Anda di halaman 1dari 26

TEKNIK PEMBESARAN UDANG VANNAMEI (Lipanaeus Vannamei)

DI PT. GROBEST KABUPATEN ACEH BESAR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN 1 (PKL- 1)


PROGRAM STUDI TEKNIK BUDIDAYA PERIKANAN (TBP)

PROPOSAL

Oleh:

Muhammad Hamzah
NIT.20.3.11.095

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO
2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaous vannamei) di

PT. GROBEST

Nama : Muhammad Hamzah

NIT : 20.3.11.095

Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat

Untuk melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapang 1 (PKL-1)

Program studi Teknik Budidaya Perikanan

Politeknik Kelautan dan PerikananSidoarjo

Tahun Akademik 2021/2022

Menyetujui :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Asep Akmal Aonullah, M.Si Suprihadi, S.Pi., M.Tr.Pi.


Tanggal : Tanggal : 31 Mei 2022

Mengetahui :
Ketua Program Studi TBP

Lusiana BR Ritonga, S.Pi., M.P.


NIP. 19920330 201801 2 004

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Praktik Kerja Lapang I ini
tepat pada waktunya. Penyusunan Proposal Praktik Kerja Lapang I ini dapat
dilaksanakan dengan baik berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak.Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak I Gusti Putu Gede Rumayasa Yudana, S.Pi., M.P., selaku Direktur
Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo atas fasilitas yang diberikan.
2. Ibu Lusiana BR Ritonga, M.P. selaku Ketua Program Studi Teknik
Budidaya Perikanan yang telah memfasilitasi kegiatan PKL ini.
3. Asep Akmal Aonullah, M.Si selaku Dosen pembimbing I yang telah
membimbing hingga selesai nya proposal ini.
4. Bapak Suprihadi S.Pi., M.Tr.Pi selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing hingga selesainya proposal ini.
5. Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya proposal ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih belum


sempurna, untuk itu segala kritik dan saran penulis harapkan demi
kesempurnaan proposal ini.

Aceh Besar, 25 Mei 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN................................................................. ii
KATA PENGANTAR............................................................................. iii
DAFTAR ISI........................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR............................................................................... v
DAFTAR TABEL................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN....................................................................... 1
I.1 Latar Belakang..................................................................... 1
I.2 Maksud dan Tujuan.............................................................. 2
I.3 Manfaat................................................................................ 3

II. TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 4


II.1 Udang Vanname (Litopenaeus vannamei)........................... 4
II.2 Habitat dan Siklus Hidup...................................................... 5
II.3 Pembersihan Kolam............................................................. 6
II.4 Setting Kincir dan Blower..................................................... 7
II.5 Pengisian Air........................................................................ 7
II.6 Pembentukan Air.................................................................. 7
II.7 Penebaran Benur................................................................. 8
II.8 Manajemen Pakan............................................................... 8
II.9 Monitoring Kualitas Air......................................................... 11
2.10 Penyakit Vibriosis oleh Vibrio harveyi................................ 12
2.11 Analisa Usaha.................................................................... 12
2.12 Panen................................................................................. 16

III. METODOLOGI........................................................................... 17
III.1.............................................................................................Waktu dan
Tempat Pelaksanaan........................................................... 17
III.2.............................................................................................Metode
Penelitian.............................................................................. 17
III.3.............................................................................................Metode
Pengambilan Data................................................................ 17

PENUTUP.............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 19

iv
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
Gambar 1. Morfologi Udang Vaname.................................................... 5
Gambar 2. Siklus Hidup Udang Vaname............................................... 6
Gambar 3. Peta Aceh Barat................................................................... 17

v
DAFTAR TABEL
HALAMAN

Tabel 1 Penggunaan Pakan.................................................................. 8


Tabel 2 Kode, Jenis, Ukuran Pakan dan Udang.................................... .9
Tabel 3 Kandungan Nutrisi Pakan ........................................................ 9
Tabel 4 Biaya Investasi.......................................................................... 13
Tabel 5 Biaya tetap, total, nilai produksi, keuntungan........................... 14

vi
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) adalah spesies udang yang berasal


dari Samudera Pasifik Timur. Tepatnya mulai dari negara bagian Sonora
Meksiko, hingga Peru Utara. Krustasea kaki putih ini biasa
ditangkap nelayan setempat untuk dikonsumsi karena ketersediaanya sangat
berlimpah.

Hingga akhir tahun 1970 dan awal 1980, spesies udang Penaeus
vannamei dan Penaeus stylirostis kemudian dipindahkan dari habitat aslinya di
Samudera Pasifik ke pantai Pasifik Barat Laut Amerika Serikat, Hawaii hingga
Venezuela dan Brasil.

Pengenalan terhadap udang vaname ke Asia baru dimulai pada tahun


1978 yaitu ke Filipina. Selanjutnya pada tahun 1988 ke Daratan China. Namun
dari uji coba pertama ini hanya China Daratan yang mampu mempertahankan
produksi udang vaname dan mulai jadi komoditas industri.

Secara geografis negara Indonesia merupakan negara maritim dengan dua


per tiga luas lautan lebih besar dibandingkan daratan. Kondisi geografis yang
merupakan negara kepulauan ini membuat negara Indonesia kaya hasil lautnya
dan membuat udang sebagai primadona ekspor komoditas dalam perikanan,
dengan volume dan nilai ekspor tertinggi. Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI)
menyatakan, Indonesia mempunyai potensi lahan pesisir untuk tambak udang
terluas di dunia. Indonesia bisa menjadi produsen dan pengekspor budidaya
udang terbesar jika pemanfaatan dan penggunaannya tepat. Oleh karena itu,
budidaya udang menjadi aktivitas sebuah usaha yang banyak diminati oleh
masyarakat Indonesia karena tingginya potensi hasil devisinya(Anas, 2021)
(HANDAYANI, 2020).Permintaan pasar dalam maupun luar negeri untuk udang
terus meningkat. Ketersediaan sumber daya perikanan Indonesia memberikan
peluang besar bagi pengusaha udang untuk meningkatkan produksinya.
Peningkatan produksi udang akan mengakibatkan permintaan benih udang
bermutu juga meningkat (Fatimah et al., 2020)

1
Sementara di Indonesia, budidaya udang vaname mulai resmi pada tahun
2001, setelah terbit SK Menteri Kelautan dan Perikanan RI.No. 41/2001. Langkah
ini diambil pemerintah setelah terus menurunnya produksi udang
windu (Penaeus monodon) sejak tahun 1996. Hingga pada tahun 2004,
perkembangan pesat budidaya udang vaname dapat mengalahkan udang windu
dengan capaian produksi global mendekati 1.116.000 t.

Perkembangan budidaya udang vaname di tambak semakin meningkat,


sehingga permintaan benih juga meningkat. Namun saat ini benih udang vaname
untuk kegiatan pembesaran di tambak tidak diperoleh dari alam sehingga
kebutuhan benih yang cukup serta berkualitas baik hanya diperoleh dari usaha
pembenihan di hatchery. Untuk memperoleh benih yang berkualitas baik, maka
dibutuhkan keterampilan serta manajemen yang baik dalam pengelolaannya
sehingga ketersediaan benih udang vaname bisa tersedia secara
berkesinambungan (Dahlia et al., 2021).

Budidaya pola intensif dan super intensif udang vaname di Indonesia hingga
kini telah berkembang dan menggunakan berbagai jenis tambak yaitu tambak
tanah, tambak semen dan tambak HDPE. Masing-masing jenis tambak tersebut
mempunyai keunggulan dan kelemahan secara teknis dan ekonomis. Untuk
lokasi budidaya udang dengan tingkat porositas yang tinggi dan tingkat resiko
serangan penyakit yang tinggi karena faktor lingkungan yang kurang ideal,
tambak plastik menggunakan HDPE merupakan pilihan yang tepat. (Suriawan et
al., 2019)

I.2. Maksud danTujuan

Secara umum maksud dilaksanakan Praktik Kerja Lapang Satu (PKL-1)


adalah agar taruna/i dapat memahami proses sebuah pembudidaya sebagai
aplikasi dari teori yang diperoleh dalam perkuliahan. Sedangkan yang menjadi
tujuan dari kerja praktik antara lain:

1. Mempraktikan dan mempelajari Teknik budidaya dilapangan.

2. Mengetahui permasalahan dan langkah-langkah yang diambil


dalampenyelesaiannya budidaya.

3. Menyiapkan data-data hasil praktik pelaksanaan kegiatan budidaya untuk


disusun melalui laporan yang akan dipertanggung-jawabkan dihadapan
komisi pembimbing, penguji dan program Studi Teknik Budidaya Perikanan.

2
I.3. Manfaat

Manfaat yang diharapkandalamkegiatanPraktik Kerja Lapang Satu (PKL-1)


iniadalah:

a. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi/Politeknik

- Membina kerja sama yang baik antara lingkungan akademis dengan


lingkungan kerja.

- Sebagai tambahan referensi khususnya mengenai perkembangan


Teknologi Informasi di Indonesia yang dapat digunakan oleh pihak-pihak
yang memerlukan.

b. Manfaat Bagi Petambak

- Hasil analisa Praktik yang dilakukan selama dapat menjadi bahan


masukan bagi pihak petambak untuk menentukan kebijaksanaan
perusahaan di masa yang akan datang khususnya di bidangTeknologi
Perikanan.

c. ManfaatBagiTaruna/i

- Taruna/i dapat mengembangkan dan mengaplikasikan pengalaman di


kerja lapangan untuk dijadikan sebagai bahan pertimbanganTugas
Akhir.

- Taruna/i dapat mengenalkan dan membiasakan diriterhadap suasana


kerja sebenarnya sehingga dapat membangun etos kerja yang baik,
serta sebagai upaya untuk memperluas cakrawala wawasan kerja.

- Taruna/i mendapat gambaran tentang kondisi real dunia kerja dan


memiliki pengalaman terlibat langsung dalam aktivitas industri.

- Taruna/i dapat menyajikan pengalaman-pengalaman dan data-data


yang diperoleh selama Praktik Kerja Lapang kedalam sebuah Laporan
Kerja Praktik.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)

Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei) merupakan udang yang bisa


dibudidayakan di air tawar dan air payau. Udang Vaname atau yang disebut
udang putih ini merupakan udang yang memiliki daya tahan tubuh yang paling
bagus diantara udang putih lainnya dan juga pertumbuhan yang cepat serta
merupakan jenis udang unggulan.(Harianto et al., 2021)

2.1.1 Klasifikasi Udang Vannamei

Klasifikasi udang vaname (Litopenaeus vannamei) menurut (Anas, 2021)

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Sub Kingdom : Metazoan

Filum : Arthropoda

Sub Filum : Crustacea

Kelas : Malacostraca

Sub Kelas : Eumalacostraca

Super Ordo : Eucarida

Ordo : Decapoda

Sub Ordo : Dendrobranchiata

Famili : Penaeidae

Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei

2.1.2 Morfologi Udang Vannamei

Bagian tubuh udang vaname terdiri dari kepala yang bergabung dengan
dada (cephalothorax) dan perut (abdomen). Kepala udang vaname terdiri dari
antenula, antena, mandibula, dan sepasang maxillae. Kepala udang vaname
juga dilengkapi dengan 5 pasang kaki jalan (periopod) yang terdiri dari 2 pasang
maxillae dan 3 pasang maxiliped. Bagian abdomen terdiri dari 6 ruas dan
terdapat 6 pasang kaki renang (pleopod) serta sepasang uropod (mirip ekor)

4
yang membentuk kipas bersama-sama telson. Ditujukan pada klasifikasi dan
morfologi udang vaname. (Lama et al., 2020)

Gambar 1 . Morfologi udang vaname (Litopenaeus vannamei)

Sifat biologis udang vaname, yaitu aktif pada kondisi gelap (nocturnal)
dan dapat hidup pada kisaran salinitas yang luas (euryhaline) yaitu 2-40 ppt.
Udang vaname akan mati jika terpapar suhu dibawah 15 0C atau diatas 33 0C
selama 24 jam (Wyban et al., 1991).(Lama et al., 2020)

Udang vaname bersifat kanibal, mencari makan lewat organ sensor dan
tipe yang pemakan lambat, memiliki 5 stadia naupli, 3 stadia zoea, 3 stadia mysis
sebelum menjadi post larva yang merupakan siklus hidupnya. Stadia post larva
berkembang menjadi juvenil dan akhirnya menjadi dewasa. Post larva udang
vaname di perairan bebas akan bermigrasi memasuki perairan estuaria untuk
tumbuh dan kembali bermigrasi ke perairan asalnya pada saat matang gonad
(Avault, 1996).(Lama et al., 2020)

2.2 Habitat dan Siklus Hidup

Risaldi (2012) menyatakan bahwa udang vaname adalah udang asli dari
perairan Amerika Latin yang kondisi iklimnya subtropics. Di habitat alaminya suka
hidup pada kedalaman kurang lebih 70 meter. Udang vaname bersifat nocturnal,
yaitu aktif mencari makan pada malam hari. Proses perkawinan pada udang

5
vaname ditandai dengan loncatan betina secara tiba-tiba. Pada saat meloncat
tersebut, betina mengeluarkan sel-sel telur. Pada saat yang bersamaan, udang
jantan mengeluarkan sperma, sehingga sel telur dan sperma bertemu. Proses
perkawinan berlangsung kira-kira satu menit. Sepasang udang vaname
berukuran 30-45 gram dapat menghasilkan telur sebanyak 100.000-250.000
butir.(Lusiana et al., 2021)

Selanjutnya dinyatakan siklus hidup udang vaname sebelum ditebar di


tambak yaitu stadia naupli, stadia zoea, stadia mysis, dan stadia post larva. Pada
stadia naupli larva berukuran 0,32-0,59 mm, sistim pencernaanya belum
sempurna dan masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur. Stadia
zoea terjadi setelah larva ditebar pada bak pemeliharaan sekitar 15-24 jam.
Larva sudah berukuran 1,05-3,30 mm dan pada stadia ini benur mengalami 3 kali
moulting. Pada stadia ini pula benur sudah bisa diberi makan yang berupa
artemia. Siklus hidup udang vaname dapat di lihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Siklus Hidup Udang Vaname (Lama et al., 2020)

Stadia mysis, benur udang sudah menyerupai bentuk udang. Yang sudah
terlihatnya ekor kipas (uropoda) dan ekor (telson). Selanjutnya udang mencapai
stadia post larva, dimana udang sudah menyerupai udang dewasa. Hitungan
stadianya sudah menggunakan hitungan hari. Misalnya, PL1 berarti post larva
berumur satu hari. Pada stadia ini udang sudah mulai bergerak aktif (Haliman
dan Adijaya, 2005)(Lama et al., 2020)

2.3 Pembersihan Kolam

Tahap pembersihan kolam dilakukan dengan cara mengelilingi kolam


yang akan dibersihkan dan mengambil benda-benda yang masih ada dalam

6
kolam. Membersihkan kolam dari sisa-sisa pakan, lumpur atau kotoran
udang setelah panen dengan cara menyikat dan menyiram kolam.
Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan Trichloroisocyanuric
acid(TCCA)90% dosis 60 ppm dengan tujuan membunuh mikroorganisme
yang ada di air.(Hidayat et al., 2019)

proses perbaikan kolam dimulai dari memastikan, menandai dan


menambal plastik HDPE di kolam, dilanjutkan dengan mengelilingi kolam untuk
mencari plastik HDPE yang berlubang. Memberi tanda pada plastik
HDPE yang berlubang menggunakan batang lidi atau benda yang dapat
digunakan sebagai penanda. Setelah proses penandaan dilakukan
penambalan plastik HDPE yang berlubang. Penambalan plastik HDPE di
kolam menggunakan plastik HDPE yang ukurannya di sesuaikan dengan
kondisi lubang, dengan uap panas. (Hidayat et al., 2019)

2.4 Setting Kincir dan Blower

Untuk memastikan suplai oksigen yang merata perlu dilakukan


persiapan pemasangan kincir dan blowerdengan cara meletakan blowerdi
rumah blower, dilanjutkan dengan pemasangan blowerke kolam yaitu dengan
menyambungkan pipa-pipa yang berada di dasar kolam. Pemasangan
pipa di dasar membentuk segi empat seperti bentuk kolam, kemudian pipa-
pipa tersebut diberi lubang kecil untuk keluarnya udara (diffuser),
selanjutnya adalah pemasangan kincir, yang ditempatkan di bagian sudut-
sudut kolam dan berbentuk segi empat sesuai dengan bentuk kolam yaitu
persegi, menggunakan 4 kincir . Pengoperasian kincir dilakukan sepanjang
hari, sedangkan blowerdioperasikanbergantian dari pagi ke soredan dari sore
ke malam.(Hidayat et al., 2019)

2.5 Pengisian Air

Tahap pengisian air ke kolam budidaya mengikuti prosedur yaitu


pengisian kolam menggunakan air dari tandon, pengisian awal air di
kolam budidaya hanya sampai 150 cm. Setelah pengisian air dilakukan
sterilisasi air, dengan menggunakan Trichloroisocyanuric acid(TCAA) 90%
dengan dosis 60ppm, proses ini bertujuan untuk membunuh
mikroorganisme yang berada di dalam air. TCCA yang digunakan pada
kolam berluasan 400m2. Selain menggunakan TCCA, untuk disinfektan

7
juga menggunakan Biofectan sebanyak 2,5ppm per kolam. (Hidayat et al.,
2019)

2.6 Pembentukan Air

Pembentukan air dalam hal ini adalah proses menumbuhkan plankton,


bakteri dan meningkatkan mineral. Dimulai dari pemupukan dengan
pupuk ZA sebanyak 2 ppm. Selanjutnya dilakukan pemberian cairan
fermentasi yang sudah dipersiapkan dari bahan-bahan antara lain,
bungkil kedelai, dedak, molase, ragi dan air bersih. Selain fermentasi untuk
meningkatkan bakteri baik, juga dilakukan aplikasiprobiotik, yang
diharapkan memberikan efek positif bagi udang baik itu pertumbuhan,
sintasan maupunFCR (Sambasivam et al., 2003).(Hidayat et al., 2019)

2.7 Penebaran Benur


Proses penebaran benur dilakukan dalam tiga tahap yaitu
pengecekan kualitas air, perhitungan benur, dan aklimatisasi. Benur ditebar
pada pagi atau sore hari, pengecekan kualitas air yang diukur adalah air
kolam dan air paking benur dengan parameter antara lain suhu, DO, pH
dan salinitas. Dilanjutkan dengan perhitungan benur dengan tahapan,
mengambil dua atau tiga plastik benur yang akan di tebar, lalu hitung
menggunakan hand tally counterdi laboratorium, kemudian catat data benur
yang terhitung dalam semua sampel plastik benur yang diambil.(Hidayat et al.,
2019)

2.8 Manajemen Pakan

2.8.1Jenis dan Bentuk Pakan

Penggunaan pakan yang berkualitas diharapkan dapat memberikan


pertumbuhan udang yang optimal karena nutrisi yang diperlukan udang dapat
terpenuhi. Jenispakan yang digunakan dalam budidaya udang yaitu jenis pakan
buatan bentuk crumble dan pellet. Hal ini sudah sesuai dengan SNI (2009),
bahwa jenis pakan udang vannamei yang biasanya digunakan berupa crumble
dan pellet. Penggunaan pakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Penggunaan Pakan

No Bentuk Keterangan

1 Crumble butiran kecil Diberikan untuk benur DOC 1-30

2 Pellet Diberikan untuk udang DOC 31-

8
Panen

Sumber : (Lusiana et al., 2021)

2.8.2 Ukuran Pakan

Ukuran pakan yang digunakan pada pembesaran udang berkisar antara


0,1 - 1,4 mm. Hal ini sesuai dengan pendapat Kordi (2010), bahwa ukuran pakan
yang baikadalah pakan yang sesuai dengan lebar bukaan mulut udang. Untuk
lebih jelasnya kode, jenis pakan dan ukuran pakan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kode, Jenis, Ukuran Pakan dan Udang

Ukuran pakan Ukuran


No Kode Jenis
(mm) udang (gr)

1 SI-00 Crumble <0,4 PL 12,0-1

2 SI-01 Crumble 0,4-1,0 0,1-1,0

3 SI02S Crumble 1,0-2,0 1,0-2,0

4 SI-02SP Pellet 2,0-3,5 2,0-3,5

5 SA-02SP Pellet 1,2x2,0 3,5-8,0

6 SA-02P Pellet 1,4x2,0 8,0-15,0

7 SA-03 Pellet 1,4x2,5 15,0-20,0

Sumber : (Lusiana et al., 2021)

2.8.3 Nutrisi Pakan

Kandungan nutrisi pada pakan harus sesuai dengan kebutuhan udang


seperti mengandung mineral, vitamin, protein, karbohidrat, lemak, dan asam
amino esensial. Hal ini sependapat dengan Kaligis (2015), bahwa interaksi
berbagai macam mineral dalam pakan dapat mempengaruhipertumbuhan. Pakan
dengan rasio Ca/P berbeda menentukan kandungan kalsium karapas dan
efisiensi pakan udang serta kebutuhan protein juga mempengaruhi pertumbuhan
udang. Komposisi pakan buatan yang digunakan pada pembesaran udang
vannamei dapat dilihat pada Tabel 3.

9
Tabel 3. Kandungan Nutrisi Pakan

No kode Protein % Lemak % Serat % Abu % Kadar air

1 SI-00 30 6 35 13 11

2 SI-01 30 6 35 13 11

3 SI02S 30 6 35 13 11

4 SI-02SP 30 6 35 13 11

5 SA-02SP 32 6 35 13 11

6 SA-02P 32 6 35 13 11

7 SA-03 32 6 35 13 11

Sumber :(Lusiana et al., 2021)

Berdasarkan tabel 3 diatas, kandungan protein pakan yang digunakan pada


pembesaran udang vannamei berkisar antara 30-32 % dan kandungan lemaknya
yaitu 6%. Nilai kandungan tersebut sesuai dengan pendapat Amri dan Kanna
(2008), yang menyatakan bahwa untuk memacu pertumbuhan udang, kadar
protein yang dianjurkan dalam pakan udang vannamei yaitu minimal 28%, kadar
lemak sekitar 57%.(Lusiana et al., 2021)

2.8.4 Dosis dan Program Pakan

a. Pakan Blind Feeding

Pemberian pakan untuk udang DOC 1-25 hari dilakukan dengan


teknik blind feeding yaitu pakan buta. Pemberian pakan untuk 100.000
ekor adalah 2 kg pakan dengan penambahan pakan per hari sebanyak
0,2 kg pada umur 2-10 hari, 0,4 kg dari umur 11-20 hari, dan 0,6 kg pada
umur 21-30 hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Adiwijaya (2004),
selama 1 bulan pertama peliharaan, cara perhitungan pakan adalah
100.000 ekor udang diberi pakan sebanyak 1-2 kg pakan.(Lusiana et al.,
2021)

b. Pemberian Pakan Berdasarkan FCR

Penentuan pakan harian pasca blind feeding di dimulai pada umur


26 hingga panen, sesuai dengan SOP yang ada di CV. Bilangan
Sejahtera Bersama. Dalam menentukan kebutuhan pakan perlu dilakukan
pengecekan silang antara kebutuhan pakan berdasarkan perhitungan dari

10
SOP dengan hasil pengecekan anco (Departemen Kelautan dan
Perikanan 2004). Pada umur 31 hari penambahan pakan per hari dapat
dihitung Setiap 10 hari, yaitu umur 31-40 hari, umur 41-50 hari, dan
seterusnya.(Lusiana et al., 2021)

2.9. Monitoring Kualitas Air

Monitoring kualitas air meliputi Suhu, Salinitas, Kecerahan, warna air,


Tinggi Air, pH, Alkalinitas, TOM, NH4, PO4 dan NO2, DO.

 Suhu
Pendapat Haliman danAdijaya (2005), yang menyatakan suhu
optimal untuk pertumbuhan udang berkisar antara 26 – 32°C.(Lusiana et
al., 2021)
 Kecerahan
Pendapat Zakaria (2010), untuk kisaran kecerahan yang optimum
di tambak udang secara intensif yaitu 30-50 cm.(Lusiana et al., 2021)
 Warna Air
Warna air yang dipertahankan adalah warna hijau cokelat (HCT),
cokelat (C), dan cokelat muda (CM). Sebaliknya warna air yang kurang baik,
berwarna cokelat kemerahan karena mengandung jenis plankton yang
merugikan. Hal ini sependapat dengan Azhary (2010), yang menyatakan
warna air yang aman bagi budidaya udang adalah warna hijau muda, hijau
tua, hijau cokelat dan cokelat muda.(Lusiana et al., 2021)
 Derajat Keasaman (pH)
Pendapat Zakaria (2010), bahwa PH yang optimal bagi
pertumbuhan udang yaitu 7,5-8,5. (Lusiana et al., 2021)
 Oksigen terlarut (DO)
Standar SNI 01 - 7246 - 2006 (2006), yang menyatakanbahwa
batasan DO minimal tambak udang vannamei adalah 3,5 ppm. (Lusiana et al.,
2021)
 Salinitas
Pendapat Farida (2011), salinitas yang terlalu tinggi juga dapat
menyebabkan udang vanamei kesulitan untuk moulting, sehingga seringkali
menyebabkan pertumbuhan udang menjadi lebih lambat.(Lusiana et al., 2021)
 Alkalinitas

11
Pendapat Zakaria (2010), yang menyatakan alkalinitas tambak
yang baik harus diatas 80 ppm.(Lusiana et al., 2021)

2.10 Penyakit Vibriosis oleh Vibrio harveyi

A. Penyakit Vibriosis

Vibrio harveyi merupakan bakteri penyebab penyakit vibriosis yang


meresahkan pembudidaya udang sebab dapat menyebabkan kematian
udang hingga 80% dalam beberapa hari (Isarangkura & SaeHee, 2002).
Penyakit ini juga dapat menyebabkan kematian massal baik pada
pembenihan maupun pembesaran udang vaname didunia karena sifatnya
yang virulen (Soonthornchai et al., 2010). Gejala klinis udang yang
terinfeksi penyakit vibriosis menunjukkan berwarna hitam kemerahan, dan
beberapa organ luar tampak merah, terutama pada insang dan anggota
badan (Rusadi et al., 2019)

Berbagai usaha dalam pengobatan penyakit vibriosis telah banyak


dilakukan, namun hingga saat ini kematian udang masih terjadi.
Pengobatan yang umum dilakukan adalah dengan aplikasi antibiotik.
Penggunaan antibiotik atau bahan kimia dengan konsentrasi yang kurang
tepat dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan perairan,
menyebabkan resistensi, dan membahayakan kesehatan konsumen
karena residu dari bahan kimia yang digunakan akan terakumulasi secara
berkala pada tubuh udang (Rusadi et al., 2019)

Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah penggunaan


senyawa bioaktif alami dengan spektrum yang luas tanpa efek samping
yang berbahaya. Beberapa spesies mangrove juga digunakan untuk
menghambat vibriosis seperti Avicennia marina dan Sonneratia caseolaris
(Maryani et al., 2002; Zulham, 2004). Prabhu et al. (2012) menyebutkan
daun Avicennia alba mengandung senyawa bioaktif yang dapat
digunakan sebagai antioksidan, anti inflammatory, dan anti cholinergic.
Kemampuan ekstrak daun Avicennia alba dalam menghambat dan
membunuh V. harveyi disebabkan memiliki tiga senyawa metabolit

12
sekunder yaitu saponin, flavonoid, dan tanin yang dapat bekerja merusak
membran sitoplasma (Fitri et al., 2018), (Rusadi et al., 2019).

2.11 Analisa Usaha

Usaha perikanan yang dilakukan oleh seorang pengusaha atau


pembudidaya harus menghasilkan keuntungan yang berkelanjutan. Halhal yang
dapat mempengaruhi hasil penerimaan budidaya udang yaitu benur dan tenaga
kerja (Utami et al., 2014). Investasi total usaha tambak udang windu yaitu Rp.
58.000.000, dengan nilai penyusutan sebesar Rp. 39.900.000, pada tambak
udang vaname nilai investasi sebesar Rp. 519.000.000, dengan nilai penyusutan
sebesar Rp. 138.840.000

Tabel 4 Biaya Investasi

Investasi udang
No Jumlah Harga Satuan (Rp) Total harga (Rp)
vanname

1 Lahan 3 Ha 7.000.000 21.000.000,-

2 Tambak 8 20.000.000 160.000.000,-

3 Plastik Mulsa 24 2.000.000 48.000.000,-

4 Kincir 24 5.000.000 120.000.000,-

5 Genset 2 50.000.000 100.000.000,-

6 Rumah Jaga 2 15.000.000 30.000.000,-

7 Rumah Genset 2 5.000.000 10.000.000,-

8 Anco 8 50.000 400.000,-

9 Timbangan 2 100.000 200.000,-

10 Jala 4 700.000 2.800.000,-

11 Ember 8 50.000 400.000,-

12 Kabel 300 m 8000 2.400.000,-

13 Bambu 200 5000 1.000.000,-

14 Lampu 100 30.000 3.000.000,-

15 Pipa 24 600.000 14.000.000,-

16 Alkon/Diesel 2 2.500.000,- 5.000.000,-

17 Drum/Oblong 8 100.000 800.000,-

13
Total Rp. 519.000.000,-

Sumber : (Mutakin et al., 2019)


Investasi merupakan biaya tidak habis pakai dalam satu masa. Pada
budidaya udang windu investasi yang digunakan ialah lahan, diesel / alkon,
pompa aksial, serokan, dan drum/oblong. Investasi pada budidaya udang
vaname meliputi, kincir, genset, plastik mulsa, rumah jaga, pipa pemasukan dan
pengeluaran air, rumah genset, lampu, jala, kabel, bambu, drum/oblong, anco,
ember dan timbangan(Mutakin et al., 2019)

Penyusutan merupakan biaya yang terdapat pada suatu alat dengan


melihat nilai produksi, penyusutan tetap dikeluarkan walaupun suatu usaha tidak
berproduksi lagi dalam hal ini biaya penyusutan alat. Penyusutan alat dapat
terjadi karena pengaruh umur pemakaian. Biaya total variabel pada budidaya
udang windu adalah sebesar Rp. 47.875.000, dan pada budidaya udang vaname
sebesar Rp. 513.475.000(Mutakin et al., 2019)

Tabel 5. Biaya tetap, total, nilai produksi, keuntungan

Investasi- nilai
Biaya tetap Investasi Penyusutan
susut

Udang
519.000.000 51.900.000 467.100.000
Vanname

Biaya Total Biaya Tetap Biaya Variabel Total Biaya

Biaya total
udang 51.900.000 513.475.000 565.375.000
vanname

Nilai produksi Harga satuan


Produksi (kg) Jumlah total (Rp)
dan harga (Rp)

Produksi
udang 10.804.45 90.000 972.400.500
vanname

14
Nilai
Penerima (TR) Biaya Total (TC) TR-TC
keuntungan

Keuntungan
budidaya
972.400.500 565.375.000 407.025.500
udang
vanname

Sumber: (Mutakin et al., 2019)

Biaya penyusutan di atas terdiri dari biaya penyusutan alat yaitu lahan,
tambak, plastik mulsa, kincir, genset, rumah jaga, rumah genset, anco,
timbangan, jala, ember, kabel, lampu, pipa, alkon/diesel, drum/oblong, dan
serokan.Data tersebut diperoleh dari hasil pengurangan total biaya investasi
dikurang biaya penyusutan. Untuk hasil produksi udang windu dalam satu siklus
dengan lahan seluas 5 ha diperoleh 725 kg udang dengan harga jual Rp. 75.000.
Untuk produksi udang vaname semi intensif dalam satu siklus dengan lahan
seluas 3 ha sebesar 10.804.45 kg dengan harga jual Rp. 90.000. Dari hasil
tersebutdiperoleh total keuntungan padausaha budidaya udang windu sebesar
Rp. 13.660.000dan pada usaha budidaya udang vaname sebesar Rp.
407.025.500.(Mutakin et al., 2019)

Studi kelayakan pada hakikatnya adalah untuk mendapatkan layak atau


tidak layaknya suatu gagasan usaha, dengan kata lain studi kelayakan harus
dapat memutuskan apakah suatu gagasan perlu diteruskan atau tidak.
Perhitungan rasio B/C budidaya udang windu dan budidaya udang vaname
sebagai berikut:

Rasio B/C udang vaname: B/C = Pendapatan : Biaya Produksi =


972.400.500 :565.375.000 = 1,7(Mutakin et al., 2019)

Berdasarkan hasil di atas hasil perhitungan finansial unit usaha budidaya


udang vaname semi intensif sebesar 1,7. Hasil analisis tersebut menunjukkan
bahwa hasil rasio B/C lebih besar dari 1 (satu), sehingga usaha budidaya udang
vaname pada skala semi intensif layak untuk dikembangkan. Pertumbuhan
udang dapat diketahui dari pertambahan berat rerata udang hasil pengambilan
contoh yang dilakukan setiap 7 hari sekali setelah umur pemeliharaan 35 hari.
Dari perolehan hasil ini maka keseluruhan data kondisi pertumbuhan udang

15
dapat diketahui (Hakim, 2017). Berdasarkan hasil pengambilan contoh selama
pemeliharaan udang vaname di kelompok petambak Sido Makmur dan Lestari
Gemilang, diperoleh hasil bobot rerata udang pada umur pemeliharaan 35 hari
yaitu 1,6 g sampai dengan 2,8 g. Budidaya udang di panen seteleh udang
mencapai target yang diinginkan, dalam penelitian ini lama masa pemeliharaan
yaitu 105 hari sampai dengan 119 dengan capaian bobot 16,94 g sampai dengan
22,7 g.(Mutakin et al., 2019)

Konversi pakan (feed conversion ratio) atau FCR dihitung pada akhir
masa budidaya dengan membandingkan penggunaan pakan selama masa
budidaya dan biomasahasil budidaya. Nilai FCR pada penelitian ini diatas angka
maksimal yang disebutkan Supono dan Wardiyanto (2008) yaitu 1,4. FCR yang
terlalu tinggi mengindikasikan terjadi kelebihan jumlah pemberian pakan (over
feeding). Over feeding tidak selalu menyebabkan pertumbuhan udang tinggi
namun tetap berdampak pada tingginya beban limbah akibat sisa pakan dan
kotoran udang.(Mutakin et al., 2019)

2.12 Panen

Pemanenan udang vannamei dilakukan dengan 2 cara, yakni panen


parsial dan panen total. Panen parsial bertujuan untuk mengurangi populasi
udang pada petakan, sehingga diharapkan udang yang belum dipanen akan
memiliki produktifitas yang lebih baik. Panen parsial pada pada DOC 63 dan
pada DOC 62. Panen dilakukan menggunakan jala, tanpa mengurangi volume air
petakan(Lusiana et al., 2021)

16
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksaan

Praktik kerja lapang ini dilaksanakan di PT GROBEST KABUPATEN


ACEH BARAT. Praktik ini dilaksanakan pada tanggal 03 Juni sampai dengan 27
Juni 2022.

Gambar 3. Peta Aceh Barat

3.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Survei dan
pengamatan. Penentuan lokasi pada penelitian ini dilakukan secara sengaja
(purposive).

3.3 Metode pengumpulan data

Berdasarkan dari hasil penelitian yang penulis teliti, maka jenis dan teknik
pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder.

1. Data Primer Data primer adalah sumber data yang langsung


memberikan data kepada pengumpul data, yang diperoleh dari hasil wawancara
langsung dengan petani tambak udang vanamei yang ditetapkan sebagai
responden dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dan
hasil pengamatan langsung kelapangan.

2. Data Sekunder Data sekunder adalah sumber data yang tidak


langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya kondisi geografis
lokasi penelitian, keadaan demografi, keadaan sosial ekonomi masyarakat, dan
literatur-literatur studi pustaka melalui dokumen, publikasi dari instansi terkait
serta data-data lain yang berkaitan dengan penelitian yang diteliti tersebut agar
sesuai dengan tujuan yang di harapkan dalam penelitian.

17
BAB IV
PENUTUP

Demikian proposal ini dibuat sebenar-benarnya dengan harapan dapat


memberikan gambaran singkat dan jelas tentang maksud dan tujuan diadakan
kerja praktek. Besar harapan kami kepada segenap pimpinan dan bapak Anwar
Selaku Pemilik Usaha (tambak) untuk berkenan menyetujui proposal ini dan
membimbing kami selama kerja praktek sehingga tujuan utama dalam
pelaksanaan kerja praktek lapang ini dapat tercapai. Kami mengharap dapat
tercipta hubungan baik dan kerjasama yang saling menguntungkan dengan
Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo di Aceh, khususnya bagi Taruna/i
Program Studi Teknik Budidaya Perikanan.

Kami sadar bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami mohon saran dan kritik dari bapak/ibu yang berkepentingan
dengan pelaksanaan kerja praktek ini sehingga kegiatan kerja praktek dapat
berjalan dengan baik dan benar sesuai dengan keinginan dan peraturan-
peraturan yang berlaku.

Demikian proposal ini kami ajukan dan atas bantuan bapak/ibu kami
ucapkan banyak terimakasih.

Aceh Besar, 25 Mei 2022

Muhammad Hamzah
NIT. 20.3.11.1095

18
DAFTAR PUSTAKA

Anas, K. (2021). TA: PERSIAPAN TAMBAK PADA PEMBESARAN UDANG


VANAME (Litopenaeus vannamei). Politeknik Negeri Lampung.

Dahlia, D., Hartinah, H., Muslimin, M., Darmawan, D., & Rusli, A. (2021). Kondisi
pengelolaan tambak udang windu di Kabupaten Pangkajene dan
Kepulauan. Agrokompleks, 21(1), 8–17.

Fatimah, S. S., Marwanti, S., & Supardi, S. (2020). Kinerja ekspor udang
Indonesia di Amerika Serikat tahun 2009-2017: Pendekatan Model Constant
Market Share (CMS). Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan, 15(1),
57–67.

HANDAYANI, F. (2020). SISTEM MONITORING DAN KONTROL KUALITAS


AIR PADA BUDIDAYA TAMBAK UDANG VANAME BERBASIS INTERNET
OF THINGS (IoT) DI KOTA REMBANG. Universitas Islam Sultan Agung
Semarang.

Harianto, K. A., Adipranata, R., & Santoso, L. W. (2021). Penerapan IoT dan
Sistem Pakar untuk Memonitoring Kualitas Air dan Mendiagnosa Penyakit
pada Tambak Udang Vaname. Jurnal Infra, 9(2), 131–137.

Hidayat, K. W., Nabilah, I. A., Nurazizah, S., & Gunawan, B. I. (2019).


Pembesaran udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di PT. Dewi Laut
Aquaculture Garut Jawa Barat. Journal of Aquaculture and Fish Health, 8(3),
123–128.

Lama, A. W. H., Darmawati, D., & Wahyu, F. (2020). OPTIMASI PADAT TEBAR
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP UDANG
VANAME (Litopenaus Vannamei) DENGAN SISTEM RESIRKULASI.
OCTOPUS: JURNAL ILMU PERIKANAN, 9(1), 48–52.

Lusiana, R., Sudrajat, M. A., & Arifin, M. Z. (2021). MANAJEMEN PAKAN PADA
PEMBESARAN UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK
INTENSIF CV. BILANGAN SEJAHTERA BERSAMA. Chanos Chanos,
19(2), 187–197.

Mutakin, M., Supono, S., & Adiputra, Y. T. (2019). KELAYAKAN USAHA


BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI DESA
PURWOREJO, KECAMATAN PASIR SAKTI KABUPATEN LAMPUNG

19
TIMUR. E-Jurnal Rekayasa Dan Teknologi Budidaya Perairan, 7(2), 881–
888.

Rusadi, D., Wardiyanto, W., & Diantari, R. (2019). TREATMENT OF VIBRIOSIS


DISEASE (Vibrio harveyi) IN VANAME SHRIMP (Litopenaeus vannamei,
Boone 1931) USING Avicennia alba LEAVES EXTRACT. E-Jurnal
Rekayasa Dan Teknologi Budidaya Perairan, 8(1), 909–916.

Suriawan, A., Efendi, S., Asmoro, S., & Wiyana, J. (2019). Sistem budidaya
udang vaname Litopenaeus vannamei pada tambak hdpe dengan sumber
air bawah tanah salinitas tinggi di kabupaten Pasuruan. Jurnal
Perekayasaan Budidaya Air Payau Dan Laut, 14, 6–14.

20

Anda mungkin juga menyukai