Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PROGRAM PRAKTEK LAPANGAN

KOMODITI TERNAK
POLIGASTRIK DAN MONOGASTRIK
Oleh :
ANDI SIAHAAN

NPM : 19400023

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HKBP
NOMMENSEN MEDAN
2022
LAPORAN PROGRAM PRAKTEK LAPANGAN
(PPL) KOMODITI TERNAK MONOGASTRIK DAN
POLIGASTRIK

OLEH :
Andi Siahaan

NPM : 19400023

Menyetujui :

KOORDINATOR PPL, PEMBIMBING PPL,

Ir. Tunggul Ferri Sitorus, MP Ir. Partogi


Hutapea, MP

Mengetahui :

DEKAN FAKULTAS PETERNAKAN,

Prof. Dr. Ir. Hasan Sitorus, MS

Tanggal lulus : 09 September 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan
karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Laporan Program Praktek Lapangan
(PPL) dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
Laporan PPL ini adalah sebagai memenuhi kelengkapan akademik dalam
penyelesaian PPL Kegiatan PPL wajib bagi mahasiswa/i yang telah mencapai 90
SKS dan telah lulus matakuliah komoditi PPL yang dilaksanakan.
Dalam penyelesaian laporan ini, penulis menyadari tanpa bantuan dari
berbagai pihak baik secara moral maupun materi kegiatan PPL dan penulisan
Laporan ini tidak akan dapat terlaksana dengan baik, oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasan Sitorus, Ms, selaku Dekan Fakultas Peternakan
Universitas HKBP Nommensen Medan.
2. Bapak Ir. Partogi Hutapea, MP selaku Dosen Pembimbing PPL.
3. Bapak Ir. Tunggul Feri Sitorus, MP, selaku Koordinator PPL.
4. Bapak Roma, selaku Manager perusahaan PT.Mabar Feed Indonesia yang
telah menerima kami melaksanakan kegiatan PPL.
5. Bapak/Ibu Direktur PT.CIFA Indonesia, Siatas barita.
6. Bapak Sahrul, sebagai pengawas kandang 12a dan 12b PT. Mabar Feed
Indonesia.
7. Bapak Bahagia Ginting, selaku pengawas PT. Mabar Feed Indonesia.
8. Bapak Johannes Sianturi, S.Pt, selaku Kepala Instalasi PT. CIFA
Indonesia, Siatas barita.
9. Kakak Rosinauly Matandang, selaku bidang pengelolahan susu di PT.
CIFA Indonesia, Siatas barita.
10. Bapak Agus Tobing, selaku kepala kandang di PT. CIFA Indonesia,
Siatas Barita.
11. Bapak Jeklin Pasaribu, selaku Operator Pemerahan di PT. CIFA
Indonesia, Siatas Barita.

12. Bapak Indra Simanjuntak, selaku Operator kandang di PT. CIFA


Indonesia, Siatas barita.

iii
13. Bapak Army Nababan, selaku Marketing di PT. CIFA Indonesia, Siatas
barita.
14. Seluruh Karyawan/wati di PT. CIFA Indonesia, Siatas barita.
15. Seluruh Karyawan/wati di PT. Mabar Feed Indonesia.
16. Orangtua yang telah mendukung dan memberi dorongan baik secara moral
maupun materi dalam penyelesaian Program Praktek Lapangan (PPL) ini.
17. Rekan Mahasiswa yang telah mendukung dan membantu dalam
penyelesaian laporan ini.

Penulis menyadari bahwa Penulisan Laporan ini masih jauh dari


kesempurnaan oleh karena itu penulis menerima masukan yang membangun demi
kesempurnaan Laporan ini. Akhir kata semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat, Instansi terkait dan terlebih bagi Mahasiswa Fakultas Peternakan
Universitas HKBP Nommensen.

Medan, September 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
...
1.2 Tujuan PPL di PT. CIFA TARUTUNG .......................................... 3
1.3 Kegunaan PPL di PT. CIFA TARUTUNG...................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 4
2.1 Jenis Sapi Perah 4
...............................................................................
2.2 Umur ................................................................................................ 4
2.3 Berat Badan...................................................................................... 5
2.4 Bentuk Badan................................................................................... 6
2.5 Bentuk Ambing 7
................................................................................
2.6 Produksi Susu dan Masa Laktasi 7
.....................................................
2.7 Teknik Pemerahan ........................................................................... 8
2.7.1 Pemerahan Menggunakan Tangan 9
.......................................
2.7.2 Pemerahan Menggunakan Mesin 9
.........................................
2.8 Pemberian Pakan.............................................................................. 10
2.9 Kering Kandang 10
...............................................................................
2.10 Kesehatan ........................................................................................ 11
.
2.11 Faktor Lingkungan dan Genetik 12
......................................................
BAB III METODE PRAKTEK LAPANGAN ......................................... 13
3.1 Lokasi dan Waktu 13
............................................................................
3.2 Aspek Yang Diamati........................................................................ 13
3.3 Pengumpulan Data 13
...........................................................................
3.4 Materi dan Metode PPL 13
1
...................................................................
3.4.1 Objek PPL 13
............................................................................
3.4.2 Metoda PPL.......................................................................... 13
3.4.3 Waktu Kegiatan.................................................................... 14
3.4.4 Kegiatan Observasi 14
..............................................................

2
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 15
4.1 Sejarah Singkat Perusahaan ............................................................. 15
4.2 Penanganan Pedet Setelah Lahir 15
......................................................
4.2.1 Penimbangan Pedet 16
..............................................................
4.2.2 Penyapihan 16
...........................................................................
4.3 Pemeliharaan Sapi Dara 16
...................................................................
4.4 Pemeliharaan Induk Laktasi............................................................. 17
4.5 Penanganan Limbah......................................................................... 17
4.6 Pencegahan Penyakit ....................................................................... 18
4.7 Pemasaran ........................................................................................ 18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 19
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 19
5.2 Saran................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................

20

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor peternakan merupakan bagian pembangunan nasional yang


penting karena salah satu tujuan pembangunan peternakan nasional adalah
peningkatan sumber daya manusia secara berkelanjutan melalui perbaikan gizi
untuk mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi, sebagai dasar pembentukan
manusia Indonesia di masa depan. Selain untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia, tujuan pembangunan peternakan adalah untuk meningkatkan
lapangan kerja, pendapatan dan kesejahteraan peternak, pelestarian lingkungan
hidup dan menambah devisa Negara. Permintaan akan daging, susu dan produk
ternak lainnya terus meningkat, berkaitan dengan peningkatan jumlah penduduk
dan pendapatan masyarakat serta kesadaran gizi.

Sapi perah adalah jenis ternak ruminansia besar yang mempunyai potensi
tinggi dalam penyediaan daging dan merupakan ternak asli daerah panas dan
lembab, khususnya daerah belahan utara tropika. Dalam usaha ternak sapi perah,
ada berbagai cara pemilihan bibit tempat berproduksi atau kandang cara
pemberian pakan dan cara pencegahan penyakit serta tata laksana pemeliharaan.
Pemilihan bibit perlu di tekankan pada syarat-syarat secara umum maupun
ketentuan yang dibuat oleh pemerintah dan kesepakatan teknis. Bibit yang
kurang jelas asal usulnya dapat memberikan hasil yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan karena itu ternak ternak yang dipilih untuk digunakan sebagai bibit
harus di dasarkan pada sifat sifat produksinya yang tinggi guna memproleh
produksi yang bagus.
Ayam broiler merupakan salah satu penyumbang terbesar protein hewani
asal ternak dan merupakan komoditas unggulan. Industri ayam broiler
berkembang pesat karena daging ayam menjadi sumber utama menu konsumen.
Daging ayam broiler mudah didapatkan baik di pasar modern maupun tradisional.

4
Produksi daging ayam broiler lebih besar dilakukan oleh rumah potong ayam
modern dan tradisional. Proses penanganan di RPA merupakan kunci yang
menentukan kelayakan daging untuk dikonsumsi. Perusahaan rumah potong ayam
(RPA) atau tempat pendistribusian umumnya sudah memiliki sarana penyimpanan
yang memadai, namun tidak dapat dihindari adanya kontaminasi dan kerusakan
selama prosesing dan distribusi.
Di bidang usaha ternak unggas ini, pemeliharaan usaha ayam broiler telah
menyebar dan berkembang ke seluruh daerah. Hal ini disebabkan karena adanya
perbaikan teknologi pengelolaan ayam broiler yang berupa bibit unggul, makanan
berkualitas, perkandangan, sanitasi dan pencegahan penyakit.
Ayam broiler memiliki sifat-sifat yang menonjol secara ekonomis dapat
memberikan keuntungan. Sifat tersebut adalah berupa produksi daging yang tinggi
dengan penggunaan pakan yang efisien. Keunggulan inilah yang dapat
merangsang berkembangnya peternakan ayam broiler. Faktor yang paling
menentukan dalam usaha peternakan terutama peternakan ayam ada tiga hal
yaitu breeding (pembiakan), feeding (pakan) dan management (tatalaksana).
Khusus dalam penyediaan bibit ayam, peternak diusahakan untuk dapat memilih
bibit yang berkuallitas.
Mengingat tingginya kewaspadaan masyarakat terhadap keamanan
pangan, menuntut produsen bahan pangan termasuk pengusaha peternakan untuk
meningkatkan kualitas produknya. Walaupun kualitas karkas tergantung pada
preferensi konsumen namun ada standar khusus yang dijadikan acuan. Karkas
yang layak konsumsi harus sesuai dengan standar SNI mulai dari cara
penanganan, cara pemotongan karkas, ukuran dan mutu, persyaratan yang
meliputi bahan asal, penyiapan karkas, penglolahan pascapanen, bahan pembantu,
bahan tambahan, mutu produk akhir hingga pengemasan. Untuk itu perlu ada
penerapan manajemen yang baik sejak masih di sektor hulu sampai ke sektor hilir.

Program Praktek Lapangan (PPL) di PT. Cifa Indonesia dan PT. Mabar
Feed Indonesia adalah keterampilan teknis, sistem pemiliharaan dan pengkaji
aspek keterpaduan usaha dengan lingkungan sekitar Melalui Program Praktek
Lapangan (PPL) ini diharapkan mahasiswa mampu mengevaluasi secara
langsung ilmu dan penerapan teknologi yang diperoleh selama perkuliahan.

5
1.2 Tujuan Program Praktek Lapangan (PPL)
Adapun tujuan Program Praktek Kerja Lapangan (PPL) yang dilakukan adalah :
1. Untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan dalam tatalaksana
pemeliharaan ternak ayam bloiler dan sapi perah, serta menerapkan ilmu yang
diperoleh pada perkuliahan dan belajar membekali diri dengan keterampilan
untuk tujuan dunia kerja.
2. Belajar bekerja sama, melatih sikap mandiri, belajar bertanggung jawab,
disiplin dan hidup bermasyarakat.
3. Untuk menambah pengertian dan wawasan mahasiswa/i dari segi proses
produksi dan penguasaan aspek teknis dalam usaha peternakan agar mampu
menjawab tantangan pembangunan peternakan di masa yang akan datang.
4. Agar mahasiswa/i mampu dan dapat mempraktekkan manajemen
pemeliharaan, pakan, perkandangan, penanganan penyakit dan pemerahan.
5. Sebagai satu syarat kelulusan dalam program pendidikan sarjana Peternakan
(S1)

1.3 Kegunaan Program Praktek Lapangan (PPL)

Adapun kegunaan program praktek lapangan (PPL) yang dilakukan


yaitu meningkatkan keterampilan dalam pengelolaan ternak, pemberian pakan,
sistem perkandangan maupun keterampilan dalam pemerahan serta dapat
memperoleh informasi secara langsung dari perusahaan peternakan yang dapat
menambah pengetahuan dan keterampilan sehingga nantinya mahasiswa/i dapat
mempersiapkan dirinya untuk menjadi sarjana yang siap pakai dan sebagai bahan
lembaga pendidikan tinggi dalam menyusun dan merevisi kurikulum, agar sesuai
dengan masyarakat yang dibutuhkannya.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ternak Sapi Perah


Awal mula sejarah sapi perah tidak pasti diketahui tetapi diperkirakan
dimulai pada 2.000 - 3.000 tahun SM. Sapi termasuk jenis Bos pada dasarnya ada
dua bangsa sapi yaitu Bos Taurus yang meliputi bangsa-bangsa sapi Eropa yang
akan hidup dan berkembang biak dengan baik pada suhu antara 2˚C - 20˚C, dan
bangsa sapi yang kedua adalah Bos Indicus yang meliputi sapi-sapi yang ada
didaerah tropis dengan suhu lingkungan yang baik untuk hidup dan berkembang
biak antara 10˚C - 27˚C.
Klasifikasi ilmiah bangsa sapi perah :
Kingdom : Mamalia
Sub Class : Eutheria
Ordo : Ungulata
Sub Ordo : Artiodactyla
Family : Bovidae
Sub Family : Bovinae
Genus : Bos
Pemerahan susu di Indonesia dimulai semenjak abad ke-17, yakni
bersamaan dengan masuknya tentara Belanda di Indonesia. Pada saat itulah sapi-
sapi khususnya sapi perah mulai didatangkan ke Indonesia, guna memenuhi
kebutuhan asupan gizi tentara Belanda khususnya dari sumber air susu sapi.

7
2.2 Bangsa - Bangsa Sapi Perah
2.2.1 Sapi Fries Holland (FH) Karakteristik sapi ini adalah :
- Bangsa FH murni warna bulunya hitam dan putih atau merah dan putih
dengan batas- batas warna yang jelas.
- Bulu ekor,kaki bagian bawah (dibawah persendian loncat) warna
putih.atau di perbolehkan berwarna hitam apabila warna hitam tersebut
mulai dari bahu atau panggul sampai ke kuku.
- Pada dahi terdapat warna putih berbentuk segitiga.
- Tidak tahan panas tetapi mudah menyesuaikan diri dengan keadaan
lingkungan.
- Bobot badan ideal betina dewasa adalah 682 kg, dan bobot badan
jantan dewasa ± 1000 kg.
- Beranak pertama pada umur 28-30 bulan.
- Produksi susu rata-rata di negara asing adalah 7.245 kg/laktasi
sedangkan di indonesia produksi susu rata-rata 10 liter/ekor/hari.
- Kadar lemak susu 3,65 %
- Bobot lahir anak sangat tinggi yaitu 43 kg dengan warna lemak daging
putih, sehingga baik sekali untuk produksi veal atau daging anak sapi
( Nurdin, 2016).

2.2.2 Brown Swiss


- Sesuai namanya sapi ini dikembangkan di Swiss.

- Sapi ini memiliki warna tubuh keabu-abuan hingga coklat,

- Perilakunya sangat jinak dan mudah dikendalikan,

- Sapi Brown Swiss memiliki badan cukup besar,

- Sapi jantan bisa mencapai 900 kg dan betina 600 kg,

- Produktivitas susunya mencapai 3000 kg per masa laktasi.

2.2.3 Sapi Guernsey


Sapi Guernsey berasal dari Pulau Guernsey, Inggris Selatan. Seperti sapi jersey,
sapi ini dikembangkan dari sapi liar Bos Typicus longifrons.

8
- Warna sapi Guernsey coklat kekuningan hingga hampir merah bercampur
dengan warna putih,
- Tanduknya berukuran sedang, arahnya agak condong ke depan,
- Bobot sapi jantan bisa mencapai 700 kg dan sapi betina 475 kg,
- Produksi susunya mencapai 2750 liter per masa laktasi.

2.3 Manajemen pemeliharaan sapi perah sistem


Pemelih araan anak sapi (pedet)
2.3.1 Perawatan Saat Kelahiran
- Kelahiran merupakan saat yang kritis karena ada kemungkinan diperlukan
bantuan sehingga perlu perhatian dan persiapan yang serius.
- Langkah pertama yang dilakukan terhadap pedet yang baru lahir adalah
membersihkan lendir didalam rongga mulut dan rongga hidung serta
mengeringkan bulu hal ini dapat dilakukan oleh induknya sendiri.
- Usahakan agar pedet yang baru lahir tidak terkena feses dari ternak dewasa
ekitarnya.
- Tali pusar dipotong pendek (2 cm dari pangkalnya) dan diberi yodium
tinctur sesegera mungkin setelah kelahiran untuk mencegah infeksi.
- Biarkan pedet bersama induk selama 40 – 72 jam, agar mendapat
kolostrum dan menggertak induk untuk mengeluarkan air susu dengan
mudah dan lancar.
- Tempatkan dalam kandang khusus serta dijaga supaya pedet dan alasnya
tetap kering
2.3.2 Pemberian Kolostrum
Selanjutnya yang terpenting adalah pedet harus mendapatkan kolestrum
yang di hasilkan induk hingga satu minggu setelah kelahiran sebanyak 6 % berat
badan. Apabila kolestrum induk berlebih, dapat diberikan pada pedet yang
induknya mati atau induk yang ambingnya terkena infeksi atau produksi susu nya
sedikit. Kolestrum sangat penting di peroleh karena mengandung sejumlah
antibodi untuk melindungi pedet yang baru lahir dari berbagai macam penyakit
infeksi, kolestrum mengandung vitamin A 10-100 kali lebih banyak di
bandingkan susu biasa, kolestrum mengandung vitamin D, 3 kali lebih banyak

9
dari susu biasa, kolestrum mengandung protein 4-7 kali lebih banyak dari susu
biasa, kolestrum bersifat laktasi (menguras) sehingga akan membantu
membersihkan dan melancarkan pencernaan pedet.
2.3.3 Pemberian Kosentrat
Anak di ajarkan makan
kosentrat setiap hari dengan pemberian sebanyak 0,5- 1 kg mulai umur 60-90 hari
di latih dengan menempelkan kosentrat pada mulut pedet. Pengenalan dan
pemberian kosentrat perlu di lakukan sedingin mungkin karena pada umur 2,5-3
bulan rumen dan retikulum pedet sudah mulai berkembang yang volume nya
mencapai 70%. Sebaliknya volume abomasum dan omosum menyusut kecil
mencapai 30% dari seluruh lambung, setelah pedet berkembang menjadi dewasa
volume rumen menjadi 80%, retikulum 5%, omasum 8% dan abomasum 7%
(AAK, 1995).
2.3.4 Pemberian Hijauan
Pada umur 2 minggu, pedet mulai belajar makan hijauan sebanyak 1
genggam secara berangsur-angsur jumlahnya bertambah sesuai dengan umur dan
pertumbuhan sampai pedet diberi hijauan secara utuh (Nurdin, 2016).
Mulai umur 3 minggu, pedet diajarkan makan rumput. Pemberian rumput
dilakukan setiap hari dengan jumlah pemberian masing-masing sebanyak 0,25
kg/ekor, 0,5kg/ekor dan 1 kg/ekor/hari secara berturut-turut mulai umur 21 - 30
hari, 31 - 60 hari dan 61 - 90 hari. Rumput yang diberikan kepada pedet dipilih
yang masih muda dan kemudian dipotong-potong dengan golok/mesin choper
sehingga mudah dicerna oleh anak sapi sebagaimana konsentrat rumput (hijauan)
perlu dikenalkan dan diberikan sedini mungkin pemberian rumput yang dimulai
pada umur 1 minggu dapat merangsang perkembangan rumen yang sangat
mendukung pertumbuhan selanjutnya (Hidayati, 1995).

2.3.5 Penyapihan
Dalam peternakan ternak perah, penyapihan yang semakin cepat dilakukan
akan semakin baik karena penyapihan yang terlambat akan menyebabkan
pertambahan bobot badandan biaya yang dikeluarkan menjadi tidak seimbang. 20
hari menjelang penyapihan pemberian susu dikurangi sedikit demi sedikit sampai
tidak diberi susu, sebaliknya pemberian konsentrat dan hijauan ditingkatkan

10
sampai saat disapih, sehingga terbiasa dan tidak mengalami stres hebat. Setelah
berumur 90 hari pedet dipisah dan pemberian susu untuk dipelihara atau
dibesarkan sebagai pengganti induk atau untuk digemukkan sebagai ternak
pedaging.

2.4 Sistem Pemeliharaan Ternak Sapi Dara


Pemeliharaan sistem intensif
2.4.1 Perkandangan
Kandang sapi dara dapat dibuat dengan sistem koloni agar memudahkan
pengontrolan saat berahi. Tetapi apabila kandang khusus sapi dara ini tidak ada
(karena kondisi lahan yang terbatas), sapi dara dapat ditempatkan dikandang sapi
dewasa. Temperatur ruangan yang optimum untuk kandang sapi dewasa adalah
10˚C– 15,5˚C yang optimum adalah 5˚C - 21˚C. Dengan kelembapan 50-75%
yang optimum adalah 60% (Nurdin, 2016).
- Luas minimum per ekor untuk kandang sapi dara adalah sebagai berikut :
- umur 6 – 12 bulan dibuat 2,7 m²
- umur 13 – 18 bulan dibuat 3,7 m²
- umur 19 – 24 bulan dibuat 4,7 m² (Coletti, 1966).

2.4.2 Pemberian Pakan


Pemberian pakan pada ternak sapi dara terdiri dari hijauan sebanyak 60%
(hijauan yang berupa jeerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, rumput gajah,
benggala, rumput raja, daun jagung, daun ubi, dun kacang-kacangan dan
(konsentrat 40%). Umumnya pakan diberikan 2 kali per hari pada pagi dan sore
hari. Pemberian pakan pada ternak perha dapat dilakuakn dengan 3 cara yaitu :
sistem penggembalaan, sistem perkandangan atau intensif dan sistem kombinasi
keduanya. Pakan berupa rumuput bagi ternak dewasa umumnya diberikan
sebanyak 10% dari bobot badan dan pakan tambahan sebanyak 1 – 2 % dari bobot
badan.

2.4.3 Program Perkawinan


Pemeliharaan sapi dara harus cermat memperhatikan kapan sapi dara
mulai dewasa tubuh dan kelamin karena hal ini berkaitan dengan kebuntingan dan

11
waktu melahirkan sapi dara nantinya. Pada umumnya sapi dara pertama sekali
dikawinkan pada umur 13-15 bulan. Perkawinan adalah suatu usaha untuk
memasukkan sperma kedalam alat kelamin betina. Menurut Nurdin (2016),
Sistem perkawinan ternak sapi dapat dilakukan dengan 2 cara :

1. Perkawinan Alami
Perkawinan ini dilakukan oleh seekor pejantan yang langsung memancarkan
sperma kedalam alat reproduksi betina dengan cara kopulasi.
2. Perkawinan Buatan
Perkawinan ini dikenal dengan Inseminasi Buatan (IB) atau Artificial
Insemination (AI) yaitu dengan cara memasukkan sperma kedalam saluran
reproduksi betina dengan menggunakan peralatan khusus (Blakely dan Bade,
1988).
Perkawinan pertama seekor ternak dara tergantung pada 2 faktor utama
yaitu umur dan berat badan. Apabila perkawinan ternak perah dara terlalu cepat
dengan kondisi tubuh yang terlalu kecil, maka akibat yang terjadi adalah :
1. Kesulitan melahirkan
2. Keadaan tubuhnya yang tetap kecil nantinya setelah menjadi induk sehingga
dapat berakibat kemandulan dan rendahnya produksi susu.

2.4.4 Penanganan Kesehatan Sapi Dara


Penangnan kesehatan pada ternak sapi dara
hampir sama hal nya dengan sapi lainnya, hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Sanitasi Ternak dan Kandang
Hal ini sangat perlu dilakukan yakni dengan memandikan sapi dara
satu kali sehari dan membersihkan kandang, tujuannya untuk mengurangi resiko
adanya bibit penyakit yang timbul dan menyebabkan penularan penyakit.
2. Kebersihan dan Pemotongan Kuku
Pemotongan kuku harus dilakukan 1 kali 6 bulan.
Tujuannya agar keseimbangan kaki dan kesehatan sapi tidak terganggu

12
misalnya dengan kuku yang panjang parasit baik ekto dan endo dapat masuk
kedalam tubuh.
3. Pemberian Obat Cacing
Pemberian obat cacing wajib dilakukan setiap 3-4 bulan sekali, mengingat
daur hidup cacing umumnya adalah sekitar 4-6 bulan. Cacing yang umumnya
menyerang adalah cacing lambung, cacing usus dan cacing hati seperti
Ostertagia ostertagi, haemonchus contortus, taenia saginata (Cacing pita),
nematodirus, cooperia dan oesophagustomum radiatum, fasciola gigantica dan
fasciola hepatica (cacing hati).

2.5 Sistem Pemeliharaan Ternak Sapi Induk


2.5.1 Pemeliharaan Sapi Induk Laktasi
Keadaan tubuh ternak pada waktu laktasi perlu diperhatikan, induk
laktasi dalam keadaan kurus, misalnya karena sakit atau kesalahan dalam
pengelolaan, akan mengakibatkan produksi susu lebih rendah dari biasanya dan
pada umumnya akan sulit mengejar penurunan produksi susu tersebut. Oleh
karena itu kira-kira 4 – 8 minggu sebelum beranak, hendaknya induk tersebut
diberi makan yang cukup dengan kandungan protein kasar minimal 16%. Hal ini
dimaksudkan agar :
 Membantu pertumbuhan ambing
 Supaya anak yang dilahirkan dalam kondisi sehat
 Membantu pembentukan kolostrum
Produksi susu seekor ternak dipengaruhi oleh lingkungan, genetik serta
interaksi antara genetik dan lingkungan. Sepanjang hidupnya seekor sapi perah
mengalami beberapa kali masa produksi atau masa laktasi. Laktasi pertama sangat
penting, karena berdasarkan penelitian sapi yang produksi susu pada masa laktasi
pertama tinggi, maka cenderung memiliki masa produksi yang lebih panjang dan
total produksi susu yang lebih tinggi. Panjang masa laktasi seekor sapi adalah 305
hari, berarti sapi akan menghasilkan susu selama ± 10 bulan.
Setelah ternak diperah, ternak diberi makan untuk merangsang ternak
tidak langsung tidur saat selesai diperha, sehingga dapat memberikan kesempatan
kepada otot puting (Spincter) yang terbuka pada saat diperah sehingga pada saat

13
sapi makan, otot tersebut tertutup kembali dengan
sempurna, dan dapat mencegah bakteri untuk masuk kedalam ambing yang dapat
menyebabkan penyakit mastitis.

2.5.2 Pemeliharaan Sapi Induk Kering


Memasuki bulan ketujuh kebuntingan pada induk sapi pemerahan
dihentikann hal ini dikenal juga dengan istilah kering kandang. Mengeringkan
ternak laktasi pada waktu-waktu tertentu terutama yang bunting tua merupakan
suatu kebijakan yang harus dilaksanakan. Tujuan dari masa kering ini adalah :
1. Memberi kesempatan pada kelenjar alveoli untuk beristirahat agar ada
persiapan untuk masa produksi yang akan datang.
2. Memberikan kesempatan kepada induk untuk menimbun makanan cadangan
yang diberikan bagi masa laktasi selanjutnya.
3. Memberikan kesempatan pada organ-organ yang mengatur laktasi untuk
mengadakan suatu penyegaran pada masa istirahat.
4. Induk dapat menghimpun tenaga untuk persiapan kelahiran dan
menghasilkan kolostrum, yang bermutu untuk kebutuhan anak kelak.

2.5.3 Pemberian Pakan pada Induk


Salah satu faktor yang menentukan suksesnya usaha peternakan sapi perah
adalah pemberian pakan. Sebab produksi tinggi akan didapat apabila manajemen
pemberian pakan baik dan cukup. Menurut National Research Council (NRC)
standar kualitas ransum untuk induk adalah :
1) Protein kasar ransum tidak kurang dari 11%
2) Energi ransum tidak kurang dari 60% TDN
3) Kalsium ransum tidak kurang dari 0,37%
4) Fosfor ransum tidak kurang dari 0,26%
5) Vitamin A per kg tidak kurang dari 3.200 IU

2.5.4 Kandang untuk Induk


Pada tahun 1985, Direktorat Jenderal Peternakan telah merumuskan
ukuran kandang dan bahan-bahan ysng akan digunakan dalam pembuatan

14
kandang konvensional untuk induk. Ketentuan dan ukuran kandang sapi perah
induk adalah sebagai berikut :

1. Panjang dan lebar untuk satu tempat sapi perah induk, masing-masing adalah
1,6 m dan 1,35 m.

2. Panjang tempat ransum beserta air minum selebar tempat sapi perah induk
(1,35 m). Antara tempat ransum dengan air minum, dibuat suatu penyekat
setebal kira-kira 10 cm.

3. Panjang tempat ransum 95 cm dan lebarnya 50 cm dengan kedalaman 40 cm.

4. Panjang tempat air minum 40 cm, lebar 50 cm dan kedalamannya 40 cm.

5. Selokan dengan lebar 30 – 40 cm dan kedalaman 20 -25 cm

6. Lebar jalan minimal 1 m kesamping

7. Kemiringan lantai kandang 1 cm/2 m² (0,5%).

2.6 Penanganan Pemerahan


Menurut AAK (1974) Sapi yang sedang diperah sangat sensitif terhadap
keadaan sekeliling dan oleh suatu kepekaan yang senantiasa berubah-ubah. Oleh
sebab itu untuk menjamin kelangsungan produski susu tetap stabil, maka cara
yang sama dan telah biasa dikerjakan, hendaknya selalu diikuti dan dilakukan
secara seksama. Sebelum sapi diperah, hendaknya perlu diperhatikan hal-hal
berikut :
1. Pembersihan kandang, kotoran ataupun sisa-sisa makanan, sebab air susu
mudah menyerap bau-bauan.
2. Sapi yang hendak diperah, sebaiknya diberi makanan penguat dahulu, supaya
sapi menjadi lebih tenang.
3. Jam pemerahan harus tetap, tak berubah-ubah, misalnya pada pagi hari sapi
diperah jam 4 sedangkan pada siang hari jam 3.

2.7 Ayam Broiler


Broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil
budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu
pertumbuhan yang cepat, konversi pakan yang baik dan dapat dipotong pada usia

15
yang relatif mudah sehingga sirkulasi pemeliharaannya lebih cepat dan efisien
serta menghasilkan daging yang berkualitas baik (Murtidjo, 1992).
Hardjoswaro dan Rukminasih (2000) menyatakan bahwa ayam
broiler dapat digolongkan kedalam kelompok unggas penghasil daging artinya
dipelihara khusus untuk menghasilkan daging. Umumnya memiliki ciri-ciri
sebagai berikut: kerangka tubuh besar, pertumbuhan badan cepat, pertumbuhan
bulu yang cepat, lebih efisien dalam mengubah ransum menjadi daging.
Ayam broiler memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah
dagingnya empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi,
efisiensi terhadap pakan cukup tinggi, sebagian besar dari pakan diubah menjadi
daging dan pertambahan bobot badan sangat cepat. Sedangkan kelemahannya
adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relatif lebih pekat
terhdap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo, 1987: 5). Ayam
broiler mampu memproduksi daging secara optimal dengan hanya mengkonsumsi
pakan dalam jumlah relatif sedikit

2.7.1 Taksonomi Ayam Broiler


Menurut Rasyaf (2004), klasifikasi taksonomi ayam broiler adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Sub kingdom : Metazoa
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Devisi : Carinathae
Kelas : Aves
Ordo : Galiformes
Family : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus gallus domestica

2.7.2 Ransum Ayam Broiler


Menurut Rasyaf (2007), ransum adalah campuran bahan-bahan pakan
untuk memenuhi kebutuhan akan zat-zat pakan yang seimbang dan tepat.
Seimbang dan tepat berarti zat makanan tidak berlebihan dan tidak kurang.
Ransum yang digunakan haruslah mengandung protein, karbohidrat, lemak,

16
vitamin dan mineral. Adapun tujuan utama pemberian ransum kepada ayam
adalah untuk menjamin pertambahan berat badan yang paling ekonomis selama
pertumbuhan dan penggemukan. Prinsip penyusunan ransum ayam adalah
membuat ransum dengan kandungan gizi yang sesuai dengan kebutuhan ayam
pada fase tertentu.
Ransum sebagai salah satu faktor yang pengaruhnya besar terhadap
pertumbuhan perlu mendapat perhatian yang serius. Ransum disebut seimbang
apabila mengandung semua zat makanan yang diperlukan oleh ayam dalam
perbandingan yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan ayam dengan
pertumbuhan yang cepat dan produksi yang efisien, maka penyusunan ranssum
perlu diperhatikan utamanya mengenai kandungan energi dan protein serta
keseimbangannya (Zulfanita, 2011).
Ransum dinyatakan berkualitas baik apabila mampu memberikan seluruh
kebutuhan nutrien secara tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan nutrisi tersebut
bagi ternak. Ransum yang diberikan pada ayam broiler harus berkualitas, yakni
mengandung nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ayam. Ayam tidak bisa
menghabiskan ransum secara keseluruhan, tetapi hanya mampu mengkonsumsi
sebagian dari porsi ransum yang diberikan. Sebagian dari porsi ransum ini disebut
zat pakan atau nutrisi. Nutrisi dilepaskan saat dicerna, kemudian diserap masuk ke
cairan dan jaringan tubuh. Secara garis besar, nutrisi dalam ransum ayam terdiri
dari karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin dan air (Fadilah, 2013).

2.7.3 Pemberian Air Minum


Pada saat ayam umur 1-4 hari tempat air minum yang dipakai adalah baby
drinker. Baby drinker ditempatkan di atas litter kurang lebih setinggi mata ayam,
dialasi dengan papan/kayu supaya litter tidak basah kalau air tumpah, namun
setelah ayam berumur 4-5 hari, nipple sudah mulai diturunkan.
Ketinggian nipple adalah 1-5 sentimeter di atas kepala ayam sehingga
ayam bisa mengangkat kepalanya sekitar 900. Saat DOC datang, air minum yang
digunakan dapat dicampur dengan gula 2% (Dextrose Monohydrate) sebagai
sumber energi. Pada 5 hari pertama air minum ditambahkan dengan antibiotika
dan multivitamin dalam dosis kecil. Pemberian air minum dilakukan secara ad
libitum (tidak terbatas), dan terkontrol. Pengaturan air minum juga sangat penting,

17
karena kekurangan pasokan air minum dapat mengurangi laju pertumbuhan ayam.
Tubuh anak ayam terdiri dari 80% air. Air sangat dibutuhkan untuk membantu
pencernaan, pertumbuhan dan hidup khususnya pada 8-12 jam pertama. Air
minum harus tersedia sepanjang waktu dan dipastikan terbebas dari kontaminasi.
Dehidrasi 20% pada tubuh anak ayam dapat berakibat fatal.
Pemberian obat maupun vitamin dilakukan dengan cara mencampur obat
dan vitamin tersebut ke dalam tandon air dengan memperhatikan kebutuhan air
minum ayam dan suhu pada saat itu. Kebutuhan air minum per harinya seperti
terlihat pada table berikut ini.

Tabel 1. Kebutuhan air minum selama pemeliharaan

Umur (Hari) Kebutuhan Air minum / hari


0-7 50 liter / 1000 ekor
8-14 100 liter / 1000 ekor
15-21 150 liter / 1000 ekor
22-28 200 liter / 1000 ekor

Jumlah nipple drinker dalam satu kandang harus memenuhi kebutuhan


tiap ekor ayam. Beberapa hal lainnya yang perlu diperhatikan antara lain:
Ketinggian dan kualitas air minum. Tempat air minum selalu rutin dicek
ketinggiannya dan disesuaikan agar nipple sejajar dengan paruh ayam dan
disesuaikan dengan pertumbuhan tinggi ayam sehingga dalam waktu kurang lebih
satu minggu sekali ketinggian nipple ditambah. Namun lebih tepatnya
penambahan tinggi tempat ini mengikuti pertumbuhan ayam, yaitu tinggi
mulut/tepi tempat minum diatur sejajar dengan punggung ayam.
Kualitas air sangat penting karena kebutuhan minum ayam adalah 1.62
kali lipat dari jumlah pakan yang dikonsumsinya. Perlu dilakukan juga
penambahan kaporit/chlorine pada air minum. Tujuan dari klorinasi (pemberian
kaporit/ klorin) adalah sebagai upaya sanitasi air minum yang dapat membunuh
bakteri dan mikroorganisme lain yang mencemari air. Klorinasi dilakukan dengan
cara memasukkan klorin sebanyak 3-5 ppm ke dalam air minum. Umumnya klorin

18
dijual di pasaran dalam bentuk kaporit atau calcium hypochlorite (CaOCl2). Jika
kaporitnya murni, untuk memperoleh kadar yang tepat dalam air minum
dibutuhkan 6-10 gram kaporit tiap 1.000 liter air. Namun jika kaporit yang
dimiliki hanya berkonsentrasi 50%, dosis kaporit yang digunakan menjadi dua
kali lipat, yaitu 12-20 gram tiap 1.000 liter air.
Tempat minum dibersihkan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari.
Jika memungkinkan, setidaknya setiap 2 kali dalam setahun dilakukan pengujian
terhadap air minum atau uji sanitasi air minum yang digunakan untuk memastikan
bahwa air minum tersebut mengandung mineral atau bahan organik dalam jumlah
yang dapat diterima serta mengetahui ada atau tidaknya kontaminasi mikroba
serta cemaran logam berat pada air minum.

2.7.4 Produksi Ayam Broiler


1. Konsumsi Ransum
Konsumsi adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh hewan bila
diberikan secara ad libitum (Parakkasi, 1999). Sedangkan menurut Tillman dkk
(1991) konsumsi diperhitungkan dari jumlah makanan yang dimakan oleh ternak
dimana zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi
kebutuhan hidup pokok dan untuk produksi hewan tersebut. Palatabilitas juga
merupakan faktor yang menentukan tingkat konsumsi ransum pada ternak.
Menurut Church (1979) bahwa palatabilitas dipengaruhi oleh bentuk, bau, rasa
dan tekstur makanan yang diberikan.
Unggas mengkonsumsi ransum setara dengan 5% dari bobot badan
(Wiradisastra, 1986). Menurut Wahju (2004) bahwa konsumsi ransum ayam
jantan lebih besar daripada ayam betina. NRC (1994) menyebutkan bahwa rataan
konsumsi ransum ayam broiler yang dipelihara selama 4 minggu adalah 1616 gr
untuk jantan dan 1490 gr untuk betina.
Wahju (2004) menyatakan bahwa konsumsi ransum adalah jumlah ransum
yang dikonsumsi ternak untuk kehidupan pokok dan pertumbuhan yang
dinyatakan dalam gram/ekor/hari. Konsumsi ransum juga dipengaruhi oleh
temperatur lingkungan, kesehatan, genetik, berat badan, bentuk makanan, zat
makanan, stress dan tingkat energi ransum.
Menurut Rasyaf (1994), konsumsi ransum ayam broiler merupakan cermin

19
dari masuknya sejumlah unsur nutrisi ke dalam tubuh ayam. Jumlah yang masuk
ini harus sesuai dengan yang dibutuhkan untuk produksi dan untuk hidupnya.
Kartasudjana dan Suprijatna (2006) mengatakan bahwa pertumbuhan pada ayam
broiler dimulai dengan perlahan-lahan kemudian berlangsung cepat sampai
dicapai pertumbuhan maksimum setelah itu menurun kembali hingga akhirnya
terhenti. Pertumbuhan yang paling cepat terjadi sejak menetas sampai umur 4-6
minggu, kemudian mengalami penurunan.
Menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2006), ayam mengkonsumsi ransum
untuk memenuhi kebutuhan energinya, sebelum kebutuhan energinya terpenuhi
ayam akan terus makan. Jika ayam diberi makan dengan kandungan energi rendah
maka ayam akan makan lebih banyak. Konsumsi ransum setiap minggu
bertambah sesuai dengan pertambahan bobot badan. Setiap minggunya ayam
mengkonsumsi ransum lebih banyak dibandingkan dengan minggu sebelumnya
(Fadilah, 2004).
2. Pertambahan Bobot Badan
Pertambahan bobot badan adalah suatu kriteria yang digunakan untuk
mengukur pertumbuhan. Pertumbuhan adalah proses yang sangat kompleks,
meliputi pertambahan bobot badan dan pembentukan semua bagian tubuh secara
merata (Anggorodi, 1994). Menurut Anggorodi (1985) pertumbuhan merupakan
pertambahan dalam bentuk berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging,
tulang dan jaringan tubuh lainnya (kecuali lemak). Pertumbuhan juga meliputi
penambahan jumlah protein dan zat mineral yang tertimbun didalam tubuh.
Pertumbuhan dapat terjadi karena penambahan jumlah sel dan ukuran sel.
Berat badan seekor ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bangsa,
makanan, jenis kelamin dan musim. Pada musim panas nafsu makan ternak
menurun, sehingga jumlah makanan yang dikonsumsi menurun dan
mempengaruhi berat badan ternak. Untuk memperoleh bobot badan yang
maksimal maka ada beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu bibit yang baik,
temperatur lingkungan, penyusunan ransum dan kandang yang memadai.
3. Koversi Ransum
Konversi ransum merupakan perbandingan antara konsumsi ransum
dengan berat badan yang dihasilkan. Rasyaf (1992) menjelaskan bahwa konversi

20
ransum merupakan suatu cara untuk membandingkan jumlah ransum yang
dihabiskan dengan berat yang dicapai. Lebih lanjut Rasyaf (1994) menjelaskan
bahwa konversi ransum merupakan hasil dari perbandingan bobot badan yang
dicapai pada satu minggu dengan jumlah konsumsi ransum yang dihasilkan pada
minggu tersebut.
Indeks konversi ransum hanya akan naik bila hubungan antara jumlah
energi dalam formula dan kadar protein telah disesuaikan secara teknis.
Perbandingan tersebut bervariasi dalam hubunganya terhadap sejumlah faktor,
seperti umur hewan, bangsa, derajat masak dini, daya produksi dan suhu
(Anggorodi, 1985).

2.7.5. Tatalaksana Pemeliharaan


Ayam pedaging mempunyai kisaran suhu optimal yang sempit. Kebutuhan
temperatur pada saat anakan sekitar 310 C dan berangsur-angsur menurun sampai
210C, pada umur 17 sampai 20 hari (Prayitno dan Yuwono, 1997). Brooder ialah
penganti indukan yang didalamanya terdapat alat pengatur suhu yang dipakai
untuk memelihara DOC selama masih memerluhkan panas tambahan dari luar
tubuh. Anak ayam berumur satu hari (Day Old Chick) temperatur tubuhnya
berkisar 390C brooder diperluhkan oleh DOC mulai berumur 1-3 minggu
(Sulitiningsih 2004).
Sekat (chick guard) merupakan material berfungsi melindungi anak ayam
dari terpaan angin dan hewan liar, serta membantu agar pemanas
dari brooder tetap fokus. Chick guard biasanya terbuat dari seng dengan
ketunggian 50-60 cm. Chichk guard sendiri bisa dibentuk kotak, melingkar
atau elips. Namun sebaiknya bentuk melingkar yang dipilih untuk menghindari
penumpukan anak ayam pada sudut kandang karena secara alamiah ayam senang
berada di sudut kandang.
Litter adalah suatu material alas lantai yang berfungsi sebagai penyerap,
sehingga dapat mengurangi tingkat kebasahan lantai kandang, mengurangi materi

21
feses (nitrogen), menyerap uap air, dan menyediakan lingkungan yang dapat
membantu agar terjaga dari debu. Pengawasan perlu dilakukan agar
kondisi litter tetap ideal. Litter yang tidak dijaga dalam kondisi ideal, maka akan
menjadi sarang bakteri dan kondisi yang tidak sehat saat periode produksi
(Widodo, N., dkk, 2009).
2.7.6. Sistem Perkandangan
Kandang merupakan faktor produksi pertama yang harus diperhatikan
oleh peternak. Jenis kandang ayam broiler berdasarkan konstruksi dindingnya
dibedakan menjadi kandang terbuka dan kandang tertutup. Namun, penggunaan
jenis kandang terbuka lebih banyak dipilih oleh peternak. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh peternak dalam proses penyediaan kandang antara lain :

1. Lokasi Kandang
Lokasi kandang yang baik adalah terletak jauh dari pemukiman penduduk
dan peternakan lain. Jarak antara kandang dengan pemukiman penduduk adalah
minimal 500 meter, sedangkan jarak dengan peternakan lain minimal 1.000 meter.
Lokasi kandang yang jauh dari pemukiman penduduk dimaksudkan agar aktivitas
penduduk tidak mengganggu keberlangsungan budidaya ayam broiler ataupun
sebaliknya, budidaya ayam broiler tidak menimbulkan efek eksternalitas negatif
kepada penduduk.
Di samping itu, lokasi kandang yang jauh dari peternakan lain, merupakan
salah satu upaya antisipasi penyebaran penyakit yang didatangkan dari peternakan
lain. Ketersediaan air, saluran listrik, dan kondisi infrastruktur juga harus
diperhatikan oleh peternak dalam memilih lokasi pendirian kandang, guna
mendukung kelancaran budidaya ayam broiler.
2. Kapasitas Kandang
Ukuran kandang sangat mempengaruhi kapasitas pemeliharaan ayam
broiler. Kapasitas pemeliharaan ayam broiler dapat disesuaikan dengan lokasi
peternakan. Kapasitas pemeliharaan yang disarankan bagi peternakan ayam

22
broiler yang berada di dataran rendah adalah sebanyak 8-9 ekor per meter persegi.
Kapasitas pemeliharaan yang disarankan bagi peternakan ayam broiler yang
berada di dataran tinggi adalah sebanyak 11-12ekor per meter persegi. Oleh
karena itu, para peternak ayam broiler sebaiknya 15 menyesuaikan lokasi
peternakan, jumlah ayam broiler yang akan dipelihara, dan luas kandang yang
dimiliki.
3. Ventilasi Kandang
Menurut Rasyaf (2007), semakin tinggi suhu di dalam kandang, umur, dan
bobot ayam broiler, maka semakin banyak jumlah udara segar yang dibutuhkan.
Oleh karena itu, pengaturan ventilasi sangat dibutuhkan untuk mengatur sirkulasi
udara di dalam kandang. Rasyaf (2007) menyatakan pengaturan sirkulasi udara
dapat dilakukan melalui ventilasi buatan berupa kipas angin. Kipas angin tersebut
berfungsi mengeluarkan udara kotor dan beracun ke luar kandang, dan
menghembuskan udara bersih dan segar masuk ke dalam kandang.

4. Peralatan Kandang
Peralatan kandang menurut Santoso dan Sudaryani (2009) antara lain
meliputi, instalasi listrik, instalasi air minum, tempat pakan, alas kandang,
pemanas ruangan, tirai kandang, dan pelindung indukan (brooder guard). Jenis
pemanas yang seringkali digunakan oleh peternak ayam broiler yaitu pemanas
listrik, pemanas gas, pemanas batu bara, dan pemanas minyak tanah.

5. Gudang
Gudang berfungsi sebagai tempat penyimpanan pakan, obat-obatan, dan
peralatan serta perlengkapan kandang lainnya. Oleh karena itu, gudang sebaiknya
berada dekat dengan kandang untuk memudahkan akses dalam pengangkutan
input-nput yang diperlukan. Jarak antara gudang dengan kandang menurut
Santoso dan Sudaryani (2009) adalah sekitar 10 meter.
2.7.7. Sistem Penanganan Penyakit
Ada berbagai penyakit yang dapat menjangkiti ayam broiler, diantara
penyakit yang sering menyerang adalah tetelo, gumboro, ngorok, berak kapur dan

23
hama tungau. Adapun penyakit ngorok merupakan penyakit utama dari ayam
broiler. Untuk itu, perlu adanya pengetahuan oleh para peternak agar terhindar
dari penyakit tersebut yang dapat menghambat pertumbuhan bahkan dapat
menyebabkan kematian massal, bila tidak ditangani dengan benar.
Salah satu cara untuk pencegahan penyakit yang biasa dilakukan adalah
dengan cara vaksinasi. Sebenarnya vaksinasi sendiri adalah pemasukan bibit
penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami.
Salah satu vaksinasi yang penting adalah vaksinasi tetelo. Vaksinasi biasa
dilakukan pada ayam berumur empat hari dengan metode tetes mata dengan
vaksin ND strain B1, dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui
suntikan atau air minum.
Selain itu, sanitasi kandang yang baik juga dapat mencegah
perkembangbiakan penyakit. Sanitasi kandang dapat dilakukan setelah panen.
Dilakukan dengan bebebrapa tahap, yaitu pencucian kandang dengan air hingga
kotoran yang tersisa dari pemeliharaan sebelumnya tidak ada. Tahap kedua, yaitu
pengapuran di dinding dan lantai kandang. Untuk menyempurnakan proses
sanitasi dilakukan penyemprotan dengan formalin, bertujuan untuk membunuh
penyakit. Setelah itu, dibiarkan antara 10-14 hari sebelum budidaya kembali untuk
memutus siklus hidup virus dan bakteri, yang tidak mati oleh perlakuan
sebelumnya.
2.7.8. Sistem Pengelolaan Limbah
Mengurangi dampak negatif bau yang ditimbulkan dari usaha
peternakan ayam dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan
membubuhkan suatu senyawa pada pakan sebagai imbuhan dengan tujuan
meningkatkan efisiensi pakan, sehingga mengurangi sisa protein yang tidak
tercerna dan diharapkan dapat mengurangi terbentuknya gas yang berbau dalam
proses penumpukan kotoran.
Pengelolaan dapat pula dilakukan terhadap kotoran yang dihasilkan
dengan menambahkan suatu senyawa yang dapat mengurangi bau. Senyawa
tersebut di antaranya, zeolit yang ditambahkan baik sebagai imbuhan pakan
maupun ditambahkan pada kotoran. Senyawa lain adalah kaporit dan kapur yang
hanya dapat ditambahkan pada kotoran ayam, kemudian sejenis mikroorganisme

24
seperti suplementasi probiotik starbio dan penggunaan Effective microorganisme
pada kotoran ternak. Apabila limbah peternakan ayam diolah dengan tepat,
permasalahan dalam masyarakat akan dengan mudah diatasi. Bahkan, pengolahan
peternakan ayam tersebut menjadi limbah ekonomis berpeluang meningkatkan
penghasilan.
Pada peternakan ayam, salah satu limbah ekonomis adalah kotoran ternak
yang secara praktis bisa digunakan untuk pupuk tanaman. Namun belakangan ini,
mulai dikembangkan teknologi yang berfungsi meningkatkan nilai ekonomis.
Kotoran ternak bisa diproses menjadi produk lain yang nilai jualnya lebih tinggi.
Dari kotoran ayam, ada beberapa produk yang bisa diperoleh, yaitu gas bio, pupuk
padat, dan pupuk cair.

1. Gas Bio
Gas bio adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas mikroorganisme. Pada
hewan ternak sapi dan kambing, misalnya, kotorannya mengandung mikroba
tertentu yang secara otomatis berproses membentuk gas bio. Dalam teknik
lingkungan, kotoran tersebut dicampur dengan air, kemudian
dimasukkan ke dalam tangki pencerna gas bio.

Kotoran ayam tidak tidak mengandung mikroba sebagaimana dalam


kotoran sapi. Karena itu, perlu pemrosesan lebih lanjut agar kotoran ayam bisa
digunakan untuk memproduksi gas bio. Caranya dengan memasukkan ragi ke
dalam kotoran ayam tersebut. Ragi berupa kotoran yang telah diproses
sebelumnya dan memiliki kandungan mikroba cukup, sehingga berfungsi sebagai
strarter.
2. Pupuk Padat
Kotoran ayam secara otomatis bisa digunakan sebagai pupuk. Namun,
dalam pengolahan limbah, pupuk padat yang dihasilkan memiliki kualitas yang
lebih baik dan siap pakai. Pupuk tersebut merupakan endapan limbah
dalam proses pembuatan gas bio.
Pada pupuk padat endapan tersebut, telah terjadi proses oksidasi oleh
udara. Dampak terhadap pembaruan unsur hara tanah bisa lebih maksimal.

25
Indikasi pupuk padat yang baik adalah warnanya yang kehitam-hitaman
menyerupai tanah dan tidak mengeluarkan bau menyengat. Dalam proses
pengolahan gas bio, limbah yang telah dicampur dengan air, dilakukan
penyaringan menggunakan media pasir dan kerikil. Endapan di atas lapisan pasir
inilah yang akan diproses menjadi pupuk padat, sedangkan rembesannya akan
diproses menjadi pupuk cair.
3. Pupuk Cair
Rembesan air dalam proses pengendapan gas bio memerlukan penanganan
lanjutan untuk bisa digunakan sebagai pupuk cair. Caranya dengan melakukan
oksidasi pada kolam untuk meningkatkan kandungan oksigennya. Proses ini
memakan waktu sekitar seminggu.
Setelah itu, limbah cair diberi bibit ganggang Chlorella untuk
meningkatkan oksidasi. Di sisi lain, ganggang tersebut bisa dipanen untuk
campuran pakan ayam karena mengandung protein dalam jumlah cukup tinggi.
Bisa juga digunakan untuk makanan ikan.
2.7.9 Pascapanen dan Pemasaran
Penjualan daging ayam merupakan komponen terbesar dalam penerimaan,
sehingga hasil dari penjualan dapat menekan biaya produksi agar keuntungan
yang diperoleh maksimal. Panen adalah masa akhir periode pemeliharaan ayam
dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan disepakati oleh kedua belah pihak
baik dari perusahaan maupun peternak. Panen dilakukan pada waktu umur ayam
mencapai 35 hari dengan bobot ayam akhir 1,9-2 kg. Pemanenan dilakukan
dengan cara menangkap ayam beberapa kemudian dimasukan ke dalam keranjang
khusus yang digunakan untuk memuat ayam serta menimbang ayam. Setelah itu
ditimbang dengan ketentuan dari pembeli pasar merupakan faktor penting dalam
proses produksi. Pasar merupakan tempat dimana hasil produksi dapat dijual.
Harga karkas ayam pedaging ini akan berfluktuasi mengikuti besarnya permintaan
dan penawaran yang terjadi di pasar.

26
BAB III
MATERI dan METODE

3.1. Lokasi dan Waktu Program Praktek Lapangan (PPL)


Kegiatan Program Praktek Lapangan (PPL) ini dilaksanakan di dua
komoditi peternakan yakni untuk komoditii ternak ayam broiler (monogastrik)
dilaksanakan di PT. MABAR FEED INDONESIA, Desa Lau Gambir, Kecamatan
Sinembah Tanjung Muda Hilir, Kabupaten Deli Serdang. Program Praktek
Lapangan (PPL) ini dilaksanakan selama 3 minggu dimulai pada tanggal 27 Juli
sampai dengan 17 Agustus 2022, dan kegiatan setiap hari dimulai pukul 08.00 -
17.00 WIB dilanjutkan dengan komoditi ternak Poligastrik yang dilaksanakan di

27
PT. CIFA Indonesia, Siatas barita Desa Hutanamora, Kecamatan Siatas Barita,
Kabupaten Tapanuli Utara. Kegiatan Program Praktek Lapangan ini dilaksanakan
pada tanggal 19 agustus – 09 September 2022 dan kegiatan setiap hari dimulai
pukul 06.00 - 17.00 WIB.

3.2. Aspek Yang Diamati


3.2.1. Komoditi ternak sapi perah
Aspek yang diamati pada usaha ternak sapi perah, meliputi: pemeliharaan
pedet (sebelum dan sesudah di sapih), pemeliharaan induk laktasi, pemeliharaan
induk kering, pemeliharaan pejantan, penyediaan dan pemberian pakan, produksi
susu (pemerahan dan pemasaran), perkandangan, reproduksi, pengontrolan
penyakit dan penanganan limbah.
3.2.2. Komoditi Ternak Ayam Broiler
Aspek yang diamati selama dilokasi PPL usaha ternak ayam broiler,
meliputi: pemeliharaan ternak ayam broiler, manajemen sanitasi dan,
pemberian pakan dan minum, pemberian obat dan vitamin pemberian alas
kandang.
3.3. Pengumpulan Data
Data diperoleh melalui wawancara langsung dengan pemimpin usaha,
karyawan, dan juga pengamatan langsung (observasi) ke lapangan serta praktek
langsung di lapangan bergabung bersama karyawan dalam melaksanakan tugas
atau kerja rutin.
3.4. Materi dan Metode PPL
3.4.1 Objek PPL
Objek yang diobservasi dalam PPL ini adalah manajemen pemeliharaan,
manajemen kesehatan, manajemen pakan dan cara pemberiannya dan reproduksi.

3.4.2 Metoda PPL


Metoda yang digunakan dalam PPL ini adalah survey dan observasi
terhadap setiap kegiatan yang dilaksanakan di PT. CIFA TARUTUNG.
Pengumpulan data primer dan skunder, dengan wawancara, observasi dan
pegawai di perusahaan peternakan tersebut.

3.4.3 Waktu Kegiatan

28
Pelaksanaan PPL dilakukan pada tanggal 19 Agustus s/d 09 September
2022. Prosedur kegiatan PPL, yaitu mahasiswa menyesuaikan dengan jadwal
yang telah diberikan dari pihak perusahaan dan harus dipatuhi oleh mahasiswa.
Jadwal kerja, yaitu hari Senin sampai hari Minggu, namun pihak perusahaan
memberi kesehatan kepada mahasiswa PPL untuk boleh tidak masuk pada hari
minggu.

Table 2. Waktu Kegiatan PPL Pada Peternakan Sapi Perah PT. CIFA TARUTUNG
Waktu Kegiatan
Jam 06:00 Pembersihan kandang
Jam 06:30 Pemerahan susu
Jam 07:00 Pencacahan rumput (Chopper) dan pengilingan jagung
Jam 07:30 Pemberian pakan
konsentrat
3.4.4. Kegiatan Observasi
Kegiatan observasi yang dilakukan pada Praktek Pengalaman Lapangan meliputi
sapi perah adalah:
a. Manajemen pemeliharaan
b. Manajemen kesehatan
c. Manajemen pakan
d. Manajemen reproduksi.

3.5. Komoditi Ternak Ayam Broiler


3.5.1 Objek PPL
Objek yang diamati dalam PPL di usaha ternak ayam broiler meliputi:
manajemen sanitasi dan kebersihan kandang, pemberian pakan dan minum,
pemberian obat dan vitamin, pemberian alas kandang dan produksi telur.
3.5.2 Waktu Kegiatan

Kegiatan dimulai dari pukul 07:00-12:00 Wib dan pukul 14:00-16:00 Wib
untuk setiap harinya di PT. MABAR FEED INDONESIA.
Tabel 3. Kegiatan Harian PPL di PT. MABAR FEED INDONESIA
Minggu Waktu Jenis Kegiatan
I 07:00 - 07:30 Pemberian obat

29
07:31 - 08:00 Pembalikkan sekam
08:01 - 08:30 Pemberian Pakan
08:31 - 09:00 Sarapan Pagi/istirahat
09:00 - 09:30 Penimbangan
09.31 - 10:00 Pelebaran brooding
10:01 - 10:30 Penurunan blocking
11:01 - 12:00 Pergantian Obat ke Air
12:00 - 13:00 Makan Siang/Istirahat
13:01 - 15:00 Pengontrolan Kandang
15:01 - 16:00 Penyetelan Blocking/Tirai
dalam (Penutupan)
16:01 - 17:00 Penaburan Sekam
17:01 - 18:00 Pemberian Pakan
18:01 - 19:00 Pengecekan Heater/Pemanas
19:01 - 21:00 Makan Malam/Istirahat
21:01 - 22:00 Pengontrolan Kandang

II 07:00 - 07:30 Pemberian obat


07:31 - 08:00 Pembalikan sekam
08:01 - 08:30 Pemberian Pakan
08:31 - 09:30 Sarapan Pagi/istirahat
09:31 - 10:00 Pelebaran Broding
10:01 -10:30 Penyetelan Blocking/tirai
dalam
10:31 - 11:00 Penimbangan

11:01 - 12:00 Pergantian Obat ke Air

12:00 - 13:00 Makan Siang/Istirahat


13:01 - 15:00 Pengontrolan Kandang
15:01 - 16:00 Penyetelan Blocking/Tirai
dalam (Penutupan)
16:01 - 17:00 Penaburan Sekam

17:01 - 18:00 Pemberian Pakan


18:01 - 19:00 Pengontrolan Kandang
19:01 - 21:00 Pengontrolan Kandang
19:01 - 21:00 Makan Malam/Istirahat
21:01 - 22:00 Pengontrolan Kandang
III 07:00 - 07:30 Pemberian obat
07:31 - 08:00 Pembalikkan sekam
08:01 - 08:30 Pemberian Pakan
08:31 - 09:30 Sarapan Pagi/istirahat
09:31 - 10:00 Pelebaran Broding
10:01 - 10:30 Pengontrolan kandang
10:31 - 11:00 Pengontrolan Kandang

30
11:01 - 12:00 Pergantian Obat ke Air
12:00 - 13:00 Makan Siang/Istirahat
13:01 - 15:00 Pengontrolan Kandang
15:01 - 16:00 Pengontrolan Kandang
16:01 - 17:00 Penaburan Sekam
17:01 - 18:00 Pemberian Pakan
18:01 - 19:00 Pengontrolan Kandang
19:01 - 21:00 Pengontrolan Kandang
19:01 - 21:00 Makan Malam/Istirahat
21:01 - 22:00 Pengontrolan Kandang

31
BAB IV
Hasil dan Pembahasan
4.1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. CIFA TARUTUNG yang berdiri pada april 2012 berlokasi di desa
Hutanamora, Kecamatan Siatas Barita, Tapanuli Utara yang berlokasi di Sekolah
SMP Muara milik yayasan Muara, dengan model usaha yaitu pertanian
terintegrasi (terpadu) yang memiliki unit usaha di bidang sapi perah.

PT. CIFA TARUTUNG, sebagai pemenuhan kebutuhan gizi akan susu


bagi siswa/I sekolah tersebut secara gratis dan juga memperkenalkan ternak sapi
perah usia dini melalui program ekstrakurikuler di sekolah. Pada awalnya,
peternakan ini di mulai dengan 8 ekor sapi perah yang didatangkan langsung dari
daerah Bogor, di mana kondisi sapi tersebut dara bunting. Seiring berjalannya
waktu, 8 ekor sapi tersebut melahirkan anak-anak sapi sehingga jumlahnya saat
ini mencapai 30 ekor sapi. Walaupun saat ini jumlah sapi tersebut tidak
seluruhnya berproduksi dimana sebagian masih kondisi sapi dara. Produksi dari
sapi yg laktasi selain diberi pada siswa/i sekolah juga mulai dipasarkan di daerah
Tarutung dan sekitarnya.
PT. CIFA TARUTUNG, ternak sapi perah yang dipelihara adalah sapi FH
yang dipelihara secara intensif dengan waktu pemberian pakan konsntrat pada
pagi hari pukul 08:00 WIB, molasses pada pukul 10:00 WIB dan pemberian
hijauan pada pukul 11:00 WIB. Sementara pemberian pakan konsentrat pada sore
hari pukul 15:00 WIB, dan pemberian hijauan pada pukul 17:00 WIB, Sedangkan
sejarah Perusahaan PT. Mabar Feed Indonesia merupakan salah satu perusahaan
yang bergerak dibidang industri pakan ternak ayam petelur dan daging. Produk
lain yang dihasilkan oleh PT. Mabar Feed Indonesia berupa pakan ternak udang
dan hewan lainnya. PT. Mabar Feed Indonesia mulanya merupakan bentuk usaha
perorangan yang didirikan oleh Bapak Rachman pada tanggal 15 Maret 1976.
Perusahaan ini didirikan sesuai dengan surat izin dari Kantor Dinas Perindustrian
Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara Medan untuk mendirikan dan
menjalankan perusahaan makanan ternak dengan No.14 PERIND IV 76 dengan
nomor kode 3121 14 2A tertanggal 27 Mei 1976. Pada awalnya perusahaan ini
hanya memproduksi beberapa jenis pakan ternak untuk ayam potong dan

32
ayam pedaging yang bentuk produk yang dihasilkan berbentuk pellet. Sejak awal
berdirinya perusahaan ini hingga tahun 1980, perusahaan ini menggunakan mesin
dan peralatan yang sederhana dalam proses produksinya. Sejak tahun 1980,
perusahaan ini mulai menggunakan mesin- mesin yang lebih canggih.

4.2. Lokasi dan Letak Geografis PT. CIFA Indonesia, Siatas Barita
PT. CIFA Indonesia berada di Desa Hutanamora, Kecamatan Siatas barita,
Kabupaten Tapanuli utara. Secara geografis letak PT. CIFA Indonesia berada
pada 1˚54˚ - 2˚7˚ LU dan 98˚52˚ - 99˚4˚ BT. Perusahaan ini hanya dapat dijangku
menggunakan kendaraan beroda dua, karena jarak yang jauh dari kota tidak
memungkinkan untuk jalan kaki. Lokasi PT. CIFA Indonesia berada di :
 Disebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir
 Disebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu
 Disebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan
 Disebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Humbang Hasundutan

4.3. Struktur Organisasi Di PT. CIFA Indonesia, Siatas Barita

DIREKTUR
UTAMA

DIREKTUR FARM

PENGEMBANGAN
BISNIS

ADMIN DAN
MANAJER FARM
KEUANGAN

Ka. DIVISI Ka. PRODUKSI


Ka.DIVISI KOMPOS DRIVER
KESWAN PAKAN

OPERATOR PENGURUS
CHILLING UNIT
KANDANG LAHAN RUMPUT

33
4.4. Penanganan Pedet Setelah Lahir
Setelah pedet lahir, pembersihan lender dari tubuh anak dilakukan oleh
induknya sendiri dan dapat juga dilakukan oleh bantuan manusia untuk
membersihkan pedet, khususnya pada bagian hidung dan mulut pedet agar dapat
bernafas dengan baik, memngeringkan tubuh pedet, serta menstimulur peredaran
darah. Setelah 30 menit pedet lahir, maka pedet sudah dapat mencari putting
induknya dan menyusu atau dapat juga dibantu oleh peternak agar segera
mendapatkan susu pertama dari induknya yang disebut kolostrum.
Kolostrum merupakan susu awal yang berwarna kuning, agak kental, dan
berubah menjadi susu biasa setelah 4-5 hari. Kolostrum ini kaya akan protein dan
vitamin serta zat antibody yang sangat dibutuhkan oleh pedet. Setelah pedet
berumur 3 bulan air susu tidak diberikan lagi pada anak sapi karena telah dapat
mengkonsumsi pakan hijauan di konsentrat.

4.4.1. Penimbangan Pedet

Menimbang pedet bertujuan untuk mengetahui apakah pedet lahir secara


normal atau tidak. Apabila bobot lahir pedet normal, maka akan tumbuh dengan
baik. Bobot lahir pedet FH normal yaitu: jantan 42 kg dan untuk betina 38 kg.

4.4.2. Penyapihan
Penyapihan adalah tindakan untuk tidak memberi susu pada pedet. Ada
pun tujuan dari penyapihan ini ialah untuk menaikkan produksi susu induk untuk
dijual dan agar pedet dapat bertumbuh dengan cepat, karena setelah disapih diberi
konsentrat dan hijauan yang cukup banyak.

4.5. Pemeliharaan Sapi Dara


Sapi dara merupakan sapi betina yang telah mengalami dewasa kelamin.
Kedewasaan sapi betina ini dicapai pada umur 15-18 bulan, sehingga pada
umur tersebut sapi siap dikawinkan pertama kalinya. Maka dari itu, pakan sapi
dara perlu diperhatikan baik dari segi kualitas dan kuantitasnya.
Pakan yang diberikan pada sapi dara terdiri dari pakan hijauan dan
kosentrat yaitu: hijauan 25,36 kg/ekor/hari, konsentrat 13 kg/ekor/hari. Hijauan
yang diberikan adalah rumput kinggrasa atau rumput gajah yang dicacah dengan

34
mesin chopper.
Pemberian air minum pada sapi perah di PT. CIFA TARUTUNG
diberikan secara ad- libitum (tanpa batas). Tempat penampungan air minum sapi
perah harus selalu dilihat, agar ternak dapat minum dengan teratur. Untuk itu,
tempat penampungan air minum sapi perah tidak boleh kosong. Hali ini akan
membantu dalam penambahan bakal susu akan diproduksi. Sapi dara yang sudah
siap kawin menunjukkan tanda-tanda perkembangan reproduksi seperti ambing
(kelenjar mamae) berkembang dengan normal, mengalami birahi dengan
tanda-tanda yang menunjukkan sering menaiki sapi-sapi lain. Di PT. CIFA
TARUTNG, sapi dara pertama kali dikawinkan pada umur 16 bulan, dan akan
segera dilakukan pengecekan birahi. Apabila telah menunjukkan tanda-tanda
birahi, maka sapi dara siap untuk dikawinkan.

Umur kebuntingan pada sapi perah FH adalah 285 hari (Siregar, 1996).
Sapi perah yang telah ditentukan bunting umur 270 hari harus dipindahkan ke
kandang beranak untuk mempermudah penanganan ternak saat akan melahirkan.
Tanda-tanda sapi perah akan melahirkan adalah otot-otot bagian atas terlihat
mengendor, ambing membesar dan terlihat mulai turun, bahkan terkadang
mengeluarkan susu dari ambing, induk tampak gelisah, alat kelamin membengkak
dan mengeluarkan lender kental dan keluarnya pembungkus cairan dari alat
kelamin betina menandakan sapi akan segera melahirkan.

4.6. P emeliharaan Induk Laktasi


Sapi laktasi diberikan pakan berupa pakan hijauan 25,36 kg/ekor/hari,
konsentrat 13 kg/ekor/hari. Sapi yang baru melahirkan tidak akan dilakukan
pemerahan selama beberapa hari yaitu hari pertama sampai dua minggu. Setelah
dua minggu, maka induk laktasi akan dipindahkan ke kandang pemerahan agar
bisa diperah. Pemerahan untuk dikemas menjadi susu dilakukan pada pukul 06:30
pagi untuk pemerahan yang pertama dan pukul 15:00 sore untuk pemerahan
kedua, di mana pemerahan menggunakan mesin perah (milking machine) untuk
masuk ke ruang prosesing komersial.

35
4.7. Penanganan Limbah
Limbah ternak adalah semua sisa yang berasal dari ternak, baik dalam
bentuk padat maupun bentuk cair dan merupakan hasil tambahan dari usaha
peternakan jika dapat dikelola dengan baik dan benar. Limbah yang terdapat di
PT. CIFA TARUTUNG biasanya bentuk cair terlebih pada musim hujan, maupun
tidak tertutup kemungkinan limbahnya dalam bentuk padat di mana kotoran
sapi ini dikeluarkan dari kandang dan dibiarkan terlebih dahulu pada suatu
tempat penampungan, sebelum dalakukan pengomposan. Berhubung peternakan
ini menerapkan model usaha yaitu pertanian terpadu, maka limbah ternak sapi
perah tersebut dikumpulkan oleh petani pada suatu bak penampungan, sebelum
diproses untuk dijadikan kompos, petani menggunakan kompos tersebut untuk
tanaman mereka. Sehingga merupakan suatu keterpaduan yang saling
menguntungkan antara peternak dan petani.

4.8. Pencegahan Penyakit


Untuk memperoleh produktivitas ternak yang optimal sebaiknya
dilakukan pengawasan dan pengendalian terhadap penyakit ternak. Pencegahan
penyakit dilakukan dengan cara vaksinasi, sanitasi dan higienis lingkungan serta
peralatan. Penyakit yang sering menyerang sapi perah di PT. CIFA TARUTUNG
adalah cacingan, perut kembung (bloat), penyakit kuku dan diare pada pedet.

Penanganan dan pencegahan penyakit diperhatikan oleh masing-masing


pegawai kandang dan kemudian memberitahukan kepada petugas kesehatan untuk
segera diberi penanganan secara baik. Penanganan biasanya dilakukan dengan
penyuntikan antibiotika dan mengobati sakit ternak yang sedang diderita sapi
tersebut.
4.9. Pemasaran
Pemasaran merupakan hal penting untuk keberhasilan usaha sapi
perah. Susu sapi yang telah dikemas dan mengalami pasteurisasi akan segera
dipasarkan ke masyarakat melalui pegawai marketing. Namun, di PT. CIFA
TARUTUNG pemasaran susu tersebut belum menyebar, masih berada pada
sekitar daerah tersebut dan sedang diupayakan untuk lebih dikenal oleh

36
masyarakat.

4.10. Struktur dan Organisasi Perusahaan


Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan didalam
menjalankan kegiatan operasinya yaitu dengan adanya struktur organisasi.
Struktur organisasi dapat memperhatikan atau memperjelas batasan-batasan tugas
dan tanggung jawab masing-masing personil yang merupakan anggota dan
organisasi perusahaan. Struktur organisasi adalah bagian yang penting dari
perusahaan karena struktur organisasi memiliki fungsi yang berbeda dan memiliki
tujuan yang sama untuk mencapai keberhasilan.

STRUKTUR ORGANISASI

Manager

PGA (Personalia Staff AHL (Animal


General Affair) Health Laboratory)

Supervisor Chief Mekanik Koordinator Harian

PT. MABAR FEED INDONESIA

Gambar 1. Struktur organisasi PT. MABAR FEED INDONESIA Medan

4.11 Populasi Ternak Ayam Broiler

Tabel 4. Populasi ternak Ayam Broiler di PT. MABAR FEED INDONESIA

No Status ternak Strain Jumlah


1. Ayam broiler Cobb 70.000 ekor
2. Ayam broiler Ross 90.000 ekor
Jumlah 160.000 ekor
Sumber: PT. MABAR FEED INDONESIA

37
4.12 Peralatan dan Sarana Pendukung
1. Pemanas (Heater)
Proses brooding menggunakan pemanas ruangan berupa dua unit heater
dengan merk purafire dalam satu kandang. Heater dilengkapi dengan system
thermoregulator sehingga dapat hidup dan mati dengan sendirinya. Jika suhu
ruangan lebih dari suhu maksimum yang telah disetel, maka heater akan mati.
Heater akan menyala kembali jika suhu ruangan kurang dari suhu minimum yang
telah disetel.
2. Panel Kontrol
Panel kontrol berfungsi untuk memprogram kerja peralatan secara
otomatis yang ada di tiap-tiap kandang. Panel kontrol terdiri atas, electric switch,
saklar lampu, saklar nipple, saklar exhaust fan, saklar cooling pad, saklar tempat
pakan jantan, dan saklar tempat pakan betina.
3. Peralatan Air dan Tempat Minum
Sumber air di PT. MABAR FEED INDONESIA Medan berasal dari
sumur bor yang dialirkan ke bak penampungan air yang berkapasitas 100.000
liter, kemudian dinaikkan menggunakan motor pompa ke tandon air utama,
setelah itu dialirkan ke seluruh tendon air yang ada di tiap-tiap kandang
berkapasitas 1.000 liter. Air dari tandon kemudian ditarik oleh pompa air ke pipa
nipple melalui regulator. Regulator berfungsi untuk mengatur tekanan air pada
nipple agar mengalir ke semua ujung nipple dengan tekanan yang sama. Dalam
satu kandang terdapat 800 buah nipple karena satu nipple diasumsikan untuk 15
ekor ayam.
4. Peralatan Tempat Pakan Jantan
Tempat pakan jantan menggunakan pan feeder yang dijalankan secara
otomatis. Satu buah tempat pakan jantan diasumsikan untuk 8 ekor ayam jantan.
Pada saat pemberian pakan, tempat pakan ayam jantan di turunkan setinggi 30 cm.
Pan feeder disetiap kandang berjumlah 140 buah yang dapat di naik turunkan
secara otomatis melalui panel kontrol.

38
5. Peralatan Tempat Pakan Betina
Tempat pakan ayam betina menggunakan trough feeder yang djalankan
secaraotomatis. Trough feeder terdiri dari box pakan utama (main hopper), box
pakan tambahan (extra hopper), tempat distribusi pakan (loop), kawat besi
penutup loop (gril ) dengan tinggi 65 mm dan lebar 48 mm, rantai loop (chain),
dan motor penggerak loop. Cara menggunakan through feeder ini yaitu pakan di
berikan di masukkan ke dalam box hopper kemudian dijalankan oleh chain secara
otomatis sehingga pakan tersebar rata sepanjang loop.
6. Peralatan Ventilasi
Komponen peralatan yang membantu sirkulasi di dalam kandang antara
lain terdiri dari dua macam yaitu peralatan ventilasi utama yang terdiri dari
exhaust fan dan cooling pad, dan peralatan ventilasi pendukung yaitu temptron
dan spoiler. Exhaust fan merupakan kipas angin berdiameter 48 inchi yang berada
di kandang bagian belakang yang berfungsi untuk mengeluarkan udara kotor di
dalam kandang. Jumlah exhaust fan dalam tiap kandang ada 7 buah. Cooling pad
merupakan bantalan pendingin yang terbuat dari karton bercelah sebagai lubang
untuk penyalur udara segar dari luar ke dalam kandang. Cooling pad dapat
menurunkan suhu udara yang masuk ke dalam kandang sebesar 1,50 - 20 C.
Temptron dan spoiler merupakan alat tambahan yang ada di dalam
kandang. Jumlah temptron di dalam tiap-tiap kandang sebanyak dua buah yang
memiliki fungsi secara otomatis untuk pengatur aktivitas exhaust fan dan cooling
pad. Spoiler adalah alat yang terbuat dari plastik berbentuk segitiga yang dipasang
dekat dengan atap kandang fungsinya untuk menjaga kecepatan udara di dalam
kandang supaya tetap baik dan stabil.
7. Peralatan-peralatan lain
Peralatan-peralatan lain seperti timbangan, waring (cover slat), debeaker,
sangkar (nest box), sepatu boot, sapu, alat tulis, buku recording dan lori berada di
ruang grading. Lori adalah rel kereta gantung, yang di pasang menggantung
pada besi WF, rel membentang dari ujung depan hingga ujung belakang

39
kandang. Loriberfungsi sebagai alat pengangkut pakan.

8. Sistem Perkandangan Ayam Broiler


Kandang merupakan faktor penting dalam usaha peternakan ayam broiler.
Kandang dipergunakan mulai dari awal hingga masa produksi. Pada prinsipnya
kandang yang baik adalah kandang yang sederhana, biaya pembuatan murah, dan
memenuhi persyaratan teknis dan nyaman bagi ternak. Bentuk kandang dan
kondisi tempat yang tersedia, keadaan tahan yang dipergunakan, biaya yang
tersedia dan bahannnya harus menjadi pertimbangan demi kenyamanan ayam.
Kandang berfungsi antara lain untuk berlindung ternak dari panas dan hujan, dan
mempermudah tatalaksana dan untuk melindungi bahaya dari predator. Suhu dan
kelembaban udara sangat berpengaruh terhadap produktifitas, karena suhu dan
kelembaban menentukan tingkat kenyamanan bagi ayam. Perusahaan peternakan
PT. MABAR FEED INDONESIA memiliki kandang ternak ayam broiler sistem
close house.
9. Sistem Close House
Dalam dunia peternakan, kandang Close House sudah lumrah dibicarakan.
Pada dasarnya, kandang merupakan pondasi utama yang menjadi komponen
penting di sebuah usaha peternakan. Dengan memiliki kandang yang nyaman,
proses pertumbuhan dan produktivitas ayam akan optimal. Pada kandang ini,
seluruh kebutuhan tumbuh wajib tersedia, diantaranya ialah sistem jendela udara
yang baik, udara yang optimal serta air minum hingga makanan yang relatif
berkualitas. Panas pada pada kandang didapatkan oleh ayam ketika fase produksi
dan sisanya berdasarkan atap, dinding bangunan, serta lampu. Penggunaan
kandang tertutup atau Close House sebagai sebuah solusi untuk peternak agar
memaksimalkan kemampuan produksi ayam.
Kandang Ayam Close House adalah sistem kandang tertutup yang mampu
membantu mengoptimalkan syarat lingkungan yang mencakup jendela, suhu &
kelembapan. Dengan kandang Close House terjadi pergerakan udara yang
stabil serta taraf kelembapan udara pada pada sangkar mampu diatur sinkron
menggunakan kebutuhan ayam. Pada kandang semi close house di perusahaan PT.
MABAR FEED INDONESIA ini terbagi atas 16 kandang dengan jumlah populasi

40
ternak ayam broiler 16.000.

Sistem pemeliharan ternak ayam broiler di kandang closed house ini relatif
mudah dilaksanakan dibandingkan dengan kandang sistem open house karena
sebagian kegiatannya dilakukan secara otomatis.
Kelebihan kandang system close house :
1. Mudah mengontrol sirkulasi udara baik masuk maupun keluar dengan
mengunakan kipas
2. Kita bisa mengontrol kelembaban skam saat musim panas.
3. Suhu panas dalam kandang bisa kita reda dengan hembusan kipas yang daya
sembur lebih besar.
4. Pengunaan kipas lebih maksimal searah tanpa kena hembusan angin dari luar.
5. Mengurangi ayam heatsress sebab panas dalam kandang bisa kita keluarkan
6. Mencegah penyakit dari luar yang masuk ke dalam kandang
7. Jarang terkena penyakit malaria
8. Pekejaan lebih ringan akibat suhu dalam kandam terjaga Kekurangan
kandang system closed house:
9. sulit mengendalikan amoniak saat musim hujan , akibat udara dingin masuk
yang mengakibatkan skam basah
10. Skam / liter lebih lama kering saat basah akibat kotoran ayam.
11. Biaya listrik lebih mahal akibat penerangan juga kipas yang nonstop
penggunaan ketika ayam besar.
12. Kipas perlu daya sembur yang besar untuk menjangkau ruangan kandang
dan jumlah kipas lebih banyak
13. Amoniak lebih besar akibat sinar matahari tidak bisa masuk dalam kandang.
14. Biaya awal pembuatan kandang lebih besar.
15. Saat listrik padam pekerja lebih cepat menghidupkan jenset.
16. Penjagaan ayam lebih nonstop karena faktor listrik.

41
4.13 Tata Laksana Pemeliharaan
1. Sistem Pemeliharaan
Pemeliharaan ayam daging ditujukan untuk mencapai beberapa
sasaran yaitu tingkat kematian serendah mungkin, kesehatan ternak baik, bobot
timbangan setiap ekor setinggi mungkin dan daya alih makanan baik (hemat).
Untuk mencapai hal-hal tersebut ada beberapahal pokok yang perlu
dipertimbangkan sebaik-baiknya dalam pemeliharaan ayam pedaging yaitu
perkandangan dan peralatan serta persiapannya, pemeliharaan masa awal
dan akhir, pemberian pakan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan
pengelolaan.
Pemeliharaan dilakukan dengan pembersihan secara tuntas terhadap
kandang dan peralatan yang akan dipakai didalamnya, baik tempat makanan,
tempat minuman,brooder, alat pelingkan dan lain-lain. Terutama pada
kandang lama yang sudah dipakai, sisa-sisa dari ternak yang lama, baik
kotoran, bahan-bahan yang tercecer harus dibersihkan secara tuntas sehingga
tidak ada yang tertinggal, sebab setiap butir sisa dari kawanan ayam yang
lama akan ada kemungkinan akan menularkan sesuatu penyakit kepada
kawanan berikutnya. Pembersih dilakukan dengan air dan bahan pencuci (sabun
atau detergen).
2. Persiapan Brooding
Kegiatan persiapan brooding yaitu menyiapkan waring (cover slat) dan
memasang waring sebagai alas dasar litter, menabur serutan kayu di atas waring
dengan ketebalan 3 - 5 cm, menutup serutan kayu dengan koran, memasang tirai
plastik di dalam kandang bagian depan, menyemprot kandang dengan desinfektan,
dan memasang pemanas (heater) yang sudah disemprot desinfektan. Bahan-bahan
yang digunakan sebagai alas litter sebaiknya mempunyai sifat daya serap yang
baik, tidak berdebu, dan tidak berjamur (Anonymous, 2013). Litter yang sudah
didesinfeksi didiamkan minimal selama dua jam untuk memaksimalkan kontak
dengan desinfektan. PT. Mabar Feed Indonesia menggunakan serutan kayu
sebagai alas litter karena memiliki daya serap yang tinggi dan tidak mudah
lembab.

42
Pemanas (heater) yang digunakan adalah pemanas otomatis, setiap
kandang menggunakan 2 heater sampai umur 9 hari, umur 10 hari sampai umur 18
hari memakai 1 heater, umur 20 hari sudah tidak memakai heater. Pengaturan
heater kandang lantai atas dan lantai bawah berbeda, suhu yang diperoleh heater
pada kandang bawah lebih panas dibandingkan dengan kandang lantai atas. Suhu
kandang lantai bawah cenderung lebih dingin dibandingkan dengan suhu kandang
lantai atas yang lebih panas, karena kandang lantai atas memiliki rongga atap
yang mampu menyimpan panas dari sinar matahari. Menurut Purwanto (2006)
panas didalam rongga atap yang berasal dari sinar matahari tidak terdistribusikan,
sehingga menyebabkan panas merambat ke ruang bawah atap.
3. Pemeliharaan DOC
 Nyalakan pemanas minimal 2 jam sebelum DOC tiba (pre-heating), agar
temperatur brooding sudah cukup stabil saat DOC masuk dan liter sudah
menjadi hangat.
 Siapkan pakan dan air minum dalam brooder sebelum DOC tiba. Air
minum yang disarankan adalah air gula 2-3% (20-30 gram gula merah per
liter air minum).
 Amat penyebaran dan tingkah laku anak ayam dalam chick guard. Setelah
DOC dipastikan dalam kondisi nyaman, lakukan evaluasi crop fill:
Sietelah 6 jam ditebar, minimal 80% tembolok berisi pakan dan air.
Setelah 12 jam ditebar, 100% tembolok harus berisi pakan dan air.
 Apabila tembolok terlalu keras, berarti ayam kurang minum. -> Amati
temperatur dan ketersediaan air minum.

 Apabila tembolok terlalu encer, berarti ayam kurang makan ->Amati


temperatur dan ketersediaan pakan.
 Apabila tembolok kosong ->Amati situasi brooding secara menyeluruh,
terutama temperatur dan pencahayaan.
 Apabila diperlukan chick guard bisa diketuk secara perlahan-lahan agar
anak ayam aktif makan dan minum.
4. Pemeliharaan stater
Pemeliharaan ayam umur stater dilakukan pada umur 8-21 hari yang
dimana kandang brooder dilebarkan sehingga kandang tidak padat sehingga ayam

43
broiler dapat aktif untuk makan dan minum. Dan juga penambahan tempat pakan
dan tempat air minum. Pada umur stater ayam broiler pertumbuhan bobot badan
ayam broiler meningkat seiring dengan jumlah pakan nyang diberikan bertambah.
Pemeliharaan periode starter:
- Persiapan kandang
- Pemberian pemanas
- Kepadatan kandang
- Manajemen pakan (jenis pakan, kebutuhan, nutrisi, frekuensi pemberian,
tempat pakan)
- Pencahayaan program
- Penimbangan bobot awal dan akhir
- Periode evaluasi starter
- Konsumsi pakan
- Pbb
- Fcr
- % Keseragaman
- % Mortalitas
5 Sistem Manajemen Pakan dan Air Minum
Di perusahaan PT. MABAR FEED INDONESIA Medan pemberian pakan
ayam broiler dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari dan pemberian air
minum dilakukan secara ad-libitum atau secara terus-menerus. Pemberian pakan
dilakukan secara manual dimana pada umur DOC datang jumlah tempat pakan
sedikit dan setelah pada umur 8 hari tempat pakan dan tempat air minum
ditambah. Tempat pakan dan tempat air minum digantung agar tidak mudah
masuk kotoran atau sekam. Pemberian air minum pada umur 8 hari dilakukan
secara otomatis tinggal pemberian obat atau vitamin masih dilakukan secar
manual.
4.14 Sistem Penanganan Kesehatan
Manajemen penanganan kesehatan merupakan salah satu kunci sukses
usaha beternak ayam broiler. Memisahkan ayam sakit (isolasi) dan membuang
ayam mati dari kandang penampungan sangat bermanfaat dalam mencegah
penularan penyakit (Sukada et al., 2010). Membuang ternak ayam yang mati

44
dilakukan dengan cara dibakar atau mengubur pada tempat yang aman. Penyakit
yang menyerang ternak ayam sering kali gejalanya hampir sama dengan ayam
sehat. Penyakit pada ayam dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
tetapi kekurangan mineral dan vitamin juga dapat menyebabkan penyakit
(Wiedosari dan Wahyuwardani, 2015).
Penanganan kesehatan di PT. MABAR FEED INDONESIA Medan dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Biosekuriti
2. Pengendalian Penyakit Program
3. Pemberian Vaksin
4. Pemberian Obat-Obatan
Penyakit yang sering menyerang ayam broiler di PT. MABAR FEED
INDONESIA Medan yaitu:
1. Penyakit Pilek (Snot)
2. Penyebab : Bakteri Hemophillus gallinarum
Gejala klinis : Ayam selalu gelisah, nafsu makan turun dan kurus bobot badan
menurun, rongga hidung mengeluarkan cairan kental (eksudat), kelopak mata
menjadi lengket , penurunan produksi telur.
Penyebaran : Melalui kontak langsung dengan ternak yang sakit
Pencegahan : Sanitasi kandang dan lingkungannya, Jauhkan ayam yang terkena
dengan yang sehat.
Pengobatan : Dapat diberi obat dari golongan sulfa dan antibiotika yang
disesuaikan dengan jumlah pemberian atau dosis yang tertera
dalam kemasan obat.
1. Penyakit Tetelo (ND = Newcastle Disease)
Penyebab : Virus dari golongan paramyxoviru.
Gejala klinis : Sesak nafas, terdengar bunyi ngorok, lesu, lemah, bulu kusam,
sayap terkulai, leher sering tertarik kebelakang, berputar-putar,
nafsu makan menurun, jengger dan pial berwarna merah kebiru-
biruan dan akhirnya mati. Tingkat kematian 80 -100 %.
Penyebaran : Melalui kontak langsung dengan ternak yang terinfeksi, dan
dapat juga terjadi kontak dengan ternak sakit, pakan, selama

45
pengangkutan, tikus, keong dll. Penyakit ND ini menyerang
disemua umur ayam.
Pencegahan : Sanitasi kandang dan lingkungannnya, vaksinasi ND secara
berkala.
Pengobatan : Belum ada pengobatan yang handal

1. Sistem Penanganan Limbah Ayam Broiler


Penanganan limbah ayam broiler pada PT. MABAR FEED INDONESIA
Medan, khususnya kandang close house yang dimana kotoran ayam broiler akan
dibongkar pada saat sekam telah dibuka. Kotoran dari ayam broiler ini di jual
sehingga dapat menambah pengahasilan perusahaan.
4.15 Pemberian Air Minum
Pemberian air minum dilakukan secara adlibitum dengan penambahan
chlorine sebanyak 3 ppm. Pemberian minum secara adlibitum bertujuan
memperlancar proses pencernaan. Pemberian chlorine bertujuan untuk
menetralisir air dan membunuh bakteri dan kuman yang ada dalam air. Hal ini
sesuai dengan pendapat Anonymous (2011) yaitu tujuan dari klorinasi (pemberian
kaporit/ klorin) adalah sebagai upaya sanitasi air minum supaya dapat membunuh
bakteri dan mikroorganisme lain yang mencemari air dengan cara memasukkan
klorin sebanyak 3-5 ppm ke dalam air minum.

4.16 Program Pencahayaan (Lighting Program)


Adanya pencahayaan pada ayam dapat menstimulasi hipotalamus pada
otak ayam, kemudian cahaya akan diteruskan ke kelenjar-kelenjar tubuh, seperti
hipofisa, tiroid, dan paratiroid untuk menstimulasi disekresikannya hormon.
Adanya sinyal cahaya menstimulasi kelenjar tiroid mensekresikan hormone
tiroksin yang berfungsi mengatur kecepatan metabolisme tubuh sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan. Kelenjar paratiroid juga terstimulasi oleh adanya
cahaya untuk mensekresikan hormon paratiroksin yang berperan dalam
pengaturan metabolisme kalsium (Ca) dan fosfor (P). Pada periode grower
keberadaan cahaya memungkinkan ayam untuk mampu melihat lingkungan
sekitar, terutama makanan dan air minum yang tersedia sehingga keberadaan
cahaya tersebut tentu saja akan meningkatkan jumlah makanan yang dikonsumsi

46
oleh ayam (Anonymous, 2009). Sementara, jumlah makanan yang masuk kedalam
tubuh (feed intake), juga berpengaruh besar terhadap proses produksi.

4.17 Program Ventilasi


Sistem ventilasi PT. MABAR FEED INDONESIA Medan menggunakan
sistem tekanan negatif (Negative Pressure System) yaitu udara mengalir dari
dalam kandang menuju keluar akibat adanya daya sedot dari exhaust fan sehingga
terjadi tekanan negatif. Udara dari luar masuk ke dalam kandang melaluicooling
pad. Sistem ventilasi yang paling baik untuk model kandang close house adalah
sistem tekanan negatif, yaitu udara masuk ke dalam kandang melalui cooling pad,
kemudian udara di dalam kandang yang biasanya bercampur dengan amonia dan
CO2 disedot oleh exhaust fan untuk dibuang ke luar kandang (Fadilah, 2013).
Sementara itu dinding kandang ditutup rapat menggunakan tirai. Sistem ventilasi
udara yang baik akan menjaga kualitas udara tetap optimal bagi ayam.
4.18 Uniformity
Penimbangan sampel BW (body weight) dilakukan setiap minggu sekali
untuk mengetahui tingkat uniformity atau disebut juga dengan tingkat
keseragaman BW. Menurut Rasyaf (2003), penimbangan dilakukan secara
acak dengan jumlah sampel lebih kurang 10% dari populasi ayam. Penimbangan
dilakukan sebelum ayam diberi makan. Tujuan dilakukan penimbangan yaitu
untuk mengetahui kesesuaian body weight dengan standar.

Penimbangan yang dilakukan di PT. MABAR FEED INDONESIA Medan


memiliki sampel yang kurang dari 10%, hal ini dikarenakan populasi yang sangat
banyak sehingga menghabiskan banyak waktu dalam proses penimbangannya.
Prosentase nilai uniformity merupakan gambaran prosentase nilai produksi daging
di 1 periode.
4.19 Grading dan Flusshing
Kegiatan grading dilakukan untuk mengelompokkan ayam yang
ukurannya lebih kecil dari yang lainnya ke area small pen. Harrison (2006)

47
menyatakan bahwa mengelola ayam yang berukuran lebih kecil dari yang lain
pada area tersendiri akan lebih mudah karena dapat mengatur konsumsi pakannya
supaya pertumbuhannya sama dengan ayam yang lainnya. Grading dilakukan
dengan cara menyeleksi ayam setiap kandang secara rutin tiap minggu, dengan
memisahkan ayam yang mengalami masalah seperti berat badan kurang,
kelebihan berat badan, warna pucat, cacat, sakit dan kelainan (error sex) dari ayam
yang sehat. Ayam yang tidak memenuhi standart segera dipindahkan ke small pen
sampai kondisi ayam normal, jika ayam tidak kunjung normal maka ayam segera
di keluarkan (culling).
Flusshing yaitu program yang dilakukan untuk mengetahui presentase
ayam betina yang matang organ reproduksinya, dan juga untuk mengidentifikasi
produktifitas ayam melalui konfirmasi tubuhnya. Flusshing dilakukan dengan cara
mengumpulkan ayam secara acak dari setiap pen sebanyak 12%.
Hal yang dilakukan pada proses flusshing ayam betina adalah :
1. Menimbang berat badan, berat badan yang baik adalah berat badan yang
mencapai standart berdasarkan umur.
2. Mengukur jarak tulang pubis dengan jari tangan dimana nilai yang baik
adalah berjarak tiga jari.
3. Mengukur jarak antara tulang dada dengan tulang pubis yaitu berjarak tiga
sampai empat jari.
4. Bentuk dada yang baik adalah berbentuk U.

Cara mengetahui dewasa kelamin pada ayam jantan antara lain dari
tingkah laku seksualnya, jengger dan pial yang lebar dan berwarna merah,
serta suara khas pejantan yang keras. Pencampuran ayam jantan dan betina
dilakukan antara minggu ke 18 hingga ke 22. Berikut rumus pencampuran ayam
betina dengan ayam jantan : Jumlah ayam betina atau ayam jantan yang akan di
campur dalam pen:

Ukuran pen
Total Ayam x Panjang Kandang

48
4.20 Program Kesehatan
1. Pemberian Vaksin
Keberhasilan vaksinasi dipengaruhi oleh cara memberikannya, jika
pemberiannya tidak tepat sasaran maka antibodi tidak akan terbentuk. Begitu pula
jika terdapat kesalahan yang biasanya dilakukan oleh caretaker pada cara
pemberiannya yang dapat menyebabkan cacat fisik dan bahkan kematian pada
ayam. Vaksin yang digunakan di PT. MABAR FEED INDONESIA Medan yaitu
vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif diberikan dengan cara meneteskan
langsung di mata ayam. Vaksin inaktif diaplikasikan dengan cara injeksi dibawah
kulit, di bawah otot, dan tusukan pada sayap. Pemberian vaksin aktif dan inaktif
harusdilakukan dengan cara yang hati-hati karena jika terjadi kesalahan akan
berakibat fatal pada ayam, seperti yang dilakukan oleh para caretaker karena
banyaknya ayam yang harus divaksin maka mereka tergesa-gesa dalam proses
pemberian vaksin. Pada pemberian vaksin tusuk sayap, beberapa ayam ada yang
ditusuk sampai mengenai tulang sehingga menyebabkan cacat pada ayam.
Vaksinasi dengan metode tusuk sayap harus dilakukan dengan cara hati-hati yaitu
jarum penusuk yang telah dicelupkan pada larutan vaksin ditusukkan pada sayap
ayam yang telah direntangkan, diusahakan menusuknya pada lipatan sayap yang
tipis dan jangan sampai mengenai tulang, otot, dan pembuluh darah karena dapat
mengakibatkan cacat fisik pada ayam (Anonymous, 2009).
2. Pengambilan Sampel Darah
Pengambilan sampel darah dilakukan untuk mengetahui tingkat titer anti
bodi ayam yang berhubungan erat dengan program vaksin inaktif yang sedang
dijalankan. Kegiatan ini dilakukan pada saat tiga minggu setelah pemberian
vaksin inaktif yaitu saat titer antibodi mencapai titer protektif. Pengambilan
sampel darah untuk pemantauan titer antibodi vaksin inaktif sebaiknya dilakukan

49
pada tiga minggu setelah vaksinasi sesuai dengan lama pembentukan titer
antibody dimana titer antibodi protektif baru melindungi setelah tiga minggu
(Anonymous, 2008).

3. Kontrol Kandang
Kontrol kandang dilakukan untuk mengetahui kondisi ayam-ayam di
kandang sedang sakit atau tidak. Kontrol kandang dapat dilakukan setiap waktu.
Menurut Anonymous (2009), kontrol kandang hendaknya rutin dilakukan, bisa
waktu pagi, siang, sore, atau malam hari. Kontrol dilakukan untuk mengetahui
apakah ada ayam yang memiliki gejala klinis terserang suatu penyakit, apabila
ditemukan ayam yang tampak sakit maka akan diambil dan dibawa ke luar
kandang untuk kemudian dilakukan bedah bangkai.
4. Program Biosecurity
Dalam pemeliharaan ayam broiler parent stock, program biosecurity
merupakan suatu hal yang penting yang harus dijlankan. Biosekuritas merupakan
suatu sistem untuk mencegah penyakit yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan
produksi unggas secara keseluruhan dan merupakan bagian untuk
mensejahterakan hewan (Winkel, 1997). Terdapat 3 aspek biosecurity yang
dilakukan di PT. MABAR FEED INDONESIA Medan yaitu biosecurity pada
kendaraan, barang, dan manusia.
Biosecurity pada kendaraan dilakukan dengan menyemprotkan antiseptik
padasemua kendaraan yang masuk area farm. Barang-barang yang akan masuk
area farm disemprot dengan antiseptik dan dilewatkan pada box ultraviolet.
Setiap karyawan dan pengunjung yang masuk ke area farm diwajibkan mandi dan
disemprot dengan antiseptik. Jika karyawan atau pengunjung memasuki pintu
kandang maka diwajibkan mencelupkan kaki dengan antiseptik dan menyemprot
tangan dengan alkohol 70% serta memakai perlengkapan alat pelindung seperti
sepatu boot, topi, dan seragam yang telah disediakan. Sistem biosecurity yang
dilakukan oleh PT. MABAR FEED INDONESIA Medan sesuai dengan pendapat

50
Hadi (2010) yaitu pengunjung farm didesinfeksi, mandi semprot, lalu memakai
sepatu khusus, baju penutup, dan topi khusus yang telah didesinfeksi. Tangan
orang juga harus didesinfeksi sebelum masuk bangunan kandang ataupun
meninggalkannya. Sistem biosecurity dilakukan untuk menghindari kontaminasi
lingkungan luar terhadap area kandang.

4.21 Pemberian Obat-Obatan


Pemberian obat-obatan sesuai dengan cara penerapan dosisnya, obat-
obatan memiliki peranan penting dalam merangsang pertumbuhan dan
memperbaiki efisiensi di dalam saluran pencernaan (Daud, 2005). Berbagai
macam obat-obatan yang diberikan salah satunya dengan mencampurkan ke dalam
pakan dan air minum. Penggunaan obat-obatan dibutuhkan untuk mengatasi
penyakit, meningkatkan kekebalan tubuh, dan menunjang pertumbuhan ayam
broiler
4.22 Kontrol Kandang
Kontrol kandang dilakukan untuk mengetahui kondisi ayam-ayam di
kandang sedang sakit atau tidak. Kontrol kandang dapat dilakukan setiap waktu.
Contoh penyakit yang pernah ditemukan pada saat kontrol kandang adalah snot
ayam yang terkena snot diberi obat bernama quinabic dengan cara disemprotkan
ke dalam mulut ayam menggunakan injektor tanpa jarum. Pengawasan terhadap
ayam harus dilakukan dengan teliti karena jika ada ayam yang terkena penyakit
bisa menular ke ayam yang lain

4.23 Penanganan Limbah dan Bangkai


Limbah ada dua macam yaitu feses dan bangkai, pembuangan feses
dilakukan pada saat ayam afkir dan di ambil oleh pengepul yang telah bekerja
sama dengan perusahaan. Karena pembuangan feses di lakukan sekali selama
pemeliharaan maka jika kondisi faeces basah dan bau mulai menyengat segera di
taburkan kapur dari atas lantai, untuk menghindari kadar amoniak tinggi dan
penyakit. Jumlah ayam yang mati (bangkai) di catat dalam recording di setiap
kandang. Jika setiap hari ayam mati lebih dari 10 ekor dan terus bertambah pada
hari berikutnya maka di lakukan bedah bangkai oleh dokter hewan farm Medan 4.

51
Bangkai ditangani setiap pagi pada saat kontrol kandang dan dipastikan tidak ada
bangkai yang tertinggal dalam kandang karena bangkai memiliki potensi sumber
penyakit. Bangkai di buang ke tempat pembuangan bangkai kemudian di bakar.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Ternak Sapi Perah
Adapun kesimpulan yang penulis ambil dalam uraian ternak sapi perah
diatas adalah sebagai berikut:
1. Hal paling utama yang sangat diperhatikan dalam pemeliharaan sapi
perah adalah manajemen pakannya, manajemen kesehatan dan
kebersihan kandang.
2. Usaha sapi perah merupakan suatu usaha yang paling prospek untuk
memenuhi kebutuhan protein manusia.
3. Manajemen pakan dan pemeliharaan yang baik merupakan inti dari
proses produksi.

2. Ternak Ayam Broiler


Sistem biosecurity yang diterapkan di PT. MABAR FEED INDONESIA
Medan sudah baik dan kegiatan kontrol kandang yang dilakukan secara rutin
dapat mengantisipasi lolosnya penyakit yang masuk area farm.

5.2 Saran
1. Ternak Sapi Perah
Adapun saran yang penulis tunjukkan untuk PT. Cifa Indonesia adalah sebagai
berikut:

52
1. Agar kebutuhan logistik dan perlatan dapat dilengkapi dan di penuhi untuk
mempermudah kegiatan di perusahaan.
2. Meningkatkan dan memperketat biosecurity kandang, agar ternak
terhimdar dari berbagai penyakit terutama penyakit menular.
3. Agar menerapkan sanitasi kendang.

2. Ternak Ayam Broiler


Agar lebih memperhatikan ternak ayam yang lemah untuk mengurangi
tingginya angka kematian atau mortalitas.

DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1995. Beternak Sapi Perah. Yogyakarta: Kanisius. Aak. 1974. Beternak Sapi
Perah. Kanisius. Yogyakarta
Amrullah, Ibnu Katsir. 2004. Nutrien Ayam Broiler. Lembaga Satu Gunung
Budi.Bogor
Anggraeni, Anneke. 2014. Indeks Reproduksi sebagi Faktor Penentu Efisiensi
Reproduksi Sapi Perah: Fokus Kaia Pada Sapi Perah Boss Taurus
Semi Lokal Nasional Prospek Industry Sapi Perah Menuju
Perdagangan Bebas-012. Balai Penelitian Ternak.Bogor
Anonimous 2010. Populasi Ternak di Indonesia. Badan Pusat Statistik
RepublikIndonesia, Jakarta
Anonymous (2011). Program Vaksinasi. http://www.infomedion. Com
Anonymous. 2005. Barang yang Dihasilkan Industri Besar dan Sedang
di
Jawa Timur2002. BPS Prop. Jawa Timur.
Anonymous.2012.TataLaksanaPenetasan.http://pelajaranilmu.blogspot.com/
2012/05/t ata-laksana penetasan.html [20 september 2022].

Aritonang, D. 1993. Perencanaan dan pengelolaan Usaha. Penebar Swadaya.


Jakarta.
Badriyah, N dan Ubaidillah, M. 2013. Pengaruh Frekuensi Penyemprotan
Desinfektan pada Kandang terhadap Jumlah Kematian Broiler. Jurnal
Ternak. 4 (2): 22–26.
Blakely, J & D. A. Bade. (1998). Ilmu Peternakan. Terjemahan: B. Srigandono.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

53
Cahyono dan Bambang, 1997. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging
(broiler). Pustaka Nusatama. Yogyakarta.

Cobb, 2008a . Cobb 500 Product Ptofile. http://www.cobb-vantress.com. [20


September 2022].
Daud, M. 2005. Peforman ayam pedaging yang diberi probiotik dan prebiotik
dalam ransum. Jurnal Ilmu Ternak 5(2): 75-79.
Farid, M. dan H. Sukesi, 2011. Pengembangan susu segar dalam negeri untuk
pemenuhan kebutuhan susu nasional. Buletin Ilmiah Limbang
Perdangangan. Jakarta. 5(2).

Hidayati, N. 1995. Pemeliharaan pedet sapi perah. Pusat Penelitian dan


Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Departemen Pertanian. Wartazoa. 4: 1-2.
Lacy, M. and L. R. Vest. 2000. Improving Feed Convertion in Broiler: A Guide
for Growers. Springer Science and Business Media Inc, New York.
Mulyantini, N.G.A. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gadjah Mada
UniversityPress. Yogyakarta.
Nova K. 2008. Pengaruh Perbedaan Persentase Pemberian Ransum Antara Siang
Dan Malam Hari Terhadap Performans Broiler Strain CP 707. J Anim. Sci.
10(2): 117-121.
Nurdin, Ellyza. 2016. Ternak Perah dan Prospek Pengembangannya. Edisi
Pertama. Plantaxia, Surabaya.
Pahlepi, R., H. Hafid, dan A. Indi. 2015. Bobot akhir persentase karkas dan
lemak abdominal ayam broiler dengan pemberian ekstrak daun sirih (Piper
betle L.) dalam air minum. Jitro. Vol. 2 (3): 1-7.
Pambudi. 2007. Selayang Pandang Broiler Cobb 500. Nutrisi ternak IPB.
34(1997- 2000). Media Informasi dan Komunikasi Seputar Dunia.
Peternakan.
Purwanto, H. dan D. Muslih.2006. Tatalaksana Pemeliharaan Pedet Sapi perah.
Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006. Bogor
(Indonesia): Kementrian Pertanian
Sudaryani, T. dan Santoso. 2003. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya,

54
Jakarta.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2008. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutrisno, (2013) Sutrisno, Edy. 2013. Manajemen Sumber Daya Manusia,
Cetakan Kelima. Yogyakarta: Prenada Media.
Wahju, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Wingkel, P.T. 1997. Biosecurity in Poultry Production: Where are we and where
do we go. Prosiding 11th International Congress of the World Poultry
Association.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan PPL di PT. Cifa, Siatas Barita.


Memandikan Sapi Dara. Pemberian Pakan Kosentrat.

Pengontrolan Kandang. Pemerahan Susu Sapi.

55
Pemberian Cendramata ke Perusahan.

56
Lampiran II Kegiatan PPL Di PT. Mabar Feed Indonesia

Perkenalan dengan Manager. Pengecekan Nipple.

Pengontrolan Kandang . Pengecekan Silo.

57
Pemnberian Cendramata ke Manager PT. Mabar Feed Indonesia.

58

Anda mungkin juga menyukai