PROPOSAL
Oleh:
M.KHATAMI MAULANA
NIT.20.3.11.086
NIT : 20.3.11.086
Menyetujui
Mengetahui :
Ketua Program Studi TBP
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
tepat pada waktunya. Penyusunan Proposal Praktik Kerja Lapang II ini dapat
dilaksanakan dengan baik berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak.Oleh
1. Bapak I Gusti Putu Gede Rumayasa Yudana, S.Pi., M.P., selaku Direktur
3. Ibu Ibu Lusiana BR Ritonga, M.P. selaku Ketua Program Studi Teknik
Budidaya Perikanan.
4. Ibu Tri AyuSetyastuti, S.Pi, M.Si Bapak Muhar Oktiandar, S.Pi., M.Si dan
Kerja Lapang II ini, sehingga saran dan kritik positif dari pembaca sangat penulis
kesempurnaan dan bisa menjadi referensi yang baik bagi pembaca dan penulis
khususnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
PERSETUJUAN ................................................................................................ii
KATA PENGANTAR .........................................................................................iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................vi
I. PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1. Latar Belakang .....................................................................................1
1.2. Maksud ................................................................................................2
1.3. Tujuan ..................................................................................................3
1.4. Manfaat ................................................................................................3
iv
3.1.1. Metode Penelitian .....................................................................21
3.1.2. Metode Pengambilan Data .......................................................21
3.1.3. Jenis Data.................................................................................22
3.1.4. Analisis Data.............................................................................22
3.2. Metode Kerja........................................................................................23
3.3. Analisa Usaha ......................................................................................25
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
vi
I. PENDAHULUAN
tiga luas lautan lebih besar dibandingkan daratan. Kondisi geografis yang
merupakan negara kepulauan ini membuat negara Indonesia kaya hasil lautnya
dengan volume dan nilai ekspor tertinggi. Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI)
terluas di dunia. Indonesia bisa menjadi produsen dan peng ekspor budidaya
udang terbesar jika pemanfaatan dan penggunaannya tepat. Oleh karena itu,
budidaya udang menjadi aktivitas sebuah usaha yang banyak diminati oleh
2020).
2001, setelah terbit SK Menteri Kelautan dan Perikanan RI.No. 41/2001. Langkah
ini diambil pemerintah setelah terus menurunnya produksi udang windu (Penaeus
monodon) sejak tahun 1996. Hingga pada tahun 2004, perkembangan pesat
Adanya hama dan penyebab penyakit di dalam tambak sangat merugikan bagi
para pembudidaya dan spesies itu sendiri. Sehingga pembudidaya juga perlu
memahami lebih dalam jenis– jenis hama dan penyebab penyakit yang dapat
atau memberantasnya dengan memberi obat sesuai dengan jenis hama dan
1
penyebab penyakit yang diketahui. (Nurlaila et al., 2016). Saat ini benih udang
meningkatkan devisa negara. Permintaan pasar dalam maupun luar negeri untuk
Berdasarkan latar belakang di atas oleh sebab itu saya mengambil kegiatan
Kerja Praktik Lapang (PKL-2) mengenai pembenihan udang vanname agar saya
mendapatkan gambaran nyata sekaligus penerapan dari ilmu yang saya peroleh
di perkuliahan
1.2. Maksud
Maksud dilaksanakan Praktik Kerja Lapang Dua (PKL-2) adalah :
2
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari Praktik Kerja Lapang II adalah :
1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat nilai di program studi Teknik Budidaya
Perikanan.
lapangan.
Budidaya Perikanan.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dilakukannya Praktik Kerja Lapang Dua adalah sebagai
berikut:
udang vanname.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
Udang vaname (L. vannamei) memiliki sifat biologi yang unik. Udang vaname
bersifat nokturnal atau aktif pada keadaan gelap (Permana, 2021) menambahkan,
udang vaname suka memangsa udang lain terutama pada saat ganti kulit. Udang
vaname (L. vannamei) relatif tumbuh dengan cepat (Nur’aini et al., 2019). Udang
lain yaitu 3 g/minggu (Nugroho & Pratama, 2019). Usia pemeliharaan udang
(Purnamasari et al., 2017). Selain itu, survival rate (SR) udang vaname dapat
cepat dari pada udang jantan. Factor lingkungan yaitu kualitar air dan kualitas
tanah merupakan factor yang paling penting sebagai evaluasi kesesuaian lahan
2.1.2. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filum : Artrhopoda
Subfilum : Crustacea
Kelas : Malascostraca
Subkelas : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
4
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Famili : Penaeidae
Genus : Litopenaeus
2.1.3. Morfologi
Tubuh udang vaname dibentuk oleh dua cabang atau ( biramous ) yaitu
dengan tiga pasang maxilipeddan lima pasang kaki berjalan (peripoda) atau kaki
5
sebagai organ untuk makan. Bentuk peripoda beruas-ruasyang berujung di bagian
dactylus. Dactylus ada yang berbentuk capit (kaki 1,2 dan 3) dan tanpa capit kaki
4 dan 5.
Perut (abdomen) terdiri dari 6 ruas. Pada bagian abdomen terdapat 5 pasang
kakirenang dan sepasang uropod (mirip ekor) yang berbentuk kipas bersama-
dilaut lepas berkadar garam tinggi, sedangkan ketika stadia larva ia migrasi ke
daerah estuaria berkadar garam rendah. Pada awalnya udang vaname ditemukan
diwilayah Pasifik lepas pantai (depan) Mexico dan Amerika tengah dan Selatan
pada suhu air 26-28oC dan salinitas 35 ppt. Telurnya menyebar dalam air dan
menetas menjadi nauplius diperairan laut lepas (off shore) bersifat zooplankton.
Diwilayah estuaria yang subur dengan pakan alaminya, larva udang-udang itu
berkembang cepat sampai stadia juwana dimana telah terbentuk alat kelaminnya.
Tetapi, tidak dapat matang telur karena masih berada pada salinitas rendah.
Sehingga ia bermigrasi kembali ketengah laut yang berkadar garam tinggi, tempat
udang itu menjadi dewasa, dapat matang kelamin dan kawin serta bertelur
(Saputra, n.d.). Siklus hidup udang vaname ( L. vannamei ) dapat dilihat pada
Gambar 2.
6
Gambar 2.Siklus hidup udang vaname
1. Stadia Naupli
0,32 – 0,58 mm. Naupli bersifat planktonik dan fototaksis positif, selain itu naupli
masih memiliki kuning telur sehingga tidak memerlukan makanan untuk beberapa
saat.
Perkembangan stadia naupli pada udang vaname terdiri dari enam fase. Pada
tiap fase, Naupli memiliki 3 pasang organ tubuh yaitu antena pertama, antena
kedua, dan mandible Larva udang vaname berbentuk seperti kutu air (DARWIS,
A. Naupli I : Bentuk badan bulat telur dan mempunyai anggota badan 3 pasang.
B. Naupli II : Pada ujung antena pertama terdapat rambut ( setae ) yang satu
7
panjang dan dua lainnya pendek.
C. Naupli III : Furcal dua buah mulai jelas terlihat masing – masing dengan tiga
D. Naupli IV : Pada masing – masing furcal terdapat 4 buah duri yang terdiri dari
E. Naupli V : Struktur tonjolan tumbuh pada pangkal maxilla. Organ bagian depan
F. Naupli VI : Perkembangan bulu – bulu makin sempurna dan duri pada furcal
2.Stadia Zoea
Naupli bermetamorfosis menjadi Zoea memerlukan waktu sekitar 40 jam
setelah penetasan. Zoea bersifat planktonis dan sensitif terhadap cahaya. Zoea
sudah dapat memakan jenis phytoplankton dan zooplankton sebagai pakan alami.
Zoea terdiri dari tiga fase. Setiap Fase dibedakan berdasarkan segmentasi
abdomen, perkembangan lateral, dan dorsal pada setiap segmen. Zoea dibagi ke
dalam tiga bagian tubuh, yaitu carapace,Thorax dan abdomen (DARWIS, n.d.)
A. Zoea I : Badan pipih dan carapace mulai nyata, mata mulai tampak, Maxilla
berfungsi, proses furcal mulai sempurna, dan alat pencernaan makanan tampak.
8
B. Zoea II : Mata bertangkai yang terdiri dari carapace sudah terlihat, rostrum dan
C. Zoea III : Sepasang Uropoda Biramus mulai bercabang, dan duri pada
3. Stadia Mysis
Zoea bermetamorfosis menjadi mysis yang memerlukan waktu sekitar 3-4 hari
hingga masuk ke Stadia Post Larva (PL). Pada stadia mysis, bentuk udang
yangdicirikan sudah terlihat, seperti ekor kipas ( Uropoda ) dan ekor ( telson ).
Ukuran larva pada stadia ini berkisar 3,50 - 4,80 mm. Fase mysis dan post larva
Stadia mysis terdiri dari tiga fase yang dapat dicirikan sebagai berikut.
b). Mysis II : Tunas pleopoda mulai tampak nyata tetapi belum beruas – ruas.
c.) Mysis III : Pleopoda bertambah panjang dan beruas – ruas (DARWIS, n.d.).
udang muda yang sudah memiliki ciri-ciri udang dewasa.Hitungan stadia yang
digunakan sudah berdasarkan hari. Misalnya, PL l berarti post larva berumur satu
9
hari (Gambar.5). Stadia PL1 mempunyai ciri pleopoda memilki rambut ( setae )
bergerak dan melentik. Sifat Post Larva cenderung karnivora (TERKONTROL &
AMIRUDDIN, n.d.).
2.1.5. Habitat
Habitat dan penyebaran udang vaname (Litopenaeus wannamei), habitat
udang vaname usia muda adalah air payau, seperti muara sungai dan pantai.
Semakin dewasa udang jenis ini semakin suka hidup di laut. Ukuran udang
menunjukkan tingkat usai. Dalam habitatnya, udang dewasa mencapai umur 1,5
tahun. Pada waktu musim kawin tiba, udang dewasa yang sudah matang telumya
vannamei) sebenamya bukan udang lokal atau asli Indonesia. Udang ini berasal
untuk proses produksi naupli adalah induk yang baik serta sesuai dengan standar
yang ditetapkan. Pengadaan induk dilakukan setiap 4 bulan sekali setelah induk
terpakai. Induk udang vaname yang digunakan berasal dari Kona bay Hawaii,
Amerika. Standar kisaran umur induk minimal 7 bulan dan maksimal 11 bulan.
Berat rata-rata induk betina 42.7 gram, sedangkan induk jantan berat rata-rata
39.1 gram, dengan panjang rata-rata 16 cm, tidak cacat dan tidak ada penyakit.
Kualitas air bak induk diukur agar induk yang akan dipindahkan tidak mengalami
10
selama induk di karantina cek setiap hari dan catat jika ada kematian dan karantina
juga dilakukan untuk mencegah penularan penyakit yang dibawa oleh induk udang
dari habitat aslinya. Kriteria umur induk jantan dan betina 12 bulan, walaupun umur
induk udang vaname tetap dapat memijah dengan baik (NURAZIZAH, 2018).
antara induk induk betina dan jantan. Usia produksi produktif induk udang untuk
kegiatan produksi yaitu selama 4 bulan kemudian induk tersebut di afkir dan diganti
induk yang baru. Induk udang yang berjenis kelamin betina diablasi terlebih dahulu
dilakukan dengan cara pemotongan salah satu tangkai mata induk betina dengan
dalam larutan iodin 1000 mg.L -1 . Tujuan pencelupan ke dalam larutan iodin
adalah untuk mencegah terjadinya infeksi pada tangkai mata akibat ablasi. Pada
saat melakukan pemotongan salah satu tangkai mata atau ablasi agar tidak
merusak jaringan yang lain harus dilakukan secara hati-hati (Supryady et al.,
2021).
Perkawinan induk udang vaname ini dilakukan dengan cara alami, seleksi
terlebih dahulu induk yang matang gonad pada pukul 07.30 WIB dengan melihat
perkembangan ovari yang terletak di bagian punggung atau dorsal tubuh udang
dimulai dari bagian karapas sampai ke pangkal ekor, akan berwarna orange atau
kecoklatan, setelah itu induk betina dipindahkan ke kolam jantan. Hal ini didukung
oleh (Dowansiba, 2022), bahwa memindahkan induk betina yang matang gonad
ke dalam bak induk jantan merupakan proses perkawinan atau pemijahan pada
11
udang vaname, proses perkawinan dimulai dengan berenangnya induk betina
yang kemudian diikuti salah satu atau beberapa induk jantan. Pada saat induk
betina mengeluarkan hormon feromone Induk jantan akan mengikuti induk betina.
Berlangsung sangat cepat 3-15 detik, maka dari itu setelah induk betina di letakkan
dalam bak jantan amati pergerakan induk, apabila induk jantan sudah mengejar
dan menempel dengan induk betina, ambil menggunakan seser dan amati apakah
ada sperma yang menempel, jika sudah menempel dan pas mengenai telicum
induk betina dapat ambil kemudian dipindahkan kedalam bak pemijahan untuk
proses pengeluaran telur. Induk jantan dan betina dibiarkan selama 2½ jam dari
12
Rumus perhitungan Survival Rate (SR), menurut (Nuryati & Pi, n.d.)
2.3.1.Persiapan wadah
Persiapan wadah adalah langkah awal dalam kegiatan manajemen
dengan budidaya udang vaname. Pada hatchery Super Benur bak yang digunakan
untuk pemeliharaan larva udang vaname terbuat dari semen dilapisi cat berwarna
selang aerasi per bak, jarak aerasi dengan jarak dasar bak 5 cm dengan tujuan
agar suplai oksigen ke atas dan ke bawah dapat terjadi dengan baik.
disterilkan seperti batu pemberat aerasi, dan selang aerasi gunanya untuk
pembersihan bak dilakukan dengan cara membilas bak dengan menggunakan air
tawar dan serbuk otasir sebanyak 1 ons sampai bersih. Proses pencucian bak
tawar pada timba, kemudian dinding dan bagian dasar bak digosok-gosok
menggunakan kain lap lalu dibilas kembali dengan air tawar hingga
bersih. Pencucian dan pengeringan bak ini bertujuan untuk menghilangkan dan
13
2.3.2.Persiapan Air Media
Sumber air berasal langsung dari laut yang dipompa dengan jarak 30 meter
dari laut ke pompa dengan kedalaman 2 m dari permukaan air laut. Sedangkan
parameter yang digunakan hanya salinitas yang sudah diukur disaat hatchery
dengan metode skala rumah tangga. Sedangkan salinitasnya tersebut ialah 30 ppt.
bak. Air yang dimasukkan berasal dari laut yang disedot pompa air kedalam
tandon hingga akhirnya disalurkan menuju bak pemeliharaan larva. Setelah itu air
jam agar larutan dapat tercampur rata dengan air media tersebut. Kemudian
Untuk menjaga agar suhu air selalu baik, maka bak pemeliharaan ditutup
dengan terpal. Fungsinya agar suhu air tetap berada di suhu normal dan kualitas
2.3.3.Penebaran Naupli
Naupli yang ditebar berasal dari PT.Manunggal, Lampung. Penebaran naupli
dilakukan pada siang hari, waktu penebaran tersebut tergantung dari jarak
Sebelum ditebar naupli yang masih berada dalam ember diaklimatisasi terlebih
suhu dan salinitas perlu dilakukan sebelum naupli ditebar ke dalam bak
14
pemeliharaan larva agar naupli tidak mengalami stres.
• Nauplius yang masih berada didalam packing dimasukkan kedalam bak fiber
yang berisi air . Tujuannya agar suhu air dalam packing disesuaikan dengan air
• Ikatan packing dilepas dan dimasukkan air yang berada didalam bak kedalam
packing agar salinitas air didalam packing dan bak pemeliharaan sama, setelah
Setelah dilakukan penebaran aerasi harus diatur, jangan sampai aerasi dalam
bakterlalu besar dan terlalu kecil sehingga dapat menyebabkan stres pada
2.3.4.Pemeliharaan larva
Kegiatan pemeliharaan larva dimulai dari stadia Naupli , stadia Zoea 1-3, stadia
Mysis 1-3, hingga mencapai stadia Post Larva (PL) 1-12. Pemeliharaan larva pada
umumnya dilakukan selama 15 hari atau PL10 (Anwar dkk, 2007). Larva yang
ditebar pada tiap kolam disesuaikan dengan dimensi wadah pemeliharaan. Hal ini
bertujuan agar larva dapat tumbuh dengan maksimal sesuai dengan aturan SNI-
BP, MPZ, Monodon, dan Black.ecara umum pakan yang diberikan pada larva
udang vaname selama proses ada dua jenis yaitu pakan alami (phytoplankton dan
8 kali sehari. Dosis pemberian pakan alami dan buatan pada larva udang
15
vannamei disesuaikan dengan stadia larva (Zainuddin et al., 2014).
a. Pakan Alami
Pakan alami merupakan pakan yang sudah tersedia di alam. Berikut pakan
1. Thalassiosira sp.
Thalassiosira sp. adalah diatom yang digunakan sebagai pakan alami bagi larva
kandungan karbohidrat 26,1% dan kandungan lemak sekitar 11,8% dari berat
sehari yaitu pada jam 09.00 Wib ,03.00 Wib,09.00 Wib,dan 15.00 Wib (Panjaitan
et al., 2015).
2. Artemia
dewasanya mencapai ukuran 1 cm, kurang lebih sama ukurannya dengan jambret
hanya beberapa jenis bakteri serta algae yang dapat bertahan hidup.
diisi air laut yang telah steril sebanyak 7 liter dan diberi aerasi. Selanjutnya, sekitar
24 jam cyste artemia akan menetas menjadi nauplius artemia (Arwan, 2017).
b. Pakan buatan
Pakan buatan merupakan pakan yang sengaja dibuat oleh manusia yang
16
pemeliharaan larva udang vaname, pemberian pakan buatan sangat berpengaruh
Untuk menunjang hal tersebut, perlu dilakukan sistem pemberian pakan buatan
yang tepat waktu, tepat jenis, tepat cara dan tepat guna. Pakan buatan sudah
diberikan pada stadia zoea sampai dengan post larva. Hal yang perlu diperhatikan
dalam memilih pakan buatan adalah nutrisi, ukuran, dan kualitas fisik yang baik.
Pakan buatan yang diberikan kepada larva udang harus memiliki kandungan
nutrisi yang baik sesuai dengan kebutuhan larva untuk pertumbuhan. Kandungan
nutrisi dilihat dari kandungan gizi di dalam pakan seperti kandungan protein,
lemak, karbohidrat, vitamin, kadar air, dan mineral. Kandungan protein pakan
buatan yang baik yaitu minimum 40% sedangkan kandungan lemak maksimal
10%. Adapun pakan buatan yang di gunakan pada hatchery super benur adalah
Manajemen kualitas air adalah suatu usaha untuk menjaga kondisi air tetap
dalam kondisi baik untuk budidaya udang dengan memperhatikan faktor- faktor air
yang merupakan tempat hidup bagi organisme akuatik maupun organisme lainnya
Hal pertama yang dilakukan pada pengelolaan kualitas air adalah pelakuan
dengan filtrasi. Air laut yang disalurkan kedalam bak pemeliharaan terlebih dahulu
17
menghilangkan pasir dan kotoran. Agar air dapat digunakan dengan baik.
fungsi untuk menghilangkan kandungan logam berat yang ada didalam air.
dalam air media pemeliharaan larva udang vaname adalah 20-30 ppt
(BIMANTARA, 2017).
Adapun pengecekan kualitas air pada masa Praktik Kerja Lapang Dua (PKL-2)
Penyakit ikan merupakan gangguan pada fungsi dari organ baik sebagian
maupun secara keseluruhan. Secara garis besar dapat disebabkan oleh dua
faktor, yaitu faktor biotik (parasit, jamur, bakteri, dan virus) dan faktor abiotik
(kualitas pakan yang jelek dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung).
melakukan treatment air, baik treatment air tendon maupun treatment air media
(HARKANI, 2017).
18
2.7. Panen dan Pasca panen
Pemanenan larva udang vaname biasanya dilakukan saat stadia minimal post
larva 9 (PL9) dengan ciri-ciri uropoda telah terbuka semua atau benur yang sudah
siap di tebar di tambak. Namun, hal tersebut dapat berubah sesuai dengan
Pemanenan dilakukan dengan cara penurunan air melalui pipa goyang (pipa
dalam dan pipa saringan bagian dalam) pipa berukuran 6 inc dilobangi dan dibalut
dengan saringan, di sedot dengan selang 2 inc. Air yang keluar langsung disaring
dengan saringan ukuran halus yang tidak bisa membuat larva lepas. Kemudian
halus agar tidak melukai benur dan di tampung di dalam sterofoam yang sudah
diisi air laut. Setelah semua benur sudah di panen, selanjutnya melakukan
Hasil panen yang ditampung pada bak penampungan larva secara perlahan
dilakukan persiapan pengemasan antara lain alat dan bahan yang disiapkan,
kantong plastik yang sudah dilapisi dua agar tidak mudah bocor.
Kantong plasting diberikan air 1:3 dan berisi benur sebanyak 1000-1300
packing diberikan oksigen dan diikat dengan karet gelang yang bertujuan untuk
menahan oksigen dan tumpahnya air packing yang dapat menyebabkan kematian
19
III. METODOLOGI
Blang. Praktik ini dilaksanakan pada tanggal 27 bulan Oktober sampai dengan 25
metode survei suatu praktik yang dilaksanakan untuk memperoleh fakta melalui
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam praktik ini meliputi data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan langsung
vanname. Data sekunder diperoleh dari literatur. Literatur seperti buku, jurnal,
20
3.1.2. Metode Pengambilan Data
Metode data yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:
sarana dan prasarana, mengidentifikasi tata letak lokasi ,mendata jenis wadah
2. Kesesuaian lokasi
Mengamati ketersediaan sumber air laut dan tawar yang akan digunakan,
mengamati jarak sumber air, mengamati sumber tenaga listrik, jarak sumber listrik
yang akan dibutuhkan, mengamati lokasi sekitar, mencari dan informasi mengenai
21
letak geografis aksesibilitas dan keamanan.
untuk sterilisasi, mengikuti langkah kerja dalam persiapan wadah, mendata berapa
lama waktu untuk persiapan media, mengikuti langkah kerja persiapan media.
4. Penebaran Naupli
Mengikuti langkah kerja penebaran naupli yaitu, mulai dari waktu penebaran,
hasil kegiatan.
5. Pengelolaan pakan
a. Pakan alami
Mengikuti langkah kerja kultur pakan alami yaitu, dosis pupuk yang digunakan,
b. Pakan buatan
Mengikuti langkah kerja pemberian pakan buatan yaitu, penyimpanan pakan,
hasil kegiatan.
mendokumentasikan kegiatan.
7. Panen
Mengidentifikasi alat yang digunakan, mengamati dan mencatat waktu panen,
8. Pasca panen
Mengidentifikasi alat yang digunakan dalam pengemasan benur menghitung
22
mendata wilayah tujuan pemasaran dan model transportasi yang digunakan.
yang terjadi ketika proses bisnis ini dijalankan, karena dalam sebuah udaha pasti
· BEP Unit
· BEP Harga
23
d. PP (Payback Period) Rumus (Dewi & Yadnya (2017); Septiana et al.
(2020),
24
IV. PENUTUP
memberikan gambaran singkat dan jelas tentang maksud dan tujuan diadakan
kerja praktek. Besar harapan kami kepada segenap pimpinan dan staf PT.
Swadaya Mitra Perkasa untuk berkenan menyetujui proposal ini dan membimbing
kami selama kerja praktek sehingga tujuan utama dalam pelaksanaan kerja
praktek lapang ini dapat tercapai. Kami mengharapkan dapat tercipta hubungan
baik dan kerjasama yang saling menguntungkan dengan Politeknik Kelautan dan
Budidaya Perikanan.
Kami sadar bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kami mohon saran dan kritik dari bapak/ibu yang berkepentingan dengan
pelaksanaan kerja praktek ini sehingga kegiatan kerja praktek dapat berjalan
dengan baik dan benar sesuai dengan keinginan dan peraturan-peraturan yang
berlaku.
Demikian proposal ini kami ajukan dan atas bantuan bapak/ibu kami ucapkan
banyak terimakasih.
Penulis
\
25
DAFTAR PUSTAKA
26
Amerika Serikat tahun 2009-2017: Pendekatan Model Constant Market Share (CMS).
Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan, 15(1), 57–67.
Firmansyah, M. Y. (2020). Manajemen Pemeliharaan Larva Udang Vannamei Di Pt.
Matahari Cipta Sentosa (Mcs) Kecamatan Banyuglugur Kabupaten Situbondo.
HANDAYANI, F. (2020). Sistem Monitoring Dan Kontrol Kualitas Air Pada Budidaya
Tambak Udang Vaname Berbasis Internet Of Things (IoT) DI KOTA REMBANG.
Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
HARKANI, N. T. R. I. (2017). MANAJEMEN PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
PADA BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) INTENSIF DI
TAMBAK POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN SIDOARJO JAWA TIMUR.
Morrisan, M. A. (2012). Metode penelitian survei. Kencana.
Mustafa, A. M. (2017). HUBUNGAN ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN
PRODUKSI UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI TAMBAK
KABUPATENPESAWARANPROVINSILAMPUNG. Prosiding Forum Inovasi
Teknologi Akuakultur, 375–383.
Nadhif, M. (2016). Pengaruh Pemberian Probiotik pada Pakan dalam berbagai Konsentrasi
terhadap Pertumbuhan dan Mortalitas Udang Vaname (Litopenaeus vannamei).
Universitas Airlangga.
Nugroho, T. W., & Pratama, A. H. S. (2019). STUDI KOMPARASI KINERJA BADAN
USAHA MILIK DESA. BUKU PROSIDING, 78.
Nur’aini, Y., Hanggono, B., & Faries, A. (2019). Penanggulangan penyakit berak putih pada
udang vaname ( Litopenaeus vannamei). Jurnal Perekayasaan Budidaya Air Payau
Dan Laut, 14, 108–117.
NURAZIZAH, D. B. (2018). TEKNIK SELEKSI CALON INDUK UDANG VANAME
(Litopaneus vanamei) DI USAHA DAGANG KSATRIA MAS BENUR TUBAN.
Nurlaila, N., Dewiyanti, I., & Wijaya, S. (2016). Identifikasi dan Prevalensi Ektoparasit pada
Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) di Kabupaten Aceh Besar. Syiah Kuala
University.
Panjaitan, A. S., Hadie, W., & Harijati, S. (2015). Penggunaan Chaetoceros calcitrans,
Thalassiosira weissflogii dan Kombinasinya pada Pemeliharaan Larva Udang
Vaname (Litopenaeus vannamei, Boone 1931). Berita Biologi, 14(3), 235–240.
Permana, G. B. (2021). Analisis Pertumbuhan Tiga Komoditas Akuatik Yang Di
Budidayakan Dengan Sistem Polikultur Pada Kepadatan Berbeda.
Purnamasari, I., Purnama, D., & Utami, M. A. F. (2017). Pertumbuhan udang vaname
(Litopenaeus vannamei) di tambak intensif. Jurnal Enggano, 2(1), 58–67.
Putra, A. Y. U., & Ariyanto, A. (2015). Kajian Teknis Optimalisasi Pompa pada Sistem
Penyaliran Tambang Bawah Tanah di PT. Cibaliung Sumber Daya, Provinsi Banten.
ReTII.
Putri, T., Supono, S., & Putri, B. (2020). Pengaruh jenis pakan buatan dan alami terhadap
27
pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva udang vaname (Litopenaeus vannamei).
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 8(2), 176–192.
Saputra, E. (n.d.). 1-udangvaname.
Supryady, S., Kurniaji, A., Ihwan, I., Renitasari, D. P., & Nursakinah, N. (2021). Performa
Reproduksi Induk dan Tahapan Perkembangan Larva Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei). Jurnal Airaha, 10(02), 202–212.
Sutisna, I. (2021). Teknik Analisis Data Penelitian Kuantitatif. ARTIKEL, 1(4610).
Syarifudin, A. A. (2021). Teknik Pembenihan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) di
Instalasi Pembenihan Udang (IPU) Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo.
UNIVERSITAS AIRLANGGA.
TERKONTROL, Y., & AMIRUDDIN, A. (n.d.). OPTIMASI SALINITAS YANG BERBEDA
PADA LARVA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) STADIA PL 1 SAMPAI
10 PADA WADAH (2017).
Zainuddin, Z., Haryati, H., Aslamsyah, S., & Surianti, S. (2014). Pengaruh level karbohidrat
dan frekuensi pakan terhadap rasio konversi pakan dan sintasan juvenil Litopenaeus
vannamei. Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada, 16(1), 29–34.
28
Lampiran 1.
29
30