Oleh :
Oleh :
NPM : 19400013
Mengetahui : Menyetujui :
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan
karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Laporan Program Praktek Lapangan
(PPL) dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
Laporan PPL ini adalah sebagai memenuhi kelengkapan akademik dalam
penyelesaian PPL. Kegiatan PPL wajib bagi mahasiswa/i yang telah mencapai 90
SKS dan telah lulus matakuliah komoditi PPL yang dilaksanakan.
Dalam penyelesaian laporan ini, penulis menyadari tanpa bantuan dari
berbagai pihak baik secara moral maupun materi kegiatan PPL dan penulisan
Laporan ini tidak akan dapat terlaksana dengan baik, oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasan Sitorus, MS, selaku Dekan Fakultas Peternakan
Universitas HKBP Nommensen Medan.
2. Bapak Ir. Tunggul Ferry Sitorus, MP, selaku Wakil Dekan Fakultas
Peternakan Universitas HKBP Nommensen Medan.
3. Ibu Ir. Magdalena Siregar, MP selaku ketua Program Studi Fakultas
Peternakan Universitas HKBP Nommensen Medan.
4. Bapak Ir. Partogi Mulia H. Hutapea, MP selaku Dosen Pembimbing PPL.
5. Bapak Roma, selaku Manager perusahaan PT. Mabar Feed Indonesia yang
telah menerima kami melaksanakan kegiatan PPL.
6. Bapak/Ibu Direktur PT. CIFA Indonesia, Siatas Barita.
7. Bapak Herman, sebagai Supervisor PT. Mabar Feed Indonesia.
8. Bapak Johannes Sianturi, S.Pt, selaku Kepala Instalasi PT. CIFA Indonesia,
Siatas Barita.
9. Kakak Rosinauly Matondang, selaku bidang pengelolahan susu di PT. CIFA
Indonesia, Siatas Barita.
10. Bapak Agus Tobing, selaku kepala kandang di PT. CIFA Indonesia, Siatas
Barita.
11. Bapak Jeklin Pasaribu, selaku Operator Pemerahan di PT. CIFA Indonesia,
Siatas Barita.
12. Bapak Indra Simanjuntak, selaku Operator kandang di PT. CIFA Indonesia.
13. Bapak Army Nababan, selaku Marketing di PT. CIFA Indonesia, Siatas
2
Barita.
14. Seluruh Karyawan/wati di PT. CIFA Indonesia, Siatas barita.
15. Seluruh Karyawan/wati di PT. Mabar Feed Indonesia.
16. Orangtua yang telah mendukung dan memberi dorongan baik secara moral
maupun materi dalam penyelesaian Program Praktek Lapangan (PPL) ini.
17. Rekan Mahasiswa yang telah mendukung dan membantu dalam penyelesaian
laporan ini.
Penulis menyadari bahwa Penulisan Laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu penulis menerima masukan yang membangun demi
kesempurnaan Laporan ini. Akhir kata semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat, Instansi terkait dan terlebih bagi Mahasiswa Fakultas Peternakan
Universitas HKBP Nommensen.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL............................................................................................ iv
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang.................................................................................... 1
I.2. Tujuan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL).................................... 3
I.3. Kegunaan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL)............................... 3
4
III.1.1. Komoditi Ternak Ayam Broiler................................................ 21
III.1.2. Komoditi Ternak Sapi Perah..................................................... 21
III.2............................................................................................................ Aspe
k yang Diamati..................................................................................... 21
III.2.1. Komoditi Ternak Ayam Broiler................................................ 21
III.2.2. Komodita Ternak Sapi Perah.................................................... 21
III.3............................................................................................................ Met
ode Mengumpulkan Data..................................................................... 22
III.3.1. Komoditi Ternak Ayam Broiler................................................ 23
III.3.2. Komoditi Ternak Sapi Perah..................................................... 23
III.4............................................................................................................ Jadw
al dan Materi Kegiatan........................................................................ 23
III.4.1. Komoditi Ternak Ayam Broiler................................................ 25
III.4.2. Komoditi Ternak Sapi Perah..................................................... 25
5
V.2.1. Ternak Ayam Broiler................................................................ 49
V.2.2. Ternak Sapi Perah..................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
6
BAB I
PENDAHULUAN
7
menentukan kelayakan daging untuk dikonsumsi. Perusahaan Rumah Potong
Ayam (RPA) atau tempat pendistribusian umumnya sudah memiliki sarana
penyimpanan yang memadai, namun tidak dapat dihindari adanya kontaminasi
dan kerusakan selama prosesing dan distribusi.
Ayam broiler memiliki sifat-sifat yang menonjol secara ekonomis dapat
memberikan keuntungan. Sifat tersebut adalah berupa produksi daging yang tinggi
dengan penggunaan pakan yang efisien. Keunggulan inilah yang dapat
merangsang berkembangnya peternakan ayam broiler. Faktor yang paling
menentukan dalam usaha peternakan terutama peternakan ayam ada tiga hal yaitu
breeding (pemulia biakan), feeding (pakan) dan management (tata laksana).
Khusus dalam penyediaan bibit ayam, peternak diusahakan untuk dapat memilih
bibit yang berkuallitas. Tujuan penyediaan bibit yang berkualitas adalah agar hasil
panen dapat maksimal.
Sapi perah adalah jenis ternak ruminansia besar yang mempunyai potensi
tinggi dalam penyediaan daging dan merupakan ternak asli daerah panas dan
lembab, khususnya daerah belahan utara tropika. Sapi perah Friesian Holstein
(FH) memiliki Ciri-ciri yang baik yakni memiliki tubuh luas ke belakang, sistem
dan bentuk perambingan baik, puting simetris, dan efisiensi pakan tinggi yang
dialihkan menjadi produksi susu (Blakely dan Bade, 1998).
Perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia tidak terlepas dari sejarah
perkembangannya dan kebijakan pemerintah sejak zaman Hindia Belanda. Usaha
peternakan sapi perah pada awalnya dimulai untuk memenuhi kebutuhan
orangorang Belanda dan diusahakan oleh nonpribumi, dan baru pada tahun 1925
diperkirakan berdiri perusahaan sapi perah pribumi yang pertama
(Prawirokusumo, 1979).
Sementara itu, peternakan rakyat sapi perah tumbuh sejak zaman
pendudukan Jepang dan Revolusi Fisik Kemerdekaan Indonesia (1942-1950),
karena pada saat itu perusahaan sapi perah terbengkalai dan ditinggalkan
pemiliknya.Sapi perah yang ada sebagian dipotong dan sebagian lagi sempat
tersebar di kalangan rakyat. Di antaranya ada yang berkembang biak dan menjadi
titik tolak tumbuhnya peternakan rakyat sapi perah (Dasuki, 1983). 7 Pada tahun
1956, pemerintah mencoba mengimpor sapi Red Danish dari Denmark, tetapi sapi
8
perah yang berwarna cokelat tersebut tidak sesuai dengan keadaan lingkungan di
Indonesia. Dengan kegagalan tersebut, maka pada tahun 1962 pemerintah
mendatangkan sapi Fries Hollands sebanyak lebih kurang 1.000 ekor, diimpor dari
Denmark oleh PN Perhewani, untuk memenuhi kebutuhan susu pada pesta
olahraga Asian Games IV di Jakarta. Kebanyakan sapi perah yang berasal dari
Denmark ini disebarkan ke perusahaan-perusahaan susu di Jawa dan BPT
Baturraden, Purwokerto. Kemudian pada tahun 1964 Jawatan Kehewanan Pusat
mengimpor 1.354 ekor bibit sapi Fries Hollands clan negeri Belanda yang disertai
dengan kartu silsilah lengkap. Pengimporan bibit sapi perah tersebut dimaksudkan
untuk meningkatkan mutu sapi-sapi perah di Indonesia yang akhirnya akan
meningkatkan produksi susu (Sudono, 1983). Perkembangan populasi sapi perah
di Jawa Tengah sendiri cenderung mengalami kenaikan setelah tahun 2009 sampai
pada puncaknya yaitu tahun 2012, namun sangat disayangkan terjadi penurunan
secara terus menerus dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013 berikut adalah
tabel jumlah populasi sapi perah di Jawa Tengah .
Susu sapi merupakan sumber protein hewani yang mudah ditemui dan
umum dikonsumsi oleh masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS), tingkat konsumsi susu sapi masyarakat Indonesia di tahun 2020 adalah
16,27 kg/kapita/tahun, meningkat 0,25 persen dari tahun 2019. Untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan masyarakat akan susu sapi, Kementerian Pertanian terus
mengupayakan perbaikan industri persusuan dalam negeri secara hulu maupun
hilir.
Strategi kebijakan dari sisi hulu salah satunya dilakukan melalui perbaikan
kualitas susu sapi segar yang dihasilkan. Berbagai riset dikembangkan melalui
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) untuk
menghasilkan inovasi teknologi sapi unggul dengan kualitas dan produktivitas
tinggi.
1.2. Tujuan Program Praktek Lapangan (PPL)
Tujuan dilaksanakanya Program Praktek Lapangan adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam manajemen
usaha peternakan untuk komoditi ternak ayam broiler (monogastrik) dan sapi
perah (poligastrik).
9
2. Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan
dalam manajemen usaha peternakan modern untuk komoditi ternak ayam
broiler dan ternak sapi perah.
1.3. Kegunaan Program Praktek Lapangan(PPL)
1. Mahasiswa memperoleh pengalaman nyata tentang proses pengelolaan
usaha peternakan ayam broiler dan peternakan sapi perah.
2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab profesi dalam diri mahasiswa untuk
meningkatkan kompotensinya dalam menghadapi persaingan dunia kerja.
3. Mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan
dalam manajemen usaha peternakan modern untuk komoditi terna
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
terhdap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo, 1987). Ayam
broiler mampu memproduksi daging secara optimal dengan hanya mengkonsumsi
pakan dalam jumlah relatif sedikit.
2.1.1 Taksonomi Ayam Broiler
Menurut Rasyaf (2004), klasifikasi taksonomi ayam broiler adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Devisi : Carinathae
Kelas : Aves
Ordo : Galiformes
Family : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus gallus domestica
2.1.2 Ransum Ayam Broiler
Menurut Rasyaf (2007), ransum adalah campuran bahan-bahan pakan
untuk memenuhi kebutuhan akan zat-zat pakan yang seimbang dan tepat.
Seimbang dan tepat berarti zat makanan tidak berlebihan dan tidak kurang.
Ransum yang digunakan haruslah mengandung protein, karbohidrat, lemak,
vitamin dan mineral. Adapun tujuan utama pemberian ransum kepada ayam adalah
untuk menjamin pertambahan berat badan yang paling ekonomis selama
pertumbuhan dan penggemukan.. Prinsip penyusunan ransum ayam adalah
membuat ransum dengan kandungan gizi yang sesuai dengan kebutuhan ayam
pada fase tertentu.
Ransum sebagai salah satu faktor yang pengaruhnya besar terhadap
pertumbuhan perlu mendapat perhatian yang serius. Ransum disebut seimbang
apabila mengandung semua zat makanan yang diperlukan oleh ayam dalam
perbandingan yang sesuai dengan kebutuhan. Untuk mendapatkan ayam dengan
pertumbuhan yang cepat dan produksi yang efisien, maka penyusunan ranssum
perlu diperhatikan utamanya mengenai kandungan energi dan protein serta
keseimbangannya. (Zulfanita, 2011).
11
Ransum dinyatakan berkualitas baik apabila mampu memberikan seluruh
kebutuhan nutrien secara tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan nutrisi tersebut
bagi ternak. Ransum yang diberikan pada ayam broiler harus berkualitas, yakni
mengandung nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ayam. Ayam tidak bisa
menghabiskan ransum secara keseluruhan, tetapi hanya mampu mengkonsumsi
sebagian dari porsi ransum yang diberikan. Sebagian dari porsi ransum ini disebut
zat pakan atau nutrisi. Nutrisi dilepaskan saat dicerna, kemudian diserap masuk ke
cairan dan jaringan tubuh. Secara garis besar, nutrisi dalam ransum ayam terdiri
dari karbohidrat, lemak, protein, mineral, vitamin dan air. (Fadilah, 2013).
12
Umur (Hari) Kebutuhan Air minum / hari
0-7 50 liter / 1000 ekor
8-14 100 liter / 1000 ekor
15-21 150 liter / 1000 ekor
22-28 200 liter / 1000 ekor
Jumlah nipple drinker dalam satu kandang harus memenuhi kebutuhan tiap
ekor ayam. Beberapa hal lainnya yang perlu diperhatikan antara lain: Ketinggian
dan kualitas air minum. Tempat air minum selalu rutin dicek ketinggiannya dan
disesuaikan agar nipple sejajar dengan paruh ayam dan disesuaikan dengan
pertumbuhan tinggi ayam sehingga dalam waktu kurang lebih satu minggu sekali
ketinggian nipple ditambah. Namun lebih tepatnya penambahan tinggi tempat ini
mengikuti pertumbuhan ayam, yaitu tinggi mulut/tepi tempat minum diatur sejajar
dengan punggung ayam. (Wahju, 2004).
Kualitas air sangat penting karena kebutuhan minum ayam adalah 1.62 kali
lipat dari jumlah pakan yang dikonsumsinya. Perlu dilakukan juga penambahan
kaporit/chlorine pada air minum. Tujuan dari klorinasi (pemberian kaporit/ klorin)
adalah sebagai upaya sanitasi air minum yang dapat membunuh bakteri dan
mikroorganisme lain yang mencemari air. Klorinasi dilakukan dengan cara
memasukkan klorin sebanyak 3-5 ppm ke dalam air minum. Umumnya klorin
dijual di pasaran dalam bentuk kaporit atau calcium hypochlorite (CaOCl2). Jika
kaporitnya murni, untuk memperoleh kadar yang tepat dalam air minum
dibutuhkan 6-10gram kaporit tiap 1.000 liter air. Namun jika kaporit yang dimiliki
hanya berkonsentrasi 50%, dosis kaporit yang digunakan menjadi dua kali lipat,
yaitu 12-20 gram tiap 1.000 liter air. (Wahju, 2004).
Tempat minum dibersihkan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari.
Jika memungkinkan, setidaknya setiap 2 kali dalam setahun dilakukan pengujian
terhadap air minum atau uji sanitasi air minum yang digunakan untuk memastikan
bahwa air minum tersebut mengandung mineral atau bahan organik dalam jumlah
yang dapat diterima serta mengetahui ada atau tidaknya kontaminasi mikroba serta
cemaran logam berat pada air minum. (Wahju, 2004).
13
2.1.4 Produksi Ayam Broiler
a. Konsumsi Ransum
Konsumsi adalah jumlah makanan yang dikonsumsi oleh hewan bila
diberikan secara ad libitum (Parakkasi, 1999). Sedangkan menurut Tillman dkk
(1991) konsumsi diperhitungkan dari jumlah makanan yang dimakan oleh ternak
dimana zat makanan yang dikandungnya akan digunakan untuk mencukupi
kebutuhan hidup pokok dan untuk produksi hewan tersebut. Palatabilitas juga
merupakan faktor yang menentukan tingkat konsumsi ransum pada ternak.
Unggas mengkonsumsi ransum setara dengan 5% dari bobot badan
(Wiradisastra, 1986). Menurut Wahju (2004) bahwa konsumsi ransum ayam jantan
lebih besar daripada ayam betina. NRC (1994) menyebutkan bahwa rataan
konsumsi ransum ayam broiler yang dipelihara selama 4 minggu adalah 1616 gr
untuk jantan dan 1490 gr untuk betina.
Wahju (2004) menyatakan bahwa konsumsi ransum adalah jumlah ransum
yang dikonsumsi ternak untuk kehidupan pokok dan pertumbuhan yang
dinyatakan dalam gram/ekor/hari. Konsumsi ransum juga dipengaruhi oleh
temperatur lingkungan, kesehatan, genetik, berat badan, bentuk makanan, zat
makanan, stress dan tingkat energi ransum.
Menurut Rasyaf (1994), konsumsi ransum ayam broiler merupakan cermin
dari masuknya sejumlah unsur nutrisi ke dalam tubuh ayam. Jumlah yang masuk
ini harus sesuai dengan yang dibutuhkan untuk produksi dan untuk hidupnya.
Kartasudjana dan Suprijatna (2006) mengatakan bahwa pertumbuhan pada ayam
broiler dimulai dengan perlahan-lahan kemudian berlangsung cepat sampai dicapai
pertumbuhan maksimum setelah itu menurun kembali hingga akhirnya terhenti.
Pertumbuhan yang paling cepat terjadi sejak menetas sampai umur 4-6 minggu,
kemudian mengalami penurunan.
Menurut Kartasudjana dan Suprijatna (2006), ayam mengkonsumsi ransum
untuk memenuhi kebutuhan energinya, sebelum kebutuhan energinya terpenuhi
ayam akan terus makan. Setiap minggunya ayam mengkonsumsi ransum lebih
banyak dibandingkan dengan minggu sebelumnya (Fadilah, 2004).
a. Pertambahan Bobot Badan
14
Pertambahan bobot badan adalah suatu kriteria yang digunakan untuk
mengukur pertumbuhan. Pertumbuhan adalah proses yang sangat kompleks,
meliputi pertambahan bobot badan dan pembentukan semua bagian tubuh secara
merata (Anggorodi, 1994). Menurut Anggorodi (1985) pertumbuhan merupakan
pertambahan dalam bentuk berat jaringan-jaringan pembangun seperti urat daging,
tulang dan jaringan tubuh lainnya (kecuali lemak). Pertumbuhan juga meliputi
penambahan jumlah protein dan zat mineral yang tertimbun didalam tubuh.
Pertumbuhan dapat terjadi karena penambahan jumlah sel dan ukuran sel. Berat
badan seekor ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti bangsa, makanan,
jenis kelamin dan musim. Pada musim panas nafsu makan ternak menurun,
sehingga jumlah makanan yang dikonsumsi menurun dan mempengaruhi berat
badan ternak. Untuk memperoleh bobot badan yang maksimal maka ada beberapa
faktor yang harus diperhatikan yaitu bibit yang baik, temperatur lingkungan,
penyusunan ransum dan kandang yang memadai.
b. Konversi Ransum
Konversi ransum merupakan perbandingan antara konsumsi ransum
dengan berat badan yang dihasilkan. Rasyaf (1992) menjelaskan bahwa konversi
ransum merupakan suatu cara untuk membandingkan jumlah ransum yang
dihabiskan dengan berat yang dicapai. Lebih lanjut Rasyaf (1994) menjelaskan
bahwa konversi ransum merupakan hasil dari perbandingan bobot badan yang
dicapai pada satu minggu dengan jumlah konsumsi ransum yang dihasilkan pada
minggu tersebut.
Indeks konversi ransum hanya akan naik bila hubungan antara jumlah
energi dalam formula dan kadar protein telah disesuaikan secara teknis.
Perbandingan tersebut bervariasi dalam hubunganya terhadap sejumlah
faktor,seperti umur hewan, bangsa, derajat masak dini, daya produksi dan suhu
(Anggorodi, 1985).
2.1.5. Tatalaksana Pemeliharaan
Ayam pedaging mempunyai kisaran suhu optimal yang sempit. Kebutuhan
temperatur pada saat anakan sekitar 31 0C dan berangsur-angsur menurun sampai
210C, pada umur 17 sampai 20 hari (Prayitno dan Yuwono, 1997). Brooder ialah
penganti indukan yang didalamanya terdapat alat pengatur suhu yang dipakai
15
untuk memelihara DOC selama masih memerluhkan panas tambahan dari luar
tubuh. Anak ayam berumur satu hari /Day Old Chick temperatur tubuhnya
berkisar 390C brooder diperluhkan oleh DOC mulai berumur 1 sampai 3 minggu).
(Sulitiningsih 2004).
16
kepada penduduk. Di samping itu, lokasi kandang yang jauh dari peternakan lain,
merupakan salah satu upaya antisipasi penyebaran penyakit yang didatangkan dari
peternakan lain. Ketersediaan air, saluran listrik, dan kondisi infrastruktur juga
harus diperhatikan oleh peternak dalam memilih lokasi pendirian kandang, guna
mendukung kelancaran budidaya ayam broiler. (Saleh, 2018).
b. Kapasitas Kandang
Ukuran kandang sangat mempengaruhi kapasitas pemeliharaan ayam
broiler. Kapasitas pemeliharaan ayam broiler dapat disesuaikan dengan lokasi
peternakan. Kapasitas pemeliharaan yang disarankan bagi peternakan ayam broiler
yang berada di dataran rendah adalah sebanyak 8 – 9 ekor per meter persegi.
Kapasitas pemeliharaan yang disarankan bagi peternakan ayam broiler yang
berada di dataran tinggi adalah sebanyak 11 – 12 ekor per meter persegi. Oleh
karena itu, para peternak ayam broiler sebaiknya 15 menyesuaikan lokasi
peternakan, jumlah ayam broiler yang akan dipelihara, dan luas kandang yang
dimiliki. (Rasyaf, M. 2010).
c. Ventilasi Kandang
Menurut (Rasyaf, M. 2007), semakin tinggi suhu di dalam kandang, umur,
dan bobot ayam broiler, maka semakin banyak jumlah udara segar yang
dibutuhkan. Oleh karena itu, pengaturan ventilasi sangat dibutuhkan untuk
mengatur sirkulasi udara di dalam kandang. (Rasyaf, M. 2007) menyatakan
pengaturan sirkulasi udara dapat dilakukan melalui ventilasi buatan berupa
kipas angin. Kipas angin tersebut berfungsi mengeluarkan udara kotor dan
beracun ke luar kandang, dan menghembuskan udara bersih dan segar
masuk ke dalam kandang.
d. Peralatan Kandang
Peralatan kandang menurut Santoso dan Sudaryani (2009) antara lain
meliputi, instalasi listrik, instalasi air minum, tempat pakan, alas kandang,
pemanas ruangan, tirai kandang, dan pelindung indukan (brooder guard). Jenis
pemanas yang seringkali digunakan oleh peternak ayam broiler yaitu pemanas
listrik, pemanas gas, pemanas batu bara, dan pemanas minyak tanah.
e. Gudang
17
Gudang berfungsi sebagai tempat penyimpanan pakan, obat-obatan, dan
peralatan serta perlengkapan kandang lainnya. Oleh karena itu, gudang sebaiknya
berada dekat dengan kandang untuk memudahkan akses dalam pengangkutan
input-input yang diperlukan. Jarak antara gudang dengan kandang menurut
Santoso dan Sudaryani (2009) adalah sekitar 10 meter itu dilakukan agar tidak
tercemar bau dan kotoran.
2.1.7 Sistem Penanganan Penyakit
Ada berbagai penyakit yang dapat menjangkiti ayam broiler, diantara
penyakit yang sering menyerang adalah tetelo, gumboro, ngorok, berak kapur dan
hama tungau. Adapun penyakit ngorok merupakan penyakit utama dari ayam
broiler. Untuk itu, perlu adanya pengetahuan oleh para peternak agar terhindar dari
penyakit tersebut yang dapat menghambat pertumbuhan bahkan dapat
menyebabkan kematian massal, bila tidak ditangani dengan benar. (Tabbu, C.R.
2000)
Salah satu cara untuk pencegahan penyakit yang biasa dilakukan adalah
dengan cara vaksinasi. Sebenarnya vaksinasi sendiri adalah pemasukan bibit
penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk menimbulkan kekebalan alami.
Salah satu vaksinasi yang penting adalah vaksinasi tetelo. Vaksinasi biasa
dilakukan pada ayam berumur empat hari dengan metode tetes mata dengan vaksin
ND strain B1, dan pada umur 21 hari dengan vaksin ND Lasotta melalui suntikan
atau air minum. (Darminto. 1996).
Selain itu, sanitasi kandang yang baik juga dapat mencegah
perkembangbiakan penyakit. Sanitasi kandang dapat dilakukan setelah panen.
Dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pencucian kandang dengan air hingga
kotoran yang tersisa dari pemeliharaan sebelumnya tidak ada. Tahap kedua, yaitu
pengapuran di dinding dan lantai kandang. Untuk menyempurnakan proses
sanitasi dilakukan penyemprptan dengan formalin, bertujuan untuk membunuh
penyakit. Setelah itu, dibiarkan antara 10-14 hari sebelum budidaya kembali untuk
memutus siklus hidup virus dan bakteri, yang tidak mati oleh perlakuan
sebelumnya. (Adnan, K. 2015).
2.2 Ternak Sapi Perah
18
Sapi perah adalah sapi yang dikembangbiakkan secara khusus karena
kemampuannya dalam menghasilkan susu dalam jumlah besar. Pada umumnya
sapi perah termasuk dalam spesies Bos taurus. Awalnya manusia tidak
membedakan sapi penghasil susu dengan sapi potong. Seekor sapi dapat
digunakan untuk menghasilkan susu (sapi betina) maupun daging (umumnya sapi
jantan). Namun, Ketika seleksi buatan mulai diterapkan, jenis sapi tertentu
dikembangkan sebagai sapi perah untuk menghasilkan susu dalam jumlah besar.
Kegiatan usaha peternakan sapi perah dipedesaan, sangat berpengaruh terhadap
peningkatan perekonomian di masyarakat. Ternak sapi perah selain untuk
mendapatkan produksi susu sapi perah dan daging juga dapat bersaing dengan
usaha-usaha lainnya. (Sudono, et al. 2003)
19
Perancis. Nenek moyang sapi ini berasal dari banteng liar yang dikawinkan
dengan sapi normandia. Sapi jersey memiliki warnah tubuh yang beragam, mulai
dari hitam, merah tua, coklat kekuningan terkadang dibagian tertentu ada warna
putihnya. Tanduk sapi ini lebih panjang ketimbang FH dan mengarah ke atas.
Bobot sapi perah jenis ini mencapai 625 kg untuk pejantan dan 425 kg untuk yang
betina. Produktivitas susunya mencapai 2500 liter per masa laktasi. (Nurdin, 2016).
c. Sapi Guernsey
Sapi Guernsey berasal dari Pulau Guernsey, Inggris Selatan. Seperti sapi jersey,
sapi ini dikembangkan dari sapi liar Bos Typicus longifrons. Warna sapi Guernsey coklat
kekuningan hingga hampir merah bercampur dengan warna putih. Tanduknya berukuran
sedang, arahnya agak condong ke depan. Bobot sapi jantan bisa mencapai 700 kg dan sapi
betina 475 kg. Produksi susunya mencapai 2750 liter per masa laktasi. (Nurdin, 2016).
d. Sapi Brown Swiss
- Sesuai namanya sapi ini dikembangkan di Swiss. Sapi ini memiliki warna
tubuh ke abu-abuan hingga coklat. Perilakunya sangat jinak dan mudah
dikendalikan. Sapi Brown Swiss memiliki badan cukup besar. Sapi jantan
bisa mencapai 900 kg dan betina 600 kg. Produktivitas susunya mencapai
3000 kg per masa laktasi. (Nurdin, 2016).
e. Sapi Ayrshire
Sapi ini berasal dari Skotlandia warnanya coklat kemerahan belang putih.
Ayrshire memiliki tanduk yang cupuk panjang. Tanduk tumbuh tegak lurus ke
atas. Bobot tubuh Sapi Ayrshire jantan bisa mencapai 725 kg dan betina 550 kg.
Produktivitas susu sekitar 3500 liter per masa laktasi.
• Ekornya panjang
• Warna kulit hitam dan putih
• Bobot badan betina dewasa 400 kg dan jantan dewasa 500 kg
• Memproduksi susu 1.700 liter/laktasi
• Memiliki tanduk luruh dan pendek
• Bobot badan betina dewasa 320 kg dan jantan dewas 450 kg
• Menghasilkan susu 2.000 liter/laktasi. (Nurdin, 2016).
Sapi Fries Holland (FH) merupakan sapi yang berasal dari negara Belanda.
Sapi ini merupakan sapi perah yang berbadan besar dengan rata-rata produksi
20
susunya lebih dibandingkan dengan bangsa sapi perah lainnya, rata-rata produksi
susunya mencapai 6000-7000 liter per laktasi di negara asalnya, sedangkan di
Indonesia menurut (Dwiyanto, 2011) produksi susu sapi FH berkisar 2400-3000
liter per lakasi, tetapi kadar lemak susunya relatif rendah yaitu 3,5-3,7 %.
Produksi dan kualitas susu berhubungan erat dengan kecukupan nutrisi.
Nutrisi sapi perah dapat bersumber dari pakan dan konsentrat. Upaya peningkatan
produksi dan kualitas susu dapat ditempuh melalui pemanfaatan limbah pertanian
yang melimpah. Saat ini masalah pakan menunjukkan kendala utama dalam
pengolahan usaha sapi perah di daerah tropis. Di puncak musim kemarau
ketersediaan hijauan sangat langka, kalaupun ada hijauan tersebut memiliki nilai
gizi rendah serta cepat menua. Penerapan teknologi pengolahan limbah pertanian
dapat membantu peternak dalam penyediaan pakan ternaknya. (Nurdin, 2016).
21
ideal betina adalah 635 kg. Di Amerika sapi jenis FH ini dapat memproduksi lebih
dari 7.000 kg susu dalam 1 kali masa laktasi. (Yusuf, R. 2010).
Dalam dunia sapi, sapi perah adalah sapi yang menghasikan susu, dan juga
Sapi FH Penghasil Embrio . Struktur badan dari sapi ini memiliki kerangka tubuh
yang kuat dan cukup besar.ada satu jenis tertentu yang memiliki postur yang
cukup tinggi. Yaitu berasal dari pejantan yang menghasilkan sapi tersebut. Sapi ini
murni datang dari Australia dan sesampai di Indonesia hingga menghasilkan
embrio. (Subandriyo dan Ardiarto. 2009)
Sapi-sapi yang datang dari Australia ini ketika sampai di Indonesia
langsung diseleksi kemudian di IB (Inseminasi Buatan) 7 hari dari Inseminasi
Buatan Sapi FH Penghasil Embrio panen embrio (Flushing). Dari embrio yang kita
dapat, langsung kita evaluasi di ruang evaluasi. Untuk proses selanjutnya kita
lakukan di laboraturium . Dan untuk semen beku yang digunakan bukan hanya
22
Diketahui, walaupun perkawinan menggunakan sistem IB, namun
dibutuhkan juga pejantan untuk kawin alam, hal ini dimaksudkan bila terjadi
kegagalan dalam menggunakan IB karena berahi tenang, maka pejantan tersebut
dapat mengawini betina-betina yang mengalami berahi tenang tersebut
sebagaimana biasa dilakukan pada ternak sapi perah. (Yasin, 2013).
23
air hangat (37°C) untuk menghindari pencemaran bakteri dan juga untuk
merangsang agar air susu dapat keluar dari kelenjar-kelenjar susu. Olesi puting
susu dengan vaseline agar puting susu tidak luka atau lecet. (Aisyah, S. 2009)
Bagi petugas pemerah diusahakan memakai pakaian khusus yang bersih.
Pada waktu pemerahan posisi pemerah harus berada di sebelah kanan sapi
sehingga tangan kiri berfungsi sebagai. Penahan apabila ada tendangan kaki sapi,
sedangkan tangan kanan untuk menjaga ember susu. (Aisyah, S. 2009)
Untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan sapi terjangkit mastitis
atau radang ambing, maka perlu dilakukan pengetesan pada waktu pemerahan.
Oleh karena itu disediakan wadah atau cangkir (strip cup) yang ditutup dengan
kain hitam. Pemerahan pertama dan kedua air susu ditampung dalam cangkir
tersebut. Kemudian amati susu tersebut apabila terdapat tanda-tanda susu
bercampur dengan darah atau nanah, maka dipastikan sapi tersebut terjangkit
mastitis, pemerahan selanjutnya harus dihentikan. Bila tidak terjangkit pemerahan
dapat dilanjutkan. Sapi yang diduga terjangkit mastitis hendaknya segera
dilakukan pemisahan dengan sapi-sapi lainnya untuk pengobatan selanjutnya.
Lakukan pemerahan dengan baik dan benar agar puting susu sapi tidak terluka
atau lecet. (Hidayat, A. 2008)
Pemerahan usahakan dengan menggunakan kelima jari tangan dan jangan
diperah secara dipijit atau ditarik karena puting susu lama kelamaan akan
memanjang. Pemerahan hendaknya harus habis, yang bertujuan selanjutnya.
Lakukan pemerahan dengan baik dan benar agar puting susu sapi tidak terluka
atau lecet. Pemerahan usahakan dengan menggunakan ke lima jari tangan dan
jangan diperah secara dipijit atau ditarik karena puting susu lama kelamaan akan
memanjang. Setelah pemerahan selesai, ambing puting dibilas dengan air bersih
dan hangat kemudian puting susu dicelup dengan larutan biocid. (Maheswari, R.
A. 2004).
24
hingga 30 %. Suhu air yang digunakan untuk mencuci ambing sapi berada diantara
48-57 °C, dan lebih baik jika air mengandung disenfektan.
Umumnya peternak menggunakan air yang mengandung:
• Campuran amonium
• Campuran iodine cair
Selain untuk membersihkan ambing, cairan ini juga digunakan untuk
membersihkan alat yang akan digunakan dalam memerah susu. (Handayani, K. S.
dan Purwanti, M. 2010)
25
yang panjang parasit baik ekto dan endo dapat masuk kedalam tubuh. Cahyono
(2010).
c. Pemberian Obat Cacing
Pemberian obat cacing wajib dilakukan setiap 3 - 4 bulan sekali, mengingat
daur hidup cacing umumnya adalah sekitar 4 - 6 bulan (Nurdin, 2016). Cacing
yang umumnya menyerang adalah cacing lambung, cacing usus dan cacing hati
seperti Ostertagia ostertagi, Haemonchus contortus, Taenia saginata (cacing pita),
Nematodirus, Cooperia dan Oesophagustomum radiatum, Fasciola gigantica dan
Fasciola hepatica (cacing hati). (Saputro, T. 2015).
2.2.9 Pencegahan penyakit
Pencegahan penyakit merupakan usaha yang dilakukan untuk menurunkan
jumlah atau persentase penyakit menular melalui suntikan, penggunaan bahan
kimia yang membunuh induk semang antara yang membawa bibit penyakit,
dan isolasi hewan terserang dan mencegah agar tidak menular ke hewan yang
sehat. Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan menjaga tata laksana
pemeliharaan atau pemberian vaksinasi untuk merangsang sistem kekebalan tanpa
dipengaruhi penyakit (Ellis, 2002).
2.2.10 Kandang karantina
Kandang karantina merupakan kandang isolasi ternak dengan tujuan
pengobatan dan pencegahan penyebaran suatu penyakit. Karantina bertujuan untuk
mendeteksi adanya gejala penyakit tertentu yang belum diketahui ketika proses
pembelian. Kadang karantina digunakan untuk mengisolasi ternak dari ternak yang
lain dengan tujuan pengobatan dan pencegahan penyebaran suatu penyakit.
(Santoso G. 2012).
26
BAB III
METODE PROGRAM PRAKTEK LAPANGAN
27
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh melalui wawancara langsung dengan pemimpin usaha,
karyawan, dan juga pengamatan langsung (observasi) ke lapangan serta praktek
langsung di lapangan bergabung bersama karyawan dalam melaksanakan tugas
atau kerja rutin.
3.3.1. Komoditi Ternak Ayam Broiler
Data yang diperolah melalui wawancara langsung dengan karyawan, dan
juga pengamatan langsung (observasi) ke lapangan serta praktek langsung
dilapangan bergabung bersama karyawan dalam melaksanakan tugas atau kerja
rutin.
a. Observasi
Metode ini di lakukan dengan cara mencari, mengamati secara langsung dan
mencatat semua kegiatan yang berhubungan dengan manajemen pemeliharaan
ternak. Metode observasi mencakup :
a. Manajemen Kesehatan mencakup :
Pencegahan penyakit dan pemberian vitamin.
Pembersihan kandang.
b. Manajemen pembuatan dan pemberian pakan mencakup :
Jenis pakan yang diberikan.
28
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan proses tanya jawab langsung
dengan pekerja.
c. Praktek Lapangan
Metode ini dilakukan dengan cara mengikuti secara langsung atau ikut
ambil kegiatan di lapangan.
d. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan informasi atau
referensi pendukung yang berkaitan dengan manajemen pemeliharaan ternak sapi
dengan memanfaatkan studi pustaka yang tersedia berupa, artikel, jurnal, dan buku.
2. Waktu Kegiatan
Kegiatan dimulai dari pukul 08:00-10.00 Wib dan pukul 15:00-18:00 Wib
untuk setiap harinya di PT. MABAR FEED INDONESIA.
Minggu Waktu Jenis Kegiatan
07:00 - 07:30 Pemberian obat
07:31 - 08:00 Pembalikkan sekam
08:01 - 08:30 Pemberian Pakan
I 08:31 - 09:00 Sarapan Pagi/istirahat
09:00 – 09:30 Penimbangan
09.31 – 10:00 Pelebaran brooding
10:01 – 10:30 Penurunan blocking
11:01 – 12:00 Pergantian Obat ke Air
12:00 – 13:00 Makan Siang/Istirahat
13:01 – 15:00 Pengontrolan Kandang
29
15:01 – 16:00 Penyetelan Blocking/Tirai dalam
(Penutupan)
16:01 – 17:00 Penaburan Sekam
17:01 – 18:00 Pemberian Pakan
18:01 – 19:00 Pengecekan Heater/Pemanas
19:01 – 21:00 Makan Malam/Istirahat
21:01 – 22:00 Pengontrolan Kandang
07:00 - 07:30 Pemberian obat
07:31 - 08:00 Pembalikan sekam
08:01 - 08:30 Pemberian Pakan
08:31 - 09:30 Sarapan Pagi/istirahat
09:31 – 10:00 Pelebaran Broding
10:01 – 10:30 Penyetelan Blocking/tirai dalam
II 10:31 – 11:00 Penimbangan
11:01 – 12:00 Pergantian Obat ke Air
12:00 – 13:00 Makan Siang/Istirahat
13:01 – 15:00 Pengontrolan Kandang
15:01 – 16:00 Penyetelan Blocking/Tirai dalam
(Penutupan)
16:01 – 17:00 Penaburan Sekam
17:01 – 18:00 Pemberian Pakan
18:01 – 19:00 Pengontrolan Kandang
19:01 – 21:00 Pengontrolan Kandang
19:01 – 21:00 Makan Malam/Istirahat
21:01 – 22:00 Pengontrolan Kandang
30
09:31 – 10:00 Pelebaran Broding
10:01 – 10:30 Pengontrolan kandang
III
10:31 – 11:00 Pengontrolan Kandang
11:01 – 12:00 Pergantian Obat ke Air
12:00 – 13:00 Makan Siang/Istirahat
13:01 – 15:00 Pengontrolan Kandang
15:01 – 16:00 Pengontrolan Kandang
16:01 – 17:00 Penaburan Sekam
17:01 – 18:00 Pemberian Pakan
18:01 – 19:00 Pengontrolan Kandang
19:01 – 21:00 Pengontrolan Kandang
19:01 – 21:00 Makan Malam/Istirahat
21:01 – 22:00 Pengontrolan Kandang
b. Waktu Kegiatan
31
14:30-15:30 Membersihkan kandang sapi indukan
15:30-16:30 Memerah susu sapi indukan
16:30 Kegiatan selesai
06:00-07:00 Membersihkan kandang sapi laktasi
07:00-08:00 Memerah susu sapi indukan
08:00-09:00 Istirahat sarapan pagi
09:00-10:00 Membersihkan kandang sapi dara
II
10:00-10:30 Mencuci milken
10:30-14:00 Istirahat
14:30-15:30 Membersihkan kandang sapi indukan
15:30-16:30 Memerah susu sapi indukan
16:30 Kegiatan selesai
06:00-07:00 Membersihkan kandang sapi laktasi
07:00-08:00 Memerah susu sapi indukan
08:00-09:00 Istirahat sarapan pagi
09:00-10:00 Ngarit (mengambil pakan hijauan)
10:00-10:30 Mencuci milken
32
BAB IV
33
STRUKTUR ORGANISASI
MANAGER
RHOMA GIRSANG
PENGAWAS ADMINISTRASI
HERMAN HENDRA
ANAK KANDANG
TEKNISI
1. JONY SEMBIRING
1. BUDI
2. JOSUA MUNTHE
2. JOKO
3. WAHYU ADITYA
3. IPAN
4. MELKI GINTING
5. HARIS TARIGAN
6. SYAWAL
7. JUANDA BASTIAN
8. ENO
34
4.1.3 Populasi Ternak Ayam Broiler di PT. MABAR FEED INDONESIA
b. Panel Kontrol
Panel kontrol berfungsi untuk memprogram kerja peralatan secara otomatis
yang ada di tiap-tiap kandang. Panel kontrol terdiri atas, electric switch, saklar
lampu, saklar nipple, saklar exhaust fan, saklar cooling pad.
c. Peralatan Air dan Tempat Minum
Sumber air di PT. MABAR FEED INDONESIA Medan Unit 4 berasal dari
sumur bor yang dialirkan ke bak penampungan air yang berkapasitas 1.000 liter,
35
kemudian dinaikkan menggunakan motor pompa ke tandon air utama, setelah itu
dialirkan ke seluruh tandon air yang ada di tiap-tiap kandang berkapasitas 1.000
liter. Air dari tandon kemudian ditarik oleh pompa air ke pipa nipple melalui
regulator. Regulator berfungsi untuk mengatur tekanan air pada nipple agar
mengalir ke semua ujung nipple dengan tekanan yang sama. Dalam satu kandang
terdapat 800 buah nipple karena satu nipple diasumsikan untuk 15 ekor ayam,
yang mempunyai populasi 10.000 ekor ayam ada 9 kandang, 15.000 ekor ada 2
kandang dan populasi 21.000 ekor ada 6 kandang.
d. Peralatan Tempat Pakan Jantan
Tempat pakan jantan menggunakan pan feeder yang dijalankan secara
otomatis. Satu buah tempat pakan jantan diasumsikan untuk 8 ekor ayam jantan.
Pada saat pemberian pakan, tempat pakan ayam jantan di turunkan setinggi 30 cm.
Pan feeder disetiap kandang berjumlah 140 buah yang dapat di naik turunkan
secara otomatis melalui panel kontrol.
e. Peralatan Tempat Pakan Betina
Tempat pakan ayam betina menggunakan trough feeder yang djalankan
secara otomatis. Trough feeder terdiri dari box pakan utama (main hopper), box
pakan tambahan (extra hopper), tempat distribusi pakan (loop), kawat besi
penutup loop (gril) dengan tinggi 65 mm dan lebar 48 mm, rantai loop (chain),
dan motor penggerak loop. Cara menggunakan through feeder ini yaitu pakan di
berikan di masukkan ke dalam box hopper kemudian dijalankan oleh chain secara
otomatis sehingga pakan tersebar rata sepanjang loop.
f. Peralatan Ventilasi
Komponen peralatan yang membantu sirkulasi di dalam kandang antara lain
terdiri dari dua macam yaitu peralatan ventilasi utama yang terdiri dari exhaust
fan dan cooling pad, dan peralatan ventilasi pendukung yaitu temptron dan
spoiler. Exhaust fan merupakan kipas angin berdiameter 48 inchi yang berada di
kandang bagian belakang yang berfungsi untuk mengeluarkan udara kotor di
dalam kandang. Jumlah exhaust fan dalam tiap kandang ada 7 buah. Cooling pad
merupakan bantalan pendingin yang terbuat dari karton bercelah sebagai lubang
untuk penyalur udara segar dari luar ke dalam kandang. Cooling pad dapat
menurunkan suhu udara yang masuk ke dalam kandang sebesar 1,50 – 20 oC.
36
Temptron dan spoiler merupakan alat tambahan yang ada di dalam kandang.
Jumlah temptron di dalam tiap-tiap kandang sebanyak dua buah yang memiliki
fungsi secara otomatis untuk pengatur aktivitas exhaust fan dan cooling pad.
Spoiler adalah alat yang terbuat dari plastik berbentuk segitiga yang dipasang
dekat dengan atap kandang fungsinya untuk menjaga kecepatan udara di dalam
kandang supaya tetap baik dan stabil, suhu dalam kandang berkisaran antara 33-
35°C dan kecepatan angin di dalam kandang sebesar 0,3 m/s dengan
menggunakan alat kestrel.
g. Peralatan-peralatan lain
Peralatan-peralatan lain seperti timbangan, waring (cover slat), debeaker,
sangkar (nest box), sepatu boot, sapu, alat tulis, buku recording dan lori berada di
ruang grading. Lori adalah rel kereta gantung, yang di pasang menggantung pada
besi WF, rel membentang dari ujung depan hingga ujung belakang kandang.
Lori berfungsi sebagai alat pengangkut pakan dan telur.
4.1.5 Sistem Perkandangan Ayam Broiler
37
berkualitas. Panas pada pada kandang didapatkan oleh ayam ketika fase produksi
dan sisanya berdasarkan atap, dinding bangunan, serta lampu. Penggunaan
kandang tertutup atau Closed House sebagai sebuah solusi untuk peternak agar
memaksimalkan kemampuan produksi ayam.
Kandang Ayam Closed House adalah sistem kandang tertutup yang mampu
membantu mengoptimalkan syarat lingkungan yang mencakup jendela, suhu &
kelembapan. Dengan kandang Closed House terjadi pergerakan udara yang
stabil serta taraf kelembapan udara pada pada sangkar mampu diatur sinkron
menggunakan kebutuhan ayam.
Pada kandang semi closed house di perusahaan PT. MABAR FEED
INDONESIA ini terbagi atas 5 kandang dengan jumlah populasi ternak ayam
broiler 28.000 untuk kandang 1, 2, dan 3 serta 30.000 untuk kandang 4 dan 5.
Sistem pemeliharan ternak ayam broiler di kandang closed house ini relatif mudah
dilaksanakan dibandingkan dengan kandang sistem open house karena sebagian
kegiatannya dilakukan secara otomatis.
Kelebihan kandang system closed house:
1. Mudah mengontrol sirkulasi udara baik masuk maupun keluar
dengan mengunakan kipas
2. Kita bisa mengontrol kelembaban skam saat musim panas.
3. Suhu panas dalam kandang bisa kita reda dengan hembusan kipas
yang daya sembur lebih besar.
4. Pengunaan kipas lebih maksimal searah tanpa kena hembusan angin
dari luar.
5. Mengurangi ayam heat stress sebab panas dalam kandang bisa kita
keluarkan
6. Mencegah penyakit dari luar yang masuk ke dalam kandang
7. Pekerjaan lebih ringan karena suhu dalam kandang terjaga.
38
2. Skam / liter lebih lama kering saat basah akibat kotoran ayam.
3. Biaya listrik lebih mahal akibat penerangan juga kipas yang
nonstop penggunaan ketika ayam besar.
4. Kipas perlu daya sembur yang besar untuk menjangkau ruangan
kandang dan jumlah kipas lebih banyak
5. Amoniak lebih besar akibat sinar matahari tidak bisa masuk dalam
kandang.
6. Biaya awal pembuatan kandang lebih besar.
7. Saat listrik padam pekerja lebih cepat menghidupkan jenset.
8. Penjagaan ayam lebih nonstop karena faktor listrik.
39
minimal selama dua jam untuk memaksimalkan kontak dengan desinfektan. PT.
Mabar Feed Medan menggunakan serutan kayu sebagai alas litter karena memiliki
daya serap yang tinggi dan tidak mudah lembab. Pemanas (heater) yang
digunakan Farm Medan 4 adalah pemanas otomatis. Setiap kandang
menggunakan 2 heater sampai umur 9 hari, umur 10 hari sampai umur 18 hari
memakai 1 heater. Umur 20 hari sudah tidak memakai heater. Pengaturan heater
kandang lantai atas dan lantai bawah berbeda, suhu yang diperoleh heater pada
kandang bawah lebih panas dibandingkan dengan kandang lantai atas. Suhu
kandang lantai bawah cenderung lebih dingin dibandingkan dengan suhu kandang
lantai atas yang lebih panas, karena kandang lantai atas memiliki rongga atap
yang mampu menyimpan panas dari sinar matahari. Menurut Purwanto (2006)
panas didalam rongga atap yang berasal dari sinar matahari tidak terdistribusikan,
sehingga menyebabkan panas merambat ke ruang bawah atap. Sebelum chick in
pada suhu 33-35 °C dipertahankan sampai 3 hari masa broadingan.
40
e. Pemberian Pakan
Pemberian pakan setiap hari disesuaikan dengan nilai point feed yang telah
ditentukan oleh manager kemudian supervisor tinggal menghitung kilogram
pakan yang akan diberikan pada hari tersebut. Pakan yang digunakan pada periode
grower merupakan pakan jenis crumble. Pemberian pakan pada ternak
disesuaikan dengan umur, kesukaan terhadap pakan, dan jenis pakan (Alamsyah,
2005).
Standar pemberian pakan tergantung dari nilai point feed yang ditentukan
oleh manager farm. Supervisor farm menghitung nilai point feed yang telah
ditentukan disesuaikan dengan populasi ayam yang ada dalam kandang. Point feed
adalah pakan (dalam satuan kg) untuk 100 ekor ayam. Misalkan nilai point feed
adalah 10, artinya 10 kg pakan untuk 100 ekor ayam. Penentuan point feed juga
memperhatikan actual body weight, jika body weight kurang dari standar maka point
feed ditambah dan jika body weight lebih dari standar maka point feed dikurangi.
Pada pemeliharaan ayam broiler parent stock tidak terdapat istilah FCR (Feed
Convertion Ratio) karena tidak bertujuan untuk mendapatkan body weight yang
maksimal.
Program puasa mulai diterapkan pada periode grower. Tujuan dari program
puasa adalah untuk memperoleh bobot badan sesuai target dan keseragaman yang
baik pada ayam. Program puasa dilakukan dengan cara memberi pakan empat hari
dan tiga hari puasa (4/3) di minggu ke-6 sampai dengan minggu ke-10, pada minggu
ke-11 sampai minggu ke-13 puasa diterapkan 5/2, pada minggu ke-14 sampai
minggu ke-18 puasa diterapkan 6/1, pada minggu 35 ke-19 pakan di berikan setiap
hari hingga seterusnya. Program puasa bertujuan untuk mendapatkan bobot ayam
yang seragam.
f. Pemberian Air Minum
Pemberian air minum dilakukan secara adlibitum dengan penambahan
chlorine sebanyak 3 ppm. Pemberian minum secara adlibitum bertujuan
memperlancar proses pencernaan. Pemberian chlorine bertujuan untuk menetralisir
air dan membunuh bakteri dan kuman yang ada dalam air. Tujuan dari klorinasi
(pemberian kaporit/ klorin) adalah sebagai upaya sanitasi air minum supaya dapat
41
membunuh bakteri dan mikroorganisme lain yang mencemari air dengan cara
memasukkan klorin sebanyaj 3-5 ppm ke dalam air minum.
42
diberi makan. Tujuan dilakukan penimbangan yaitu untuk mengetahui Gain Weight
(laju pertumbuhan), kesesuaian body weight dengan standar, dan mengetahui
keseragaman bobot badan. Penimbangan yang dilakukan di PT. MABAR FEED
INDONESIA Medan Unit 4 memiliki sampel yang kurang dari 10%, hal ini
dikarenakan populasi yang sangat banyak sehingga menghabiskan banyak waktu
dalam proses penimbangannya. Prosentase nilai uniformity merupakan gambar
prosentase nilai produksi telur di periode layer.
43
2. Mengukur jarak tulang pubis dengan jari tangan dimana nilai yang baik
adalah berjarak tiga jari.
3. Mengukur jarak antara tulang dada dengan tulang pubis yaitu berjarak tiga
sampai empat jari.
4. Bentuk dada yang baik adalah berbentuk U.
Cara mengetahui dewasa kelamin pada ayam jantan antara lain dari
tingkah laku seksualnya, jengger dan pial yang lebar dan berwarna merah, serta
suara khas pejantan yang keras. Pencampuran ayam jantan dan betina dilakukan
antara minggu ke 18 hingga ke 22. Berikut rumus pencampuran ayam betina dengan
ayam jantan : Jumlah ayam betina atau ayam jantan yang akan di campur dalam pen
ukuran pen
: Total ayam x
Panjang Kandang
44
b. Pengambilan Sampel Darah
Pengambilan sampel darah dilakukan untuk mengetahui tingkat titer anti bodi
ayam yang berhubungan erat dengan program vaksin inaktif yang sedang dijalankan.
Kegiatan ini dilakukan pada saat tiga minggu setelah pemberian vaksin inaktif yaitu
saat titer antibodi mencapai titer protektif. Pengambilan sampel darah untuk
pemantauan titer antibodi vaksin inaktif sebaiknya dilakukan pada tiga minggu
setelah vaksinasi sesuai dengan lama pembentukan titer antibody dimana titer
antibodi protektif baru melindungi setelah tiga minggu.
c. Kontrol Kandang
Kontrol kandang dilakukan untuk mengetahui kondisi ayam-ayam di kandang
sedang sakit atau tidak. Kontrol kandang dapat dilakukan setiap waktu. Kontrol
kandang hendaknya rutin dilakukan, bisa waktu pagi, siang, sore, atau malam hari.
Kontrol dilakukan untuk mengetahui apakah ada ayam yang memiliki gejala klinis
terserang suatu penyakit, apabila ditemukan ayam yang tampak sakit maka akan
diambil dan dibawa ke luar kandang untuk kemudian dilakukan bedah bangkai.
d. Program Biosecurity
Dalam pemeliharaan ayam broiler parent stock, program biosecurity
merupakan suatu hal yang penting yang harus dijlankan. Biosekuritas merupakan
suatu sistem untuk mencegah penyakit yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan
produksi unggas secara keseluruhan dan merupakan bagian untuk mensejahterakan
hewan (Winkel, 1997). Terdapat 3 aspek biosecurity yang dilakukan di PT. MABAR
FEED INDONESIA Medan Unit 4 yaitu biosecurity pada kendaraan, barang, dan
manusia.
Biosecurity pada kendaraan dilakukan dengan menyemprotkan antiseptik
pada semua kendaraan yang masuk area farm. Barang-barang yang akan masuk area
farm disemprot dengan antiseptik dan dilewatkan pada box ultraviolet.
Setiap karyawan dan pengunjung yang masuk ke area farm diwajibkan
mandi dan disemprot dengan antiseptik. Jika karyawan atau pengunjung memasuki
pintu kandang maka diwajibkan mencelupkan kaki dengan antiseptik dan
menyemprot tangan dengan alkohol 70% serta memakai perlengkapan alat pelindung
seperti sepatu boot, topi, dan seragam yang telah disediakan. Sistem biosecurity yang
dilakukan oleh PT. MABAR FEED INDONESIA Medan Unit 4 sesuai dengan
45
pendapat Hadi (2010) yaitu pengunjung farm didesinfeksi, mandi semprot, lalu
memakai sepatu khusus, baju penutup, dan topi khusus yang telah didesinfeksi.
Tangan orang juga harus didesinfeksi sebelum masuk bangunan kandang ataupun
meninggalkannya. karyawan dan tamu telah menerapkan program biosecurity
dengan baik dan benar, terutama caretaker yang paling sering ke kandang harus
memiliki rasa tanggung jawab terhadap produktifitas ayam bibit dengan program
biosecurity.
e. Pemberian Obat-Obatan
Pemberian obat-obatan sesuai dengan cara penerapan dosisnya. Obat-obatan
memiliki peranan penting dalam merangsang pertumbuhan dan memperbaiki
efisiensi di dalam saluran pencernaan (Daud, 2005). Berbagai macam obat-obatan
yang diberikan salah satunya dengan mencampurkan ke dalam pakan dan air minum.
Penggunaan obatobatan dibutuhkan untuk mengatasi penyakit, meningkatkan
kekebalan tubuh, dan menunjang pertumbuhan ayam broiler (Aziz, 2009).
f. Kontrol Kandang
Kontrol kandang dilakukan untuk mengetahui kondisi ayam-ayam di kandang
sedang sakit atau tidak. Kontrol kandang dapat dilakukan setiap waktu. Contoh
penyakit yang pernah ditemukan pada saat kontrol kandang adalah snot (ayam yang
berkepala bengkak, mata ngantuk, dan mata berair). Ayam yang terkena snot diberi
obat bernama quinabic dengan cara disemprotkan ke dalam mulut ayam
menggunakan injektor tanpa jarum. Pengawasan terhadap ayam harus dilakukan
dengan teliti karena jika ada ayam yang terkena penyakit bisa menular ke ayam yang
lain.
46
g. Penanganan Limbah dan Bangkai
Limbah ada dua macam yaitu faeces dan bangkai, pembuangan faeces
dilakukan pada saat ayam afkir dan di ambil oleh pengepul yang telah bekerja sama
dengan perusahaan. Karena pembuangan faeces di lakukan sekali selama
pemeliharaan maka jika kondisi faeces basah dan bau mulai menyengat segera di
taburkan kapur dari atas slat, untuk menghindari kadar amoniak tinggi dan
penyakit. Jumlah ayam yang mati (bangkai) di catat dalam recording di setiap
kandang, untuk mengetahui jumlah ayam jantan dan betina yang ada dalam kandang.
Jika setiap hari ayam mati lebih dari 10 ekor dan terus bertambah pada hari
berikutnya maka di lakukan bedah bangkai oleh dokter hewan farm Medan 4.
Bangkai ditangani setiap pagi pada saat kontrol kandang dan dipastikan tidak ada
bangkai yang tertinggal dalam kandang karena bangkai memiliki potensi sumber
penyakit. Bangkai di buang ke tempat pembuangan bangkai kemudian di bakar.
50
Dia mengatakan Sutar yang diproduksi PT. Cifa Indonesia ini merupakan
minuman higenis yang sudah bisa langsung diminum.Pengolahan Sutar sudah
mengikuti standar kesehatan sesuai dengan aturan BPOM, higenis dan sudah bisa
langsung diminum. Awalnya susu ini diproduksi usaha kecil rumahan, namun
sekarang sudah berganti nama menjadi Sutar dan izinya dipegang PT. Cifa
Indonesia, di lokasi pengolahan dan peternakan sapi, kemarin.
Menurut Riga Hutabarat, Sutar yang diproduksi oleh PT. Cifa Indonesia
kini memiliki tiga rasa. Pertama rasa original (asli 100 persen susu tanpa ada
tambahan). Kedua rasa coklat, dan ketiga ada rasa rasa strawberry. Sutar ini
dikemas dalam plastik ukuran 1 liter dengan harga Rp 17 ribu per kemasan.
Dalam satu kemasan itu diperkirakan berisi empat gelas standar. Dijelaskannya,
produk Sutar ini baik dikonsumsi masyarakat dengan ketentuan di atas satu tahun.
Susu ini dapat diminum pagi, siang atau malam hari.
Supervisor untuk kesehatan hewan dan kualiti kontrol PT. Cifa Indonesia,
Johannes Sianturi mengatakan, proses pengolahan Sutar ini dimulai dari
pemerasan susu sapi dari kandang peternakan yang juga berada di lokasi. Susu
awalnya dimasak (dipasteurisasi), kemudian susu diolah dengan tambahan rasa,
sehingga menjadi 3 rasa,”ucapnya.
Sejak dibuka tahun 2012 lalu hingga saat ini, kata Riga, Sutar semakin
diminati oleh masyarakat dan telah merambah dan menjelajah pasar ke berbagai
daerah yang ada di Sumut, seperti Medan, Kisaran, Balige dan Doloksanggul.
Soal harga Sutar, sangat bersahabat kepada konsumen. “Harga satu per kemasan 1
liter Rp 17 ribu untuk wilayah Tarutung. Namun kalau ke luar daerah tergantung,
seperti ke Balige Rp 20 ribu per satu kemasan,” katanya.
51
STRUKTUR
ORGANISASI
PT.CIFA INDONESIA
Direktur Utama
Manager Supervisor
52
Peralatan ini digunakan untuk
1 Sekop 3 mengambil pakan dan membuang
kotoran ternak, membuang limbah
padat yang ada di lingkungan
sekitar kandang
2. Beko 2 Peralatan ini digunakan untuk
mengangkut kotoran atau limbah
ke tempat pembuangan dan sebagai
pengangkut pakan ternak.
3 Sapu lidi 2 Peralatan ini digunakan untuk
Membersihkan kandang
4. Gayung 2 Peralatan ini digunakan untuk
membuang dan membersihkan sisa
air di tempat minum
5. Cangkul 3 Peralatan ini digunakan untuk
membersihkan saluran-saluran atau
selokan yang tersumbat, pengambilan
kompos dan penanaman rumput odot.
6. Bucket 4 Peralatan ini digunakan sebagai
media penampungan air susu yang
disalurkan dari liner ke bucket
53
12. Karung 100 Peralatan ini digunakan untuk
tempat rumput pakan ternak sapi
Bobot badan adalah berat timbang dari seekor hewan ternak yang diukur pada
umur tertentu dengan satuan berat. Pengukuran bobot badan dapat dilakukan dengan
cara penimbangan dan pendugaan bobot badan tubuh sapi perah melalui pengukuran
parameter-paremeter tubuh sapi perah. Namun di PT. Cifa Indonesia pengukuran
bobot badan sapi perah dapat dilakukan dengan cara menimbang ternak sapi perah
menggunakan alat timbangan digital, sehingga dapat mempermudah dalam
mengetahui bobot badan dari seekor ternak sapi perah. Bobot badan ternak sapi
Frisien Holstein di PT. Cifa Indonesia yaitu 550 kg-600 kg.
b. Produksi Susu
Sapi perah FH termasuk sapi perah yang paling efisien dalam menghasilkan
susu. Produksi sapi perah susunya rata-rata sehari mampu mencapai 4-16 liter,
dengan kadar lemak 3.0%, sedangkan lama laktasi 8-9 bulan.
Mozzarella adalah keju Italia yang dibuat dengan cara diputar dan dipotong,
karena dalam bahasa Italia, mozzare berarti memotong. Mozzarella di bufala dibuat
dari susu kerbau, sementara mozzarella fior di latte dibuat dari susu sapi yang di
54
pasteurisasi Mozzarella segar umumnya berwarna putih, namun dapat berwarna
kuning terang tergantung makanan sapi/kerbau yang diambil susunya. Tekstur keju
ini lembut dan berkadar air tinggi. Pada umumnya, keju yang dibuat pada hari itu,
dimakan pada hari itu juga. Walaupun demikian, keju ini dapat bertahan hingga satu
minggu bila direndam di air garam. Mozzarella dengan kadar air yang rendah dapat
disimpan di lemari es hingga satu bulan, dan dapat bertahan lebih lama bila dijual
dalam kemasan hampa udara. Mozzarella berkadar air rendah yang sudah diparut
dapat disimpan hingga 6 bulan. Keju ini digunakan pada pizza, lasagna, atau
dimakan dengan irisan tomat dan basil pada hidangan insalata caprese.
Perusahaan PT. Cifa Indonesia ini ternak yang dipelihara adalah ternak sapi
perah yang berfokus pada produksi susu, yang dimana sapi tersebut setiap hari
diperah. Olahan susu sapi di PT. Cifa Indonesia terdiri dari, kerupuk susu, yogurt,
mozzarella, dan susu pasteurisasi yang berbagai rasa seperti original, coklat, dan
strawberry.
55
yang seksama. Perencanaan tersebut perlu dipertimbangkan persyaratan-persyaratan
yang harus dipenuhi dari sebuah bangunan perkandangan. Kandang yang memiliki
persyaratan akan membuat usaha ternak semakin baik. Karena dengan semakin
baiknya persyaratan kandang, ternak yang dipelihara akan semakin sehat (Rianto dan
Purbowati, 2009).
Tipe kandang untuk sapi perah di PT. Cifa Indonesia adalah tipe kandang
kelompok yang dimana tiap kandang terisi 20-50 ekor ternak sapi perah. Kadang
kelompok atau dikenal dengan koloni/komunal merupakan model kandang dalam
suatu ruangan kandang ditempatkan beberapa ekor ternak, secara bebas tanpa diikat.
Keunggulan model kandang kelompok dibanding kandang individu adalah efisiensi
dalam penggunaan tenaga kerja rutin terutama pembersihan kotoran kandang,
memandikan sapi, deteksi birahi dan perkawinan alam. Lantai kandang terbuat dari
semen sehingga dapat mempermudah dalam membersihkan kotoran ternak sapi
perah.
56
sodium, Multivitamin, Urea, Gram.
Sumber : PT. Cifa Tarutung, Siatas Barita Tahun 2022
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Ternak Ayam Broiler
Sistem biosecurity yang diterapkan di PT. Mabar Feed Indonesia sudah
baik dan kegiatan kontrol kandang yang dilakukan secara rutin dapat
mengantisipasi lolosnya penyakit yang masuk area kandang.
5.2 Saran
5.2.1 Ternak Ayam Broiler
Agar lebih memperhatikan ternak ayam yang lemah untuk mengurangi
tingginya angka kematian atau mortalitas.
57
sebagai berikut:
1. Agar kebutuhan logistik dan perlatan dapat dilengkapi dan di penuhi
untuk mempermudah kegiatan di perusahaan.
2. Membuat biosecurity kandang, agar ternak terhindar dari berbagai
penyakit terutama penyakit menular.
3. Agar limbah kotoran dari ternak sapi sebaiknya ditampung dan diolah
menjadi pupuk kandang sehingga tidak mengakibatkan polusi udara.
DAFTAR PUSTAKA
58
Dahlan, M. dan Hudi. 2011. Studi Manajemen Perkandangan Ayam Broiler di
Dusun Wangket Desa Kaliwates Kecamatan Kembang Bahu Kabupaten
Lamongan: Jurnal Ternak : 2 (1) : 11 -13.
Daud, M. 2005. Peforman ayam pedaging yang diberi probiotik dan prebiotik
dalam ransum. Jurnal Ilmu Ternak 5(2): 75-79
Diwyanto, K., A. Priayanti, dan I. Inounu. 2005. Prospek dan Arah
Pengembangan Komoditas Peternakan Unggas, Sapi, dan Kambing-Domba.
Jurnal Wartozoa, 15(1) : 11-25Dwiyanto, 2011. Cara meningkatkan
produksi susu sapi perah pada peternakan rakyat. Sinar Harapan. Jakarta.
Effriansyah, Y. 2012. Sanitasi Kandang Ternak. Skripsi. Program Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya.
Ellis. A., & Knaus, W.J. (2002). Overcoming Procrastination. New York:
McGraw-Hill
Fadillah, R. 2013. Beternak Ayam Broiler. Bogor : Agro Media Pustaka.
Fadillah. 2004. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Jakarta :
Agromedia Pustaka.
Hadi UK, 2010, Bioekologi Berbagai Jenis Serangga Pengganggu Pada Hewan
Ternak di Indonesia dan Pengendaliannya.
Hidayat, A. 2008. Buku Petunjuk Praktis untuk Peternak Sapi Perah tentang,
Manajemen Kesehatan Pemerahan. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat.
Handayani, K. S. dan Purwanti, M. (2010). Kesehatan Ambing dan Higiene
Pemerahan di Peternakan Sapi Perah Desa Pasir Buncir Kecamatan
Caringin. Jurnal Penyuluhan Pertanian. 5: 47-54.
Haryanto, T. (2015). Kandang Sapi Perah dan Peralatannya.
Kartasudjana, R. Dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Magdalena. (2008). Pengaruh Waktu Pemerahan dan Tingkat Laktasi Terhadap
Kualitas Susu Sapi Perah Peranakan Fries Holstein. Jurnal Ilmu-Ilmu
Peternakan. 10 (3): 107-111.
Maheswari, R. A. (2004). Penanganan dan Pengolahan Hasil Ternak Perah.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Murtidjo, B.A. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler.Kanisius Jakarta.
National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. Ed Revke-9.
Washington DC: Academy Pr.
Nurdin, E. 2011. Manajemen Sapi Perah. Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Nurdin, (2016). Ternak Perah dan Prospek Pengembangannya. Ternak Sapi, 1 .
Plantaxia, yogyakarta, Indonesia. ISBN 978-602-6912-15-2 ; 978-602-
6912-16-9.
59
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia Jakarta :
Universitas Indonesia Press.
Prayitno, D.S dan W.E. Yuwono. 1997. Manajemen Kandang Ayam Ras
Pedaging. PT. Trubus Agriwidya, Semarang.
Prihadi, S. 1996. Tatalaksana dan Produksi Ternak Sapi Perah. Fakultas Pertanian
Universitas Wangsamanggala, Yogyakarta.
Purwanto, H. dan D. Muslih.2006. Tatalaksana Pemeliharaan Pedet Sapi perah.
Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006. Bogor
(Indonesia): Kementrian Pertanian.
Putra A, 2009. Potensi Penerapan Produksi Bersih pada Usaha Peternakan Sapi
Perah. Tesis Magister Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas
Diponegoro.
Rasyaf, M. 1992. Seputar Makanan Ayam Kampung. Yogyakarta : Kanisus.
Rasyaf, M. 1994. Beternak Ayam Pedaging. Jakarta: Peternak Swadaya.
Rasyaf, M. 2004. Makanan Ayam Broiler. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rasyaf, M., 2003. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta. Utama,
Jakarta.
Rianto, E., & Purbowati, E. (2009). Panduan Lengkap Sapi Potong. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Rusianto, N. (2008). Manajemen Beternak Broiler Modern. Kalamedia. Surabaya.
Santoso G. 2012. Kajian Biosekuriti Instalasi Karantina Hewan Sapi Impor Di
Pulau Jawa. Institut Pertanian Bogor.
Santoso, H. dan Sudaryani, T. 2009. Pembesaran Ayam Pedaging di Kandang
Panggung Terbuka. Jakarta: Penebar Swadaya.
60
Tillman, A.D., H. Hartadi., S. Reksohadiprodjo., S. Prawirokusumo., dan S
Lebdosoekojo., 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Wahju. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.
Winkel W. S. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta:PT.
Grasindo.
Wiradisastra, M. D. H. 1986. Evektifitas keseimbangan energi dan asam amino
dan efektivitas absorpsi dalam menentukan persyaratan kecepatan tumbuh
ayam broiler . Disertasi. Bogor : Insitut Pertanian Bogor.
Yasin, Suhubdy. 2013. Produksi Ternak Ruminansia. Penerbit Pustaka Reka
Cipta. Bandung.
Yusuf, R. (2010). Kandungan Protein Susu Sapi Perah Friesian Holstein Akibat
Pemberian Pakan yang Mengandung Tepung Katu (Sauropus Androgynus
(L.) Merr) yang Berbeda. Jurnal Teknologi Pertanian 6 (1): 1-6.
Zulfanita, E. M., Roisu, dan D. P. Utami. 2011. Pembatasan ransum berpengaruh
terhadap pertambahan bobot badan ayam broiler pada periode pertumbuhan.
Jurnal ilmu-ilmu pertanian. Vol. 7. No. 1:59-60.
61
LAMPIRAN
1. Lampiran kegiatan di PT. Cifa Indonesia.
62
2. Lampiran kegitan di PT. Mabar Feed Indonesia.
63
64