MABAR FEED INDONESIA Medan dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Biosekuriti
2. Pengendalian Penyakit Program
3. Pemberian Vaksin
4. Pemberian Obat-Obatan
Penyakit yang sering menyerang ayam broiler di PT. MABAR FEED
INDONESIA Medan yaitu:
1. Penyakit Pilek (Snot)
2. Penyebab : Bakteri Hemophillus gallinarum
Gejala klinis : Ayam selalu gelisah, nafsu makan turun dan kurus bobot badan
menurun, rongga hidung mengeluarkan cairan kental (eksudat), kelopak mata
menjadi lengket , penurunan produksi telur.
Penyebaran : Melalui kontak langsung dengan ternak yang sakit
Pencegahan : Sanitasi kandang dan lingkungannya, Jauhkan ayam yang terkena
dengan yang sehat.
Pengobatan : Dapat diberi obat dari golongan sulfa dan antibiotika yang
disesuaikan dengan jumlah pemberian atau dosis yang tertera
dalam kemasan obat.
1. Penyakit Tetelo (ND = Newcastle Disease)
Penyebab : Virus dari golongan paramyxoviru.
Gejala klinis : Sesak nafas, terdengar bunyi ngorok, lesu, lemah, bulu kusam,
sayap terkulai, leher sering tertarik kebelakang, berputar-putar,
nafsu makan menurun, jengger dan pial berwarna merah kebiru-
biruan dan akhirnya mati. Tingkat kematian 80 -100 %.
Penyebaran : Melalui kontak langsung dengan ternak yang terinfeksi, dan
dapat juga terjadi kontak dengan ternak sakit, pakan, selama
45
pengangkutan, tikus, keong dll. Penyakit ND ini menyerang
disemua umur ayam.
Pencegahan : Sanitasi kandang dan lingkungannnya, vaksinasi ND secara
berkala.
Pengobatan : Belum ada pengobatan yang handal
46
oleh ayam (Anonymous, 2009). Sementara, jumlah makanan yang masuk kedalam
tubuh (feed intake), juga berpengaruh besar terhadap proses produksi.
47
menyatakan bahwa mengelola ayam yang berukuran lebih kecil dari yang lain
pada area tersendiri akan lebih mudah karena dapat mengatur konsumsi pakannya
supaya pertumbuhannya sama dengan ayam yang lainnya. Grading dilakukan
dengan cara menyeleksi ayam setiap kandang secara rutin tiap minggu, dengan
memisahkan ayam yang mengalami masalah seperti berat badan kurang,
kelebihan berat badan, warna pucat, cacat, sakit dan kelainan (error sex) dari ayam
yang sehat. Ayam yang tidak memenuhi standart segera dipindahkan ke small pen
sampai kondisi ayam normal, jika ayam tidak kunjung normal maka ayam segera
di keluarkan (culling).
Flusshing yaitu program yang dilakukan untuk mengetahui presentase
ayam betina yang matang organ reproduksinya, dan juga untuk mengidentifikasi
produktifitas ayam melalui konfirmasi tubuhnya. Flusshing dilakukan dengan cara
mengumpulkan ayam secara acak dari setiap pen sebanyak 12%.
Hal yang dilakukan pada proses flusshing ayam betina adalah :
1. Menimbang berat badan, berat badan yang baik adalah berat badan yang
mencapai standart berdasarkan umur.
2. Mengukur jarak tulang pubis dengan jari tangan dimana nilai yang baik
adalah berjarak tiga jari.
3. Mengukur jarak antara tulang dada dengan tulang pubis yaitu berjarak tiga
sampai empat jari.
4. Bentuk dada yang baik adalah berbentuk U.
Cara mengetahui dewasa kelamin pada ayam jantan antara lain dari
tingkah laku seksualnya, jengger dan pial yang lebar dan berwarna merah,
serta suara khas pejantan yang keras. Pencampuran ayam jantan dan betina
dilakukan antara minggu ke 18 hingga ke 22. Berikut rumus pencampuran ayam
betina dengan ayam jantan : Jumlah ayam betina atau ayam jantan yang akan di
campur dalam pen:
Ukuran pen
Total Ayam x Panjang Kandang
48
4.20 Program Kesehatan
1. Pemberian Vaksin
Keberhasilan vaksinasi dipengaruhi oleh cara memberikannya, jika
pemberiannya tidak tepat sasaran maka antibodi tidak akan terbentuk. Begitu pula
jika terdapat kesalahan yang biasanya dilakukan oleh caretaker pada cara
pemberiannya yang dapat menyebabkan cacat fisik dan bahkan kematian pada
ayam. Vaksin yang digunakan di PT. MABAR FEED INDONESIA Medan yaitu
vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif diberikan dengan cara meneteskan
langsung di mata ayam. Vaksin inaktif diaplikasikan dengan cara injeksi dibawah
kulit, di bawah otot, dan tusukan pada sayap. Pemberian vaksin aktif dan inaktif
harusdilakukan dengan cara yang hati-hati karena jika terjadi kesalahan akan
berakibat fatal pada ayam, seperti yang dilakukan oleh para caretaker karena
banyaknya ayam yang harus divaksin maka mereka tergesa-gesa dalam proses
pemberian vaksin. Pada pemberian vaksin tusuk sayap, beberapa ayam ada yang
ditusuk sampai mengenai tulang sehingga menyebabkan cacat pada ayam.
Vaksinasi dengan metode tusuk sayap harus dilakukan dengan cara hati-hati yaitu
jarum penusuk yang telah dicelupkan pada larutan vaksin ditusukkan pada sayap
ayam yang telah direntangkan, diusahakan menusuknya pada lipatan sayap yang
tipis dan jangan sampai mengenai tulang, otot, dan pembuluh darah karena dapat
mengakibatkan cacat fisik pada ayam (Anonymous, 2009).
2. Pengambilan Sampel Darah
Pengambilan sampel darah dilakukan untuk mengetahui tingkat titer anti
bodi ayam yang berhubungan erat dengan program vaksin inaktif yang sedang
dijalankan. Kegiatan ini dilakukan pada saat tiga minggu setelah pemberian
vaksin inaktif yaitu saat titer antibodi mencapai titer protektif. Pengambilan
sampel darah untuk pemantauan titer antibodi vaksin inaktif sebaiknya dilakukan
49
pada tiga minggu setelah vaksinasi sesuai dengan lama pembentukan titer
antibody dimana titer antibodi protektif baru melindungi setelah tiga minggu
(Anonymous, 2008).
3. Kontrol Kandang
Kontrol kandang dilakukan untuk mengetahui kondisi ayam-ayam di
kandang sedang sakit atau tidak. Kontrol kandang dapat dilakukan setiap waktu.
Menurut Anonymous (2009), kontrol kandang hendaknya rutin dilakukan, bisa
waktu pagi, siang, sore, atau malam hari. Kontrol dilakukan untuk mengetahui
apakah ada ayam yang memiliki gejala klinis terserang suatu penyakit, apabila
ditemukan ayam yang tampak sakit maka akan diambil dan dibawa ke luar
kandang untuk kemudian dilakukan bedah bangkai.
4. Program Biosecurity
Dalam pemeliharaan ayam broiler parent stock, program biosecurity
merupakan suatu hal yang penting yang harus dijlankan. Biosekuritas merupakan
suatu sistem untuk mencegah penyakit yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan
produksi unggas secara keseluruhan dan merupakan bagian untuk
mensejahterakan hewan (Winkel, 1997). Terdapat 3 aspek biosecurity yang
dilakukan di PT. MABAR FEED INDONESIA Medan yaitu biosecurity pada
kendaraan, barang, dan manusia.
Biosecurity pada kendaraan dilakukan dengan menyemprotkan antiseptik
padasemua kendaraan yang masuk area farm. Barang-barang yang akan masuk
area farm disemprot dengan antiseptik dan dilewatkan pada box ultraviolet.
Setiap karyawan dan pengunjung yang masuk ke area farm diwajibkan mandi dan
disemprot dengan antiseptik. Jika karyawan atau pengunjung memasuki pintu
kandang maka diwajibkan mencelupkan kaki dengan antiseptik dan menyemprot
tangan dengan alkohol 70% serta memakai perlengkapan alat pelindung seperti
sepatu boot, topi, dan seragam yang telah disediakan. Sistem biosecurity yang
dilakukan oleh PT. MABAR FEED INDONESIA Medan sesuai dengan pendapat
50
Hadi (2010) yaitu pengunjung farm didesinfeksi, mandi semprot, lalu memakai
sepatu khusus, baju penutup, dan topi khusus yang telah didesinfeksi. Tangan
orang juga harus didesinfeksi sebelum masuk bangunan kandang ataupun
meninggalkannya. Sistem biosecurity dilakukan untuk menghindari kontaminasi
lingkungan luar terhadap area kandang.
51
Bangkai ditangani setiap pagi pada saat kontrol kandang dan dipastikan tidak ada
bangkai yang tertinggal dalam kandang karena bangkai memiliki potensi sumber
penyakit. Bangkai di buang ke tempat pembuangan bangkai kemudian di bakar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Ternak Sapi Perah
Adapun kesimpulan yang penulis ambil dalam uraian ternak sapi perah
diatas adalah sebagai berikut:
1. Hal paling utama yang sangat diperhatikan dalam pemeliharaan sapi
perah adalah manajemen pakannya, manajemen kesehatan dan
kebersihan kandang.
2. Usaha sapi perah merupakan suatu usaha yang paling prospek untuk
memenuhi kebutuhan protein manusia.
3. Manajemen pakan dan pemeliharaan yang baik merupakan inti dari
proses produksi.
5.2 Saran
1. Ternak Sapi Perah
Adapun saran yang penulis tunjukkan untuk PT. Cifa Indonesia adalah sebagai
berikut:
52
1. Agar kebutuhan logistik dan perlatan dapat dilengkapi dan di penuhi untuk
mempermudah kegiatan di perusahaan.
2. Meningkatkan dan memperketat biosecurity kandang, agar ternak
terhimdar dari berbagai penyakit terutama penyakit menular.
3. Agar menerapkan sanitasi kendang.
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1995. Beternak Sapi Perah. Yogyakarta: Kanisius. Aak. 1974. Beternak Sapi
Perah. Kanisius. Yogyakarta
Amrullah, Ibnu Katsir. 2004. Nutrien Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung
Budi.Bogor
Anggraeni, Anneke. 2014. Indeks Reproduksi sebagi Faktor Penentu Efisiensi
Reproduksi Sapi Perah: Fokus Kaia Pada Sapi Perah Boss Taurus
Semi Lokal Nasional Prospek Industry Sapi Perah Menuju
Perdagangan Bebas-012. Balai Penelitian Ternak.Bogor
Anonimous 2010. Populasi Ternak di Indonesia. Badan Pusat Statistik
RepublikIndonesia, Jakarta
Anonymous (2011). Program Vaksinasi. http://www.infomedion. Com
Anonymous. 2005. Barang yang Dihasilkan Industri Besar dan Sedang
di
Jawa Timur2002. BPS Prop. Jawa Timur.
Anonymous.2012.TataLaksanaPenetasan.http://pelajaranilmu.blogspot.com/
2012/05/t ata-laksana penetasan.html [20 september 2022].
53
Cahyono dan Bambang, 1997. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging
(broiler). Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
54
Jakarta.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutrisno, (2013) Sutrisno, Edy. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia,
Cetakan Kelima. Yogyakarta: Prenada Media.
Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Wingkel, P.T. 1997. Biosecurity in Poultry Production: Where are we and where
do we go. Prosiding 11th International Congress of the World Poultry
Association.
LAMPIRAN
55
Pemberian Cendramata ke Perusahan.
56
Lampiran II Kegiatan PPL Di PT. Mabar Feed Indonesia
57
Pemnberian Cendramata ke Manager PT. Mabar Feed Indonesia.
58