NIM
: 201410260311043
Jurusan
: Perikanan
Fakultas
: Pertanian - Peternakan
Judul
Proposal PKL telah diterima sebagai persyaratan untuk tugas akhir Program
Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Peternakan Universitas
Muhammadiyah Malang
Mengesahkan
Ketua Jurusan Perikanan,
Pembimbing,
A.n. Dekan
Pembantu Dekan I
RINGKASAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayahnya
penulis dapat menyelesaikan Proposal Praktek Kerja Lapang (PKL) dengan judul
Teknik Pembenihan Udang Vaname (Litepenaeus Vannamei)di Instalasi Budidaya
Air Payau Lamongan
Proposal Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dapat penulis selesaikan
berkat bantuan dan bimbingan berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1) Bapak dan ibu tercinta yang tak kenal lelah untuk melimpahkan kasih
sayangnya, memberikan dorongan serta doa restunya, yang selalu
memotivasi penulis agar selalu jadi yang terbaik dan menjadi anak yang
baik, serta kakak dan adikku.
2) Ketua Jurusan Perikanan UMM Riza Rahman Hakim S.pi, M.Sc
3) Anis Zubaidah.S.Pi M.P selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, memberi bimbingan, petunjuk serta arahan kepada
penulis.
4) Pihak-pihak yang sudah membantu dalam penyusunan proposal PKL ini.
Kami yakin, segala apa yang kami lakukan tidak luput dari kesalahan,
maka dari itu untuk saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan agar
tulisan serta proposal PKL ini menjadi lebih baik.
Wassalamualaikum
Malang.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................i
RINGKASAN.........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
1.1
Latar Belakang..........................................................................................1
1.2
Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3
Tujuan........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
2.1
2.1.1
Morfologi...........................................................................................3
2.1.2
Klasifikasi.........................................................................................3
2.1.3
2.1.4
Siklus Hidup.......................................................................................4
2.1.5
2.2
2.2.1
Pemilihan Induk.................................................................................5
2.2.2
Pemijahan...........................................................................................6
2.2.3
Pemeliharaan Larva............................................................................7
2.2.4
Pemberian Pakan................................................................................8
2.2.5
Kualitas Air........................................................................................8
2.2.6
BAB III..................................................................................................................11
3.1
3.2
3.2.1
Materi...............................................................................................11
3.2.2
Alat...................................................................................................11
3.3.
Metode.....................................................................................................12
3.4.
BAB I
PENDAHULUAN
menurunnya
mengintroduksi
udang
usaha
vannamei
udang
untuk
windu,
pemerintah
membangkitkan
kemudian
kembali
usaha
Necrosis Virus), vibrio, dan penyakit terbaru yaitu EMS (Early Mortality
Syndrome). Untuk itu perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian dengan
penerapan budidaya ramah lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana teknik pembenihan Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di
Instalasi Budidaya Air Payau (IBAP) Lamongan ?
2. Sarana dan prasarana apa saja yang dibutuhkan dalam proses pembenihan
Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di Instalasi Budidaya Air Payau
(IBAP) Lamongan ?
3. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi pada saat pembenihan Udang
vannamei (Litopenaeus vannamei) di Instalasi Budidaya Air Payau (IBAP)
Lamongan ?
1.3 Tujuan
Tujuan diadakannya Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk:
1. Mengetahui teknik pembenihan Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di
Instalasi Budidaya Air Payau (IBAP) Lamongan.
2. Mengetahui tentang sarana dan prasarana apa saja yang dibutuhkan dalam
proses pembenihan Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di Instalasi
Budidaya Air Payau (IBAP) Lamongan.
3. Mengetahui dan memahami segala permasalahan dalam pembenihan Udang
vannamei (Litopenaeus vannamei) dengan jelas dan cara mengatasinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Udang Vanamei
2.1.1
Morfologi
Klasifikasi
Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Malacostraca
Ordo
: Decapoda
Famili
: Penaeidae
Genus
: Litopenaeus
Spesies
: Litopenaeus vannamei
2.1.3
Siklus Hidup
Secara alami vaname termasuk katadromus, yaitu udang dewasa hidup dilaut
terbuka dan udang mudah migrasi ke arah pantai. Dihabitat aslinya vaname matang
gonad (matur) kawin (mating) dan bertelur (spawning) berada pada perairan dengan
kedalaman sekitar 70 meter di amerika selatan dengan suhu 26-28 0C dan salinitas 35
ppt.
Udang biasa kawin di daerah lepas pantai yang dangkal. Proses kawin udang
meliputi pemindahan spermatophore dari udang jantan ke udang betina. Peneluran
bertempat pada daerah lepas pantai yang lebih dalam. Telur-telur dikeluarkan dan
difertilisasi secara eksternal di dalam air. Seekor udang betina mampu menghasilkan
setengah sampai satu juta telur setiap bertelur. Dalam waktu 13-14 jam, telur kecil
tersebut
berkembang
menjadi
larva
berukuran mikroskopik
yang
disebut
Vannamei
Makan dan Kebiasaan Makan Udang
Menurut Wyban & Sweeney (1991) dalam Manoppo (2011), di alam udang
penaeid bersifat karnivor yang memangsa krustase kecil, ampipoda, polikaeta.
Namun dalam tambak, udang ini makan makanan tambahan atau detritus. Udang
vanamebersifat nokturnal. Udang muda tetap membenamkan diri dalam substrat
selama siang hari dan tidak makan atau tidak mencari makanan. Tingkah laku makan
ini dapat diubah dengan pemberian pakan ke dalam tambak. Hasil penelitian di Ocean
Institute Honolulu menunjukkan bahwa udang yang diberi pakan beberapa kali sehari
tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan udang yang hanya diberi pakan sekali
dalam satu hari.
2.2 Teknik Pembenihan Udang Vannamei
2.2.1
Pemilihan Induk
Pemijahan
10
2.2.3
Pemeliharaan Larva
Bak pemeliharaan larva dilapisi dengan cat U-Poxy berwarna biru muda dan
dilengkapi dengan pipa saluran udara (instalasi aerasi),instalasi air laut,instalasi alga,
dan saluran pengeluaran yang dilkengkapi saringan sirkulasi dan pipa goyang, serta
terpal sebagai penutup agar suhu stabil selama proses pemeliharaan larva.
Kemiringan bak adalah 2-5%, hal ini bertujuan untuk mrmudahkan dalam
pengeringan. Adapun sistem aerasi pada bak pemeliharaan larva menggunakan aerasi
gantung dengan jarak antara titik 40 cm dan jarak dari dasar bak adalah 5 cm agar
sisa pakan dan kotoran tidak teraduk.
Pencucian bak dilakukan dengan menggunaknan kaporit 60%sebanyak 100
ppm yang dicampur dengan deterjen 5 ppm dan dilarutkan dengan air tawar pada
wadah berupa ember kemudian dinding dan dasar bak digosok-gosok dengan
menggunakan scoring pad dan dibilas dengan air tawar hingga bersaih dan kemudian
dilakukan pengeringanselama dua hari
Penebaran nauplius dilakukan pada pagi hari dengan tujuan untuk
menghindari perubahan suhu yang terlalu tinggi dengan cara aklimatisasi 30 menit
atau sampai suhu didalam wadah dengan suhu diluar wadah sama, aklimatisasi ini
bertujuan untuk menyesuaikan naupli dengan perubahan kondisi lingkungan air di
bak pemeliharaan larva.
Nauplius yang ditebar adalah (N3-N4), hal ini bertujuan agar menekan
gangguan proses metemorfoses sekecil mungkin dari stadia naupli ke stadia Zoea 1 ,
karena pada proses pemeliharaan larva udang vaname sering dikenal dengan istilah
Zoea Sindrome atau zoea lemah. Dimana pada fase ini larva kelihatan lemah dan
tubuh kotor yang dapat menyebabkan kematian hingga 10%.
Larva akan berkembang sempurna dengan kondisi suhu 26 28 OC, oksigen
terlarut 5-7 mg/l, salinitas 35 ppt, sesuai dengan kondisi alamnya. Setelah menetas
larva akan berkembang menjadi 3 stadia yaitu nauplius, zoea mysis, setelah itu larva
akan berkembang menjadi stadia post larva (PL). waktu yang diperlukan untuk
11
Pemberian Pakan
Jenis pakan yang diberikan pada udang vaname selama pemeliharaan ada dua
jenis yaitu pakan alami ( Phytoplankton dan Zooplankton) dan pakan buatan
(komersil). Jenis pakan alami yang diberikan adalah Chaetoceros ceratos dan
Artemia salina. Pemberian Chaetoceros dilakukan mulai stadia Zoea 1 sampai stadia
Mysis 3. sedangkan pada stadia naupli belum diberikan pakan karena pada stadia ini
larva masih memanfaatkan kuning telur sebagai pensuplai makanan.
Chaetoceros merupakan jenis alga dari kelompok diatomae, dimana alga ini
mempunyai kelebihan dibandingkan beberapa jenis diatom lainnya yaitu mengandung
HUFA dan Omega 3 yang dapat meningkatkan anti body yang sangat dibutuhkan oleh
larva udang terutama pada fase transisi seperti stadia naupli ke zoea. Dimana fase ini
dikenal dengan istilah zoea syndrome ( zoea lemah) dosis pakan alami yang diberikan
pada stadia zoea 1- mysis 3 adalah 50.000 sel/ml sampai 100.000 sel/ml. sedangkan
PL1 sampai PL 5 minimal 50.000 sel/ml. Dengan frekuensi pemberian 2 kali/hari.
Pakan alami dari jenis zooplankton yang diberikan pada larva adalah Artemia
salina dengan cara dilakukan pengkulturan. Pakan ini diberikan pada M3-PL1 dengan
kepadatan 3-4 individu/ml, pada PL2-PL5 dengan kepadatan 8-10 individu/ml, dan
pada PL6-PL10 dengan kepadatan 10-11 individu/ml dengan frekuensi pemberian 3
kali/hari
Selain pakan alami selama proses pemeliharaan larva udang vaname diberikan
juga pakan tambahan berupa pakan komersil yang tujuannya untuk menjaga agar
tidak sampai terjadi Under Feeding selama pemeliharaan larva dengan frekuensi
pemberian 6 kali/hari. (Ghufran, 2010)
2.2.5
Kualitas Air
12
air dan penyiponan. Monitoring kualitas air dilakukan setiap hari yaitu pada pagi hari,
parameter yang dimonitoring adalah suhu dengan tujuan agar selama masa
pemeliharaan proses metabolisme dan metamorfosa larva lancar yaitu berkisar 29-32
OC. Sedangkan untuk pengecekan parameter kualitas air dilakukan pada setiap
pergantian stadia. Ph berkisar 7,5-8,5, salinitas berkisar 29-30 ppt dan kadar nitrit
maksimal 0,1 ppm.
Sedangkan pergantian air dan penambahan air secara sirkulasi dengan cara
melihat secara visual, bila permukaan air telah banyak gelembung busa yang telah
menumpuk dan gelembung tersebut tidak dapat pecah, ini diasumsikan air pada
kondisi jenuh dan telah terjadi banyak perombakan-perombakan gas didalam air.
Pengisian air pada awal penebaran sekitar 30% dari kapasitas wadah, pada stadia zoea
ditambahkan sampai 70%, stadia misis 80% dan stadia P dan L 100%.
Pergantian air dilakukan setelah mencapai mysils 3 sampai dengan PL 5
berkisar 10-30% dan PL 5 sampai dengan panen 30-50% dari volume wadah yang
terisi. Hal ini juga dilakukan berdasarkan pengamatan warna perairan secara visual
bila terjadi blooming plankton atau banyak larva yang mati. Selain water excange
juga dilakukan penyiponan. Penyiponan dilakukan cara melihat secara visual bila
dasar bak pemelliharaan larva banyak mengendap kotoran didasar bak. (Suprapto,
2007)
2.2.6
13
Selain kegiatan di atas skrining induk juga sangat penting dilakukan karena
induk yang terserang penyakit akan menularkan penyakitnya. Selain itu kegiatan
pengelolaan kualitas air mulai dari filterisasi, Ozonisasi, Peyinaran UV sangat
menunjang dalam menginhdari wabah penyakit.(Haryanti, 2005)
Jenis organisme yang umumnya menyerang larva udang vaname adalah
golongan protozoa, virus, jamur, bakteri dan cacing. Salah satu penyakit larva yang
sulit dilakukan pencegahan dan pengobatan adalah dari golongan virus yaitu IHHNV
( Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus), WSSV (White Spote
Syndrome Virus) dan YHV (Yellow Head Virus) penanggulanganya adalah
pemusnahan agar tidak menyebar ke tempat lain.(Haliman, 2005)
14
BAB III
RENCANA OPERASIONAL
15
13) Serok
14) Selang
15) Sepatu boots
16) Timbangan
17) Mistar
18) Jangka Sorong
19) Mikroskop
3.3.
Metode
Metode yang digunakan pada Praktek Kerja Lapang ini adalah metode survey,
sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara,
partisipasi aktif, dan studi literatur.
a. Observasi
Metode observasi yaitu metode yang dilakukan untuk pengamatan terhadap gejala
atau fenomena yang diselidiki tanpa mengajukan pertanyaan (Marzuki, 1986)
b. Wawancara
Wawancara mencakup cara yang digunakan pada seseorang dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi secara lisan dengan bercakap-cakap, berhadapan muka
dengan orang tersebut (Notoatmojo, 2010).
c. Partisipasi aktif
Partisipasi aktif adalah mengikuti secara aktif atau langsung suatu kegiatan (Arikunto,
1998). Dalam Praktek Kerja Lapang ini partisipasi aktif yang akan dilakukan meliputi
: seleksi induk, pemberian pakan, pengukuran kualitas air, kegiatan pembenihan dan
kegiatan lainnya yang berhubungan dengan usaha pembenihan Udang Vannamei
(Litepenaeus Vannamei)
d. Studi literatur
Studi literatur yaitu pengumpulan data berdasarkan referensi buku-buku atau literatur
yang sudah ada yang berhubungan dengan pembenihan Udang Vannamei
(Litepenaeus Vannamei)
16
3.4.
17
DAFTAR PUSTAKA
DKP Provinsi Sulteng. 2009. Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Teknologi
Ekstensif Plus. DKP Provinsi Sulteng. Sulawesi Tengah
18