Anda di halaman 1dari 68

MANAJEMEN PAKAN PADA PEMBESARAN UDANG

VANAME (Litopenaues vannamei) DOC 77-140

(Laporan Tugas Akhir)

Oleh :

KARDIANTO
NPM : 15742041

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2018
MANAJEMEN PAKAN PADA PEMBESARAN UDANG
VANAME (Litopenaues vannamei) DOC 77-140

Oleh :

KARDIANTO
NPM : 15742041

Laporan Tugas Akhir Mahasiswa

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Sebutan


Ahli Madya Perikanan (A.Md.Pi)
Pada
Program Studi Budidaya Perikanan

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Judul TA : Manajemen Pakan Pada Pembesaran Udang Vaname


(Littopenaeus vannamei) DOC 77-140
Nama mahasiswa : Kardianto
NPM : 15742041
Jurusan : Peternakan
Program Studi : Budidaya Perikanan

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dwi Puji Hartono, S.Pi., M.Si Pindo Witoko, S.Pi., M.P


NIP. 197602202000031002 NIP. 198306142008121003

Mengetahui,
Ketua Jurusan Peternakan

Ir. Zairiful M.P


NIP. 196004121988111002

Tanggal Ujian : 06 Juni 2018


ABSTRAK

MANAJEMEN PAKAN PADA PEMBESARAN UDANG VANAME


(Litopenaeus vannamei) DOC 77-140

Oleh :

KARDIANTO

Dibawah bimbingan :
Bapak Dwi Puji Hartono, S.Pi., M.Si., sebagai pembimbing I, dan
Bapak Pindo Witoko, S.Pi., M.P., sebagai pembimbing II.

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) yang dikenal dengan nama udang


putih adalah spesies introduksi asal dari perairan Amerika Tengah. Budidaya
udang vaname merupakan upaya untuk meningkatkan produksi udang Indonesia
menggantikan udang windu (Penaeus monodon) yang telah mengalami penurunan
kualitas dan gagal produksi akibat faktor teknis maupun non teknis. Manajemen
pemberian pakan merupakan salah satu dari beberapa aspek keberhasilan
budidaya udang. Hal ini karena biaya pakan menempati 60 – 70% dalam
perhitungan biaya produksi. Pengelolaan pakan harus dilakukan sebaik mungkin
dengan memperhatikan apa, berapa banyak, kapan, berapa kali, dan dimana udang
diberi pakan. Penerapan program pakan hendaknya disesuikan dengan tingkah
laku makan kultivan, serta siklus alat pencernaan guna memaksimalkan
penggunaan pakan. Pada DOC 77-140 metode pemberian pakan dilakukan
menggunakan metode Feeding rate (FR) dengan presentase 2,74 - 1,88 %, dan
hasil pengontrolan anco dengan frekuensi pemberian pakan 5 kali dalam sehari.
Hasil yang diperoleh dalam manajemen pakan pada pembesaran udang vaname
DOC 77-140 diperoleh nilai MBW dari 13,66 gram/ekor menjadi 33,78
gram/ekor. Sedangkan nilai ADG akhirnya sebesar 0,25 % dengan FCR sebesar
1,52 dan efisiensi pemanfaatan pakan sebesar 65,5 %.

Kata kunci : Manajemen pakan, Udang vaname, Pertumbuhan.


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Kardianto. Penulis dilahirkan

dari pasangan Ayahanda Sumardi dan Ibunda Parjinem

dilahirkan di Tanjung Agung pada 28 Juni 1997. Penulis

adalah anak kedua dari dua bersaudara. Penulis

mengawali pendidikan di SD Negeri 3 Tanjung Agung yang

diselesaikan pada tahun 2009, selajutnya pada tahun 2012 penulis telah

menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 1 Katibung, hingga akhirnya pada

pertengahan tahun 2015 penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1

Merbau Mataram dan pada tahun yang sama penulis diterima di Politeknik Negeri

Lampung, Jurusan Peternakan, Program Studi Budidaya Perikanan.

Keorganisasian yang pernah penulis ikuti adalah tahun 2015 sebagai Staf

Muda Kabinet Sinergi dan Berkarya, Badan Eksekutif Mahasiswa. Pada tahun

2016 sebagai Staf Ahli Koordinator Himpunan Mahasiswa Jurusan Kementrian

Dalam Negeri, Kabinet Ceria, Badan Eksekutif Mahasiswa, dan pada tahun 2017

sebagai Wakil Menteri Koordinator Internal Kampus Kabinet Progresive, Badan

Eksekutif Mahasiswa Politeknik Negeri Lampung.


Dengan menyebut nama allah yang maha pengasih
lagi maha penyayang, kupersembahkan sebuah
karya sederhana ini untuk :

Kedua orang tuaku tercinta yang tak henti-


hentinya selalu berdo’a dan memberikan dukungan
untuk kesuksesan dan keberhasilanku, semoga
dengan karya aku bisa membuat mereka
bangga, dan seluruh keluarga tercinta yang
selalu memberikan motivasi, do’a dan
dukungannya.

Seluruh Dosen Budidaya Perikanan yang


selalu membimbing dan mengingatkan ku
untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Untuk para sahabat dan teman-teman seperjuangan


khsususnya budidaya perikanan angkatan 2015,
dengan keberagaman warna kita bertemu dan
menyatu. Semoga kita semua tidak menjadi
PELANGI yang datang hanya pada saat hujan
turun
Motto

Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak


kesabaran (yang kau jalani) yang akan membuatmu
terpana hingga kau lupa pedihnya rasa sakit
(Imam Ali bin Abi Thalib AS)

“Do the best and pray. God will take care of the rest”

Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap


(Q.S. Al-Inshirah : 8)
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas segala rahmat dan karunia yang telah diberikan Allah SWT

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang

berjudul “Manajemen Pakan Pada Pembesaran Udang Vaname (Littopenaeus

vannamei) DOC 77-140”. Penulis menyadari bahwa tanpa ada bimbingan dan

dorongan dari semua pihak laporan tugas akhir ini tidak akan berjalan dengan

sebaik ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Kedua Orang Tua yang telah membiayai dan memberikan dukungan

sehingga penulis dapat melaksankan pendidikan dengan baik.

2. Bapak Ir. Zairiful, M.P., selaku ketua Jurusan Peternakan, Politeknik

Negeri Lampung.

3. Ibu Dian Febriani, S.Pi., M.Si., selaku ketua Program Studi Budidaya

Perikanan Politeknik Negeri Lampung.

4. Bapak Dwi Puji Hartono, S.Pi., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I.

5. Bapak Pindo Witoko, S.Pi., M.P., selaku Dosen Pembimbing II.

6. Bapak Ratno Timur S.Pi., dan Bapak Sukarno Ekawana A.Md.Pi., selaku

Pembimbing Lapang selama Praktik Kerja Lapang di PT. Indonusa Yudha

Perwita.

7. Teman-teman seperjuangan Budidaya Perikanan Angkatan 2015 yang

selalu bersama dalam keadaan suka dan duka.


8. Keluarga besar Presidium Inti Kabinet Progresive periode 2017, Badan

Eksekutif Mahasiswa Politeknik Negeri Lampung.

9. Keluarga besar Oemah Keong (Fajar, Gufron, Habib, Taufik, Setyo dan

Yosefa) yang saling memberikan support dan sama - sama berjuang dalam

menyelesaikan laporan tugas akhir.

10. Siti Pipit Rahayu seorang wanita yang selalu memberikan dukungan dan

motivasi dalam penyusunan laporan tugas akhir.

11. Para sahabat, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan tugas akhir ini masih jauh

dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran dari

semua pihak demi kesempurnaan penulisan laporan tugas akhir ini.

Bandar Lampung, 02 Agustus 2018

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv

I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang............................................................................ 1


1.2 Tujuan ......................................................................................... 3
1.3 Kerangka Pemikiran ................................................................... 3
1.4 Kontribusi ................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5


2.1 Klasifikasi dan Morfologi Udang Vaname .................................. 5
2.2 Habitat dan Tingkah Laku ........................................................... 6
2.3 Siklus Hidup ................................................................................ 7
2.4 Pakan dan Kebiasaan Makan Udang Vaname ............................. 9
2.5 Manajemen Pakan Udang Vaname .............................................. 10
2.5.1 Jenis Pakan ........................................................................ 11
2.5.2 Program Pemberian Pakan................................................. 11
2.5.3 Cara pemberian Pakan ....................................................... 12
2.5.4 Frekuensi Pakan ................................................................. 12
2.5.5 Pengecekan Anco .............................................................. 13
2.6 Pustaka Pembanding Manajemen Pakan...................................... 14

III. METODE PELAKSANAAN .......................................................... 16

3.1 Waktu dan Tempat...................................................................... 16


3.2 Alat dan Bahan ........................................................................... 16
3.2.1 Alat .................................................................................... 16
3.2.2 Bahan................................................................................. 17
3.3 Metode Pengambilan Data.......................................................... 17
3.3.1 Data Primer ....................................................................... 17
3.3.2 Data Sekunder ................................................................... 17
3.4 Metode Pelaksanaan ................................................................... 18
3.4.1 Pemilihan Jenis dan Nomor Pakan .................................... 18
3.4.2 Pemberian Pakan Fase Demand Feeding .......................... 18
3.4.3 Penimbangan dan Teknik Pemberian Pakan ..................... 19
3.4.4 Pengecekan Anco .............................................................. 20
3.4.5 Sampling ........................................................................... 22
3.5 Parameter Pengamatan ............................................................... 22
3.5.1 MBW (Mean Body Weight) ............................................... 23
3.5.2 ADG (Average Daily Growth) .......................................... 23
3.5.3 FCR (Feed Convertion Ratio) ........................................... 23
3.5.4 Efisiensi Pakan .................................................................. 24
3.5.5 Kualitas air ........................................................................ 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 27

4.1 Prinsip Dasar Pengelolaan Pemberian Pakan ............................. 27


4.2 MBW (Mean Body Weight) ........................................................ 29
4.3 ADG (Average Daily Growth).................................................... 32
4.4 Feed Convertion Ratio (FCR) .................................................... 34
4.5 Efisiensi Pakan (%)..................................................................... 36
4.6 Kualias Air ................................................................................... 37
4.6.1 Suhu ................................................................................... 37
4.6.2 pH (Power oh hidrogen) .................................................... 38
4.6.3 DO (Disolved oxygent) ...................................................... 39
4.6.4 Salinitas ............................................................................. 39
4.6.5 Alkalinitas.......................................................................... 40
4.6.6 Amonia .............................................................................. 40

V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 42

5.1 Kesimpulan ................................................................................. 42


5.2 Saran ........................................................................................... 42

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 43

LAMPIRAN ............................................................................................... 45

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Tahapan Perkembangan Udang Vaname ............................................... 8

2. Syarat Mutu Pakan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)................ 10

3. Kesesuaian Nomor Pakan Dengan MBW Udang Vaname .................... 11

4. Perbandingan Jumlah Anco Dengan Luasan Tambak. ........................... 14

5. Hasil Penelitian Manajemen Pemberian Pakan Supono (2011) ............. 14

6. Peralatan Penunjang Dalam Pembesaran Udang Vaname ..................... 16

7. Bahan Yang Digunakan Dalam Pembesaran Udang Vaname ................ 17

8. Kesesuaian Nomor Pakan Dengan MBW Udang Vaname .................... 18

9. Feed Convertion Ratio (FCR) Udang Vaname ...................................... 34


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Morfologi Udang Vaname...................................................................... 6

2. Siklus Hidup Udang Vaname ................................................................. 8

3. Penebaran Pakan Pada Feeding Area .................................................... 20

4. Penebaran Pakan Pada Anco .................................................................. 20

5. Pengontrolan Anco ................................................................................. 21

6. Grafik Pertumbuhan MBW Udang......................................................... 30

7. Grafik Pertumbuhan ADG Udang .......................................................... 32


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Tabel Pengontrolan Anco ....................................................................... 46

2. Perhitungan MBW Udang ...................................................................... 48

3. Perhitungan ADG Udang ....................................................................... 49

4. Perhitungan FCR .................................................................................... 50

5. Perhitungan Efisiensi Pakan ................................................................... 51

6. Kualitas Air Pada DOC 77-140 .............................................................. 52

7. Dokumentasi Kegiatan ........................................................................... 54


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia sebagai wilayah kepulauan memiliki wilayah perairan yang

sangat luas, yaitu 5,8 juta km² wilayah laut dengan garis pantai sepanjang 81.000

km. Kondisi air laut bertemperatur hangat dan tenang, terutama di wilayah teluk

yang memiliki potensi untuk pengembangan budidaya perikanan air laut, antara

lain karang laut, kerang dan ikan. Selain itu juga terdapat pengembangan

budidaya tambak ikan dan udang di wilayah pesisir. Menurut Nuhman (2008)

terdapat potensi wilayah daratan yang luas sehingga bisa dimanfaatkan sebagai

kawasan budidaya perikanan darat.

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) yang dikenal dengan nama udang

putih adalah spesies introduksi asal dari perairan Amerika Tengah dan negara-

negara di Amerika Tengah dan Selatan seperti Ekuador, Venezuela, Panama,

Brasil, dan Meksiko. Udang vaname mulai masuk dan dikenalkan di Indonesia

pada tahun 2001 melalui SK Menteri Kelautan dan Perikanan RI. No. 41/2001

sebagai upaya untuk meningkatkan produksi udang Indonesia menggantikan

udang windu (Penaeus monodon) yang telah mengalami penurunan kualitas dan

gagal produksi akibat faktor teknis maupun non teknis (Pratama et al., 2017).

Beberapa keunggulan yang dimiliki udang vaname antara lain

responsif terhadap pakan yang diberikan, lebih tahan terhadap serangan penyakit

dan lingkungan yang kurang baik. Dengan keunggulan yang dimiliki tersebut,

udang vaname sangat potensial untuk dikembangkan mulai dari sistem budidaya
2

tradisional hingga secara intensif. Perkembangan sistem budidaya dari tradisional

ke intensif pada mayoritas tambak udang vaname memiliki potensi terhadap

peningkatan pencemaran lingkungan. Pemanfaatan pakan yang berlebihan akan

menyebabkan penumpukan bahan organik sehingga perlu dilakukannya upaya

pengelolaan pakan untuk mengurangi resiko tersebut.

Manajemen pemberian pakan merupakan salah satu dari beberapa aspek

keberhasilan budidaya udang. Hal ini karena biaya pakan menempati 60 – 70%

dalam perhitungan biaya produksi (Nababan, 2015). Pada kegiatan budidaya

udang, pengelolaan pakan harus dilakukan sebaik mungkin dengan

memperhatikan apa, berapa banyak, kapan, berapa kali, dan dimana udang diberi

pakan. Penerapan program pakan hendaknya disesuikan dengan tingkah laku

makan kultivan, serta siklus dan alat pencernaan guna memaksimalkan

penggunaan pakan.

Pada DOC 77-140 merupakan tahap akhir masa budidaya sehingga

pemberian pakan harus dilakukan seefisien mungkin untuk mendapatkan hasil

yang maksimal pada akhir pemeliharaan. Untuk mendapatkan hasil yang

maksimal, para pembudidaya selalu berusaha menekan biaya produksi yang

seefisien mungkin dari berbagai komponen produksi, salah satunya adalah

dengan berbagai aplikasi dan teknik pemberian pakan buatan pada budidaya

udang. Berdasarkan hal tersebut maka Laporan Tugas Akhir ini mengambil tema

manajemen pemberian pakan pada budidaya udang vaname (Litopenaeus

vannamei).
3

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan laporan tugas akhir ini adalah untuk :

1. Mengetahui dan memahami manajemen pemberian pakan dalam

pembesaran udang vaname pada DOC 77-140.

2. Mengetahui efektivitas pakan yang diberikan terhadap pertumbuhan udang

vaname.

1.3 Kerangka Pemikiran

Udang vaname merupakan salah satu jenis udang yang telah dibudidayakan

di Indonesia karena memiliki prospek pasar yang sangat luas. Dalam melakukan

pembesaran udang vaname memiliki banyak aspek yang harus diperhatikan antara

lain adalah manajemen pakan. Manajemen pemberian pakan merupakan salah satu

dari beberapa aspek keberhasilan dalam berbudidaya. Pemberian pakan yang

optimum dapat meningkatkan pertumbuhan sehingga udang yang dibudidayakan

tidak mengalami kekurangan pakan ataupun kelebihan pakan yang akan

berdampak pada pertumbuhan udang tersebut. Dalam menentukan program

pemberian pakan udang secara mendasar harus mengacu pada feeding habits

(kebiasaan pola makan) dan foods habits (kebiasaan makan berdasarkan jenis

makanan) dari udang itu sendiri agar pemberian pakan yang dilakukan terukur

dan tepat sasaran baik dari segi waktu dan tingkat kebutuhan udangnya.

Udang vaname memiliki sifat continous feeder (makan sedikit demi sedikit

tetapi secara terus menerus) sehingga membutuhkan pakan selalu tersedia dalam

kondisi baik. Dengan mengacu pada kebiasaan makan udang maka kita dapat

menentukan jumlah dan frekuensi pemberian pakan yang diberikan. Jumlah pakan
4

yang diberikan selama budidaya akan mempengaruhi nilai FCR (Feed Covertion

Ratio) sehingga akan berdampak pada biaya produksi yang dikeluarkan. Oleh

karena itu perlu dilakukannya manajemen pemberian pakan dalam pembesaran

udang vaname agar jumlah pakan yang diberikan sesuai dengan jumlah produksi

yang dihasilkan.

1.4 Kontribusi

Pengembangan tekonologi dalam pembesaran udang vaname yang telah

diterapkan oleh PT. Indonusa Yudha Perwita diharapkan dapat diterapkan kembali

dimasyarakat terutama program dan manajemen pemberian pakan yang telah

diterapkan oleh perusahaan tersebut.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) berasal dari daerah sub-tropis pantai

barat Amerika. Berikut klasifikasi udang vannamei menurut Edhy et., al (2010).

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Sub filum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Sub Ordo : Dendrobranchiata
Famili : Penaeidea
Genus : Litopenaeus
Species : Litopenaues vannamei

Tubuh udang vaname dibentuk oleh dua cabang (Biramous), yaitu

exopodite dan endopodite. Seluruh tubuhnya tertutup oleh eksoskeleton yang

terbuat dari bahan kitin. Tubuhnya beruas – ruas dan mempunyai aktivitas

berganti kulit (moulting). Menurut Suyanto dan Mudjiman (2001) dalam Zakaria

(2010) tubuh udang yang dilihat dari luar terdiri dari tiga bagian, yaitu begian

depan yang disebut cephalothorax, serta menyatunya begian kepala dan serta

bagian belakang (perut) yang disebut abdomen dan terdapat ekor atau uropod

pada bagian ujungnya (Gambar 1).


6

Gambar 1. Morfologi udang vaname (Haliman dan Adijaya, 2005


dalam Zakaria, 2010)
Keterangan :
1. Kelopak Mata 7. Pleopod 13. Hepatic (Hati)
2. Antennulae 8. Rostrum 14. Cardia Cregion
3. Antenna 9. Antennal spine 15. Telson
4. Rahang Atas II 10. Supraorbital Spine 16. Uropod
5. Rahang Atas III 11. Orbital Spine
6. Periopod 12. Hepatic Spirse

Ciri khususnya yang dimiliki udang vaname adalah adanya pigmen

karotenoid yang terdapat pada bagian kulit. Kadar pigmen ini akan semakin

berkurang seiring pertumbuhan udang, karena pada saat molting sebagian pigmen

yang terdapat pada kulit akan terbuang. Keberadaan pigmen ini memberikan

warna putih kemerahan pada tubuh udang (Haliman dan Adijaya, 2005 dalam

Zakaria, 2010).

2.2 Habitat dan Tingkah Laku

Di alam udang vaname menyukai dasar berlumpur, udang ini juga

ditemukan menempati daerah mangrove yang masih belum terganggu. Udang

vaname dapat beradaptasi dengan baik pada level salinitas yang luas atau

euryhaline (Manoppo, 2011).


7

Udang vaname bersifat nocturnal, yaitu lebih banyak beraktifitas pada

daerah yang gelap. Sering ditemukan memendamkan diri dalam lumpur/pasir

dasar kolam bila siang hari, dan tidak mencari makan. Akan tetapi jika siang hari

tetap diberi pakan maka udang vaname akan bergerak untuk mencari makanan, itu

berarti sifat nocturnal pada udang vaname ini tidak mutlak (Edhy et al., 2010).

Udang vaname memiliki sifat continous feeder (makan sedikit demi

sedikit tetapi secara terus menerus) sehingga membutuhkan pakan selalu tersedia

dalam kondisi baik. Dalam mencari makan udang akan berenang menggunakan

kaki jalan yang memiliki capit untuk mendekati sumber pakan. Pakan langsung

dijepit menggunakan capit kaki jalan, kemudian pakan dimasukkan ke dalam

mulut. Selanjutnya pakan yang berukuran kecil masuk ke dalam kerongkongan

dan esofagus. Bila pakan yang dikonsumsi berukuran lebih besar, akan dicerna

secara kimiawi terlebih dahulu oleh maxilliped di dalam mulut (Supono, 2017).

2.3 Siklus Hidup

Udang vaname adalah binatang catadroma, artinya ketika dewasa ia bertelur

dilaut berkadar garam tinggi, sedangkan ketika stadia larva ia migrasi ke daerah

estuaria berkadar garam rendah. Telur udang vannamei bersifat menyebar dalam

air dan menetas menjadi nauplius diperairan laut lepas bersifat zooplankton.

Selanjutnya dalam perjalanan migrasi kearah estuaria, larva udang vaname

mengalami beberapa kali metamorfosa. Siklus hidup udang vaname yaitu naupli,

zoea, mysis, postlarva (megalopa), juvenille hingga dewasa (Gambar 2).


8

Gambar 2. Siklus hidup udang vaname (Manoppo, 2011)

Larva udang vaname mengalami tiga tahap perkembangan (gambar 2), yaitu

nauplii, zoea, dan mysis kemudian bermetamorfosis menjadi post larva (PL). Saat

telur menetas menjadi nauplii, larva hanya menghabiskan sisa cadangan makanan

dari telur (egg yolk). Pada tahap zoea memakan fitoplankton yang dilanjutkan

dengan zooplankton. Tahap mysis dan selanjutnya udang memakan organisme

kecil lain seperti artemia. Berikut adalah tahapan perkembangan, waktu dan

ukuran udang vaname dari telur hingga post larva (Tabel 1).

Tabel 1. Tahapan perkembangan udang vaname

Tahapan Waktu dalam Tahapan (280) Ukuran di Akhir Tahapan


Telur ± 14 jam Diameter ± 220 µm
Nauplii I, II, III, IV, V 36-51 jam Panjang: 0,43-0,58 mm
Lebar: 0,18 – 0,22 mm
Zoea I 36-48 jam Panjang total: 1,0 mm
Panjang ekor: 0,3 mm
Zoea II 36-48 jam Panjang total: 1,28-2,01 mm
Panjang ekor: 0,72-0,87 mm
Zoea III 36-48 jam Panjang total: 2,4-2,59 mm
Panjang ekor: 0,93-1,40 mm
Mysis I 24 jam Panjang total: 3,5 mm
Panjang ekor: 1,2 mm
Mysis II 24 jam Panjang total: 3,3-4,2 mm
Panjang ekor: 1,2-1,4 mm
Mysis III 24 jam Panjang total: 3,9-4,7 mm
Panjang ekor: 1,3-1,5 mm
Post Larva I 24 jam Panjang total: 4,2-5,0 mm
Panjang ekor: 1,4-1,6 mm
Sumber : Susylowati (2012)
9

2.4 Pakan dan Kebiasaan Makan Udang Vaname

Udang vaname merupakan omnivora dan scavenger (pemakan bangkai).

Makanannya biasanya berupa crustacea kecil dan polychaetes (cacing laut).

Udang vaname mempunyai pergerakan yang hanya terbatas dalam mencari

makanan dan mempunyai sifat dapat menyesuaikan diri terhadap makanan

yang tersedia lingkungannya. Udang vaname mempunyai sifat mencari makan

pada siang dan malam hari (diurnal dan nokturnal) dan sangat rakus. Sifat

tersebut perlu untuk diketahui karena berkaitan dengan jumlah pakan dan

frekuensi pemberian pakan yang akan diberikan.

Udang vaname memerlukan pakan dengan kandungan protein 35 %. Ini

lebih rendah dibanding dengan kebutuhan pakan untuk udang Penaeus monodon,

dan Penaeus japonicus yang kebutuhan protein pakannya mencapai 45 % untuk

tumbuh dengan baik. Hal ini menunjukan dari segi pakan udang vaname lebih

ekonomis dibandingkan dengan udang Penaeus monodon, dan Penaeus japonicus

sebab bahan pangan yang mengandung protein banyak tentu lebih mahal

(Haliman dan Adiwijaya, 2011). Dalam melakukan budidaya udang secara

intensif menggunakan pakan buatan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi udang.

Pakan buatan untuk udang vaname digolongkan menjadi 3 jenis yaitu starter,

grower, dan finisher yang mempunyai bentuk, ukuran, kandungan nutrisi dan

fungsinya masing-masing menyesuaikan dengan kebutuhan pakan udang vaname.

Berikut ini adalah syarat mutu yang baik untuk pakan udang vaname yang

terdapat pada (Tabel 2).


10

Tabel 2. Syarat mutu pakan udang vaname (Litopenaeus vannamei)

No Kriteria Uji Satuan Penyetaraan Mutu


Starter Grower Finisher
1 Kadar air, maks % 12 12 12
2 Kadar protein, min % 32 30 30
3 Kadar lemak, min % 6 6 5
4 Kadar serat kasar, maks % 4 4 4
5 Kadar abu, maks % 15 15 15
6 Kestabilan dalam air % 90 90 90
(setelah 90 menit), min
7 Nitrogen bebas, maks % 0.15 0.15 0.15
8 Kandungan antibiotic % 0 0 0
9 Bentuk dan diameter Mm Crumble < Pellet 1.6 Pellet >
1.6 –2 2
Sumber : SNI 7549:2009

Udang vaname mencari dan mengidentifikasi pakan menggunakan sinyal

kimiawi berupa getaran dengan bantuan organ sensor yang terdiri dari bulu -

bulu halus (seta). Dengan bantuan sinyal kimiawi yang ditangkap udang akan

merespon untuk mendekati atau menjauhi sumber pakan. Pakan merupakan

sumber nutrisi yang terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.

Nutrisi digunakan oleh udang vaname sebagai sumber energi untuk pertumbuhan

dan berkembang biak. Secara alami udang tidak mampu mensintesis protein dan

asam amino, begitu pula senyawa anorganik. Oleh karena itu asupan protein dari

luar dalam bentuk pakan buatan sangat dibutuhkan (Nuhman, 2008).

2.5 Manajemen Pakan Udang Vaname

Manajemen pakan pada dasarnya suatu metode/cara pemberian pakan

udang dalam satu siklus budidaya. Kegiatan ini ikut menentukan tingkat

keberhasilan suatu sistem budidaya udang secara menyeluruh terutama

keterkaitannya dengan tingkat biaya produksi yang telah dikeluarkan, sehingga


11

dalam penyusunannya perlu kecermatan dan ketepatan dalam menentukan tingkat

kebutuhan udang terhadap pakan. Program pakan meliputi pemilihan jenis pakan,

program pemberian pakan, pemberian pakan, waktu pemberian pakan, dan

pengecekan anco (Edhy et al., 2010).

2.5.1 Jenis Pakan

Jenis, bentuk dan ukuran pakan tergantung pada berat udang itu sendiri,

karena pakan yang diberikan menyesuaikan dengan ukuran bukaan mulut udang

sehingga semakin besar ukuran udang maka semakin besar ukuran pakan yang

digunakan (Edhy et al., 2010). Berikut ini adalah kesesuaian bentuk pakan dengan

umur udang yang terdapat pada (Tabel 3).

Tabel 3. Kesesuaian nomor pakan dengan MBW udang vaname

Umur udang Berat udang (gr) Bentuk Pakan Nomor pakan


(hari)
1 – 15 0.1 – 1 Fine Crumble 0
16 – 30 1.1 – 2.5 Crumble 1+2
31 – 45 2.6 – 5 Crumble 2
46 - 60 5.1 – 8 Pellet 2+3
61 - 75 8.1 – 14 Pellet 3
76 - 90 14.1 – 18 Pellet 3+4
91 - 105 18.1 – 20 Pellet 4
106 - 120 20.1 – 22.5 Pellet 4
Sumber : SNI 7549:2009

2.5.2 Program Pemberian Pakan

Acuan Pemberian pakan udang adalah memberikan pakan secara cukup

sesuai kebutuhan nutrisi udang dengan jumlah yang dibutuhkan, secara garis besar

teknik penentuan dosis pakan pada DOC 77-140 menggunakan metode FR dan

hasil kontrol anco. Haliman dan Adiwijaya (2011) menyatakan bahwa pemberian

pakan udang setelah blind feeding, dilakukan berdasarkan kebutuhan udang

(demand feeding). Tingkat kebutuhan pakan udang dapat dilihat dari nafsu makan
12

udang berdasarkan scoring anco. Hal yang perlu diperhatikan dalam program

pemberian pakan dengan scoring anco yaitu Feeding Rate (FR), Feed Convertion

Rate (FCR) dan nafsu makan udang. FR yaitu persentase pakan yang

digunakan untuk mencapai pertumbuhan. Sedangkan FCR merupakan

perbandingan antara jumlah pakan yang diberikan dengan jumlah biomassa

udang yang dihasilkan. Nafsu makan udang sangat mempengaruhi dalam

pembuatan program pemberian pakan udang. Hal yang mempengaruhi nafsu

makan udang antara lain kondisi kualitas air, cuaca, kondisi dasar tambak yang

kotor, suhu, kondisi pakan, periode moulting massal, penyakit, dan teknik

pengoplosan pakan saat pergantian nomor pakan (Sobana, 2008 dalam Purbaya,

2011).

2.5.3 Cara pemberian Pakan

Cara pemberian pakan dilakukan dengan melakukan penebaran pakan secara

merata pada feeding area. Feeding area adalah bagian dasar tambak yang

digunakan sebagai sasaran lokasi penebaran pakan selama proses budidaya. Selain

ditebar secara merata pada feeding area pakan juga ditebar pada anco dengan

jumlah yang sudah ditentukan berdasarkan tabel presentase pakan pada anco pada

masing-masing SOP budidaya yang digunakan (Edhy et al., 2010).

2.5.4 Frekuensi Pakan

Frekuensi pakan merupakan salah satu bagian dari program pakan yang

memiliki peran strategis dalam menentukan keberhasilan suatu program pakan

pada satu periode budidaya. Frekuensi pakan dapat diartikan sebagai berapa kali

suatu kegiatan pemberian pakan diberikan dalam satu hari.


13

Edhy (2006) dalam Purbaya (2011) menyatakan bahwa frekuensi pakan perlu

disusun berdasarkan pemikiran sebagai berikut :

1. Tingkat kebutuhan udang akan pakan relatif selalu berubah

(fluktuatif) berdasarkan waktu.

2. Nafsu makan udang relatif berbeda antara pagi, siang, sore dan malam.

3. Menghindari adanya over feeding (jumlah pakan berlebihan).

Frekuensi pakan merupakan program pakan harian sehingga pemberian

pakan dapat menyesuaikan dengan tingkat kebutuhan udang. Efektifitas dan

efisiensi program pakan melalui tolok ukur FCR dapat terkontrol secara

harian. Penyusunan frekuensi pemberian pakan merupakan program yang

berkesinambungan dalam satu siklus budidaya yaitu dari mulai tebar sampai

udang dipanen (Nuhman, 2008).

2.5.5 Pengecekan Anco

Anco merupakan suatu alat yang terbuat dari kain kassa (nylon

strimmin) berbentuk kotak dengan ukuran tertentu. Anco digunakan sebagai

pengontrol program pakan, pertumbuhan serta kualitas udang secara

harian/insidental. Pengecekan anco dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan

keseragaman udang, tingkat konsumsi pakan dan nafsu makan udang, memantau

kesahatan udang, dan kondisi udang apakah udang sedang ganti kulit (molting)

atau tidak (Edhy et al., 2010). Jumlah anco yang digunakan menyesuaikan dengan

luasan tambak yang digunakan, semakin luas ukuran tambak yang digunakan

maka jumlah anco yang digunakan akan semakin banyak karena menyesuaikan

dengan luasan feeding-areanya. Berikut adalah perbandingan luasan tambak

dengan jumlah anco yang digunakan terdapat pada (Tabel 4).


14

Tabel 4. Perbandingan jumlah anco dengan luasan tambak.

Ukuran Tambak (Hektar) Jumlah Anco


0,5 4
0,6-0,7 5
0,8-1,0 6
2,0 10-12
(Sumber : Edhy et al., 2010)

2.6 Pustaka Pembanding Manajemen Pakan Pembesaran Udang Vaname

Manajemen pemberian pakan adalah memberikan pakan secara tepat sesuai

kebutuhan udang untuk hidup dan tumbuh secara optimal. Berikut ini adalah hasil

penelitian yang dilakukan oleh (Supono, 2011) yang melakukan penelitian terkait

manajemen pemberian pakan dalam pembesaran udang vaname di tambak dapat

dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil Penelitian Supono, 2011 di Kabupaten Tulang Bawang, Lampung.

Padat Umur Jumlah FCR Populasi SR MBW Hasil


tebar (DOC) pakan Panen panen Panen
(kg)
130 14.380 1.6 510.457 91 17,2 8.797
115 124 14.180 1.3 544.217 92 19,4 10.557
122 13.935 1.4 535.626 94 18,8 10.047
(Sumber : Supono, 2011)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Supono (2011) menggunakan tambak

yang masing-masing memiliki ukuran 5000 m2 dengan padat tebar rata-rata 115

ekor/m2. Metode yang digunakan adalah studi kasus (case study) terhadap tambak

udang vaname di Kabupaten Tulang Bawang, Lampung. Manajemen pemberian

pakan yang dilakukan pada tambak di Kabupaten Tulang Bawang, Lampung

dilakukan menggunakan metode FR dengan frekuensi pemberian pakan 4-5 kali

dalam sehari.
15

Berdasarkan data yang yang terdapat diatas, pada masing-masing kolam

dipelihara menggunakan waktu pemeliharaan/umur budidaya yang berbeda-beda

tetapi masih diberikan perlakuan yang sama. Dari data diatas diperoleh nilai FCR

1.3-1.6 yang artinya untuk menghasilkan 1 kg udang membutuhkan 1.3 sampai

1.6 kg pakan. Hasil tersebut menunjukan bahwa manajemen pemberian pakan

yang dilakukan berjalan dengan cukup baik. Nilai MBW udang pada masing-

masing tambak yaitu 17,2-19,4 gram/ekor dengan biomassa akhir 8.797 – 10.047

kg/kolam, hasil tersebut sebanding dengan jumlah pakan yang diberikan sehingga

proses budidaya yang dilakukan dengan metode pemberian pakan FR dan hasil

pengontrolan anco cukup efektif (Supono, 2011).


III. BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penyusunan Tugas Akhir (TA) merupakan bagian dari kegiatan Praktik

Kerja Lapang (PKL) yang dilaksanakan selama 2,5 bulan, dimulai pada tanggal 19

Februari 2018 hingga 03 Mei 2018. Berlokasi di PT. Indonusa Yudha Perwita,

Dusun Kepuh, Desa Patrol Lor, Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu, Jawa

Barat.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Peralatan yang digunakan untuk mendukung pengamatan manajemen

pemberian pakan dalam pembesaran udang vaname selama Praktik Kerja Lapang

adalah sebagai berikut :

Tabel 6. Peralatan penunjang dalam pembesaran Udang Vaname

No Nama Alat Fungsi Spesifikasi


1 Timbangan Menimbang pakan dan boot Digital
2 Bak Plastik Wadah menimbnag pakan Terbuat dari plastik
3 Ember Wadah menebar pakan Terbuat dari plastik
4 Piring Alat penebar pakan. Terbuat dari plastik
5 Anco Pengontrol pakan Strimin
6 Mobil Transportasi Terbuat dari besi
7 Kincir Menambah oksigen XL (0,75 PK)
8 Tambak Sebagai media budidaya Semi plastik (2000 m2)
9 Jala Mengambil sampel Nilon (3 meter)
10 Gudang pakan Menyimpan pakan Bangunan permanen
11 DO meter Mengukur suhu dan DO Digital
12 pH meter Mengukur pH Digital
13 Refraktometer Mengukur salinitas Digital
17

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan untuk mendukung pengamatan manajemen

pemberian pakan dalam pembesaran udang vaname selama Praktik Kerja Lapang

adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Bahan yang digunakan dalam Pembesaran Udang Vaname

No Nama Bahan Jumlah Satuan Spesifikasi


1 Udang vaname 219.476 Ekor DOC 77
2 Pakan 7369 Kg Pellet
3 Amonia Test-kit - ppm Larutan
4 Nitrit Test-kit - ppm Larutan
5 Alkaline Test-kit - ppm Larutan

3.1 Metode Pengambilan Data

3.3.1 Data Primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh dari melaksanakan kegiatan secara

langsung di lapangan yang mencakup semua kegiatan yang berhubungan dengan

manajemen pemberian pakan selama budidaya berlangsung seperti menimbang

pakan, melakukan pemberian pakan dan kontrol anco.

3.3.1 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui studi literatur, arsip – arsip serta dokumen

– dokumen yang dimiliki instansi yang terkait dengan judul praktik yang

dilakukan. Hal yang membedakan antara data primer dan sekunder terletak pada

metode pengambilan data. Data primer diperoleh dengan cara terjun langsung ke

lapangan dan dengan melakukan diskusi, sedangkan data sekunder yang diambil

adalah data budidaya yang dilakukan.


18

3.4 Metode Pelaksanaan

3.4.1 Pemilihan Jenis dan Nomor Pakan

Pemilihan jenis dan nomor pakan disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut

udang yang dibudidayakan. Selama proses pengambilan data pakan yang

digunakan di tambak PT. Indonusa Yudha Perwita merupakan pakan dari PT.

Evergreen (Fujian Evergreen Feed). Berikut adalah kesesuaian nomor pakan

dengan bobot rata-rata udang udang vaname terdapat pada (Tabel 7).

Tabel 8. Kesesuaian nomor pakan dengan MBW udang vaname

Kode/Nomor Bentuk Pakan Ukuran Pakan MBW udang


Pakan (mm) (gram)
922 – 0 Crumble 0.42 – 0.71 < 0.1
922 – 1 Crumble 0.71 – 1.0 0.1 – 1
922 – 2 Crumble 1.0 – 2.3 1–4
922 – 3S Pellet 1.6 – 1.8 4–8
922 – 3M Pellet 1.8 – 2.0 8 – 13
922 – 3L Pellet 1.8 – 4.0 13 – 20
922 – 4 Pellet 2.0 – 5.0 > 20
Sumber : PT. Evergreen (Fujian Evergreen Feed)

Pakan yang digunakan pada DOC 77–140 adalah pakan buatan berbentuk

pellet dengan kode/nomor pakan 922-3M dan 922-3L yang memiliki kandungan

protein sebesar 33 %, lemak 5 % dan kadar air 12 %.

3.4.2 Pemberian Pakan Demand Feeding

Pemberian pakan fase demand feeding adalah metode pemberian pakan

dengan Feeding Rate (FR) dan program cek anco dengan frekuensi pemberian

pakan sebanyak 5 kali yaitu pada pukul 07.00, 11.00, 15.00, 19.00 dan yang

terakhir pada pukul 23.00. Program pakan menggunakan FR dan cek anco pada

tambak PT. Indonusa Yudha Perwita dimulai dari DOC 22 hingga panen.

Sedangkan pada DOC 77-140 jumlah pakan perhari sangatlah fluktuatif

menyesuaikan dengan FR, nafsu makan udang, kondisi lingkungan budidaya dan
19

hasil pengontrolan anco apabila pakan dalam anco habis maka jumlah pakan yang

diberikan ditambah 10%, pakan dalam anco masih sedikit jumlah pakan yang

diberikan tetap namun apabila terus berlanjut akan dilakukan pengurangan pakan

10 % dan jika pakan yang diberikan pada anco masih sisa banyak maka jumlah

pakan yang akan diberikan dikurangi 10 %. Setelah menentukan jumlah pakan

yang akan diberikan, kemudian penebaran pakan dilakukan secara merata pada

feeding area dan anco dengan presentase yang sudah ditentukan.

3.4.3 Penimbangan dan Cara Pemberian Pakan

Proses penimbangan pakan dilakukan dengan cara menimbang pakan sesuai

dengan kebutuhan pakan harian yang ditentukan berdasarkan Feeding Rate dan

hasil pengontrolan anco. Penimbangan pakan dilakukan dalam 2 tahap yaitu

menimbang pakan yang akan ditebar pada feeding area dan pakan yang akan

ditebar pada anco dengan presentasi anco 1,2-1,4 % dari jumlah pakan yang akan

diberikan. Dalam melakukan proses penimbangan pakan, salah satu hal yang

sangat penting adalah ketepatan jumlah pakan yang ditimbang terutama jumlah

pakan yang akan ditebar pada anco karena dapat mempengaruhi nilai

pengontrolan anco.

Pemberian pakan dilakukan dengan cara menebar pakan secara merata pada

feeding area. Feeding area adalah bagian dasar tambak yang digunakan sebagai

sasaran lokasi penebaran pakan selama proses budidaya. Penebaran pakan

dilakukan dengan menggunakan ember dan piring untuk mempermudah proses

penebaran pakan agar pakan dapat ditebar secara merata pada feeding area.

Berikut ini penebaran pakan yang dilakukan pada feeding area dapat dilihat pada

gambar 3.
20

Gambar 3. Penebaran pakan pada feeding area

Selain ditebar secara merata pada feeding area, pakan juga ditebar pada

anco dengan presentase 1,2-1,4 % dari jumlah pakan yang akan diberikan.

Penebaran pakan pada anco dilakukan dengan mengangkat anco secara perlahan

sampai ke permukaan air kemudian pakan ditebar secara merata pada anco lalu

anco dimasukan kembali secara perlahan agar pakan yang ditebar pada anco tidak

keluar dari petakan anco. Berikut ini adalah proses penebaran pakan pada anco

dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Penebaran pakan pada anco

3.4.4 Pengecekan Anco

Anco merupakan suatu alat yang terbuat dari kain kassa (nylon

strimmin) berbentuk kotak dengan ukuran tertentu. Anco digunakan sebagai


21

pengontrol program pakan, pengontrolan pertumbuhan serta kualitas udang yang

dilakukan secara harian/insidental. Bertikut ini adalah cara pengontrolan anco

yang terdapat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pengontrolan anco

Pemberian pakan pada anco dilakukan untuk mengetahui nafsu makan

udang dan menentukan jumlah pakan yang akan diberikan pada pemberian pakan

berikutnya. Pemberian pakan pada anco dilakukan dengan cara mengangkat anco

secara perlahan ke permukaan air, kemudian pakan yang sudah disiapkan ditebar

merata pada anco kemudian anco diturunkan secara perlahan-lahan sampai dasar

tambak. Pengontrolan anco dilakukan selama 1-2 jam setelah proses pemberian

pakan, hasil pengontrolan anco dicatat pada buku scoring anco untuk menentukan

jumlah pakan selanjutnya. Berikut adalah kode pengontrolan anco yang digunakan

selama proses budidaya :

A. Habis semua

Jika pakan yang ditebar pada anco habis dan tidak ada lagi pakan yang

tersisa maka diberikan point A, artinya pakan yang ditebar pada anco habis

semua.
22

B. Sisa banyak

Jika pakan yang ditebar pada anco masih banyak maka diberikan point B,

artinya pakan yang ditebar pada anco sisa banyak.

C. Sisa sedikit

Jika pakan yang ditebar pada anco masih sedikit maka diberikan point C,

artinya pakan yang ditebar pada anco masih sisa sedikit.

3.4.5 Sampling

Sampling merupakan pengambilan sampel atau contoh udang untuk

mengetahui kondisi kesehatan udang dan tingkat pertumbuhan udang yang

dibudidayakan. Kegiatan sampling dilakukan setiap satu minggu sekali yang

meliputi penimbangan bobot udang dari minggu ke minggu selama budidaya dan

proses dimulai pada DOC 42. Pada DOC 77-140 kegiatan sampling dilakukan

bersamaan dengan proses panen parsial yang dilakukan satu minggu sekali.

Metode yang dilakukan saat sampling meliputi kegiatan pangambilan

sampel udang dengan menggunakan jala yang berdiameter sekitar 3-5 m. Udang

yang berhasil dijala kemudian dipindahkan kedalam wadah lalu ditimbang untuk

mengetahui bobot udang sampling. Setelah dilakukan penimbangan bobot

kemudian dilakukan perhitungan jumlah udang sampling lalu bobot total udang

sampling dibagi dengan jumlah udang sampling untuk mengetahui bobot rata-rata

udang sampling. Setelah proses sampling selesai kemudian dilakukan perhitungan

MBW dan ADG, untuk mengetahui pertumbuhan udang yang dibudidayakan.


23

3.5 Parameter Pengamatan

3.5.1 MBW (Mean Body Weight)

MBW (Mean Body Weight) adalah berat rata-rata udang per ekor (Effendi,

2000 dalam Purbaya, 2011). Pertumbuhan berat rata-rata dapat dihitung dengan

menggunakan rumus :
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒖𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝒈)
MBW : 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒖𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝒈)

3.5.2 ADG (Average Daily Growth)

ADG (Average Daily Growth) adalah rata-rata pertambahan berat per hari

dalam suatu periode waktu (Hudi dan Shahab, 2005). Pertambahan berat rata-

rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

𝑴𝑩𝑾𝟐−𝑴𝑩𝑾𝟏
ADG (Gr/hari) : 𝑻

Keterangan :

MBW1 : MBW pada sampling sebelumnya (gr).


MBW2 : MBW pada sampling terakhir (gr).
T : Interval waktu.

3.5.3 FCR (Feed Convertion Ratio)

FCR (Feed Convertion Rate) adalah nilai yang menunjukkan perbandingan

antara jumlah pakan yang diberikan dengan bobot biomassa yang dihasilkan

(Hudi dan Shahab, 2005). Nilai FCR dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

𝐅
FCR : 𝐁𝐭+𝐁𝐦−𝐁𝐨

Keterangan :

FCR : Feed Convertion Ratio


F : Jumlah pakan yang dikonsumsi oleh udang
Bt : Biomassa mutlak udang pada akhir pemeliharaan (g)
24

Bm : Biomassa mutlak yang mati saat perlakuan (g)


Bo : Biomassa udang pada awal pemeliharaan (g)

3.5.4 Efisiensi Pakan

Efisiensi pemberian pakan adalah presentase perbandingan antara bobot


tubuh yang dihasilkan dengan jumlah pakan yang diberikan selama pemeliharaan
(Yuniasari, 2009). Nilai efisiensi pakan selama pemeliharaan dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :

(𝐁𝐭 + 𝐁𝐝) − 𝐁𝐨
𝐄𝐏 ∶ 𝑿 𝟏𝟎𝟎 %
𝐅
Keterangan :
EP : Efisiensi pemanfaatan pakan (%)
Bt : Biomassa mutlak udang pada akhir pemeliharaa (g)
Bd : Biomassa mutlak udang yang mati selama pemeliharaan (g)
Bo : Biomass mutlak udang pada awal pemeliharaan (g)
F : Jumlah pakan yang dikonsumsi oleh udang.

3.5.5 Kualitas Air

Pengamatan kualitas air dilakukan untuk mengetahui parameter fisika dan

kimia yang ada dalam suatu perairan tersebut untuk memonitoring kondisi

perairan selama kegiatan budidaya. Berikut adalah beberapa parameter dan

metode pengukuran kualitas air yang dilakukan selama budidaya :

A. Pengukuran suhu

Suhu merupakan kondisi dimana terjadinya kondisi panas atau dingin dalam

suatu perairan budidaya. Suhu sebagai salah satu faktor yang penting dalam

proses budidaya jika suhu mengalami perubahan yang fluktuatif maka dapat

menghambat proses budidaya. Cara pengukuran suhu yaitu dengan memasukkan

sensor DO meter kedalam perairan dan skala DO meter pada akan menunjukkan

nilai suhu perairan pada angka yang berada pada thermometer. Proses pengukuran

suhu akan dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada pagi dan malam hari.
25

B. Pengukuran pH (power of Hidrogen)

Pengukuran pH dilakukan menggunakan pH meter. Cara mengukur pH

yaitu dengan mengambil sampel air pada masing-masing tambak menggunakan

botol sampel kemudian pengukuran pH dilakukan di laboratorium. Pengukuran

dilakukan dengan frekuensi 2 kali sehari untuk mengetahui tingkat keasaman

media pemeliharaan yang dipengaruhi kandungan bahan organik yang ada dalam

tambak.

C. DO (Dissolved Oxygent)

DO (Dissolved Oxygent) adalah jumlah oksigen yang terlarut dalam air.

Pengukuran DO dilakukan dengan menggunakan DO meter, yaitu dengan cara

mengaktifkan DO meter kemudian masukan sensor DO meter kedalam masing-

masing tambak lalu amati dan catat hasil pengamatan. Pengukuran DO dilakukan

2 kali dalam sehari yaitu pada pagi dan malam hari bersamaan dengan pengukuran

suhu.

D. Salinitas

Salinitas adalah kadar garam terlarut dalam air. Pengukuran salinitas

dilakukan secara exsitu dengan cara mengambil sampel air menggunakan botol

sampel kemudian pengukuran dilakukan di Laboratorium dengan menggunakan

Hand-refraktometer yang dinyatakan dalam satuan ppt. Pengukuran salinitas

dilakukan 1 kali dalam sehari yaitu pagi hari bersamaan dengan pengukuran pH

pada pagi hari.

E. Alkalinitas

Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa

penurunan nilai pH larutan. Pengukuran alkalinitas dilakukan secara exsituI di


26

laboratorium dengan cara mengambil sampel air menggunakan botol sampel

kemudian dilakukan pengukuran dengan menggunakan test kit. Pengukuran

alkalinitas dilakukan sekali dalam seminggu.

F. Amonia

Amonia merupakan hasil samping dari sisa metabolisme protein yang

dikeluarkan oleh udang dan hasil dekomposisi sisa pakan, feses, palnkton yang

mati, dan lainya yang dilakukan oleh bakteri proteolitik. Pengukuran amonia

dilakukan secara exsitu didalam laboratorium dengan cara mengambil sampel air

menggunakan botol sampel kemudian dilakukan pengukuran dengan

menggunakan test kit. Pengukuran amonia dilakukan sekali dalam seminggu.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Prinsip Dasar Pengelolaan Pemberian Pakan

Pada budidaya udang vaname secara intensif pakan berperan sangat besar

dalam mencapai keberhasilan budidaya. Hal tersebut dikarenakan pertumbuhan

udang sangat bergantung pada konsumsi pakan yang diberikan. Selain itu biaya

pakan menempati 60 – 70% dalam perhitungan biaya produksi sehingga perlu

adanya manajemen pemberian pakan yang baik untuk mendukung keberhasilan

budidaya (Nababan, 2015).

Manajemen pakan pada prinsipnya adalah memberikan pakan secara tepat

sesuai kebutuhan udang untuk hidup dan tumbuh secara optimal. Pemberian

pakan yang under feeding akan menyebabkan pertumbuhan udang lambat, nilai

konversi pakan tinggi tetapi tidak mengalami penurunan kualitas air. Pemberian

pakan secara over feeding akan menyebabkan pertumbuhan udang cepat pada

awal budidaya, namun mengalami penurunan kualitas air, nilai konversi pakan

tinggi, dan sering diikuti infeksi penyakit. Sedangkan pemberian pakan secara

optimum akan meningkatkan pertumbuhan udang, kualitas air terjaga, dan

efisiensi pakan tinggi (Davis et al., 2006 dalam Supono, 2017).

Program pemberian pakan pada budidaya udang vaname merupakan

langkah awal yang harus diperhatikan untuk menentukan baik jenis, ukuran,

frekuensi pemberian dan total kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan. Pada

DOC 77-140 MBW udang vaname >13 gram dan termasuk kedalam tahapan

finisher sehingga pakan yang digunakan berbentuk pellet dengan kandungan


28

protein minimal 30 % agar udang yang dipelihara dapat tumbuh secara optimal

(SNI 7549:2009).

Pellet adalah pakan yang umumnya berbentuk silinder atau bulat dibuat

dari berbagai bahan pakan dengan komposisi tertentu. Pakan yang digunakan pada

DOC 77-140 merupakan pakan dari PT. Evergreen dengan kode/nomor pakan

922-3M dan 922-3L yang masing-masing memiliki kandungan protein ≥33 %,

lemak ≥5 %, abu ≤14 %, dan kadar air ≤12% sehingga sudah memenuhi

kebutuhan nutrisi udang pada tahapan finisher yang membutuhkan kandungan

protein minimal 30 %, lemak 5 %, abu 15 % dan kadar air maksimal 12 % (SNI

7549:2009).

Dalam menentukan program pemberian pakan udang secara mendasar

harus mengacu pada sifat dan behaviour udang dalam kaitannya dengan

feeding habits (kebiasaan pola makan) dan foods habits (kebiasaan makan

berdasarkan jenis makanan) dari udang itu sendiri agar pemberian pakan terukur

dan tepat sasaran baik dari segi waktu dan tingkat kebutuhan udangnya. Udang

memiliki sifat continous feeder sehingga membutuhkan pakan selalu tersedia

dalam kondisi baik. Dalam hal ini, jumlah dan frekuensi pemberian pakan

memiliki peran yang sangat penting sehingga harus di optimalkan agar pakan

yang diberikan mampu terserap dengan baik untuk pertumbuhan udang (Supono,

2017).

Selain mengacu pada feeding habits dan foods habits udang vaname,

dalam menentukan program pemberian pakan harus memperhatikan kesesuaian

ukuran dan nomor pakan dengan MBW udang yang dipelihara dapat dilihat pada

(Tabel 3) agar jenis dan ukuran pakan yang diberikan sesuai dengan ukuran
29

bukaan mulut udang. Kemudian memperkirakan estimasi biomassa udang yang

dibudidayakan berdasarkan hasil sampling yang dilakukan setiap minggu

sehingga jumlah pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pakan harian

udang vaname (Supono, 2017).

Pada PT. Indonusa Yudha Perwita program pemberian pakan pada DOC

77-140 dilakukan secara demand feeding dengan menggunakan metode Feeding

rate (FR) dan hasil pengontrolan anco. Pemberian pakan dilakukan dengan

frekuensi 5 kali pemberian dengan jumlah yang disesuaikan dengan FR, hasil

pengontrolan anco, nafsu makan udang, dan kondisi lingkungan selama proses

budidaya. Frekuensi pemberian pakan yang dilakukan sebanyak 5 kali dalam

sehari berdasarkan ketentuan yang sudah ditetapkan oleh PT. Indonusa Yudha

Perwita menyesuaikan dengan sifat makan udang yang dilakukan pada pukul

07.00, 11.00, 15.00, 19.00 dan yang terakhir pada pukul 23.00. Udang vaname

memiliki sifat continous feeder (makan sedikit demi sedikit tetapi secara terus

menerus) sehingga membutuhkan pakan selalu tersedia dalam kondisi baik

(Supono, 2017).

4.2 MBW (Mean Body Weight)

Mean Body Weight (MBW) adalah berat rata-rata udang yang diperoleh

dari hasil sampling. Sampling dilakukan dengan cara mengambil contoh udang

setiap satu minggu sekali kemudian dilakukan penimbangan bobot dan

perhitungan jumlah udang yang disampling untuk mengetahui MBW dari masing-

masing sampling yang dilakukan. Adapun hasil pengamatan MBW pada tambak

D6 selama pemeliharaan dari DOC 77-140 terdapat pada Gambar 6.


30

MBW
40
33.78
35 30.3 32.03
30 25.67 27.35
22.73
MBW (gram)

25
18.76 26.73 28.83
24.63
20 15.33 17 20.64
22.6 MBW Sampling
13.66 18.75
15
15.2116.93 MBW Target
10 13.6
11.99
5
0
77 84 91 98 105 112 119 126 133 140
DOC

Gambar 6. Grafik Pertumbuhan MBW udang

Berdasarkan hasil sampling yang dilakukan setiap minggu pada DOC 77-

140 menunjukan bahwa nilai MBW udang vaname pada tambak D6 mengalami

peningkatan yang cukup signifikan bahkan melebihi nilai MBW target yang sudah

ditentukan. Pada sampling DOC 119 diperoleh nilai MBW udang vaname

sebesar 27,35 gram/ekor. Hal ini cukup baik jika mengacu pada nilai MBW target

yang ditentukan oleh PT. Indonusa Yudha Perwita pada DOC 119 sebesar 22,6

gram/ekor.

Program pemberian pakan menggunakan metode FR dan hasil

pengontrolan anco yang dilakukan dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 5

kali dalam sehari menunjukan bahwa pakan yang diberikan selama pemeliharaan

dapat terserap dengan baik untuk pertumbuhan udang sehingga nilai MBW

sampling mampu melebihi nilai MBW target. Menurut Wyban dan Sweeny

(1991) dalam Supono (2017) Frekuensi pemberian pakan udang vaname yang

baik sekitar 2-4 kali perhari. Namun jika mengacu pada feeding habits udang

vaname yang bersifat continous feeder (makan sedikit demi sedikit tetapi secara

terus menerus) maka semakin sering frekuensi pemberian pakan dilakukan


31

meskipun dengan jumlah pakan yang sama akan semakin efektif untuk

pertumbuhan udang vaname (Supono, 2017).

Hasil pengamatan nilai MBW sampling setiap minggu menunjukan selalu

ada kenaikan berat rata-rata. Hal ini dapat dipengaruhi oleh program pemberian

pakan yang dilakukan dan kondisi lingkungan budidaya yang mendukung karena

keadaan kualitas air tambak D6 berada pada kisaran yang optimal untuk

pertumbuhan udang dan dapat dilihat pada (Lampiran 6) sehingga udang yang

dipelihara dapat tumbuh secara optimum. Menurut Supono (2011) udang vaname

yang dipelihara dengan padat tebar 115 ekor/m2 dan frekuensi pemberian pakan

sebanyak 4 kali dalam sehari dengan kandungan protein pakan rata-rata 33 %

didukung oleh kualitas air media pemeliharaan yang berada dalam kisaran optimal

untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang vaname pada DOC 120

diperoleh nilai MBW sebesar 18,3 gram/ekor dan biomassa akhir pemeliharaan

sebesar 9.678 kg.

Sedangkan hasil pengamatan pertumbuhan perminggu pada tambak D6

dengan padat tebar 125 ekor/m2 dan frekuensi pemberian pakan sebanyak 5 kali

dalam sehari dengan kandungan protein pakan rata-rata ≥33 % pada DOC 119

diperoleh nilai MBW sebesar 27,35 gram/ekor dan diperoleh biomassa akhir

sebesar 4.857 kg. Hasil ini menunjukan bahwa program pemberian pakan

menggunakan metode FR dan hasil pengontrolaan anco dengan frekuensi

pemberian pakan 5 kali dalam sehari yang didukung dengan parameter kualitas air

yang optimal akan mendukung pertumbuhan yang optimal pula. Edhy et al.,

(2010) menyatakan bahwa kualitas air berpengaruh langsung terhadap kesehatan,

pertumbuhan, dan daya tahan hidup hewan yang dibudidayakan.


32

4.3 ADG (Average Daily Growth)

Average Daily Growth (ADG) adalah pertambahan berat harian rata-rata

dalam suatu periode waktu tertentu sehingga dapat digunakan untuk mengetahui

kecepatan pertumbuhan udang. Perhitungan ADG dilakukan setelah didapat hasil

pengamatan MBW. Hasil pengamatan ADG berdasarkan hasil sampling yang

dilakukan setiap minggu pada DOC 77-140 terdapat pada Gambar 7.

ADG
0.6 0.5671

0.5
0.4214
0.42
0.4 0.3042
Gram/hari

0.28 0.3 0.3


0.3 0.2385 0.2385 0.2514 ADG Sampling
0.29 ADG Target
0.2 0.25 0.26 0.27 0.24 0.2471 0.25
0.22 0.23 0.23
0.1
0
77 84 91 98 105 112 119 126 133 140
DOC

Gambar 7. Grafik Pertumbuhan ADG udang

Berdasarkan hasil sampling yang dilakukan setiap minggu menunjukan

nilai ADG pada tambak D6 dari DOC 77-140 sangatlah fluktuatif naik turun,

dibandingkan dengan ADG target yang telah ditentukan oleh PT. Indonusa Yudha

Perwita. Kenaikan dan penurunan nilai ADG disebakan oleh nafsu makan udang

terhadap pakan yang diberikan. Hasil pengontrolan anco yang dapat dilihat pada

(Lampiran 1) menunjukan bahwa pakan yang diberikan tidak habis sehingga

tingkat konsumsi terhadap pakan yang diberikan kurang optimal. Pertumbuhan

nilai ADG tertinggi terjadi pada DOC 105 sebesar 0,5671 gram/hari. Hal tersebut

dimungkinkan terjadi karena adanya peningkatan nafsu makan dilihat pada tabel
33

pengontrolan anco yang menandakan pakan habis (Lampiran 1) terutama pada

DOC 98-105 sehingga adanya penambahan jumlah pakan yang diberikan, karena

nafsu makan udang juga dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kualitas air (Suhu

dan DO).

Pertumbuhan nilai ADG terendah diperoleh pada DOC 119 sebesar 0,24

gram/hari lebih rendah jika dibandingkan dengan ADG target sebesar 0,28

gram/hari. Adanya penurunan nilai ADG pada DOC 109 hingga DOC 119

disebabkan karena adanya gejala penyakit yang menyerang udang vaname yaitu

white feses desease (WFD). White feses desease atau kotoran putih merupakan

salah satu penyakit yang sering menyerang udang vaname yang ditandai dengan

gejala menurunnya nafsu makan, kotoran udang berwarna putih pada permukaan

air, saluran pencernaan kosong sampai terjadi kematian pada dasar tambak

(Supono, 2017). White feses desease merupakan penyakit non pathogenic yang

disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti kandungan bahan organik yang terlalu

tinggi, plankton di dominasi oleh jenis BGA (Blue Green Algae), bakteri vibrio

lebih dari 12 % dari total bakteri yang terdapat pada media budidaya sehingga

menyebabkan terjadinya serangan bakteri vibrio yaitu vibrio parahaemolyticus,

vibrio huvialis, vibrio algynoliticus dan protozoa gregarins.

Dengan adanya gejala penyakit tersebut menyebabkan terjadinya penurunan

nafsu makan sehingga pakan yang diberikan tidak sepenuhnya habis yang dapat

dilihat pada tabel pengontrolan anco (Lampiran 1) sehingga terjadi pengurangan

jumlah pakan yang diberikan. Adanya pengurangan jumlah pakan yang diberikan

dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan udang tersebut karena dalam melakukan


34

budidaya udang secara intensif, pertumbuhan udang sangat bergantung pada

konsumsi pakan yang diberikan (Purbaya, 2011).

Pertumbuhan udang vannamei dipengaruhi oleh banyak faktor seperti

kualitas air (Suhu dan DO), pada pemeliharaan DOC 77-140 kualitas air media

pemeliharaan masih dalam kisaran toleransi dapat dilihat pada (Lampiran 6)

sehingga udang vannamei dapat tumbuh secara optimal. Namun dengan adanya

gejala white feses desease yang menyebabkan penurunan nafsu makan sehingga

terjadi pengurangan jumlah pakan yang diberikan akan menyebabkan

pertumbuhan udang terhambat karena jumlah pakan yang diberikan tidak mampu

memenuhi kebutuhan pakan harian udang vaname. Hal ini mengacu pada Supono

(2011) yang menyatakan bahwa kekurangan jumlah pakan akan menyebabkan

pertumbuhan udang menjadi terhambat.

4.4 Feed Convertion Ratio (FCR)

Feed Convertion Ratio (FCR) adalah rasio jumlah pakan yang dibutuhkan

untuk menghasilkan 1 kg daging pada ikan/udang. FCR yang diperoleh pada DOC

77-140 dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Feed Convertion Ratio udang vaname

No Jumlah pakan (kg) Biomassa akhir (kg) FCR


1 7409 4.857 1,52

Selama kegiatan budidaya dilakukan, frekuensi pemberian pakan

dilakukan sebanyak 5 kali dalam sehari kemudian diperoleh biomassa akhir

pemeliharaan 4.857 kg dengan jumlah pakan yang diberikan sebanyak 7409 kg.

Berdasarkan biomassa akhir dan jumlah pakan yang diberikan diperoleh nilai FCR

sebesar 1,52 yang artinya untuk menghasilkan 1 kg udang membutuhkan 1,52 kg


35

pakan. FCR yang diperoleh selama pemeliharaan lebih baik jika dibandingan

dengan FCR target yang ditetapkan oleh PT. Indonusa Yudha Perwita yaitu

sebesar 1,6. Jika mengacu pada FCR target yang telah ditentukan, program

pemberian pakan yang dilakukan pada PT. Indonusa Yudha Perwita dapat

dikatakan telah berjalan secara optimal karena mampu menekan jumlah pakan

yang diberikan untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal. Kemudian hasil

biomassa udang pada akhir pemeliharaan cukup sesuai dengan jumlah pakan yang

diberikan sehingga proses budidaya yang dilakukan pada tambak D6 termasuk

dalam kategori berhasil karena nilai FCR yang diperoleh masih dibawah FCR

target yang sudah ditentukan.

Selain program pemberian pakan yang tepat sasaran, nilai FCR yang lebih

rendah menunjukkan bahwa pakan yang diberikan mampu dimanfaatkan dengan

baik untuk pertumbuhan udang dan pakan alami yang tersedia pada media

budidaya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh udang untuk mendukung

pertumbuhan udang sehingga nilai FCR nya relative rendah. FCR yang relatih

rendah ini disebabkan karena udang vaname merupakan hewan omnivora,

mampu memanfaatkan fitoplankton sebagai pakan alami sehingga dapat

menekan penggunaan pakan buatan/komersial ( S u p o n o , 2 0 1 1 ) .

Handayani (2008) menyatakan bahwa besar kecilnya rasio konversi pakan

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kualitas dan kuantitas pakan, species,

ukuran dan kualitas air media pemeliharaan. Pada pemeliharaan DOC 77-140

pakan yang digunakan memiliki kandungan protein >33 % sehingga sudah

memenuhi kebutuhan nutrisi udang pada tahapan finisher yang membutuhkan

kandungan protein minimal 30 % (SNI 7549:2009). Kemudian kualitas air media


36

pemeliharaan (Lampiran 6) masih dalam kisaran toleransi untuk pertumbuhan dan

kelangsungan hidup udang vaname sehingga mampu menekan konversi pakan

untuk mendapatkan nilai FCR yang lebih rendah dari FCR target.

4.5 Efisiensi Pakan (%)

Efisiensi pakan merupakan indikator untuk menentukan efektifitas pakan

dan salah satu parameter yang digunakan untuk menggambarkan jumlah pakan

yang dapat dimanfaatkan oleh udang (Yuniasari, 2009). Dari pemeliharaan yang

dilakukan selama 140 hari diperoleh biomassa akhir pemeliharaan 4.857 kg

dengan jumlah pakan yang diberikan sebanyak 7.409 kg sehingga nilai efisiensi

pakan pada tambak D6 dengan frekuensi 5 kali pemberian pakan sebesar 65,5 %.

Efisiensi pemanfaatan pakan pada tambak D6 masih dalam kategori baik jika

dibandingkan dengan nilai EP target sebesar 60 %. Jika mengacu pada nilai EP

target, efisiensi pemanfaatan pakan pada tambak D6 dapat dikatakan sudah

optimal karena jumlah pakan yang diberikan mampu dimanfaatkan dengan baik

untuk pertumbuhan udang yang dibudidayakan.

Supono (2011) menyatakan kelebihan pakan akan mempercepat

pertumbuhan udang tetapi menurunkan kualitas lingkungan tambak, jika

kekurangan pakan menyebabkan kualitas lingkungan baik namun pertumbuhan

lambat. Sedangkan pemberian pakan yang optimal akan mendukung pertumbuhan

dan kualitas lingkungan tambak yang baik sehingga manajemen pakan yang

dilakukan harus tepat sasaran dengan memperhatikan hasil pengontrolan anco,

kualitas pakan yang diberikan, kondisi kesehatan udang, dan kondisi lingkungan
37

budidaya agar pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk

pertumbuhan udang.

Nafsu makan udang juga dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kondisi

lingkungan budidaya dan kualitas air media pemeliharaan. Edhy et al., (2010)

menyatakan bahwa kualitas air berpengaruh langsung terhadap kesehatan,

pertumbuhan, dan daya tahan hidup hewan yang dibudidayakan. Selama

pemeliharaan kualitas air media pemeliharaan (Lampiran 6) masih termasuk

dalam kisaran toleransi yang mampu di tolerir untuk pertumbuhan udang sehingga

pakan yang diberikan dapat terserap secara optimal pertumbuhan udang.

4.6 Pengamatan Kualitas Air

4.6.1 Suhu

Suhu merupakan kondisi dimana terjadinya panas atau dingin dalam suatu

perairan budidaya. Selama kegiatan budidaya pengukuran suhu dilakukan dua kali

dalam sehari yaitu pagi dan malam hari diperoleh hasil pengamatan suhu pada

pagi hari yaitu 26-29,6 0C dan hasil pengamatan pada malam hari yaitu 26,3-31
0
C. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, suhu perairan dalam media

pemeliharaan masih dalam kisaran toleransi untuk kegiatan budidaya. Hal ini

sesuai dengan pernyataan Taslihan, (2005) dalam Amrilah et al., (2015) bahwa

suhu yang optimal dalam proses pemeliharaan udang dalam sistem tambak yaitu

23-32 0C. Pada kisaran suhu tersebut proses metabolisme udang dapat berjalan

dengan normal dan nafsu makan udang lebih tinggi dibandingkan dengan suhu 22
0
C. Tinggi rendahnya suhu pada perairan tambak disebakan karena sering

terjadinya perubahan cuaca sehingga suhu media pemeliharaan lebih fluktuatif.


38

4.6.2 pH (Power of hidrogen)

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat

keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Pengukuran pH

dilakukan dua kali dalam sehari yaitu pada pagi dan siang hari, hasil pengamatan

pH pada pagi hari yaitu 7,5-7,8 dan pH pada siang hari 7,6-8. Hasil tersebut

dikatakan baik, karena masih dalam kisaran toleransi untuk kegiatan budiaya. Hal

ini mengacu pada Supono (2017) yang menyatakan bahwa range pH yang optimal

untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang vaname yakni pada kisaran

7,5-8,5.

Tinggi rendahnya nilai pH pada suatu perairan disebabkan oleh banyaknya

jumlah organisme yang berada didalam kolam budidaya, Pada pagi hari nilai ph

cenderung lebih rendah dibandingkan dengan nilai pH pada siang hari. Hal

tersebut dikarenakan pada pagi hari organisme seperti lumut dan plankton belum

melakukan fotosintesis sehingga total alkalinitas dalam perairan cukup rendah

yang disebabkan karena adanya penumpukan CO2 akibat adanya proses respirasi

yang mengakibatkan penurunan pH karena CO2 yang menumpuk akan

menyebabkan perairan bersifat asam. Ini terjadi karena CO2 dalam perairan akan

bereaksi dengan unsur H+ menjadi HCO3. Sedangkan pada siang hari lumut dan

plankton sudah melakukan fotosintesis sehingga pada proses fotosintesis terjadi

penyerapan CO2 yang berada pada kolam budidaya sehingga menghasilkan

oksigen dan menyebabkan alkalinitas pada kolam budidaya mengalami

peningkatan yang menyebakan kenaikan pH (Yuniasari, 2009).


39

4.6.3 DO (Disolved Oxygen)

Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen terlarut pada suatu perairan

yang berasal dari fotosintesis tumbuhan. Pengukuran DO dilakukan sebanyak dua

kali dalam sehari yaitu pagi dan malam hari, hasil pengamatan kanudngan oksigen

terlarut pada tambak D6 diperoleh nilai DO pada pagi hari 4,33-6,33 ppm dan

hasil pengamatan DO pada malam hari 4,39-6,24 ppm. Nilai DO tersebut

tergolong baik, karena pada kisaran DO tersebut dapat memenuhi laju konsumsi

oksigen udang budidaya. Hal ini mengacu pada (Haliman dan Adijaya 2005,

dalam Zakaria, 2010) yang menyatakan kandungan oksigen terlarut yang baik

untuk pemeliharaan udang vaname minimal yaitu 4 ppm atau ≥ 3 ppm.

4.6.4 Salinitas

Salinitas adalah tingkat kadar garam yang terlarut dalam suatu perairan.

Selama pemeliharaan pengukuran salinitas dilakukan setiap satu hari sekali

dengan hasil pengukuran salinitas tambak pada DOC 77-140 berada pada kisaran

20-25 ppt (Lampiran 6). Hasil pengukuran salinitas selama pemeliharaan

tergolong baik, karena salinitas tersebut masih dalam kisaran toleransi untuk

pertumbuhan udang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zakaria (2010) yang

menyatakan bahwa salinitas yang baik untuk pertumbuhan udang vaname berkisar

antara 15-30 ppt.

Salinitas perairan tambak sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

banyaknya sungai yang bermuara di sekitar lokasi pertambakan, curah hujan, dan

musim. Menurut Yuniasari (2009), Salinitas memiliki pengaruh yang relatif kecil

terhadap organisme yang bersifat euryhaline (mampu beradaptasi terhadap rentan

salinitas yang tinggi). Pengaruh salinitas menjadi besar apabila terjadi perubahan
40

secara mendadak. Salinitas yang terlalu tinggi juga dapat menyebakan udang

vaname kesulitan untuk moulting, sehingga seringkali menyebabkan pertumbuhan

udang menjadi lebih lambat (Budi, 2004 dalam Yuniasari, 2009).

4.6.5 Alkalinitas

Alkalinitas adalah total dari unsur basa yang terkandung dalam perairan dan

biasanya setara dengan kalsium karbonat. Alkalinitas perairan berpengaruh pada

pertumbuhan plankton, mempengaruhi pH air, dan akhirnya mempengaruhi

pertumbuhan dan produksi budidaya. Hasil pengukuran alkalinitas pada DOC 77-

140 berada pada kisaran 140-190 mg/l (Lampiran 6). Hal ini menunjukan hasil

yang kurang baik kurang baik jika mengacu pada Supono (2017) yang

menyatakan bahwa kisaran nilai alkalinitas yang baik untuk pertumbuhan dan

kelangsungan hidup udang vaname berada pada kisaran 100-150 mg/l.

4.6.6 Amonia
Amonia (NH3) merupakan senyawa yang terbentuk dari unsur N, amonia

dihasilkan dari sisa metabolisme udang yang bersumber dari pakan yang

diberikan. Pengukuran amonia dilakukan dengan menggunakan testkit secara

berkala sekali dalam seminggu. Pada DOC 77-140 nilai amonia berkisar antara 0-

1,2 ppm (Lampiran 6). Nilai amonia tertinggi terjadi pada pengamatan DOC ke

114 dengan hasil yang diperoleh mencapai 1,2 ppm.

Hasil pengukuran amonia pada DOC 77-140 menunjukan hasil kurang baik

jika mengacu pada Supono (2017) yang menyatakan bahwa nilai amonia optimum

yang baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang vaname berada pada

kisaran <1 ppm. Sumber utama amonia dalam tambak adalah ekskresi dari udang

atau ikan maupun timbunan bahan organik dari sisa pakan dan plankton yang

mati. Udang yang menggunakan protein sebagai sumber energi menghasilkan


41

amonia dalam metabolisme. Kadar protein pada pakan sangat mendukung

akumulasi organik-N di tambak dan selanjutnya menjadi amonia setelah

mengalami proses amonifikasi (Haliman dan Adiwijaya, 2011).


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktek kerja lapang yang dilakukan di PT. Indonusa

Yudha Perwita dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada DOC 77-140 program pemberian pakan dilakukan menggunakan

metode Feeding Rate (FR) dengan presentase 2,74 - 1,88 %, dan hasil

pengontrolan anco dengan frekuensi pemberian pakan 5 kali dalam sehari.

2. Pada pemeliharaan DOC 77-140 diperoleh nilai MBW dari 13,66

gram/ekor menjadi 33,78 gram/ekor. Sedangkan nilai ADG akhirnya

sebesar 0,25 % dengan nilai FCR sebesar 1,52 dan efisiensi pemanfaatan

pakan sebesar 65,5 %.

5.2 Saran

Adapun saran yang yang dapat disampaikan adalah, dalam melakukan

manajemen pemberian pakan pada budidaya udang vaname harus memahami

kondisi kesehatan dan nafsu makan udang agar jumlah pakan yang diberikan

sesuai dengan kebutuhan pakan harian udang, dan pakan yang diberikan dapat

dimanfaatkan secara optimal untuk pertumbuhan udang tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Amrillah, M. A., Widyarti, S. Kilawati, Y. 20015. Dampak Stres Salinitas


Terhadap Prevalensi White Spot Syndrome Virus (WSSV) dan Survival
Rate Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) pada Kondisi Terkontrol.
Jurusan Biologi. Fakultas MIPA. Universitas Brawijaya. Malang

Edhy, W.A., Azhary, K., Pribadi, J., and Chaerudin, M.K. 2010. Budidaya Udang
Putih (Litopenaeus vannamei). CV. Mulia Indah

Haliman dan Adiwijaya, 2011. Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei).


Kepala Pusat penyuluhan Kelautan dan Perikanan. Kementrian Kelautan
dan Perikanan. Jakarta.

Handayani, H. 2008. Pengujian Tepung Azolla Terfermentasi Sebagai Penyusun


Pakan Ikan Terhadap Pertumbuhan dan Daya Cerna Ikan Nila Gift. Fakultas
Perikanan, Universitas Muhammadiyah Malang.

Hudi, L., dan Shahab, A. 2005. Optimasi Produktifitas Budidaya Udang Vaname
(Litopenaues vannamei) Dengan Menggunakan Metode Respon Surface dan
Non Linier Programming. Magister Manajemen Teknologi, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Manoppo, Henky. 2011. Peran Nukleotida sebagai Imunostimulan terhadap


Respon Imun Nonspesifik dan Resistensi Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei). Bogor: IPB. Tidak dipublikasikan.

Nababan, E., Putra, I., dan Rusliadi. 2015. Pemeliharaan Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei) dengan Persentase Pemberian Pakan Yang
Berbeda. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau.

Nuhman, 2008. Pengaruh Prosentase Pemberian Pakan Terhadap Kelangsungan


Hidup dan Laju Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei).
Jurusan Perikanan Fakultas Teknologi Kelautan dan Perikanan Universitas
Hang Tuah, Surabaya.

Pratama, A. Wardiyanto. and Supono, 2017. Studi Performa Udang Vaname


(Litopenaeus vannamei) Yang Dipelihara dengan Sistem Semi Intensif Pada
Kondisi Air Tambak dengan Kelimpahan Plankton Yang Berbeda Pada Saat
Penebaran. Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan dan
Kelautan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
44

Purbaya, A. 2011. Manajemen Pemberian Pakan Budidaya Udang Putih


(Litopenaeus vannamei) di PT. Aruna Wijaya Sakti Tulang Bawang
Lampung. Laporan Tugas Akhir Mahasiswa. Bandar lampung

SNI, 7549:2009. Pakan Buatan Untuk Udang Vaname (Litopenaeus vannamei).


83/KEP/BSN/9/2009.

Supono, 2011. Optimalisasi Budidaya Udang Putih (Litopenaeus vannamei)


Melalui Peningkatan Kepadatan Penebaran di Tambak Plastik. Program
Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.

Supono, 2017. Teknologi Produksi Udang. Plantaxia. Yogyakarta. 168 Halaman

Susylowati, D. 2012. Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Fakultas Perikanan


dan Ilmu Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang.

Yuniasari, D. 2009. Pengaruh Pemberian Bakteri Nitrifikasi Dan Denitrifikasi


Serta Molase Dengan C/N Rasio Berbeda Terhadap Profil Kualitas Air,
Kelangsungan Hidup, Dan Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

Zakaria RR Ayudhia Savitri. 2010. Manajemen Pembesaran Udang vaname


(Litopenaeus vannamei) Di Tambak Udang Binaan Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Pamekasan. Budidaya Peraiaran. Universitas
Airlangga. Surabaya.
46

Lampiran 1. Tabel pengotrolan anco

Data pengecekan anco (% sisa pakan) Anco Waktu


DOC
1 2 3 4 5 % Kontrol
77 A A A A A A 2 Jam
78 A B A A A A
79 A A A A A A
80 A B A B A B
81 A A A A A A 1,5 Jam
82 A B A B A C
83 A B A A A B
84 A A A A A B
85 A A A A A A
86 A A A A A A
87 A A A A A A
88 A A A A A A
89 A A A A
90 A B A A A C
91 A A A A A A 1,2
92 A A A A A A
93 A B A C A B
94 A A A A A A
95 A A A A
96 A C A A A C
97 B A A A A A
98 A B A B A A
99 A A A A A C
100 A C A A A C
101 A A A A A A
102 A A A A A C
103 A A A A A A
104 A C A A A C
105 A B A B
106 A B A A A A
107 A C A A A A
108 A C C C B C
109 A C C B B C
47

110 A B A B A B
111 A B A C A B 1 Jam
112 A A A C A B
113 A C A A A B
114 A A A C A B
115 A C A C A C
116 A A A B
117 A A A A A A
118 A A C C A A
119 A A A C C C
120 A A A C A C
121 A A A A A C
122 A C A A A C
123 A B A A A C
124 A A A A C C
125 C C A A A A
126 A A A A A B 1,4
127 A A A C C C
128 A A A B
129 A A A A C C
130 A B A A A C
131 B C A A A C
132 A C A A A B
133 A C A C A A
134 A A A A A C
135 A A A A C C
136 A A A A A B
137 A A A A A b
138 A A A C A A
139 C C A C A C
140
48

Lampiran 2. Perhitungan MBW udang

𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝒖𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝒈)


MBW : 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒖𝒅𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 (𝒈)

3280
 DOC 77 MBW : : 13,66 gram
240

4.140
 DOC 84 MBW : : 15,33 gram
270

4.760
 DOC 91 MBW : : 17 gram
280

5.030
 DOC 98 MBW : : 18,76 gram
268

3.820
 DOC 105 MBW : : 22,73 gram
168

2.567
 DOC 112 MBW : : 25,67 gram
100

3200
 DOC 119 MBW : : 27,35 gram
117

4.090
 DOC 126 MBW : : 30,30 gram
133

3203
 DOC 133 MBW : : 32,03 gram
100

3378
 DOC 140 MBW : : 33,78 gram
100
49

Lampiran 3. Perhitungan ADG udang

𝐌𝐁𝐖𝟐−𝐌𝐁𝐖𝟏
ADG : 𝐭

13,66−11,53
 DOC 77 ADG : : 0,3042 gram
7

15,33−13,66
 DOC 84 ADG : : 0,2385 gram
7

17−15,33
 DOC 91 ADG : : 0,2385 gram
7

18,76−17
 DOC 98 ADG : : 0,25,14 gram
7

22,73−18,76
 DOC 105 ADG : : 0, 5671 gram
7

25,67−22,73
 DOC 112 ADG : : 0,4200 gram
7

27,35−25,67
 DOC 119 ADG : : 0,2400 gram
7

30,30−27,35
 DOC 126 ADG : : 0,4214 gram
7

32,03−30,30
 DOC 133 ADG : : 0,2471 gram
7

33,78−32,03
 DOC 140 ADG : : 0,2500 gram
7
50

Lampiran 4. Perhitungan FCR

𝐅
𝐅𝐂𝐑 ∶
𝐁𝐭 + 𝐁𝐦 − 𝐁𝟎
7.409
:
4.857,12+0− 0
7.409
:
4.857,12

: 1,52

Keterangan :
FCR : Feed Convertion Rate
F : Jumlah pakan yang dikonsumsi oleh udang
Bt : Biomassa mutlak udang pada akhir pemeliharaan (g)
Bm : Biomassa mutlak yang mati saat perlakuan (g)
Bo : Biomassa udang pada awal pemeliharaan (g)
51

Lampiran 5. Perhitungan Efisiensi Pakan

(𝐁𝐭+𝐁𝐝)−𝐛𝐨
𝐄𝐏 ∶ 𝒙 𝟏𝟎𝟎 %
𝐅
(4.857,12 +0)−0
: 𝑥 100 %
7.409
4.857,12
: 𝑥 100 %
7.409

: 65,5 %

Keterangan :
EP : Efisiensi pemanfaatan pakan (%)
Bt : Biomassa mutlak udang pada akhir pemeliharaa (g)
Bd : Biomassa mutlak udang yang mati selama pemeliharaan (g)
Bo : Biomassa mutlak udang pada awal pemeliharaan (g)
F : Jumlah pakan yang dikonsumsi oleh udang.
52

Lampiran 6. Kualitas Air pada DOC 77-140

PH SUHU DO
DOC Salinitas Alkalinitas Amonia
P S P M P M
77 7,6 7,6 26 27 5,9 5,3 25
78 7,6 7,6 26 28 5,6 5,2 25
79 7,6 7,6 26 28 5,6 5,5 25 155 0
80 7,6 7,7 27 28 5,9 5,1 25
81 7,7 7,6 28 28 5,7 5,1 25
82 7,6 7,7 27 29 5,6 4,9 25
83 7,7 7,7 28 27 5,6 5,2 24
84 7,7 7,6 27 27 5 5,2 24
85 7,6 7,6 26 26 5,1 5 21
86 7,6 7,6 26 27 5,6 5,6 21 140 0
87 7,6 7,7 26 27 4,9 4,6 21
88 7,5 7,6 26 27 5,6 5 20
89 7,5 7,6 27 28 5,8 4,4 21
90 7,6 7,7 28 29 5,8 4,7 22
91 7,5 7,6 28 28 5 5,2 20
92 7,6 7,7 27 28 5,8 5,4 22
93 7,6 7,7 27 28 6 5,1 20 190 0,1
94 7,6 7,7 27 29 5,3 5,3 20
95 7,6 7,7 28 28 5,1 5,3 21
96 7,6 7,8 27 29 5,6 5,4 21
97 7,6 7,8 28 29 5,8 5,8 20
98 7,6 7,7 28 29 5,9 5,1 21
99 7,7 7,8 28 30 5,3 4,9 20
100 7,8 7,9 29 30 4,9 4,6 21 180 0
101 7,6 7,9 29 30 4,8 4,6 22
102 7,7 7,9 29 31 5,3 4,8 21
103 7,8 7,8 29 30 4,9 4,7 20
104 7,6 7,7 29 30 4,5 4 21
105 7,6 7,8 29 31 4,3 6,2 20
106 7,6 7,8 29 30 5,3 5,8 20
107 7,6 7,9 29 30 6,2 5,3 20 155 0,4
108 7,6 7,7 29 29 5,1 5 22
109 7,6 7,7 28 30 6,2 5,1 20
110 7,7 7,7 29 31 5,3 5 21
53

111 7,6 7,7 29 31 5,2 5,1 22


112 7,7 7,8 29 31 5,1 5 22
113 7,6 7,7 30 30 5,3 5,2 22
114 7,7 7,9 29 30 5,6 5,3 23 160 1,2
115 7,8 8 29 30 5,4 5,1 22
116 7,6 7,8 28 29 5,7 5,1 22
117 7,7 7,9 28 30 5,6 5,6 22
118 7,7 7,9 29 30 5,6 5,4 23
119 7,7 7,8 28 29 5,3 5,6 23
120 7,7 7,8 28 28 5,5 5,1 22
121 7,7 7,8 28 28 5,8 5,5 22 175 0
122 7,8 8 28 29 5,7 5,6 23
123 7,7 7,9 28 30 5,8 5,7 22
124 7,7 8 29 31 6,3 5,3 22
125 7,6 7,8 29 29 5 5,1 23
126 7,6 8 28 30 5,4 5,2 23
127 7,6 8 29 30 5,6 5,3 23
128 7,6 8 29 30 5,5 5,5 23 185 0,2
129 7,8 7,9 29 30 5,5 5,6 23
130 7,6 8 28 29 5,8 5,4 23
131 7,6 7,9 28 30 5,5 5,5 23
132 7,6 7,7 28 29 5,5 5,7 23
133 7,6 7,8 28 29 6,2 5,9 23
134 7,6 7,9 28 30 6,3 5,3 23
135 7,6 7,8 29 30 5,5 5,4 23 150 0,8
136 7,6 8 28 30 5,5 5,5 23
137 7,8 8 29 31 5,9 5,8 23
138 7,8 8 30 31 5,8 5,4 23
139 7,7 8 30 31 5,3 5,1 24
140 7,7 8 29 30 5,7 5,4 24
54

Lampiran 7. Dokumentasi kegiatan

1. Penyimpanan pakan 2. Menimbang pakan

4. Penebaran pakan pada feeding are 3. Pengangkutan pakan

5. Penebaran pakan pada anco 6. Kontrol anco

Anda mungkin juga menyukai