Anda di halaman 1dari 18

HALAMAN PENGESAHAN

USULAN PRAKTEK KERJA LAPANG


Nama

: Galih Aji Sasongko

NIM

: 201410260311043

Jurusan

: Perikanan

Fakultas

: Pertanian - Peternakan

Judul

: Teknik Pembenihan Udang vanamei (Litepenaeus


Vannamei)sepenggal di Isntalas Budidaya Air Payau (IBAP)
Lamongan

Proposal PKL telah diterima sebagai persyaratan untuk tugas akhir Program
Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Peternakan Universitas
Muhammadiyah Malang
Mengesahkan
Ketua Jurusan Perikanan,

Pembimbing,

Riza Rahman Hakim, S,Pi, MS


NIP:10505010424

Anis Zubaidah, S.Pi. M.Si


NIP: 11014100538

A.n. Dekan
Pembantu Dekan I

Dr.Ir Aris Winaya, MM.MSi


NIP: 1964054 199003 1 002

RINGKASAN

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayahnya
penulis dapat menyelesaikan Proposal Praktek Kerja Lapang (PKL) dengan judul
Teknik Pembenihan Udang Vaname (Litepenaeus Vannamei)di Instalasi Budidaya
Air Payau Lamongan
Proposal Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dapat penulis selesaikan
berkat bantuan dan bimbingan berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1) Bapak dan ibu tercinta yang tak kenal lelah untuk melimpahkan kasih
sayangnya, memberikan dorongan serta doa restunya, yang selalu
memotivasi penulis agar selalu jadi yang terbaik dan menjadi anak yang
baik, serta kakak dan adikku.
2) Ketua Jurusan Perikanan UMM Riza Rahman Hakim S.pi, M.Sc
3) Anis Zubaidah.S.Pi M.P selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, memberi bimbingan, petunjuk serta arahan kepada
penulis.
4) Pihak-pihak yang sudah membantu dalam penyusunan proposal PKL ini.
Kami yakin, segala apa yang kami lakukan tidak luput dari kesalahan,
maka dari itu untuk saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan agar
tulisan serta proposal PKL ini menjadi lebih baik.
Wassalamualaikum

Malang.

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................i
RINGKASAN.........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
1.1

Latar Belakang..........................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3

Tujuan........................................................................................................2

BAB II.....................................................................................................................3
2.1

Biologi Udang Vanamei............................................................................3

2.1.1

Morfologi...........................................................................................3

2.1.2

Klasifikasi.........................................................................................3

2.1.3

Habitat dan Tingkah Laku..................................................................4

2.1.4

Siklus Hidup.......................................................................................4

2.1.5

Makan dan Kebiasaan Makan Udang................................................5

2.2

Teknik Pembenihan Udang Vannamei.......................................................5

2.2.1

Pemilihan Induk.................................................................................5

2.2.2

Pemijahan...........................................................................................6

2.2.3

Pemeliharaan Larva............................................................................7

2.2.4

Pemberian Pakan................................................................................8

2.2.5

Kualitas Air........................................................................................8

2.2.6

Hama dan Penyakit............................................................................9

BAB III..................................................................................................................11
3.1

Waktu dan Tempat...................................................................................11

3.2

Materi dan Alat........................................................................................11

3.2.1

Materi...............................................................................................11

3.2.2

Alat...................................................................................................11

3.3.

Metode.....................................................................................................12

3.4.

Prosedur Praktek Kerja Lapang...............................................................13

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Udang merupakan salah satu komoditas perikanan unggulan dalam program
revitalisasi perikanan. Pada awalnya jenis udang yang dibudidayakan di air payau
adalah udang windu, namun setelah mewabahnya penyakit WSSV yang
mengakibatkan

menurunnya

mengintroduksi

udang

usaha

vannamei

udang
untuk

windu,

pemerintah

membangkitkan

kemudian

kembali

usaha

perudangan di Indonesia dan dalam rangka diversifikasi komoditas perikanan


Udang vannameii (Litopenaeus vannameii) merupakan udang asli perairan
Amerika Latin yang masuk ke dalam famili Penaidae. Udang ini dibudidayakan
mulai dari pantai barat Meksiko ke arah selatan hingga daerah Peru. Udang
vannameii merupakan komoditas air payau yang banyak diminati karena memiliki
keunggulan seperti tahan terhadap penyakit, mempunyai tingkat pertumbuhan
yang relatif cepat, dan sintasan pemeliharaan yang tinggi
Udang vannamei masuk ke Indonesia pada tahun 2001. Produksi benur
udang vannameii dirintis sejak awal tahun 2003 oleh sejumlah hatchery, terutama
di Situbondo dan Banyuwangi (Jawa Timur). Budidaya uji coba sudah dilakukan
dan memperoleh hasil yang memuaskan. Setelah melalui serangkaian penelitian
dan kajian, akhirnya pemerintah secara resmi melepas udang vannameii sebagai
varietas unggul pada 12 Juli 2001 melalui SK Menteri KP No.41/2001.
angka ekspor udang Indonesia di Pasar Jepang merangkak naik
dibandingkan bulan sebelumnya. Tercatat angka ekspor udang Indonesia di Pasar
Jepang pada Juli 2010 sebanyak 3.000 MT (Metrik Ton) atau meningkat 705 MT
dibandingkan bulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan bulan yang sama
tahun sebelumnya, produksi yang dibukukan Indonesia yakni di angka 2.934 MT
hanya lebih kecil 66 MT dari tahun 2010.
Udang vannamei pada awalnya dianggap tahan terhadap serangan penyakit.
Namun dalam perkembangannya, udang vannamei juga terserang WSSV (White
Spot Syndrome Virus), TSV (Taura Syndrome Virus), IMNV (Infectious Myo

Necrosis Virus), vibrio, dan penyakit terbaru yaitu EMS (Early Mortality
Syndrome). Untuk itu perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian dengan
penerapan budidaya ramah lingkungan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana teknik pembenihan Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di
Instalasi Budidaya Air Payau (IBAP) Lamongan ?
2. Sarana dan prasarana apa saja yang dibutuhkan dalam proses pembenihan
Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di Instalasi Budidaya Air Payau
(IBAP) Lamongan ?
3. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi pada saat pembenihan Udang
vannamei (Litopenaeus vannamei) di Instalasi Budidaya Air Payau (IBAP)
Lamongan ?
1.3 Tujuan
Tujuan diadakannya Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk:
1. Mengetahui teknik pembenihan Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di
Instalasi Budidaya Air Payau (IBAP) Lamongan.
2. Mengetahui tentang sarana dan prasarana apa saja yang dibutuhkan dalam
proses pembenihan Udang vannamei (Litopenaeus vannamei) di Instalasi
Budidaya Air Payau (IBAP) Lamongan.
3. Mengetahui dan memahami segala permasalahan dalam pembenihan Udang
vannamei (Litopenaeus vannamei) dengan jelas dan cara mengatasinya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Udang Vanamei
2.1.1

Morfologi

Udang vanname (Litopnaeus vannamei) merupakan organisme akuatik asli


pantai pasifik meksiko, amerika tengah dan amerika selatan. Udang vannamei
memiliki nama umum pacific white shrimp, camaron blanco, dan longostino. Udang
vanamei dapat tumbuh sampai 230 mm/9 inchi. Udang vanamei menyukai dasar yang
berpasir dengan kedalaman sekitar 72 m dari permukaan laut. Spesies ini memiliki
karapas yang bening sehingga warna pada ovary dapat terlihat. Bagian tubuh udang
vanamei terdiri dari kepala yang bergabung dengan dada (chepalothorax) dan perut
(abdomen). Kepala udang vanamei terdiri dari antenula , antena, mandibula, dan
sepasang maxillae. Kepala udang vanamei juga dilengkapi dengan 5 pasang kaki
jalan (periopod) yang terdiri dari 2 pasang maxillae dan 3 pasang maxiliped. Perut
udang vanamei terdiri dar 6 ruas dan juga terdapat pasang kaki renang (pleopod) serta
sepasang uropod (mirip ekor) yang membentuk kipas bersama-sama telson. Sift
udang vanamei aktif pada kondisi gelap dan dapat hidup pada kisaran salinitas lebar
dan suka memangsa sesama jenis (kanibal), tipe pemakan lambat tapi terus menerus
(continous feeder) serta mencari makan lewat organ sensor. Spesies ini memiliki 6
stadia naupli, 3 stadia protozoa, 3 stadia mysis dan stadia post larva dalam siklus
hidupnya. Stadia post larva berkembang menjadi juvenil dan akhirnya menjadi
dewasa. (DKP Provinsi Sulteng. 2009)
2.1.2

Klasifikasi

Kingdom

: Animalia

Filum

: Arthropoda

Kelas

: Malacostraca

Ordo

: Decapoda

Famili

: Penaeidae

Genus

: Litopenaeus

Spesies

: Litopenaeus vannamei

2.1.3

Habitat dan Tingkah Laku

Menurut Briggs dkk (2006), menyatakan bahwa udang vannamei hidup di


habitat laut tropis dimana suhu air biasanya lebih dari
20C sepanjang
tahun. Udang
Gambar
1. Udang Vannamei
vannamei dewasa dan bertelur di laut terbuka, sedangkan pada stadia postlarva udang
(Anonim, 2012)
vannamei akan bermigrasi ke pantai sampai pada stadia juvenil.
Udang vannamei merupakan bagian dari organisme laut. Beberapa udang laut
menghabiskan siklus hidupnya di muara air payau. Perkembangan Siklus hidup
udang vannamei adalah dari pembuahan telur berkembang menjadi naupli, mysis,
post larva, juvenil, dan terakhir berkembang menjadi udang dewasa. Udang dewasa
memijah secara seksual di air laut dalam. Udang vannamei melakukan pembuahan
dengan cara memasukan sperma lebih awal ke dalam thelycum udang betina selama
memijah sampai udang jantan melakukan moulting. Masuk ke stadia larva, dari stadia
naupli sampai pada stadia juvenil berpindah ke perairan yang lebih dangkal dimana
terdapat banyak vegetasi yang dapat berfungsi sebagai tempat pemeliharaan. Setelah
mencapai remaja, mereka kembali ke laut lepas menjadi dewasa dan siklus hidup
berlanjut kembali (Clay dan McNavin, 2002).
2.1.4

Siklus Hidup

Secara alami vaname termasuk katadromus, yaitu udang dewasa hidup dilaut
terbuka dan udang mudah migrasi ke arah pantai. Dihabitat aslinya vaname matang
gonad (matur) kawin (mating) dan bertelur (spawning) berada pada perairan dengan
kedalaman sekitar 70 meter di amerika selatan dengan suhu 26-28 0C dan salinitas 35
ppt.
Udang biasa kawin di daerah lepas pantai yang dangkal. Proses kawin udang
meliputi pemindahan spermatophore dari udang jantan ke udang betina. Peneluran
bertempat pada daerah lepas pantai yang lebih dalam. Telur-telur dikeluarkan dan
difertilisasi secara eksternal di dalam air. Seekor udang betina mampu menghasilkan

setengah sampai satu juta telur setiap bertelur. Dalam waktu 13-14 jam, telur kecil
tersebut

berkembang

menjadi

larva

berukuran mikroskopik

yang

disebut

nauplii/nauplius (Perry, 2008).

Gambar 2. Siklus Hidup Udang


2.1.5

Vannamei
Makan dan Kebiasaan Makan Udang

Menurut Wyban & Sweeney (1991) dalam Manoppo (2011), di alam udang
penaeid bersifat karnivor yang memangsa krustase kecil, ampipoda, polikaeta.
Namun dalam tambak, udang ini makan makanan tambahan atau detritus. Udang
vanamebersifat nokturnal. Udang muda tetap membenamkan diri dalam substrat
selama siang hari dan tidak makan atau tidak mencari makanan. Tingkah laku makan
ini dapat diubah dengan pemberian pakan ke dalam tambak. Hasil penelitian di Ocean
Institute Honolulu menunjukkan bahwa udang yang diberi pakan beberapa kali sehari
tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan udang yang hanya diberi pakan sekali
dalam satu hari.
2.2 Teknik Pembenihan Udang Vannamei
2.2.1

Pemilihan Induk

Induk udang yang berkualiatas sangat menentukan dalam keberhasilan


memproduksi nauplii. Dalam memenuhi kebutuhan induk L. vannamei, PT Birulaut
Khatulistiwa mendatangkan induk yang lokasinya jauh dari PT. Birulaut Khatulistiwa
( Hawaii, HHA). Untuk menghindari stress terhadap induk yang dikirim tersebut
digunkan injeksi o2 dan penerunan suhu air packing sehingga saat di terima kondis
media kantungh dalam keadan berbeda dengan kondisi di lingkungan normal PT

Birulaut Khatulistiwa karena iu disiapkan bak penerimaan ( receiving) dengan


kondisi yang sesuai dengan median kantung induk ( Aninomus, 2002 )
2.2.2

Pemijahan

Pemejahan terjadi di dalam bak maturasi yang padat penebaran untuk


menghasilakan hasil yang terbaik berkisar antaa 1-3 ekor per m2 dengan
perbandingan jumlah induk jantan dan betina adalah 1:2. Ruang meturasi diusahakan
gelap dengan suhu ruang berkisar antara 29o c-32oc. Setelah tiga hari dari proses
ablisi pertama dapat dilakukan sampling induk yang matang telur dan untuk
selanjutnya dapat dilakuakn setiap hari. Kegiatan ini biasanya dilakukan ketinggian
air dalam bak sebanyak 50 %. Seleksi dilakukan pada induk yang telah mencapa
TKG III, yang ditanddasi dengan ovari didaerah punggung dan akan terlihar jelas bila
disorot dengan senter halogen, bahkan pada TKG ini ovari meluas sampai ke bagian
kepala. (Agustin, dkk, 1999 )
Prosentase pembuahan dan penetasan sangat ditentukan oleh kualitas sperma
dan kemampuan penempelan pada telikum serta media penetasan (suhu dan salinitas)
beberapa kegagalan yang mungkin terjadiadalah tidak terjadinya pembuahan yang
disebabkan induk betina belum matang telur atau rusaknya spermatofor.Induk yang
telah kawin dicirikan adanya penempelan sperma pada telikum. Padat tebar pada bak
pemijahan 4 ekor/m2.
1-2 jam kemudian induk akan melepaskan telurnya. Proses spawning
biasanya sekitar 2 menit . selama itu udang akan berenang perlahan pada kolam air
dan menyemprotkan seluruh telur dan ovary. Selama telur disemprotkan udang betina
dengan cepat akan mencampur dengan sperma yang melekat pada tilikum dengan
menggunakan kaki renang. Keesokan harinya induk diangkat dan dikembalikan ke
bak pamatangan, sedangkan telurnya diberi aerasi merata dan dibersihkan dari
kotoran-kotoran dan lendir-lendir yang tertinggal. Telur akan menetas 16 18 jam.
( Agus,2003)

10

2.2.3

Pemeliharaan Larva

Bak pemeliharaan larva dilapisi dengan cat U-Poxy berwarna biru muda dan
dilengkapi dengan pipa saluran udara (instalasi aerasi),instalasi air laut,instalasi alga,
dan saluran pengeluaran yang dilkengkapi saringan sirkulasi dan pipa goyang, serta
terpal sebagai penutup agar suhu stabil selama proses pemeliharaan larva.
Kemiringan bak adalah 2-5%, hal ini bertujuan untuk mrmudahkan dalam
pengeringan. Adapun sistem aerasi pada bak pemeliharaan larva menggunakan aerasi
gantung dengan jarak antara titik 40 cm dan jarak dari dasar bak adalah 5 cm agar
sisa pakan dan kotoran tidak teraduk.
Pencucian bak dilakukan dengan menggunaknan kaporit 60%sebanyak 100
ppm yang dicampur dengan deterjen 5 ppm dan dilarutkan dengan air tawar pada
wadah berupa ember kemudian dinding dan dasar bak digosok-gosok dengan
menggunakan scoring pad dan dibilas dengan air tawar hingga bersaih dan kemudian
dilakukan pengeringanselama dua hari
Penebaran nauplius dilakukan pada pagi hari dengan tujuan untuk
menghindari perubahan suhu yang terlalu tinggi dengan cara aklimatisasi 30 menit
atau sampai suhu didalam wadah dengan suhu diluar wadah sama, aklimatisasi ini
bertujuan untuk menyesuaikan naupli dengan perubahan kondisi lingkungan air di
bak pemeliharaan larva.
Nauplius yang ditebar adalah (N3-N4), hal ini bertujuan agar menekan
gangguan proses metemorfoses sekecil mungkin dari stadia naupli ke stadia Zoea 1 ,
karena pada proses pemeliharaan larva udang vaname sering dikenal dengan istilah
Zoea Sindrome atau zoea lemah. Dimana pada fase ini larva kelihatan lemah dan
tubuh kotor yang dapat menyebabkan kematian hingga 10%.
Larva akan berkembang sempurna dengan kondisi suhu 26 28 OC, oksigen
terlarut 5-7 mg/l, salinitas 35 ppt, sesuai dengan kondisi alamnya. Setelah menetas
larva akan berkembang menjadi 3 stadia yaitu nauplius, zoea mysis, setelah itu larva
akan berkembang menjadi stadia post larva (PL). waktu yang diperlukan untuk

11

perubahan nauplius 1 sampai N6 diperlukan waktu 48 jam, sedangkan perubahan


zoea1-zoea3 membutuhkan waktu 3-4 hari, demikian halnya dengan stadia mysis
memerlukan waktu perubahan dari mysis1-mysis3 adalah 3-4 hari. (Darmo, 1991)
2.2.4

Pemberian Pakan

Jenis pakan yang diberikan pada udang vaname selama pemeliharaan ada dua
jenis yaitu pakan alami ( Phytoplankton dan Zooplankton) dan pakan buatan
(komersil). Jenis pakan alami yang diberikan adalah Chaetoceros ceratos dan
Artemia salina. Pemberian Chaetoceros dilakukan mulai stadia Zoea 1 sampai stadia
Mysis 3. sedangkan pada stadia naupli belum diberikan pakan karena pada stadia ini
larva masih memanfaatkan kuning telur sebagai pensuplai makanan.
Chaetoceros merupakan jenis alga dari kelompok diatomae, dimana alga ini
mempunyai kelebihan dibandingkan beberapa jenis diatom lainnya yaitu mengandung
HUFA dan Omega 3 yang dapat meningkatkan anti body yang sangat dibutuhkan oleh
larva udang terutama pada fase transisi seperti stadia naupli ke zoea. Dimana fase ini
dikenal dengan istilah zoea syndrome ( zoea lemah) dosis pakan alami yang diberikan
pada stadia zoea 1- mysis 3 adalah 50.000 sel/ml sampai 100.000 sel/ml. sedangkan
PL1 sampai PL 5 minimal 50.000 sel/ml. Dengan frekuensi pemberian 2 kali/hari.
Pakan alami dari jenis zooplankton yang diberikan pada larva adalah Artemia
salina dengan cara dilakukan pengkulturan. Pakan ini diberikan pada M3-PL1 dengan
kepadatan 3-4 individu/ml, pada PL2-PL5 dengan kepadatan 8-10 individu/ml, dan
pada PL6-PL10 dengan kepadatan 10-11 individu/ml dengan frekuensi pemberian 3
kali/hari
Selain pakan alami selama proses pemeliharaan larva udang vaname diberikan
juga pakan tambahan berupa pakan komersil yang tujuannya untuk menjaga agar
tidak sampai terjadi Under Feeding selama pemeliharaan larva dengan frekuensi
pemberian 6 kali/hari. (Ghufran, 2010)
2.2.5

Kualitas Air

Pengelolaan kualitas air pada masa pemeliharaan larva udang vaname


dilakukan dengan beberapa cara yaitu monitoring, pengecakan kualitas air, pergantian

12

air dan penyiponan. Monitoring kualitas air dilakukan setiap hari yaitu pada pagi hari,
parameter yang dimonitoring adalah suhu dengan tujuan agar selama masa
pemeliharaan proses metabolisme dan metamorfosa larva lancar yaitu berkisar 29-32
OC. Sedangkan untuk pengecekan parameter kualitas air dilakukan pada setiap
pergantian stadia. Ph berkisar 7,5-8,5, salinitas berkisar 29-30 ppt dan kadar nitrit
maksimal 0,1 ppm.
Sedangkan pergantian air dan penambahan air secara sirkulasi dengan cara
melihat secara visual, bila permukaan air telah banyak gelembung busa yang telah
menumpuk dan gelembung tersebut tidak dapat pecah, ini diasumsikan air pada
kondisi jenuh dan telah terjadi banyak perombakan-perombakan gas didalam air.
Pengisian air pada awal penebaran sekitar 30% dari kapasitas wadah, pada stadia zoea
ditambahkan sampai 70%, stadia misis 80% dan stadia P dan L 100%.
Pergantian air dilakukan setelah mencapai mysils 3 sampai dengan PL 5
berkisar 10-30% dan PL 5 sampai dengan panen 30-50% dari volume wadah yang
terisi. Hal ini juga dilakukan berdasarkan pengamatan warna perairan secara visual
bila terjadi blooming plankton atau banyak larva yang mati. Selain water excange
juga dilakukan penyiponan. Penyiponan dilakukan cara melihat secara visual bila
dasar bak pemelliharaan larva banyak mengendap kotoran didasar bak. (Suprapto,
2007)
2.2.6

Hama dan Penyakit

Pengendalian penyakit dilakujkan dengan menggunakan prinsip dasar yaitu


tindakan pencegahan dan pengobatan. Tindakan pencegahan dilakukan dengan cara
mulai dari penerapan biosecuriti dengan menggunakan PK (Kalium Permanganat)
sebanyak 1,5 ppm yang ditempatkan di pintu masuk sebelum masuki ruangan. Juga
sanitasi peralatan yang dilakukan sebelum dan sesudah digunakan pemakaian
peralatan dengan cara dipping menggunakan formalin 100 ppm. Pada pemeliharaan
larva dilakukan juga pemberian obat-obatan yang aman seperti Treflan, Iodin atau
EDTA setiap tiga hari sekali.

13

Selain kegiatan di atas skrining induk juga sangat penting dilakukan karena
induk yang terserang penyakit akan menularkan penyakitnya. Selain itu kegiatan
pengelolaan kualitas air mulai dari filterisasi, Ozonisasi, Peyinaran UV sangat
menunjang dalam menginhdari wabah penyakit.(Haryanti, 2005)
Jenis organisme yang umumnya menyerang larva udang vaname adalah
golongan protozoa, virus, jamur, bakteri dan cacing. Salah satu penyakit larva yang
sulit dilakukan pencegahan dan pengobatan adalah dari golongan virus yaitu IHHNV
( Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus), WSSV (White Spote
Syndrome Virus) dan YHV (Yellow Head Virus) penanggulanganya adalah
pemusnahan agar tidak menyebar ke tempat lain.(Haliman, 2005)

14

BAB III
RENCANA OPERASIONAL

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini akan dilaksanakan pada
tanggal 16 Januari sampai dengan 16 Februari 2016, bertempat di
Instalasi Budidaya Air Payau (IBAP) Lamongan, Lamongan.
3.2 Materi dan Alat
3.2.1 Materi
Materi yang digunakan pada Praktek Kerja Lapang ini adalah :
1) Induk jantan Udang Vannamei (Litepenaeus Vannamei)
2) Induk betina Udang Vannamei (Litepenaeus Vannamei)
3) Larva Udang Vannamei (Litepenaeus Vannamei)
4) Pakan untuk induk dan larva Udang Vannamei (Litepenaeus Vannamei)
3.2.2 Alat
Alat yang digunakan pada kegiatan Praktek Kerja Lapang ini adalah :
1) Bak pemeliharaan induk
2) Bak pemijahan
3) Bak penetsan telur
4) Bak pemeliharaan larva
5) Bak pemeliharaan benih
6) Aerasi
7) Peralatan untuk pengukuran kualitas air
8) Wadah untuk tempat pemberian pakan
9) Tagging
10) Selang sipon
11) Ember
12) Egg colector

15

13) Serok
14) Selang
15) Sepatu boots
16) Timbangan
17) Mistar
18) Jangka Sorong
19) Mikroskop
3.3.

Metode
Metode yang digunakan pada Praktek Kerja Lapang ini adalah metode survey,
sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara,
partisipasi aktif, dan studi literatur.
a. Observasi
Metode observasi yaitu metode yang dilakukan untuk pengamatan terhadap gejala
atau fenomena yang diselidiki tanpa mengajukan pertanyaan (Marzuki, 1986)
b. Wawancara
Wawancara mencakup cara yang digunakan pada seseorang dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi secara lisan dengan bercakap-cakap, berhadapan muka
dengan orang tersebut (Notoatmojo, 2010).
c. Partisipasi aktif
Partisipasi aktif adalah mengikuti secara aktif atau langsung suatu kegiatan (Arikunto,
1998). Dalam Praktek Kerja Lapang ini partisipasi aktif yang akan dilakukan meliputi
: seleksi induk, pemberian pakan, pengukuran kualitas air, kegiatan pembenihan dan
kegiatan lainnya yang berhubungan dengan usaha pembenihan Udang Vannamei
(Litepenaeus Vannamei)
d. Studi literatur
Studi literatur yaitu pengumpulan data berdasarkan referensi buku-buku atau literatur
yang sudah ada yang berhubungan dengan pembenihan Udang Vannamei
(Litepenaeus Vannamei)

16

3.4.

Prosedur Praktek Kerja Lapang

Adapun prosedur Praktek Kerja Lapang yang dilakukan sebagai berikut :


1) Tahap Persiapan sebelum pelaksanaan PKL
2) Survey lokasi PKL
3) Pengurusan perizinan PKL
4) Pengajuan judul proposal
5) Penyusunan proposal kegiatan PKL
6) Tahap Pelaksanaan PKL
7) Tahap Pemijahan
8) Persiapan sarana dan prasarana pemijahan
9) Penyediaan induk
10) Seleksi induk
11) Pemijahan
12) Manajemen pakan induk
13) Pengendalian hama dan penyakit induk
14) Tahap Pemeliharaan Larva
15) Penyediaan bak larva
16) Penetasan telur
17) Pemeliharaan larva
18) Manajemen pakan larva
19) Pengendalian hama dan penyakit larva
20) Tahap Pemanenan
21) Teknik pemanenan
22) Sarana dan prasarana panen
23) Packing
24) Distribusi dan pemasaran

17

DAFTAR PUSTAKA
DKP Provinsi Sulteng. 2009. Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Teknologi
Ekstensif Plus. DKP Provinsi Sulteng. Sulawesi Tengah

18

Anda mungkin juga menyukai