PROPOSAL
Oleh:
Muhammad Hamzah
NIT.20.3.11.095
i
HALAMAN PERSETUJUAN
PT. GROBEST
NIT : 20.3.11.095
Menyetujui :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Mengetahui :
Ketua Program Studi TBP
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Praktik Kerja Lapang I ini
tepat pada waktunya. Penyusunan Proposal Praktik Kerja Lapang I ini dapat
dilaksanakan dengan baik berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak.Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak I Gusti Putu Gede Rumayasa Yudana, S.Pi., M.P., selaku Direktur
Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo atas fasilitas yang diberikan.
2. Ibu Lusiana BR Ritonga, M.P. selaku Ketua Program Studi Teknik
Budidaya Perikanan yang telah memfasilitasi kegiatan PKL ini.
3. Asep Akmal Aonullah, M.Si selaku Dosen pembimbing I yang telah
membimbing hingga selesai nya proposal ini.
4. Bapak Suprihadi S.Pi., M.Tr.Pi selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing hingga selesainya proposal ini.
5. Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya proposal ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN
I. PENDAHULUAN....................................................................... 1
I.1 Latar Belakang..................................................................... 1
I.2 Maksud dan Tujuan.............................................................. 2
I.3 Manfaat................................................................................ 3
III. METODOLOGI........................................................................... 17
III.1.............................................................................................Waktu dan
Tempat Pelaksanaan........................................................... 17
III.2.............................................................................................Metode
Penelitian.............................................................................. 17
III.3.............................................................................................Metode
Pengambilan Data................................................................ 17
PENUTUP.............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 19
iv
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 1. Morfologi Udang Vaname.................................................... 5
Gambar 2. Siklus Hidup Udang Vaname............................................... 6
Gambar 3. Peta Aceh Barat................................................................... 17
v
DAFTAR TABEL
HALAMAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Hingga akhir tahun 1970 dan awal 1980, spesies udang Penaeus
vannamei dan Penaeus stylirostis kemudian dipindahkan dari habitat aslinya di
Samudera Pasifik ke pantai Pasifik Barat Laut Amerika Serikat, Hawaii hingga
Venezuela dan Brasil.
1
Sementara di Indonesia, budidaya udang vaname mulai resmi pada tahun
2001, setelah terbit SK Menteri Kelautan dan Perikanan RI.No. 41/2001. Langkah
ini diambil pemerintah setelah terus menurunnya produksi udang
windu (Penaeus monodon) sejak tahun 1996. Hingga pada tahun 2004,
perkembangan pesat budidaya udang vaname dapat mengalahkan udang windu
dengan capaian produksi global mendekati 1.116.000 t.
Budidaya pola intensif dan super intensif udang vaname di Indonesia hingga
kini telah berkembang dan menggunakan berbagai jenis tambak yaitu tambak
tanah, tambak semen dan tambak HDPE. Masing-masing jenis tambak tersebut
mempunyai keunggulan dan kelemahan secara teknis dan ekonomis. Untuk
lokasi budidaya udang dengan tingkat porositas yang tinggi dan tingkat resiko
serangan penyakit yang tinggi karena faktor lingkungan yang kurang ideal,
tambak plastik menggunakan HDPE merupakan pilihan yang tepat. (Suriawan et
al., 2019)
2
I.3. Manfaat
c. ManfaatBagiTaruna/i
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
Bagian tubuh udang vaname terdiri dari kepala yang bergabung dengan
dada (cephalothorax) dan perut (abdomen). Kepala udang vaname terdiri dari
antenula, antena, mandibula, dan sepasang maxillae. Kepala udang vaname
juga dilengkapi dengan 5 pasang kaki jalan (periopod) yang terdiri dari 2 pasang
maxillae dan 3 pasang maxiliped. Bagian abdomen terdiri dari 6 ruas dan
terdapat 6 pasang kaki renang (pleopod) serta sepasang uropod (mirip ekor)
4
yang membentuk kipas bersama-sama telson. Ditujukan pada klasifikasi dan
morfologi udang vaname. (Lama et al., 2020)
Sifat biologis udang vaname, yaitu aktif pada kondisi gelap (nocturnal)
dan dapat hidup pada kisaran salinitas yang luas (euryhaline) yaitu 2-40 ppt.
Udang vaname akan mati jika terpapar suhu dibawah 15 0C atau diatas 33 0C
selama 24 jam (Wyban et al., 1991).(Lama et al., 2020)
Udang vaname bersifat kanibal, mencari makan lewat organ sensor dan
tipe yang pemakan lambat, memiliki 5 stadia naupli, 3 stadia zoea, 3 stadia mysis
sebelum menjadi post larva yang merupakan siklus hidupnya. Stadia post larva
berkembang menjadi juvenil dan akhirnya menjadi dewasa. Post larva udang
vaname di perairan bebas akan bermigrasi memasuki perairan estuaria untuk
tumbuh dan kembali bermigrasi ke perairan asalnya pada saat matang gonad
(Avault, 1996).(Lama et al., 2020)
Risaldi (2012) menyatakan bahwa udang vaname adalah udang asli dari
perairan Amerika Latin yang kondisi iklimnya subtropics. Di habitat alaminya suka
hidup pada kedalaman kurang lebih 70 meter. Udang vaname bersifat nocturnal,
yaitu aktif mencari makan pada malam hari. Proses perkawinan pada udang
5
vaname ditandai dengan loncatan betina secara tiba-tiba. Pada saat meloncat
tersebut, betina mengeluarkan sel-sel telur. Pada saat yang bersamaan, udang
jantan mengeluarkan sperma, sehingga sel telur dan sperma bertemu. Proses
perkawinan berlangsung kira-kira satu menit. Sepasang udang vaname
berukuran 30-45 gram dapat menghasilkan telur sebanyak 100.000-250.000
butir.(Lusiana et al., 2021)
Stadia mysis, benur udang sudah menyerupai bentuk udang. Yang sudah
terlihatnya ekor kipas (uropoda) dan ekor (telson). Selanjutnya udang mencapai
stadia post larva, dimana udang sudah menyerupai udang dewasa. Hitungan
stadianya sudah menggunakan hitungan hari. Misalnya, PL1 berarti post larva
berumur satu hari. Pada stadia ini udang sudah mulai bergerak aktif (Haliman
dan Adijaya, 2005)(Lama et al., 2020)
6
kolam. Membersihkan kolam dari sisa-sisa pakan, lumpur atau kotoran
udang setelah panen dengan cara menyikat dan menyiram kolam.
Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan Trichloroisocyanuric
acid(TCCA)90% dosis 60 ppm dengan tujuan membunuh mikroorganisme
yang ada di air.(Hidayat et al., 2019)
7
juga menggunakan Biofectan sebanyak 2,5ppm per kolam. (Hidayat et al.,
2019)
No Bentuk Keterangan
8
Panen
9
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Pakan
1 SI-00 30 6 35 13 11
2 SI-01 30 6 35 13 11
3 SI02S 30 6 35 13 11
4 SI-02SP 30 6 35 13 11
5 SA-02SP 32 6 35 13 11
6 SA-02P 32 6 35 13 11
7 SA-03 32 6 35 13 11
10
SOP dengan hasil pengecekan anco (Departemen Kelautan dan
Perikanan 2004). Pada umur 31 hari penambahan pakan per hari dapat
dihitung Setiap 10 hari, yaitu umur 31-40 hari, umur 41-50 hari, dan
seterusnya.(Lusiana et al., 2021)
Suhu
Pendapat Haliman danAdijaya (2005), yang menyatakan suhu
optimal untuk pertumbuhan udang berkisar antara 26 – 32°C.(Lusiana et
al., 2021)
Kecerahan
Pendapat Zakaria (2010), untuk kisaran kecerahan yang optimum
di tambak udang secara intensif yaitu 30-50 cm.(Lusiana et al., 2021)
Warna Air
Warna air yang dipertahankan adalah warna hijau cokelat (HCT),
cokelat (C), dan cokelat muda (CM). Sebaliknya warna air yang kurang baik,
berwarna cokelat kemerahan karena mengandung jenis plankton yang
merugikan. Hal ini sependapat dengan Azhary (2010), yang menyatakan
warna air yang aman bagi budidaya udang adalah warna hijau muda, hijau
tua, hijau cokelat dan cokelat muda.(Lusiana et al., 2021)
Derajat Keasaman (pH)
Pendapat Zakaria (2010), bahwa PH yang optimal bagi
pertumbuhan udang yaitu 7,5-8,5. (Lusiana et al., 2021)
Oksigen terlarut (DO)
Standar SNI 01 - 7246 - 2006 (2006), yang menyatakanbahwa
batasan DO minimal tambak udang vannamei adalah 3,5 ppm. (Lusiana et al.,
2021)
Salinitas
Pendapat Farida (2011), salinitas yang terlalu tinggi juga dapat
menyebabkan udang vanamei kesulitan untuk moulting, sehingga seringkali
menyebabkan pertumbuhan udang menjadi lebih lambat.(Lusiana et al., 2021)
Alkalinitas
11
Pendapat Zakaria (2010), yang menyatakan alkalinitas tambak
yang baik harus diatas 80 ppm.(Lusiana et al., 2021)
A. Penyakit Vibriosis
12
sekunder yaitu saponin, flavonoid, dan tanin yang dapat bekerja merusak
membran sitoplasma (Fitri et al., 2018), (Rusadi et al., 2019).
Investasi udang
No Jumlah Harga Satuan (Rp) Total harga (Rp)
vanname
13
Total Rp. 519.000.000,-
Investasi- nilai
Biaya tetap Investasi Penyusutan
susut
Udang
519.000.000 51.900.000 467.100.000
Vanname
Biaya total
udang 51.900.000 513.475.000 565.375.000
vanname
Produksi
udang 10.804.45 90.000 972.400.500
vanname
14
Nilai
Penerima (TR) Biaya Total (TC) TR-TC
keuntungan
Keuntungan
budidaya
972.400.500 565.375.000 407.025.500
udang
vanname
Biaya penyusutan di atas terdiri dari biaya penyusutan alat yaitu lahan,
tambak, plastik mulsa, kincir, genset, rumah jaga, rumah genset, anco,
timbangan, jala, ember, kabel, lampu, pipa, alkon/diesel, drum/oblong, dan
serokan.Data tersebut diperoleh dari hasil pengurangan total biaya investasi
dikurang biaya penyusutan. Untuk hasil produksi udang windu dalam satu siklus
dengan lahan seluas 5 ha diperoleh 725 kg udang dengan harga jual Rp. 75.000.
Untuk produksi udang vaname semi intensif dalam satu siklus dengan lahan
seluas 3 ha sebesar 10.804.45 kg dengan harga jual Rp. 90.000. Dari hasil
tersebutdiperoleh total keuntungan padausaha budidaya udang windu sebesar
Rp. 13.660.000dan pada usaha budidaya udang vaname sebesar Rp.
407.025.500.(Mutakin et al., 2019)
15
dapat diketahui (Hakim, 2017). Berdasarkan hasil pengambilan contoh selama
pemeliharaan udang vaname di kelompok petambak Sido Makmur dan Lestari
Gemilang, diperoleh hasil bobot rerata udang pada umur pemeliharaan 35 hari
yaitu 1,6 g sampai dengan 2,8 g. Budidaya udang di panen seteleh udang
mencapai target yang diinginkan, dalam penelitian ini lama masa pemeliharaan
yaitu 105 hari sampai dengan 119 dengan capaian bobot 16,94 g sampai dengan
22,7 g.(Mutakin et al., 2019)
Konversi pakan (feed conversion ratio) atau FCR dihitung pada akhir
masa budidaya dengan membandingkan penggunaan pakan selama masa
budidaya dan biomasahasil budidaya. Nilai FCR pada penelitian ini diatas angka
maksimal yang disebutkan Supono dan Wardiyanto (2008) yaitu 1,4. FCR yang
terlalu tinggi mengindikasikan terjadi kelebihan jumlah pemberian pakan (over
feeding). Over feeding tidak selalu menyebabkan pertumbuhan udang tinggi
namun tetap berdampak pada tingginya beban limbah akibat sisa pakan dan
kotoran udang.(Mutakin et al., 2019)
2.12 Panen
16
BAB III
METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Survei dan
pengamatan. Penentuan lokasi pada penelitian ini dilakukan secara sengaja
(purposive).
Berdasarkan dari hasil penelitian yang penulis teliti, maka jenis dan teknik
pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder.
17
BAB IV
PENUTUP
Kami sadar bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami mohon saran dan kritik dari bapak/ibu yang berkepentingan
dengan pelaksanaan kerja praktek ini sehingga kegiatan kerja praktek dapat
berjalan dengan baik dan benar sesuai dengan keinginan dan peraturan-
peraturan yang berlaku.
Demikian proposal ini kami ajukan dan atas bantuan bapak/ibu kami
ucapkan banyak terimakasih.
Muhammad Hamzah
NIT. 20.3.11.1095
18
DAFTAR PUSTAKA
Dahlia, D., Hartinah, H., Muslimin, M., Darmawan, D., & Rusli, A. (2021). Kondisi
pengelolaan tambak udang windu di Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan. Agrokompleks, 21(1), 8–17.
Fatimah, S. S., Marwanti, S., & Supardi, S. (2020). Kinerja ekspor udang
Indonesia di Amerika Serikat tahun 2009-2017: Pendekatan Model Constant
Market Share (CMS). Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan, 15(1),
57–67.
Harianto, K. A., Adipranata, R., & Santoso, L. W. (2021). Penerapan IoT dan
Sistem Pakar untuk Memonitoring Kualitas Air dan Mendiagnosa Penyakit
pada Tambak Udang Vaname. Jurnal Infra, 9(2), 131–137.
Lama, A. W. H., Darmawati, D., & Wahyu, F. (2020). OPTIMASI PADAT TEBAR
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP UDANG
VANAME (Litopenaus Vannamei) DENGAN SISTEM RESIRKULASI.
OCTOPUS: JURNAL ILMU PERIKANAN, 9(1), 48–52.
Lusiana, R., Sudrajat, M. A., & Arifin, M. Z. (2021). MANAJEMEN PAKAN PADA
PEMBESARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK
INTENSIF CV. BILANGAN SEJAHTERA BERSAMA. Chanos Chanos,
19(2), 187–197.
19
TIMUR. E-Jurnal Rekayasa Dan Teknologi Budidaya Perairan, 7(2), 881–
888.
Suriawan, A., Efendi, S., Asmoro, S., & Wiyana, J. (2019). Sistem budidaya
udang vaname Litopenaeus vannamei pada tambak hdpe dengan sumber
air bawah tanah salinitas tinggi di kabupaten Pasuruan. Jurnal
Perekayasaan Budidaya Air Payau Dan Laut, 14, 6–14.
20